G u nd am Ge ne sis |1
Chapter 1 Sang Ksatria yang Terbangun
11 Januari, Tahun 14 Crisis Age. Area 1, New Earth Pasukan New Earth Guardian (NEG) berjaga di Area 1, yang diperkirakan oleh tim strategi NEG, akan diserang oleh pasukan World Revolution. Perlu diketahui, saat itu Area 1 adalah pusat pengembangan Mobile Suit (MS) rahasia milik perusahaan MS ternama, Waltz Group. Di suatu tempat, seorang pemuda sedang melihat MS rahasia NEG. Tingginya sekitar 169 cm, rambutnya berwarna coklat tua, dan kulitnya terang. Matanya yang bulat dan berwarna coklat itu melihat setiap bagian MS yang sudah selesai dibuat itu dengan teliti. Secara fisik, dia terlihat seperti pemuda 17 tahun lainnya. Namun, kalau melihat apa yang ia kerjakan, sepertinya ia bukan pemuda sembarangan. Shidou Stauffenberg, nama pemuda itu, adalah salah satu anggota tim pengembang MS rahasia itu. Pekerjaan itu sesuai dengan image pemuda berbakat yang melekat pada dirinya. Sudah seharusnya ia mendapat tawaran bekerja di Waltz Group, perusahaan MS ternama di koloni New Earth. Namun, ia belum mendapat tawaran itu hingga sekarang. Ia masih magang di perusahaan itu. Shidou terlihat tenang ketika keluar dari tempat MS itu disimpan, berbeda dengan rekan-rekannya yang terlihat tegang karena takut proyek ini gagal. Shidou berjalan menuju cafeteria untuk beristirahat, sebelum melihat proses testing MS tersebut. Setelah ia memesan teh, ia duduk di dekat pintu cafeteria. Ia memejamkan matanya sejenak, membuang tekanan yang ada pada dirinya, lalu meminum tehnya. Pintu cafeteria terbuka. Seorang pemuda, yang terlihat lebih tua dan lebih tinggi dibandingkan Shidou, berjalan menuju pemilik cafeteria dan memesan kopi. Pemuda berambut biru tua berjalan ke arah tempat duduk Shidou. “Hai, nak,” kata pemuda itu, “Boleh aku duduk di sini ?” “Uhm, iya,” kata Shidou. Shidou memandang lawan bicaranya, yang terlihat seperti orang penting dalam suatu perusahaan. Rambut hitam pemuda itu tersisir rapi, sama rapinya dengan jas hitam yang ia pakai. Matanya yang bulat dan hijau jernih itu sesekali memandang ke luar cafeteria, lalu memandang Shidou untuk mengajaknya berbicara. “Mengembangkan MS itu menyenangkan, ya,” kata pemuda itu. “Uhm, lumayan,” kata Shidou. Ia meminum tehnya lagi. “Apa kau tertarik menggunakan MS yang kau kembangkan itu ?”, Tanya pemuda itu sambil meminum kopinya. “Tidak juga. Aku tak ingin bertempur tanpa tujuan yang jelas,” kata Shidou, “Lagipula, aku tak pernah belajar menggunakan MS.” “Uhm, baiklah,” kata pemuda itu, “Aku hanya bertanya saja. Tapi, kalau kau benar-benar tertarik, kenapa tidak kau coba saja ? ”
G u nd am Ge ne sis |2 Shidou diam. Ia menganggap pemuda itu cukup mengganggu dirinya. Ia menghabiskan tehnya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan pemuda itu. Shidou kembali ke tempat MS rahasia. Ia bermaksud melakukan pengecekan terakhir sebelum testing MS. Tiba-tiba, serangan udara membombardir Area 1. Shidou berhasil menghindar, lalu bersembunyi di tempat itu. “Sial, mereka tahu MS ini ada di Area 1 !,” kata salah satu tentara NEG yang lewat tempat itu. “Ayo, kita lindungi tempat ini ! Jangan sampai tempat ini musnah !,” teriak tentara yang lain. Suara MS yang bergerak terdengar dari luar. Pertempuran pecah kembali. Pasukan Krieger NEG terbang menuju pasukan unit MS Chevalier World Revolution, membalas tembakan mereka. Unit Chevalier berhasil menghindari tembakan, lalu menyerang Unit Krieger dengan Beam Saber. Unit Krieger membalas dengan tembakan, dan satu unit Knight jatuh. Namun, itu tak mampu menggoyahkan mental pasukan World Revolution. Mereka menyerang pasukan NEG dari dekat, membuat pasukan NEG terdesak. “Kita hampir berhasil. Ayo, serang pasukan NEG, lalu kita rebut MS rahasia itu !,” kata pimpinan pasukan World Revolution. Sementara itu, Shidou masih di dalam tempat MS rahasia itu. Ia memandang MS itu, lalu berjalan mendekatinya. “Apa kau mampu melawan mereka ?,” tanyanya dalam hati pada MS itu. Ia terus memandang MS itu, meski ia tahu pasukan WRO mulai mendekati tempatnya bersembunyi. Ia tetap tenang, meski suara tembakan unit Chevalier World Revolution semakin jelas terdengar (mereka semakin dekat). Shidou teringat akan perkataan pemuda yang ia temui di cafeteria. Ah, pikirnya, mungkin dia benar. Shidou melangkah menuju MS itu. Ia terus melangkah, tak mempedulikan tembakan unit Chevalier yang mengarah pada tempat itu. Ia masuk ke dalam kokpit, yang terletak di dada MS itu. “Untung, masih terbuka,” katanya. Ia melihat layar di depannya. Dengan sentuhan, ia mengaktifkan program utama dan sistem tempur MS itu. “Kumohon,” kata Shidou, “Pinjami aku kekuatanmu.” Mata hijau MS itu menyala. Pintu tempat itu akhirnya hancur karena tembakan unit Chevalier World Revolution. “Akhirnya, MS itu jadi milik kita !,” kata pilot World Revolution. “Hey, di mana MS itu ?,” tanya pilot yang lain. Tentara itu melihat ke depan. Tidak ada MS rahasia yang mereka inginkan di dalam tempat itu. Tiba-tiba, kedua unit Chevalier itu terbelah menjadi dua. “Dua unit Chevalier hancur, Kapten,” kata pilot Chevalier di udara. “Siapa yang menghancurkannya ?,” Tanya Kapten World Revolution. “Tidak tahu, Kapten. Tak ada sinyal unit Krieger di radar,” kata pilot itu. “Ada objek tak dikenal mendekati kita, Kapten,” kata pilot yang lain,”Dia mendekat dengan kecepatan tinggi, melebihi unit Krieger.” “Tidak mungkin,” kata Kapten itu, ”Mana ada MS secepat itu. Jangan-jangan …..” Unit Knight di udara terbelah lagi. “Hantu” itu mulai mencari mangsa lagi. “MS RAHASIA ITU ADA DI SINI, TANGKAP DIA,” teriak Kapten World Revolution ketika ia melihat MS aneh berwarna biru yang bersenjatakan sebilah katana. MS itu menoleh, mata hijaunya yang tajam memandang pasukan WRF dengan dingin.
G u nd am Ge ne sis |3 “Ayo, Gundam,” kata Shidou, “Kita hancurkan mereka.” Sepuluh unit Chevalier menerjang Shidou/Gundam. Akan tetapi, Shidou hanya diam saja, menunggu lawan mendekat. Ketika lawan sudah semakin dekat, Shidou menebas mereka dengan cepat. ”Gila,” kata Kapten itu ketakutan,”MS macam apa itu ? Dia sangat cepat menghancurkan unit Chevalier milik kami.” Lima unit Chevalier menembaki Shidou dengan membabi buta. Namun, kecepatan Gundam membuat tembakan mereka sia-sia. Shidou memandang MS lawannya dengan tenang, dan ia menghabisi mereka dengan cepat. Sang kapten WRF kehilangan banyak pasukannya. Ia tak peduli dengan itu. Ia menerjang Shidou dari depan. Ia mengeluarkan Beam Saber-nya, bermaksud menusuk Gundam. “Ayo, coba hentikan aku !,” teriak Kapten itu. Shidou memandangnya dengan dingin, lalu ia menghindari serangan sang Kapten. Ia menebas kepala Chevalier itu, dan menusuk kokpitnya. “A-a-aku gagal,” kata Kapten itu terakhir kalinya sebelum Chevalier miliknya hancur bersama dirinya. Shidou tampak heran dengan kemampuannya mengendalikan MS. “Kenapa rasanya mudah, ya ?,” tanyanya dalam hati, ”Padahal, aku belum belajar mengendalikan MS sama sekali.” Tiba-tiba, satu unit Chevalier terbang menuju Gundam, bermaksud menusuknya dari belakang. Namun, serangan misil dari bawah menghancurkannya. Shidou melihat ke bawah, dan ia kaget. “Gundam lagi ?,” pikirnya ketika ia melihat sebuah MS seperti miliknya, tetapi lebih besar dan berwarna hijau. “Hey, nak,” kata pilot Gundam hijau itu, “Selamat, ya. Kau telah membangunkan Crusader. Sesuai dugaanku, kamu cocok menggunakannya.” “Crusader,” kata Shidou. “Ya, Gundam-mu,” kata pilot itu, “Kalau punyaku, namanya Wrath.” “Siapa kau ?,” tanya Shidou. Pilot Wrath melepas helmnya. Shidou terpaku, karena pemuda yang ia temui di cafeteria itulah penyelamatnya. “Namaku Michail Waltz, direktur Waltz Group, salam kenal,” ia memperkenalkan diri. “Shidou Stauffenberg,” ia memanggil Shidou, “Ikutlah denganku sekarang. Aku rasa, orang-orang NEG akan menangkapmu sebentar lagi.” Michail terlihat lebih serius daripada saat ia di cafeteria. “Crusader-mu sudah kehabisan banyak tenaga gara-gara pertempuran tadi,” kata Michail, “Kau tak’kan bisa menghabisi semua unit Krieger dengan kondisi seperti ini. Jadi, ikutlah denganku. Aku akan melindungimu dari mereka.” Shidou sebenarnya tidak ingin mengikuti Michail. Namun, kalau melihat kondisinya sekarang, memang benar apa yang Michail katakan. Lagipula, pikirnya, ia terlihat bersungguh-sungguh. “Baiklah, aku ikut,” kata Shidou. Michail tersenyum, dan kedua ksatria itu pun terbang meninggalkan tempat itu. Sang kapten NEG, yang ada di dalam unit Krieger-nya, bertanya dalam hati, Ada di pihak mana orang yang ada di dalam kokpit Gundam itu
G u nd am Ge ne sis |4
Chapter 2 Order of Valkyrie
“Yap, kita sudah sampai,” kata Michail. Ia mendaratkan Wrath di gua, lalu keluar dari kokpit. Ia menunggu Crusader, raksasa biru itu, mendarat. “Bagus juga untuk seorang pemula,” kata Michail, ”Hancurkan MS WRO dengan mudahnya.” “Masih banyak kekurangan,” kata Shidou, “Crusader harus di-upgrade, sehingga kemampuannya menjadi lebih baik.” “Jangan terburu-buru,” kata Michail, “Ikut aku.” Michail membawanya menuju suatu ruangan. Terlihat seperti briefing room, meski sedikit lebih luas, dengan meja bundar dan komputer yang menampilkan peta New Earth. Di sana, ada 3 orang lelaki, yang sudah menantinya. “Jadi, ini orang yang kau rekrut sebagai Soul ?,” tanya lelaki berambut pendek, berwarna merah, yang duduk di sebelah adik kembarnya, yang terlihat duduk malas-malasan. “Ah, iya,” kata Michail, “Dia cukup potensial untuk jadi Soul.” Shidou tampak heran. Ia belum paham apa yang dibicarakan orang-orang itu. “Yah, kalau kita lihat dari skill-nya, boleh juga,” komentarnya, “Hanya saja, apa anak ini pernah berperang ?” Shidou menatap saudara kembar itu. Mereka pun menatapnya dengan pandangan heran, bercampur aneh. Mereka berpikir, apa benar anak seperti Shidou punya pengalaman menggunakan MS. Apalagi, anak seusia Shidou biasanya baru belajar tentang dasar pengembangan MS di akademi teknisi MS di Area 1. Kalaupun mereka masuk akademi militer NEG, itu pun mereka baru belajar teori dan berlatih menggunakan simulator. Mana mungkin anak seusia Shidou bisa memiliki kemampuan mengendalikan MS layaknya seorang ace pilot. Shidou menggelengkan kepalanya. Kedua pemuda kembar itu terkejut. Mereka menatap Michail dengan keheranan. “Yah, aku hanya beruntung saja,” kata Michail dengan santainya. “Bukan beruntung, Michail, tapi kau sudah memperhitungkannya,” kata seorang lelaki berkacamata hitam, berambut pirang dan panjang, yang bersandar di dinding. “Ah, sudahlah, Lucas,” balas Michail, “Yang penting, kita sudah berhasil mendapat Soul terakhir.” Shidou tampak keheranan. Soul, pikirnya. Ia tak terpikir untuk menjadi pilot MS. “Er, Michail,” Shidou mengajak bicara pemuda berambut biru tua itu. Michail menoleh. “Ya ?,” balasnya. “Yang tadi itu, aku hanya berusaha membela diriku,” kata Shidou, “Aku tak punya skill cukup untuk menjadi Soul.” “Oh, tidak,” bantah Michail, “Dengan kau, formasi Orde Valkyrie sudah lengkap. Aku gak butuh pengganti dirimu. Karena kau punya potensi.” Lelaki malas-malasan itu menguap. Sepertinya, ia terlalu malas mendengar ocehan orang-orang, yang menurutnya gak penting itu. “Sudah, sudah,” kata lelaki itu, “Jika ia merasa tak layak, lebih baik tolak saja. Lagipula, kenapa kalian berbicara hal gak penting begini, eh ?”
G u nd am Ge ne sis |5 “Tak usah seperti itu, Conrad,” tegur Lucas sambil menunjuk lelaki itu dengan tongkatnya, “Aku yakin Michail memilihnya karena ia sudah memperhitungkannya. Lagipula, anak itu terlalu rendah hati. Aku saja penasaran dengan skill-nya.” Conrad terdiam. Ia memandang Lucas dengan hina. Orang buta jadi Soul. Jangankan Soul, seharusnya orang buta dilarang keras mengendalikan MS. Bisa mati konyol, pikirnya. Tapi, ia memilih untuk diam, daripada menimbulkan masalah di dalam Orde. “Hey, nak,” lelaki buta itu memanggil Shidou, “Siapa namamu ?” Lucas menyadari, bahwa tindakannya mengagetkan Shidou, yang sedang melamun, berpikir tentang hal-hal yang terjadi hari ini. Soul, Orde, semua itu tak mampu ia mengerti dalam waktu singkat. Maka, lenih baik ia mengajaknya bicara, daripada membiarkannya berpikir terlalu berat. “Shidou Stauffenberg,” ia memperkenalkan dirinya. “Aku Lucas Le Havre,” balas Lucas, “Jika kamu berkata bahwa kamu bertempur hanya untuk melindungi diri, lalu bagaimana dengan hal yang lebih penting daripada orang lain ?” Shidou terdiam. Lelaki buta yang mengajaknya berbicara bukanlah orang sembarangan. Lagipula, untuk apa orang buta ada di Orde ? Hal itu mulai muncul di benaknya. “Apa kau bertarung ?,” tanya Shidou pada Lucas. Lucas mengangguk pelan. Shidou memandang sekeliling. Ia memandang mereka sebagai orang-orang yang bertarung, dengan alasan yang tak diketahui. Suatu hal, yang ia coba untuk mengetahuinya. “Kalau begitu, apa alasan kalian bertarung ?,” tanya Shidou lagi. Michail melihatnya dengan heran. Ia tak berpikir bila Shidou bertanya hal seperti itu. “Kau tahu, alasan kami bertarung adalah untuk menghentikan perang,” Michail mulai berbicara serius, “Dengarkan ini, Shidou. Aku tahu, kau sebenarnya memiliki alasan yang sama dengan kami. Hanya, kalau kau bertarung sendirian, itu sama saja menyerahkan nyawamu. Akui saja, Shidou. Aku tahu sejak awal, kau memang ingin bertarung agar kau bisa selesaikan semuanya sendiri, karena tak ada yang kau percaya. Mulai sekarang, ubah pemikiranmu. Bergabunglah, percaya pada kami.” Usaha Michail membujuk Shidou terlihat sia-sia. Shidou terdiam, tapi ia masih berusaha mempertahankan pandangannya. Yah, ia memang bukan tipe orang yang mudah percaya begitu saja. Bahkan, ia termasuk individualis, yang tak mau mempercayai siapapun, kecuali dirinya sendiri. Michail melangkah ke arah pintu, ia masih tersenyum. Ketiga lelaki itu mengikutinya. Shidou memandang mereka, berpikir tentang apa yang mau mereka lakukan. Michail menatap Shidou, lalu berbalik dan melangkah keluar. “Michail, apa yang mau kau lakukan ?,” tanya Shidou. ”Eh, kau tak tahu, ya ?,” balas Michail, “Kami akan pergi dari sini. Terserah padamu, mau ikut kami atau tidak. Lebih baik bagimu, kalau terus diam, berpikir, dan menunggu Perang Safir Berdarah menghancurkan umat manusia. Sudah, ya, ada yang harus kami lakukan.” Michail menutup pintu. Ia terlihat tak peduli dengan Shidou. Apakah Shidou masih tetap berdiam diri, atau berusaha keluar dari ruang itu, itu bukan urusanku, pikirnya. Mereka berjalan menuju tempat Gundam berada. “Ok, kita bawa Gundam kita ke “surga”, kata Michail dengan santai, “Kita akan melewati terowongan bawah tanah ini, dan kita akan keluar menuju luar angkasa. Jangan sampai ada yang tertangkap atau
G u nd am Ge ne sis |6 tewas, karena sewaktu-waktu lawan akan datang. Jangan remehkan lawan, hanya karena kita punya Gundam.” Michail berjalan menuju kokpit Wrath, menunggu mereka memakai pilot suit di dalam kokpit. “Kalian sudah siap ?,” tanya Michail pada teman-temannya, yang sudah masuk ke kokpit masingmasing. “Roger,” kata ketiga Soul itu. Dan, pintu gerbang terbuka. Mereka melesat dengan Gundam mereka. Tak ada halangan bagi mereka, selain apa yang akan terjadi setelah keluar dari New Earth. Kalau tak ada halangan, mereka bisa mendarat di Nirvana tanpa halangan. Nirvana, “surga” yang dikatakan Michail, adalah mothership sekaligus markas utama (HQ) mereka. Di sana, mereka akan merencanakan rencana mereka selanjutnya. Mereka sampai di luar angkasa. Sejauh ini, tak ada halangan bagi mereka. Mereka melesat bagaikan cahaya. “Yap, 2 jam lagi kita sampai,” kata Michail. “Hey, ada musuh mendatangi kita,” kata Conrad, ketika ia melihat radar. Berondongan tembakan beam rifle menghalangi mereka. Pasukan EDGE, Mobile Suit milik United Forces, bersiap melawan mereka. “Itu Gundam, MS prototype Order of Valkyrie, faksi pembangkang PBB,” kata pilot EDGE. “Ayo, habisi pembangkang. Ini kesempatan kita untuk mendapat promosi,” kata pilot yang lain. “Jadi, mereka, para serangga, yang menembak,” kata Michail. Lucas membalas tembakan mereka dengan missile. Satu EDGE berhasil dijatuhkan oleh pesawat merah milik Lucas itu. EDGE yang lain mengejar Lucas. Lucas mengetahuinya, lalu mengubah pesawatnya menjadi Gundam. Dari sayapnya, ia membentuk busur panah, dan menembak EDGE tersebut dengan beam arrow. Juna, Gundam miliknya, hanya memandang dingin EDGE yang dipanahnya. “Boleh juga, untuk seorang tunanetra. Sepertinya, kau mampu memahami Juna,” kata Michail sambil menembaki pasukan EDGE. Lucas hanya diam. Ia berusaha fokus pada pasukan EDGE. Conrad mengaktifkan Stealth Mode, membuat Slayer tak terlihat, dan membantai sekelompok EDGE dengan mudah. “Boleh juga Gundam ini,” kata Conrad, “Bukan begitu, Saint ?” “Yah, bolehlah,” kata Saint, kakaknya, yang sedang menebas kepala EDGE, “Kerja bagus, Slasher.” Tiba-tiba, sesosok MS putih menerjang Michail dengan pedang berwarna ungu miliknya. Tebasannya hanya menggores kaki Wrath. Michail menatap MS putih itu, sepertinya ia tahu siapa orang yang mengendalikannya. “EDGE putih,” kata Michail, “Aku tak tahu jika mereka membuat EDGE Custom.” “Yang tadi itu hanya beruntung saja, Michail,” kata pilot EDGE putih itu, “Kau kaget, kan ? Pengkhianat sepertimu ternyata bodoh juga. Kau tak menyadari jika NEG membuat EDGE khusus untukku, yang ingin membelah kepala pengkhianat sepertimu !” “Cesare Aquila,” kata Michail dingin, “EDGE-mu boleh juga. Tapi apa kau bisa menghindari ini ?” Michail mengunci EDGE putih itu, lalu melepaskan Plasma Shot dari Dual Cannon-nya. Cesare mampu menghindari Plasma Shot itu. Michail sudah memperhitungkannya, lalu ia menembakinya dengan missile. Cesare menahannya dengan Beam Shield miliknya, lalu berusaha menusuk bagian kokpit Wrath. Lucas, dengan Juna, memanah EDGE putih itu. Tapi, Beam Arrow itu berhasil ditebas olehnya. “Hebat juga, Beam Arrow berhasil ditebas,” kata Lucas.
G u nd am Ge ne sis |7 Cesare mengetahuinya, lalu melemparnya dengan dua Beam Knife. Beam Knife itu hampir mengenai Juna dan Slasher, yang menahannya dengan Beam Shield. “Pasukanmu boleh juga,” kata Cesare dengan nada menghina, “Kalian hanya mampu mengalahkan EDGE biasa. Akan kuhancurkan kesombongan kalian.” Tiba-tiba, EDGE itu tertahan. Cesare tak bisa bergerak. “Kau tak bisa menghindar dariku, brengsek,” bentak Conrad. Slayer mencekik EDGE itu tanpa belas kasihan. Cesare berusaha melepaskan diri. “Kau tahu, Cesare,” kata Michail, “Kau itu menyedihkan.” Michail mengunci sasarannya. Dengan tatapan menghina, ia menembakkan Plasma Shot ke arah kokpit EDGE. Namun, Cesare sudah melepaskan diri. Ia mendorong Slayer ke arah Plasma Shot itu. “Sialan,” bentak Conrad. Ia menahannya dengan Beam Shield, dan terdorong jauh karena Plasma Shot dari Wrath. Cesare melesat menuju Wrath. Ia mencabut pedang ungunya, berusaha menusuk kokpit Wrath untuk menghabisi Michail, yang sudah mati langkah. “MATI KAU !,” teriak Cesare kepada Michail. Tusukan EDGE terhenti. Hampir menusuk kokpit Wrath. “Apa ?,” Cesare terlihat begitu kecewa, saat peluangnya menghabisi Michail gagal. Sebilah katana menangkis tebasan pedang ungu EDGE. “MINGGIR KAU, BAJINGAN !,” gerung Cesare, yang sangat marah, “KAU MENGHALANGIKU MEMBUNUHNYA !” Sesosok bayangan berwarna biru menyerangnya dengan katana, membuat EDGE itu terdorong cukup keras. “Kau hampir telat, Nak,” kata Michail. “Aku hanya memodifikasi sedikit program tempurnya, agar aku mampu memahami Crusader. Dia cukup liar,” kata Shidou. Shidou menatap Cesare, yang berusaha mengumpulkan kekuatannya untuk membelah dirinya. Ia bisa merasakan, amarah Cesare yang menggelegak di hatinya. “Kau,” kata Cesare penuh amarah, “Aku tak peduli denganmu. Kau memang bukan orang yang ingin kubunuh, tapi siapapun yang menghalangiku, AKAN KUBUNUH !” Cesare melesat menuju Crusader. Terjadi adu pedang yang cukup sengit. EDGE Custom itu memang diciptakan untuk menghabisi Gundam, MS prototype milik Order of Valkyrie. Tak heran, pertarungan ini sangat panas. Cesare, yang dikuasai amarah dan kebencian terhadap Michail dan Orde-nya, berusaha menghabisi Shidou, yang mulai menemukan alasan bertarung dalam dirinya. Kedua pedang bertemu, saling beradu. Gesekan keduanya makin memanaskan pertempuran. “MINGGIR KAU,” teriak Cesare. “Kau hanya mesin pembunuh,” kata Shidou dengan tenang, “Tak’kan kubiarkan kau memperparah Perang Safir Berdarah ini.” “DIAM KAU !,” gerung Cesare. Cesare menetakkan pedangnya pada kepala Cusader. Shidou menahannya, dan menendangnya sampai jauh. Cesare melesat dengan cepat, menerjang Crusader. Shidou melihat celah, yang dapat ia manfaatkan untuk mengakhiri perlawanan Cesare. Ia menebas lengan EDGE, sehingga ia tak mampu memakai pedangnya lagi. Cesare menembakinya dengan Beam Rifle. Namun, Shidou dengan mudah menghindarinya. Ia mendekati Cesare, lalu menghunus katana ke arah kokpit EDGE. Michail berpikir, Shidou mulai berpikir untuk membunuh lagi. Tapi, ia hanya diam. Shidou hanya menatap Cesare.
G u nd am Ge ne sis |8 “Bunuh aku,” kata Cesare, “BUNUH AKU, GOBLOK !” “Kau tahu,” kata Shidou, “Aku tak’kan membunuhmu, meski kau meminta ataupun merengek. Aku tahu, ini perang, dan memang dalam perang harus membunuh. Tapi, lebih baik kau berusaha menghentikan perang ini, daripada sibuk dengan dendam pribadimu.” Cesare terdiam. Ia seperti kehabisan tenaga karena pertarungannya dengan Shidou. “Terserah,” kata Cesare dingin, lalu pergi, dengan EDGE Custom yang mengalami kerusakan parah. Shidou terus menatap Cesare, yang meninggalkannya. Dan, keempat Gundam pun mendatanginya. “Seharusnya, kau bunuh bajingan itu,” kata Conrad dingin. Shidou hanya diam saja. Lucas berusaha memahami apa yang dilakukan Shidou tadi. “Kerja bagus, Shidou,” puji Michail, “Yah, meski kau tak membunuhnya, kau menunjukkan alasanmu bertarung.” “Aku akan menghentikan perang ini,” kata Shidou, “Bersama dengan kalian.” Michail tersenyum simpul. Kecuali Conrad, semuanya tampak puas dengan masuknya Shidou sebagai Soul yang terakhir. Dan, para ksatria pun melanjutkan perjalanan mereka menuju “surga”.
G u nd am Ge ne sis |9
Chapter 3 Pelajaran
“Jadi, ini Nirvana ?,” kata Shidou dalam hatinya. Mothership itu sudah terlihat. Pesawat raksasa berwarna putih-biru itu seperti sudah siap menyambut para ksatria itu. ”Ok, teman-teman,” kata Michail, “Kita hampir sampai di rumah.” Michail memimpin teman-temannya, yang sudah lelah karena tekanan dari United Forces, yang datang tiba-tiba. Shidou melihat sekeliling. Raksasa berwarna merah, ungu-hitam, dan saudara kembarnya, tetapi berwarna oranye-kuning, menemaninya mengikuti sang pemimpin perjalanan, yang berwarna hijau. Ia melihat komputer Crusader. “Kalau saja aku tak mengubah learning system-nya (program bantuan untuk mengendalikan MS bagi pemula), aku sudah dipenggal EDGE putih itu,” pikirnya. Baginya, learning system Crusader kurang cocok baginya, yang baru dua kali mengendalikan MS sekelas Gundam. Hal itu membuatnya mengubah LS raksasa biru itu, sehingga memudahkannya mengendalikan Crusader. Bahkan, jauh lebih nyaman daripada sebelumnya (karena ia pemula, jadi pengendaliannya dibantu komputer). “Shidou,” panggil Michail, “Setelah docking, kita bicara, ya. Sebentar saja.” Ia mengedipkan matanya. Shidou sudah lelah untuk bicara lagi. Tapi, sudahlah. Ia mengangguk pelan, meski sebenarnya ia mau menggelengkan kepalanya. Pintu gerbang Nirvana terbuka. Para ksatria itu memulai proses docking. Satu per satu Gundam memasuki Nirvana. Shidou teringat akan pelajaran simulasi MS, sewaktu ia masih belajar di akademi. Ini terlihat mudah baginya, meski ia hanya belajar lewat simulator. “Crusader Soul, silahkan masuk ke docking area,” suara seorang gadis remaja memberitahu Shidou. Ia memasukkan Crusader ke dalam sebuah ruangan besar, lebih besar daripada saat ia mendarat di dalam goa persembunyian sementara Order of Valkyrie. Crusader berhenti pada sebuah penyangga besar, sebuah pemberhentian yang cukup baik. “Proses docking selesai, silahkan keluar,” kata gadis itu sambil menutup gerbang Nirvana. Shidou keluar dari kokpit, dan mengikuti keempat Soul lainnya memasuki koridor, dan menuju ke ruang utama. Ruangan tersebut dipenuhi orang yang bekerja. Orang-orang tersebut diatur oleh seorang pria berseragam serba hitam. Pria berambut perak itu terlihat lebih serius daripada Michail, pemimpin sementaranya. Matanya tajam melihat sekeliling, menunjukkan bahwa ia benar-benar serius mengatur segalanya agar tak ada kesalahan. “Dia itu Arthur Waldheim, pemimpin Order of Valkyrie yang sesungguhnya,” kata Lucas pada Shidou, “Orangnya tegas, tidak sesantai Michail, pemimpin pasukan kita.” Arthur menatap Shidou, seperti elang menatap mangsanya. Kedua orang itu saling menatap sebentar. Lalu, Arthur memanggil Michail dengan isyarat. Keduanya terlibat pembicaraan.
G u n d a m G e n e s i s | 10 “Jadi, dia itu Soul bagi Crusader ? Mengesankan,” bisik Arthur, “Yah, aku sedikit penasaran pada kemampuan sebenarnya. Apa ia hanya beruntung bisa melakukan hal seperti itu ?” Michail hanya menggeleng. Arthur mengangguk pelan, sepertinya ia memahami maksud Michail. Mereka berbicara selama lima menit, lalu Michail mengajak teman-temannya keluar dari ruang itu. Ia menyuruh teman-temannya beristirahat, kecuali Shidou. “Jadi, kau mengubah Learning System-nya,” kata Michail dengan santai. Shidou mengangguk, karena ia tak dapat berbohong di hadapan orang seperti Michail. “Boleh juga,” kata Michail, “Tapi LS tak selamanya mampu menolongmu menghadapi musuh di luar sana. Kau harus banyak belajar di simulator mulai besok.” Shidou mengangguk lagi. Michail terlihat senang sesaat, lalu ia memandang Shidou dengan serius. “Ada satu hal yang mengganjal di pikiranku,” kata Michail serius, “Kenapa kau tak bunuh pilot EDGE putih itu ?” “Lebih baik kau sendiri membunuhnya jika kamu mau,” kata Shidou dingin, “Lagipula, aku hanya berusaha menyingkirkannya. Urusanmu dengannya bukan urusanku.” Michail terdiam. Ia memberinya kunci kamar, lalu menyuruh Shidou pergi ke kamar untuk tidur. Michail masuk ke kamarnya. Ia berbaring di atas ranjangnya, sambil memikirkan apa yang akan terjadi. “Anak itu,” katanya, “Aku rasa, ini bakal merepotkan. Yah, untuk sementara.” ***** 12 Januari, Tahun 14 Crisis Age Nirvana Hari itu Michail membawa Shidou menuju ruang simulasi. Ruang itu dipenuhi oleh simulatorsimulator MS, termasuk simulator khusus Gundam. Mereka memasuki sebuah ruangan. Ruangan itu hanya menampung lima simulator. “Nah, ini adalah ruang simulator khusus Soul,” jelas Michail, “Jika kau pernah belajar di akademi dengan simulator Krieger, ini berbeda. Ini simulator Gundam. Jadi, hanya Soul yang boleh memakainya. Tiap simulator memiliki program berbeda, sesuai dengan Gundam yang dikendalikan oleh Soul.” Shidou melihat sekeliling, mencari simulator untuknya. Terlihat tak jauh beda dengan simulator yang lain. Ia pun memasuki simulator yang paling dekat dengannya. “Hey, itu bukan untukmu,” kata Michail, “Itu milik Lucas.” “Lalu, di mana punyaku ?,” tanya Shidou. Michail menunjuk simulator di depannya. Shidou mengangguk, lalu berjalan mendekati simulatornya. Ia tampak sudah memahami alasan adanya lima kokpit di tempat ini. “Michail, kenapa Lucas mampu mengendalikan Gundam, sementara dirinya tak dapat melihat ?,” tanya Shidou. “Juna, Gundam miliknya, dirancang khusus untuk tunanetra. Ada sistem-sistem tertentu yang hanya dapat dijalankan oleh orang sepertinya. Selain itu, helmnya juga didesain khusus. Memang terlihat sama seperti yang kita pakai. Hanya, helm miliknya dapat memaksimalkan penglihatan dengan otak,” jelas Michail. Shidou mengangguk pelan. Ia mulai masuk ke dalam simulator.
G u n d a m G e n e s i s | 11 “Coba dulu,” kata Michail, “Kau akan mengerti bedanya.” Pintu simulator ditutup. Sesaat, tak terlihat apapun. Gelap, sama seperti bagian dalam kokpit yang belum diaktifkan. Shidou mengaktifkan simulator, dan suasana gelap pun lenyap. Kini, ia bisa melihat langit biru. Seperti langit di New Earth. Tak ada apapun yang mengganggunya sejauh ini. Tiba-tiba, sebuah EDGE menyerangnya dari belakang. Shidou bereaksi. Ia menghindari tembakan EDGE itu. Ia menyerang balik dengan Beam Rifle, namun berhasil dihindari oleh EDGE. Ksatria hitam itu menyerang dari atas dengan Beam Saber. Namun berhasil ditahan dengan katana, walau sempat menggores bahu Crusader. “Ini jauh lebih sulit daripada sebelumnya,” kata Shidou. Ia berusaha mengendalikan controller. Tetapi, Crusader terasa sangat cepat. Kecepatannya sulit dikendalikan baginya, seorang pemula. Shidou berusaha menebas EDGE itu. Namun, EDGE itu selalu menghindar. Tebasannya sangat tidak terkendali, tidak seperti dirinya kala menggunakan Learning System. Sangat sulit. Beberapa kali ia hampir jatuh dari ketinggian. Tidak hanya itu, tembakan EDGE yang bertubi-tubi memaksanya untuk bertahan dengan Beam Shield. Beam Shield itu tak mampu menahan lagi. EDGE itu berhasil menembak jatuh Crusader. Dan, kokpit pun kembali gelap. Pintu kokpit terbuka lagi. Shidou terlihat kebingungan. Ia berusaha mengendalikan Crusader seperti mengendalikan MS pada umumnya. Namun, ia tak dapat mengendalikannya. Michail menghampirinya, lalu menepuk bahunya. “Terasa sulit, bukan,” kata Michail, “Untuk itulah, aku membawamu ke tempat ini. Mengajarimu cara mengendalikan Gundam.” “Apa kau pernah merasa seperti ini ?,” tanya Shidou. ”Saat aku pertama kali bersentuhan dengan controller, aku juga sama sepertimu. Belum terbiasa dengan kecepatan dan kekuatannya yang luar biasa,” kata Michail. “Mengendalikan Gundam berbeda dengan mengendalikan MS biasa. Kamu harus tenang saat mengendalikannya. Jangan terburu-buru menyerang seperti tadi.” Terdengar sulit bagi Shidou, yang baru pertama kali mengendalikan MS. Dan, MS yang ia kendalikan adalah Gundam, MS spesial milik Order of Valkyrie. Saat pertama kali menggunakannya, ia mampu mengendalikannya dengan sukses, tetapi dengan bantuan Learning System. Shidou memulai lagi latihannya. Ia mulai mencoba mengendalikan Crusader lagi. Namun, ia gagal lagi. Ia mencoba lagi, tapi hasilnya tetap mengecewakan (meski ada perkembangan). Ia tetap ditembak jatuh. “Yap, mulai membaik,” kata Michail. “Apanya yang membaik, Michail,” omel Shidou, “Aku masih ditembak jatuh. Bisa-bisa aku mati kalau ini beneran.” “Yah, memang benar,” kata Michail, “Di mataku, kau mampu mengendalikan Crusader sedikit demi sedikit. Itu sudah bagus. Tapi, lebih baik kau meningkatkan pengendalian dirimu. Jika kau tak mampu mengendalikan dirimu, apalagi mengendalikan MS sekelas Gundam. Dan, ketika menyerang, jangan lupa menutup pertahanan dengan cepat.” Shidou mengangguk, lalu menutup pintu simulator.Mengendalikan diri ? Hal tersulit bagiku, pikirnya. Ia memang tak pernah sekolah militer. Tapi, tak ada salahnya mencoba, pikirnya. Ia mulai memainkan controller. Ia mendekati EDGE yang ada di hadapannya. Ia mulai menyerangnya dengan Beam Rifle. EDGE itu menghindar, lalu membalas dengan Beam Saber. Ia menahannya dengan
G u n d a m G e n e s i s | 12 katana, lalu mendorong EDGE itu jauh darinya. Tidak seperti saat percobaan sebelumnya, ia terlihat menunggu lawannya. “Mengendalikan diriku,” kata Shidou, “Jika aku menerjang dulu, lawan pasti sudah melihat kelemahanku. ” Musuh semakin mendekat. Akan tetapi, ia masih berdiam diri. Shidou mulai gerakan lawannya. EDGE itu semakin dekat. ”Baiklah, sekarang waktunya,” katanya. Ia mencabut katana, dan memotong tangan EDGE itu dengan cepat. ”Bagus, seranganku akhirnya berhasil,” katanya dengan penuh kegembiraan. EDGE mulai bertambah banyak, menjadi lima unit. Shidou terlihat yakin dengan kemampuannya. Crusader miliknya tidak dapat dikendalikan sembarangan. Harus menunggu saat yang tepat untuk bergerak, menyerang, dan bertahan. Ia merasakan perbedaan dalam dirinya. Ia mulai tenang, tak terburu-buru seperti awal ia berlatih. Kelemahan lawan sudah didapat. Dengan penuh keyakinan, Shidou maju menyerang mereka semua. Satu per satu lawannya ia kalahkan dengan katana miliknya. Dan, ia berhasil. Crusader menyarungkan katana, dan kokpit pun kembali gelap. Pintu simulator terbuka. Shidou keluar dengan senyuman. Michail tampak senang, sebab ia mampu membuktikan bahwa anak itu memiliki potensi untuk menjadi kartu As bagi Order of Valkyrie. Meski, itu berarti ia harus memoles potensi miliknya. “Bagus, kerja bagus, Shidou,” kata Michail, “Seperti itu seharusnya” Shidou tersenyum padanya, lalu menutup pintu simulator itu. “Hanya saja,” kata Michail lagi, “Simulator berbeda dengan medan tempur sesungguhnya. Memang, kau berhasil dalam pelajaran dasarmu. Namun, masih banyak hal yang kau perlu kuasai. Memang tak mudah, tapi aku yakin kau bisa, Shidou. Kau boleh keluar sekarang” Shidou mengangguk, lalu meninggalkan Michail yang akan berlatih di simulator miliknya. Michail mulai menutup pintu simulator-nya. Namun, seseorang ada di dekatnya. Michail sedikit terkejut padanya. Ia tak jadi menutup pintu. “Gak buruk juga kerjamu,” kata orang itu. “Yah, aku hanya mengajarinya sedikit, Arthur,” kata Michail santai. “Ia memiliki potensi “itu,” kata Arthur dengan suara dalam, “Kau harus terus melatihnya” Michail mengangguk, lalu menutup pintu simulator. Arthur meninggalkannya sendirian. “Anak itu akan menghentikan perang ini,” pikir Arthur.
G u n d a m G e n e s i s | 13
Chapter 4 Kekalahan Pertama
Sudah tiga hari para Soul berada di Nirvana, sejak pertempuran melawan pasukan United Forces. Masih belum ada tanda-tanda serangan dari ketiga belah pihak. Terlihat situasi mana-aman saja. Cukup aman bagi para kru Nirvana untuk bekerja dengan tenang, sambil menunggu pertempuran apa yang akan menanti mereka. Termasuk bagi Michail, yang masih menemani Shidou berlatih di simulasi. Shidou mulai merasakan perkembangan dalam simulasi tempur. Terutama dalam hal menghancurkan MS musuh. Ia berhasil menumbangkan sebuah Mobile Armor dalam simulasi. Ia mulai merasa tenang dengan pengendaliannya, yang sudah semakin baik. “Yap, aku rasa sudah cukup,” kata Michail saat ia menyelesaikan latihannya. Ia mengambil dua botol minuman, lalu memberikannya kepada Shidou. “Kau selalu berkembang. Aku rasa, seharusnya kau lebih siap ketika kau menyadari perkembanganmu, Shidou,” kata Michail. Shidou mengangguk, lalu meminum minumannya. Ia mengajak Michail keluar dari ruang simulasi untuk berjalan-jalan sepanjang koridor. Namun, perhatian mereka teralihkan oleh lampu biru yang menyala. Mereka bergerak cepat menuju ruang utama. Sebab, Arthur akan “membunuh” mereka kalau terlambat menemuinya. Ada misi yang harus mereka kerjakan. Ruang utama dipenuhi oleh para kru Nirvana (kecuali tim mekanik) dan Soul lainnya. Tampaknya, mereka serius melihat foto-foto di layar. Arthur memandang kedua orang itu sebentar, lalu memberi isyarat untuk berkumpul di barisan Soul tersebut. Latar foto-foto itu tampak tak asing bagi mereka. Sebuah pangkalan militer WRO di Bulan, dengan aktivitas sehari-hari mereka. Latihan militer, pengembangan MS Chevalier, dan foto samar-samar. Sesosok makhluk besar berwarna ungu terlihat samar-samar di foto tersebut. “Apa itu MS ?,” tanya Saint. “Kira-kira begitu,” kata Arthur, “Foto-foto ini baru kuterima tadi. Setelah mereka mengirimnya, mereka tertangkap, dan dipenjara.” “Misi utama kita adalah menyelamatkan tim mata-mata kita, dan menghancurkan pangkalan mereka,” jelas Arthur. “Kalau berhasil, kita akan semakin mudah mengetahui kekuatan lawan kita, dan mampu menghentikan perang ini.” “Yah, sudah kuduga,” bisik Michail. “Kau akan mencoba membuat kekacauan lagi.” “Jika tidak dilakukan, mereka akan semakin kuat dan perang akan semakin besar,” kata sang kapten. Michail sudah tahu jika bisikannya akan membuat Arthur sedikit kesal. Ia hanya bisa menurut saja. Hal ini terlihat membosankan baginya. ”Apa boleh buat.” Mereka bersiap menuju kokpit masing-masing. Bagi Shidou, ini adalah pertempuran pertamanya tanpa Learning System. Kesulitannya akan semakin bertambah, tidak seperti pertempuran sebelumnya. Ia mencoba berpikir santai, namun ia tak mampu. Masih ada sedikit ketakutan
G u n d a m G e n e s i s | 14 menyelimutinya. Satu demi satu Gundam keluar dari Nirvana. Tinggal dia seorang. Crusader mulai bersiap di catapult. Ia mulai mempersiapkan dirinya. “Crusader sudah berdiri di catapult. Crusader, ready to launch.” Suara gadis memerintahnya untuk keluar. Ia mulai kumpulkan keberanian untuk keluar, menuju Bulan. “Shidou Stauffenberg, Crusader, berangkat.” Dan ia pergi bersama raksasa biru itu. ******* Bulan. Terlihat indah di malam hari. Kala manusia yang masih bertahan di Bumi mampu melihat Bulan di malam hari, manusia-manusia pemberontak ada di sana untuk meningkatkan kemampuan. Mereka sedang melakukan simulasi pertempuran dengan unit Chevalier kebanggaan mereka. Kolonel Ivanov mengawasi mereka dari ruang kerjanya. Seseorang mengetuk pintunya. Pria 40 tahun itu mempersilahkannya masuk. Seorang tangan kanannya akan melaporkan sesuatu kepada “Kolonel, sebuah sinyal tak dikenal tertangkap di radar,” kata orang itu. “Kelihatannya, itu MS NEG.” “Tak mungkin milik NEG,” kata Ivanov. “Jangan-jangan…” Ia teringat akan raksasa biru yang menggagalkan operasinya di New Earth dulu. “Unit itu…” “Sergei, perintahkan seluruh pasukan untuk menghentikan latihan, dan bersiap untuk bertempur,” perintah Ivanov. “Dan siapkan MS khusus itu. Setelah itu, kau kembali ke Bumi. Bawa ‘paket’ itu.” Paket, apa maksudnya. Ia berpikir demikian. Dan ia memahaminya. Ia keluar dari ruang sang atasan, dan melakukan apa yang diperintahkannya. Ivanov tersenyum dingin. Ia sudah menduga Order of Valkyrie akan menyerang mereka. “Terjebak kalian, Order of Valkyrie.” ******* Nirvana dan kelima ksatria itu mulai mendekati Bulan. Pasukan WRO bersiap untuk bertempur, demi melindungi pangkalan mereka dan alasan-alasan lainnya. “Teman-teman, kita tunjukkan hasil latihan kita selama ini,” salah satu pilot Chevalier menyemangati rekan-rekannya. Ia maju mendahului kelompoknya, menerjang Wrath. Michail mengunci sasarannya, lalu menembakya dengan Plasma Cannon. Akan tetapi, monoeye itu menghindarinya dengan mudah. Ia mencabut Beam Saber, dan menebas bagian kokpit. Ia terlihat puas, walau tebasannya hanya menggores tubuh Wrath. “Cih, jangan sombong dulu, Bung,” kata Michail. Matanya menatap si penyerang dengan lapar. Ia menembak Plasma Cannon-nya lagi ke arah pasukan, dan itu mampu mengacaukan formasi WRO. Pasukan WRO terlihat marah. Mereka memandangi kelima Gundam itu dengan mata liar, menganggap mereka hanya mangsa yang empuk. Meski satu demi satu Chevalier tertembak dan hancur, mereka tetap menyerang. Mereka tak takut pada Slasher, yang membantai monoeyemonoeye itu dengan Katar. Mereka terus menembaki Juna (Waverider mode) dan Slayer (Stealth mode) dengan liar. Menerjang Wrath yang mulai kerepotan meladeni kecepatan serangan mereka yang semakin meningkat, mengejar Crusader yang hanya menghindari pertempuran saja,
G u n d a m G e n e s i s | 15 menembaki misil-misil Nirvana, yang membantu kelima Gundam itu dari belakang. Mereka tak memikirkan apapun selain kemenangan. “SIAL, mereka semakin berkembang !,” kata Saint dengan kekesalan. ”Gerakan mereka sangat sulit ditebak,” kata Lucas, yang akhirnya terpaksa mengubah Juna Waverider mode menjadi Archer mode, dan memanahi pasukan WRO. “Heh, daritadi menghindar terus ! Mau mati, hah !,” bentak Conrad, yang kesal melihat Shidou menghindari pertempuran. Sebenarnya, ia lebih memilih menyelamatkan mata-mata itu daripada membantai pasukan Chevalier yang hanya memperlambatnya. Hanya Arthur dan Michail yang mengetahui hal itu. “Lindungi unit Crusader !,” perintah Arthur. “Jangan biarkan WRO menghalanginya.” Dengan segenap kekuatan mereka, mereka melindungi Shidou yang sudah memasuki daerah Bulan. “Lucas, hancurkan fasilitas pangkalan yang ada, cepat !,” perintah Michail yang mulai kelelahan. Lucas, yang mulai bosan dengan Chevalier, melesat mengejar Shidou. Shidou terus menghindari serangan lawannya. Ia tahu bahwa serangan WRO terhadap dirinya semakin menggila. Akhirnya, ia mulai mencabut katana-nya, dan memenggal Chevalier yang ada di sekitarnya. “Terlalu lama, Nak,” kata Lucas ketika melihat temannya menghancurkan lawannya. “Aku butuh waktu,” kata Shidou. Ia melihat sebuah sinyal di radar. Sinyal itu sangat mencurigakan. Ia bergerak dengan cepat, mendekati Shidou, hingga menampakkan dirinya. Sesosok makhluk berwarna ungu mendorongnya hingga jatuh. Makhluk itu adalah Mobile Suit monoeye. Sosoknya mengerikan, lebih tinggi daripada Gundam, dan bersenjatakan tombak besar. Matanya yang berwarna merah itu bersinar terang, memancarkan kengerian bagi lawannya. Tawa sang pilot MS itu makin menambah aura menakutkan, yang dipancarkan sang raksasa. “Gundam,” suara itu adalah suara Ivanov, “Tamatlah riwayatmu !” Ivanov menyabetkan tombaknya, dan Shidou menahannya dengan katana. Benar-benar lawan yang berat bagi Crusader, seberat tombak yang harus ia tahan. “Bebaskan mereka !,” bentak Shidou. “Kalau tidak, apa ?,” tanya Ivanov mengejek. Shidou mencoba menyerangnya. Namun, tebasan katana Crusader tak mampu membelah perisai MS itu. “Kenapa ? Tebasanmu begitu lemah,” ejek Ivanov. Mata birunya terlihat sangat lapar. Ia mencekik leher Crusader. “Kau benar-benar lemah, Nak,” ejeknya lagi, “Meski kau menggunakan Gundam, kau tak mampu menggores Ares.” Ia membanting Crusader ke daratan, lalu melemparnya keluar jauh dari Bulan. Shidou berusaha untuk bangkit. Tetapi, Ivanov mendekatinya. Ia mengumpulkan keberaniannya, lalu maju untuk menyerangnya. “Aku tak peduli sehebat apapun dewa perang yang kau puja itu,” kata Shidou dengan amarah. “Kau pasti pemimpin pasukan WRO. Dengar, aku akan hentikan perang ini apapun yang terjadi. Sehebat apapun kau dan MS-mu itu, aku AKAN MENGHENTIKANMU !” “Sekalipun kau tahu kebenaran dari semua ini ?,” tanya Ivanov dingin.“Kau hanya bocah, kau tak tahu apa-apa tentang perang ini. Kau, dan Order of Valkyrie, kalian semua hanya sampah yang suka bergaya, menyerang dengan kepentingan bodoh. Akan aku tunjukkan, dengan MS ini, aku bisa meremukkan Gundam, bocah tolol.” “AKU TAK PEDULI !,” teriak Shidou.
G u n d a m G e n e s i s | 16 Sebuah panah melesat menuju Ares. Sangat cepat. Panah itu menghunjam bahu Ares. Memang tak mampu melukainya, namun cukup membuatnya terganggu. “Kau tak apa-apa ?,” tanya Lucas. Shidou tak menjawab. Emosinya menggelegak di seluruh tubuhnya. Ia mencabut kedua Beam Saber-nya, dan mengincar kedua lengan Ares. Dengan sekuat tenaga, ia menebas kedua lengan Ares. Ia melihat “luka” tertoreh pada bahunya. “Sekarang, lepaskan mereka, atau aku hancurkan kau,” kata Shidou penuh kemenangan. “Bodoh, kau tak tahu di mana mereka,” kata Ivanov dingin. “Apa maksudmu ?,” tanya Shidou Ivanov terkekeh. Ia mengepalkan tangan Ares, lalu meninju bahu kiri Crusader dengan sekuat tenaga. Crusader terhempas jauh, menuju atmosfer Bumi. Shidou tak mampu mengendalikannya, karena kerusakan yang dialami Crusader. Lucas berusaha membalas, namun Ivanov menahannya. Ia memberi sinyal mundur pada pasukannya, dan pergi entah ke mana. Hal itu tak penting lagi bagi Lucas. Lucas berusaha mengejar Shidou, berusaha menyelamatkannya. Tetapi, Michail mencegahnya. “Ia terlalu jauh bagi kita,” kata Michail. “Tapi, dia KAWAN KITA,” teriak Lucas. “Michail benar,” kata Arthur. “Dia terlalu jauh. Kita tak tahu di mana ia jatuh. Bumi itu luas. Jangan memaksa. Kita akan mencari sinyalnya dulu.” Lucas terdiam. “Kau benar. Lebih baik kita mundur sementara.” Michail dan Arthur mengangguk. “Kapten, mereka tak ada di sini,” kata Conrad, yang berhasil menyusup ke pangkalan WRO. “Mereka memasang decoy untuk memancing kita ke sini.” Arthur menutup matanya. Kegagalan ini membuatnya sangat kecewa. Ia berusaha menenangkan dirinya. “Aku tak menyangka, mereka menjebak kita. Mereka juga berhasil menjatuhkan Crusader.” Keempat Soul kembali ke Nirvana. Memang mereka mampu menghancurkan pangkalan itu menjadi puing-puing. Tetapi, hal itu tak mampu menghibur hati mereka yang kecewa. Mereka tak mampu menyelamatkan tim mata-mata mereka, dan kehilangan rekan mereka. Sekarang, hal yang harus mereka lakukan adalah mencari Shidou di Bumi, dan menyelamatkan tim mata-mata mereka, demi informasi yang mereka butuhkan. ****** Raksasa biru itu terdampar di suatu padang pasir luas. Bumi, tempat ia jatuh, kondisinya semakin parah. Planet biru yang indah itu, kini menjadi neraka bagi mereka yang masih bertahan hidup.
Original Story by : Setsuna Westenfluss Britannia Chapter 1 ver. 2 Rewritten by Gerard Gondokusumo