CARA PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK FISKAMPER Sampel yang biasanya diambil sebanyak ± 5 Liter. Jika ingin melakukan Bakteriologi dan Mikroskopik, jumlahnya bisa ditambah tetapi dengan penanganan yang berbeda sesuai dengan peruntukkannya. •
Alat dan bahan yang diperlukan : 1. 1 buah botol timba 2. 1 buah dirijen plastik (sebaiknya berwarna putih) ukuran 5 Liter 3. 2 buah botol plastik 500 mL 4. 1 buah botol oksigen 250 mL 5. 1 buah termos es untuk pendinginan sanpel 6. 1 buah tas lapangan 7. 1 buah alat tulis 8. 1 buah buku catatan 9. Bahan dan alat periksa parameter yang diperlukan
•
Cara pengambilan : 1. Bersihkan lebih dahulu botol yang dipergunakan sebagai tempat sampel. 2. Benamkan botol pada kedalaman perairan yangakan diperiksa. 3. Pengambilan pertama digunakan untuk membersihkan botol pengambilan sampel dengan air yang akan diperiksa lalu dibuang. 4. Pengambilan kedua untuk membersihkan botol contoh air lalu dibuang. 5. Pengambilan ketiga merupakan sampel air yang akan diperiksa diisikan kedalam botol contoh air.
•
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum pengambilan contoh air :
1. Macam-macam contoh air : ►Contoh Sesaat (grap sample) Contoh air mewakili keadaan air suatu waktu dari suatu tempat. Metode ini dapat dipakai untuk sumber air alamiah. Jika suatu sumber air mempunyai karakteristik yang tidak
banyak berubah dalam waktu tertentu maka metode ini cukup mewakili. Jika suatu sumber air memiliki karakteristik yang banyak berubah, maka sampel sesaat diambil berturut untuk jangka waktu tertentu dan pemeriksaannya dilakukan sendiri-sendiri. Metode ini biasanya dilakukan pada pengukuran suhu, pH, Kadar gas terlarut, CO2, sulfida, sianida, dan klorin. ► Contoh Gabungan Waktu (composite sample) Adalah contoh air yang merupakan gabungan contoh-contoh sesaat yang diambil dari suatu tempat yang sama pada waktu yang berbeda. Hasil pemeriksaan nya merata pada suatu peroide. Umumnya dilakukan terus menerus selama 24 jam selama beberapa hari secara intensif. Volumenya haruslah sama untuk setiap pengambilan. ► Contoh Gabungan Tempat (integrated samples) Merupakan campuran contoh-contoh sesaat yang diambil dari tempat yang berbeda pada waktu yang sama. 2. Selang waktu antara pengambilan dan analisa Makin pendek selang waktunya semakin baik, hal ini tergantung dari sifat contoh air, parameter yang akan diperiksa serta cara penyimpananya. • Air bersih
72 jam
• Air sedikit tercemar
48 jam
• Air kotor/limbah
12 jam
3. Pengawetan contoh Pengawetan yang sempurna tidaklah mungkin karena sifat masing-masing unsur dalam sampel berbeda-beda kestabilannya. Fungsi pengawetan adalah memperlambat proses perubahan kimia dan biologis yang tidak akan terelakkan. Pengawetan terbaik adala dengan mendinginkan sampel air pada 4°C. Walaupun tidak dapat seluruh unsur dapat diawetkan tetapi jika melihat fungsi pengawetannya maka pendinginan yang paling baik. Pengawetan yang dilakukan sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan. Misalnya untuk analisa logam (Al, Cd, Cr Cu, Fe, Pb, Mn, Ag dan Zn) dapat digunakan HCl pekat atau asam sulfat pekat sampai pH 2,0 untuk mengurangi absorbsi dinding wadah. 4. Frekuensi pengambilan dan keterangan contoh • Volume dan frekuensi pengambilan contoh harus cukup • Untuk sumber air besar pengambilan setiap 2 minggu atau sebulan sekali • Untuk air sungai 5 hari
• Setiap jam bila pada lokasi terjadi variasi yang lebih besar atau adanya pencemaran • Keterangan pada sampel : → Jenis air : air tanah, air limbah, air sungai, air laut → Lokasi pengambilan 5. Titik pengambilan contoh a. Badan air - Titik pengambilan harus representatif (hulu, tengah dan hilir), hindari buih. - Jika alirannya silang lakukan pada titik pertemuan - Untuk sungai besar dengan air yang tidak homogen maka diperlukan sampel yang lebih banyak pada lebar dan kedalaman yang berbeda-beda. - Jika menggunakan perahu atau peralatan lain hindari turbulensi. - Titik pengambilan 1-5 Km dari hilir atau sumber pencemaran atau 500 m di hilir atau danau dan air terjun. b. Aliran terbatas -
Titik pengambilan dari pipa, tangki, bejana, filter, kondensor, evaporator adalah titik antara air masuk dan air keluar
-
Titik pengambilan tidak pada sambungan, pada jarak 25 % dari diameter pipa maksimum 100 mm dari dinding pipa.
c. Generator uap
•
-
Titik pengambilan tergantung desain generator uap
-
Hindari tempat pada fase uap dan fase air tidak dapat dipisahkan
-
Lakukan penganbilan pada koli pendingin
Pelaksanaan Pengambilan Contoh
Air yang akan diambil dikelompokkan menjadi parameter-parameter : 1.
Air dari jaringan pipa dan air tanah
2.
Air badn air meliputi air sungai, rawa, danau, waduk, dan saluran air termasuk laut
3.
Air kolam renang dan pemandian umum
4.
Air dari generator uap.
PARAMETER FISIKA α WARNA Warna perairan dapat dipakai (tidak selamanya) sebagai parameter apakah suatu perairan sudah tercemar atau belum. Air selokan dapat berubah dari bening menjadi kelabu karena adanya proses dekomposisi. Warna perairan dapat pula dipengaruhi oleh biota yang ada didalamnya, misalnya algae, plankton dan tumbuhan air. Air sungai pada umumnya berwarna bening sampai kecoklatan, hal ini karena dipengaruhi oleh adanya pencucian badan sungai itu sendiri dan kadungan suspensi didalamnya. Metode Pengamatan : Organoleptik α BAU Bau suatu perairan dapat disebabkan oleh adanya dekomposisi zat-zat organik pada suatu perairan yang dapat menimbulkan gas-gas. Gas yang keluar dari hasil dekomposisi bukan saja menimbulkan bau yang kurang sedap tetapi adakalanya dapat mematikan biota yang ada di dalamnya, contohnya adanya kasus ikan=ikan yang mati atau mabuk pada waduk Cirata, Jawa Barat. Metode Pengamatan : Organoleptik α RASA Parameter ini erat hubungannya dengan pengujian parameter warna dan bau sehingga seringkali pada pelaksanaannya digabungkan. Rasa suatu perairan dalam kondisi bair berasa hambar, bila suatu periran sudah berwarna kurang baik atau/dan bau yang kurang sedap secara otomatis akan mempunyai rasa yang kurang enak. Metode Pengamatan : Organoleptik α TEMPERATUR Suhu merupakan parameter yang penting karena erat hubungannya dengan “Aquatic life” atau kehidupan di dalam air dan sangat mempengaruhi pertumbuhan organisme baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktivitas biologi dapat menaikkan suhu perairan sampai 60o C. suh air buangan kebanyakan lebih tinggi daripada suhu badan air. Hal ini erat hubungannya dengan proses biodegradasi. Pengamatan suhu dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan
interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air lainnya. Tetapi hal ini tidak mutlak karena dengan perubahan suhu yang kecil sudah dapat mempengaruhi kondisi biota, contohnya terumbu karang. Bila suhu perairan semakin tinggi maka kadar O2 yang terlarut akan semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Alat : termometer Cara Kerja : 1. Dicatat suhu udara sekitar 2. Untuk air permukaan : Termometer dicelupkankan ke dalam perairan, ditunggu beberapa menit. Diangkat dan dicatat suhunya. 3. Untuk air di bawah : Sampel diambil dalam botol, kemudian termometer dicelupkan ke dalam air tersebut, ditunggu beberapa menit. Diangkat dan dicatat suhunya. α BERAT JENIS (BJ) Merupakan parameter fisika yang digunakan untuk mengetahui kadar zat organik dan anorganik. Semakin besar BJ semakin banyak zat terlarut. BJ diukur dengan menggunakan urinometer, karena suhu yang berubah-ubah maka dipakai faktor koreksi. Alat dan Bahan : 1. Urinometer 2. Gelas ukur 100 mL 3. Termometer 4. Sampel air Cara Kerja : 1. Diukur dan dicatat suhu saat itu (peneraan). 2. Ke dalam gelas ukur diisikan air sampel sebanyak 100 mL. 3. Kemudian urinometer dimasukkan ke dalam air tadi dengan cara diputar. 4. Diamati dan dicatat tinggi miniskus air pada urinometer yang merupakan nilai BJ sampel. Diusahakan agar urinometer tidak menempel pada dinding gelas ukur. Perhitungan : n
=
tk – tp x 0,001 3
BJ sesungguhnya
=
A + n
Ket :
tk
= suhu kamar
tp
= suhu peneraan
A
= BJ pada saat itu
n
=
Faktor koreksi
α KEKERUHAN Kekeruhan dapat mempengaruhi masuknya sinar matahari ke dalam air. Sinar matahari sangat diperlukan oleh organisme yang berada didalam perairan untuk proses metabolisme. Bila suatu perairan keruh maka sinar matahari yang masuk akan sedikit karena terpencar-pencar oleh adanya partikel yang terlarut, dan bila air tidak keruh maka sinar matahari yang masuk akan banyak. Kekeruhan dapat dipakai sebagai indikasi kualitas suatu perairan. Air alami dan air buangan yang mengandung koloid dapat memudarkan sinar sehingga mengurangi transmisi sinar. Kekeruhan dapat mengurangi proses fotosintesis tanaman dalam air. Misalnya vegetasi perairan berakar dan ganggang, mengurangi pertumbuhan tanaman dan mengurangi produktifitas ikan. Kekeruhan dapat disebabkan oleh tanah liat dan lempung, buangan industri dan mikroorganisme. Upaya untuk mengurangi kekeruhan ini antara lain dengan penyaringan dan koagulasi. Tujuan dari pemeriksaan parameter ini adalah untuk mengetahui derajat kekeruhan air yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel yang tersebar merata dan dapat menghambat jalannya sinar matahari yang melalui air tersebut. Alat : 1. Turbidimeter 2. Gelas piala (Beaker Glass) 500 mL Cara Kerja : Dengan menggunakan alat turbidimeter Perhitungan : =
Hasil pemeriksaan
x NTU x Pengenceran = …….. NTU
Kekeruhan larutan standart α KECERAHAN Alat : Secchi disc Cara Kerja : 1. Secchi disc diturunkan ke dalam perairan hingga batas tidak terlihat dan dicatat tinggi permukaan air pada tambang secchi disc (A cm).
2. Kemudian secchi disc diangkat perlahan hingga kelihatan dan dicatat kembali tinggi permukaan air pada tambang secchi disc (B cm). Perhitungan :
A + B =
…….. cm
2 α KEDALAMAN Kedalaman sangat mempengaruhi kecepatan arus, debit air dan kecerahan. Semakin dalam sungai maka kemungkinan cahaya yang masuk akan semakin berkurang. Alat : Bandul logam yang diikat tali (diberi tanda seperti meteran)di salah satu ujungnya. Cara Kerja : 1. Bandul dicelupkan ke dalam perairan hingga ke dasar lalu diamati dan dicatat tinggi permukaan air pada tali (….. cm). 2. Diulangi pengukuran beberapa kali dan dihitung rata-rata kedalamannya. α KECEPATAN ARUS Pergerakan air atau arus air diperlukan untuk ketersediaannya makanan bagi jasad renik dan oksigen. Selain itu untuk menghindari karang dari proses pengendapan. Adanya adukan air yang disebabkan oleh adanya pergerakan air akan menghasilkan oksigen di dalam perairan tersebut. Pada umumnya bila suatu perairan mempunyai arus yang cukup deras maka kadar oksigen yang terlarut juga akan semakin tinggi. Alat : 1. Current meter atau benda yang terapung (bola pingpong) 2. Roll meter 3. Stop watch 4. Tali rafia 5. Ranting kayu Cara Kerja : 1. Setiap 100 meter perairan tersebut diberi tanda dengan ranting kayu searah aliran air. 2. Bola pingpong yang telah diikat dengan tali rafia diletakkan diatas permukaan air berbarengan dengan dijalankannya stop watch. 3. Kecepatan gerakan bola tiap 100 meter dicatat. 4. Percobaan diulangi hingga beberapa kali dan dirata-rata.
Perhitungan : Jarak yang ditempuh
=
……….. m/s
Waktu yang diperlukan α DEBIT AIR Debit air adalah volume aliran air per satuan waktu. Debit air dipengaruhi oleh luas penampang perairan dan kecepatan arus. Alat : 1. Roll meter 2. Bandul logam 3. Bola pingpong Cara Kerja : 1. Diukur lebar dan panjang perairan, lebar dan panjang perairan tersebut dibagi rata untuk beberapa titik. 2. Kemudian pada tiap titik diukur kedalamannya dengan bandul logam untuk kemudian dibuat gambar penampang perairan dan diukur luas perairan tersebut (A m2). 3. Dihitung juga kecepatan arus air dengan mengunakan bola pingpong. Perhitungan :
Q
=
A x V
A
= luas penampang (luas x dalam)
V
= kecepatan arus
PARAMETER KIMIA α pH Alat
: kertas pH universal
Cara Kerja : 1. Diambil sampel air. 2. Dicelupkan kertas pH universal kedalamnya. 3. Warna yang terjadi dibandingkan pada standard warna.
α DO (Dissolved Oxygen) Alat : 1. Botol Winkler 2. Pipet tetes 3. Perangkat titrasi 4. Pipet volume Bahan : 1. Iodida alkali (perekasi Winkler) 2. H2SO4 pekat 3. Larutan Mangan sulfat/ MnSO4 48 % 4. Natrium tiosulfat 0,025 N 5. Indikator amylum 1% Cara Kerja : 1. Ditambahkan kedalamnya 1 mL MnSO4 dan 1 mL reagen Winkler, lalu dikocok dan ditunggu hingga terbentuk endapan. 2. Ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat, dikocok hingga endapan larut. 3. Diambil 50,0 mL sampel tersebut, dititrasi dengan larutan Natrium tiosulfat 0.025 N sampai berwarna kuning muda pucat. 4. Ditambahkan inikator amilum (biru). 5. Dititrasi kembali dengan larutan Natrium tiosulfat, dari biru sampai menjadi biru hilang. 6. Dicatat berapa mL Natrium tiosulfat yang dipakai. Perhitungan : 8000 x mL Na2S2O3 Kadar O2 (mg/L) = α CO2 BEBAS Alat : 1. Tabung reaksi 2. Labu erlenmeyer Bahan : 1. Indikator Phenol ptalein 2. NaOH
mL sampel
X
N Na2S2O3
Cara Kerja : 1. Masukkan 50 mL sampel air ke dalam labu erlenmeyer. 2. Tambahkan 3-5 mL indikator PP. 3. Titrasi dengan NaOH standart tetes demi tetes sampai berwarna merah muda. 4. Catat mL NaOH standar yang terpakai. Perhitungan : Kadar CO2 = 1000 X mL NaOH X NaOH X BA NaOH 50 α BOD (Biochemical Oxygen Demand) Alat : 1. Botol Winkler 2. Pipet tetes 3. Pipet volumetri 4. Erlenmeyer 6. Buret dan statif Bahan : Lihat bahan pemeriksaan O2 (DO) Cara kerja : 1. Saring 100 mL sampel air dari lumpur. 2. Diambil 75 mL sampel air yang telah disaring, diencerkan dengan aquadest 100X dan dimasukkan kedalam 2 botol Winkler. 3. Botol pertama ditetapkan nilai DO sesaatnya. Botol kedua disimpan dalam keadaan gelap (dibungkus dengan kertas karbon atau plastik hitam) dan ditempat yang gelap. Dicatat suhu air dan jam penyimpanan. Dihitung kadar O2 nya setelah 5 hari kemudian. 4. Dicatat kadarrnya. Perhitungan : Kadar BOD (mg/L) = (DO sesaat – DO5) X pengenceran
α COD (Chemical Oxygen Demand) COD adalah banyaknya oksidator kuat yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik dalam air, dihitung sebagai mg/L O2. Beberapa zat organik yang tidak terurai secara biologik antara lain asam asetat, asam sitrat, selulosa, dan lignin (zat kayu). Prinsip : Kebanyakan jenis bahan organik dirusak oleh campuran dikromat dan asam sulfat mendidih. Kelebihan dikromat dititrasi dengan ferro amonium sulfat. Banyaknya bahan organik yang dioksidasi dihitung sebagai oksigen yang setara dengan kalium dikromat yang diikat. α TOM (Total Organic Mater) Alat : 1. Perangkat titrasi 2. Termometer 3. Erlenmeyer 4. Hot plate 5. Pipet volume 6. Pipet Mohr Bahan : 1. H2SO4 6 N 2. KMnO4 0,01 N 3. H2C2O4 0,01 N Cara kerja : 1. Dipipet 25 mL sampel air, dimasukkan ke dalam erlenmeyer. 2. Tambahkan 0,5 mL H2SO4, beberapa teter KMnO4 0,01 N sampai berwarna merah muda sedikit agar semua senyawa organik yang tingkatnya rendah dioksidasi menjadi tingkat tinggi. 3. Dipipet 10 mL larutan KMnO4 0,01 N ke dalamnya. Warna larutan akan berwarna merah. 4. Dididihkan larutan tersebut, catat jamnya. Warna larutan akan lebih muda, biarkan mendidih selama 10 menit lalu diangkat. 5. Turunkan suhu 80oC, ditambahkan 10 mL asam oksalat 0,01 N dengan pipet khusus. Larutan akan menjadi bening pada oksalat berlebih. 6. Dalam suhu 70-80oC titasi larutan dengan KMnO4 0,01 N sampai berwarna pink.
Perhitungan : (10 + a) b – (10 x c) 31,6 x 1000
dimana : a = titrasi KMnO4 b = N KMnO4
c = NH2C2O4 0,1 N d = sampel air (mL)
α KESADAHAN TOTAL Alat : 1. Pipet volume 10,0 mL 2. Erlenmeyer 3. Buret Bahan : 1. Larutan EDTA 2. Larutan Buffer pH 10 3. Indikator EBT Cara kerja : 1. Dipipet 10 mL air dimasukkan kedalam erlenmeyer. 2. Tambahkan indikator EBT hingga larutan menjadi merah muda. 3. Tambahkan larutan buffer pH 10 sebanyak 1-1,5 mL. 4. Dititrasi dengan larutan EDTA hingga menjadi biru muda. 5. Catat volume EDTA yang dipakai. Perhitungan : mg/L CaCO3 = mL EDTA X faktor EBT X 10 mL sampel α KESADAHAN Ca Alat : 1. Pipet volume 10,0 mL 2. Erlenmeyer 3. Buret
Bahan : 1. Larutan EDTA 0,01 N 2. Indikator Maurexide 3. Larutan NaOH 1 N Cara kerja : 1. Dipipet 10,0 mL sampel, dimasukkan dalam erlenmeyer. 2. Ditambahakan 1 mL NaOH. 3. Ditambahkam indikator Maurexide 0,1 g dan aduk sampai warnanya merah bata. 4. Dititrasi dengan larutan EDTA sampai terbentuk warna ungu. 5. Catat volume EDTA yang terpakai. Perhitungan : mg/ L Ca = mg EDTA x faktor EDTA x 10000 mL sampel α KESADAHAN Mg Perhitungan : mg/L Mg = (kesadahan total – kesadahan Ca) x 0,24 α SALINITAS Alat : 1. Erlenmeyer 2. Pipet volume 3. Pipet tetes 4. Buret dan statif Bahan : 1. Indikator K2CrO4 2. AgNo3 0,1 N Cara kerja : 1. Ambil 30 mL sampel air laut, lalu diencerkan 10-50 kali. 2. Tambahkan K2CrO4. 3. Titrasi dengan AgNO3 sampai merah bata.
Perhitungan : mL AgNO3 sebenarnya X N AgNO3 X 35,5 X 1000 X 1,81 mL sampel X 1000
PARAMETER BIOLOGI dan MIKROBIOLOGI α PLANKTON Adalah organisme kecil (mikroorganisme) yang hidup melayang-layang di perairan. Keberadaannya di perairan baik jumlah, jenis atau keanekaragamannya dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan tersebut. Alat dan Bahan : 1. Ember 2. Botol film/sampel 3. Planktonet 4. Sedwick + penutup 5. Mikroskop 6. Pipet tetes 7. Buku identifikasi + buku catatan 8. Larutan formalin 4% sebagai pengawet 9. Larutan CuSO4 jenuh Cara Kerja : 1. Ditentukan stasiun dan titik pengambilan sampel dari badan air (hulu, tengah dan hilir untuk sungai; inlet, tengah dan outlet untuk danau/situ). 2. Dari tiap titik sampling diambil 100 Liter air sampel menggunakan ember lalu disaring dengan planktonet. 3. Air hasil penyaringan planktonet yang ada didalam bucketnya dimasukkan ke dalam botol sampel yang gelap/botol film. Kemudian diberi larutan formalin 4% dan larutan CuSO4 masing-masing 1 tetes, dan terakhir diberi label. 4. Dilakukan pemeriksaan sampel dibawah mikroskop dengan sampel diwadahi sedwick (penuh). Dilakukan identifikasi dan perhitungan dengan bantuan buku identifikasi.
α Uji Fecal coli (Metode MPN dan TPC) Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya kontaminasi atau pencemaran badan air atau sumber air oleh kotoran manusia, dengan indikator ditemukannya bakteri khususnya Escherichia coli. E coli ini dapat menginfeksi manusia apabila tertelan dan dapat menyebabkan diare hebat bahkan kematian. Uji ini biasa dikerjakan terhadap sumber air minum untuk manusia. Dan memakan waktu ± 4 hari. NB : •
Semua alat dan bahan/reagen yang akan digunakan, sebaiknya disiapkan sehari atau dua hari sebelum pemeriksaan.
•
Dan sebelum dipakai bilaslah alat-alat tersebut dengan aquadest terlebih dulu
•
Semua alat yang sudah digunakan harus dibersihkan (dicuci) dan dibilas aquadest lalu dikembalikan ke tempat semula.
•
Ruangan dan bahan/zat kimia yang digunakan dirapihkan dan dikembalikan ke tempat semula.
- SELAMAT MENCOBA -
Hand out
UNTUK PELAJAR SMU Se-JABOTABEK
Oleh : KELOMPOK STUDI EKOLOGI PERAIRAN (KSEP)
Senat Mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta 2002
α DAYA MENGGABUNG ASAM Alat : 1. Pipet volumetri 2. Botol Winkler 3. Erlenmeyer 4. Buret Bahan : 1. Indikator MO 2. HCl 0,1 N Cara kerja : 1. Ambil sampel air dalam botol Winkler.
2. Masukkan 50 mL sampel tersebut kedalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet volumetri. 3. Tambahakan indikator MO sebanyak 3 tetes, tittrasi dengan HCl 0,1 N sampai berwarna jingga. 4. Catat mL HCl yang terpakai.
Perhitungan : D.M.A = 1000 X mL HCl X N HCl 5 α ASIDITAS Alat : 1. Erlenmeyer 2. Buret 3. Pipet volume 10,0 mL Bahan : 1. Indikator PP 2. NaOH 0,02 N
Cara kerja : 1. Ambil sampel air sebanyak 10,0 mL masukkan kedalam erlenmeyer. 2. Tambahkan 3 tetes indikator PP. 3. Titrasi dengan larutan NaOH sampai warna merah pucat. 4. Catat mL NaOH yang dipakai.
Perhitungan :
Total Keasaman mg/L CaCO3 = mL NaOH X N NaOH X 50 X 1000 α ALKALINITAS Alat : 1. Tab ung plastik 2. Erlenmeyer 3. Pipet Bahan : 1. Indikator PP pH 4,5 2. Brom Cressol Red pH 8,3 3. Sulfuric Acid
Cara kerja : 1. Masukkan sampel kedalam botol plastik, lalu dituang kedalam erlenmeyer. 2. Tambahkan 1 tetes indikator PP, jika tidak berwarna PP = 0 ( langsung ke no. 4). 3. Jika berwarna pink, tembahkan sulfuric acid tetes demi tetes sampai warna hilang (hitung jumlah tetes yang digunakan). 4. Tambahkan beberapa tetes Brom cressol Red lalau titrasi dengan asam sulfat sampai berubah warna dari biru kehijauan menjadi pink. 5. Catat jumlah tetes asam sulfat yang digunakan.
Perhitungan :
1 tetes asam sulfat = 1 ppm 1 ppm = banyaknya tetes X 17,1