Cerita Calon Diplomat Ikuti Simulasi Sidang PBB UNAIR NEWS – Apa yang ada di benak Anda saat mendengar mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional? Mungkin salah satunya yang sering Anda dengar adalah calon diplomat yang mewakili Indonesia di ajang konferensi internasional. Tak sedikit mahasiswa program studi Ilmu Hubungan Internasional (HI), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Airlangga, yang pernah merasakan atmosfer pada ajang konferensi internasional. Salah satu ajang yang selalu diikuti setiap tahunnya adalah simulasi sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau yang biasa dikenal dengan model united nations (MUN). Terpilih menjadi delegasi di ajang diplomasi dan negosiasi bergengsi di tingkat global merupakan sebuah prestasi tersendiri. Tak sedikit mahasiswa UNAIR yang pernah berlaga di ajang simulasi sidang Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) atau yang lebih dikenal dengan model united nations (MUN). Ada banyak jenis kegiatan MUN yang diikuti oleh mahasiswa HI FISIP UNAIR. Dari sekian jenis kegiatan MUN, tiga diantaranya yang sering diikuti adalah Harvard National Model United Nations (HNMUN), Harvard World Model United Nations (WMUN), dan Asia-Pacific Model United Nations Conference (AMUNC). Mahasiswa prodi Ilmu HI FISIP UNAIR, Husein Al Asghor, bersama delegasi UNAIR lainnya baru saja pertengahan bulan lalu mengikuti ajang HNMUN di Massachusets, Amerika Serikat. Pada ajang tersebut, ia mengaku memiliki banyak pengalaman yang bisa dikenang selama berada di Negeri Paman Sam. “Banyak pengalaman yang bisa saya dapat, apalagi salah satu cita-cita saya adalah bekerja di badan internasional seperti PBB. Pada ajang ini, saya tidak hanya melatih kemampuan saya
bernegosiasi dan berbicara di depan umum, tetapi juga kemampuan bersosialisasi,” tutur Husein, salah satu delegasi UNAIR yang berangkat ke HNMUN tahun 2016. Pergi ke luar negeri untuk mengikuti kegiatan atau forum internasional akan memberikan warna pengalaman sendiri bagi seseorang. Begitu pula dengan Husein. “Ketika di sana saya juga berkunjung ke tempat-tempat penting. Bu Citra (dosen HI, -red) itu pernah bilang kalau kita mengikuti forum internasional di luar negeri, kita mendapatkan pengalaman yang tidak tergantikan seperti pengalaman bertemu dan berada di tempat asing,” ujar Husein. Lain ajang simulasi, lain pula pengalaman yang didapatkan. Ni Putu Indah Maharani yang juga mahasiswa Ilmu HI pernah mengikuti ajang HWMUN tahun 2015 di Seoul, Korea Selatan. “Kalau yang HWMUN, karena tempatnya juga berpindah-pindah, maka ini lebih bersifat menarik keterlibatan universitasuniversitas lain. Maka ajang HWMUN itu jadinya lebih plural, karena pesertanya banyak dan menggabungkan unsur-unsur budaya. Jadi, pada ajang HWMUN ini gaya diplomasinya lebih bersifat soft,” kisah Rani, peserta HWMUN tahun 2015. Karena ketagihan dengan ajang HWMUN, Rani berencana mengikuti HWMUN tahun 2016 yang akan diselenggarakan pada 14-18 Maret 2016 di Roma, Italia. Selain kedua model di atas, ada juga mahasiswa HI lainnya, Bella Fokker, yang akan mengikuti AMUNC pada tanggal 16 Juli di Kuala Lumpur, Malaysia. Ia baru saja diumumkan lolos untuk mengikuti ajang AMUNC setelah tulisan abstraknya tentang etnis Rohingya diterima oleh pihak penyeleksi. Untuk menghadapi ajang AMUNC 2016 nanti, ia kini sedang sibuk berlatih dengan rekan-rekannya yang lain. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Binti Q. Masruroh
Magister Epidemiologi UNAIR Kunjungi Kemenkes dan UI UNAIR NEWS – Staf pengajar beserta mahasiswa Program Studi Magister Epidemiologi FKM UNAIR tengah mengadakan studi banding ke beberapa instansi di Jakarta, pada tanggal 3 hingga 4 Maret 2016. Kunjungan yang juga diikuti oleh Prof. Dr. Chatarina U. Wahyuni selaku ketua program studi magister epidemiologi ini, diharapkan mampu meningkatkan wawasan mahasiswa dalam menggali ide kreatif sebagai bahan dalam melakukan penelitian dan penulisan ilmiah. Kunjungan pertama dilakukan di Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) dan Direktorat Jenderal PP & PL Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pada kunjungan di tempat tersebut mahasiswa angkatan 2014 dan 2015 yang turut menjadi peserta, diharapakan mampu memiliki wawasan yang nyata tentang pelaksanaan surveilans epidemiologi dan sistem informasi kesehatan nasional kepada mahasiswa. “Sebenarnya kunjungan ke Pustadin ini sudah kali yang ketiga, selain itu Pusdatin juga pernah menjalin kerjasama dengan FKM UNAIR dalam kegiatan Center of Excellence (COE) di wilayah timur pada tahun 2014,” imbuh Prof. Dr. Chatarina U. Wahyuni. Selain mengunjungi Pusdatin di Kementerian Kesehatan RI, rombongan juga mengunjungi Departemen Epidemologi FKM UI. Pada acara tersebut ada beberapa materi yang disampaikan. Pertama, materi yang disampaikan oleh Prof. Dr. Nasrin Kodim M.PH mengenai epidemiologi obesitas dan materi mengenai Event Based Surveilans yang disampaikan oleh Dr. Tri Yunis Miko Wahyono M.Sc. “Kunjungan yang kami lakukan ini diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan mahasiswa tentang epidemiologi dan memperluas wawasan topik penelitian di bidang kesehatan masyarakat sebagai bekal untuk penulisan karya ilmiah,” pungkasnya. (*) Penulis: Rekha Finazis Editor: Nuri Hermawan
UNAIR Jadi Tuan Rumah Pertemuan Majelis Wali Amanat Sebelas PTN UNAIR NEWS – Perwakilan Majelis Wali Amanat (MWA) dari Sebelas Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) akan menghadiri ‘Pertemuan Forum Komunikasi MWA PTN BH’ di Universitas Airlangga, 17-18 Maret 2016. Pertemuan tersebut akan membahas ‘Implementasi Good Governance PTN BH untuk Mewujudkan World Class University’. Sebanyak sebelas perwakilan MWA yang akan hadir tersebut berasal dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Hasanuddin (UNHAS), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Iman Prihandono, Ph.D, selaku Sekretaris Majelis Wali Amanat Universitas Airlangga (Foto: UNAIR NEWS) “Sejak ada status PTN-BH, belum pernah sekalipun ada pertemuan bersama MWA. Mengingat pentingnya peran MWA bagi PTN-BH, pertemuan MWA ini dirasa menjadi perlu,” ujar Sekretaris MWA UNAIR, Iman Prihandono, Ph.D, usai menghadiri rapat persiapan penyelenggaraan pertemuan Forum Komunikasi MWA PTN-BH di Kantor Manajemen UNAIR, Senin (7/3). Pertemuan tersebut, lanjut Iman, juga akan membahas isu-isu bersama yang saat ini dihadapi oleh PTN-BH seperti penyamaan persepsi mengenai peran MWA dalam mendukung pengelolaan keuangan PTN-BH yang transparan dan akuntabel sebagai bagian dari otonomi keuangan yang dimiliki PTN-BH. “Selain itu juga bagaimana peran MWA dalam mendukung masingmasing PTN-BH untuk mencapai standar world class university. Kita harus menyamakan persepsi bahwa tugas MWA ini sangat penting bagi PTN-BH,” lanjut doktor lulusan Macquarie Law School ini.
Rencananya, Menristekdikti M Nasir, Menkeu Bambang Brodjonegoro, Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofyan Djalil serta Ketua/Wakil Ketua Komisi X DPR RI akan diundang menjadi pembicara dalam pertemuan tersebut. Penulis : Yeano Andhika
UNAIR Ikuti Study Abroad Fair 2016 di Malaysia UNAIR NEWS – Universitas Airlangga berpartisipasi dalam Study Abroad Fair (SAF) 2016 yang diadakan oleh Universiti Teknologi Malaysia (UTM) di Johor, Malaysia. Acara yang digelar 6-7 Maret 2016 di Dewan Sultan Iskandar ini diikuti oleh 30 institusi pendidikan dari berbagai negara. Antara lain Indonesia, Jerman, Spanyol, Brunei Darussalam, Thailand, Turki, India, Pakistan, Irak, Kanada, Spanyol, Filipina, Korea, Jepang, Prancis, dan Iran.
perwakilan IOP menjelaskan program UNAIR kepada mahasiswa (Foto: Istimewa) Dalam pameran ini UNAIR menawarkan sejumlah program internasional unggulannya seperti AMERTA dan summer course dari fakultas. Di antaranya Fakultas Psikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Psikologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Perikanan dan Sekolah Pasca Sarjana.
Wakil Dekan III FST berdiskusi dengan dosen UTM (Foto: Istimewa) Sehari sebelumnya, diadakan afternoon tea untuk networking session. Kesempatan ini dimanfaatkan UNAIR untuk melakukan penjajakan kerjasama dengan universitas lain yang mengikuti pameran ini. Program yang dibidik UNAIR adalah visiting professor, student exchange, joint research dan joint publication. (*) Penulis: Ratna Wahyu, IOP
Banyak Prestasi, AIRMUN Siap
Jadi Unit Kegiatan Mahasiswa UNAIR NEWS – Untuk mewadahi mahasiswa yang ingin melatih kemampuan berdiplomasi dan bernegosiasi di tingkat global, Universitas Airlangga memiliki sebuah komunitas bernama Airlangga Model United Nation (AIRMUN) Club. Tiap tahunnya, ada banyak ajang MUN yang bisa diikuti oleh mahasiswa UNAIR. Namun, anggota AIRMUN Club sendiri hanya mengadakan seleksi bagi mahasiswa UNAIR yang ingin mengikuti Harvard National Model United Nations (HNMUN), Harvard World Model United Nations (WMUN), dan Conference (AMUNC).
Asia-Pacific
Model
United
Nations
Kini, para anggota AIRMUN Club ingin mengubah bentuk dari komunitas menjadi unit kegiatan mahasiswa (UKM). Tujuannya agar komunitas yang dipimpinnya ini memiliki legitimasi di hadapan sivitas akademika UNAIR lainnya, termasuk Direktorat Kemahasiswaan. Pernyataan itu disampaikan oleh Ni Putu Indah Maharani selaku Ketua AIRMUN Club tahun 2016. “AIRMUN Club selama ini juga agak mengalami kesusahan dana karena klub ini bukanlah sebuah organisasi yang memiliki surat keputusan. Sayang kalau tidak dibikin sebagai UKM. Klub ini sebenarnya tidak hanya mewadahi teman-teman yang ingin mengikuti MUN saja, tetapi juga mengakomodasi mereka-mereka yang ingin melatih skill seperti negosiasi dan berbahasa Inggris,” tutur mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional (HI) FISIP UNAIR yang akrab disapa Rani ini. Rani ingin agar AIRMUN Club memiliki keanggotaan yang beragam. Menurutnya, mahasiswa yang berasal dari program studi selain Ilmu HI juga membutuhkan kemampuan untuk berbicara di depan publik dan menguasai bahasa Inggris. Jadi, menurutnya, tak masalah apabila ada mahasiswa yang ingin bergabung dengan AIRMUN Club tapi tidak berminat mengikuti ajang MUN. Rani percaya bahwa komunitas yang kini tengah dipimpinnya
mampu mengharumkan nama UNAIR di kancah internasional. “UNAIR katanya mau World Class University. Jadi, kalau kita (mahasiswa, -red) bisa berpartisipasi dalam ajang tersebut, mengapa tidak?,” tuturnya. Rencananya, pada April 2016 nanti komunitas AIRMUN Club akan mengadakan rekrutmen anggota dan mengadakan roadshow ke semua fakultas untuk menarik minat mahasiswa UNAIR serta mengenalkan tentang profil klub. “Mungkin orang berpikir kalau MUN itu hanya ranahnya mahasiswa HI. Padahal tidak. Di PBB sendiri ada banyak komite, misalnya WHO (World Health Organization) yang menangani masalah kesehatan. Itu, kan, cocok buat mahasiswa Fakultas Kedokteran. Ada juga UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization). Sebenarnya, yang paling penting adalah kita bisa belajar public speaking. Profesi apapun pasti membutuhkan skill itu. Itu semua bisa kita training di AIRMUN Club,” ujar Rani. Pernyataan Rani itu diamini oleh Citra Hennida, staf pengajar Departemen HI FISIP UNAIR. Citra juga kerap berkiprah membina mahasiswa UNAIR yang akan berangkat ke ajang MUN. Citra menekankan bahwa AIRMUN Club tidak hanya menekankan soal ajang MUN, tetapi beragam komunitas itu.
softskill
yang
bisa
dipelajari
di
“Perlu diingat bahwa di AIRMUN ini, kita tidak menekankan tentang MUN, tetapi bagaimana kita membekali mahasiswa itu dengan softskill yang khususnya dalam bahasa Inggris. Apalagi sekarang, kan, era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Mau anak teknik, atau apapun, kalau dia sedang berjualan, dia butuh kemampuan berbicara yang bagus, dan percaya diri. Nah, dengan bergabung di AIRMUN, kita coba pupuk hal-hal yang seperti itu,” tutur Citra. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Binti Q. Masruroh
Mengedukasi Masyarakat Agar Tidak Takut Reptil UNAIR NEWS – Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) PDD UNAIR di Banyuwangi mengenalkan “Handling dan Sexing pada Reptil” kepada anak muda Banyuwangi, Sabtu (5/3). Acara ini dihadiri oleh puluhan anak muda di “Kota Gandrung Banyuwangian” ini dengan menghadirkan komunitas pecinta reptil Banyuwangi, “Banyuwangi Reptile Comunity”. Tujuan acara ini dilaksanakan, selain mengedukasi para pecinta reptil di Banyuwangi mengenai “Handling dan Sexing pada Reptile” juga untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa reptile bukanlah suatu hal yang perlu ditakuti. ”Kita juga punya tujuan selain suka, kami juga ingin menghilangkan stigma pada masyarakat yang berpikir bahwa reptil itu berbahaya, padahal tidak, bahkan bermanfaat untuk masyarakat,” ujar Bung Rudi, ketua Banyuwangi Reptile Community. Keseimbangan pada ekosistem sangat dipengaruhi oleh reptil. Reptil memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Selain memainkan peran penting dalam banyak rantai makanan, yang menjaga populasi hewan kecil di bawah terkendali, reptil juga berfungsi sebagai makanan, hewan peliharaan, dan telah memainkan peran dalam seni dan budaya selama ribuan tahun. “Masyarakat dan mahasiswa diharap tahu lebih tentang hewan konservasi, terutama reptil, supaya bisa turut menjaga biodiversitas satwa yang dilindungi. Karena reptil telah berperan penting dalam ekosistem sejak ribuan tahun lalu, dan saat ini rawan di eksploitasi demi kepentingan oknum
tertentu,” tambah Drh. Thohawi Elziyad, pemrasaran pada sesi materi dalam kegiatan ini. (*) Penulis: Ahmad Zakky Multazam Editor : Bambang Bes
Blusukan ke Rumah-Rumah Warga, Mahasiswa UNAIR Ikut Tekan Penyebaran DBD UNAIR NEWS – Pengabdian masyarakat mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) PDD UNAIR Banyuwangi, berlanjut. Setelah diawali pada 11 Februari lalu, kemudian pekan lalu (2/3) melaksanakan edukasi pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di Kelurahan Boyolangu, Kec. Giri, Kab. Banyuwangi, Minggu (6/3) kemarin, puncaknya dengan “blusukan” mengidentifikasi jentik ke rumahrumah warga, sekaligus memberikan edukasi dengan pendekatan komunikasi interpersonal di wilayah yang sama. Sasarannya adalah bak mandi, jamban-jamban keluarga, dsb. Mengapa harus dilaksanakan identifikasi terhadap jentik? Menurut Syifa, staf pengajar FKM UNAIR Banyuwangi, dengan fogging saja tidak akan menyelesaikan masalah Demam Berdarah Dengue (DBD), sebab asap hasil fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, sedang jentik-jentik yang tumbuh di tempat-tempat air tetap hidup dan akan tumbuh menjadi nyamuk dewasa, dan nyamuk ini membawa virus dengue dari kecil. ”Jadi kalau mau memberantas demam berdarah harus dari sarangnya dan jentik-jentiknya,” ujar Syifa. Seperti diketahui, DBD adalah salah satu wabah penyakit yang harus
diwaspadai saat ini. Penyakit yang disebabkan virus dengue dan dibawa/ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti (AE) ini, bila terlambat tertangani bisa berpotensi menyebabkan kematian. Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, tahun 2015 lalu DBD di Banyuwangi dinyatakan berstatus KLB (Kejadian Luar Biasa), yakni mencapai 154 kasus hanya dalam kurun waktu Januari hingga Februari dan menimbulkan korban jiwa. Wabah ini harus diwaspadai saat awal musim penghujan dan akhir musim penghujan, saat-saat terdapat genangan air yang tidak tersiram oleh air hujan lagi dan menjadi tempat strategis berkembang-biaknya nyamuk AE. Karena itu dalam sosialisasi kemarin, warga diminta mewaspadai tempat-tempat genangan air seperti, bak mandi, selokan yang mampat, dan barang bekas yang berpotensi menampung air dan sifatnya terbuka. Koordinator pengmas FKM UNAIR Banyuwangi, Azis, berharap kegiatan ini dapat menekan kejadian kasus DBD yang secara epidemiologis diprediksi akan mengalami lonjakan pada April mendatang. ”Kami sangat senang bisa menerapkan ilmu yang telah kami pelajari, dan semoga dapat bermanfaat sebagai salah satu langkah preventif dalam memutus daur hidup nyamuk AE, apapun spesiesnya. Saya juga berharap kegiatan ini tidak putus sampai hari ini saja, tetapi terus dan bermanfaat bagi masyarakat,” kata Azis. Pengendalian berbasis pencegahan yang langsung oleh masyarakat, dinilai cara paling efisien dan sangat mudah dilakukan. Masyarakat hanya perlu melakukan pola hidup bersih dan sehat, termasuk melakukan 4N (Ngubur, Nguras, Nutup dan Ngawasi – dari gigitan nyamuk) atau juga dikenal dengan istilah 3M plus (Mengubur, Menguras, Menutup dan Hindari gigitan nyamuk). Kepada masyarakat juga diminta untuk menebarkan bubuk larvasida atau bubuk abate pada bak mandi, dan melakukan pengawasan pada anak-anak yang sangat rawan terjangkit penyakit ini. (*)
Penulis : Ahmad Zakky Multazam Editor : Bambang ES
Delegasi UNAIR Bawa Emas dari UPI Bandung UNAIR
News
–
Badan
Eksekutif
Mahasiswa
(BEM)
Himpunan
Mahasiswa Ilmu Pendidikan Agama Islam (IPAI) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung menyelenggarakan acara bertajuk Islamic Education Fair. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari terhitung sejak 19-21 Februari 2016 ini diadakan dalam rangka mencari solusi dalam mengintegrasikan nilai-nilai Islami dengan pendidikan. Seorang dara Airlangga turut ikut menyumbangkan ide kreatifnya pada acara ini. Ialah Kiki Awalul Chasanah, mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR yang juga perwakilan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Penalaran UNAIR. Kiki menyumbangkan ide kreatifnya pada perlombaan essai, dan menyabet juara 1 diantara 12 finalis yang turut serta. Peserta lain yang berhasil Kiki kalahkan berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Satya Negara Indonesia, Universitas Sumatera Utara, Politeknik Negeri Bandung, Universitas Negeri Jakarta, dan termasuk UNAIR. Essai Kiki berjudul “Children Islamic Education Park Berbasis Fun Religion Learning sebagai Upaya Pembentukan Karakter Penyambung Rantai Pasokan Berkualitas Islami yang Beradab”. Mahasiswi yang juga pernah menjuarai LKTIN 2 nd Indonesian Medical Scientific Competition Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat ini menjelaskan bahwa dirinya baru pertama
kali mengikuti perlombaan di UPI Bandung. “Artikel tersebut saya buat berawal dari inspirasi dan rasa kagum saya terhadap museum Asma’ul Husnah, Madinah, dan komik Islam bergambar yang mengajarinya nilai-nilai Islam secara halus, namun belum semua orang mengetahuinya,” tutur Kiki. Mahasiswi yang memiliki hobi fotografi dan desain ini menjelaskan tentang proses kreatif pembuatan artikelnya yaitu dengan menggabungkan konsep komik Islam dan Museum Asma’ul Husnah menjadi konsep taman edukasi Islam. Selain menang, Kiki memiliki harapan lebih terhadap artikel yang ia lombakan tersebut. “Harapannya supaya artikel yang saya buat nantinya bisa direalisasikan dengan semangat Excellent with Morality,” pungkasnya. (*) Penulis : Akhmad Janni Editor
: Binti Q. Masruroh
Dirut Pertamina Berbagi Cerita Inspiratif di FEB UNAIR NEWS – Gedung Program Magister Manajemen FEB kedatangan tokoh nasional Sabtu siang (6/3). Dia adalah Dirut Pertamina Dwi Soetjipto. Salah satu anggota majelis wali amanah UNAIR tersebut menjadi narasumber business gathering bertajuk Transformasi Pertamina Menjadi Perusahaan Energi Berkelas Dunia. Dalam kesempatan itu, mantan Dirut Semen Indonesia tersebut mengungkapkan pentingnya kreatifitas dan semangat juang. Semua
itu menjadi modal utama untuk bersaing di pasar global. Wawasan mesti mendunia. Namun, nasionalisme dan rasa cinta pada tanah air harus pula menjadi landasan dalam bertindak. Yang tak kalah penting adalah perasaan tidak gampang merasa puas. Dia mencontohkan, Pertamina saat ini bisa dibilang sebagai BUMN besar. Namun, para penggawa di dalamnya tidak boleh merasa berada di zona aman. “Tantangan di luar sangat besar. Kita harus selalu peka terhadap perubahan. Jangan sampai terlena,” kata dia. Perubahan yang begitu cepat dan beraneka rupa ini sempat dianalogikannya dengan kisah bahtera Nuh. Betapa waktu itu, banjir yang terjadi benar-benar tidak bisa diprediksi dan di luar dugaan. Kalau sudah begitu, sense of crisis sudah menjadi barang mutlak. Di sisi lain, dia juga menyampaikan soal perlunya brain storming dengan rekan-rekan. Sebab, berawal dari kebersamaan dalam diskusi, kerap kali ide-ide brilian muncul. Sekitar 150 mahasiswa dan civitas akademika hadir dalam acara tersebut. Khususnya, yang berasal dari FEB. Ada pula peserta dari kalangan praktisi dan pemerhati bisnis yang hadir dari luar kampus UNAIR. Mereka tampak antusias mengikuti “sharing session” yang gayeng dan hangat kali ini. Gaya bertutur yang ringan dan gampang dipahami menjadikan Dwi magnet dalam venue. Ketua Program Studi Magister Manajemen Dr Gancar Premananto menuturkan, pihaknya sudah kerap melangsungkan kuliah umum, seminar, business gathering, meet the CEO¸ yang dihadiri tokoh nasional dengan rekam jejak bagus. “Kami ingin mendapatkan ilmu dan pengetahuan langsung dari ahlinya. Para mahasiswa bisa belajar dan berinteraksi langsung dengan narasumber yang berkompeten,” kata dia. Harapannya, apa yang disampaikan Dwi dapat diterima oleh
mahasiswa sebagai alternatif berpikir dan mengaplikasikan ilmu di masyarakat. Terlebih, selama berkiprah di dunia bisnis, Dwi terhitung sukses dan sarat prestasi. (*) Penulis: Rio F. Rachman
Alumni dan Mahasiswa All Out Bantu Korban Banjir Sampang UNAIR NEWS – Tim UNAIR yang terjun ke lokasi bencana banjir Sampang benar-benar all out. Mereka mengerahkan segenap tenaga untuk meringankan beban masyarakat di sana. Rachmat Muttaqin, alumni FISIP yang dulu aktif di UKM Menwa menjelaskan, pada Rabu malam (2/3), lima personel berangkat ke Sampang. Mereka meluncur ke Pulau Garam dengan menggunakan tiga unit sepeda motor. Selain Muttaqin, ada pula tiga anggota Menwa dari berbagai fakultas dan seorang sukrelawan dari Fakultas Psikologi. “Di sana, kami langsung berkoordinasi dengan posko-posko. Kami dipersilakan melakukan survey dan pengamatan lapangan. Dari situ, kami tahu kalau ada di kawasan yang belum tersentuh bantuan. Yakni, Panggung dan Paseyan,” kata dia.
Penuh sesak : suasana di dalam posko kesehatan (Foto: UNAIR NEWS) Mereka pun memutuskan untuk fokus mendistribusikan bantuan berupa barang dan tenaga guna ikut bersih-bersih lingkungan di sana. Barang yang diberikan pada penduduk sekitar antara lain bahan makanan, pakaian, obat-obatan, serta perkakas atau kebutuhan sehari-hari lainnya. Pada Jum’at (4/3), sejumlah alumni dan Mahasiswa Tanggap Bencana (Mahagana) menyusul hadir. Mahagana adalah sekumpulan mahasiswa lintas UKM dan eksponen. Misalnya, Menwa, Pramuka, KSR PMI, Wanala, Mapanza, BEM, dan lain-lain. Tepatnya, pada Sabtu sore (5/3) tim dari UNAIR itu baru kembali dari Sampang. “Ini merupakan tugas dan tanggungjawab sosial kami. Wujud nyata pengabdian untuk masyarakat bangsa dan negara,” kata Muttaqin. (*)
Penulis: Rio F. Rachman