Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat
2010 Gambar 7.Roadmap pengembangan agribisnis tanaman obat
2009 2008 2007 2006
PENINGKATAN AKSES TEKNOLOGII, INFORMASI, PEMBIAYAAN DAN PASAR
PENINGKATAN POSISI TAWAR PETANI TERHADAP MITRA USAHA
PENGEMBANGAN PENGELOLAAN USAHA
PEMBERDAYAAN PETANI DAN KELEMBAGAAN
PRODUK JADI 87 UNIT PRODUK JADI 85 UNIT PRODUK JADI 81 UNIT PRODUK JADI 79 UNIT
PRODUK JADI 83 UNIT
EKSTRAK 400 UNIT EKSTRAK 390 UNIT EKSTRAK 365 UNIT EKSTRAK 360 UNIT
EKSTRAK 380 UNIT
SIMPLISIA 830 UNIT SIMPLISIA 810 UNIT SIMPLISIA 790 UNIT SIMPLISIA 770 UNIT
PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN
OPTIMALISASI 1) ON FARM
SIMPLISIA 740 UNIT
AREAL PANEN (12.875 ha) s Intensifikasi (7725 ha) s Non Intensifikasi (5150 ha) AREAL PANEN (12.575 ha) s Intensifikasi (5785 ha) s Non Intensifikasi (6790 ha) AREAL PANEN (12.286 ha) sIntensifikasi (4900 ha) sNon intensifikasi (7386 ha) AREAL PANEN (12.010 ha) sIntensifikasi (3000 ha) sNon intensifikasi (9010 ha)
PERBAIKAN TATA AIR
INFRA STRUKTUR
PERBAIKAN JALAN DESA
KETERSEDIAAN TEKNOLOGI
FISKAL DAN PERDAGANGAN
KEBIJAKAN
KEGIATAN PENDUKUNG 28
KEGIATAN POKOK
PERKREDITAN PERMODALAN
AREAL PANEN (13.917 ha) s Intensifikasi (9900 ha) s Non Intensifikasi (3297 ha)
C. Program Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga yang terlibat, prospek pengembangan dan trend investasi ke depan, maka disarankan untuk dipilih lima komoditas tanaman obat potensial yaitu temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng. Program yang dibutuhkan untuk pengembangan tanaman obat unggulan tersebut adalah: 1. Penetapan wilayah pengembangan tanaman obat unggulan berdasarkan potensi, kesesuaian lahan dan agroklimat, sumberdaya manusia dan potensi serapan pasar. 2. Peningkatan produksi, mutu dan daya saing komoditas tanaman obat unggulan melalui: (a) peningkatan produtivitas dan mutu dengan penerapan praktek pertanian yang baik sesuai GAP (Good Agricultural Practices) yang didasarkan atas SOP (Standard Operational Procedures) untuk masing-masing komoditas, (b) Panen dan pengolahan produk sesuai dengan GMP (Good Manufacturing Practices). 3. Peningkatan produksi produk turunan dari tanaman obat unggulan serta bentuk industri pengolahannya yang dapat memacu ekonomi rakyat dan pedesaan. 4. Peningkatan kompetensi sumberdaya manusia melalui: (a) pelaksanaan pendidikan dan pelatihan untuk menyediakan SDM yang kompeten baik dalam penyediaan bahan baku obat bahan alam dari hulu sampai hilir, juga yang akan terlibat di dalam sistem pelayanan kesehatan berbasis obat bahan alam, (b) demplot teknologi produksi bahan tanaman. 5. Pengembangan infrastruktur dan kelembagaan melalui: (a) pembangunan sarana dan prasarana penunjang transportasi, telekomunikasi ke daerah sentra produksi tanaman obat, (b) 29
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat
pengembangan kemitraan antara petani dengan industri dan pemerintah. 6. Peningkatan pelayanan informasi, promosi dan pemasaran melalui: (a) pengembangan website, publikasi di media masa dan forum-forum terkait, (b) pembentukan jejaring kerja dan sistem informasi pasar. 7. Penyusunan kebijakan perpajakan dan insentif investasi yang kondusif di sub sistem hulu sampai hilir dalam agribisnis dan agroindustri berbasis tanaman obat melalui: (a) deregulasi peraturan yang tidak sesuai, (b) menciptakan lingkungan usaha agribisnis dan agroindustri yang kondusif. 8. Pembentukan data base tanaman obat yang valid, meliputi jenis tanaman, luas areal, produksi, jumlah petani yang terlibat, serapan, jumlah industri yang terlibat, ekspor, impor, yang akan digunakan sebagai acuan di dalam perencanaan program nasional pengembangan tanaman obat.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat
VI. KEBUTUHAN INVESTASI Efek pengganda dari kontribusi pembangunan pertanian terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan, salah satu di antaranya adalah yang berkaitan dengan investasi. Efek ganda investasi relatif besar sehingga sektor pertanian layak dijadikan sektor andalan. Salah satu di antara komoditas tanaman yang mendukung investasi sektor pertanian adalah tanaman obat termasuk rimpang dan herbal. Selain mendukung kontribusi pembangunan pertanian juga menunjang devisa, kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan, juga mendorong masyarakat hidup sehat dengan semakin tingginya kesadaran untuk mengkonsumsi obat berbahan baku alami. Kecenderungan animo masyarakat terhadap permintaan tanaman obat termasuk rimpang dan herbal, akan memicu peningkatan produksi dan mutu produk, baik itu dalam bentuk segar maupun kering atau ekstrak. Oleh karena itu untuk menjaga keseimbangan dan keberlanjutannya hingga jangka menengah (5 tahun) diperlukan upaya penambahan investasi baik dari sisi hulu maupun hilir yang termasuk dalam komponen agribisnis. A. Usaha Pertanian Primer Jumlah IOT/IKOT di Indonesia pada tahun 2003 mencapai 1.023. Dengan asumsi laju pertumbuhan IOT 6,4% per tahun dan IKOT 1,8% per tahun, maka pada tahun 2005-2010 diperkirakan kebutuhan bahan baku terus meningkat untuk masing-masing komoditas. Untuk mendukung kebutuhan pasokan bahan baku industri obat (IOT/IKOT/farmasi) pada tahun 2005-2010, dibutuhkan pengembangan usaha pertanian primer dari tanaman temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng yang mengacu kepada GAP dengan menerapkan SPO budidaya yang dibakukan. Profil usaha pertanian primer untuk temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng seperti pada Tabel 9. Investasi yang diperlukan untuk pengembangan luas areal untuk pengadaan bahan baku temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng pada tahun 2005-2010, seperti tercantum pada Tabel 10.
30
31
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat
32
292,523 - 285,427
Keterangan :
angka didalam kurung menunjukkan luas lahan (ha)
- 278,586
271,684 -
198,308 JUMLAH
-
253,123
14,369 (154) 850 14,018 (150) 825 13,677 (145) 800
13,205 (140) 760 12,733 (135) 745 12,262 (130) 715 Purwoceng
147,944 (7.124)
137,373 60.885 140,800 62.407 144,380 63.967 (6.780) (6.615) (6.950) 134,154 59.400 (6.460) 56.580 Jahe
130,832 58.080 (6.300)
74,310 (3.270) 70,902 25.650 72,492 16.290 (3.120) (3.190)
69,197 25.040 (3.045) 67, 493 24.430 (2.970)
23.270 Kencur
65,902 23.850 (2.900)
29,269 (1.527) 27,859 15.050 28,555 15.426 (1.460) (1.490)
27,179 14.680 (1.428) 26,516 14.330 (1.390) 13.650
25,870 13.990 (1.360)
26,631 (1.276) 25,348 13.680 25,982 14.020 (1.215) (1.245)
24, 730 13.345 (1.198) 24,127 13.020 (1.190)
Kunyit
Keterangan: Hasil penjualan benih merupakan 80% dari hasil panen, 20 % sebagai penyusutan di gudang.
23,466 12.700 (1.113)
Purwoceng
Tenaga Kerja Penyediaan Benih (2 ton x Rp. 7000, -/kg) 14.000.000 Sarana Produksi (Pupuk kandang, Pupuk 4.450.000 buatan, Pestisida, Bahan Pembantu) Total Biaya 26.400.000 Penerimaan usahatani (16ton x Rp.7.000 /kg) 112.000.000 Pendapatan usahatani 85.600.000 B/C rasio 4,24 9.950.000 Tenaga Kerja Penyediaan Benih (2 ton x Rp. 3000, -/kg) 6.000.000 Sarana Produksi (Pupuk kandang, Pupuk 6.312.500 buatan, Pestisida, B ahan Pembantu) Total Biaya 22.262.500 Penerimaan usahatani (20ton xRp. 3.000 /kg) 60.000.000 Pendapatan usahatani 37.737.500 B/C rasio 2,70 Tenaga Kerja 9.950.000 Penyediaan Benih (2 ton x Rp. 3.500, -/kg) 7.000.000 Sarana Produksi (Pupuk kandang, Pupuk 4.000.000 buatan, Pestisida, Bahan Pembantu) Total Biaya 20.950.000 Penerimaan usahatani (20tonxRp. 3.500 /kg) 70.000.000 Pendapatan usahatani 49.050.000 B/C rasio 3,34 Tenaga Kerja 6.000.000 Penyediaan Benih (80 000 tanamn x Rp. 500, 40.000.000 /polibag) Sarana Produksi (Pupuk kandang, Pupuk 48.000.000 buatan, Kaptan, Pestisida, Bahan Pembantu) Total Biaya 94.000.000 Penerimaan usahatani (5,8 ton x Rp. 50 000,- 290 000 000 /kg) Pendapatan usahatani 196.000.000 B/C rasio 3,09
12.400
Temulawak
58.869.000 2,89 7.950.000
Temulawak
Kunyit
31.131.000 90 000 000
Komo ditas
Kencur
9.000.000 5.695.000
2008 2009 2010 Investas Investas Investasi Investasi Investasi Investasi i (RP. i (RP. Volume (RP. Volume (RP. V olume (RP. Volume Volume Volume (RP. Milyar)/ Milyar)/ (ton) Milyar) (ton) Milyar) (ton) Milyar) (ton) (ton) (ton) Milyar)
Penyediaan Benih (2 ton x Rp. 4 500, -/kg) Sarana Produksi (Pupuk kandang, Pupuk buatan, Kaptan, Pestisida, Bahan Pembantu) Total Biaya Penerimanaan usahatani (20 ton x Rp. 4.500 -,/kg) Pendapatan usahatani B/C rasio
2007
Tenaga Kerja
Jml Biaya (Rp.) 16.436.000
2006
Jahe Putih Besar
Uraian
2005
Komoditas
Perkiraan kebutuhan investasi untuk pengembangan usaha pertanian primer temulawak, kunyit,kencur, jahe (rimpang) dan purwoceng (herba) pada tahun 2005-2010
Input dan output usaha pertanian primer untuk varietas unggul jahe putih besar, kencur, kunyit, temulawak dan purwoceng per hektar per tahun
Tabel 10.
Tabel 9.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat
33
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat
34
58,094 57,157 55,036 54,411 53,028 -
Keterangan : *juta
JUMLAH
51,622
0,15 (1,75) 12 0,160 (1,70) 12 0,155 (1,65) 12 0,150 (1,60) 11 0,146 (1,55) 11 0,141 (1,50) 10 Purwoceng*
31,628 (1.523,00) 30,859 21,372 (1.486,00) 29,398 20.850 (1.450,00) 29,385 20.340 (1.425,00) 19.845 28,658 (1.380,00) 19.380 28,045 (1.350,00) 18.900 Jahe
14,907 (656,00) 6.540 14,544 (640,00) 6.380 14,180 (624,00) 6.240 13,839 (609,00) 6.090 13,498 (594,00) 5.940 5.800 Kencur
13,180 (580,00)
6,208 (334,00) 4.580 6,059 (326,00) 4.470 5,910 (318,00) 4.380 5,762 (310,00) 4.284 5,556 (300,00) 4.170 4.080 Kunyit
5,390 (290,00)
5,677 (280,00) 3.828 5,535 (273,00) 3.735 5,393 (266,00) 3.645 5,271 (260,00) 3.594 5,170 (255,00) 3.570 3.390 Temulawak
4,866 (240,00)
2008 Investasi Volume (RP. (ton) Milyar)/ Luas (ha) Volume (ton)
Kebutuhan bahan baku (produk primer) adalah kebutuhan turunan dari produk-produk tanaman-tanaman obat tersebut. Atas dasar produk-produk turunan yang ada saat ini (2003) dengan asumsi laju pertambahan kebutuhan obat tersebut sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk (2,5%/tahun) dapat dihitung jumlah produksi/serapan produk turunan tanaman.
Komoditas
Tanaman obat dicirikan oleh produk turunan yang beragam dan nilai tambah yang tinggi. Seperti ditunjukkan pada Gambar 5 dan 6 (pohon industri), bahwa produk tanaman temulawak, kunyit, kencur dan jahe adalah produk setengah jadi (simplisia, pati, minyak, ekstrak), produk jadi (makanan/minuman, kosmetika, sirup, instan, bedak, tablet dan kapsul). Sedangkan untuk purwoceng, produk setengah jadi berupa simplisia dan ekstrak, produk jadi dalam bentuk jamu seduh, minuman kesehatan (IKOT/IOT), pil atau tablet/kapsul (farmasi).
2007 Investasi Volume (RP. (ton) Milyar)/ Luas (ha)
Temulawak, kunyit, kencur dan jahe sebagian besar hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku bagi industri jamu, farmasi ataupun industri kosmetika bersama komoditas lainnya. Meningkatnya kebutuhan bahan baku, sebagai akibat peningkatan jumlah industri.
2006 Investasi Investasi (RP. Volume (RP. Milyar)/ (ton) Milyar)/ Luas (ha) Luas (ha)
C. Usaha Agribisnis Hilir
2005
Untuk mendukung kebutuhan pasokan bahan baku industri pada tahun 2005-2010, dibutuhkan pengembangan usaha pertanian dari tanaman temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng yang mengacu kepada GAP dengan menerapkan SPO budidaya yang dibakukan. Salah satu komponen budidaya yang penting di dalam agribisnis hulu adalah penyediaan benih bermutu. Untuk memenuhi kebutuhan benih kelima komoditas tanaman obat unggulan tersebut dibutuhkan investasi berupa benih yang berasal dari varietas unggul dan lahan untuk produksi benih. Profil investasi agribisnis hulu dalam pengadaan benih temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng seperti pada Tabel 11.
Tabel 11. Perkiraan kebutuhan investasi untuk pengembangan usaha agribisnis hulu(pengadaan benih)temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng pada tahun 2005-2010
B. Usaha Agribisnis Hulu
2009 2010 Investasi Investasi Volume (RP. Volume (RP. (ton) Milyar)/ (ton) Milyar)/ Luas (ha) Luas (ha)
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat
35
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat
36
- 415,086 404,962
6,264 48,07 6,111
366,847
- 376,019
- 385,420
- 395,054
46,90 5,962 45,76 5,817 44,64 5,675 43,55 5,537
JUMLAH
42,49 Purwoceng
10.759,67 175,197 11.028,66 179,577 11.304,38 184,067 11.587,00 188,668 11.876,67 193,385 12.173,59 198,220 Jahe
5.266,17 152,128 4.654,58 134,459 Kencur
4.770,90 137,821 4.890,17 141,266 5.012,42 144,798 5.137,73 148,418
26,763 3.094,00 26,110 24,246 2.873,04 24,852 2.944,87 25,473 3.018,50 2.734,60 Kunyit
23,654
2.505,60 Temulawak
Volume (t)
Nilai (Rp. Milyar) 28,000 Komoditas
2.802,96
Nilai (Rp. Milyar) 2.834,90 31,711 Volume (t)
2010
Kebutuhan Investasi per Tahun 2007 2008 2009 Nilai Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume Volume (Rp. (Rp. (Rp. (Rp. (t) (t) (t) (t) Milyar) Milyar) Milyar) Milyar) 2.568,24 28,700 2.632,50 29,418 2.698,30 30,153 2.765,76 30,938
Untuk mendukung agribisnis dan agroindustri komoditas tanaman obat unggulan (temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng), diperlukan dukungan investasi yang memadai dari pemerintah diantaranya melalui dukungan kegiatan penelitian dan pengembangan, pendididikan dan latihan. Penelitian dan pengembangan meliputi semua segmen dalam sistem agribisnis yang mencakup usaha hulu, primer, pengolahan (pasca panen) dan pemasaran. Demikian pula untuk pendidikan dan pelatihan untuk instansi terkait dan petani mencakup semua segmen sistem agribisnis. Perkiran investasi yang dibutuhkan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan berbahan baku lima tanaman obat unggulan (temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng) diuraikan seperti pada Tabel 15.
2006
D. Investasi Pemerintah
2005
Untuk meningkatkan nilai tambah dari temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng, pengembangan usaha hilir berpeluang untuk dilakukan. Usaha tersebut mencakup industri pengolahan simplisia, ekstrak dan produk jadi. Nilai investasi agribisnis hilir (pembuatan simplisia) tahun 2005-2010 untuk temulawak mencapai Rp. 178,92 milyar, kunyit Rp. 151,098 milyar, kencur Rp. 721,975 milyar, jahe Rp. 1.119 milyar dan purwoceng Rp. 35,366 milyar (Tabel 12). Sedangkan nilai investasi untuk produksi ekstrak temulawak mencapai Rp. 345,857 milyar, kunyit Rp. 448,436 milyar, kencur Rp. 1.364,72 milyar, jahe Rp. 10.091,18 milyar serta purwoceng Rp. 194,277 milyar (Tabel 13). Nilai investasi produk turunan temulawak tahun 2005-2010, mencapai Rp. 380,902 milyar, kunyit Rp. 657,282 milyar, kencur Rp. 2.791,11 milyar, jahe Rp. 913,868 milyar dan purwoceng Rp. 108,532milyar (Tabel 14).
Tabel 12. Kebutuhan investasi usaha agribisnis hilir (produksi simplisia) temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng tahun 2005-2010.
tersebut mulai dari usaha simplisia, ekstrak sampai produk jadi dari tahun 2005 sampai 2010 seperti pada Tabel 12-14.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat
37
38 930.915
Kencur
30,414
- 1.718,466
17.220
31,174
- 1.812,526
17.651
- 772,252
16,992
572.250 143,062
Jahe(Sirup instan Rp. 475, /sachet)
8.496
282.003 437,105
Kencur (Beras kencur Rp. 1.550,-/botol)
Purwoceng (Obat kuat Rp. 2.000/tea bag)
762.195 102,896
Kunyit ( Vit p lus Rp. 135,-/cap)
72,465
603.882
74,277
17,420
- 791,836
8.708
586.556 146.639
289.053 448,032
781.250 105,468
618.976
Nilai (Rp. Milyar)
2006 Volume Volume Nilai produk produk (Rp. jadi jadi Milyar) (000 unit) (000 unit)
2005
Temulawak (hepatoprotektor Rp. 120,-/tab)
JUMLAH
218,935
71,958 978.043
574.965
526.486
Volume (kg)
589.339
539.648
Volume (kg)
224,488 1.002.493
73,757
56,885
Nilai (Rp. Milyar)
604.073
553.139
619.175
566.968
241,749
79,428
61,259
Nilai (Rp. Milyar)
2010 Volume (kg)
235,853 1.053.245
77,490
59,765
Nilai (Rp. Milyar)
2009 Volume (kg)
230,100 1.027.556
75,600
58,307
Nilai (Rp. Milyar)
31,954
- 1.838,917
18.092
32,753
- 1.904,765
18.544
33,571
- 1.953,008
19.008
76,134
Nilai (Rp. Milyar)
17,85
- 811,627
8.926
601.220 150.305
296.280 459,233
800.781 108,105
634.453
Volume produk jadi (000 unit)
2007
-
9.149
616.251
303.687
820.801
630.314
Volume produk jadi (000 unit)
831,921
18,300
154.062
470,714
110,808
78,037
Nilai (Rp. Milyar)
2008
Kebutuhan Investasi per Tahun 2009
-
9.378
691.660
311.179
841.321
666.572
Volume produk jadi (000 unit)
319.06
862.35
852,708
18,75
9.612
157.910 647.448
482,482
113,578
79,988 683.23
Nilai (Rp. Milyar)
874,069
19,220
161.890
494,544
116,427
81,988
Nilai (Rp. Milyar)
2010 Volume produk jadi (000 unit)
34,411
- 2.001,881
19.483
1.143 1.435,934 1.176.086 1.471,833 1.200.365 1.508,628 1.230.377 1.546,344 1.261.165 1.585,003
213,595 954.188
70,203 560.942
55,497
Nilai (Rp. Milyar)
Kebutuhan Investasi per Tahun 2007 2008
Kebutuhan investasi agribisnis hilir (produk turunan) temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng tahun 2005-2010.
Komoditas
Tabel 14.
JUMLAH
Purwoceng
Volume (kg)
2006
54,144 513.645
Nilai (Rp. Milyar)
1.114.655 1.400,911
547.260
Kunyit
Jahe
501.117
Volume (kg)
2005
Kebutuhan investasi usaha agribisnis hilir (pembuatan ekstrak) temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng tahun 2005-2010.
Temulawak
Komoditas
Tabel 13.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat
39
Temulawak
Jahe
Jumlah
40 2005 900
Purwoceng Kebutuhan investasi* (Rp. juta ) 2006 2007 2008 2009 1.000 1.100 1.210 1.331 2010 1.464
Kunyit 900 1.000 1.100 1.210 1.331 1.464
Kencur 900 1.000 1.100 1.210 1.331 1.464
1.800 2.000 2.200 2.420 2.662 2.928
900 1.000 1.100 1.210 1.331 1.464
5.400 6.000 6.600 7.260 7.986 78.784
Keterangan : * Penelitian dan pengembangan bibit, budidaya, pengolahan dan pemasaran.
E. Infrastruktur
Sentra produksi tanaman obat (temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng) umumnya terdapat di pedesaan. Sebagian besar tanaman obat dibudidayakan sebagai tanaman sela dan tanaman pekarangan, maka infrastrukturnya sudah menyatu dengan infrastruktur desa. Sehingga infrastruktur untuk usaha tanaman obat dan produk turunannya tidak dibuat secara eksplisit.
Untuk melihat kontribusi tanaman obat terhadap perekonomian nasional dengan tolok ukur nilai investasi, maka sampai tahun 2010, terbuka peluang investasi sebesar Rp. 21,745 triliun rupiah (Tabel 16). Atas dasar efek ganda yang ditimbulkan oleh investasi akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, disamping dampak penyerapan tenaga kerja di hulu dan di hilir serta sumbangannya kepada perbaikan kesehatan masyarakat.
Temulawak Agribisnis Hulu Pertanian Primer Agribisnis Hilir Pemerintah Sub total Kunyit Agribisnis Hulu Pertanian Primer Agribisnis Hilir Pemerintah Sub-total Kencur Agribisnis Hulu Pertanian Primer Agribisnis Hilir Pemerintah Sub-total Jahe Agribisnis Hulu Pertanian Primer Agribisnis Hilir Pemerintah Sub total Purwoceng Agribisnis Hulu Pertanian Primer Agribisnis Hilir Pemerintah Sub-total TOTAL
Komoditas
5,762 27,179 206,714 1,100 240,755
5,556 26,516 201,662 1,000 234,734 67,493 136,980 804,788 1,000 1 010,261 28,658 134,154 1.762,090 2,000 1 926,902 0,146 12,733 54,835 1,000 68,714 3.507,103
5,390 25,870 106,753 0,900 138,913 65,902 134,800 785,159 0,900 986,761 28,045 130,832 1.719,170 1,800 1 879,847 0,141 12,262 52,943 0,900 66,246 3.330,633
0,150 13,205 55,620 1,100 70,075 3.592,615
29,385 137,373 1.806,205 2,200 1 975,163
69,197 138,390 824,987 1,100 1 033,674
24,730 52,710 194,408 1,100 272,948
0,155 13,677 57,015 1,210 72,057 3.677,375
29,398 140,800 1.851,358 2,420 2 023,976
70,902 141,800 845,612 1,210 1 059,524
5,910 27,859 211,881 1,210 246,860
25,348 53,930 194,470 1,210 274,958
0,160 14,018 58,432 1,331 73,941 3.773,564
30,859 144,380 1.897,639 2,662 2 075,540
72,492 145,440 866,753 1,331 1 086,016
6,059 28,555 217,178 1,331 253,123
25,982 53,350 204,281 1,331 284,944
Investasi/ Tahun (Rp. Milyar) 2007 2008 2009 24,127 51,700 189,665 1,000 266,492
2006 23,466 48,660 185,840 0,900 258,866
2005
0,165 14,369 59,850 1,464 75,848 3.863,632
31,628 147,944 1.940,113 2,928 2 122,613
74,310 149,070 886,506 1,464 1 111,350
6,208 29,269 222,618 1,464 259,559
26,631 56,770 209,397 1,464 294,262
2010
0,917 80,265 338,695 7,005 345,700 21.744,92
177,973 835,483 10.976,580 14,010 12 004,040
420,296 846,480 5.013,805 7,005 6 287,586
34,885 165,248 1.166,806 7,005 1.373.944
150,284 317,120 1.178,061 7,005 1 652,470
Total
Rekapitulasi kebutuhan investasi temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng 2005-2010
Tabel 15. Perkiraan investasi penelitian dan pengembangan, pendidikan serta pelatihan tanaman obat unggulan
Komoditas/Jenis Investasi
Tabel 16.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat
41
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat
VII. DUKUNGAN KEBIJAKAN Untuk menjamin keberlangsungan agribisnis dan agroindustri berbasis tanaman obat dari hulu hingga ke hilir perlu dukungan kebijakan dari pemerintah agar citra, khasiat dan nilai tambah pemanfaatan tanaman obat menjadi setara dengan obat-obatan sintetis. Dukungan kebijakan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut. 1. Keputusan politik pemerintah untuk menetapkan penggunaan obat bahan alami yang bahan bakunya antara lain tanaman obat sebagai bagian dari pelayanan kesehatan formal. 2. Amandemen dan revisi Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang belum sejalan dengan keputusan politik sebagaimana tersebut pada butir 1. 3. Penyusunan program nasional pengembangan obat bahan alam berbasis tanaman obat asli Indonesia (temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng) secara terpadu, yang melibatkan semua pihak terkait dari hulu sampai hilir. 4. Memanfaatkan kelembagaan yang ada khusus yang memiliki otoritas memadai yang akan merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan program nasional sebagaimana tersebut pada butir 3. 5. Membangun dan melengkapi sarana dan prasarana pendukung : (a). Universitas yang akan mendidik tenaga medis untuk pelayanan kesehatan dengan obat bahan alami, (b) Rumah Sakit dan Apotek yang melayani masyarakat dengan obat bahan alami, (c) Jalan, transportasi dan telekomunikasi ke daerah-daerah sentra produksi tanaman obat, (d) Bantuan modal untuk petani dan pengusaha yang akan berusaha dalam agribisnis dan agroindustri berbasis tanaman obat (temulawak, kunyit, kencur, jahe dan purwoceng) baik di hulu maupun di hilir. 6. Fasilitasi munculnya iklim usaha dan kemitraan yang sinergis dengan prinsip win-win diantara para pelaku agribisnis dan agroindustri berbasis obat bahan alam di Indonesia. 42
43