Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL RENCANAPILOT STUDI AYAM BURRS E. Juliantini
Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika Pertanian, Jl. Tentara Pelajar Bogor
RINGKASAN Analisis data hasil penelitian sering dilakukan terhadap sebagian dari total objek penelitian yang telah dilakukan . Hal ini disebabkan keterbatasan jumlah biaya, waktu dan tenaga yang tersedia. Pengambilan sebagian dari objek penelitian atau sampel yang akan dianalisis sebaiknya mengikuti metode tertentu yang disebut dengan teknik pengambilan sampel, agar dapat menggambarkan keadaan total hasil penelitian yang mendekati kebenaran. Penggunaan teknik pengambilan sampel yang tepat sangat tergantung dari sifat-sifat atau karakteristik unit-unit dalam sampel itusendiri. Teknik pengambilan sampel atau Beringjugs disebut sebagai teknik sampling metupakan salahsatu tahapanyang sangat penting dalamkegiatan pengumpulan data Kesalahan yang terjadi dalampengambilan sampel akan mengakibatkan informasi yang disajikan menjadi tidak akurat . Kesalahan itu bisa saja terjadi karena memang kurang tepatnya cars pengambilan sampel, atau bisa juga disebabkan karena hal-hal lain pads saat melakukan pengukuran unit sampel . Pada makalah ini ditampilkan teknik pengambilan sampel yang dianggap cukup representatifberdasarkan teori dan diberikan contoh perhitungan ditingkat kota madya Bogor, berdasarkan data sensus tahun 2001 . Dasar pengambilan sampel dilakukan dengan cars bertahap mulai dari tingkatdesa, blok sensus, sampai dengan tingkat rumah tangga peternak . Petemak menjadi unit sampling terkecil (responuen) yang akan diwawancara mengenai ayam buras yang dipunyainya. Pada tahap pertamapengambilan sampel berdasarkan probability proportionate to size (PPS), sedangkan untuk pemilihan unit sampling yang terkecil digunakan sampling bersistem. Dengan ketersediaan biaya clan besar standar error 5%,jumlah sampel yang akan diambil sebesar 150 rumah tangga yang tersebar di 15 desa. Penyebaran desayang terpilih sebagai sampel disetiap kecamatan ditentukan oleh proporsi populasi ayam buras pada setiap kecamatan terhadap populasi ayam burns yang ads di kotamadyaBogor berdasarkan sensus tahun 2001 . Dari setiap desa ditentukan satu blok sensus yang kegiatan utama dari penduduknyapaling banyak betemak, jumlah rumah tangga yang terpilih sebagai sampel dari masing-masing blok merupakan proporsi antara jumlah populasi rumah tangga pada masing-masing blok dengan jumlah total populasi dari semua blok yang terpilih sebagai sampel dari jumlah total sampel yang diperlukan . Kata Kunci : teknik sampling, sampel, blok sensus, PPS, sampling bersistem
PENDAHULUAN Dalam melakukan analisis data penelitian, sering pengukuran dilakukan hanya terhadap sebagian objek total penelitian yang disebut sebagai sampel . Pengambilan sampel dari seluruh 3bj A penelitian (populasi) yang disebut dengan sampling, dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan semua karakteristik dari populasinya, sampel yang demikian dikenal sebagai sa-npel yang representatif (Kish) . Pemilihan teknik penarikan contoh didasarkan pada persoalan yang dihadapi, biaya, waktu dan tenaga yang tersedia serta tingkat ketelitian clan kepercayaan dari hasil yang akan diperoleh . Tidak
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
223
ProsidingTemuTeknis
Fungsional Non Peneliti 2003
ada suatu pedoman khusus bagi peneliti yang menunjukan cars yang akan digunakan untuk memilih rangka penarikan contoh (Simons). Pilihan seseorang akan bervariasi, tergantung dari ketersediaan bahan dengan pertimbangan secara statistik dan administratif. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memberikan informasi tentang bagaimana mengumpulkan data primer bidang peternakan dengan contoh aplikasi diberikan untuk daerah kota madya Bogor. METODOLOGI Pengumpulan data dilakukan pada tingkat kabupaten . Penentuan kabupaten ditentukan secara purposive, yaitu berdasarkan informasi/rekomendasi dari instansi terkait, misalnya yang menyatakan bahwa kota madya/kabupaten tersebut dianggap sebagai daerah yang potensial dalam pengembangan ayam buras Untuk pemilihan sampel diperlukan sampling frame/kerangka populasi yaitu daftar dari semua peternak yang ada didaerah yang akan disensus lengkap dengan kecamatan, desa dan blok sensus . Blok sensus adalah suatu pembagian wilayah dalam suatu desa/kelurahan yang dibuat oleh BPS untuk keperluan pencacahan . Biasanya dalam satu desa terdiri dari 7 sampai 60 blok sensus , dimana dalam satu blok sensus mempunyai 80 sampai 120 rumahtangga . Dalam prakteknya dilapangan, ketersediaan kerangka populasi dan peta dari blok sensus pada beberapa daerah biasanya merupakan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan survai. Dengan populasi ayam buras yang umumnya terhampar secara geografis maka rancangan yang sesuai untuk pencacahan ini adalah pengambilan sampel secara bertahap (Simons) . Rancangan yang digunakan dalam pelaksanaan survai sebaiknya adalah sampling tiga tahap dengan desa sebagai unit sampling utama (primary sampling unit = PSU), blok sensus sebagai unit sampling kedua (secondary sampling unit = SSU), dan rumah tangga sebagai unit sampling terkecil (ultimate sampling unit = USU). Menurut Cochran (1963), ada beberapa keuntungan dari pengambilan contoh bertahap yaitu (a) lebih efisien dan fleksibel dibandingkan pengambilan contoh lainnya (tidak bertahap), (b) pada tahap pengambilan contoh kedua dan seterusnya, kerangka sampling hanya terdiri dari unit yang telah terpilih pada tahap sebelumnya (c) dapat menghemat biaya transportasi terutamajika unit-unit pada tahap pertama berjauban satu dengan lainnya dan menekan biaya pembuatan daftar/kerangka sampling. Sedangkan kelemahan dari cara ini adalah teorinya lebih rumit dibandingkan dengan cara pengambilan contoh lainnya, sehingga akan dijumpai kesulitan penggunaan dilapangan apalagi jika unit-unit pada tahappertama tidak berukuran sama, demikian juga dalam menghitung nilai taksirannya. TAHAPAN PENGAMBILAN SAMPEL Unit Sampling Utama (PSU) Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, biasanya berasal dari instansi terkait dan hasil penelitian terdahulu, ditentukan secara purposive bahwa suatu daerah misalnya suatu kabupaten yang akan
224
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
digunakan sebagai areal survai, dianggap representatif sebagai daerah dengan kegiatan pengembangan ayam buras secara ekstensif atau intensif. Dari kabupaten tersebut dipilih sejumlah desa sebagai unit sampling primer, dengan cara probability proportionate to size (PPS) terhadap jumlah populasi ayam buras yang ada di dearah tersebut, dan ditentukan juga oleh nilai standar eror yang dikehendaki serta biaya yang tersedia . UnitSampling Kedua (SSU) Selanjutnya dari setiap desa yang terpilih sebagai sampel, dipilih satu blok sensus yang aktivitas utama sebagian besar penduduknya adalah beternak ayam buras menggunakan PPS darijumlah total rumah tangga berdasarkan sensus/penelitian terdahulu sebagai unit sampling kedua,. Unit SamplingTerkecil (USU) Kemudian ditentukan sampel rumah tangga dalam setiap blok sebagai unit sampling terkecil. Sampel dipilih berdasarkan daftar seluruh rumah tangga yang ada dalam setiap sensus blok sensus (baik peternak atau bukan peternak) . Alokasi sampel rumah tangga dalam setiap blok sensus ditentukan dengan
nip
=jumlah sampel rumahtangga dari blok ke j dan desa ke i
n
=jumlah sampel rumah tangga dalam setiap kabupaten atau kecamatan
NY
= proporsi dari total populasi rumah tangga dalam blok kej clan desa ke i terhadapjumlah total populasi numah tangga dalam kabupaten . Setelah semua sampel rumah tangga pada masingmasing sensus blok ditentukan, dipilih sampel target secara bersistem dengan interval sebesar
NY
I = - Kemudian tentukan angka random awal R, £ Interval (I) untuk setiap blok sensus . n; . SampA rumah tangga berikutnyan (R.) ditentukan berdasarkan aturan Rn = (n-1) Iii + R, Proses baru berhenti setelah sampel yang dikehendaki terkumpul . Nilai Taksiran
Untuk menghitung angka taksiran jumlah ayam buras untuk tingkat kabupaten maupun pada setiap blok sensus serta variansinya, Kish (1965) memberikan rumus: -a
ngka taksirmAjumiah ayam buys tingkat kabupaten V- _~- - ~_ v;;ti (2) ti, n9 ~ d r-~ Xr ra h=1 dimana : v= taksiran jumlah jenis ayam buras seluruh kabupaten/kota madya
Badan Penelitian clan Pengembangan Pertanian
225
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
d
= jumlah desa yang dijadikan sampel
X
= jumlah populasi ayam buras pada kabupaten/kota madya = jumlah ayam buras pada desa ke-i
= bi jumlah blok sensus pada desa ke-i T.
= jumlah rumah tangga peternak pada desa ke-i, berdasarkan sensus terakhir
= t,j jumlah rumah tangga peternak pada desa ke-i blok sensus ke-j , berdasarkan sensus terakhir N-j = jumlah rumah tangga peternak pada sampel desa ke-i, blok sensus kej berdasarkan pencatatan tahun berjalan n~= jumlah rumah tangga peternak yang diambil sebagai sampel padasampel desa ke-i blok sensus ke j , berdasarkan pencatatan tahun berjalan . y,~=jumlah ayam buras pada rumah tangga ke-h, blok sensus kej dan desa ke-i - angka taksiranjumlah ayam buras per blok sensus, sebagai penaksiran tingkat kedua, ditentukan bahwa jumlah sampel dari blok sensus sama dengan 1, maka angka taksirannya disederhanakan menjadi v = (3) - angka taksiran variansinya adalah v(v) = dimana : v.
= nilai taksiran jumlah ayam buras di desa-i = nilai taksiran jumlah ayam buras sekabupaten
v Angka-angka taksiran di atas hanya bisa dihitung setelah nilai y., atau survai.
yi;h
telah didapat dari hasil
Contoh Aplikasi
Berdasarkan data hasil sensus peternakan 2001 di kodya Bogor, diperoleh data mengenai jumlah rumah tangga, jumlah rumah tangga peternak serta jumlah ayam buras seperti pada tabel 1. Tabel l.
Penyebaran jumlah rumah tangga, jumlah rumah tangga peternak, dan jumlah ayam buras dalam setiap kecamatan di Kodya Bogor. Tahun 2001 . E mmahtangga
Kecarnafan Bogor SeLatan ogor m-oar _ogor ogor -tara
Total
-_
.v.,_
_ . ..
. .
26900 ..301 3. 63.35 58-293
E RT . petemak
. .
178 .443
9.571 73B93 ---3-Z7312350 . 4103._~._......~.... ___ . ._ .TIC_ _ t1J. 29376
Sumber : Kantor Statistik Kodya Bogor, 200 I .
226
E ayamburas
Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan
578.825
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
Dengan kendala ketersediaan dana serta standar error yang dikehendaki sebesar 5% clan tahapantahapan seperti pada metodologi, maka diperoleh ukuran target sampel yang akan diambil yaitu sebesar 150 rumah tangga peternak yang tersebar di 15 desa diantara 68 desa yang ada di kodya Bogor (Tabel 2) . Distribusijumlah desa pada 6 kecamatan sebagai unit sampling primer (PSU) ditentukan dengan cara proporsional dari jumlah ayam pada setiap kecamatan terhadap jumlah populasi ayam buras yang ada di kota madya Bogor sebesar 578 .825 ekor (Kantor Statistik Kodya Bogor, 2001). Dari setiap desa yang terpilih sebagai sampel dipilih satu blok sensus yang kegiatan utama penduduk yang paling banyak adalah beternak. Kemudian ditentukan jumlah rumah tangga petemak sebagai unit sampling terkecil dalam setiap blok dengan kerangka samplingnya adalah daftar seluruh rumah tangga yang ada dalam blok sensus tersebut. Besarnya alokasi sampel dalam setiap blok sensus merupakan proporsi dari jumlah rumah tangga dalam blok tersebut terhadap jumlah rumah tangga pada semua blok yang terpilih sebagai sampel dikalikan jumlah total sampel yang akan digunakan. Untuk memnentukan target sampel digunaka cara sampling bersistem dengan interval pengambiIan sampel sebesar I = . Dalam hal ini kerangka samplingnya adalah daftar semua rumah tangga pada blok sensus yang terpilih menjadi sampel . Dengan menggunakan tabel random, ditentukan angka random awal (RN1) untuk semua blok yang besarnya tidak lebih dari I. Rumah tangga yang mempunyai nomor unit pada kerangka samplingnya sama dengan angka random merupakan unit yang terpilih sebagai sampel target. Selanjutnya, penambahan I pada nomor unit yang telah terpilih menjadi sampel, merupakan nomor unit untuk mendapatkan elemen sampel berikutnya . Demikian seterusnya, hingga alokasi sampel pada masing-masing blok sensus terpenuhi. Tabel 2.
Alokasi sampel survai peternakan di kotamadya Bogor.
Kecamatan
Nama
No
Kode
1. 2.
Kod e 001 003
Bogor Selatan Bogor Utara
3.
005
Bogor Barat
4.
006
Tanah Sareal
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 . 11 . 12 . 13 14 . 15 .
005 001 003 008 010 003 005 009 001 003 004 005 008 009 010
No
Total
No.Blok
Desa
Nama
Sensus 0058 0028 0068 0078 0058 0088 0068 0068 0048 0038 007B 009B 008B 0088 01013
Jumla h Rm tan a 98 105 95 115 102 85 101 95 92 84 88 90 93 81 85
Alokasi
1409
150
Sampel 10 11 10 12 11 9 11 10 10 9 9 10 10 9 9
Badan Penelitian clan Pengembangan Pertanian
22 7
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
KESIMPULAN Dengan pengambilan sampel secara proporsional terhadap ukuran sampel (PPS), diharapkan hasil analisis data survai tidak begitu menyimpang dari keadaan populasinya. Karena sampel yang terpilih akan dapat mewakili semua karakteristik yang ada dalam populasi . Jika ketersediaan biaya memungkinkan, akan lebih balkjika blok sensus diambil lebih dari sate. DAFTAR BACAAN .2001 . Statistik Kota Madya Bogor. Cochran, William Q 1963. Sampling Techniques, 2"° ed. John Wiley, New York. Kish, Lislie . 1965 . Survai Sampling. John Wiley & Sons, Inc. New York . Simons, M .J. 1960. Sampling: A quick realible guide to practical statistics . Simon and Schuster, New York. Walujadi, Dedi. 2002. Report Strengthening the Livestock Statistical Information System . Food and Agricultural Organization . Jakarta.
228
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan