PENGELOLAAN WAKAF UANG SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN INVESTASI (Studi Pada Tabung Wakaf Indonesia) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh :
Amrul Hakim NIM. 206046103805
PROGRAM STUDI MUAMALAT KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010
PENGELOLAAN WAKAF UANG SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN INVESTASI (Studi Pada Tabung Wakaf Indonesia) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh Amrul Hakim NIM: 206046103805
Dibawah Bimbingan:
Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH.,MA., MM NIP. 195505051982031012
PROGRAM STUDI MUAMALAT KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H/ 2010
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) diUniversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Febuari 2011
Amrul Hakim
ABSTRAKSI
Wakaf
uang dapat
berperan dalam menunjang proses
pembangunan secara menyeluruh, baik dalam pembangunan ekonomi, investasi dan sosial. Pengembangan wakaf uang memiliki nilai ekonomi yang strategis. Melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang belum produktif dapat dimanfaatkan atau dijadikan sarana bisnis. Wakaf uang berpengaruh positif terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat, dana wakaf juga bisa membantu memberdayakan usaha kecil. Di samping itu wakaf uang memainkan peranan yang sangat penting sebagai salah satu pilar pembangunan sosial dan pembangunan masyarakat sejahtera. Hasil investasi wakaf uang dapat disalurkan untuk membantu biaya operasional lembaga-lembaga pendidikan, lembaga kesehatan dan lembaga sosial. Di sinilah wakaf uang berperan sebagai salah satu sumber pendanaan alternatif untuk program peningkatan kesejahteraan umat.
Kata Pengantar Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang dengan rahmat dan karunia-NYA yang telah diberikan, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Solawat dan salam selalu senantiasa tercurah kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para shabatnya. Penulis menyadari bahwa penelitian untuk penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa ada bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk mengucapkan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sekaligus dosen pembimbing penulisan skripsi yang secara kooperatif telah memberikan bimbingan dan dukungan dari berbagai segi, dengan meluangkan waktu, tenaga dan pikiranya untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Drs. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A dan Drs. H. Ahmad Yani, M.A. Selaku Ketua dan Sekertaris Kordinator Teknis Program Non Regular Fakultas syariah dan Hukum.
3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama perkuliahan. 4. Bapak dan Ibu Pengurus perpustakaan yang telah menyediakan sarana sehingga sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 5. Pihak Tabung Wakaf Indonesia (TWI), terutama Bapak Veldi V. Armita Diretur TWI yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. Serta Fadilannisa yang telah membantu memberikan data yang diperlukan penulis. 6. Ibunda tercinta dan Kakanda-kakanda tersayang yang selau memberikan dukungan, do‟a, semangat, motifasi dan finansial kepada penulis dari awal masuk kuliah sampai saat ini. 7. Teman-teman seperjuangan khususnya SBC‟Zerrosix(06) yang telah memberikan dukungan semangat dan telah berbagi fikiran selama masa kuliah. 8. Buat sahabat-sahabat penulis, (Beni, Micky, Fahd) yang selalu meluangkan waktu untuk menemani, membantu dan berdiskusi dengan penulis dalam menyelesaiakan penulisan skripsi ini.
9. Dan pihak-pihak lainya yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, tapi tidak mengurangi rasa terima kasih penulis kepada semuanya. Semoga kontribusi dan amal baik dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang melimpah. Dan penulis tidak akan melupakan semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Dan juga Penulis menyadari akan kekurangan dari skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan sumbang saran kepada penulis yang sifatnya membangun. Semoga sekripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semuanya. Ahir kata, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Jakarta, 24 Desember 2010 Penulis
Amrul Hakim
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN................................................................................. iii LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. iv KATA PENGANTAR.......................................................................................... v DAFTAR ISI...................................................................................................... viii Bab I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................... 6 C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan............................................. 7 D. Review Studi Terdahulu....................................................... 8 E. Metode Penulisan............................................................... 10 F. Sistematik Penulisan.......................................................... 12
BAB II
KAJIAN TEORITIS TENTANG WAKAF UANG A. Pengertian Wakaf Uang.................................................... 13 1. Pengertian wakaf secara umum.....................................13 2. Pengertian Wakaf Uang............................................... 17
B. Dasar Hukum Wakaf Uang................................................ 18 1. Al- Quran..................................................................... 18 2. Al- Hadits..................................................................... 19 3. Ahli Fiqih .................................................................... 20 4. Fatwa Majelis Ulama Indonesia ( MUI)...................... 20 5. Undang – Undang ...................................................... 23 C. Rukun dan Syarat Wakaf Uang.......................................... 23 1. Rukun Wakaf Uang..................................................... 23 2. Syarat-syarat Wakaf Uang......................................... 25 D. Manfaat dan Tujuan Wakaf Uang...................................... 25 BAB III
GAMBARAN UMUM TABUNG WAKAF INDONESIA A. Sejarah Lahirnya Tabung Wakaf Indonesia...................... 28 B. Visi dan Misi................................................................... 29 C. Struktur Organisasi............................................................ 30 D. Efektifitas Pengelolaan Wakaf Uang Pada Tabung Wakaf Indonesia............................................................................ 32
BAB IV
PENGELOLAAN WAKAF UANG SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN INVESTASI A. Tabung Wakaf Indonesia Sebagai Lembaga Nazir.......... 37 1. Pengelolaan Wakaf Uang.......................................... 40
B.
Mekanisme Pengelolaan Wakaf Uang Pada Tabung Wakaf............................................................................... 43 1. Program Wakaf Uang.............................................. 44 2. Program Wakaf Produktif......................................... 45 3. Bentuk-Bentuk Pengelolaan Wakaf Uang.................... 47 4. Pendistribusian Dana Wakaf uang............................... 54
C. Resiko Dan Penyelesaian Dalam Pengelolaan Wakaf Uang……………………………………………………… 62 1. Resiko Yang Diala..................................................... 62 2. Pengendalian dan Penyelesaian Resiko.................. 63 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................... 66 B. Saran.................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENGELOLAAN WAKAF UANG SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN INVESTASI (Studi Pada Tabung Wakaf Indonesia) A. Latar Belakang Masalah Praktik wakaf sebenarnya telah dimulai sejak zaman sahabat Nabi Muhammad Saw. Dengan sangat sederhana yaitu hanya sebatas mewakafkan tanah pertanian untuk dikelola dan diambil hasilnya. Kemudian hasilnya dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat. Pada fase perkembangan selanjutnya, wakaf uang telah menjadi perbincangan di antara ulama. Seperti, al-Zuhri (124 H), sebagaimana disebutkan oleh Imam al-Bukhari (252 H). Ia berpendapat bahwa mewakafkan dinar dan dirham hukumnya diperbolehkan. Caranya ialah menjadikan dinar dan dirham tersebut sebagai modal usaha (dagang), kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf.1 Wakaf adalah ibadah maliyah ijtima‟iyyah (Ibadah harta untuk kesejahteraan masyarakat) yang memiliki posisi penting, strategis, dan menentukan dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Namun, manfaat wakaf 1
Muhammad , Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf ( Jakarta : UI
Press, 1998) Cet.ke- 1, hal. 77
kurang dapat dirasakan dan didayagunakan secara optimal untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat di Indonesia. Di antara kendalanya adalah: a. Wakaf dipahami hanya berbentuk barang yang tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan. b. Kendala utama pelaksanaan wakaf uang khususnya dalam hal sosialisasi kepada masyarakat masih belum maksimal. c. Belum optimalnya lembaga-lembaga pengelola wakaf (nadzir) dalam mengelola wakaf yang semestinya keberadaannya menjadi faktor penentu dalam pemanfaatan harta wakaf dan digunakan dalam bentuk produktif, misalnya upaya peningkatan kegiatan usaha kecil dan lain sebagainya. Kendala lainnya adalah belum adanya regulasi yang jelas di mana wakaf menjadi sumber pendanaan yang tiada habis-habisnya bagi pengembangan ekonomi umat seperti yang telah dikembangkan di Negara-negara besar lainnya, seperti Mesir dan Bangladesh. Kita ketahui bahwa pola pengelolaan dan pemberdayaan wakaf yang selama ini sudah berjalan masih tradisional dan konsumtif. Hal tersebut bisa diketahui melalui beberapa aspek, diantaranya sebagai berikut:2
2
Indonesia
Direktorat pengembangan Zakat dan (
Jakarta,
Direktorat
penyelenggaraan Haji, 2005). hal. 106
jendral
Wakaf , Paradigma baru wakaf di Bimbingan Masyarakat
Islam dan
a. Kepemimpinan Corak kepemimpinan dalam kenaziran masih sentralistik otoriter dan tidak ada sistem kontrol yang memadai. b. Rekuitmen SDM Kenaziran Banyak nazir wakaf yang hanya di dasarkan pada aspek ketokohan seperti ulama, kiayi, ustad, dll. Melaikan bukan aspek proposionalisme atau kemampuan mengelola, sehingga ahirnya banyak benda- benda wakaf yang tidak terus atau terkelola secara baik. c. Opersionalisai Pemberdayaan Operasionalisasi pemberdayaan yang digunakan tidak jelas, karerna lemahnya sumber daya manusia, visi dan misi pemberdayaan, dukungan pemerintah yang belum maksimal. d. Pola Pemanfaatan Hasil Dalam upaya pemanfaatan hasil masih banyak yang bersifat konsumtif, sehingga kurang dirasakan manfaatnya oleh banyak orang. e. Sistem Kontrol dan Pertanggung Jawaban Sebagai resiko dari pola kepemimpinan yang sentralistik dan lemahnya operasionalisasi pemberdayaan mengakibatkan pada lemahnya kontrol, baik yang bersifat kelembagaan, pengembangan usaha maupun keuangan.
f. Ruang lingkup wakaf yang selama ini dipahami secara umum cenderung pada wakaf benda tidak bergerak. g. Bantuan dari badan sosial kebanyakan efektif untuk membantu dalam jangka pendek, tetapi kurang terprogram untuk jangka panjang. Di Indonesia, wakaf telah dikenal dan dilaksanakan oleh umat Islam sejak agama Islam masuk di Indonesia. Sebagai salah satu institusi keagamaan yang erat hubungannya dengan sosial ekonomi, wakaf telah banyak membantu pembangunan
secara menyeluruh di Indonesia, baik dalam pembangunan
sumber daya manusia maupun dalam pembangunan sumber daya sosial. Tak dapat dipungkiri, Bahwa sebagian besar rumah ibadah, peguruan Islam dan lembaga-lembaga keagamaan Islam lainnya dibangun di atas tanah wakaf.3 Wakaf uang sudah dikenal di Indonesia. Ia adalah objek wakaf selain tanah maupun bangunan yang merupakan harta tak bergerak. Ditengarai, wakaf jenis ini berdampak ekonomi lebih besar dibandingkan wakaf harta tak bergerak. Jika menengok negeri jiran, Bangladesh, wakaf uang memang telah menuai hasil memuaskan.
Melalui
dana
wakaf
pemerintah
Bangladesh
mampu
memberdayakan masyarakatnya dan mandiri secara ekonomi. Hal ini bermula dari pengenalan sertifikat wakaf tunai (cash waqf certificate), yang dilakukan Prof Dr MA Mannan, serta pendirian sebuah badan bernama Social Investment Bank Limited (SIBL). Badan ini kemudian berfungsi untuk menggalang dana dari 3
http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/pemberdayaan ekonomi umat melalui wakaf,di akses pada 01/05/ 2010/ 10:30
orang-orang berpunya, melalui sertifikat wakaf tunai. Lalu dana yang terkumpul dikelola, sedangkan keuntungannya disalurkan kepada rakyat miskin yang membutuhkan.4 Dalam perekonomian modern dewasa ini, uang memainkan peranan penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat suatu negara. Disamping berfungsi sebagai alat tukar dan standar nilai, uang juga merupakan modal utama bagi pertumbuhan perekonomian dan pembangunan. Bahkan dewasa ini nyaris tak satupun
negara
yang
lepas
dari
kebutuhan
uang
dalam
mendanai
pembangunannya. Tapi ironisnya tidak sedikit pembangunan di negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim masih didanai dari modal hutang. Indonesia termasuk
diantara negara-negara yang pembangunannya masih
didanai dari modal hutang yaitu dengan mengandalkan uang pinjaman dari lembaga keuangan internasional.5 Dari apa yang dikemukakan di atas, diperoleh gambaran betapa pentingnya kedudukan wakaf dalam masyarakat muslim dan betapa besarnya peranan uang dalam perekonomian dewasa ini. Hanya saja potensi wakaf yang besar tersebut belum banyak didayagunakan secara maksimal oleh pengelola wakaf (nazhir). Padahal wakaf memiliki potensi yang sangat bagus untuk 4
Mannan. M.A, “Sertifikat Wakaf Tunai” Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam, CIBER & PKTTI UI, Terjemahan, hal. 3. 5 Halim, Abdul, Hukum Perwakafan Di Indonesia, ( Jakarta : Ciputat press 2005) hal. 103, cet ke- 3
meningkatkan kesejahteraan
ekonomi umat, terutama dengan konsep wakaf
uang. Terlebih lagi di saat pemerintah tidak sanggup lagi menyejahterakan rakyatnya. Karena itu skripsi ini dibuat untuk melihat sejauh mana wakaf uang mampu berperan sebagai alternative menyejahterakan umat. Atas dasar inilah penulis akan memberanikan diri untuk menulis tentang wakaf uang dalam rangka kontemporer. Tujuan penulisan ini tidak lain adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memeperoleh gelar sarjana (SI), selain itu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang muamalah dan secara praktis agar masyarakat mengetahui dan memanfaatkan fasilitas wakaf uang yang ada dilembaga keuangan syariah. Dengan mengetahui tentang peran Tabung Wakaf Indonesia dalam pengelolaan wakaf uang dalam investasi. Oleh karena itu skripsi saya mengambil judul “Pengelolaan Wakaf Uang Sebagai Salah Satu Instrumen Investasi (Studi Pada Tabung Wakaf Indonesia) B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah Agar pembahasan tentang wakaf uang ini tidak terlalu meluas maka penulis membatasi masalah hanya meliputi apa dan bagaimana wakaf uang serta sepeti apa peran Tabung Wakaf Indonesia dalam melakukan pengelolaan wakaf uang dalam investasi. Penulis merasa perlu untuk membuat rumusan masalah. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan menjadi terarah. Rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelolaan wakaf uang sebagai salah satu instrumen investasi? 2. Mekanisme pengelolaan wakaf uang dalam investasi? 3. Resiko yang terjadi dalam pengelolaan wakaf uang dan bagaimana solusi penyelesaiannya? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Dengan mengangkat masalah yang berhubungan dengan pengelolaan wakaf uang sebagai insrtumen investasi, maka tujuan penulisan antara lain : 1. Untuk mengetahui program-program yang sudah berjalan terkait dengan pengelolaan wakaf uang tersebut. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengelolaan wakaf uang dan penyelesaiannya. 3. Untuk mengetahui program dan keefektifan pengelolaan wakaf uang yang sudah dilakukan. Adapun manfaat penulisan ini antara lain : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diperoleh adalah untuk menambah
khasanah
dalam Fakultas Syariah dan Hukum yang berkaitan dengan pengelolaan wakaf uang dan juga diharapkan akan bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang tertarik dalam masalah yang ditulis.
2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diperoleh menjadikan wakaf uang sebagai sumber investasi untuk kesejahteraan ekonomi umat dan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi nazir wakaf dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan bagi penyempurnaan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan wakaf uang. 3. Manfaat Bagi Masyarakat Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat agar dapat mewakafkan sebagian hartanya. Tujuannya agar masyarakat dapat mewakafkan hartanya tidak sekedar wakaf tidak bergerak saja, akan tetapi harta wakaf bergerak pun dapat diwakafkan seperti uang. D. Riveiw Studi Terdahulu IDIK KOMARUDIN NIM 1030 4422 8110 Telah melakukan penelitian yang berjudul “ Efektivitas Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf Tunai Pada Tabung Wakaf Indonesia”. Didalam peneliatian tersebut yang dijelasakan antara lain: Wakaf tunai sudah diperbolehkan, hal ini sejajar dengan adanya fatwa MUI pada tanggal 11 Mei
2002 yang membolehkan berwakaf uang hanya boleh disalurkan dan di gunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar‟i. Ketentuan ini diperkuat lagi dengan hadirnya uandang-undang NO. 41 tahun 2004 yang disahkan oleh Presiden Susilo Bamabang Yudoyono pada tanggal 27 Oktober tahun 2002 tentang diperbolehkanya tentang wakaf uang dengan demikian Tabung Wakaf Indonesia sebagai nazir pengelola dan memberadayakan hasil dari wakaf tunai. YOYOK SUHARTINI NIM 3002 35005 Telah melakukan penelitian yang berjudul” Pengelolaan Dana Wakaf Tunai Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Di Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia”. Dalam penelitianya dijelskan, Pengelolaan dana wakaf tunai Badan Wakaf UII Yogyakarta secara sistematis sama halnya dengan alur dalam pengelolaan wakaf produktif, dikarenakan Badan Wakaf UII telah memberikan amanat pengelolaannya kepada Bidang Usaha dan kerjasama Pengurus Harian Badan Wakaf UII, yang memiliki unit usaha, yaitu PT. Unisia Multi Usaha yang bergerak dibidang Property, Perdagangan dan Jasa Layanan Masyarakat. Adapun sumber penerimaan harta benda wakaf tersebut berasal dari wakaf, Infaq, Shadaqah, SPP, sumbangan dan lain-lain yang halal dan tidak mengikat. Pengelolaan dana wakaf tunai Badan Wakaf UII secara garis besar
sesuai dengan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004, dan telah diimplementasikan dalam keorganisasian maupun pengumpulan dan pengelolaan, namun belum sepenuhnya mengacu pada Undang-Undang tersebut.Ini penting, karena dengan adanya wakaf tunai akan sangat membantu mensejahterakan kehidupan umat manusia. Sedangkan penelitian saya antara lain, tentang peran Tabung Wakaf Indonesia dalam pengelolaan wakaf uang yang lebih mengacu pada pengelolaan wakaf uang dalam investasi, meknisme dan program wakaf uang. E.
Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Dalam skripsi ini menggunakan penelitian hukum secara normatif dimana meneliti tentang penemuan asas-asas hukum islam khususnya mengenai wakaf
yang terdapat dalam Al- Qur‟an dan Al- Hadits, sistematika hukum
dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. 2. Sifat Penelitian Spesifikasi penelitian ini termasuk termasuk penelitian yang bersifat deskriptif
analisis, dimana penulis menggambarkan mengenai bagaimana
pengelolaan wakaf uang. 3. Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau bahan dari berbagai daftar pustaka yang ada seperti buku-buku, aratikel, website, sumber dokumen dari Tabung Wakaf Indonesia dan laporan lainya yang terkait dengan penelitian skripsi ini. Adapun teknik lainya yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: a. Oservasi Observasi (pengamatan) untuk mencari data yang lengkap
dengan
melakukan kunjungan kelokasi mengamati dan melihat lebih dekat dalam pengelolaan wakaf uang khususnya dalam investasi. b. Wawancara Wawancara yang dilakukan bersifat informal kepada pengurus Tabung Wakaf Indonesia dan melakukan wawancara langsung dengan nara sumber yang cakap dan kompeten pada bidangnya untuk memberikan keterangan dari masalah yang dibahas. c. Studi Pustaka Menggunakan serangkaian penelitian dengan cara melalui studi kepustakaan
( library research) dengan mengumpulkan buku-buku, artikel,
undang-undang dan lainya yang terkait dengan penelitian.
Sedangkan untuk teknik
penulisan digunakan “pedoman penulisan
skripsi, tesis dan disertasi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. F.
Sistematika penulisan Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh dari skripsi ini dan untuk memudahkan pembaca dalam memahaminya, berikut uraian sistematika penyusunan, skripsi ini di bagi dalam lima bab, yang terdiri dari: BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini
menjelaskan tentang
latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, metode pembahasan, tujuan dan manfaat penulisan, review studi terdahulu dan sistematika penulisan BAB II
: KAJIAN TEORITIS TENTANG WAKAF UANG Bab ini membahas tentang tinjauan secara umum mengenai pengertian wakaf uang, dasar hukum wakaf uang, rukun dan syarat wakaf uang, manfaat dan tujuan wakaf uang
BAB III
: GAMBARAN UMUM TABUNG WAKAF INDONESIA Sekilas tentang Tabung Wakaf Indonesia sebagai objek penelitian yang terdiri dari sejarah lahir Tabung Wakaf
Indonesia, visi dan misi, struktur organisasi, dan
efektivitas
pengelolaan wakaf uang. BAB IV
: PENGELOLAAN WAKAF UANG SEBAGAI INSTRUMEN SALAH SATU INVESTASI Bab ini akan menabahas tentang pengelolaan wakaf uang yang meliputi, Tabung Wakaf Indonesia sebagai lemabag nazir, mekanisme pengelolaan wakaf uang, resiko dan penyelesaiannya serta pendistribusian dana wakaf uang.
BAB V
: PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan yang merupakan penjelasan yang diambil dari hasil penelitian dan pembahasan serta saran yang merupakan sumbangan pemikiran dari hasil penelitian
BAB II KAJIAN TEORITIS A.
Pengertian Wakaf 1. Pengertian wakaf secara umum Kata waqaf jamaknya adalah awqaf dan awquf kata yang sama ialah tasbil dan hubs, kata ini banyak dipakai di Afrika Utara, kadangkadang mereka menyebutnya dengan habous. Dari segi bahasa ia bererti menahan (detention). Pada definisinya yang popular ia berarti menahankan harta serta membelanjakan manfaatnya pada jalan Allah, atau menahan harta („ain) dan mengalirkan hasil atau buahnya. Menahan harta artinya harta itu tidak boleh dijual, dihibahkan dan tidak boleh dijadikan harta pusaka serta manfaatnya hendaklah digunakan bagi tujuan mengikut ketentuan sipewakaf (waqif).6 Dalam prespektif ekonomi wakaf dapat didefinisikan sebagai pengalihan dana dari keperluan konsumsi dan menginvestasikannya dalam asset produktif yang menghasilkan pendapatan untuk konsumsi dimasa yang akan datang baik secara individual ataupun kelompok.
6
Abu Zahrah, Muhammad, Muhadarah fi al awaf, Dar al-fikr al- Arabi, 1971, h.41. Cet, ke- 2
Sementara dalam UU RI NO. 41 tahun 2004 tentang wakaf disebutkan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syariat.7 Dari beberapa definisi diatas, mengindentifikasikan sifat abadi wakaf atau dengan ungkapan lain, istilah wakaf diterapkan untuk harta benda yang tidak musnah dan manfaatnya dapat diambil tanpa mengkonsumsi harta benda itu sendiri, oleh karenanya wakaf identik dengan tanah, kuburan, masjid, mushola, meskipun ada pula wakaf bukubuku, mesin pertanian, binatang ternak, saham dan asset, serta uang tunai (cash waqf). Dengan demikian, secara garis besar wakaf dapat di bagi dalam dua kategori; pertama, direct wakaf dimana asset yang ditahan atau di wakafkan dapat menghasilkan manfaat, jasa yang kemudian dapat digunakan oleh orang banyak (beneficiaries) seperti tanah ibadah, sekolah dan lain sebagainya. Kedua, adalah wakaf investasi (aset yang diwakafkan
7
Wadjdy, Farid. Dr.H. M.Pd. Mursid M.Si Wakaf dan ksejahteraan umat ( flantropi islam yang hampir terlupakan)2006 h.29
digunakan untuk investasi). Wakaf asset ini dikembangkan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dapat dijual untuk menghasilkan pendapatan, dimana pendapatan tersebut kemudian di gunakan untuk membangun fasilitas umum seperti masjid atau pusat kegiatan islam. Definisi wakaf yang dibuat oleh para ahli fikih pada umumnya memasukkan syarat-syarat wakaf sesuai dengan madzhab yang dianutnya.8 a. Madzhab Syafi‟i Al-Minawi mendefinisikan wakaf dengan: “Menahan harta benda yang dimiliki dan menyalurkan manfaatnya dengan tetap menjaga pokok barang dan keabadiannya yang berasal dari para dermawan atau pihak umum selain dari harta maksiat semata-mata karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT”. Imam Nawawi dalam kitab Tahrir Al Fazh At-Tanbih mendefinisikan wakaf sebagai: “Penahanan harta yang bisa dimanfaatkan dengan tetap menjaga keutuhan barangnya, terlepas dari campur tangan wakif atau lainnya, dan hasilnya disalurkan untuk kebaikan semata-mata untuk taqarrub (mendekatkan diri) pada Allah SWT”.
8
http://www.pkesinteraktif.com/lifestyle/ziswaf/71-pengertian-wakaf.html. di akses pada 22/06/2010, 09:30
b. Madzab Hanafi Al-Kabisi dalam kitab Anis Al-Fuqaha‟ mendefinisikan wakaf dengan: “Menahan benda dalam kepemilikan wakif dan menyedekahkan manfaatnya kepadaorang-orang miskin dengan tetap menjaga keutuhan bendanya.” Al-Kabisi mengemukakan definisi alternatif dan mengatakan bahwa wakaf adalah: “Menahan harta yang secara hukum menjadi milik Allah SWT”. c. Madzab Maliki Al-Khattab dalam kitab Mawahib Al-Jalil menyebutkan definisi Ibnu Arafah Al-Maliki dan mengatakan wakaf adalah: “Memberikan manfaat sesuatu ketika sesuatu itu ada dan bersifat lazim (harus) dalam kepemilikan pemberinya sekalipun hanya bersifat simbolis.” Dalam kamus ekonomi, Nazih Hamamd mendefinisikan wakaf dengan menahan pokok harta dan menyalurkan hasilnya. Dari berbagai definisi tadi, dapat disimpulkan bahwa wakaf adalah: “Menahan harta baik secara abadi maupun sementara, untuk dimanfaatkan langsung atau tidak langsung, dan diambil manfaat hasilnya secara berulang-ulang di jalan kebaikan, umum maupun khusus.”
Dengan paparan di atas, secara menyeluruh bentuk wakaf adalah:9 a. Wakaf adalah menahan harta untuk dikonsumsi atau dipergunakan secara pribadi. Wakaf berasal dari modal yang memiliki nilai ekonomi dan dapat memberikan manfaat. b. Wakaf mencakup harta, baik harta yang bergerak maupun yang tidak bergerak. c. Wakaf mengandung pengertian melestarikan harta dan menjaga keutuhannya, sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan secara langsung atau diambil hasilnya secara berulang-ulang. d. Definisi wakaf mengandung pengertian berulang-ulang manfaat dan kelanjutannya
baik
yang berlangsung lama,
sebentar,
atau
selamanya. e. Definisi wakaf mencakup wakaf langsung, yang menghasilkan manfaat langsung dari harta atau benda yang diwakafkan, sebgaimana juga mencakup wakaf produktif yang memberi manfaat dari hasil produksinya, baik berupa barang ataupun jasa serta menyalurkan semua laba bersihnya sesuai dengan tujuan wakaf.
9
Basori, Karim, Muamalat, Yogyakarta, Pustaka Insan Madani, 2007,h. 37
f. Mencakup jalan kebaikan umum keagamaan, sosial, dan lain sebagainya, sebagaimana juga mencakup kebaikan khusus yang manfaatnya kembali kepadakeluarga dan keturunannya, atau orang lain yang masih ada hubungannya dengan wakif. 2. Pengertian Wakaf Uang Dewasa ini telah di sepakati secara luas oleh para pakar hukum Islam bahwa salah satu bentuk wakaf dapat berupa uang tunai. Secara umum definisi wakaf uang adalah penyerahan asset wakaf berupa uang tunai yang dapat dipindah tangankan dan dibekukan untuk selain kepentingan umum yang tidak mengurangi ataupun menghilangkan jumlah pokoknya ( subtansi esensial wakaf).10 Dalam Al- Ins‟af fi Ahkam Al- Waqf, Al- Tharablis menyatakan, sebagian ulama klasik merasa aneh ketika ketika mendengarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Muhammad bin Abdulah Al- anshori, murid dari Zufar, sahabat Abu Hanifah, tentang bolehnya berwakaf uang dalam bentuk waqaf uang kontan dirham atau dinar, dan dalam bentuk komoditas yang dapat di timbang atau ditakar, seperti makanan gandum.” Yang membuat mereka merasa aneh adalah karna tidak mungkin 10
Mannan. MA “ cash – waqf innovation finanacial instrument”. Disampaikan pada seminar wakaf tunai- inovasi financial islam( Jakarta; UI 2008.) http://ekonomisyariah.com/id/wp-content/uploads/2009/11/09. diakses pada 12/07/2010. 10:30
memepersewakan benda-benda seperti itu, oleh karena itu mereka mempertanyakan dan memepersoalkan apa yang dapat dilakukan dengan wakaf uang tunai. Atas pertanyaan ini Muhammad bin Abdullah Alanshori menjelaskan dengan mengatakan, “ kita investasikan dana itu dengan cara mudharabah dan lebihnya kita sedekahkan, kita jual bendabenda makanan itu, hasilnya kita putar dengan usaha mudharabah kemudian hasilnya kita sedekahkan”.11 Diantara para ulama yang membolehkan wakaf uang diantaranya Imam Al- Zuhri, Mutaqadimin dari mazhab hanafi, dan Imam Syafi‟I dengan menjadikan dinar tersebut sebagai modal usaha dan keuntunganya tersebut dibagikan kepada para penerima wakaf ( mauquf alaih) dimana pokoknya („ain) tetap kekal. Dengan melihat banyak para ulama yang memebolehkan wakaf uang maka mewakafkan benda-benda bergerak sepeti uang sangat perlu dikembangkan dalam memberdayakan wakaf potensial.
11
B.
Dasar Hukum Wakaf Sama halnya dengan wakaf tanah, dasar hukum wakaf uang tentunya juga Al- Quran, Hadis, Ijma‟ ulama serta Undang- Undang tentang wakaf.12 1. Al- Quran Dasar hukum wakaf terdapat pada: a. Q.S. Al Baqarah (2): 261 & 267
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi sesiapa yang Dia kehendaki, dan Allah 12
Abd. Rahman SH, Masalah Perwakafan, Tanah Milik dan Kedudukan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni Bandung, Cet-ke 2, 1984, h. 6
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” ( Q.S. Al- baqarrah: 261) Dalam QS:2, ayat 261; infaq di jalan Allah seperti 1 bulir yang menumbuhkan 700 bulir; artinya tiap kali kita berinfaq akan dibalas oleh Allah 700kali lipat kalau kita ikhlas. “Hai orang-orang yang beriman Nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usaha kamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.” ( Q.S. Al- baqarrah: 267) b. Q.S .Ali Imran (3): 92
“Kamu belum mencapai kebaikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan
sebagian harta yang kamu cintai, dan apa saja dari sesuatu yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya”.( Q.S .Ali Imran: 92) 2. Al- Hadist a. Hadist Riwayat Muslim Dari abu hurairah ra., sesungguhnya rasulullah saw bersabda: “ apabila anak adam meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya”. ( HR. Muslim).13 b. Hadist Riwayat Al- Nasa‟i Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a., berkata Umar r.a. berkata kepada rosululloh saw, “saya mempunyai seratus saham (tanah kebun) di Khaibar, belum pernah saya mendapatkan harta yang lebih saya kagumi melebihi tanah itu; saya bermaksud menyedekahkanya.” Nabi saw berkata” tahanlah pokoknya dan sedekahkan buahnya pada sabilillah.” ( H.R. Al- Nasa‟i)14 3. Ahli Fiqih
515
13
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, 1983, cet ke-6, jilid 3., hal.
14
Ibid., hal. 515
Mazhab Hanafi memang berpendapat bahwa hukum yang ditetapkan berdasarkan „urf (adat kebiasaan) mempunyai kekuatan yang sama dengan hukum yang ditetapkan berdasarkan nash (teks). 15 Menurut mazhab Hanafi, cara melakukan wakaf uang ialah dengan menjadikan modal usaha dengan cara mudharabah. Sedang keuntungannya disedekahkan kepada pihak wakaf. Selain ulama mazhab hanafi, sebagian ulama mazhab syafi‟I juga membolehkan wakaf tunai. “Abu Tsaur meriwayatkan dari imam syafi‟I tentang dibolehkan wakaf dinar dan dirham (uang). 4. Fatwa Majelis Ulama Indonesia ( MUI) Komisi fatwa majlis ulama Indonesia ( MUI) juga membolehkan wakaf tunai. Fatwa komisi fatwa MUI itu di keluarkan pada tanggal 11 mei 2002. Argumentasi di dasarkan pada hadis ibnu umar (seperti yang disebutkan di atas). Pada saat itu, komisi fatwa MUI juga merumuskan definisi (baru) tentang wakaf uang, yaitu: “ Menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau pokonya, dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut (menjual,
15
Wahbah al-Zuhaili, al Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Damsyiq: Dar al-Fikr, 1985, juz VIII, h. 162)
memberikan, atau mewariskannya) untuk disalurkan (hasilnya) pada suatu yang mubah (tidak haram) yang ada.16 Pada tahun 2002 Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia telah menetapkan Fatwa tentang Wakaf Uang. Isi fatwa tersebut adalah : a. Wakaf uang (cash wakaf/waqf al-nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. b. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga. c. Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh). d. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar‟iy. e. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan. Fatwa uang tersebut ditetapkan setelah memperhatikan
:
a. Pendapat Imam Az-Zuhri bahwa mewakafkan dinar hukumnya boleh, dengan cara menjadikan dinar tersebut sebagai modal usaha kemudian keuntungannya disalurkan kepada mauquf‟alaih.
16
http//www.mui.co.id//fatwawakafuang. Diakses 13/mei/2010/09:15.
b. Mutaqaddimin darai ulama mazhab Hanafi yang membolehkan wakaf uang dinar dan dirham sebagai pengecualian, atas dasar istihsan bil „urf. c. Pendapat sebagian ulama mazhab Syafii
: Abu Tsaur
meriwayatkan dari Imam Syafii tentang kebolehan wakaf dinar dan dirham (uang). Apabila dilihat dari tata cara transaksi, maka wakaf uang dapat dipandang sebagai salah satu bentuk amal yang mirip dengan shadaqah. Hanya saja diantara keduanya terdapat perbedaan. Dalam shadaqah, baik asset maupun hasil manfaat yang diperoleh dari pengelolaannya, seluruh dipindah tangankan kepada yang berhak menerimanya. Sedangkan dalam wakaf, yang dipindahtangankan hanya hasil atau manfaatnya, sedangkan assetnya tetap dipertahankan. Kemudian, juga ada perbedaan antara wakaf dan hibah. Dalam hibah, assetnya dapat dipindahkantangankan dari seseorang kepada orang lain tanpa ada persyaratan. Sementara itu, dalam wakaf ada persyaratan bahwa penggunaannya ditentukan oleh Wakif. Hukum wakaf uang telah menjadi perhatian para ahli hukum Islam. Beberapa sumber menyebutkan bahwa wakaf uang telah dipraktekkan oleh masyarakat yang menganut mazhab hanafi. Terdapat perbedaan pendapat mengenai wakaf uang.
Imam Al-Bukhari mengungkapkan bahwa Imam Az-Zuhri berpendapat dinar dan dirham boleh diwakafkan. Caranya ialah dengan menjadikan dinar dan dirham sebagai modal usaha (dagang), kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf. Kemudian Wahbah Az-Zuhaili mengungkapkan bahwa mazhab hanafi membolehkan wakaf tunai atas dasar kebiasaan yang baik (istihsan bil „urf) yang telah dilakukan oleh masyarakat.17
5. Undang – Undang a. Peraturan Pemerintah RI Undang-Undang N0.41/2004 Tentang Wakaf18 b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia NO.42/2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang NO.41/2004 C. Rukun dan Syarat Wakaf Pada dasarnya rukun dan syarat wakaf uang dalah sama dengan rukun dan syarat wakaf tanah adapun rukun dan syarat wakaf uang, yaitu:19
17
Ibid. Wahbah al-Zuhaili, al Fiqh al-Islam wa Adillatuhu., (h. 163) Iktisar Undang-Undang NO.41/2004 19 http://www.pkesinteraktif.com/lifestyle/ziswaf/rukundansyaratwakaf.html. diakses pada 13 juli 2010. 10:00 18
1. Rukun wakaf ada empat rukun yang mesti dipenuhi dalam berwakaf. a. Orang yang berwakaf (al-waqif). b. Benda yang diwakafkan (al-mauquf). c. Orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf „alaihi). d. Lafadz atau ikrar wakaf (sighah). 2. Syarat- syarat Wakaf 20 a. Syarat-syarat orang yang berwakaf (al-waqif) Syarat-syarat alwaqif ada empat, pertama orang yang berwakaf ini mestilah memiliki secara penuh harta itu, artinya dia merdeka untuk mewakafkan harta itu kepada sesiapa yang ia kehendaki. Kedua dia mestilah orang yang berakal, tak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang yang sedang mabuk. Ketiga dia mestilah baligh. Dan keempat dia mestilah orang yang mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya orang bodoh, orang yang sedang muflis dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan hartanya.
20
DIPI Ec, Taufiq Ridho. Lc : Panduan Wakaf praktis , (Jakarta ,2006), hal. .
b. Syarat-syarat harta yang diwakafkan (al-mauquf ) Harta yang diwakafkan itu tidak sah dipindahmilikkan, kecuali apabila ia memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh ahli fiqih; pertama,
barang yang diwakafkan itu mestilah barang yang
berharga. Kedua, harta yang diwakafkan itu mestilah diketahui kadarnya. Jadi apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul), maka pengalihan milik pada ketika itu tidak sah. Ketiga, harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf (wakif). Keempat, harta itu mestilah berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan) atau disebut juga dengan istilah (ghaira shai‟). c. Syarat-syarat orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf alaih) Dari segi klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam, tertentu (mu‟ayyan) dan tidak tertentu (ghaira mu‟ayyan). Yang dimasudkan dengan tertentu ialah, jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah seorang, dua orang atau satu kumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh dirubah. Sedangkan yang tidak tentu maksudnya tempat berwakaf itu tidak ditentukan secara terperinci, umpamanya seseorang sesorang untuk orang fakir, miskin, tempat ibadah. Persyaratan bagi orang
yang menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf mu‟ayyan) bahwa ia mestilah orang yang boleh untuk memiliki harta (ahlan li altamlik), Maka orang muslim, merdeka dan kafir zimmi yang memenuhi syarat ini boleh memiliki harta wakaf. d. Syarat-syarat Shigah Berkaitan dengan isi ucapan (sighah) perlu ada beberapa syarat. Pertama, ucapan itu mestilah mengandungi kata-kata yang menunjukan kekalnya (ta‟bid). Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu. Kedua, ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau digantungkan kepada syarat tertentu. Ketiga, ucapan itu bersifat pasti. Keempat, ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan. Apabila semua persyaratan diatas dapat terpenuhi maka penguasaan atas harta wakaf bagi penerima wakaf adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan harta itu telah berpindah kepada Allah dan penguasaan harta tersebut adalah orang yang menerima wakaf secara umum ia dianggap pemiliknya tapi bersifat (ghaira tammah).
D. Manfaat dan Tujuan Wakaf Uang Di bandingkan dengan wakaf tanah dan benda lainya, kegunaan wakaf uang jauh lebih fleksibilitas dan memiliki kemaslahatan lebih besar yang tidak dimiliki oleh wakaf benda lainya. 1. Manfaat wakaf uang memiliki empat keunggulan sekaligus dibandingkan dengan wakaf benda lainya, yaitu:21 a. Wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi, seseorang yang memiliki dana terbatas sudah bisa mulai memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi tuan tanah atau orang kayaterlebih dahulu. b. Melalui wakaf uang, asset-aset wakaf berupa tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan pertanian. c. Dana wakaf uang juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan islam yang cash flow- nya terkadang kembang kempis dan menggaji civitas alakadarnya. d. Pada gilirannya, umat islam dapat lebuh mandiri dalam mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus terlalu tergantung
21
Usman, Rahmadi S.H., M.H. Hukum Perwakafan Di Indonesia. (Jakarta, Sinar Grafika,2009) Hal. 114
pada anggaran pendidikan Negara yang semakin lam kian terbatas. 2. Adapun tujuan wakaf uang antara lain:22 a. Melengkapi lembaga wakaf dengan produk wakaf uang yang berupa suatu sertifikat berdominasi tertentu yang diberikan kepada para wakif sebagai bukti keikutsertaan. b. Membantu penggalangan dana tabungan sosial melalui sertifikat wakaf uang yang dapat diatasnamakan orang-orang tercinta baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal, sehingga dapat memperkuat integrasi kekeluargaan diantara uamat islam. c. Meningkatkan investasi sosial dan mentransformasikan tabungan sosial menjadi modal sosial dan membantu pengembangan pasar modal sosial. d. Menciptakan kesadaran orang kaya terhadap tanggung jawab sosial mereka terhadap masyarakatsekitarnya, sehingga keamanan dan kedamaian sosial dapat tercapai.
22
Ibid, Usman, Rahmadi S.H Hal. 114
BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Berdiri Tabung Wakaf Indonesia Pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi yang dilakukan secara terus menerus, menuntut kita untuk mencari alternatif solusi yang dapat mendorong nya lebih cepat. Dan salah satu alternatif solusi itu adalah mobilisasi dan optimalisasi peran wakaf secara efektif serta professional. Tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga amil zakat, terlebih setelah lahirnya UndangUndang tentang Zakat, dan Undang-Undang tentang Wakaf, membuktikan bahwa peran dan potensi ummat dalam pembangunan sangatlah potensial. Demikian pula dengan keberadaan lembaga wakaf.23 Oleh karenanya, secara pasti dibutuhkan peran Nazhir Wakaf (Pengelola Wakaf) yang amanah dan profesional sehingga penghimpunan, pengelolaan dan pengalokasian dana wakaf menjadi optimal. Meski saat ini, kebutuhan akan adanya nazhir wakaf masih belum mendapat perhatian utama dari ummat. Berdasarkan kondisi di atas, maka Dompet Dhuafa tergerak untuk mengambil inisiatif membentuk institusi Tabung Wakaf Indonesia yang berfungsi selaku pengelola wakaf (Nazhir Wakaf) khususnya wakaf uang tunai, sekaligus mengalokasikannya secara tepat dengan profesionalitas dan amanah, tentu
23
www.tabungwakaf.com, diakses pada tanggal 01 september 2010, 08:30
dengan tuntunan Al Qur'an dan Hadits Rasulullah SAW, serta pertimbangan kebutuhan ummat pada umumnya.24 Bentuk dan Badan Hukum Tabung Wakaf Indonesia sesuai dengan Undang-undang Nomor 41 / 2004 ; Tabung Wakaf Indonesia (adalah Nazhir Wakaf) berbentuk badan hukum, dan karenanya, persyaratan yang insya-Allah akan dipenuhi adalah :25 1. Pengurus
badan hukum Tabung Wakaf Indonesia ini memenuhi
persyaratan sebagai Nazhir Perseorangan sebagaimana dimaksud pada pasal 9, ayat (1) Undang-undang Wakaf Nomor 41/2004. 2. Badan hukum ini adalah badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Badan hukum ini bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan,
dan keagamaan Islam. 4. Tabung Wakaf Indonesia merupakan badan unit atau badan otonom dari
dan dengan landasan badan hukum Dompet Dhuafa REPUBLIKA, sebagai sebuah badan hukum yayasan yang telah kredibel dan memenuhi persyaratan sebagai Nazhir Wakaf sebagaimana dimaksud Undang-undang Wakaf tersebut. B.
Visi dan misi 24 25
www.tabungwakaf.com,badanhukumtwi// Iktisar Undang-undang Wakaf NO 41 Tahun 2004, pasal 9 ayat 1
1. Visi Menjadi lembaga wakaf berorientasi global yang mampu menjadikan wakaf sebagai salah satu pilar kebangkitan ekonomi umat yang berbasiskan sistem ekonomi keadilan.26 2. Misi Mendorong pertumbuhan ekonomi ummat serta optimalisasi peran wakaf dalam sector sosial dan ekonomi produktif. Mewujudkan sebuah lembaga Nazhir Wakaf dengan model suatu Lembaga keuangan yang dapat melakukan kegiatan mobilisasi penghimpunan harta benda dan dana wakaf guna memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat sekaligus ikut mendorong pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi. C. Struktur organisasi Gambar: 3.1 PRESIDEN DIREKTUR DEWAN PEMBINA
DOMPET DUAFA
DEWAN SYRIAH
DIREKTUR TWI
PROGRAM &
FUNDRAISING
SUPPORTING
26 www.tabungwakaf.com, diakses pada tanggal 01 september 2010, 08:30 HRD,GA,Legal &Finance GRANT MANAGEMENT
STAFF
Dewan Syariah
STAFF
STAFF
: Prof. K.H. M. Amin Suma Bobby Herwibowo Izzudin Abdul Manaf, Lc. MA
Dewan Pembina
: Parni Hadi Eri Sudewo S. Sinansari Ecip Didin Hafidhuddin Rahmad Riyadi Haidar Bagir Houtman Z. Arifin Erry Riyana Hardjapamekas
Presiden Direktur Dompet Dhuafa
: Ismail A. Said
Direktur Tabung Wakaf Indonesia
: Veldy V. Armita
Manager Program & Grant Management
: Hendra Jatnika
Manajer Fundraising
: Novita Endang Mustaqimah
Manajer Keuangan
: Mekar Susestyojati
Manajer HRD & Legal
: Destria Merryana A.
D. Efektifitas Pengelolaan Wakaf Uang Pada TWI
Efektifitas pengelolaan wakaf uang pada TWI dapat dianalisis dengan dari tingkat pendapatan investasi wakaf uang dan pengaruh pengelolaan wakaf uang terhadap masyarakat dari sektor ekonomi dan sosial baik dalam bidang pendidikan, kesehatan dan keagamaan. Untuk menilai efektivitas pengelolaan wakaf uang dapat dilihat dari:27 1.
Tingkat Pendapatan Investasi Wakaf Uang Memang wakaf uang mempunyai peluang yang besar bagi
terciptanya investasi di bidang keagamaan, pendidikan, dan pelayanan sosial. Pemilik dana wakaf uang yang ingin mewakafkan hartanya di 27
Media Tabung Wakaf Indonesia. Tawadu, Edisi 04, Tahun II 1430 H, hal.13
jalan yang bisa dipanen hasilnya di hari akhir (yaum al-qiamah), dengan tetap memelihara pokoknya, seperti wakaf pohon dan kebun yang berbuah, hasil sewa pada barang-barang yang disewakan, atau berupa dividen atau pendapatan seperti yang ada pada wakaf uang. Bila memahami prinsip sedekah jariyah dalam wakaf, nazhir tidak saja harus meningkatkan kemampuan dan kualitas kerjanya, tetapi juga cara pandang (paradigma) terhadap wakaf yang dikelolanya. Keutuhan aset wakaf tidak mesti dipahami secara harfiah dalam bentuk tidak boleh mengubahnya sedikitpun, tetapi dalam konteks yang diajarkan Rasulullah saw. yakni “menahan pokok dan mengalirkan hasil”. Dari pemahaman seperti ini para nazhir bertugas mengembangkan dan menjaga keutuhan harta wakaf. Dengan ungkapan lain, aset wakaf haruslah berputar, produktif, hingga menghasilkan surplus dan terus dialirkan surplusnya tanpa mengurangi aset. Dalam wakaf uang yang harus diperhatikan adalah tetapnya nilai harta yang diwakafkan sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang dapat diberikan kepada mauquf „alaih. 2. Pengaruh Pengelolaan Wakaf Uang28
28
Media Tabung Wakaf Indonesia,Manfaat yang mengalir abadi, Edisi 05,tahun III 1431H, hal. 8.
Untuk mengukur pengaruh yang dimunculkan dari pengelolaan wakaf uang dapat dilihat dari indikator-indikator berupa pergerakan sektor ril dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pelayanan sosial dalam bentuk layanan kesehatan dan subsidi pendidikan, dan layanan sosial keagamaan lainnya, yaitu: a. Pergerakan sektor ril dan pemberdayaan ekonomi masyarakat Salah satu indikator efektivitas wakaf uang adalah income redistribution (redistribusi pendapatan). Pengeluaran dana-dana yang diperoleh dari hasil pengelolaan wakaf berperan penting pada setiap redistribusi pendapatan secara vertikal. Pengeluaran dana-dana wakaf harus dikoordinasikan sehingga efek redistribusi pendapatan dapat berpihak pada golongan miskin, yakni dengan penyediaan jasa dan prasarana penting bagi orang miskin, misalnya sarana pendidikan. Dalam mengalokasikan investasi wakaf uang pada sektor ril, TWI lebih memilih kelompok masyarakat yang berhimpun dalam suatu usaha, ataupun wilayah/ kawasan yang masyarakatnya memiliki usaha yang sama. Manfaat yang dirasakan masyarakat melalui investasi dana wakaf ini cukup besar. Masyarakat mendapatkan modal pembiayaan dan bagi hasilnya. Mereka pun mendapat binaan baik dalam bentuk bisnis, maupun dalam bentuk mental spiritual dari kelompok binaanya seperti yang
dilakukan pada produsen Bakso Cip dan Vegemi Idola yang berada di bawah binaan Masyarakat Madani dan pengusaha Bakmi Langgara untuk melakukan usaha dan dengan cara yang halal. Yang tidak kalah pentingnya lagi adalah pendidikan mental dan moral masyarakat. Di mana masyarakat dalam kelompok usaha dibina untuk mempunyai jiwa entrepreneurship sehingga mereka yang sebelumnya mencari kehidupan dari cara yang tidak halal, dapat meninggalkan kebiasaan tersebut dengan mencari usaha yang halal. Program investasi wakaf uang ke sektor ril seperti yang dilakukan TWI ini merupakan bentuk program pengentasan kemiskinan. Dana wakaf uang dapat diinvestasikan dan disalurkan untuk memberdayakan masyarakat kecil melalui mikro finance dan pendampingan usaha. Pemberian bantuan dan pendampingan oleh sarjana pendamping yang akan memberikan konsultasi kepada penerima kredit mikro agar dapat pengetahuan cara berusaha dan berbisnis dengan baik. Dengan pemberian modal dan bantuan manajemen perlahan-lahan masyarakat miskin dapat terangkat derajatnya melalui usaha mikro yang pada akhirnya mampu hidup layak dan sejahtera.29
29
Media Tabung Wakaf Indonesia,Manfaat yang mengalir abadi, Edisi 05,tahun III 1431H, hal. 10.
Di samping itu sistem penjaringan kelompok masyarakat seperti ini, manfaat wakaf tentu juga dapat dinikmati oleh banyak orang. Betapa banyak orang miskin yang dapat diberikan bantuan modal dan betapa banyak pula orang miskin yang dapat menikmati hasil usaha dari investasi wakaf uang. Wakaf uang seperti yang diinvestasikan TWI, terbukti memberi kesempatan pada masyarakat untuk pengembangan usaha dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ini berarti investasi wakaf uang ke sektor ril berpengaruh positif pada peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat sekaligus memberikan kesadaran akan makna wakaf itu sendiri. b. Pelayanan sosial dalam bentuk
layanan kesehatan dan subsidi
pendidikan, dan layanan sosial keagamaan lainnya. Uniknya pengelolaan wakaf uang yang dilakukan TWI, tidak hanya disalurkan untuk kegiatan produktif, tetapi juga menyalurkan wakaf kepada kegiatan sosial seperti pendirian rumah sakit gratis, Wisma Mualaf, bantuan pendirian masjid dan sarana pendidikan gratis. Hal ini dilakukan tetap mengacu kepada peruntukan wakaf yang ditunjuk oleh wakif. Dan wakaf uang juga berfungsi sebagai investasi yang strategis
untuk menghapus kemiskinan dan menangani ketertinggalan di bidang ekonomi serta bidang pendidikan, kesehatan, dan riset. 3. Perkembangan Dana Wakaf Uang Walaupun dana yang berhasil dikumpulkan TWI lebih tinggi, namun, jika dilihat dari potensi dana wakaf ada pada masyarakat muslim di Indonesia masih jauh dari potensi dana umat sebesar 3 triliun Rupiah. Seperti yang diakui oleh Rini Suprihartanti, Direktur Keuangan dan Operasional Dompet Dhuafa Republika. Dari sisi penghimpunan dana wakaf, efektivitas pengelolaan wakaf uang pada TWI belum mencapai target potensi ideal wakaf uang yang ada di Indonesia. Walaupun sudah ada pengelolaan wakaf uang, yang diatur dengan undang-undang, namun, sampai hari ini belum secara siginifikan merubah paradigma wakaf di kalangan masyarakat. Masyarakat kebanyakan masih memahami bahwa wakaf itu dalam bentuk aset tetap. Tetapi Masyarakat sudah mulai tertarik untuk menyalurkan dananya untuk kegiatan wakaf. Dari segi kegiatan, TWI sebetulnya belum banyak melakukan kegiatan wakaf produktif karena pengelolaan wakaf uang tersebut masih didominasi oleh bentuk wakaf sosial (konsumtif) seperti LKC dan Smart Ekselensia. Sekarang yang sedang dilakukan adalah mengubah model pengelolaan wakaf uang itu menjadi aset tetap
yang dapat dikelola secara porduktif. Misalnya membangun properti untuk disewakan, keuntunganya pasti dan risikonya rendah.
BAB IV PENGELOLAAN WAKAF UANG SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN INVESTASI A. Tabung Wakaf Indonesia Sebagai Lembaga Nazir Tabung Wakaf Indonesia (TWI) merupakan badan unit atau badan otonom dengan landasan badan hukum Dompet Dhuafa Republika, berdiri pada tanggal 14 Juli 2005. TWI merupakan badan hukum yayasan yang telah kredibel dan memenuhi persyaratan sebagai nazhir wakaf sebagaimana dimaksud undang-undang wakaf yakni sebagai nazhir wakaf berbentuk badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan keagamaan Islam. Pendirian lembaga pengelola wakaf ini adalah untuk mewujudkan sebuah lembaga nazhir wakaf dengan model suatu lembaga keuangan yang dapat melakukan kegiatan mobilisasi penghimpunan harta benda dan dana wakaf guna memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Lembaga ini ikut mendorong pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi.30
30
Fadilannisa, Fundraising staff, Hasil wawancara pribadi, 08 september 2010
Kelahiran lembaga ini diharapkan dapat melakukan optimalisasi wakaf sehingga wakaf dapat menjadi penggerak ekonomi ummat. Sasaran lembaga pengelola wakaf adalah seluruh lapisan masyarakat yang memiliki kemampuan berwakaf dan masyarakat yang menjadi sasaran program pemberdayaan Tabung Wakaf Indonesia Dompet Dhuafa Republika merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat pada tanggal 8 Oktober 2001. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 439 Tahun 2001, Dompet Dhuafa Republika pun dikukuhkan sebagai Lembaga Amil Zakat. Itu berarti payung hukum yang dipakai sampai saat ini untuk legalitas lembaga pengelola wakaf uang masih sebagai amil zakat, belum sebagai nazhir. Kegiatan utama Tabung Wakaf Indonesia, yang mempunyai visi “Membangkitkan peran wakaf sebagai penegak dan pembangkit ekonomi ummat” dan misi “Mendorong pertumbuhan ekonomi ummat serta optimalisasi peran wakaf dalam sektor sosial dan ekonomi produktif “adalah melakukan kegiatan menghimpun harta benda wakaf baik berupa benda tidak bergerak, maupun benda bergerak dan melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang telah dihimpunnya untuk kepentingan ummat. Aspek organisasi Tabung Wakaf Indonesia yang
berorientasi pada kepentingan dan kemaslahatan masyarakat umum didisain dengan memperhatikan visi dan misinya.31 Kekuatan TWI dari segi organisasi dan manajemen muncul dari kualitas personil dan sistem serta manajemen yang amanah dan profesional dengan kriteria dan dimensi yang dibutuhkann sesuai dengan kompetensinya. Agar lembaga pengelola wakaf dapat berdaya guna. Maka pengelolaan atau manajemennya harus berjalan dengan baik. Manajemen wakaf yang baik adalah suatu keniscayaan. Kualitas manajemen organisasi pengelola wakaf harus dapat diukur. Untuk itu, ada tiga kata kunci yang dapat dijadikan sebagai alat ukurnya:32 1. Amanah, sifat amanah merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap nazhir wakaf. Tanpa adanya sifat ini, hancurlah semua sitem yang dibangun. 2. Profesional sifat amanah belumlah cukup. Harus diimbangi dengan profesionalitas pengelolaannya. 3. Transparan, dengan transparannya pengelolaan wakaf, sistem kontrol yang baik dapat diciptakan karena tidak hanya melibatkan
31 32
Fadilannisa, Fundraising staff, Hasil wawancara pribadi, 08 september 2010 Fadilannisa, Fundraising staff, Hasil wawancara pribadi, 08 september 2010
pihak intern organisasi saja tetapi juga akan melibatkan pihak eksternal. Dengan transparansi inilah rasa curiga dan ketidakpercayaan masyarakat akan dapat diminimalisasi.
Ketiga kata kunci ini dapat
diimplementasikan apabila didukung oleh penerapan prinsip-prinsip operasional manajemen wakaf. Prinsip-prinsip operasionalisasi lembaga pengelola wakaf antara lain:33 a. Dilihat dari aspek kelembagaan. Sebuah lembaga pengelola wakaf harus memperhatikan berbagai faktor, yaitu visi dan misi, kedudukan, dan sifat lembaga, legalitas dan struktur organisasi, serta aliansi strategis. b. Aspek Sumber Daya Manusia
merupakan aset yang paling
berharga, sehingga pemilihan siapa yang akan menjadi nazhir wakaf harus dilakukan dengan hati-hati. Untuk itu, perlu diperhatikan faktor perubahan paradigma bahwa nazhir wakaf adalah sebuah profesi dengan kualifikasi SDM yang khusus. c. Aspek sistem pengelolaan. Lembaga pengelola wakaf harus memiliki sistem pengelolaan yang baik.
33
Fadilannisa, Fundraising staff, Hasil wawancara pribadi, 08 september 2010
Unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah lembaga pengelola wakaf (TWI) harus memiliki: 1) Sistem, prosedur, dan aturan yang jelas 2) Manajemen terbuka 3) Mempunyai activity plan 4) Mempunyai lending commite 5) Memiliki sistem akuntansi dan manajemen keuangan serta audit 6) Publikasi dan Perbaikan terus menerus. 1. Pengelolaan Wakaf Uang Pengelolaan wakaf uang yang dicanangkan TWI dilakukan berdasarkan tiga pendekatan, yaitu :34 a. Pendekatan Produktif, Dalam pendekatan ini, TWI mengelola harta wakaf untuk hal-hal yang sifatnya produktif dan menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini, TWI mengalokasikan dana
wakafnya
untuk
usaha
peternakan,
perkebunan,
penyediaan sarana niaga dan bentuk usaha produktif lainnya. Dari hasil usaha tersebut, keuntungannya digunakan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin. 34
Fadilannisa, Fundraising staff, Hasil wawancara pribadi, 08 september 2010
b. Pendekatan Nonproduktif, Berdasarkan pendekatan ini, TWI mengelola harta wakaf untuk hal-hal yang sifatnya tidak menghasilkan keuntungan (nonproduktif). c. Pendekatan Terpadu, Yaitu program penyaluran wakaf untuk sarana dan prasarana institusi pelayanan umat dikombinasikan dengan program wakaf dalam bentuk sarana niaga, properti, perkebunan, perdagangan, pertanian, dan lain-lain. Seperti Rumah Cahaya, sarana perpustakaan dan pelatihan penulisan bagi masyarakat umum yang dikombinasikan dengan aset properti yang disewakan. Wakaf perkebunan cokelat dan kelapa di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah pun merupakan bentuk program wakaf terpadu TWI. Kegiatan operasional TWI senantiasa memperhatikan dan menggunakan kaidah-kaidah yang sesuai dengan syariah Islam dan rekomendasi fatwa dari Dewan Syariah. Di samping itu, lembaga ini juga menerapkan prinsip-prinsip operasional wakaf uang yakni:35 a) Seluruh harta benda wakaf, termasuk wakaf uang tunainya harus diterima sebagai sumbangan dari wakif dengan status wakaf sesuai dengan syari‟ah. 35
Fadilannisa, Fundraising staff, Hasil wawancara pribadi, 08 september 2010
b) Wakaf dilakukan dengan tanpa batas waktu. c) Jumlah harta wakaf tetap utuh dan hanya keuntungannya saja yang dibelanjakan untuk tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh wakif. d) Bagian keuntungan yang tidak dibelanjakan akan secara otomatis ditambahkan pada wakaf dan profit yang diperoleh akan bertambah terus. e) Setiap setoran wakaf uang harus diberikan tanda terima dan setelah jumlah wakaf tersebut mencapai jumlah yang ditentukan diterbitkan sertifikat. f) Wakif
mempunyai
kebebasan
memilih
tujuan-tujuan
sebagaimana tercantum dalam program yang ditawarkan TWI yang diperkenankan oleh syariah. g) Wakif
dapat meminta TWI mempergunakan keseluruhan
keuntungannya untuk tujuan-tujuan yang telah ia tentukan dan wakif dapat memberikan wakaf uang untuk sekali saja atau ia dapat juga menyatakan akan memberikan sejumlah wakaf dengan cara melakukan deposit atau setoran baik untuk pertama kalinya, dan/atau selanjutnya dalam jumlah yang disepakati oleh Wakif.
h) Wakif dapat juga meminta kepada TWI untuk merealisasikan wakaf uang pada jumlah tertentu untuk dipindahkan dari rekening wakif di bank lain pada TWI. Dengan demikian, sebagai
aset
finansial
Islam
yang
potensial
untuk
dikembangkan, wakaf khususnya wakaf uang harus dikelola oleh nazhir yang profesional. Dikelola dengan cara produktif yang ditujukan untuk kesejahteraan umat. Oleh karena itu, kontiniunitas (kesinambungan) peningkatan wakaf adalah penting untuk menjaga kesinambungan harta wakaf tersebut. B. Mekanisme Pengelolaan Wakaf Uang Pada Tabung Wakaf Indonesia 5.
Program Wakaf Uang a. Progaram Sosial Yaitu program penyaluran wakaf langsung untuk sarana dan
prasarana institusi pelayanan umat. Beberapa saran dan prasarana yang telah dibangun dari dana wakaf uang yang sebagian juga berasal dari dana yang terhimpun oleh Dompet Dhuafa antara lain: 1) Rumah Penyembuhan Terpadu Parung, rumah sakit khusus kaum dhuafa.
2) Layanan Kesehatan Cuma-Cuma, layanan kesehatan gratis khusus kaum dhuafa. 3) Smart ekselensia Indonesia, sekolah gratis unggulan untuk SMPSMA khusus kaum dhuafa. b. Program Terpadu Yaitu program penyaluran wakaf untuk sarana dan prasana institusi pelayanan umat dikombinasikan dengan program wakaf dalam bentuk sarana niaga seperti: properti, perkebunan, perdagangan, pertanian dan lain-lain. Surflusnya dialirkan untuk kaum dhuafa/ untuk operasional institusi pelayanan umat dalam satu area program. Diantara progaram terpadu yaitu: 1) Rumah Cahaya, sarana perpustakaan dan pelatihan penulisan bagi masyarakat dengan aset properti yang disewakan dan surflusnya akan di gunakan untuk mendukung program perpustakaan dan pelatihan penulisan tersebut. 2) Wakaf Perkebunan Cokelat dan kelapa, saat ini TWI menjalankan program usaha perkebunan di kabupaten Banggai, Sul-Teng, untuk perkebunan coklat dan kelapa. Hasil dari perkebunan coklat dan kelapa ini digunakan untuk mendanai satu-satunya SMU yang ada di Sul-Teng, yaitu SMU Mansamat.
c. Progaram Produktif Yaitu program wakaf dalam bentuk sarana niaga seperti properti, perkebunan, perdagangan, pertanian, peternakan dan lain-lain, surflusnya dialirkan untuk kaum dhuafa. Diantara progaram produktif yaitu: 1) Wakaf Sarana Niaga, dengan wakaf tunai atau non tunai TWI akan membangun atau mengadakan berbagai sarana niaga, seperti pertokoan,
permesinan,
kendaraan
dan
sebagainya
untuk
disewakan pada pihak ketiga. Hasil penyewaan sarana niaga ini akan dijariahkan untuk beragam kegiatan sosial sesuai dengan permintaan wakaifnya. 2) Wakaf Pertanian, TWI juga menjalankan program pertanian bermitra, antara lain, dengan Lembaga Pertanian Sehat(LPS), jejaring dompet dhuafa lain yang bergiat dalam pertaniian sehat.LPS juga menyiapkan sarana produksi pertanian dari bahan organik. 3) Wakaf Peternakan, TWI menginvestasikan dana wakaf untuk peternakan bekerja sama dengan jejaring Dompet Dhuafa lain, yakni kampung ternak. Lembaga ini telah sukses memperdayakan peternakan dan memiliki mitra diberbagai kota di Indonesia. Kampung ternak juga aktif dalam pendistribusian hewan kurban,
serta melakukan serangkaian riset, Diklat dan pendampingan sektor peternakan. 4) Wakaf Perkebunan Karet, TWI juga menjalankan program pohon karet di Lahat, Sum-Sel. Disamping untuk mensejahterakan kaum papa, juga menjaga bumi tetap lestari. 6.
Program Wakaf Produktif a. Foodcourt Zamrud Adalah sebuah area pusat jajanan yang berlokasi dipintu masuk
perumahan Zamrud bekasi timur. Foodcourt Zamrud terdiri atas tujuh kios, dengan luas masing-masing 3x3,5m persegi. Dengan program ini, TWI ingin membuka ruang usaha bagi pedagang kecil, sekaligus mendayagunakan harta wakaf. Jadi, ada dua manfaat yang di dapat dari program ini. Pertama, para pedagang kecil memperoleh ruang usaha yang setrategis dan baik. Kedua, harta wakaf yang diamanahkan oleh para wakif kepada TWI akan mendatangkan surflus. Inilah yang nantinya disalurkan untuk mereka yang membutuhkan. Dengan demikian asset wakaf ini akan menghasilkan manfaat yang lestari, dan pahala yang abadi.
Keterangan Foodcourt Zamrut yang berlokasi, RT.000 RW 00. Cimuning – Mustika Jaya. Kota bekasi. Luas tanah: 252 meter persegi. Nilai aset tanah Rp.154.728.000 Biaya
Pendapatan/tahun Pengeluaran/tahun
Surflus/tahun
Rp. 39.600.000
Rp.25.680.000
Pembangunan Rp.
Rp.13.920.000
202.000.000
b. Countrywood Waqf Junction (CWJ) Merupakan kawasan ekonomi terpadu yang akan didirikan diatas tanah wakaf dari Ibu Eni Nuraini. CWJ terdiri dari area komersialdan area sosial. Area komersial berupa perkantoran, foodcourt, serta lahan parkit. Sedangkan area sosial berupa mushola, playgrond, serta lahan terbuka untuk berjualan para pedagang kaki lima. Keuntungan dari kegiatan produktif di JWC ini, otomatis akan menjadi sedekah jariah yang akan disalurkan sesuai amanat para waqif untuk program pendidikan, kesehatan, dan program pemberdayaan dhuafa lainya. Keterangan
Countrywood Waqf Junction (CWJ) yang berlokasi, Jl. Menjangan Raya, RT. 001/03 Pondok Ranji – Ciputat Timur, Kab. Tangerang. Luas tanah: 845 meter persegi. Nilai aset tanah: Rp. 453.765.000 Biaya
Pendapatan/tahun Pengeluaran/tahun
Surflus/tahun
Rp. 122.000.000
Rp.97.600.000
Pembangunan Rp.
Rp.24.400.000
1.850.000.000
c. Rumah Cahaya Rumah Cahaya ( Rumah Baca dan Menghasilkan Karya) yang bertempat di Jl. Keadilan, Depok, di atas tanah wakaf dari Bapak Agus Murdianto. Awalnya Rumah Cahaya adalah perpustakaan yang membuka program pelatihan menulis untuk masyarakat. Oleh TWI, Rumah Cahaya ini dipugar menjadi dua lantai yang dikombinasikan dengan aset properti. Lantai pertama dipugar menjadi 3 buah toko yang akan disewakan. Sedangkan lantai kedua diperuntukan untuk menjadi perpustakaan dan pelatihan menulis. Hasil sewa dari lantai pertama atau yang disebut dengan surflus wakaf inilah yang akan menjadi sumber pembiayaan program sosial Rumah Cahaya, serta program-program sosial lainya untuk kaum dhuafa.
Keterangan Rumah Cahaya yang berlokasi di Jl. Keadilan, Kecamatan SukamajayaDepok. Nilai aset tanah: Rp. 495.000.000 Biaya
Pendapatan/tahun Pengeluaran/tahun
Surflus/tahun
Rp. 35.000.000
Rp.22.000.000
Pembangunan Rp.
Rp.13.000.000
850.000.000
7.
Bentuk-bentuk Pengelolaan Wakaf Uang Dalam Investasi a. Bentuk Investasi Wakaf Uang 36 Pada dasarnya pengelolaan wakaf uang dapat dilakukan oleh
lembaga nazhir wakaf yang bergerak disektor sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan keagamaan Islam. Lembaga pengelola wakaf uang menyalurkan kepada sektor ril atau badan usaha lainnya secara mudhârabah. Kemudian, hasilnya diberikan kepada mauquf „alaih sesuai dengan tujuan wakaf. Hasil dari pengembangan itu dipergunakan untuk keperluan
36
sosial,
seperti
untuk
meningkatkan pendidikan
Islam,
Fadilannisa, Fundraising staff, Hasil wawancara pribadi, 08 september 2010
pengembangan rumah sakit Islam, bantuan pemberdayaan ekonomi umat dan bantuan atas pengembangan sarana dan prasarana ibadah. Wakaf akan lebih produktif jika pengelolaan ditingkatkan melalui investasi ijârah, mudhârabah, Musyârakah, dan lain sebagainya. Dengan demikian, pengembangan wakaf akan lebih bermakna bagi umat. Investasi harta wakaf dalam tatanan Islam merupakan sesuatu yang sangat unik yang berbeda dengan investasi di sektor pemerintah (public sector) maupun sektor swasta (private sector). Begitu uniknya, sektor wakaf ini bahkan kadang-kadang disebut sebagai „sektor ketiga‟ (third sector) yang berbeda dengan sektor pemeritah dan sektor swasta. Keunikan itu, tampak bahwa pengembangan harta melalui wakaf tidak didasarkan pada target pencapaian keuntungan bagi pemodal saja, baik pemerintah
maupun swasta, tetapi lebih didasarkan pada unsur
kebaikan dan kerja sama. Berdasarkan hal ini, ada beberapa model yang dapat diterapkan dalam menginvestasikan dana wakaf uang untuk sektor ril yaitu investasi mudhârabah , Musyârakah, muzara‟ah, Murâbahah dan ijârah. Berikut ini akan diuraikan bentuk-bentuk investasi yang dapat dilakukan TWI terhadap wakaf uang.
1) Investasi Mudhârabah Investasi mudhârabah merupakan
salah satu alternatif yang
ditawarkan oleh TWI guna mengembangkan harta wakaf. Salah satu contoh yang dapat dilakukan oleh pengelola wakaf dengan sistem ini adalah membangkitkan sektor usaha kecil dan menengah dengan memberikan modal usaha kepada petani, pedagang kecil, dan menengah (UKM). Dalam hal ini pengelola wakaf uang (nazir) berperan sebagai shahibulmal yang menyediakan modal 100% dari usaha/proyek dengan sistem bagi hasil. Pengusaha adalah sebagai mudharib yang memutarkan dana wakaf tersebut. Hasil keuntungan yang diperoleh dibagi bersama antara pengusaha dengan shahibulmal (nazhir wakaf). Model ini juga dapat digunakan oleh pengelola wakaf dengan berperan sebagai entrepreneur (mudhârib) yang menerima dana cash dari lembaga wakaf (TWI) untuk mengelola suatu usaha dengan prinsip bagi hasil. Dalam model ini manajemen tetap berada di tangan nazhir secara ekslusif. Dana wakaf yang diinvestasikan ke sektor mikro dapat ditarik kembali oleh nazhir apabila tidak menguntungkan. Selain itu apabila return investasi pada sektor ini lebih kecil dari return yang diharapkan maka dana dapat ditarik untuk diinvestasikan ke sektor lain. 2) Investasi Musyârakah
Berwakaf dalam bentuk uang, membuka peluang bagi aset wakaf untuk memasuki berbagai macam usaha investasi, seperti syirkah, dan lainnya. Investasi ini hampir sama dengan investasi mudhârabah. Hanya saja pada investasi musyârakah risiko yang ditanggung oleh pengelola wakaf lebih sedikit karena modal ditanggung bersama oleh pemilik modal. Investasi ini memberi peluang bagi pengelola wakaf untuk menyertakan modalnya pada sektor usaha kecil menengah yang dianggap memiliki kelayakan usaha. 3) Investasi Murâbahah Dalam investasi murâbahah, pengelola wakaf berperan sebagai pengusaha (entrepreneur) yang membeli peralatan dan material yang diperlukan melalui suatu kontrak murâbahah. Pengelola wakaf dalam investasi ini dapat mengambil keuntungan dari selisih harga pembelian dan penjualan. Dari investasi ini, pengelola wakaf dapat membantu pengusaha-pengusaha kecil yang membutuhkan alat-alat produksi. 4) Investasi Ijârah (Sewa-menyewa) Investasi
ijarah
dapat
dilakukan
dengan
menginvestasikan wakaf uang ke bentuk wakaf
terlebih
dahulu
property seperti
membangun real estate, pusat-pusat bisnis. Kemudian menyewakannya kepada masyarakat. Menyewakan harta wakaf karena dapat mendatangkan
keuntungan pasti (fix of return) dan tidak ada pihak yang melarangnya. Hasilnya dapat digunakan untuk membiayai biaya pemeliharaan harta wakaf atau disalurkan kepada mustahik. b. Investasi Wakaf Uang Secara Langsung37 Dalam melakukan pengelolaan wakaf uang untuk sektor produktif, TWI lebih cenderung
melakukan investasi secara langsung (direct
investment) ke objek wakaf, Di samping ke sektor ril dengan menggunaka akad mudhârabah, muzara‟ah, dan ijârah. Pada masa sekarang pada umumnya manajer
wakaf (nazhir) menanamkan wakaf uang dalam
bentuk investasi langsung (direct investment) seperti real eastate, agriculture (perkebunan). Seperti yang dilakukan Tabung Wakaf Indonesia (TWI) yang cenderung menginvestasikan dana wakaf uang secara langsung seperti ke rumah sakit, lembaga pendidikan, perkebunan, peternakan, perdagangan dan lain sebagainya. Jenis usaha tersebut selain berorientasi profit juga memberikan banyak kemudahan bagi rakyat kecil untuk mendapat kesempatan mengecap pendidikan dengan mendirikan perguruan tinggi Islam maupun pendidikan dasar dan menengah.
37
Fadilannisa, Fundraising staff, Hasil wawancara pribadi, 08 september 2010
Di samping itu, pengelolaan wakaf uang tetap memperhatikan prinsip tetapnya nilai harta wakaf sehingga secara terus-menerus dapat menghasilkan sesuatu yang dapat diberikan kepada mauquf „alaih. Sebagai salah satu instrumen wakaf produktif, untuk pengembangan wakaf ini dilakukan tidak hanya dengan peningkatan mutu pengelola, tetapi juga peningkatan pemahaman konsepsi fiqih wakaf. Di samping mempunyai kemampuan melakukan investasi harta wakaf. Di antara bentuk-bentuk pengelolaan wakaf uang dan produktif yang dilakukan TWI adalah dengan menyalurkan dana wakaf ke berbagai sektor yakni wakaf
peternakan, pertanian, perkebunan, perdagangan, wakala
(penjualan dinar dan dirham), dan sarana niaga. 1) Wakaf Peternakan Menempatkan dana wakaf ke lembaga produktif adalah upaya TWI mengelola dana wakaf agar lebih berkembang manfaat sosialnya. Serta lebih mendekati penerapan asas-asas wakaf sebagaimana yang digariskan oleh syariat. TWI menginvetasikan dana wakaf untuk peternakan bekerja sama dengan jejaring Dompet Dhuafa lain, yakni Kampoeng Ternak di Bogor dan Sukabumi. Lembaga ini telah sukses memberdayakan peternak dan memiliki mitra di berbagai kota di Indonesia. 2) Wakaf Perkebunan
Saat ini TWI menjalankan program usaha perkebunan di dua daerah. Pertama, di Kabupaten Lahat, Sumatra Selatan, untuk perkebunan karet. Kedua, di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, untuk perkebunan cokelat dan kelapa. Program wakaf pohon karet di Desa Lubuk Tuba Lahat Sumatera Selatan, kerjasama TWI dengan LPEU Insan Kamil dimulai penanamannya pada September 2007 sampai Januari 2008. Saat ini lahan karet seluas 20 ha yang berasal dari lahan pertanian masyarakat di danai oleh TWI. Program wakaf pohon produktif ini dilakukan dengan cara menghimpun kelompok tani yang berada di kawasan tersebut. Pada program itu terjaring sebanyak 39 orang miskin yang memiliki lahan perkebunan. Masing-asing mereka mendapat hak pengelolaan ½ ha dengan akad muzara‟ah. Para petani di sini dalam usaha mereka mendapatkan pendampingan dan pembinaan dari lembaga tempat mereka bernaung. Baik pembinaan kewirausahaan maupun pembinaan mental spritual untuk berusaha secara halal dan motivasi untuk berwakaf. 3) Wakaf Usaha Perdagangan Dalam usaha perdagangan TWI bermitra dengan para pedagang, baik kecil maupun menengah. TWI mengelola kemitraan dagang dengan menerapkan kontrak qirad atau mudhârabah, yakni kerjasama dalam bentuk modal ventura yang diberikan kepada mitra terpilih sebagai
pinjaman tanpa bunga, tanpa agunan, dan tanpa syarat ekuitas. Ketentuan bagi hasil hanya berlaku bagi usaha kemitraan dagang yang sukses dan memberikan surplus. Bila usaha gagal dan merugi, bukan disebabkan oleh kecerobohan mitra, risiko sepenuhnya ditanggung oleh TWI sebagai penyandang
dana.
Di
antara
program-program
produktif
yang
dikembangkan TWI adalah dengan menggandeng entrepreneur yang sukses di bidang ini. Di antaranya Bakmi Langgara yang dipimpin oleh Wahyu Saidi. Bakmi Langgara merupakan salah satu mitra TWI yang berjalan dengan baik sejak tahun 2007. 4) Wakaf Sarana Niaga Di samping menerima wakaf uang, TWI juga diamanahi wakaf dalam bentuk property. Seperti tanah, rumah, kendaraan, dan wakaf nontunai lainnya. Dengan wakaf uang atau nontunai TWI membangun atau mengadakan berbagai sarana niaga, seperti pertokoan, permesinan, kendaraan, untuk disewakan kepada pihak ketiga. Hasil penyewaan sarana niaga ini disalurkan untuk beragam kegiatan sosial sesuai dengan permintaan wakifnya. Untuk program wakaf sarana niaga, TWI menyediakan rumah dan toko (ruko) untuk disewakan kepada masyarakat yang berlokasi di Mekar Sari Bekasi Barat dan di Graha Harapan Tambun Bekasi Timur. Aset wakaf non tunai lain yang disewakan adalah ruko di
jalan Keadilan Depok. Ruko ini juga dimanfaatkan untuk perpustakaan Rumah Cahaya. Namun, keadaan toko berada dalam kondisi rusak sehingga cukup lama terbengkalai dan tidak ada penyewanya. TWI memperbaikinya dengan dana wakaf uang yang ada. Hasil sewa yang diperoleh dari penyewaan ruko di Rumah Cahaya Depok ini digunakan untuk membiayai biaya operasional Rumah Cahaya itu sendiri, seperti biaya listrik, dan perawatan rumah. 5) Wakala Wakala merupakan produk pengelolaan mata uang dinar dan dirham yang berada dalam jaringan TWI. Produk ini diluncurkan sejak Juli 2008. Wakala merupakan salah satu infrastruktur mendasar dalam sistem ekonomi Islam yang bebas dari sistem ribawi. Wakala adalah salah satu usaha TWI dalam mengembangkan nilai wakaf uang. Dari wakala ini nilai pokok dari wakaf uang semakin banyak menghasilkan “buah” yang pada gilirannya bisa dinikmati oleh masyarakat banyak. Selain itu, produk wakala ini diluncurkan sebagai respon atas penggunaan mata uang dinar dan dirham yang semakin memasyarakat di Indonesia. 8.
Pendistribusian dana wakaf uang Dalam mendistribusikan wakaf uang TWI menyalurkan untuk
kegiatan pendidikan, kesehatan, dan sosial. Hal ini dapat dilihat dari
program-program wakaf untuk kepentingan umum
yakni sarana
pendidikan seperti Smart Ekselensia, kesehatan seperti LKC, dan sosial seperti wisma mualaf.38 a. Sarana Pendidikan Program pendidikan gratid di sekolah smart ekselensia yang dibeli dari wakaf uang tahin 2003 ini cenderung dikelola dalam bentuk wakaf sosial. Untuk itu bentuk pengelolaan wakaf seperti ini lebih tepat disebut sebagai wakaf sekolah melalui uang, bukan wakaf uang karena wakaf uang pengelolaannya harus produktif, menghasilkan keuntungan yang akan disalurkan ke mauquf alaih. Di samping Smart Ekselensia, TWI dengan surplus yang didapatkan dari program wakaf produktifnya, seperti perkebunan kakao dan kelapa di kecamatan Tinanggung Selatan Kab. Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah juga mendirikan SMA I Mansamat Terunggul. Itu merupakan SMA pertama (dan masih satu-satunya), yang dimiliki warga kecamatan ini. Hasil kebun itu dapat meringankan biaya operasional sekolah. Namun dengan berkembang dan berjumlahnya siswa, biaya operasional sekolah ini semakin meningkat. Akhirnya area kebun diperluas dari 1,5 ha menjadi 5 ha kebun kakao dan kelapa, dari seorang 38
Fadilannisa, Fundraising staff, Hasil wawancara pribadi, 08 september 2010
wakif yang mengamanahkan dananya untuk wakaf produktif yang hasilnya didayagunakan sebagai penopang biaya pendidikan. aset wakaf benar-benar memberi manfaat panjang di tangan pengelola yang amanah. b. Lembaga Pelatihan Institut Kemandirian adalah jaringan Dompet Dhuafa Republika yang merupakan lembaga pendidikan nonformal yang bergerak dibidang pelatihan kewirausahaan dan teknis secara gratis dirancang khusus untuk mencetak para pengusaha dari kaum dhuafa dengan sistem pelatihan short course. Institute itu bertujuan untuk mengubah pola pikir peserta pelatihan dari pola pikir dan mental pekerja menjadi pengusaha sekaligus memberi bekal
usaha
yang
diminati
seperti
pelatihan
elektro,
pelatihan
otomotif/mekanik motor, menjahit, dan membuat mainan anak. Dari program tersebut, alumni yang dihasilkan diharapkan mampu menjadi wirausahawan (entrepreneur). Lembaga ini dibiayai dari wakaf uang maupun wakaf non tunai dalam bentuk peralatan latihan seperti mesin yang disalurkan melalui TWI. Bentuk-bentuk pelatihan yang dilakukan adalah perbengkelan, percetakan, tata busana, bisnis, dan tata boga. Wakaf untuk sarana pendidikan ini membuktikan bahwa wakaf mempunyai peranan penting dalam menunjang proses pembangunan secara menyeluruh termasuk dalam pembangunan sumber daya manusia.
Setiap orang termasuk orang tidak mampu diberi kesempatan untuk mengecap pendidikan. Semua itu didanai dari wakaf. c. Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Layanan kesehatan gratis ini didirikan tanggal 6 November 2001 bertempat di Ciputat Tanggerang Banten. Klinik kesehatan ini dibangun Dompet Dhuafa bertujuan untuk membantu kaum dhuafa di bidang layanan kesehatan tanpa memungut biaya sepersen pun. Klinik kesehatan yang dibeli dari wakaf uang ini sampai bulan Mei 2009 LKC sudah mempunyai peserta lebih dari 11.638 kepala keluarga yang memperoleh layanan kesehatan gratis. Setiap harinya, LKC melayani 70-200 orang perhari. Dalam hal wakaf uang, LKC berperan sebagai objek wakaf uang, berapapun nilainya, dikelola untuk membantu kaum miskin di bidang kesehatan. Disamping itu, LKC juga bertindak sebagai fundraiser untuk biaya operasional dalam bentuk infak dan program-program lainnya sebagai dana cadangan dan kesejahteraan karyawan. Pada tahap selanjutnya, TWI Dompet Dhuafa merancang program pendirian Rumah Sehat Terpadu (RST) sebagai model pelayanan kesehatan masyarakat dhuafa terpadu. Sehingga dalam jangka panjang, Dompet Dhuafa Republika berencana untuk terus memperluas layanan kesehatan bagi masyarakat miskin di Indonesia. Investasi wakaf untuk
pengadaan sarana layanan kesehatan yang dilakukan TWI ini hampir sama dengan yang dilakukan oleh negara-negara Islam lainnya seperti di Mesir dan Arab Saudi, Yordan, dan Bangladesh, kementrian wakaf di negeranegara ini mendirikan sarana pendidikan, asrama mahasiswa, dan rumah sakit. Semua itu dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari program wakaf uang untuk sarana pendidikan dan layanan kesehatan yang dilakukan TWI, nampaknya TWI lebih cenderung menginvestasikan dana wakaf uang dalam bentuk direct investment (investasi secara langsung). Bentuk investasi ini memang lebih aman dan lebih menjamin keutuhan harta wakaf. Pengelolaan wakaf dalam bentuk layanan pendidikan dan kesehatan tersebut merupakan wakaf sosial yang ditujukan untuk membantu kehidupan masyarakat miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan mereka. Namun sejatinya bentuk investasi ini cenderung bersifat konsumtif, sehingga tidak dapat menutupi biaya operasionalnya secara mandiri. Berdasarkan kebijakan pengelolaan wakaf uang seperti ini, nampaknya lebih tepat disebut sebagai wakaf rumah sakit melalui uang, karena pengelolaan wakaf ini bersifat konsumtif, sedangkan wakaf tunai harus dikelola secara produktif, menghasilkan keuntungan yang akan disalurkan ke mauquf „alaih
d. Sarana Layanan Sosial Untuk pelayanan di bidang sosial, TWI menyalurkan wakaf uang untuk wisma mualaf, rumah cahaya, pembangunan masjid dan zona madina. 1) Wisma Mualaf Wisma Mualaf didirikan di Bintaro Utara, merupakan wakaf nontunai yang dipercayakan seorang wakif kepada TWI. Program ini bertujuan ini untuk membantu para mualaf, yang diresmikan tanggal 30 Agustus 2008 bertepatan dengan tanggal 1 Ramadhan 1429 H. Program ini merupakan kerja sama Dompet Dhuafa dengan TWI dan Yayasan Ariematea. Sejak diresmikan, wisma ini telah berfungsi sepenuhnya sebagai tempat tinggal sekaligus pembinaan bagi para mualaf. Para mualaf yang tinggal ditanggung kebutuhan rohani dan jasmaninya oleh wisma. Sekeluar dari wisma diharapkan mereka menjadi diri dan da‟iyah yang mandiri, kokoh akidah, teguh menegakkan syari‟at, dan mulia dalam berakhlak. 2) Rumah Cahaya Rumah Cahaya Depok (RCD) berdiri tahun 2004 atas kerja sama Dompet Dhuafa dengan Forum Lingkar Pena (FLP). RCD didedikasikan bagi masyarakat umum untuk mendapatkan sumber bacaan bermutu dan
bermanfaat. Perpustakaan sekaligus pusat karya tulis. Anak-anak dan remaja kaum tak berpunya bisa menikmati bacaan berkualitas sekaligus mengasah kemampuan menulisnya. TWI menjadikan Rumah Cahaya sebagai salah satu program pengembangan wakaf terpadu. yakni program wakaf dengan memadukan aset sosial dan aset produktif. Aset sosial yakni Rumah Baca yang dikelola oleh FLP yang posisinya berada di lantai dua dan aset produktifnya adalah properti berupa ruko yang disewakan kepada pihak ketiga. Kemudian surplusnya digunakan untuk menyokong aset sosial yang ada di atasnya. 3) Pembangunan Masjid Program Wakaf untuk masjid di TWI dilakukan dengan menyalurkan dana wakaf yang diterima dari masyarakat yang meminta dana wakafnya disalurkan untuk rumah ibadah. Pada dasarnya, TWI tidak menghimpun dana wakaf secara khusus untuk wakaf masjid karena hal itu dapat dilakukan oleh masyarakat secara mudah. TWI hanya menyalurkan dana wakaf kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan pembangunan masjid tetapi sangat kesulitan mencari sumber dana. Namun, program itu tidak mendapat persetujuan dari Dompet Dhuafa, sehingga program masjid mandiri tidak dapat dilaksankan. Penyaluran wakaf uang untuk pembangunan masjid yang dilakukan TWI,
sebetulnya kurang tepat, karena wakaf uang harus disalurkan untuk kegiatan produktif, yang disalurkan untuk pembangunan masjid adalah hasil keuntungan investasi untuk sektor produktif. Untuk itu pengelolaan wakaf seperti ini lebih tepat disebut sebagai wakaf masjid melalui uang. e. Wakaf City Di antara program yang dicanangkan TWI adalah proyek Wakaf City di Parung, Bogor Jawa Barat. Program ini menjadi bagian program Kawasan Pengembangan Masyarakat Terpadu Dompet Dhuafa Zona Madina. Pemilihan wilayah Parung, selain memadukan program yang sudah ada, seperti Lembaga Pengembangan Isani (LPI) dan program lain. Wilayah tersebut juga punya perilaku sosial yang bersumber dari kemiskinan, baik moral maupun ekonomi. Di dalamnya terdapat program pemberdayaan yang dilakukan secara terpadu, sekaligus sebagai wahana edukasi dan rekreasi sosial masyarakat. Kawasan
yang
merupakan
Integrated
Islamic
Community
Development ini merupakan lahan yang diperoleh dari wakaf uang, dirancang memiliki masjid, rumah sakit, sekolah menengah ungggulan, komplek rumah susun sederhana, area bisnis bagi UKM, perpustakaan digital, gedung pelatihan, arena outbond, sarana oleh raga, gedung pertemuan, pusat perkantoran, lembaga pemberdayaan, guest house, pom
bensin, dan foodcourt. Wakaf City didesain sebagai area komersial yang akan mensuplai surplusnya untuk program-program sosial di wilayah Zona Madina. Kawasan ini adalah model pemberdayaan zakat dengan kombinasi wakaf uang dengan upaya pengembangan sektor ril, direncanakan selesai tahun 2013. Dari program-program wakaf sosial yang dilaksanakan TWI, sebagai bentuk pendisribusian peruntukan wakaf yang disalurkan oleh wakif maupun pendistribusian dari hasil investasi wakaf. Setidaknya ada tiga sektor utama yang menjadi sasaran utama TWI, yaitu bidang pendidikan, bidang layanan sosial, dan bidang ekonomi. Untuk lebih jelasnya bagaimana penghimpunan dan penyaluran dana wakaf uang oleh TWI dapat digambarkan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1 LAPORAN PEROLEHAN SURFLUS KEUANGAN TWI S/D APRIL 2010 No
ASET WAKAF
JUMLAH SURFLUS
1
Wakaf Saham
1.300.000,00
2
Ternak Kambing
4.972.600,00
3
Wakaf Rumah Bapak Hirawan
4.000.000,00
4
Kompontren Nusya
9.781.689,00
5
Kebun Coklat & Kelapa
14.175.000,00
6
Ruko Mekarsari
20.000.000,00
Jumlah
54.229.289,00
Sumber: Laporan Keuangan TWI, April 2010 Tabel 4.2 LAPORAN KEUANGAN TABUNG WAKAF INDONESIA Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (Per 2 Juni 2010) Penerimaan Wakaf Wakaf tidak terikat
2.566.174.645
Wakaf SMART Ekselensia Indonesia
2.550.641.615
Wakaf produktif
3.061.551.507
Wakaf Rumah Cahaya Wakaf Masjid Wakaf LKC Wakaf Terpadu Wakaf Wisma Mualaf Wakaf Sarana Niaga
57.200.000 359.217.200 1.616.864.600 7.000.000 198.700.000 100.000
Wakaf Peternakan
2.400.000
Wakaf Pertanian
1.500.000
Wakaf Perkebunan Karet Wakaf Zona Madina
600.000 5.914.954.083
Wakaf Sosial
17.500.000
Wakaf Country Wood Junction
34.337.000
Total
16.388.740.659
Penyaluran Wakaf Wakaf SMART Ekselensia Indonesia Pembelian Tanah dan Bangunan Bea Pajak, Sertifikat, dan Balik Nama
6.800.000.000 474.732.700
Wakaf Produktif BMT Nusa Tuban
22.000.000
Wakala al wakif
85.000.000
Food Court Zamrud
230.000.000
Wakaf Perkebunan Coklat dan Kelapa
141.000.000
Renovasi Gedung Wardah
222.827.700
Wakaf Rumah Cahaya
Renovasi Rumah Cahaya Tahun 2003 Pembangunan Rumah Cahaya Tahun 2009 (Term I)
50.325.200 818.740.000
Wakaf Masjid Masjid al Wafa Jogja
154.767.200
Masjid NTT
37.512.000
Masjid 1430/1431
140.500.000
Wakaf LKC
1.578.238.175
Wakaf Wisma Mualaf
200.900.000
Wakaf Perkebunan Karet
315.648.000
Wakaf Coutry Wood Junctin Total
12.955.000 11.285.207.975
Sumber: Laporan Keuangan,TWI per Juni 2010 C. Resiko Dan Penyelesaian Dalam Pengelolaan Wakaf Uang 1. Resiko Yang Dialami Resiko
utama dalam pengembangan wakaf produktif adalah
berkurangnya nilai harta benda wakaf yang dikelola. Dalam perspektif manajemen risiko, perlu diidentifikasi secara rinci hal-hal yang dapat menyebabkan nilai harta benda wakaf produktif tersebut berkurang. Di sini akan diuraikan sedikit penyebab umum yang mungkin terjadi.
Penyebab lain dapat bersifat khusus sesuai dengan bidang kegiatan pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif tersebut. Pengelolaan wakaf produktif di bidang pertanian, dan perdagangan, tentu memiliki resiko penyebab kerugian yang spesifik, berbeda dengan pengelolaan di bidang jasa atau investasi pada lembaga-lembaga keuangan syari‟ah lainnya. Penyebab-penyebab umum yang dapat diidentifikasi adalah:39 a. Kerugian dari kegiatan usaha pengembangan wakaf itu sendiri. b. Kerugian dapat timbul karena risiko bisnis maupun risiko finansial. c. Depresiasi natural. Bangunan yang diwakafkan secara alamiah berkurang nilainya karena tidak pernah direnovasi, demikian pula wakaf uang dalam bentuk uang akan tergerus nilainya oleh inflasi. d. Terjadinya peristiwa-peristiwa force majeur seperti kecelakaan, bencana alam, kebakaran ataupun kebanjiran. e. Kelalaian atau ketidakamanahan nazhir. 2. Pengendalian dan Penyelesaian Resiko Setelah mengetahui besarnya setiap resiko yang dihadapi, selanjutnya manajemen menyusun risk priorities, yakni menggolongkan risiko ke dalam risiko tinggi, menengah, ataupun ringan berdasarkan analisis frekuensi dan severity pada tahap sebelumnya. Risk priorities 39
Fadilannisa, Fundraising staff, Hasil wawancara pribadi, 08 september 2010
memudahkan pengelola menentukan langkah-langkah penanganan risiko. Pada dasarnya langkah penanganan risiko ada tiga, yakni: a. Mengurangi b. Mengalihkan, dan c. Menanggung sendiri Pengelola sedapat mungkin mengurangi kemungkinan terjadinya risiko dengan berbagai macam langkah, utamanya sebelum risiko itu terjadi. Hal ini yang dikenal dengan pencegahan. Akan tetapi, pengelola juga harus siap untuk meminimalisir kerugian apabila risiko itu betul-betul terjadi. Selanjutnya risiko yang masih tersisa dialihkan kepada pihak lain. Langkah ini disebut risk transfer atau risk sharing, melalui lembagalembaga seperti asuransi atau lembaga penjamin atau melalui instrumeninstrumen keuangan seperti option dan hedging. Dalam pengelolaan wakaf produktif, pilihan-pilihan pengalihan risiko ke pihak lain tidak boleh bertentangan dengan syariah. Bagaimana pun, tidak semua risiko dapat dialihkan. Risiko-risiko yang tidak dapat dialihkan tersebut mau tak mau harus ditanggung sendiri kerugiannya. Manajemen risiko yang baik adalah merencanakan besarnya risiko yang harus ditanggung sendiri setelah upaya mengurangi dan mengalihkan risiko dilakukan secara optimal.
Aspek pengendalian risiko, dalam pengelolaan wakaf produktif, dimulai dengan memilih jenis-jenis investasi atau sektor-sektor usaha secara cermat dan menghindari sektor usaha yang berisiko tinggi. Hal ini terkait dengan kewajiban nazhir untuk mempertahankan nilai harta benda wakaf sehingga preferensi terhadap risiko kerugian usaha yang dapat berakibat kepada berkurangnya nilai harta benda wakaf tergolong rendah. Dalam hal ini, nazhir sebaiknya menunjuk pihak lain selaku fund manager, misalnya pihak perbankan syariah, perusahaan pengelola investasi syariah dan sebagainya.40 Begitu juga dengan pengelolaan wakaf produktif berupa instrumen investasi, peran penjaminan diperlukan dalam upaya menjaga agar dana wakaf tidak berkurang pokoknya. Di samping penjaminan terhadap kerugian pengelolaan wakaf produktif, Salah satu langkah pengelolaan risiko adalah penanganan asuransi. Sudah tentu, seluruh aset fisik kecuali tanah yang diwakafkan oleh wakif wajib diasuransikan terhadap risikorisiko yang mungkin terjadi. Melalui mekanisme asuransi, umat akan terlindungi dari tindakan tidak profesional atau tidak amanah dari nazhir atau pengelola wakaf produktif yang ditunjuk atau bekerja sama dengan nazhir. 40
Fadilannisa, Fundraising staff, Hasil wawancara pribadi, 08 september 2010
Secara alami, tidak semua jenis risiko dapat diasuransikan. Risiko berkurangnya nilai harta benda wakaf yang bersifat natural seperti depresiasi pada aset tetap atau tergerusnya nilai uang karena inflasi, tidak dapat diasuransikan. Bahkan, risiko yang diasuransikan pun pada umumnya menetapkan sejumlah porsi tertentu yang harus ditanggung sendiri oleh nazhir selaku nasabah. Untuk itu, perlu dipersiapkan cadangan dana yang diperhitungkan secara cermat. Cadangan dana ini seperti cadangan dana depresiasi terhadap aset tetap yang tidak secara fisik ada, akan tetapi tercadangkan dan tersedia manakala diperlukan. Selain itu, fenomena berkurangnya nilai harta benda wakaf secara natural mempertinggi urgensi untuk mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf secara produktif.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Wakaf uang merupakan salah satu inovasi masyarakat muslim yang perlu
disosialisakan
kepada
umat
Islam
secara
menyeluruh.
Pemanfaatan harta wakaf uang kalau bisa dimaksimalkan akan memberikan kontribusi yang tinggi kepada masyarakat terutama dalam kegiatan yang bersifat produktif seperti investasi. 2. Wakaf uang mempunyai dasar-dasar yang kuat untuk diaplikasikan, dasar tersebut dari al-Qur‟an, Sunnah dan hasil ijtihad para ulama (MUI). Apalagi sudah banyak fatwa-fatwa dari para ulama yang berada di negara-negara yang meaplikasikan wakaf tunai tersebut serta disahkanya undang-undang tentang wakaf uang. 3. Investasi wakaf uang mestilah disesuaikan dengan ketentuan syariah. Tidak boleh diinvestasikan pada sektor yang beresiko tinggi yang bisa menyebabkan hilangnya nilai nominal dari wakaf masyarakat. Tidak boleh pada sektor-sektor yang diharamkan oleh hukum Islam. 4. Pengeloalaan wakaf uang yang sudah dilaksanakan TWI sudah cukup baik, dengan telah didirikannya lapangan usaha bagi masyarakat miskin
yang membutuhkan modal usaha dan dapat meningkatkan produktifitas kegiatan ekonomi mikro khususnya bagi masyakat miskin. 5. Secara makro wakaf uang akan mempengaruhi kegiatan perekomian masyarakat, karena ia bisa menyumbang kepada terjadinya efisiensi dalam berekonomi yang sesuai dengan syariat Islam. Hal ini akan menguntungkan masyarakat secara menyeluruh dan akan dapat menekan angka pengangguran dan menyaingi secara sehat ekonomi biaya tinggi yang diciptakan oleh kaum kapitaslis. 6. Hasil Pengelolaan wakaf uang yang dilaksanakan TWI, dananya dialokasikan pada sektor ril yang mana keuntungan dan manfaat dapat langsung dirasakan oleh masyarakat yang mendapatkan dana dari wakaf uang tersebut. 7. Hasil surflus atau keuntungan investasi dari dana wakaf uang yang disalurkan oleh TWI, sebagian di alirkan kedalam kegiatan sosial selain disalurkan kedalam kegiatan produktif. B. SARAN 1. Sosialisasi wakaf uang perlu dilakukan terus menerus, dengan demikian masyarakat Indonesia secara meluas dapat memahami arti dan tujuan wakaf uang tersebut, sehingga ketika diaplikasikan wakaf uang tidak
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan komentar-komentar yang negatif. 2. Lembaga wakaf ini (TWI) hendaklah disesuaikan dengan semangat undang-undang otonomi daerah, dimana di sertiap propinsi hanya ada satu lembaga wakaf, dan secara nasional juga ada satu yang tugasnya hanya memantau, mengawasi dan meadministrasikan seluruh wakaf yang dikumpul di seluruh propinsi di Indonesia. 3. Perlu ada undang-undang yang lebih terperinci untuk mengatur harta wakaf, agar jangan sampai harta wakaf disalah gunakan atau terlaksana diluar ketentuan syariah yang akhirnya merugikan kepentingan orang ramai. 4. Penggunaan harta wakaf mesti memegang prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Rasulullah dan para ahli perundangan Islam. Dimana nilai nominalnya tidak boleh dikurangkan, sebab itu mesti jelas tujuan dan arah harta wakaf dan investasinya juga diletakkan pada tempattempat yang tidak mempunyai resiko atau yang beresiko rendah. 5. Para pemimpin lembaga wakaf Indonesia khususny TWI diharapkan mempunyai visi yang sama dalam mengembangkan perekonomian yang berbasis syariah. Artinya masing-masing tidak boleh jalan sendirisendiri karena dikuatirkan bisa terjadi salah dalam menerapkan yang
mengakibatkan rusaknya kesucian Islam dan minimal kebersaman ini akan mendatangkan rahmat untuk bersama.
Daftar Pustaka Al- Qur‟an Al- karim
Rahman ,Abd. Masalah Perwakafan, Tanah Milik dan Kedudukan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni Bandung, Cet-ke 2, 1984 Budianto, Herman. Sempurnakan Ramadhan Dengan Berwakaf Tunai, Jakarta: Tabung Wakaf Indonesia ,2006
DIPI Ec, Taufiq Ridho. Lc : Panduan Wakaf praktis , Jakarta ,2006
Direktorat pengembangan Zakat dan Wakaf : Fiqih Islam, Jakarta, 2005
Direktorat pengembangan Zakat dan Wakaf , Paradigma baru wakaf di Indonesia Jakarta, Direktorat jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan penyelenggaraan Haji, 2005 Ensiklopedi Islam Indonesia. Cet ke- 2,
Erwin, Mustofa, (Islamic non Banking Institution: Challenge and Opportunity in Indonesia) Dipresentasikan pada seminar
yang
diselnggarakan oleh IsEF 14 Juni 2009. Halim, Abdul, Hukum Perwakafan Di Indonesia, ( Jakarta : Ciputat press 2005) cet ,3
Iktisar Undang-undang Wakaf NO 41 Tahun 2004, pasal 9 ayat 1
Iktisar Undang-Undang NO.42/2006,Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pelaksanaan Undang-Undang NO.41/2004
Muhammad , Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf ( Jakarta : UI Press, 1998) Cet, 1 Mannan, M.A., Sertifikat Wakaf Tunai: Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam, Penerjemah Tjasmianto, et.,al., Jakarta: CIBER dan PKTTI-UI, 2000 Mannan,M.A “ cash – waqf innovation finanacial instrument”. Disampaikan pada seminar wakaf tunai- inovasi financial islam ( Jakarta; UI 2008) Media Tabung Wakaf Indonesia. Tawadu, Edisi 04, Tahun II 1430 H Media Tabung Wakaf Indonesia,Manfaat yang mengalir abadi, Edisi 05,tahun III 1431H. Rofiq, Ahmad, Fiqh Kontekstual, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004 Sabiq, Sayyid, Fiqh as-Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, 1983, cet ke-6, jilid 3 Wadjdi, Farid dan Mursyid, Wakaf dan Untaian kesejahteraan Ummat, (Yogyakarta : pustaka pelajar,2007)cet. 1
Wadjdy, Farid. Dr.H. M.Pd. Mursid M.Si Wakaf dan ksejahteraan umat ( flantropi islam yang hampir terlupakan)2006 Wahbah al-Zuhaili, al Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, [Damsyiq: Dar al-Fikr, 1985], juz VIII) http://www.pkesinteraktif.com/lifestyle/ziswaf/71-rukundansyaratwakaf.html
http://ekonomi-syariah.com/id/wp-content/uploads/2009/11/09.Wakaf_tunai.pdf http://bataviase.co.id/detailberita-10531634.html http://psmktsukabumi.blogspot.com/2010/07/tinjauan-fiqih-wakar-tunai.html http://rozalinda.wordpress.com/2010/05/04/pengelolaan-wakaf-uang-padatabung-wakaf-indonesia-twi-dompet-dhuafa-republika/
http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/05/ pemberdayaan_ekonomi_masyarakat_melalui_wakaf. http://www.bimasislam.depag.go.id/2010/05/01/ http//www.fatwamui.co.id//fatwa wakaf uang.html http://www.tabungwakaf.com