Modul 6
Pengambilan Sampel Dra. Benri Sjach, M.A., M.Sc.
PE N D A HU L UA N
P
engambilan sampel, dalam beberapa buku teks Statistika berbahasa Indonesia sering disebut sebagai penarikan sampel adalah suatu kegiatan yang termasuk dalam bidang statistika inferensia. Kedua istilah tersebut dalam modul ini dipakai secara bergantian meskipun dengan maksud dan pengertian yang sama. Sampel diusahakan dengan sengaja diambil sedemikian rupa dari populasinya. Artinya, sampel diusahakan untuk diambil dari populasi sehingga apa yang digambarkan oleh sampel adalah merupakan gambaran atau refleksi dari populasi dari mana sampel itu diambil/ditarik. Dengan perkataan lain, peneliti berusaha agar sampel menjadi wakil yang sesungguhnya dari populasi. Sifat keterwakilan populasi oleh sampel ini sangat penting dalam statistik inferens. Ciri-ciri dominan dari populasi digambarkan dengan utuh oleh sampel. Hal ini berarti parameter (ciri-ciri populasi) digambarkan oleh statistik (ciri-ciri sampel) dengan sempurna. Akan tetapi, dalam kenyataannya kesempurnaan ini sangat jarang ditemui maka biasanya peneliti sudah cukup puas jika sampel menggambarkan hanya ciri-ciri dominan dari populasinya. Kita garis bawahi sifat keterwakilan sangat penting dalam pengambilan sampel. Setelah mempelajari Modul 6 ini, Anda diharapkan dapat melakukan penarikan sampel. Secara khusus, setelah mempelajari Modul 5 ini, mahasiswa dapat melakukan: 1. penarikan sampel probabilita; 2. penarikan sampel nonprobabilita-probabilita.
6.2
Pengantar Statistik Sosial
Kegiatan Belajar 1
Penarikan Sampel Probabilita
K
ita garis bawahi sifat keterwakilan sangat penting dalam pengambilan, sampel. Cara yang lazim ditempuh agar sampel dapat mewakili populasinya adalah dengan cara mengambil sampel secara acak (random). Dalam statistika, sampel yang diperoleh dengan cara ini disebut sebagai sampel random, sedangkan lawannya adalah sampel non-random, yakni sampel yang diambil dengan maksud tertentu dan tidak acak. Pengambilan sampel random dan sampel non-random akan dibahas pada sesi berikut. Akan tetapi, sebelumnya akan kita bahas manfaat dan keuntungan menggunakan metode pengambilan sampel, khususnya dibandingkan dengan melakukan penyelidikan secara keseluruhan. Pola pengambilan sampel dapat digambarkan sebagaimana tertera pada diagram Venn. Gambar 6.1. Diagram Venn Populasi dan Sampel.
Gambar 6.1. Diagram Venn Populasi dan Sampel
Catatan : dari populasi berukuran N (yaitu x1, x2, x3, ..... xN) dipilih sampel berukuran n (yaitu x1, x2, x3, ..... xn)
6.3
ISIP4215/MODUL 6
Notasi yang dipergunakan dalam modul ini adalah huruf besar/kapital menunjukkan parameter populasi, sedangkan huruf kecil menunjukkan statistik sampel. Beberapa contoh adalah sebagai terlihat pada Tabel 6.1 berikut. Tabel 6.1. Notasi untuk Populasi dan Sampel Parameter Variabel Ukuran Rata-rata Deviasi Standar Median Modus (mode)
Statistik Populasi X N µ σ Me Mo
Sampel x n x s me mo
A. MANFAAT METODA PENGAMBILAN SAMPEL Pengetahuan kita, perilaku kita, dan aksi kita didasarkan pada sampel. Penggunaan sampel juga berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari, sering kali sama halnya dengan penelitian ilmiah. Pendapat pribadi-pribadi dalam sebuah institusi dapat mempengaruhi perilaku ribuan transaksi dan terjadi setiap hari, dan sering kali ditentukan oleh satu atau dua pertemuan (perjumpaan) yang dilakukan dalam institusi itu dan pola ini agaknya sudah berlaku selama bertahun-tahun. Pelancong yang memanfaatkan waktu liburan selama 10 hari di suatu negara asing dan kemudian melanjutkannya dengan menulis buku yang membicarakan bagaimana penduduk negara yang dikunjungi membangun industri mereka, mereformasi sistem politik mereka, menyeimbangkan anggaran belanja, memperbaiki mutu makanan di hotelhotel mereka merupakan kesenangan/kebahagiaan untuk diceritakan. Akan tetapi, dalam kehidupan nyata mereka berbeda dengan ilmuwan politik yang tinggal selama 20 tahun di negara asing ini untuk meneliti dan belajar, dia tidak hanya memerlukan sampel kecil untuk menuangkan pengalamannya dan dia sangat hati-hati dalam mengungkapkan sesuatu yang dia merasa kurang memahami/mengerti tentang sejumlah aspek kehidupan di negara ini. Dalam mengungkap fenomena dalam ilmu alam dan ilmu sosial (ilmu hubungan antarmanusia) sering kali kita kekurangan sumber informasi yang lebih dari sekadar sebuah fragmen.
6.4
Pengantar Statistik Sosial
Sampai dengan 50 tahun yang lalu hanya sedikit perhatian diberikan pada masalah bagaimana mendapatkan sampel yang baik dan bagaimana mengambil kesimpulan dari hasil perhitungan sampel. Keadaan ini (sampel yang baik dan pengambilan kesimpulan berdasarkan sampel yang baik itu) tidak menjadi persoalan selama pengambilan sampel dilakukan dari bahan yang uniform (homogen) karena sampel yang diambil dari bahan yang homogen, seperti ini akan menunjukkan hasil yang sama. Misalnya, diagnosis laboratorium menyangkut keadaan kesehatan seseorang diambil berdasarkan beberapa tetes darah yang diambil dari tubuh orang itu untuk diuji di laboratorium. Prosedur ini didasarkan pada asumsi, sirkulasi darah selalu tercampur sempurna sehingga setetes darah memberikan gambaran (cerita) yang sama dengan tetes darah lainnya -- sebuah asumsi yang menjadi dasar dari harapan bahwa penyelidikan kita adalah benar, tetapi jika materi yang dipelajari jauh dari uniform, (sering disebut heterogen, keadaan yang mayoritas dari keseharian kita), metode pengambilan sampel merupakan suatu hal yang sangat kritis dan penting untuk diperhatikan sehingga sangat penting pula mencari teknik yang dapat menjamin proses pengambilan sampel yang mampu mewakili populasinya. Dengan demikian, hasil yang diperoleh dari sampel dapat dipercaya dan pada saatnya dapat digeneralisasikan (generalisasi adalah proses mengubah informasi dari tingkat sampel menjadi tingkat populasi dengan perkataan lain gambaran statistik dari suatu sampel diangkat pengertiannya sehingga menjadi gambaran parameter populasinya). Berikut kita akan bahas pola-pola pengambilan sampel yang diharapkan dapat menjamin pengambilan sampel yang tepat yakni sampel yang mampu menghasilkan kesimpulan yang tepat (sekurangnya sangat dekat) dengan kenyataan. Dalam pelaksanaan pengambilan sampel di lapangan, populasi dari mana informasi ingin diambil biasanya hingga atau terbatas -- misalnya penduduk sebuah kota. mesin-mesin di pabrik. dan jenis ikan di danau. Pada sejumlah kasus tampaknya mungkin (feasible) untuk melakukan penelitian dengan meneliti keseluruhan anggota populasi yang dalam statistika disebut dengan sensus. Administrator yang selama ini mengurusi sensus pada mulanya mencurigai metode pengambilan sampel dan bahkan menolak metode pengambilan sampel sebagai pengganti sensus. Perilaku ini kini sudah menghilang. Berikut ini akan kita bahas keuntungan-keuntungan (manfaat-manfaat) penggunaan metode pengambilan sampel (sampling methods) dibandingkan dengan metode sensus.
ISIP4215/MODUL 6
6.5
1.
Biaya Lebih Murah Jika data berasal dari bagian kecil dari keseluruhan anggota populasi, jelas biaya yang dikeluarkan menjadi lebih murah dibandingkan sensus yang melibatkan semua anggota populasi. Pengambilan sampel yang dilakukan dalam rangka pengumpulan fakta pada aktivitas penjualan dan kebijakan iklan dalam bidang riset pemasaran hanya menggunakan sampel berukuran beberapa ribuan orang saja yang diambil dari populasi yang berukuran jutaan. Jelas biaya yang diperlukan lebih kecil dibandingkan dengan melakukan sensus. Meskipun biaya pengambilan sampel sangat murah, tetapi ketepatan hasil yang diperoleh dari sampel berukuran kecil, (dengan proporsi ukuran sampel yang kecil dibandingkan ukuran populasi), masih dapat dijamin dan dipertanggungjawabkan. Kasus lain jika penelitian tentang status sosial ekonomi masyarakat Jakarta akan dijalankan maka dengan mengambil sampel (yang sesuai), misalkan ukuran sampel 4000 orang akan menyebabkan biaya pelaksanaan pengumpulan data yang lebih murah dibandingkan melakukan sensus untuk keseluruhan, kira-kira 12 juta, penduduk Jakarta. 2.
Lebih Cepat Dengan pola yang sama dengan alasan biaya murah di atas, data dapat dikumpulkan dan diringkaskan lebih cepat menggunakan metode sampel dibandingkan menggunakan metode sensus. Terutama karena ukuran sampel sangat kecil dibandingkan dengan ukuran populasi. Mengumpulkan data dalam jumlah yang lebih kecil pasti lebih cepat dibandingkan data dalam jumlah besar. Kecepatan pengumpulan data ini merupakan alasan yang sangat kuat untuk melakukan penarikan sampel, khususnya jika informasi dimaksud sangat dibutuhkan dan segera. 3.
Jangkauan Lebih Luas Dalam penelitian tertentu. staf penelitian yang sangat terlatih (highly trained personnels) atau peralatan khusus. atau keterbatasan persediaan. harus digunakan untuk memperoleh data. Dalam kasus seperti ini sensus pasti tidak praktis, pilihan yang tersedia hanyalah melaksanakan pengambilan data dengan metode sampel atau tidak sama sekali. Jadi, survei yang didasarkan pada sampel memberikan jangkauan yang lebih luas dan fleksibilitas yang lebih besar dalam hal jenis informasi yang dapat dikumpulkan. Sebaliknya, jika dibutuhkan informasi yang akurat untuk masing-masing divisi dari
6.6
Pengantar Statistik Sosial
populasi maka sampel yang diambil dari masing-masing divisi menjadi besar ukurannya (kadang-kadang ukuran sampel mendekati ukuran populasi) maka penggunaan metode sensus menawarkan hasil yang lebih baik. 4.
Lebih Akurat Oleh karena staf yang berkualitas dapat dibayar dan diberi pelatihan karena supervisi yang diberikan secara penuh selama penelitian lapangan, dan pemrosesan hasil menjadi lebih mungkin jika volume data lebih kecil, sebuah sampel mungkin akan memberikan hasil yang lebih akurat (tepat) dibandingkan sensus. Namun, kesalahan manusia (human errors) yang lebih banyak mungkin dapat terjadi jika volume data lebih besar (menggunakan metode sensus) dibandingkan menggunakan data dalam volume yang lebih kecil (menggunakan metode sampel). 5.
Pilihan yang Tersedia Hanya Sampel Ada suatu keadaan di mana penyelidikan terhadap keseluruhan anggota populasi tidak dapat dilakukan maka pilihan yang tersedia hanyalah pengambilan sampel. Misalnya, pedagang eceran durian. Jika pedagang ini harus membelah semua durian yang ditawarkan agen agar dia mampu memilih durian yang enak dan manis untuk dijual, tindakan ini tidak biasa dan tidak masuk akal. Oleh karena tidak ada seorang pun konsumen yang mau membeli durian yang sudah dibelah (katanya masuk angin?). Jadi, pengambilan sampel adalah satu-satunya cara yang dapat dipilih oleh pedagang eceran durian dalam memeriksa durian yang akan dibelinya dari agen durian. agar dia dapat menjual kembali (secara eceran) durian-durian itu kepada konsumen. Pola ini juga berlaku untuk hal-hal yang serupa. Ternyata pola ini, hanya pengambilan sampel yang dapat dilakukan. banyak ditemukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Silakan cari beberapa contoh lain dalam kehidupan sehari-hari Anda. Selanjutnya, akan kita bahas sejumlah metode pengambilan sampel dan kita mulai dengan pengambilan sampel random. 6.
Pengambilan Sampel Random Sampel yang dianggap mampu mewakili populasinya dengan baik adalah sampel random, yaitu sampel yang ditarik dengan proses random. Proses random adalah suatu proses di mana tidak seorang pun tahu secara pasti hasil apa yang akan keluar/terjadi. Di sisi lain pengambilan sampel random artinya anggota-anggota populasi yang terpilih menjadi anggota
6.7
ISIP4215/MODUL 6
sampel adalah anggota-anggota yang membawakan ciri-ciri populasinya. Dengan perkataan lain, suatu sampel disebut sebagai sampel random jika dalam proses pengambilan sampel itu semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama (equally probable) untuk terpilih menjadi anggota sampel. Semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih dimaksudkan bahwa anggota-anggota itu mempunyai probabilitas (kemungkinan) yang sama untuk terpilih. Pengambilan sampel random dibagi menjadi (a) pengambilan sampel random sederhana (simple random sampling), (b) pengambilan sampel random berstrata (stratified random sampling), (c) pengambilan sampel random sistematis (systematic random sampling), (d) pengambilan sampel random klaster (cluster random sampling), dan (e) pengambilan sampel random langkah ganda (multy-stage random sampling). Di sisi lain, ada pengambilan sampel non-random yang biasanya dibagi menjadi (a) pengambilan sampel purposif (purposive sampling), (b) pengambilan sampel kuota (quota sampling), (c) pengambilan sampel bola salju (snow-ball sampling), (d) pengambilan sampel sekehendak (judgment sampling), dan (e) pengambilan sampel ahli (expert sampling). a.
Pengambilan Sampel Random Sederhana Sampel random sederhana adalah jenis pengambilan sampel yang paling sering dilakukan para peneliti. Sampel ini ditarik secara random dari populasinya dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih. Populasi (universe atau semesta pembicaraan) adalah sebuah himpunan yang mengandung semua anggota yang termasuk dalam topik yang sedang dibicarakan. Dari populasi berukuran N dipilih sebuah sampel berukuran n secara random. Bagaimana cara memilih anggota populasi sebagai anggota sampel dan apa yang dimaksud dengan proses random akan dibahas nanti. Timbul pertanyaan pada diri Anda bunyinya: “berapakah banyak sampel berukuran n yang mungkin ditarik dari sebuah populasi berukuran N, di mana masing-masing sampel ini saling asing dan semua sampel secara bersamasama membentuk populasinya (mempartisi populasi)?” Jawaban banyaknya sampel yang mungkin ditarik sesuai dengan rumus kombinasi berikut:
C ( N .n) =
N! ( N − n)!n !
(6.1)
6.8
Pengantar Statistik Sosial
Contoh analisis Rumus (6.1) ini, misalkan Anda membaca sebuah laporan penelitian yang menyebutkan bahwa penelitian ini didasarkan pada sampel berukuran 10 yang diambil dari sebuah populasi berukuran 100. Kesimpulan yang dirumuskan oleh penulis tampaknya tidak terbantahkan, tetapi sebagai mahasiswa yang pernah memperoleh pelajaran Statistika maka Anda dapat membayangkan dan menghitung: C (100.10) =
100! 100! = =17.310.300.000.000 (100 − 10)!10! 90!10!
Ternyata ada 17.3 triliun lebih sampel (berukuran 10) yang mungkin yang dapat diambil dari populasi (berukuran 100) ini, padahal peneliti hanya mengambil sebuah sampel saja dari 17.3 triliun sampel yang mungkin itu. Jika tidak hati-hati dalam membaca hasil suatu penelitian kita bisa keliru dalam menyimpulkan. Kesimpulan yang ditarik oleh peneliti haruslah kita perhatikan dan analisis dengan cermat dan hati-hati agar kesimpulan kita tidak menyimpang dari kesimpulan yang seharusnya, lagi pula kita tidak boleh fanatik hanya dengan kesimpulan dari satu hasil penelitian itu. Harus diingat hasil penelitian tidak boleh tendensius dan haruslah membawa kesan netral dan tidak memihak. Maka, kesimpulan suatu penelitian seharusnya dirumuskan dengan pola "berdasarkan data yang sudah dikumpulkan dalam penelitian ini tidak ada alasan untuk menerima hipotesis atau sebaliknya berdasarkan data yang sudah dikumpulkan untuk penelitian ini tidak ada alasan untuk menolak hipotesis". Asumsi dasar pada pemilihan sampel acak sederhana adalah populasi (dari mana sampel itu diambil) bersifat homogen. Dalam suatu kegiatan percobaan, alat yang akan dipakai haruslah terbuat dari bahan yang lama, ukuran yang sama, dan dengan kepadatan yang sama pula. Percobaan pelemparan uang logam dan pelemparan dadu adalah dua contoh pengambilan sampel yang memperhatikan prinsip homogenitas, peneliti mengasumsikan mata uang dan dadu adalah homogen. Pada pelemparan mata uang Rp100,00, dua sisi mata uang terdiri atas Gambar rumah Minang (disingkat Gambar dinotasikan dengan G) dan sisi lainnya Angka 100 (disingkat dengan Angka dan dinotasikan dengan A) dianggap homogen artinya terbuat dari bahan yang sama dengan kepadatan yang sama. Jika dilemparkan maka sisi yang terlihat yakni sisi yang mengarah ke atas dianggap sebagai hasil pelemparan mata uang itu. Probabilitas muncul atau
ISIP4215/MODUL 6
6.9
terlihat sisi A dan G adalah sama, yaitu satu dari dua kejadian yang mungkin. Dari sisi pandang lain, dapat dilihat sebagai: tidak seorang pun yang tahu dengan pasti sisi mana yang akan terlihat atau tidak terlihat dari pelemparan sebuah mata uang. Jika ada dua orang yang memperhatikan (meneliti) pelemparan sebuah mata uang ini, orang pertama berharap angka yang muncul dan orang kedua berharap gambar yang muncul (salah satu sisi mata uang akan muncul setelah mata uang dilemparkan), tetapi tidak seorang pun di antara kedua orang ini secara pasti tahu sisi mata uang yang akan muncul, mereka hanya mampu berharap bahwa pilihannya yang akan muncul. Sebaliknya, apabila peneliti secara pasti tahu sisi mata uang yang akan muncul maka jelaslah uang logam itu tidak homogen. Salah satu cara untuk membuat mata uang tidak homogen adalah dengan menempelkan permen karet pada salah satu sisi mata uang itu, sisi ini kini mempunyai kepadatan yang lebih rendah dari sisi yang lainnya. Jadi, penempelan permen karet pada salah satu sisi mata uang menyebabkan mata uang tidak lagi sama, baik bahan maupun kepadatannya. Jelas mata uang tidak lagi homogen. Dengan adanya permen karet ini maka ada kemungkinan permen karet akan menempel di lantai sewaktu jatuh dari suatu percobaan (dilemparkan). Jadi, sisi mata uang yang ditempel permen karet mempunyai probabilitas yang lebih rendah untuk terpilih sebagai anggota sampel. Undian yang dilakukan dengan cara pelemparan mata uang sering kita temui pada bidang olahraga, misalnya sepak bola, catur, basket, tenis, dan badminton. Pelemparan mata uang umumnya dipergunakan untuk menentukan posisi tim yang akan bertanding. Misalnya, dalam pertandingan bola kaki. kita perhatikan sebagai contoh. klub sepak bola Manchester United dan AS Roma. Di awal pertandingan sebelum pertandingan dimulai. kedua tim sudah berada di lapangan, kemudian wasit memanggil kapten dari masing-masing kesebelasan untuk menemui wasit dan wasit, kemudian meminta masing-masing kapten untuk menentukan pilihan sisi mata uang, setelah itu wasit mengundi tempat dan bola untuk masing-masing tim. Wasit menjelaskan bahwa kapten yang memenangkan undian berhak memilih tempat. dan kapten yang lain memperoleh bola. Misalkan, kapten Manchester United memilih Gambar dan kapten AS Roma memilih Angka. Wasit melemparkan sekeping uang logam ke udara, kemudian menangkapnya dengan satu tangan dan meletakkan mata uang itu pada punggung tangannya yang lain, jika ternyata yang muncul/tampak (dari atas) adalah gambar maka
6.10
Pengantar Statistik Sosial
Manchester United memenangkan undian dan berhak memilih tempat dan sebagai konsekuensinya AS Roma berhak memulai pertandingan. Sama halnya dengan pelemparan mata uang. Persyaratan homogenitas juga berlaku bagi pelemparan sebuah dadu. Dadu berbentuk kubus enam sisi, keenam sisi dadu ini terbuat dari bahan yang sama dan dengan kepadatan yang sama pula. Dengan demikian, masing-masing sisi mempunyai probabilitas yang sama untuk muncul jika dadu itu dilemparkan. Dengan perkataan lain, tidak seorang pun tahu secara pasti sisi mana yang akan muncul dalam pelemparan sebuah dadu. Pada masing-masing sisi dadu ditemukan tanda berupa bintik atau titik, banyak bintik yang ditemukan pada satu sisi mewakili sisi itu. Maksudnya. kita dapat menemukan pada masingmasing sisi dadu, yaitu satu bintik, dua bintik, tiga bintik, empat bintik, lima bintik, dan enam bintik maka sisi-sisi itu dinamai dengan sisi-1, sisi-2, sisi-3, sisi-4, sisi-5, dan sisi-6. Salah satu contoh sampel random sederhana (sampel acak sederhana) dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia adalah arisan di Jawa atau julo-ulo di Minangkabau. Pemilihan pemenang undian dalam arisan ditentukan oleh hasil random dari undian yang dilakukan. Anggota yang memenangkan undian akan menerima uang arisan. Jadi menerima atau tidak menerima arisan didasarkan pada hasil (outcome) undian yang mereka lakukan. Biasanya penerima ini bertugas sebagai tuan rumah dalam arisan berikutnya. Setiap anggota arisan diwakili oleh sebuah nomor yang dituliskan dalam sepotong kertas kecil (biasanya berukuran kira-kira 3 × 3 cm). Jika peserta arisan berjumlah 10 orang maka panitia arisan menyiapkan 10 nomor (yaitu 1, 2, ....., 10) yang masing-masing satu angka dituliskan pada sepotong kertas dimaksud. Masing-masing nomor ini mewakili satu peserta. Kemudian, masing-masing kertas digulung sekecil mungkin. selanjutnya dimasukkan ke dalam sepotong pipet (sedotan) yang panjangnya kurang lebih sama dengan panjang gulungan kertas. Jadi, ada 10 potong pipet berisi 10 potong kertas yang masing-masing memuat satu angka. Potongan pipet ini dimasukkan dalam sebuah gelas kosong, kemudian gelas ditutup dengan kertas. yang permukaannya sudah dibolongi secukupnya agar pipet bisa keluar. Gelas diguncang-guncang agar pipet di dalamnya teraduk secara baik. Selanjutnya, gelas dibalik dan diguncang lebih pelan agar pipet keluar melalui lobang pada kertas satu demi satu, sampai diperoleh nomor sebanyak jumlah peserta yang berhak menerima uang arisan, misalnya dua orang. Pada kasus ini 10 orang peserta arisan dipandang sebagai anggota populasi. (jadi
ISIP4215/MODUL 6
6.11
ukuran populasi 10) dan 2 orang yang terpilih secara random dipandang sebagai anggota sampel random, (jadi ukuran sampel 2). Setelah keluar dua pipet maka proses selanjutnya adalah mengeluarkan kertas dari pipet dan membukanya, dua peserta yang nomornya tertera pada kertas berhak menerima uang arisan dan berkewajiban menjadi tuan rumah pada pertemuan arisan berikutnya. Kini muncul pertanyaan di otak Anda berbunyi "setiap peserta arisan diwakili oleh sebuah angka kalau begitu manakah yang disebut proses random itu"?. Anda perhatikan! Sewaktu gulungan kertas sudah dimasukkan dalam pipet dan kemudian pipet-pipet ini dimasukkan ke dalam gelas dan gelas diguncang kuat-kuat secukupnya dan kemudian dengan goncangan lambat pipet dibiarkan keluar satu demi satu sampai diperoleh dua pipet. Dalam proses ini, yang kita tahu adalah, tidak seorang pun peserta arisan yang tahu secara pasti pipet mana yang akan keluar atau tidak ada seorang pun yang tahu secara pasti siapa di antara peserta arisan yang akan memenangkan undian ini. Proses yang dijelaskan di atas disebutkan sebagai proses random (acak). Proses random yang lain menggunakan tabel bilangan acak (random numbers). Bilangan ini sudah disusun secara acak menggunakan bantuan komputer. kita tinggal menggunakannya. Sejumlah penulis buku statistika menyertakan tabel ini dalam apendiks mereka. dan silakan Anda cermati angka-angka yang tertera pada tabel dimaksud. Misalnya, kita pilih Label bilangan random (6 digit) yang dilampirkan dalam modul ini (aslinya berasal dari buku Statistika untuk Ilmu Sosial karya Wim van Zanten), yang terdiri atas 10 lembar, masing-masing memuat 50 baris dan 10 kolom, kemudian Anda membacanya mulai dari halaman 1 tepatnya mulai dari pojok kiri paling atas. Jika Anda membaca angka-angka pada tabel ini dari kiri ke kanan. cara membaca ini adalah menurut baris, jadi Anda mempunyai kesempatan untuk membaca sebanyak 50 baris mulai dari baris pertama yakni baris paling atas sampai dengan baris-50, yakni baris paling bawah dalam satu halaman. Sebaliknya, apabila Anda mulai membaca angka-angka itu dari atas ke bawah maka cara Anda membaca adalah menurut kolom. Anda mempunyai kesempatan untuk membaca 10 kolom. Kolom-1 adalah kolom paling kiri dan kolom- 10 adalah kolom paling kanan. Angka 79249 disebut sebagai sel 1-1 dari halaman itu karena sel 1-1 terletak pada perpotongan baris-1 dan kolom-l. Sel 1-1 sering dinyatakan dalam bentuk s(1-1). Berikutnya ada s(1,2). s(1,3), ..... s(1,10) dan seterusnya sampai
6.12
Pengantar Statistik Sosial
dengan sel yang terakhir, yaitu s(50,10) yang terletak pada pojok kanan (paling bawah) dari halaman itu. Proses penggunaan tabel bilangan random adalah sebagai berikut. Anda foto kopi semua halaman (10 halaman) tabel bilangan random (6 digit) dari modul ini (tabel ini yang asli ada pada buku Van Zanten), kemudian susun rapat satu dengan yang lainnya secara acak di lantai (halaman-halaman itu akan membentuk 3 baris dan 4 kolom). Jika populasi penelitian Anda berukuran 1000 orang anggota (4 digit/angka) dan ukuran sampel (sample size) yang Anda inginkan adalah 100 anggota maka angka pertama dan kedua dari setiap sel tabel itu boleh Anda anggap tidak ada. Ingat: Tabel bilangan random ini, masing-masing selnya terdiri atas 6 digit. Kemudian, Anda lemparkan sebuah pensil ke atas kertas-kertas itu, katakan saja pensil berhenti pada kertas dengan nomor halaman 5, kemudian Anda perhatikan ujung pensil ternyata menunjukkan kolom s(19,3), jadi angka yang terpilih adalah 0108, lanjutkan sekarang ke bawah s(20,3) angkanya adalah 0088 dan seterusnya sampai Anda temukan 100 buah angka yang lebih kecil atau sama dengan 1000. Ternyata angka-angka yang terpilih ini antara lain 0108, 0088, 0249, ..... dan seterusnya merupakan nomor dari anggota populasi yang terpilih menjadi anggota sampel. Jika dalam kenyataan Anda memerlukan lebih dari satu halaman Label bilangan random proses pemilihan anggota sampel dapat Anda lanjutkan pada halaman berikutnya, sesuai urutannya di lantai. Terpenting di sini Anda mendapatkan 100 anggota sampel untuk diteliti. Data dari sampel dengan nomor urut 0108, 0088, 0249.... dan seterusnya, inilah yang Anda kumpulkan menggunakan instrumen penelitian yang Anda sudah siapkan. Instrumen ini haruslah melalui pra-uji (pre-test) terlebih dahulu dan instrumen ini haruslah pula sejalan dengan maksud penelitian Anda. Dengan kata lain, instrumen penelitian Anda diaplikasikan kepada ke-100 anggota sampel ini. Dari 2 contoh sampel random sederhana di atas (arisan dan penggunaan bilangan random) Anda perlu mempunyai daftar lengkap dari populasi yang memuat data penting responden penelitian Anda, minimal nama dan alamat lengkap masing-masing anggotanya. Semakin lengkap daftar ini semakin baik. Daftar ini dalam Ilmu Statistika disebut sebagai bingkai sampel (sampling frame). Jika dalam suatu penelitian Anda memperhatikan variabel penghasilan keluarga dinotasikan dengan X. Maka, Anda dapat menghitung antara lain
ISIP4215/MODUL 6
6.13
rata-rata sampel ( x ), deviasi standar (s), median (me ) dan modus = mode (mo) dari data yang berasal dari sampel. b.
Pengambilan Sampel Strata Dalam penelitian ilmu sosial populasi yang homogen hampir tidak pernah kita temui. Penelitian eksakta di laboratorium populasinya sering kali homogen. Penelitian tentang status sosial ekonomi penduduk Jakarta termasuk jenis penelitian dengan populasi yang heterogen. Berdasarkan teori ilmu sosial Anda harus meneliti sejumlah aspek, antara lain penghasilan, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, dan kekayaan. Untuk lebih jelas, Anda perhatikan populasi penelitian ini berdasarkan aspek pendidikan formal terakhir, jelas tampak populasi penelitian Anda adalah heterogen. Hal serupa akan Anda simpulkan jika populasi dilihat dari segi jenis pekerjaan dan sumber kekayaan. Masing-masing aspek ini dalam ilmu statistika disebut sebagai variabel. Variabel-variabel ini harus dirinci lebih jauh sehingga dapat diukur dan dibandingkan. Misalnya, kita pilih untuk dibahas variabel penghasilan dan pendidikan terakhir. Kedua variabel ini dapat dipecah menjadi bagian (kelompok) yang lebih kecil yang secara relatif dapat dianggap homogen. Variabel penghasilan dibagi menjadi kelompok penghasilan tinggi, sedang, dan rendah. Masing-masing kelompok ini dianggap homogen (sekurangnya relatif homogen) dan kelompok-kelompok ini disebut strata (bentuk tunggal dari strata adalah stratum). Pemilihan anggota secara random dilakukan di dalam masing-masing kelompok ini. Anggota-anggota yang terpilih dan berasal dari satu kelompok dianggap menjadi wakil kelompok ini dan kemudian dimasukkan menjadi anggota sampel. Begitu pula jika Anda pilih variabel pendidikan (formal) terakhir. Variabel ini dapat Anda kelompokkan menjadi lulus SD, lulus SUP, lulus SLTA, dan lulus perguruan tinggi. Masing-masing anggota dari tiap kelompok pendidikan ini dianggap homogen, artinya satu anggota kelompok dianggap mempunyai karakteristik yang (relatif) sama dengan anggota lainnya di dalam kelompok itu yakni sama lulusan SD, sama-sama lulusan SMP dan seterusnya. Pemilihan anggota secara random dilakukan pada masing-masing kelompok. Sampel yang terbentuk merupakan gabungan dari anggota-anggota yang terpilih (secara random) dari masing-masing kelompok disebut sebagai sampel random strata disingkat sampel strata. Nilai sentral dan dispersi yang Anda peroleh dari perhitungan sampel ini, misalkan rata-rata x dan deviasi standar
6.14
Pengantar Statistik Sosial
S, dalam statistika disebut sebagai statistik. Statistik sampel ini kemudian Anda pergunakan untuk menarik kesimpulan mengenai parameter populasi yang terkait, yaitu rata-rata populasi µ dan deviasi standar populasi σ. Proses ini disebut Inferensi hasilnya berupa Generalisasi. Berikut ini kita akan membahas secara lebih rinci pengambilan sampel random strata (stratified random sampling). Sampel yang didapat dari metode pengambilan sampel random strata disebut sampel random strata. Pengambilan sampel ini dilakukan untuk maksud mengumpulkan data dari populasi yang heterogen. Pola utamanya, Anda harus berusaha sedemikian rupa untuk membagi populasi menjadi sub-subpopulasi yang homogen, kemudian dari sub-subpopulasi yang homogen ini dipilih secara random sejumlah anggota. Kumpulan anggota yang terpilih secara random dari subsubpopulasi (strata) ini membentuk sampel random strata. Pada sesi pengambilan sampel random sederhana. kita mengasumsikan bahwa data kita homogen, yakni data mempunyai kriteria yang sama atau sejenis atau setara. Cara lain untuk menentukan homogenitas sebuah populasi adalah dengan memperhatikan kriteria dominan dari populasi itu. Contoh populasi yang homogen berdasarkan kriteria dominan adalah populasi mahasiswa. Misalkan, Anda akan meneliti kemampuan mahasiswa Universitas Terbuka dalam mata kuliah Pengantar Statistika yang dipresentasikan oleh nilai ujian mata kuliah ini. Jelas, populasi penelitian Anda adalah semua mahasiswa Universitas Terbuka yaitu semua mahasiswa yang masih terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Terbuka pada waktu penelitian dilaksanakan. Jadi, mahasiswa yang tidak terdaftar, di UT saat penelitian dilaksanakan atau mahasiswa yang. Hanya, terdaftar di perguruan tinggi lain tidak masuk dalam kelompok mahasiswa yang Anda teliti. Kriteria homogenitas dari populasi penelitian Anda adalah kata mahasiswa. Mahasiswa Universitas Terbuka haruslah memenuhi minimal 2 kriteria, yaitu sudah lulus SMU atau SMK dan terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Terbuka. Jika kriteria homogenitas tidak dipenuhi oleh populasi artinya populasi tidak homogen atau populasi heterogen maka Anda tidak dapat menggunakan metode pengambilan sampel random sederhana. Metode pengambilan sampel yang cocok. Salah satunya, untuk populasi yang heterogen adalah sampel random strata. Langkah peneliti dalam memanfaatkan metode pengambilan sampel random strata. pertama Anda membagi populasi berukuran N menjadi beberapa sub-populasi (strata) yang masing-masingnya berukuran N1, N2,
6.15
ISIP4215/MODUL 6
N3,.....,NL. Masing-masing subpopulasi ini haruslah tidak tumpang-tindih (non-overlapping), dan secara bersama-sama membentuk populasinya dengan kata lain N1 + N2 + N3 +... + NL = N. Setiap sub-populasi (stratum) haruslah homogen atau sekurang- kurangnya homogen berdasarkan kriteria dominan (sesuai dengan proposal penelitian ini). Ringkasnya, masing-masing subpopulasi ini Baling asing dan tidak tumpang tindih, dalam statistika disebut partisi. Keadaan ini dapat divisualisasikan dengan Gambar 6.2.
Partisi 3
Partisi 3
Gambar 6.2. Partisi Populasi dan Partisi Sampel Strata
Setelah strata dari populasi Anda tentukan (sebut sebagai sub-populasi). selanjutnya Anda lakukan pengambilan sampel random pada masing-masing stratum itu, kini Anda dapatkan sub-strata yang saling asing masingmasingnya berukuran n1, n2, n3 ..... + nL. Kemudian, anggota-anggota yang terpilih dari masing-masing stratum Anda kumpulkan membentuk sebuah sampel random strata berukuran n (dengan n1 + n2 + n3 +... + nL). Jika prosedur pengambilan sampel random sederhana Anda lakukan pada masingmasing subpopulasi maka pengambilan sampel ini disebut sebagai pengambilan sampel random strata (stratified random sampling).
6.16
Pengantar Statistik Sosial
Teknik pengambilan sampel random strata adalah hal yang secara luas dikenal oleh mahasiswa, peneliti, dan masyarakat. Ada sejumlah alasan mereka untuk memilih menggunakan metode (teknik) ini, yaitu sebagai berikut. 1. Jika data dengan ketelitian tertentu diinginkan maka diperlukan pembagian populasi menjadi sub-divisi yang harus diperlakukan sebagai 'populasi'. 2. Kemudahan administrasi mengharuskan orang untuk menggunakan stratifikasi, misalnya lembaga penelitian yang mempunyai sejumlah kantor cabang di daerah, masing-masing kantor dapat memberikan supervisi yang memadai dalam survei untuk suatu bagian dari populasi. 3. Masalah pengambilan sampel memerlukan pembedaan untuk bagianbagian yang berbeda dari populasi. Misalnya, populasi manusia. orang yang hidup di lembaga (misalnya rumah sakit jiwa, hotel, dan penjara) harus ditempatkan dalam strata berbeda dengan orang bertempat tinggal di perumahan. 4. Stratifikasi memungkinkan peneliti menghasilkan ketepatan perkiraan bagi karakteristik dari keseluruhan populasi. Cara stratifikasi ini ditujukan untuk membagi populasi yang heterogen menjadi strata yang masing-masing stratumnya adalah homogen. Jika masing-masing stratum homogen maka pengukuran yang ada akan bervariasi dengan beda yang kecil antar-unit dalam satu stratum. Kemudian, hasil ini dapat pula dibandingkan dengan hasil pengukuran variabel populasi utuh Prosedur Pengambilan Sampel Random Strata Misalkan, penelitian Anda ditujukan kepada populasi yang heterogen yang besarnya (ukurannya) adalah N = 1000 dan Anda ingin memperoleh sampel berukuran n = 100. Langkah yang Anda tempuh adalah pertama, Anda menentukan kriteria dominan agar dapat membagi populasi menjadi sekian (misalkan h stratum) yang masing-masingnya homogen (sekurangnya homogen berdasarkan kriteria dominan). Misalkan, kriteria dominan yang dimaksud adalah penghasilan masyarakat. Kedua, Anda melaksanakan pembagian populasi berdasarkan kriteria dominan itu, ternyata diperoleh h = 3 stratum, yaitu Stratum-1 dengan ukuran N1, = 100, Stratum-2 berukuran N2 = 300, dan Stratum-3 dengan ukuran N3 = 600. Jelas di sini N = N1 + N2 + N3. Ketiga, Anda memutuskan untuk memilih wakil dari masing-masing
6.17
ISIP4215/MODUL 6
stratum untuk menjadi anggota sampel sesuai dengan proporsi ukuran masing-masing stratum, yaitu 100:300:600 = 10:30:60. Artinya, Stratum1, Stratum-2, dan Stratum-3 akan mempunyai wakil di dalam sampel, masing-masing sebanyak 10 orang, 30 orang, dan 60 orang. Keempat. Anda memilih secara random, misalnya dengan menggunakan tabel bilangan random, wakil dari masing-masing stratum, yakni sebanyak 10 orang, 30 orang, dan 60 orang. Jadi, banyak anggota terpilih untuk membentuk sampel adalah n yang berasal dari masing-masing stratum dengan ukuran berikut, yaitu n1 = 10 orang, n2 = 30 orang. dan n3 = 60 orang: di mana n = n1 + n2 + n3 = 100 orang yang merupakan besar (ukuran) sampel yang diinginkan. Perhatikan kembali Gambar 6.2 dengan membayangkan anggota populasi 1000 dan anggota sampel 100 orang (terdiri atas 10 orang stratum-1, 30 orang stratum-2, dan 60 orang stratum-3). Pengambilan sampel seperti di atas ini dalam statistika disebut sebagai pengambilan sampel random strata proporsional (proporsional stratified random sampling) sering dipendekkan menjadi pengambilan sampel strata proporsional (stratified proporsional sampling). Dalam kenyataan banyak peneliti yang mempergunakan metode pengambilan sampel random strata, tetapi tidak melakukan pemilihan sampel secara proporsional antara satu stratum dengan stratum lainnya. Di samping total, rata-rata, dan proporsi di dalam sampel maupun populasi, sering kali peneliti juga menunjukkan total, rata-rata, dan proporsi di dalam strata. Notasi yang sering mereka pergunakan adalah Notasi: huruf h menunjukkan stratum ke-h dan i menunjukkan unit ke-i di dalam stratum. Simbol-simbol berikut mengacu pada stratum h. Nh
Banyak unit total
nh
Banyak unit di dalam sampel
xhi
Harga unit ke-i
Wh =
Nh N
Timbangan weight (stratum)
6.18
Pengantar Statistik Sosial
Fraksi pengambilan sampel dalam stratum
nh Nh
fh =
Nh
Xh =
∑x
hi
Rata-rata (mean) stratum
1
Nh nh
xh =
∑x
hi
Rata-rata sampel
1
nh Nh
S = 2 h
∑ (x
hi
− xh )2
1
Variansi stratum
Nh − 1
Sehubungan dengan rumus-rumus di atas untuk lebih jelas akan kita bahas dengan sebuah contoh. Marilah kita kembali ke contoh pengambilan sampel dengan kriteria dominan, penghasilan masyarakat, di mana populasi berukuran N = 1000 dipartisi menjadi 3 strata (kelompok) dengan ukuran masing-masing 100 N1 = 100, N2 = 300 dan N3 = 600 maka W1 = = 10, dengan cara 1000 yang sama diperoleh W2 = 20 dan W3 = 60 f1 =
10 , dengan cara yang sama diperoleh f2 = 20, dan f3 = 60 100
Kemudian, dari populasi dipilih sampel berukuran n = 100 yang dipartisi menjadi 3 strata (kelompok) yang masing-masing berukuran n1 = 10, n2 = 30. dan n3 = 60. Seandainya anggota sampel ini kita sebut sebagai x1, x2; x3...x100, yang kemudian kita kelompokkan ke dalam 3 strata yang anggota masing-masing strata ini kita sebut x1,1, x1,2,...x1,10 untuk strata1. dan x2,1, x2,2,...x2,30 untuk strata-2 dan x3,1, x3,2,...x3,60 untuk strata-3. Maka, dari strata-1, strata-2, dan strata-3 dapat dihitung rata-ratanya secara berturut dan dinotasikan dengan x 1 , yang diperoleh dengan cara
ISIP4215/MODUL 6
6.19
menjumlahkan x1,1 + x1,2 ... + x1,30 kemudian Anda membagi hasil penjumlahan ini dengan 10. dengan cara yang sama diperoleh x 2 dengan x2,1 + x2,2 ... + x2,30 dan membagi hasil penjumlahan ini dengan 30, cara yang sama dapat Anda tempuh untuk menghitung x 3 , tetapi pembaginya sekarang adalah 60. Selanjutnya rata-rata sampel x h , diperoleh dengan cara menjumlahkan x1 + x2 + x3 ... + x100 dan kemudian membagi penjumlahan ini dengan ukuran sampel 100. Dengan mengambil rumus dari tabel di atas Anda juga dapat menghitung (jika diperlukan) variansi dan deviasi standar sampel dan juga variansi dan deviasi standar masing-masing stratum. Silakan Anda coba! Catatan: Para ahli statistika sudah menghitung dan membandingkan variansi sampel acak strata dan variansi sampel acak sederhana. kemudian mereka sampai pada kesimpulan bahwa: VSRS > VS1 Artinya, pengambilan sampel random strata lebih tepat (akurat) dibandingkan menggunakan sampel acak sederhana c.
Pengambilan Sampel Sistematis Pengambilan sampel random sistematis merupakan bentuk khusus dari pengambilan sampel random strata. Dalam beberapa literatur statistika berbahasa Indonesia pengambilan sampel random sistematis sering disebut sebagai pengambilan sampel sistematis. Dalam pengambilan sampel sistematis. populasi dibagi menjadi beberapa stratum yang masing-masingnya homogen. Dari masing-masing stratum ini diambil hanya satu anggota untuk mewakili stratum itu di dalam sampel. Pemilihan anggota dari masingmasing stratum dilakukan secara random. Pengambilan sampel random sistematik (singkatnya pengambilan sampel sistematik), dalam literatur berbahasa Inggris disebut systematic random sampling. Jika ukuran populasi N dan dipilih k sebagai kelipatan nomor anggota sampel yang akan dipilih maka populasi ini akan menunjukkan ukuran sampel (yang mungkin) yang bervariasi. Untuk jelasnya, misalkan Anda mempunyai sebuah daftar yang memuat semua anggota populasi (bingkai sampel) yang diberi nomor 1, 2, 3, ... , 23, jadi N = 23 dan kemudian Anda tentukan k = 5 adalah kelipatan nomor yang akan dipilih maka sampelsampel yang mungkin adalah:
6.20
Pengantar Statistik Sosial
Tabel 6.2. Sampel Sistematik yang Mungkin dari N=23 dan k=5
I 1 6 11 16 21
II 2 7 12 17 22
Sampel III IV 3 4 8 9 13 14 18 19 23
V 5 10 15 20
Catatan: angka-angka pada masing-masing sel dari Tabel 6.2 menunjukkan nomor unit anggota populasi. Dari Tabel 6.2 terlihat bahwa sampel I, sampel II, dan sampel III masing-masingnya berukuran n = 5, sedangkan dua sampel lainnya masingmasing berukuran n = 4. Perhatikan sampel I, angka-angka 1, 6, 11, 16, dan 21 menunjukkan nomor urut anggota populasi (berasal dari 1, 1+5, 6+5, 11+5, dan 16+5 karena k = 5). Cara yang sama berlaku untuk sampel II, III, IV, dan V. Jika kita melakukan pengambilan sampel acak sistematik maka sampel kita adalah salah satu dari sampel I, II, III, IV atau V. Prosedur Pemilihan Sampel Sistematis Anggota masing-masing stratum dari populasi disusun ke dalam sebuah daftar (bingkai sampel) dengan cara semua anggota stratum-1 disusun pada bagian paling atas, semua anggota stratum-2 disusun setelah itu. semua anggota stratum-3 setelah itu, dan seterusnya sehingga semua anggota populasi terdaftar dalam bingkai sampel ini. Data ini diberi nomor urut: 1, 2, 3, 4, .....N. Proses selanjutnya adalah menentukan sebuah bilangan sembarang, misalnya 10 (angka ini nanti akan berguna sebagai interval: interval juga dapat ditentukan dengan cara lain, yaitu: N interval = ( ) n Lakukan pemilihan random untuk memilih salah satu angka dari 10 angka ini menggunakan kertas-kertas kecil bernomor. Caranya. siapkan kertas kecil-kecil berukuran 2 × 3 cm, kemudian beri nomor 1 s/d 10 dan
ISIP4215/MODUL 6
6.21
lakukan penggulungan dan kemudian masukkan ke dalam pipet (sedotan) minuman yang dipotong pendek-pendek, selanjutnya kocok menggunakan sebuah gelas yang ditutup kertas berlubang dan usahakan agar salah satu pipet berisi kertas itu keluar dari gelas melalui lubang yang tersedia. Catatan: perhatikan proses randomisasi pada 'pengambilan sampel random sederhana pada sesi lalu. Misalkan, yang terpilih adalah angka 3 maka yang akan menjadi anggota sampel adalah data pada bingkai sampel yang bernomor: 3, 13, 23, 33, 43 dan seterusnya (sampai diperoleh besar sampel yang diinginkan). Nomor-nomor di atas berasal dari: 3, 3+10, 13+10, 23+10, 33+10 dan seterusnya karena interval yang dipilih adalah 10. Jika yang terpilih dalam proses random adalah angka 7 maka yang akan menjadi anggota sampel adalah data dari bingkai sampel yang bernomor: 7, 17, 27, 37, 47 dan seterusnya. Nomor-nomor ini berasal dari: 7, 7+10, 17+10, 27+10, 37+10 dan seterusnya. Angka 10 dari kedua contoh di atas disebut sebagai interval, dan interval ini tidak harus 10, tetapi boleh sembarang angka. Dalam contoh di atas, peneliti melihat sampel random sistematik dengan cara memperhatikan ukuran populasi yakni N = n.k (populasi dibagi acak menjadi k strata. dan masing-masing sampel berukuran n). Dari masingmasing strata dipilih secara random satu anggota untuk menjadi anggota sampel sehingga diperoleh sampel berukuran n. Dengan kata lain kita ulangi, pengambilan sampel sistematik adalah bentuk khusus dari pengambilan sampel strata, caranya dari masing-masing strata dipilih secara random sederhana satu anggota untuk menjadi anggota sampel sehingga himpunan dari anggota-anggota yang berasal dari semua strata membentuk sebuah sampel berukuran n. d.
Pengambilan Sampel Random Klaster Pengambilan Sampel Random Klaster jarang dilakukan dalam penelitian sosial. Penelitian dalam rangka menjaga mutu produksi (quality control) dari suatu pabrik (misalnya mutu produksi sepatu, lampu pijar, dan lampu neon) tampaknya paling cocok menggunakan pola pengambilan sampel klaster. Mari kita simak dengan saksama pembahasan berikut. Kata klaster (cluster dalam bahasa Inggris) dapat disepadankan dengan tandan dalam bahasa Indonesia. Biasanya setandan pisang mempunyai bentuk dan rasa yang sama. Dalam produksi di sebuah pabrik, tandan boleh disetarakan dengan satu line produksi, yaitu sederetan sistem mesin dari awal sampai akhir untuk memproduksi satu jenis barang. Untuk lebih jelas
6.22
Pengantar Statistik Sosial
mengenai apa yang dimaksud tandan. Anda perhatikan sebuah perusahaan pembuat mobil yang menghasilkan mobil sedan, mini bus, dan truk. Produksi mobil sedan, misalnya harus melalui serangkaian mesin-mesin antara lain mesin-mesin yang berkaitan dengan produksi bodi, produksi mesin, dan pengecatan. Produksi mini bus melalui serangkaian mesin antara lain produksi bodi, mesin, dan pengecatan pula. Hal serupa berlaku juga untuk produksi truk, tetapi mesin untuk memproduksi bodi sedan tidak sama dengan mesin untuk memproduksi bodi mini bus dan demikian pula dengan mesin untuk memproduksi bodi truk. Jelasnya, line produksi sedan hanya menghasilkan mobil-mobil sedan, line produksi mini bus hanya menghasilkan mobil-mobil mini bus, dan line produksi truk hanya menghasilkan truk. Masing-masing line produksi ini, contohnya line produksi sedan menghasilkan produk yang sama atau homogen, menurut kriteria dominan, yaitu sedan. Maka, itu line produksi sedan ini dianggap sebagai satu tandan. Begitu pula line produksi mini bus maupun line produksi truk. Jika kerusakan terjadi pada salah satu mesin dari suatu line produksi mobil sedan maka produksi yang terganggu hanyalah pada line produksi sedan saja, sedangkan dua line produksi yang lain tetap berfungsi normal. 1) Prosedur Pemilihan Sampel Klaster Kini akan dibahas cara pengambilan sampel random klaster. Metode pengambilan sampel random klaster ini dipergunakan untuk populasi yang heterogen. Populasi dibagi menjadi klaster-klaster, masing-masing klaster merupakan kelompok data yang homogen atau homogen sesuai kriteria dominan. Dari masing-masing klaster dipilih secara random sejumlah anggota sebagai wakil dari klaster untuk menjadi anggota sampel. Sampel inilah yang diteliti dan kemudian berdasarkan hasil dari sampel itu ditarik kesimpulan-kesimpulan. Dari sejumlah kesimpulan yang mungkin ditarik itu. kemudian dipilih kesimpulan yang paling logis dan paling layak. Kesimpulan yang paling logis dan paling layak ini kemudian oleh orang yang berhak (misalnya manajer produksi) akan digunakan sebagai bahan pertimbangan penting untuk membuat keputusan perusahaan. Contoh lain, pengambilan sampel random klaster adalah produksi bola lampu (misalnya lampu pijar dan neon) dan yang sejenisnya. Pola
ISIP4215/MODUL 6
6.23
produksi bola lampu, sepintas tidak terlihat pola klaster padahal polanya adalah klaster. Untuk lebih jelas, mari kita perhatikan sebuah perusahaan produsen lampu pijar yang selama ini sudah melaksanakan produksi dengan satu line produksi, ternyata permintaan pasar selalu meningkat sehingga perusahaan memutuskan menambah dan membeli mesin produksi yang baru. Produksi perusahaan ini, kini, berasal dari 2 line produksi, mesinmesin pada satu line produksi bebas terhadap mesin-mesin pada line produksi lainnya, artinya produksi mesin lama tidak tergantung pada mesin yang baru begitu sebaliknya. Kita melihat adanya 2 line produksi yang saling bebas ini sebagai 2 klaster. Jika manajemen perusahaan ingin mengontrol mutu produksi (production quality control) agar tetap dalam keadaan standar, pemantauan secara berkala harus dilakukan pada masing-masing line produksi. Caranya adalah dengan mengambil sampel random klaster. 2) Prosedur Pengambilan Sampel Klaster Pengambilan sampel klaster dipandang cocok sebagai cara untuk mengontrol kualitas produksi suatu perusahaan. Bagian pengawasan mutu, misalnya melakukan pengecekan kualitas produksi setiap 2 jam sekali. Mulai sejak mesin berproduksi diambil sampel random klaster setiap 5 menu dan pada akhir dari 2 jam produksi semua anggota sampel yang terpilih diuji berdasarkan kriteria (standar) tertentu. Jika hasil produksi selama 2 ini masih memenuhi standar (kriteria) produksi dipertahankan agar tetap berjalan, tetapi jika sebaliknya yang terjadi, hasil produksi tidak lagi memenuhi standar. produksi dihentikan untuk pemeriksaan dan perbaikan mesin-mesin produksi terkait. Pola pengambilan sampel random klaster dan pengujian hasil produksi dilakukan untuk setiap 2 jam berikutnya selama masa produksi. Prosedur pengambilan sampel random klaster ini adalah pertama, dari setiap line produksi (ada 2 line produksi mesin lama dan mesin baru) diambil sampel secara random sebanyak 3 lampu pijar setiap 5 menit. Sampel hasil produksi mesin lama dipisahkan dari sampel hasil produksi mesin baru. Kedua, hasil produksi mesin lama diuji secara terpisah. produksi mesin baru harus diperiksa secara terpisah pula. Ketiga, hasil penyelidikan ini dibandingkan dengan kriteria standar. Dengan begitu
6.24
Pengantar Statistik Sosial
dapat diketahui apakah produksi kedua line produksi masih memenuhi standar atau tidak. Jika ada lampu pijar yang kurang memenuhi standar maka mesin yang ada pada line produksi itu harus dirawat bahkan kalau perlu diperbaiki (overhaul) agar mesin berjalan normal sehingga produksi tetap bagus dan memenuhi kualitas baku (standar). Pada saat mesin pada satu line produksi diperbaiki, mesin pada line produksi yang lain tetap tidak terpengaruh dan tetap berproduksi. e.
Sampel Random Langkah Jamak Pengambilan Sampel Random Langkah Jamak dalam literatur berbahasa Inggris disebut sebagai Multy-stage Random Sampling. Sampel random yang diambil dengan metode ini disebut sampel random langkah jamak. Metode pengambilan sampel ini saat bermanfaat pada waktu kita menghadapi masalah sulit memperoleh bingkai sampel (sampling frame) atau sukarnya medan yang harus ditempuh atau mahalnya biaya pengambilan sampel (berhubung jarak yang harus ditempuh antarlokasi anggota sampel) atau kesulitan lainnya yang setara jika dilakukan pola pengambilan sampel random lain. Prosedur pengambilan sampel langkah jamak adalah pertama, populasi dipecah menjadi beberapa klaster, kemudian dipilih secara random, misalnya 3 klaster. Kedua, klaster-klaster yang terpilih masing-masingnya dibagi menjadi beberapa sub-klaster, kemudian dipilih lagi secara random, misalnya 10% sub-klaster dari masing-masing klaster. Ketiga. kelompok subklaster yang terpilih (dalam contoh ini 10%) dipecah lagi menjadi sejumlah sub-subklaster. Dari sejumlah sub-subklaster itu, kini dilakukan kembali pemilihan random untuk memilih 159 sub-subklaster dari masing-masing subklaster. Untuk lebih jelasnya Anda cermati penjelasan berikut ini. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas d/h Depdikbud) ingin mengetahui kemampuan matematika murid kelas 6 SD se-Indonesia. Soal ujian ini disiapkan oleh Depdiknas dan akan diujikan kepada siswa kelas 6 SD yang terpilih sebagai anggota (unit) sampel. Depdiknas dengan mudah dapat mempersiapkan bingkai sampel yang memuat nama, alamat lengkap, jenis kelamin, dan alamat sekolah para siswa kelas 6 SD se-Indonesia. Jika pemilihan sampel dilakukan dengan metode random sederhana, bisa saja terjadi anggota sampel yang terpilih berasal dari kota-kota (besar atau kecil) dan juga di desa-desa dari berbagai kabupaten di seluruh Indonesia. Jelas, siswa yang akan diuji terpencar lokasi tempat tinggal dan sekolahnya,
ISIP4215/MODUL 6
6.25
bisa dari Sabang hingga Merauke. Jika ujian dilakukan untuk siswa-siswa terpilih yang letaknya terpencar, sangat berjauhan satu sama lainnya ini maka dapat dibayangkan biaya yang sangat besar dan waktu yang lama harus disediakan untuk melaksanakan pengambilan sampel. Untuk memperjelas mari kita misalkan salah satu siswa, anggota sampel, yang terpilih berasal dari desa terpencil di Irian Jaya, seorang lagi berasal dari kota Padang, dan yang seorang lagi berdomisili di desa terpencil di Aceh maka biaya yang harus disediakan untuk menguji mereka sangatlah mahalnya. Apalagi jika sampel ini berukuran besar dan anggotanya berada di banyak lokasi yang berjauhan dan terisolir maka sangatlah sukar melaksanakan ujian kemampuan matematika mereka. Hal sebaliknya akan terjadi, yakni biaya lebih murah dan waktu lebih singkat diperlukan untuk melaksanakan pengambilan sampel. jika metode pengambilan sampel langkah jamak yang dilaksanakan. Apa pula ini? Anda jangan bingung dulu: Perhatikan penjelasan dengan contoh berikut. Prosedur Pengambilan Sampel Random Langkah Jamak Kembali perhatikan rencana Depdiknas di atas. Anda diminta sebagai Pimpinan Proyek Penelitian ini. Melalui diskusi dengan anggota tim penelitian. Indonesia yang terdiri dari 29 provinsi Anda bagi menjadi klasterklaster. Untuk membentuk klaster dipergunakan kriteria dominan adalah jumlah siswa kelas 6 SD yang ada di daerah itu. Setelah melalui perhatian yang saksama disimpulkan bahwa dengan menggabungkan beberapa provinsi menjadi satu klaster akan diperoleh jumlah siswa klas 6 SD yang relatif sama untuk setiap klaster. Dengan dasar pemikiran tersebut maka Anda dan tim peneliti melakukan langkah-langkah pertama, Anda membagi Pulau Sumatra menjadi 3 klaster, yaitu Klaster-1, Sumatra Utara (terdiri atas provinsi Aceh dan Sumatra Utara), Klaster-2, Sumatra Tengah (terdiri atas Sumatra Barat, Riau, dan Jambi), Klaster-3, Sumatra Selatan (terdiri atas provinsi-provinsi Sumatra Selatan, Bengkulu, Lampung, dan Bangka Belitung): Pulau Kalimantan dijadikan satu klaster saja, yaitu Klaster-4, Kalimantan (terdiri atas provinsi-provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur): Pulau Jawa dibagi menjadi 4 klaster, yaitu Klaster-5, Jakarta Raya, Klaster-6, Jawa Barat (terdiri atas provinsi-provinsi Jawa Barat dan Banten), Klaster-7, Jawa Tengah (terdiri atas provinsi Jawa Tengah. dan provinsi Yogyakarta), Klaster-8, Jawa Timur: Pulau Sulawesi dijadikan satu klaster, yaitu Klaster-9, Sulawesi (terdiri atas provinsi-provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi
6.26
Pengantar Statistik Sosial
Utara): Pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara di jadikan satu klaster, yaitu Klaster-l0, Bali Nusa Tenggara (terdiri atas provinsi-provinsi Bali, provinsi Nusa Tenggara Barat, dan provinsi Nusa Tenggara Timur). Kepulauan Maluku dan Pulau Papua dijadikan satu klaster, yaitu Klaster-11. Maluku Papua (terdiri atas provinsi-provinsi Maluku Utara, Maluku Selatan, dan Papua). Dari 11 klaster yang ada. Anda memutuskan untuk memilih secara random 2 klaster, menggunakan tabel bilangan random. Ternyata terpilih klaster-6 Jawa Barat. dan klaster-11 Maluku, Papua. Langkah kedua. dari masing-masing klaster terpilih. Anda mendaftar (mencatat) jumlah kabupaten. Kabupaten dalam hal ini berfungsi sebagai sub-klaster. Ternyata dari Klaster-6, Jawa Barat, ada 15 kabupaten (15 sub-klaster) dan dari Klaster-11. Maluku dan Irian, ada 22 kabupaten (22 sub-klaster). Kemudian, Anda putuskan tentunya dengan mempertimbangkan biaya dan waktu yang tersedia dan faktor lain yang penting, untuk memilih secara acak l0% subklaster dari masing-masing klaster, yakni 2 subklaster (kabupaten) dari klaster-6. Jawa Barat dan 3 sub-klaster (kabupaten) dari klaster-11, Maluku Irian. Langkah ketiga, dari 5 sub-klaster terpilih Anda dan tim peneliti mendaftar semua kecamatan (sub-sub klaster) yang termasuk ke dalam 5 kabupaten terpilih itu. Misalkan, ternyata ada Anda memperoleh 70 kecamatan. Langkah keempat. Anda dan tim peneliti memutuskan untuk memilih 10% dari 70 kecamatan yang sudah terdaftar (4 kecamatan berasal dari Klaster-6, Jawa Barat dan 3 kecamatan dari Maluku Irian). Dari masingmasing kecamatan dipilih secara acak 2 sekolah yang ada siswa kelas 6 maka terpilih sebanyak 14 sekolah. Dari masing-masing sekolah dipilih secara acak satu kelas (jika di sekolah itu ada lebih dari satu kelas 6). Misalkan, jumlah siswa kelas 6 dari masing-masing kelas yang terpilih adalah 40 orang maka ada 560 siswa (14 × 40 orang) siswa kelas 6 yang akan diuji dan dinilai kemampuannya (mereka berasal dari 4 kecamatan di Jawa Barat dan 3 kecamatan di Maluku Papua). Jika dibandingkan antara pemilihan sampel random sederhana dan sampel random langkah jamak. Pemilihan sampel random langkah jamak menunjukkan dengan jelas (a) biaya yang diperlukan untuk menguji kemampuan siswa kelas 6 SD se-Indonesia menjadi sangat murah, (b) dapat dilaksanakan dalam waktu singkat karena siswa terpilih kecil jumlahnya dan hanya berasal dari 4 kecamatan di Jawa Barat dan 3 kecamatan dari Maluku Papua, dan (c) karena sampel berukuran kecil ketelitian menjadi tinggi, kesalahan ketik dan sejenisnya menjadi kecil. Apalagi jika dibandingkan
ISIP4215/MODUL 6
6.27
dengan sensus. pengambilan sampel random langkah jamak menjadi sangat efektif dan sangat efisien. Kesimpulan yang didapat dari sampel (560 siswa dari klaster 6 dan klaster 11) dapat digeneralisasi menjadi kesimpulan pada tingkat populasi (siswa kelas 6 SD se-Indonesia). Kesimpulan terakhir ini memberikan sumbangannya dalam merencanakan, melaksanakan, dan evaluasi kebijakan pemerintah pusat di Jakarta, mengenai pendidikan SD seIndonesia.
LAT IH A N Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! Apabila dalam sebuah sekolah ada 3500 siswa, meliputi kelas 1: 1000. kelas 2:1000, serta kelas 3: 1500 siswa. Peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara sikap siswa kelas 1, 2, serta 3 terhadap metode pengajaran guru. Untuk itu ia akan mengambil sampel sebanyak 350 orang secara stratifikasi. Coba Anda buat tahap pengambilan sampelnya. Petunjuk jawaban latihan 1) 2) 3) 4)
Kita bisa memakai proporsional. Dari setiap strata kita ambil: kelas 1:100, kelas 2:100, serta kelas 3:150. Pengambilan dari setiap strata bisa dilakukan secara sistematis. Diskusikan dengan rekan Anda. R A NG KU M AN
Pengambilan sampel, dalam beberapa buku teks Statistika berbahasa Indonesia sering disebut sebagai penarikan sampel adalah suatu kegiatan yang termasuk dalam bidang statistika inferens. Pengetahuan kita, perilaku kita, dan aksi kita didasarkan pada sampel. Penggunaan sampel juga berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari, sering kali sama halnya dengan penelitian ilmiah. Sampel yang dianggap mampu mewakili populasinya dengan baik adalah sampel random, yaitu sampel yang ditarik dengan proses random.
6.28
Pengantar Statistik Sosial
Proses random adalah suatu proses di mana tidak seorang pun tahu secara pasti hasil apa yang akan keluar/terjadi. Di sisi lain pengambilan sampel random artinya anggota-anggota populasi yang terpilih menjadi anggota sampel adalah anggota-anggota yang membawakan ciri-ciri populasinya. Dengan perkataan lain, suatu sampel disebut sebagai sampel random jika dalam proses pengambilan sampel itu semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama (equally probable) untuk terpilih menjadi anggota sampel. TE S F OR M AT IF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Dalam rangka pengambilan sampel, hal yang sangat penting diperhatikan dan dilaksanakan adalah .... A. membagi populasi heterogen menjadi beberapa strata yang homogen B. membagi populasi heterogen menjadi beberapa klaster yang homogen C. mengusahakan agar sampel merupakan wakil dari populasinya D. mengusahakan agar proses random terjadi dalam setiap pengambilan sampel. 2) Ada sejumlah cara penarikan/pengambilan sampel yang kita kenal. masing-masing cara dimaksudkan untuk tujuan tertentu, yaitu .... A. pengambilan sampel random sederhana dimaksudkan untuk mengambil data dari populasi yang besar ukurannya B. pengambilan sampel random strata dimaksudkan untuk memperoleh data yang dapat menjelaskan ciri-ciri populasi yang heterogen C. pengambilan sampel random klaster dimaksudkan melakukan pengontrolan kualitas di pabrik D. pengambilan sampel random langkah jamak dimaksudkan untuk populasi yang luas sebarannya 3) Jika Anda menghitung rata-rata sampel, deviasi standar, median, dan modus (mode) dari suatu sampel random. Pernyataan berikut yang paling benar adalah .... A. rata-rata sampel, deviasi standar, Median, dan modus adalah parameter dalam penelitian Anda B. rata-rata sampel, deviasi standar, dan median adalah variabel penelitian Anda
ISIP4215/MODUL 6
6.29
C. rata-rata sampel, deviasi standar, median, dan modus adalah statistik sampel penelitian Anda D. rata-rata sampel, deviasi standar, dan median saja yang merupakan ukuran dalam ilmu statistika. 4) Pada percobaan melemparkan sebuah mata uang hal yang penting untuk diperhatikan adalah homogenitas mata uang itu. Pernyataan yang paling benar adalah .... A. sebuah mata uang yang homogen adalah mata uang yang kedua sisinya terbuat dari bahan yang sama B. sebuah mata uang yang homogen adalah mata uang yang kedua sisinya terbuat dari bahan yang berbeda C. sebuah mata uang disebut homogen jika salah satu sisinya ditempeli permen karet D. sebuah mata uang disebut homogen jika kedua sisinya sama ukuran, bahan dan kepadatannya. 5
Pengambilan sampel secara random adalah pengambilan sampel yang memenuhi: salah satu ketentuan berikut, yaitu .... A. sampel diambil secara sembarang B. sampel yang dipilih dengan cara tertentu agar semua anggota populasi dapat dipilih C. sampel yang diambil dengan cara tidak seorang pun tahu dengan pasti hasil apa yang akan keluar D. sampel yang dipilih haruslah berasal dari populasinya
6
Dalam pengambilan sampel langkah jamak dilakukan pengelompokan data dalam beberapa strata. Maksud pengelompokan ini adalah .... A. agar data yang sama jenisnya masuk dalam strata yang sama B. agar data yang sama ukurannya masuk dalam strata yang sama agar terbentuk strata yang masing-masing stratum berukuran sama C. agar pemilihan random dapat dilakukan di dalam masing-masing strata
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
6.30
Pengantar Statistik Sosial
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar Jumlah Soal
× 100%
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.
6.31
ISIP4215/MODUL 6
Kegiatan Belajar 2
Pengambilan Sampel Nonprobabilitas
P
ola pengambilan sampel random tidak selalu cocok untuk maksud suatu penelitian tertentu. Pengetahuan, kepercayaan, dan pengalaman seseorang sering kali dijadikan alasan untuk penentuan pola pengambilan sampel. Maksud penelitian untuk memperkuat atau mematahkan argumentasi bisa pula dijadikan alasan pemilihan sampel. Bahkan jatah yang tersedia, keahlian khusus orang tertentu, dan kemauan peneliti sering pula dijadikan alasan pemilihan anggota sampel. Semua alasan di atas menyebabkan pengambilan sampel tidak memenuhi syarat sebagai penarikan sampel random. Semua pengambilan sampel yang tidak memenuhi syarat random (acak) disebut Pengambilan Sampel Non-probabilitas (non-probability sampling). Berikut akan kita bahas sejumlah contoh pengambilan sampel nonprobabilitas, yaitu: 1. pengambilan sampel maksud tertentu (pengambilan sampel purposif); 2. pengambilan sampel jatah (pengambilan sampel kuota); 3. pengambilan sampel bola salju (snow ball sampling); 4. pengambilan sampel sekehendak (judgment sampling); 5. pengambilan sampel ahli (expert sampling). A. PENGAMBILAN SAMPEL PURPOSIF Pengambilan sampel purposif, dalam literatur statistika berbahasa Inggris disebut dengan Purposive Sampling adalah cara pengambilan sampel dari populasinya dengan maksud-maksud tertentu. Pola pemilihan sampel disesuaikan dengan maksud tertentu itu. Biasanya maksud pengambilan sampel ini adalah untuk: 1.
Memperkuat Pernyataan atau Argumen Sendiri untuk itu Pengambilan Sampel harus 'Diatur' Misalnya, pemerintah khususnya Departemen Pertanian, ingin memperkenalkan, dan kemudian menerapkan pemakaian pupuk urea tablet di lahan pertanian penduduk, biasanya aparat yang ditugasi akan memberikan contoh kesuksesan yang dicapai oleh petani di daerah lain, tetapi petani yang kurang sukses bahkan yang gagal tidak pernah disebut. Maksud penelitian ini
6.32
Pengantar Statistik Sosial
adalah kesuksesan pemakaian urea tablet maka anggota sampel yang dipilih adalah petani yang sukses dalam menggunakan urea tablet dan haruslah dihindari untuk memilih petani yang gagal menggunakan urea tablet. Contoh lain adalah pemerintah Orde Baru (ORBA) melalui Departemen Sosial ingin mempertahankan SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah) sebagai upaya menggalang dana untuk membiayai kegiatan Departemen Sosial. Akan tetapi, dari sisi rakyat SDSB pada hakikatnya adalah judi dan diprotes oleh rakyat mereka meminta pemerintah untuk menutupnya karena dianggap menyengsarakan rakyat terutama rakyat kecil. Untuk mematahkan argumen rakyat pemrotes, pemerintah menganggap perlu untuk mengadakan penelitian. Penelitian yang cara pengambilan sampel harus 'diatur', maksudnya sebagai anggota sampel dipilih rakyat yang pro pada SDSB sebaliknya yang kontra tidak dipilih sebagai anggota sampel. Kesimpulan penelitian ini. SDSB tidaklah judi dan tidak pula menyengsarakan rakyat kecil. Pemrotes tidak kehabisan akal. mereka mencari tahu pola pengambilan sampel yang dilakukan pemerintah ternyata anggota sampel penelitian tersebut semuanya adalah para pemain SDSB atau orang yang tidak peduli dengan nasib rakyat kecil. Jadi,, pengambilan sampel ini adalah purposif karena ada maksud untuk mendukung pernyataan tertentu, yaitu mempertahankan SDSB. Akhirnya protes menyebar ke seluruh penjuru Indonesia dan pemerintah Orba terpaksa menutup SDSB. 2.
Memperlemah Argumen Lawan Misalkan, kita perhatikan kasus jajak pendapat di Timor Timur yang difasilitasi oleh Untaet PBB. Para penduduk Timor Timur yang pro integrasi (menginginkan tetap bersatu dengan Indonesia) dengan berbagai cara dihalangi oleh Untaet untuk memberikan suara mereka dalam jajak pendapat itu, sedangkan penduduk yang pro kemerdekaan Timor Timur diberi keleluasaan dan difasilitasi untuk memberikan suara mereka. Jadi, anggota sampel dalam rangka jajak pendapat di Timor Timur adalah penduduk yang prokemerdekaan, sedangkan yang tidak mendukung kemerdekaan diusahakan untuk tidak menjadi anggota sampel. Hasil akhir jajak pendapat itu adalah mayoritas rakyat Timor Timur menginginkan kemerdekaan dan lepas dari Indonesia. Penentuan jajak pendapat ini merupakan contoh pengambilan sampel purposif dengan maksud memperlemah klaim Indonesia atas Timor Timur.
ISIP4215/MODUL 6
6.33
B. PENGAMBILAN SAMPEL KUOTA Pengambilan Sampel Kuota dalam literatur berbahasa Inggris disebut Quota Sampling. Pada tahun 1980-an, di sejumlah besar bioskop Indonesia, khususnya di Jakarta, diputar film produksi nasional berjudul Pembalasan Ratu Laut Selatan (PRLS). Film ini, pada masa itu dinilai oleh banyak kalangan sebagai film panas (kata panas. baca sebagai porno, di sini merupakan kata pilihan media masa sebagai penghalusan dari porno) yang di sejumlah bioskop diputar pula untuk anak dan remaja, tetapi pengelola bioskop tidak pernah mengakuinya. Untuk membuktikan bahwa penonton film ini hanyalah orang dewasa dan agar penelitian ini tampak ilmiah maka Asosiasi Pengusaha Bioskop menyewa peneliti untuk melakukan penelitian di sejumlah bioskop. Peneliti memilih penelitian dengan pola sampel. Caranya, peneliti memperhatikan dan mencatat para pengunjung yang keluar dari pintu setiap bioskop (terpilih) setelah usai pemutaran film itu. Kesimpulan dari penelitian ini, sebagaimana yang dapat dibaca pada harian ibu kota, tidak ditemukan anak-anak yang menonton PRLS. Akan tetapi, apabila Anda amati pola pengambilan sampel ini adalah kuota, alasannya peneliti hanya mengamati dan mencatat penonton yang keluar dari pintu balkon tidak pintu yang lain. Sudah pasti tidak ada anakanak yang berani masuk balkon berhubung pengawasan oleh Satpam lebih ketat dan harga karcis balkon dua kali lipat harga karcis kelas tiga (kelas tiga biasanya ditempati oleh penonton dengan kantong tipis, anak-anak kita anggap termasuk penonton berkantong tipis). C. PENGAMBILAN SAMPEL BOLA SALJU Pengambilan sampel bola salju dalam bahasa Inggris disebut Snow Ball. Sampling adalah pola pengambilan sampel yang sering dipergunakan oleh ahli sejarah untuk mengungkap kebenaran sejarah. Pengambilan sampel ini termasuk pengambilan sampel non-acak. Misalnya, seorang ahli sejarah ingin mengetahui apa sebenarnya Supersemar (Surat Perintah 11 Maret 1966) itu. Pertama sang ahli mengidentifikasi salah seorang pelaku (orang yang terlibat dalam Supersemar) disebut sebagai responden penelitian, dari sang responden (sering disebut informan kunci = key informant) peneliti menggali segala hal yang ingin dia ketahui berkaitan dengan peristiwa tersebut. Responden-1 ini diminta untuk menunjukkan orang lain (bisa seorang atau
6.34
Pengantar Statistik Sosial
sejumlah orang) yang juga mengetahui (terlibat) tentang Supersemar. Orang atau kelompok orang ini disebut sebagai Responden-2. informasi juga dikumpulkan dari Responden-2 ini, kemudian dia atau mereka diminta untuk menunjukkan orang lain yang juga mengetahui (terlibat) peristiwa ini. Orang atau kelompok orang ini disebut sebagai Reponden-3, dari yang bersangkutan juga dikumpulkan informasi. Begitu pula Responden-4, Responden-5 dan seterusnya. Responden-1. Reponden-2. Responden-3, dan seterusnya dalam hal ini merupakan anggota-anggota sampel. Pola pengambilan sampel ini disebut pengambilan sampel bola salju. Jelas terlihat bahwa dalam pengambilan sampel ini jumlah anggota sampel, semakin lama semakin banyak artinya ukuran sampel semakin lama semakin besar. Terlihat seperti bola salju yang digelindingkan yang semakin lama semakin besar ukurannya. D. PENGAMBILAN SAMPEL SEKEHENDAK Dalam literatur berbahas Inggris cara pengambilan sampel ini disebut dengan Judgment Sampling. Sampel dipilih dari populasi dengan cara sekehendak hati peneliti, jadi anggota sampel dipilih sendiri, sesuka dan atas pertimbangan peneliti sendiri. Alasan pemilihan adalah kesukaan dan perasaan peneliti itu. Begitu pula ukuran sampel yang diperlukan tergantung sama sekali pada pertimbangan sang peneliti. E. PENGAMBILAN SAMPEL AHLI Pemilihan sampel yang dianggap representatif didasarkan atas pendapat ahli sehingga apa dan siapa yang akan dipilih menjadi anggota sampel tergantung pada pendapat ahli itu. Pengambilan sampel ini sering disebut sebagai expert sampling. Ahli yang dimaksud adalah seseorang yang dianggap ahli tentang topik yang akan kita teliti. Misalkan, kita ingin meneliti tentang kebudayaan suku terpencil yang dianggap belum beradab. Selama ini, katakan saja, baru ada seorang saja yang baru dapat masuk ke dalam kelompok masyarakat terpencil ini. Orang ini kemudian dianggap sebagai ahli masyarakat itu. Jika kita, sebagai peneliti mengikuti semua petunjuk dan ketentuan pengambilan sampel sebagai mana yang digariskan oleh seorang ahli ini maka pengambilan sampel penelitian ini disebut
ISIP4215/MODUL 6
6.35
pengambilan sampel ahli (expert sampling). Selama ini yang dianggap tahu tentang masyarakat itu adalah seorang ahli tentang masyarakat itu. LAT IH A N Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! Coba buat contoh penarikan sampel secara purposif, quota, serta bola salju! Petunjuk Jawaban Latihan 1) Lihat lagi penjelasan penarikan sampel dalam modul. 2) Bandingkan dengan yang Anda sudah buat. 3) Diskusikan dengan Rekan Anda.
R A NG KU M AN Di samping pengambilan sampel random yang dibahas pada Kegiatan Belajar 1, ternyata ada pengambilan sampel lain yang tidak memenuhi kriteria random. Pengambilan sampel kelompok kedua ini disebut pengambilan sampel yang tidak random (non-random sampling). Biasanya pengambilan sampel ini dilakukan dengan maksud tertentu. Pengambilan sampel ini dibagi menjadi pengambilan sampel purposif (dengan maksud tertentu) dalam literatur berbahasa Inggris disebut Purposive sampling, pengambilan sampel kuota (jatah) disebut Quota sampling, pengambilan sampel bola salju (Snow-ball Sampling), pengambilan sampel sekehendak disebut Judgement Sampling, dan pengambilan sampel ahli disebut Expert Sampling.
6.36
Pengantar Statistik Sosial
TE S F OR M AT IF 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Pengambilan sampel non-probabilitas dilakukan jika .... A. ukuran sampel yang bisa diambil kecil B. syarat random tidak dapat dipenuhi C. hanya ada satu orang ahli yang mendalami masalah yang akan diteliti. D. daerah penelitian sangat luas 2) Pernyataan berikut yang salah adalah .... A. sampling nonprobabilitas sering dilakukan untuk maksud menguatkan atau melemahkan suatu argumen B. dalam pengambilan sampel nonprobablitas semua anggota populasi mempunyai kemungkinan yang sama untuk dipilih C. pengambilan sampel nonprobabilitas tidak cocok untuk generalisasi ilmiah D. pengambilan sampel dengan cara mendata hanya mahasiswa yang ditemui di dalam sebuah bus termasuk pengambilan sampel jatah 3) Pengambilan sampel dengan cara mencari seseorang yang dianggap tahu masalah yang Anda teliti dan kemudian orang ini diminta menunjukkan orang lain yang juga mengetahui masalah penelitian Anda dan begitu seterusnya cara pengambilan sampel ini termasuk .... A. pengambilan sampel kuota B. pengambilan sampel sekehendak C. pengambilan sampel bola salju D. pengambilan sampel purposif 4) Pengambilan sampel dengan maksud memperlemah argumen lawan disebut .... A. pengambilan sampel kuota B. pengambilan sampel sekehendak C. pengambilan sampel bola salju D. pengambilan sampel purposif
6.37
ISIP4215/MODUL 6
5) Pengambilan sampel sekehendak adalah …. A. pengambilan sampel untuk memperkuat argumen sendiri B. pengambilan sampel dengan cara mengundi semua anggota populasi C. pengambilan sampel yang disesuaikan dengan kemauan peneliti D. ukuran dan siapa yang akan menjadi anggota sampel ditentukan oleh ahli bidang itu.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar Jumlah Soal
× 100%
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.
6.38
Pengantar Statistik Sosial
Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif I 1) C 2) B 3) C 4) D 5) C 6) C
Tes Formatif 2 1) B 2) B 3) C 4) D 5) C
Kembali Ke Daftar isi