Akhmad Budi Cahyono – Cessie Sebagai Bentuk Pengalihan Piutang Atas Nama
CESSIE SEBAGAI BENTUK PENGALIHAN PIUTANG ATAS NAMA Oleh: AKHMAD BUDI CAHYONO Staff Pengajar Fakultas Hukum Universitas Indonusa Esa Unggul
ABSTRAK Dalam dunia bisnis perputaran modal merupakan indikasi bagi lancarnya sebuah usaha. Berdasarkan hal tersebut seringkali pengusaha memerlukan modal dalam jangka waktu cepat guna menjamin likuiditas usahanya, sehingga tidak lagi menunggu jatuh tempo atas piutang yang dimiliki untuk kemudian ditagih pembayarannya. Cara yang umumnya digunakan untuk memperoleh dana segar dalam waktu dekat atas piutang yang belum jatuh tempo tersebut adalah dengan jalan menjual piutang yang dimilikinya kepada pihak lain yang bersedia membelinya, umunya dengan harga yang lebih rendah dari nilai tagihan yang akan dibayar oleh debitur pada saat jatuh tempo. Mengenai tinggi rendahnya harga juga tergantung dari likuid tidaknya piutang tersebut serta adanya jaminan yang menyertai piutang tersebut. Permasalahan muncul ketika tatacara atau proses penjualan piutang tersebut tidak memenuhi ketentuan hukum yang ada, sehingga dapat merugikan pihak penjual ini sendiri.
Key Words: Cessie, Piutang Atas Nama
dengan jalan menjual piutang yang
Pendahuluan Dalam dunia bisnis perputaran modal
merupakan
bagi
bersedia membelinya, umunya dengan
lancarnya sebuah usaha. Berdasarkan
harga yang lebih rendah dari nilai
hal
pengusaha
tagihan yang akan dibayar oleh debitur
memerlukan modal dalam jangka waktu
pada saat jatuh tempo. Mengenai tinggi
cepat
likuiditas
rendahnya harga juga tergantung dari
usahanya, sehingga tidak lagi menunggu
likuid tidaknya piutang tersebut serta
jatuh tempo atas piutang yang dimiliki
adanya jaminan yang menyertai piutang
untuk
tersebut.
tersebut
guna
seringkali
menjamin
kemudian
bayarannya. digunakan
indikasi
dimilikinya kepada pihak lain yang
Cara untuk
ditagih yang
pem-
umumnya
memperoleh
dana
Permasalahan
muncul
ketika
tatacara atau proses penjualan piutang
segar dalam waktu dekat atas piutang
tersebut
yang belum jatuh tempo tersebut adalah
hukum
tidak yang
memenuhi ada,
Lex Jurnalica/ Vol. 2 /No.1/ Desember 2004
ketentuan
sehingga
dapat
13
Akhmad Budi Cahyono – Cessie Sebagai Bentuk Pengalihan Piutang Atas Nama
merugikan pihak penjual ini sendiri. Hal
Dengan pembuatan akta tersebut hak
tersebut pernah terjadi dan menjadi
atas piutang beralih kepada pihak lain.
berita yang cukup hangat ketika itu pada
Sebagai
bagian
penyerahan
Bali.” Dalam perjanjian cessie tersebut
terhadap hukum perjanjian juga tunduk
terdapat
kejangalan-
terhadap hukum benda, khususnya yang
kejanggalan yang ditemukan secara
mengatur tentang penyerahan piutang
yuridis.
atas
Akibat
adanya
kejangalan
nama.
selain
cara
tahun 1999 dalam kasus “Cessie Bank
sejumlah
cessie
dari
Dalam
tunduk
hukum
tersebut, cessie Bank Bali dibatalkan
pengertian benda
oleh BPPN atas nama undang-undang
benda berwujud yang biasa dikenal
dan kepentingan umum di mana saat itu
dengan barang (Goed) dan benda tidak
BPPN berposisi sebagai debitur atas
berwujud atau biasa disebut dengan hak
tagihan
BPPN
(Recht). Baik benda berwujud maupun
berposisi sebagai debitur dalam tagihan
yang tidak berwujud dalam terminologi
cessie Bank Bali disebabkan pihak
hukum dibedakan lagi antara benda
BPPN
bergerak dan benda tidak bergerak.
cessie
Bank
mengambil
kewajiban
Bali.
alih
bank-bank
kewajibanterlikuidasi.
Pembedaan
(Zaak)
benda
tersebut,
mencakup
khususnya
Diantara Bank-Bank yang dilikuidasi
pembedaan antara benda bergerak dan
adalah Bank Umum Nasional (BUN)
benda tidak bergerak memiliki beberapa
dan Bank Dagang Nasional Indonesia
arti
(BDNI)
penting
yang
memiliki
kewajiban
terhadap Bank Bali.
penting
menurut
pembedaan
hukum. benda
Arti
tersebut
adalah sebagai berikut: a. Dalam hal bezit atau kedudukan berkuasa tidak berlaku terhadap
Pengertian Cessie Istilah cessie berasal dari kata
benda tidak bergerak, sehingga
“Cedere” yang artinya melepaskan suatu
barang siapa yang menguasai
hak dan menyerahkannya pada orang
benda tidak bergerak tidak dapat
lain (Kartono, 1977: 42). Selanjutnya
dianggap sebagai pemilik sebelum
jika kita mengacu pada Pasal 613
terbukti
KUHPerdata ayat (1) cessie merupakan
kepemilikan yang sah. Hal ini
penyerahan piutang atas nama dan
berbeda dengan benda bergerak di
kebendaan tak bertubuh lainnya, yang
mana siapapun yang mengusai
dilakukan dengan jalan membuat sebuah
benda bergerak harus dianggap
akta
sebagai
otentik atau dibawah tangan.
berdasarkan
pemilik
Lex Jurnalica/ Vol. 2 /No.1/ Desember 2004
tanpa
bukti
harus
14
Akhmad Budi Cahyono – Cessie Sebagai Bentuk Pengalihan Piutang Atas Nama
membuktikan
adanya
bukti
hanya
dilakukan
penyerahan
kepemilikan yang sah. Jika ada
secara fisik tetapi harus dilakukan
orang yang mengaku memiliki
penyerahan secara yuridis, yang
benda bergerak yang diakuasai
umumnya dilakukan dengan cara
orang lain maka orang yang
pendaftaran atau balik nama.
mengklaim bahwa dirinya berhak
Piutang termasuk kategori benda
maka
ialah
yang
harus
membuktikan b. Dalam
bergerak tidak berwujud atau benda bergerak
hal
pembebanan
atau
karena
ketentuan
undang-
undang. Kategori tersebut mengingat
jaminan juga dibedakan terhadap
secara
jaminan yang menggunakan objek
membedakannya
benda bergerak dengan jaminan
termasuk benda bergerak atau tidak, hal
yang menggunakan objek benda
ini mengingat benda tersebut termasuk
tetap.
benda tidak berwujud. Dengan demikian
Untuk
benda
bergerak
fisik
kita
tidak
apakah
kita
ingin menjaminkan benda tersebut
termasuk
kedalam
dapat
karena
undang-undanglah
jaminan
mengetahui
piutang
seperti mobil maka siapa yang
menggunakan
dapat
bahwa
piutang
benda
bergerak yang
Gadai atau Fidusia, sedangkan
mengategorikan piutang sebagai benda
siapa yang ingin menjaminkan
bergerak (Pasal 511 KUHPerdata)
benda tetap seperti tanah dan
Berkaitan sebagai
maka
menggunakan
jaminan
Hak
Tanggungan,
piutang maka yang diserahkan adalah
Sedangkan khusus untuk Pesawat
piutang atas nama. Piutang atas nama
Terbang atau Kapal dengan bobot
adalah
20 M Kibik keatas menggunakan
terhadap debitur tertentu, berdasarkan
Hipotik.
suatu
hak
bentuk
perjanjian
bangunan,
c. Cara penyerahan antara benda
cessie
dengan
menagih
perikatan
Badrulzaman,
penyerahan
dari
kreditur
(Mariam
1987:
prinsipnya
berbeda. Untuk benda bergerak
menunjukkan
umumnya
dilakukan
meskipun pada asasnya tidak harus
penyerahan secara fisik maka
dituangkan dalam bentuk tertulis atau
secara yuridis hak miliknya pun
surat
sudah beralih, sedangkan untuk
krediturnya(J
benda tidak bergerak tidak cukup
Walaupun
yang
siapa
atas
Pada
bergerak dan tidak bergerak juga
cukup
Piutang
66).
Darus
krediturnya,
menyebutkan Satrio,
tidak
Lex Jurnalica/ Vol. 2 /No.1/ Desember 2004
nama
1999:
disebutkan
nama 4). nama
15
Akhmad Budi Cahyono – Cessie Sebagai Bentuk Pengalihan Piutang Atas Nama
krediturnya, para pihak tahu identitas masing-masing,
tagihan
Dalam penyerahan piutang atas
tersebut hanya dapat ditagih terhadap
nama dengan cara cessie terdapat tiga
mereka
diri
pihak yaitu Cedent sebagai kreditur
dibuat.
lama yang memiliki tagihan piutang atas
Termasuk ke dalam kategori piutang
nama, kemudian Cessionaris sebagai
atas nama adalah adalah saham atas
kreditur baru yang menerima pengalihan
nama, sertifikat deposito, tagihan antar
piutang atas nama dan Cessus sebagai
bank, promissory notes dan lain-lain.
debitur dalam hal ini hanya sebagai
Selain piutang atas nama kita mengenal
pihak yang menerima pemberitahuan
juga piutang atas bawa dan piutang atas
atau
tunjuk. Piutang atas bawa adalah piutang
perjanjian cessie yang dibuat antara
yang memungkinkan pembayarannya
cedent dengan Cessionaris.
yang
berdasarkan
sehingga
Sahnya Cessie
mengikatkan
perikatan
yang
kepada siapa saja yang memegang dan dapat
menunjukkan
Karena
persetujuan
Cessie
atas
merupakan
piutang
bentuk penyerahan piutang atas nama,
sebagai bukti adanya tagihan, sedangkan
maka untuk terjadinya penyerahan harus
piutang atas tunjuk adalah piutang yang
didasarkan adanya alas hak (Rechttitel)
pembayarannya
terhadap
yang merupakan hubungan perdata yang
siapa orang yang ditunjuk. Penunjukan
mendasari adanya pengalihan hak. Alas
tersebut dilakukan dengan membuat
hak tersebut terjadi karena adanya
catatan punggung yang biasa dikenal
hubungan obligatoir atau hubungan
dengan endossement. Termasuk contoh
yang mengalihkan hak atas piutang
piutang atas bawa adalah cek, sedangkan
tersebut.
yang termasuk piutang atas tunjuk
obligatoir tersebut berupa perjanjian
adalah wesel. Dengan demikian piutang
jual-beli piutang atau tagihan. Dengan
atas bawa maupun atas tunjuk harus
demikian terdapat dua perbuatan hukum
berbentuk surat atau tertulis. Hal ini
dalam penyerahan piutang atas nama
mengingat pembayarannya dilakukan
yaitu
terhadap pihak yang membawa surat
merupakan alas haknya dan perjanjian
utang tersebut atau pihak yang ditunjuk
cessie
pada
piutang atas nama.
bagian
surat
memberikan
dilakukan
belakang
surat
utang
tersebut.
Pada
umumnya
perjanjian
sebagai
hubungan
jual-beli
bentuk
yang
penyerahan
Adanya dua perbuatan hukum yaitu
hubungan
penyerahan
obligatoir
haknya
Lex Jurnalica/ Vol. 2 /No.1/ Desember 2004
dan
(levering),
16
Akhmad Budi Cahyono – Cessie Sebagai Bentuk Pengalihan Piutang Atas Nama
mengingat Indonesia dalam penyerahan
Menurut
bentuknya,
ber-
hak milik menganut sistem kausal
dasarkan Pasal 613 ayat (1) Kitab
(causaal sisteem) yang dikemukakan
Undang-Undang Hukum Perdata, cessie
oleh Diephuis dan P Scholten (Frieda
harus dilakukan dalam bentuk akta,
Husni Hasbullah, 2002: 133). Dalam
dengan demikian untuk penyerahan
sistem kausal
hak milik belumlah
piutang atas nama harus dibuat dalam
beralih sebelum adanya penyerahan.
bentuk perjanjian tertulis, baik otentik
Selanjutnya dalam sistem kausal sah
maupun
tidaknya penyerahan tergantung pada
berbeda dengan Perjanjian obligatoir-
sah tidaknya perjanjian obligatoirnya
nya yang menjadi dasar atau alas hak
yang menjadi dasar adanya penyerahan.
adanya cessie, tidak mensyaratkan harus
Menurut sistim ini perjanjian baru
dalam
menimbulkan
sebenarnya bisa dilakukan secara lisan
diantara
hak
para
dan
pihak
kewajiban
untuk
saling
dibawah
bentuk
tangan.
Hal
tertulis,
ini
sehingga
sebagaimana perjanjian pada umumnya.
menuntut jika ada salah satu pihak yang
Disebabkan
dua
perjanjian
untuk terjadinya peralihan hak milik
sebagai perjanjian obligatoir-nya dan
harus dilanjutkan dengan penyerahan.
perjanjian
Khusus
nama
penyerahan piutang atas nama, maka
penyerahan tersebut dilakukan dengan
perjanjian cessie merupakan accesoir
cara cessie. Untuk penyerahan dengan
dari
cara cessie selain adanya alas hak,
haknya
penyerahan juga harus dilakukan oleh
sehingga
orang
perjanjian cessie tanpa ada perjanjian
piutang
yang
mengalihkan
atas
berwenang tagihan
untuk tersebut.
perjanjian
jenis
ingkar janji (Wanprestasi), sedangkan
untuk
yaitu
ada
cessie
perjanjian yaitu tidak
obligatoir-nya.
sebagai
yang
jual-beli
bentuk
menjadi
perjanjian
jual-beli,
dimungkinkan
Jika
alas
ada
perjanjian
Kewenangan tidak harus dilakukan oleh
obligatoir-nya tidak sah atau batal maka
orang yang memiliki benda tersebut
cessie-nya juga menjadi tidak sah atau
tetapi dapat juga dilakukan oleh orang
batal.
lain yang diberikan kuasa dari orang yang
berwenang.
Mengenai
Meskipun
cessie
telah
sah
dasar
dengan dibuatnya akta cessie yang
hukum hak dan kewenangan dalam
mengakibatkan beralihnya hak tagih,
mengalihkan hak milik diatur pada Pasal
tetapi untuk mengikat cessus atau
584 KUHPerdata.
debitur, berdasarkan Pasal 613 ayat (2) KUHPerdata pengalihan tersebut harus
Lex Jurnalica/ Vol. 2 /No.1/ Desember 2004
17
Akhmad Budi Cahyono – Cessie Sebagai Bentuk Pengalihan Piutang Atas Nama
diberitahukan kepada debitur atau telah
untuk kemudian di bayarkan kepada PT
diakui
debitur
EGP. Jika PT EGP hanya bertindak
dalam
sebagai negosiator terhadap BPPN agar
pemberitahuan kepada cessus berakibat
tagihan Bank Bali kepada BPPN dapat
bahwa
dicairkan maka tidak perlu dilakukan
atau
disetujui
(betekening).
oleh
Kelalaian
pembayaran
tagihan
yang
dilakukan oleh cessus kepada cedent
perjanjian
atau debitur lama tetap sah, asal cessus
kuasa tersebut dapat dibenarkan selaku
dengan jujur beranggapan bahwa cedent
negosiator atas tagihan Bank Bali
masih
kepada BPPN.
sebagai
krediturnya
(HFA
Vollmar, 1990: 77).
cessie.
Pembayaran
Pemberian
komisi
suarat
yang
dilakukan Bank Bali kepada PT EGP tentunya menimbulkan keraguan apa
Kasus Cessie Bank Bali Kasus Cessie Bank Bali berawal ketika
terdapat
kejanggalan
yang menjadi dasar pengalihan piutang
dalam
atau tagihan Bank Bali kepada PT EGP.
penagihan dan pembayaran hutang milik
Jika dasar pengalihan atau alas haknya
Bank Bali atas Bank Umum Nasional
jual-beli maka PT EGP harus melakukan
(BUN) dan Bank dagang Nasional
pembayaran atas tagihan yang dibeli,
Indonesia
dialihkan
selanjutnya pemberian kuasa dari Bank
kepada PT Era Giat Prima (EGP)
Bali kepada PT EGP untuk menagih
pimpinan Setya Novanto dan Djoko S
kepada BPPN sebagai pihak yang
Tjandra senilai Rp 798.091.770.000,00.
mengambil alih hak dan kewajiban BUN
Kejanggalan terlihat karena pengalihan
dan BDNI sebagai Bank terlikuidasi,
tersebut tidak didasarkan adanya alas
tidak
hak (rechttitel) yang jelas antara Bank
mengingat
Bali selaku cedent dengan PT EGP
dijamin
selaku Cessionaris. Hal ini terlihat dari
pelaksanaannya menjadi tidak masuk
keanehan kasus tersebut di mana justru
akal jika piutang itu sudah dialihkan
Bank Bali membayar komisi kepada PT
kenapa justru Bank Bali sendiri yang
EGP sebesar 546 milliar, atas tagihan
menagih kepada BPPN bukannya PT
yang sudah dialihkan kepada PT EGP.
EGP selaku kreditur baru pemilik
Sebagai pihak yang menjual tagihannya
tagihan Bank Bali. Berdasarkan hal
kepada PT EGP, Bank Bali seharusnya
tersebut alas hak (Rechtstitel) atas
mendapat uang atas penjualan tagihan
perjanjian cessie tidak jelas, padahal
tersebut, bukannya mengeluarkan uang
cessie merupakan bentuk penyerahan
(BDNI)
yang
perlu
dilakukan.
tagihan
oleh
tersebut
pemerintah.
Lex Jurnalica/ Vol. 2 /No.1/ Desember 2004
Apalagi sudah Dalam
18
Akhmad Budi Cahyono – Cessie Sebagai Bentuk Pengalihan Piutang Atas Nama
piutang
atas
nama
sifatnya
Berdasarkan uraian tersebut di
accessoir dari perjanjian obligatoir-nya,
atas maka perjanjian cessie antara Bank
sehingga tidak mungkin diserahkan
Bali dengan PT EGP adalah tidak sah,
tanpa alas hak yang jelas. Analogi dari
hal ini didasarkan tidak adanya alas hak
kasus tersebut adalah tidak mungkin
(Rechttitel) yang mengalihkan tagihan
orang
barang
Bank Bali kepada PT EGP. Selain itu
misalkan mobil, tanpa ada kejelasan
tidak adanya pemberitahuan pengalihan
tentang
itu
hak tagihan Bank Bali kepada BPPN
dasar
selaku debitur berimplikasi pada tidak
pemberian, jual-beli atau tukar menukar
adanya ikatan antara BPPN selaku
dan sebagainya.
debitur untuk melakukan pembayaran
menyerahkan
apa
alasan
menyerahkan,
apakah
yang
suatu
orang atas
Selain hal tersebut di atas,
kepada PT EGP sebagai kreditur baru
dalam pengalihan tagihan atau piutang
yang seharusnya menjadi alasan tuntutan
Bank
dibuatnya
PT EGP atas tagihan yang sudah
perjanjian cessie antara Bank Bali
dialihkan padanya. PT EGP berhak
dengan
menagih kepada Bank Bali didasarkan
Bali
PT
pemberitahuan
ini
setelah
EGP ataupun
tidak
ada
persetujuan
adanya
perjanjian
cessie
perjanjian
yang
(betekening) dari BPPN selaku debitur
seandainya
sebagaimana disyaratkan pada Pasal 613
memiliki alas hak (Rechttitel) yang sah,
ayat (2) KUHPerdata. Dengan demikian
tanpa pemberitahuan atau persetujuan
perjanjian cessie tersebut tidak berlaku
(Betekening)
dan mengikat BPPN sebagai cessus, dan
perjanjian
pembayaran tagihan yang dilakukan
penyerahan piutang atas nama tetap sah
dari cessie
cessienya
debitur sebagai
maka bentuk
oleh BPPN kepada Bank Bali selaku cedent atau kreditur lama adalah sah.
Penutup
Jika PT EGP merasa berkepentingan
Berdasarkan uraian di atas maka
atas tagihan Bank Bali yang telah
kita dapat menyimpulkan beberapa hal
dialihkan padanya tetapi dibayarkan
sebagai berikut:
kepada Bank Bali selaku kreditur lama,
a. Cessie
bukan
merupakan
maka seharusnya PT EGP menagih
perjanjian yang berdiri sendiri,
tagihan tersebut kepada Bank Bali
tetapi
senilai Rp 798.091.770.000,00 berikut
penyerahan piutang atas nama
bunganya, bukan mendapatkan komisi
yang harus didasari oleh adanya
sebesar 546 milliar.
hubungan hukum terlebih dahulu
merupakan
Lex Jurnalica/ Vol. 2 /No.1/ Desember 2004
bentuk
19
Akhmad Budi Cahyono – Cessie Sebagai Bentuk Pengalihan Piutang Atas Nama
sebagai
alas
terjadinya
hak
(Rechttitel)
penyerahan
piutang
tersebut. b. Penyerahan
dan Fidusia. Bandung: Alumni 1987. Cahyono, Akhmad Budi.et.al. Hukum
yang
dilakukan
dengan cara cessie mengharuskan dibuat dalam bentuk akta atau
Perdata Suatu Pengantar. Cet.1. Jakarta: Gitama Jaya,2004. Hasbullah,
Frieda
Husni.
Hukum
tertulis, baik akta otentik maupun
Kebendaan Perdata Jilid I. Cet.I.
akta di bawah tangan. Sedangkan
Jakarta: Ind-Hill.Co,2002.
perjanjian yang menjadi dasar adanya alas hak tidak harus benbentuk akta atau tertulis. c. Penyerahan mengikat
tersebut debitur
Kartono.
Hak-Hak
apabila
perjanjian cessie tersebut telah diberitahukan atau disetujui oleh debitur.
Kredit.
Jakarta: Pradnya Paramita,1977. Masjchoen
baru
Jaminan
Sofwan,
Sri
Soedewi.
Hukum Perdata: Hukum Benda. Cet.5. Yogyakarta: Liberti,2000. Purwosutjipto. Hukum Surat Berharga. Jakarta: Djambatan. 1987. Satrio, J. Cessie, Subrogasi, Novatie,
d. Mengingat sistem pengalihan hak
Kompensatie
milik yang berlaku di Indonesia,
Hutang.
berupa sistem kausal, maka sah
Alumni,1999
tidaknya
perjanjian
tergantung
dari
sah
&
Percampuran
Cet.2.
Bandung:
cessie
Subekti, R dan Tjitrosudibio, R. Kitab
tidaknya
Undang-Undang Hukum Perdata.
hubungan hukum yang menjadi
(Terjemahan
dasar adanya pengalihan hak atau
Wetboek).
alas haknya.
Pradnya Paramita, 2001.
Demikianlah akhir dari tulisan tentang cessie ini semoga tulisan ini
dari Cet.32.
Burgelijk Jakarta:
Subekti. Hukum Perjanjian. Cet.17. Jakarta: Intermasa, 1998.
dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
Suharnoko. Hukum Perjanjian, Teori
membacanya khususnya para praktisi
dan Analisa Kasus. Cet1. Jakarta:
bisnis yang sering bergelut dengan
Prenada Media,2004.
berbagai macam kontrak atau perjanjian.
Vollmar, HFA. Hukum Benda Menurut KUHPerdata.
DAFTAR PUSTAKA
Cet.2.
Bandung:
Tarsito, 1990.
Badrulzaman, Mariam Darus. Bab-Bab Tentang Crediet Verband, Gadai
Lex Jurnalica/ Vol. 2 /No.1/ Desember 2004
20