APLIKASI PUPUK MEJEMUK PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI LAHAN GAMBUT FAKULTAS PERTANIAN RIMBO PANJANG KABUPATEN KAMPAR
By : Aidil Afriadi Dalimunthe, Ardian and M. Amrul Khoiri. Hp :085278740444 Email :
[email protected]
ABSTRACT Oil palm plantations on peatland is now beingfould mainlyin Kalimantan and Riau Province. Program development and construction of oil palm plantations (Elaeis guineensis Jacq) through a pattern of large-scale partnership is very beneficial aspects, whether economic, social, and environmental. This study aims to see the effect of compound fertilizer N,P,K,Ca,Mg,S pearls and its application to increase the number of midrib, added girth, appearance of flower, fruit added, the resulting production and growth of the midrib. The observations from October 2011 until march 2012, with dasis fertilization 320, 280, 240,and its application to the system of planting (pocet) and stocking directly over the dish of oil palm plantations (Elaeis guineensis Jacq) produce. From the study found that the system planting (pocet) over a dose of 320 setantar efektim dose of oil palm plantations on peatland. Keyword : Compound Fertilizel Application Oil Palm Plant
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengembangan dan pembangunan perkebunan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) melalui pola kemitraan skala besar sangat menguntungkan berbagai aspek, baik ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Apabila dilihat dari segi aspek ekonomi, tanaman kelapa sawit dapat mendukung industri dalam negeri, serta dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Aspek sosial dapat dilihat dengan meningkatnya lahan kebun kelapa sawit menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, kesenjangan pendapatan petani dengan pengusaha perkebunan, dan aspek lingkungan banyak manfaatnya di antaranya merehabilitas lahan yang krisis dan marginal (Sunarko, 2007). Dinas Perkebunan Propinsi Riau (2010), mengemukakan, tahun 2008 luas lahan tanaman kelapa sawit di Propinsi Riau adalah 350.000 Ha dengan peremajaan seluas 50.000 Ha, tahun 2009 luas lahan 3.79 juta Ha dengan produksi 20,7 juta ton dan tahun 2010 meningkat dengan 3.8 juta Ha, dengan data tersebut menunjukan bahwa terjadi peningkatan luas perkebunan tanaman kelapa sawit pada setiap tahunnya. Kelapa sawit dapat tumbuh di beberapa jenis tanah seperti tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik kelabu, Regosol, Andosol, dan Aluvial. Tanaman kelapa sawit berproduksi akan berbeda pada setiap jenis tanah, disebabkan oleh sifat fisik, biologi, dan kimia tanah berbeda, sehingga tingkat kesuburannya berbeda. Perbedaan produksi juga dapat di sebabkan oleh kondisi
lahan yang tidak baik untuk tanaman kelapa sawit diantaranya drainase yang sangat buruk, tanah yang banyak mengandung mineral besi dan tanah pasir (Fauzi, 2003). Tanah gambut merupakan tanah yang terbentuk dari bahan organik pada fisiografi cekungan atau rawa, akumulasi bahan organik pada kondisi jenuh air, anaerob, menyebabkan proses perombakan bahan organik berjalan sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi bahan organik yang membentuk tanah gambut (Darmawijaya, 1992). Pada propinsi Riau, umumnya budidaya tanaman kelapa sawit adalah lahan gambut, sehingga banyak keluhan yang kita dengar dari masyarakat mengapa pertumbuhannya berbeda dengan lahan mineral, dari keluhan banyak peneliti mencoba untuk mencari sebabnya. Kebutuhan akan unsur hara bagi tanaman kelapa sawit berbeda pada setiap fase pertumbuhannya. Jumlah unsur hara yang ditambahkan melalui pupuk harus memperhitungkan kehilangan hara akibat pencucian, penguapan, penambahan hara dari tanaman penutup tanah, hara yang terikat dari udara, serta potensi fisik dan kimia tanah. Menurut Sastrosayono, (2005), unsur-unsur hara yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit adalah nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), magnesium (Mg), serta unsur hara calsium(Ca) dan sulfur (S). Agromedia (2007), menyatakan bahwa pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung dua atau tiga unsur hara makro. Pupuk majemuk diciptakan dengan tujuan untuk memudahkan petani atau pemulia tanaman lainnya mendapatkan pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Masing-masing pupuk tersebut memiliki fase dan kegunaan yang berbeda, pupuk majemuk dipakai pada semua fase pertumbuhan tanaman. Kelebihan dari pupuk majemuk karena kemajemukannya yang mana tersedianya kandungan hara cukup tinggi dan mudah diserap oleh tanaman. Pupuk majemuk merupakan pupuk yang terdiri dari banyak unsur dalam satu kemasan. Aplikasi pemupukan yang umum dipakai pada tanaman kelapa sawit ada dua yaitu sistem pocket (tanam) dan di tabur langsung diatas piringan kelapa sawit. Sistem pocket (tanam) pupuk dibenamkan ke dalam lubang yang telah di buat dengan standar tiga lubang dengan jarak tegak lurus dan terjauh (tajuk daun) dan ditutup kembali dengan tanah. Sistem tabur langsung diatas piringan kelapa sawit, cara pemupukan ini mempunyai kerugian dimana merangsang pertumbuhan rumput pengganggu/gulma dan kemungkinan pengikatan unsur hara tertentu oleh tanah lebih tinggi, (Tim Penulis Perkebunan kelapa sawit, 2001). Harapan kedua aplikasi memiliki perbedaan akan hasil yang ditimbulkan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit di lahan gambut Oleh sebab itu peneliti tertarik meneliti tanaman sawit yang tumbuh pada lahan gambut karena pada umumnya tanaman pertumbuhannya kurang optimal. Peneliti disini berharap pemupukan dan aplikasi yang dilakukan baik itu sistem tabur, maupun sistem pocket (tanam) dapat memberikan perbedaan terhadap pertumbuhan kelapa sawit dan produksinya pada lahan gambut Rimbo Panjang. Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Aplikasi Pupuk Majemuk Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis Jacq) Di Lahan Gambut Fakultas Pertanian Rimbo Panjang Kabupaten Kampar”. 1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk majemuk N, P, K, Mg, Ca, S dan aplikasinya terhadap tanaman kelapa sawit pada lahan gambut di kebun penelitian Faperta Universitas Riau Rimbo Panjang.
II. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun penelitian Fakultas Pertanian Universitas Riau (UNRI) di Rimbo Panjang km 5, Kabupaten Kampar. Kegiatan ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari bulan Oktober 2011 – Maret 2012. 3.2. Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kelapa sawit menghasilkan D x P marihat umur 5 tahun, varietas Tenera. Tanaman kelapa sawit yang digunakan tanaman yang pertumbuhannya seragam, dengan jarak tanam 8 x 10 m, pupuk majemuk N, P, K, Mg, Ca, S (Mutiara ). Alat alat yang digunakan di lapangan terdiri dari cangkul, ember, mangkok, meteran, tali rapia, timbangan, parang, kertas dan alat tulis. 3.3. Metode Penelitian. Penelitian ini telah dilaksanakan secara eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu dosis dan aplikasinya, perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga jumlah keseluruhan tanaman yang digunakan adalah 24 tanaman kelapa sawit. Faktor 1 yaitu dengan menggunakan dosis pemupukan (D) D1 = Dosis pemupukan 320 gram / pohon. D2 = Dosis pemupukan 280 gram/pohon. D3 = Dosis pemupukan 240 gram/pohon. Faktor ke 2 Aplikasi pemberian pupuk majemuk N, P, K, Mg, Ca, S (mutiara) melalui: A1 = Dengan sistem pocket (tanam) A2 = Dengan sistem tebar langsung Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan Sidik Ragam dengan model linier sebagai berikut : Yijk= + αi + βj + (αβ)ij + εijk Data hasil analisis pengamatan masing-masing diuji lanjut dengan Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) taraf 5%.
3.4. Pelaksanaan Penelitian. 3.4.1. Persiapan lahan Lahan dibersihkan dari gulma yang mengganggu proses pemberian dan penyerapan pupuk, sampah serta sisa pelepah dan tunggul. Selanjutnya tanaman kelapa sawit yang ingin dilihat atau dipakai dalam penelitian dibersihkan agar data yang diperoleh lebih akurat terhindar dari persaingan dalam perebutan unsur hara antara tanaman sawit dan gulma. 3.4.2. Perlakuan pupuk majemuk N, P, K, Mg, Ca, S (Mutiara) Pemberian pupuk dilakukan dengan menggunakan pupuk majemuk N, P, K, Mg, Ca, S Mutiara sesuai dengan taraf dosis yang digunakan dalam penelitian ini. Pemupukan dilakukan dengan dua cara yaitu tebar langsung di atas piringan kelapa sawit dan sistem tanam, yang mana sistem tanam dilakukan dengan empat lobang tanam dan seluas tajuk kelapa sawit. 3.4.3. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan adalah pembersihan tanaman kelapa sawit dari gulma yang tumbuh di sekeliling tanaman kelapa sawit seluas tajuk, agar tidak terjadi persaingan dalam perebutan unsur hara, dengan menggunakan cangkul maupun dicabut. 3.4.4. Pengamatan Parameter yang diamati terdiri dari beberapa parameter. Pengamatan dilakukan dua minggu sekali dan sebulan sekali dengan jadwal yang sudah ditentukan dalam penelitian ini.
3.5. Parameter yang Diamati 3.5.1. Pertambahan Jumlah Pelepah Pengamatan jumlah pelepah dilakukan dengan menghitung jumlah pelepah saat awal penelitian dan diakhir penelitian. Jumlah pelepah akhir di kurang jumlah pelepah awal merupakan jumlah pertambahan pelepah. 3.5.2. Pertambahan Lilit Batang Tanaman Kelapa Sawit (cm). Pertambahan lilit batang diukur dengan cara melilitkan tali pada batang terbesar, kemudian panjang tali dikonversikan dengan menggunakan meteran. Pengukuran lilit batang dilakukan selama enam bulan di lakukan sebulan sekali pada awal sampai akhir penelitian. Hasil dari pertambahan lilit batang didapat dari pengurangan lilit batang akhir dengan lilit batang pada awal penelitian.
3.5.3. Muncul Bunga Berdompet Pada Tanaman Kelapa Sawit Munculnya bunga pada tanaman kelapa sawit dilihat dari awal dan akhir penelitian, berapa bunga yang muncul pada setiap bulannya dari awal hingga akhir penelitian. 3.5.4. Pertambahan Jumlah Tandan Buah Segas (TBS). Tanaman kelapa sawit yang diamati adalah tanaman menghasilkan yang mana jumlah buah diamati dari awal sampai akhir penelitian. 3.5.5. Produksi yang Dihasilkan Tandan Kelapa Sawit (kg). Pengamatan yang diamati dalam penelitian ini adalah produksi tanamannya pada saat pemanenan yang dilakukan 2 minggu sekali, yang mana di hitung produksi rata rata setiap bulannya pada setiap sampel dari awal sampai akhir penelitian.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Jumlah Pelepah. Berdasarkan sidik ragam (lampiran) menunjukkan bahwa kombinasi pemberian pupuk majemuk N,P,K Mutiara dengan berbagai cara pengaplikasiannya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertambahan jumlah pelepah kelapa sawit. Hasil uji lanjut dengan menggunakan DNMRT pada taraf 5% disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rerata Pertambahan Jumlah Pelepah Tanaman Kelapa Sawit Dengan Pupuk Majemuk dan Aplikasinya Dosis Aplikasi Aplikasi Rerata A1(Tanam) A2(Tebar) D0(320 gram)
1,08 a
1,02 a
1,05 a
D1(280 gram)
0,94 a
1,05 a
1,00 a
D2(240 gram)
1,05 a
1,05 a
1,05 a
1,02 a
1,04 a
Rerata
Keterangan : angka angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.
Dari Tabel 1 terlihat bahwa semua perlakuan yang diberikan terhadap pertumbuhan jumlah pelepah menunjukan hasil yang berbeda tidak nyata, hal ini disebabkan karena unsurunsur hara khususnya unsur hara makro yang terdapat di dalam semua kombinasi pupuk akan memberikan pengaruh yang sama bagi pertumbuhan tanaman, menurut Jumin (1982), bahwa unsur N menyebabkan perkembangan permukaan daun yang lebih cepat. Sedangkan unsur P, K, Mg, Ca, dan S juga berperan dalam menunjang pertumbuhan daun. Walaupun semua kombinasi pupuk yang diberikan terhadap jumlah pelepah daun kelapa sawit menunjukan hasil yang sama, tetapi apabila di perhatikan secara angka-angka, maka ada kecenderungan bahwa pemberian kombinasi pupuk Majemuk (N, P, K, Mg, Ca, S) dengan dosis 320 g/pohon melalui aplikasi tanam hasil lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena komposisi kandungan unsur hara yang diberikan seimbang sesuai yang dibutuhkan oleh tanaman. Menurut Rahutomo dan E.S. Sutarta, (2001), tanah merupakan salah satu komponen dasar dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit. Pemahaman mengenai karakteristik tanah diperkebunan kelapa sawit sangat diperlukan sebagai dasar dalam menentukan tindakan kultur teknis yang akan dilakukan dalam rangka menjamin kesinambungan produktivitas lahan. Produktivitas lahan tidak hanya tergantung pada tersedianya unsur hara yang cukup dan seimbang, tetapi juga harus didukung oleh keadaan fisik dan kimia tanah yang baik. Pentingnya sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang baik dalam menunjang pertumbuhan tanaman sering tidak disadari karena kesuburan tanah selalu dititik beratkan hanya pada kesuburan kimianya (Rohlini dan Soeprapto Soekordarmodjo, 1989) . Perbaikan optimum sifat kimia dapat dicapai dengan
pemupukan. Akan tetapi pemupukan tidak akan berhasil dan menguntungkan sebelum usahausaha perbaikan sifat fisik tanah tidak dilakukan seperti pencegahan erosi, perbaikan keadaan air, perbaikan tanah-tanah yang telah rusak atau perbaikan saluran drainase (Arsyad, 2000). Tujuan dari pemupukan yaitu memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan kesuburan tanah dan melengkapi persediaan unsur hara didalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi. Disisi lain perbaikan sifat fisik juga harus dioptimalkan agar tercapainya produktivitas lahan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman itu sendiri, disamping itu perlu pengeringan atau drainase pada lahan gambut yang tergenang air apa bila musim hujan tiba. Dalam hal ini dapat disimpulkan kebutuhan unsur hara sangat penting dalam pertumbuhan tanaman kelapa sawit, dan dapat diartikan dari penelitian ini bahwa kebutuhan unsur hara yang diberikan belum mencukupi atau kurang efisien terhadap tanah gambut, dan aplikasi pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah pelepah tanaman kelapa sawit di Rimbo Panjang. 4.2.Pertambahan Lilit Batang Kelapa Sawit Berdasarkan sidik ragam (lampiran) menunjukkan bahwa kombinasi pemberian pupuk majemuk N,P,K Mutiara dengan berbagai cara pengaplikasiannya memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap pertambahan lilit batang kelapa sawit. Hasil uji lanjut dengan menggunakan DNMRT pada taraf 5% disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Persentasi Pertambahan lilit Batang Tanaman Kelapa Sawit Dengan Pupuk Majemuk dan Aplikasinya Dosis Aplikasi Aplikasi Rerata A1(Tanam) A2(Tebar) D0(320 gram)
4,50 a
4,75 a
4,62 a
D1(280 gram)
3,75 a
3,25 a
3,50 ab
D2(240 gram)
3,25 a
3,25 a
3,25 b
3,83 a
3,75 a
Rerata
Keterangan : angka angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%. Aplikasi dan dosis pupuk N, P, K, Mg, Ca, S yang di berikan pada tanaman kelapa sawit berbeda tidak nyata terhadap pertambahan lilit bonggol batang. Kusumo (1984) menyatakan bahwa selama proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman perlu di perhatikan dalam pemberian yang tepat dalam pemupukan agar dapat memicu perkembangan dan pertumbuhan salah satu organ tanaman hingga optimal. Apabila itu terjadi maka peroses dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat terwujud dengan baik. Data Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk N, P, K, Mg, Ca, S dan aplikasinya memberikan pengaruh berbeda tidak nyata, terhadap dosis yang di berikan 320 g/pohon terhadap dosis 280 g/pohon 240 g/pohon. sedangkan perlakuan aplikasinya dengan dosis
320 g/pohon dibandingkan aplikasi dosis yang lain cuma berbeda secara angka saja tidak terlihat berbeda nyata. Dosis yang di berikan 320 g/pohon perlakuan ini yang memberikan respon positif terhadap pertambahan lilit batang pada tanaman kelapa sawit di Rimbo Panjang pada lahan gambut. Secara fisiologis bonggol kelapa sawit dapat berfungsi sebagai penyimpanan dan pengangkutan air serta fotosintat, dimana pembesaran batang seiring dengan pertumbuhan jumlah pelepah daun yang tumbuh secara teratur. Pertumbuhan batang yang semangkin bertambah ukurannya menunjukkan bahwa proses relokasi “Source dan Sink” sudah berjalan dengan baik, karena proses fotosintesis secara fisisologis telah dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif, terutama pertambahan lilit batang tanaman (Lakitan, 1995). Nitrogen merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan, fosfor (P) berperan dalam berbagai proses fisiologis didalam tanaman seperti fotosintesis dan respirasi dan sangat membantu perkembangan perakaran dan mengatur pembungaan, kalsium (K) berperan dalam aktivitas berbagai enzim yang essensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, magnesium (Mg) merupakan unsur utama pembentuk klorofil dan magnesium memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan tanaman, calsium (Ca) diperlukan dalam jumlah sedikit, membantu mempercepat reaksi fisiologi tanaman, sedangkan unsur sulfur (S) sangat berperan dalam pembentukan klorofil dan ketahanan terhadap serangan jamur (Sastrosayono,2005). Suriatna (1988) juga menyatakan bahwa unsur N P K sangat berperan dalam mempercepat laju dan pertumbuhan pada tanaman dimana nitrogen merupakan penyusun dari banyak senyawa sedangkan fospor berfungsi untuk mempercepat perkembangan perakaran, menambah daya tahan terhadap hama dan penyakit, berperan dalam proses respirasi, proses pembelahan sel, dan metabolism tanaman sehingga mendorong laju pertumbuhan tanaman diantaranya lilit batang. Unsur Kalium berperan mempercepat pertumbuhan jaringan maristematik terutama pada batang tanaman, menguatkan batang sehingga tidak mudah rebah, sangat penting dalam proses fotosistesis dimana semangkin meningkatnya fotosistesis pada tanaman akan menambah ukuran lilit batang tanaman. Menurut Buana , (2003), pemupukan dengan sistem tanam lebih efektif karena unsur yang diberikan langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman, dibandingkan dengan sistem tebar langsung diatas piringan mudah terbawa air serta adanya persaingan unsur hara antara tanaman dan gulma. 4.3. Muncul Bunga Berdompet Pada Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan sidik ragam (lampiran) menunjukkan bahwa kombinasi pemberian pupuk majemuk N,P,K Mutiara dengan berbagai cara pengaplikasiannya memberikan pengaruh tidak nyata terhadap muncul bunga pada kelapa sawit. Hasil uji lanjut dengan menggunakan DNMRT pada taraf 5% disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Persentasi Muncul Bunga Tanaman Kelapa Sawit Dengan Pupuk Majemuk dan Aplikasinya Dosis Aplikasi Aplikasi Rerata A1(Tanam) A2(Tebar) D0(320 gram)
0,61 a
0,88 a
0,75 a
D1(280 gram)
0,82 a
0,46 a
0,64 a
D2(240 gram)
0,73 a
0,94 a
0,84 a
Rerata
0.72 a
0,76 a
Keterangan : angka angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.
Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk N, P, K, Mg, Ca, S dan aplikasi yang diberikan tidak berbeda nyata terhadap munculnya bunga berdompet pada tanaman kelapa sawit. Hal ini diduga bahwa pupuk majemuk yang diberikan belum mampu memberikan keseimbangan unsur hara yang di butuhkan sehingga jumlah bunga berdompet yang terbentuk, masing masing dosis ndan aplikasi menunjukkan tidak terjadi penambahan jumlah bunga berdompet pada tanaman kelapa sawit. Menurut Lakitan (1995), fase pertumbuhan merupakan fenomena fisiologis yang tidak sederhana, perubahan fase vegetatif menjadi generatif, ini merupakan perubahan yang besar karena struktur menjadi berbeda sama sekali. Perubahan ini merupakan cerminan dari pemacuan kelompok gen tertentu yang berperan dalam pembentukan bunga dan dari bunga yang terbentuk akan terlihat jumlah bunga yang muncul pada tanaman kelapa sawit. Pembentukan bunga secara optimal bila serapan N tinggi diikuti dengan sudut daun yang menangkap radiasi matahari juga maksimal, keadaan tersebut dapat menjadikan tandan bunga kelapa sawit terbentuk lebih cepat setiap tahunnya (Suheimi dan A. U. Lubis, 1982). Tanaman kelapa sawit ini merupakan kelompok tanaman keras yang mana dalam pembungaan memerlukan waktu yang lama, dapat di lihat dari data diatas bahwa dosis 240 g/pohon lebih baik dibandingkan dosis yang lain dan aplikasinya. Setyamidjaja (1992) menyatakan bahwa tanaman dapat menghasilkan bunga apabila mempunyai zat cadangan makanan dan juga ditentukan oleh sifat genetis tanaman. Pada Table 3 dapat di simpulkan bahwa hasil dari penelitian, kalau dilihat dari secara simbolis tidak berbeda nyata terhadap bunga berdompet yang muncul pada tanaman kelapa sawit, tatapi kalau dilihat secara angka bahwa adanya perbedaan antara dosis yang satu terhadap yang lain, dan aplikasi yang diberikan pada setiap perlakuannya.
4.4. Pertambahan Jumlah Tandan Buah Segar (TBS). Berdasarkan sidik ragam (lampiran) menunjukkan bahwa kombinasi pemberian pupuk majemuk N,P,K Mutiara dengan berbagai cara pengaplikasiannya memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap pertambahan jumlah buah kelapa sawit. Hasil uji lanjut dengan menggunakan DNMRT pada taraf 5% disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Persentasi Pertambahan Jumlah Tandan Buah Segar Tanaman Kelapa Sawit Dengan Pupuk Majemuk dan Aplikasinya Dosis Aplikasi Aplikasi Rerata A1(Tanam) A2(Tebar) D0(320 gram)
0,77 ab
0,85 a
0,81 a
D1(280 gram)
0,50 c
0,64 abc
0,57 b
D2(240 gram)
0,36 c
0,42 c
0,39 b
Rerata
0,55 a
0,64 a
Keterangan : angka angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.
Table 4 menunjukkan bahwa perlakuan dari masing masing berbeda memberikan berbeda pengaru nyata, di tunjukkan dengan menggunakan dosis 320 g/pohon serta aplikasinya. Hal ini diduga karena dalam upaya pemberian unsur hara dilahan gambut dosis yang di gunakan yaitu 320 gram/pohon yang menggunakan pupuk majemuk mutiara N, P, K, Mg, Ca, S adalah standar pemupukan kelapa sawit 6 bulan / pohon (Buana L, 2003). Pada dasarnya peningkatan jumlah tandan buah segar juga ditentukan oleh cukup atau tidaknya unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam produksi unsur P sangat berperan dimana dapat mempengaruhi proses pemasakan buah, bertambahnya berat buah, memperbaiki kualitas dan kuantitas buah yang di hasilkan seiring dengan peningkatan fotosintesis. Fosfor junga sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan pembentukan hasil, dimana fosfor di butuhkan tanaman yang berfungsi dalam taransfer energy, serta sangat penting dalam fotosintesis dan fisiologis kimia di dalam tanaman. Pada dasarnya kesediaan fosfor jumlah yang cukup pada pertumbuhan yang selanjutnya untuk bagian yang produktif lainnya, terutama pembentukan buah (Novizan, 2002). Didalam fosfor merupakan sifat yang mobil, apabila kekurangan unsur fospor akan menghambat pertumbuhan tanaman yang mengakibatkan tanaman akan menjadi kerdil dan pembentukan buah tidak sempurna. Nyakpa dkk, (1988). Unsur kalium diserap tanaman dalam bentuk ion k, dan dijumpai dalam tanah sangat bervariasi, namun jumlah dalam keadaan tersedia bagi tanaman biasanya sangat kecil dan kebutuhan akan unsur ini sangat tinggi. Lingga (1994), menyatakan fungsi utama kalium adalah
membantu pembentukan protein dan karbohidrat, dan juga memperkuat tanaman,daun, bunga, dan buah, juga sebagai sumber kekuatan bagi tanaman kekeringan dan serangan penyakit. Nyakpa dkk, (1988) menyatakan gejala kekurangan kalium dapat dilihat dari pada bagian daun yang bewarna kuning atau kemerahan yang berubah menjadi coklat. Selain itu kalium juga membantu penyerapan air dan mencegah penguapan air melalaui daun, sehingga proses fisiologis yang terejadi didalam tanaman dapat berjalan dengan baik sebagai penyerapan unsur hara dan proses translokasi fotosintesis menjadi optimal sehingga pembentukan buah sebagai bagian dari organ generatif menjadi lebih baik. Pemberian pupuk N, P, K, Mg, Ca, S dengan aplikasi tebar dan tanam memiliki sedikit perbedaan, pada Tabel 4 dapat dilihat pertambahan jumlah tandan buah segar lebih efektif dengan tebar dengan dosis 320 g /pohon. Untuk dapat melakukan budidaya pada lahan gambut, terlebih dahulu harus dilakukan reklamasi. Menurut Dwidjosaputro (1986), reklamasi lahan gambut adalah suatu upaya pemanfaatan lahan rawa yang telah diusahakan untuk usaha pertanian melalui perbaikan prasarana dan sarana pertanian dikawasan tersebut sehingga meningkatkan luas areal tanam dan produktivitas lahan. Salah satunya adalah pembuatan saluran drainase. Dapat disimpulkan dari pembahasan diatas bahwa pertambahan jumlah tandan buah segar, sangat tergantung pada kebutuhan unsur hara yang diberikan serta aplikasinya, serta perlu pemberian drainase agar unsur hara yang diberikan tidak terlarut dalam air saat musim hujan dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman kelapa sawit untuk produkvitas jumlah tandan buah segar. Hidayat (1985), menyatakan bahwa jumlah tandan buah maksimum tiap tanaman ditentukan secara genetik, namun dapat juga di pengaruhi oleh lingkungan semasa proses pembentukan tandan buah. 4.5. Produksi yang dihasilkan kelapa sawit Berdasarkan sidik ragam (lampiran) menunjukkan bahwa kombinasi pemberian pupuk majemuk N,P,K Mutiara dengan berbagai cara pengaplikasiannya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertambahan produksi kelapa sawit. Hasil uji lanjut dengan menggunakan DNMRT pada taraf 5% disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Persentasi Produksi yang di Hasilkan Tanaman Kelapa Sawit Dengan Pupuk Majemuk dan Aplikasinya Dosis Aplikasi Aplikasi Rerata A1(Tanam) A2(Tebar) D0(320 gram)
0,67 a
0,80 a
0,74 a
D1(280 gram)
0,91 a
0,79 a
0,85 a
D2(240 gram)
0,83 a
0,76 a
0,80 a
Rerata
0,80 a
0,78 a
Keterangan : angka angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%.
Pada Table 5 menunjukkan bahwa kombinasi pemberian pupuk majemuk N,P,K Mutiara dengan berbagai cara pengaplikasiannya tidak berbeda nyata terhadap pertambahan jumlah produksi kelapa sawit, dimana masing masing perlakuan baik aplikasi maupun dosis juga tidak berperan dalam meningkatkan produksi tanaman. Produktivitas lahan tidak hanya tergantung pada tersedianya unsur hara yang cukup dan seimbang, tetapi juga harus didukung oleh keadaan fisik dan kimia tanah yang baik. Pentingnya sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang baik dalam menunjang pertumbuhan tanaman sering tidak disadari karena kesuburan tanah selalu dititik beratkan hanya pada kesuburan kimianya (Rohlini dkk, 1989). Menurut Fadli (2008), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air, unsur hara dan mineral tanah, jenis tanah, iklim, cahaya matahari. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi pertumbuhan tanaman dari pertumbuhan vegetatif sampai generatif tanaman. Jika salah satu faktor tersebut tidak sesuai dan tidak tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman maka pertumbuhan tanaman pasti akan terhambat dan bisa saja tanaman tersebut mati. Tanaman kelapa sawit yang di teliti sudah berumur 5 tahun dan kurang terawat, peneliti orang pertama yang memberikan unsur hara dan aplikasi yang dilakukan berharap akan ada pengaruh yang nyata di berikan di lahan gambut tersebut. Menurut Nyakpa (1988), suatu varietas tanaman tidak memberikan hasil yang baik jika kebutuhan unsur hara tidak terpenuhi. Proses penyerapan hara oleh tanaman berkaitan langsung dengan produksi yang diperoleh, semangkin tinggi serapan hara maka hasil produksi juga semangkin meningkat. Dapat kita lihat pada tabel 5 tidak berbeda nyata pada masing masing perlakuan, dikarenakan pemberian unsur hara terhadap tanaman belum tercukupi apalagi tanaman kelapa sawit terletak di lahan gambut yang selalu tergenang oleh air. Proses penyerapan hara oleh tanaman berkaitan langsung dengan produkvitas yang diperoleh, semangkin tinggi serapan hara maka hasil juga akan semangkin tinggi. Dalam penelitian didapat tidaklah berbeda nyata dari masing masing perlakuan, tetapi secara angka data tertinggi didapat dengan sistem tanam yang lebih efesien dalam proses produksi yang dihasilkan pada tanaman kelapa sawit di Rimbo Panjang. Lubis (2000), menyatakan bahwa produksi yang dihasilkan pada tanaman kelapa sawit, selain kebutuhan unsur hara harus terpenuhi, lingkungan dan keadaan fisik tanah juga sangat berpengaruh dalam produksi yang dihasilkan tanaman kelapa sawit. Sifat kimia dapat dicapai dengan pemupukan. Akan tetapi pemupukan tidak akan berhasil dan menguntungkan sebelum usaha-usaha perbaikan sifat fisik tanah tidak dilakukan seperti pencegahan erosi, perbaikan keadaan air, perbaikan tanah-tanah yang telah rusak atau perbaikan saluran drainase (Arsyad, 2000) .
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan Dari penelitian ini dapat di simpulkan bahwa : a. Aplikasi dan pupuk majemuk N, P, K, Mg, Ca, S yang diberikan tidak berbeda nyata terhadap pertambahan jumlah pelepah tanaman kelapa sawit. b. Aplikasi dan pemberian pupuk majemuk N, P, K, Mg, Ca, S berbeda tidak nyata dalam penelitian dengan menggunakan dosis 230 gram/pohon dengan aplikasi tanam terhadap lilit bonggol batang tanaman kelapa sawit. c. Aplikasi dan pupuk majemuk N, P, K, Mg, Ca, S yang diberikan tidak berbeda nyata dosis dan aplikasi yang di berikan terhadap munculnya bunga taman kelapa sawit tetapi berbeda nyata pada pertambahan tandan buah segar tanaman kelapa sawit. d. Aplikasi dan pupuk majemuk N, P, K, Mg, Ca, S yang diberikan tidak berbeda nyata terhadap produksi yang dihasilkan pada tanaman kelapa sawit, namun kalau dilihat dari angka ada perbedaan dari setiap dosis dan aplikasi yang di berikan. 5.2. Saran Tanaman kelapa sawit Rimbo Panjang sebaiknya dalam penelitian yang akan datang, perlu di berikan perlakuan yang ekstra terhadap tanah gambut, yaitu drainase agar pupuk atau unsur hara yang diberikan tidak larut sia-sia, dan dapat dimanfaatkan tanaman, dan hasil yang diberikan lebih efektif. Pemberian pupuk yang lebih baik diberikan pupuk daun agar fotosistesis prtumbuhan tanaman lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Andriesse, J.P. 1994. Constrainsts and Opportunities for Alternative use Options of Tropical Peat Land. In B.Y. Aminuddin (Ed.). Tropical Peat; Proceedings of International Symposium on Tropical Peatland, 6-10 May 1991, Kuching, Sarawak, Malaysia. Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB press, Bogor.29 hal. Buana, 2003. Budidaya dan Kultur Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Perkebunan Sumatera Utara. Medan.
Darmawijaya,. 1992. Klasifikasi Tanah Dasar Teori bagi Peneliti Tanah dan Pelaksanaan Pertanian Di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Dwidjosaputro, D. 1986. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. Dinas perkebunan, 2010. Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Perkebunan. Propinsi Riau Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, dan R. Hartono. 2004. Kelapa sawit : Budi Daya, Pemanfaatan, Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya Jakarta. Hidayat. 1985. Pemupukan dan Perkembangan Tanaman. Gramedia. Jakarta. Kusumo, S. 1984. Zat Perangsang Tumbuhan Tanaman. Yasaguna. Jakarta. Lakitan. 1995. Fisiologi Tumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Lingga, P. 1994. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Lubis, A.U, 2000. Kelapa Sawit, Tekhnik Budidaya Tanaman. Penerbit Sinar, Medan. Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Pematang Siantar. Sumatera Utara. Lubis, A. U., A.G. Amran, M.A. Pulung, M.Y. Nyakpa dan N. Hakim. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian UISU Medan. Mario, M.D. 2002. Peningkatan Produktivitas dan Stabilitas Tanah Gambut dengan Pemberian Tanah Mineral yang Diperkaya oleh Bahan Berkadar Besi Tinggi. Disertasi Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Nyakpa. Y, A.M Lubis, M.A Pulungan, G. Amrah, A. Munawar, G.B. Hong, dan Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung Rahutomo dan E.S. Sutarta. 2001. Kendala Budidaya Kelapa Sawit pada Tanah Sulfat Masam. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit : Vol 9(1). PPKS Medan. Sastrosayono, S. 2005. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. Setyamidjaja. 1992. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.
Sianturi, H. S. D.. 1991. Budi Daya Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan. Soekarno, M., Wangsadipoera dan S. Miraya.1993. Tata Air Kelapa Di Lahan Gambut. Di dalam Prosiding Seminar Tanah Gambut untuk Perluasan Tanah Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara. Medan. Soepraptohardjo, M. and P.M. Driessen. 1976. The Lowland and Peat of Indonesia, Challenge for the Future. In Pear and Podsolic Soils and Their Potential for Agriculture in Indonesia. Bull. Soil Res. Insitut Pertanian Bogor. Suheimi Syukur dan A.U. Lubis. 1982. Perhitungan Bunga Untuk Peramalan Produksi Jangka Pendek Pada Kelapa Sawit. Pedoman Teknis Pusat Penelitian Marihat. No. 48 /PT/PPM/82. Sunarko. 2007. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit. Agro media, Yogyakarta. Suriatna, S. 1988. Pupuk dan Cara Pemupukan. Melton Putra. Jakarta. Suyatno, R. 1994. Kelepa Sawit : Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius. 186 p. Tim Penulis perkebunan kelapa sawit. 2001. Kelapa Sawit, Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. Von Uexkull, H. R. Balanced Fertilizer Use of Sustained Productivity of Some Major Tropical Tree Crops. P. 223-231, Inproceedings of the International Symposium on Balanced Fertilization, Cina, 1990.