Bupati Kepulauan Anambas KATA SAMBUTAN
Assalammulaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Untuk Kita Semua Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya kepada kita semua dan tak lupa dihaturkan solawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2008 Kabupaten Kepulauan Anambas dapat terbit sesuai dengan rencana. IPM adalah salah satu indikator melihat kondisi kinerja pembangunan manusia yang dipandang dari aspek kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Angka IPM tahun 2008 Kabupaten Kepulauan Anambas menjadi landasan awal untuk melakukan pengembangan pembangunan manusia di tahun-tahun selanjutnya. Dengan adanya pembangunan yang terus menerus secara komprehensif dilakukan, tentunya membuat angka IPM dapat terus ditingkatkan dan percepatan peningkatannya diharapkan juga lebih tinggi. Sehingga lima tahun ke depan angka IPM Kabupaten Kepulauan Anambas dapat menjadi lebih tinggi dari Kabupaten/Kota di Indonesia dan Provinsi Kepulauan Riau.
Untuk itu kepada semua pihak agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Khusus kepada setiap SKPD juga agar meningkatkan kinerja pembangunan sesuai dengan tupoksinya. Tentunya koordinasi dari setiap SKPD dan dengan melibatkan elemen masyarakat menjadi sesuatu yang penting demi keberhasilan pembangunan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Akhirnya diucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kepulauan Anambas. Semoga melalui informasi ini memacu pembangunan ke depan.
Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalammualaikum Wr. Wb.
Tarempa,
Desember 2009
Pj. Bupati Kepulauan Anambas
Drs. T. MUKHTARUDDIN
KATA SAMBUTAN
Assalammualaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Untuk Kita Semua
Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian Pengembangan dan Penanaman Modal Daerah (Bappeda) Kabupaten Kepulauan Anambas, dituntut
untuk
melakukan
perencanaan
pembangunan
di
Kabupaten
Kepulauan Anambas secara terkoordinasi dari setiap SKPD dan well inform terhadap segala indikator dan informasi untuk setiap elemen masyarakat dalam
membangun
Kabupaten
Kepulauan
Anambas.
Salah
satu
pembangunan yang penting adalah pembangunan manusia di Kabupaten Kepulauan Anambas. Selanjutnya salah satu indikator kinerja pembangunan manusia adalah Indeks Pembangunan Daerah. Untuk itu Bappeda Kabupaten Kepulauan Anambas melakukan kerjasama dengan BPS Provinsi Kepulauan Riau dalam penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008 pada anggaran tahun 2009.
Angka IPM 2008 dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembangunan manusia di Kabupaten Kepulauan Anambas. Angka IPM merupakan indeks komposit dari tiga aspek, yaitu aspek kesehatan, aspek pendidikan, dan aspek ekonomi. Aspek kesehatan dilihat dari angka harapan hidup. Sedangkan aspek pendidikan dilihat dari angka melek huruf dan lamanya sekolah. Kemudian aspek ekonomi dilihat dari angka daya beli masyarakat (Purchasing Power Parity=PPP). Dari ketiga aspek tersebut disusunlah angka IPM Kabupaten Kepulauan Anambas.
Akhirnya tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, tentunya kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalammualaikum Wr. Wb.
Tarempa,
Desember 2009
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian Pengembangan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas
Ir. SYARIFUDDIN NIP. 19600416 199203 1 011
KATA PENGANTAR Publikasi “INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2008” merupakan salah satu kewajiban BPS Provinsi Kepulauan Riau yang harus dibuat berdasarkan kegiatan hasil kerja sama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah kabupaten Kepulauan Anambas dengan Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, berdasarkan Nota Kesepahaman Antara Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian Pengembangan dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas dengan
Badan
Pusat
Statistik
Provinsi
Kepulauan
Riau
Nomor
01/MOU/BPPD/IV/2009 tanggal 02 April 2009 tentang Penyusunan, Penyediaan, dan Publikasi Data Statistik Kabupaten Kepulauan Anambas. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk menyusun angka Indeks Pembangunan Manusia 2008 yang akan
digunakan
sebagai
dasar
evaluasi
keberhasilan
pelaksanaan
pembangunan sumber daya manusia, utamanya yang berkaitan dengan masalah kesehatan, pendidikan, dan kemampuan daya beli penduduk. Pada publikasi ini disajikan data yang tersedia sesuai dengan metodologi yang akan digunakan dalam penyusunan IPM. Disamping itu juga diberikan beberapa tabel dasar dalam memperoleh beberapa hasil pengukuran yang akan dilakukan. Publikasi ini diharapkan menjadi salah landasan dalam melakukan berbagaik kebijakan dan monitoring serta evaluasi pembangunan daerah Kabupaten Kepulauan Anambas. Dengan selesainya publikasi dari “Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas 2008” ini diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi. Segala kritik dan saran bagi penyempurnaan selanjutnya sangat diharapkan. Tanjungpinang, Desember 2009 Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau Kepala,
Drs. Aminul Akbar, M.Sc NIP. : 19500228 197503 1 001
Daftar Isi Halaman Sambutan Bupati Kabupaten Kepulauan Anambas............................
i
Sambutan Kepala BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Anambas............
iii
Kata Pengantar...........................................................................
v
Daftar Isi ...................................................................................
vi
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
PENDAHULUAN ............................................................
1
1.1.
Latar Belakang ..................................................................
1
1.2.
Pengertian Pembangunan Manusia....................................
4
1.3.
Maksud dan Tujuan ...........................................................
5
1.4.
Nilai Manfaat .....................................................................
5
1.5.
Cakupan Isi........................................................................
6
METODOLOGI .............................................................
9
2.1.
Ruang Lingkup dan Sumber Data .....................................
9
2.2.
Metode Penghitungan.......................................................
10
2.3.
Tahapan Penghitungan.....................................................
12
2.4.
Komponen IPM dan Konsep .............................................
16
TINGKAT KESEHATAN PENDUDUK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS ............................................... 3.1. Derajat Kesehatan Penduduk (Angka Kematian dan Angka Harapan Hidup) .................................................... 3.2. Status Kesehatan Penduduk...............................................
18
19
3.3
Pemberian ASI dan Gizi Balita............................................
21
3.4.
Imunisasi............................................................................
21
3.5.
Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan........................................
23
TINGKAT PENDIDIKAN PENDUDUK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS ............................................... 4.1. Tingkat Pendidikan............................................................
28
4.2.
Tingkat Partisipasi Sekolah................................................
33
4.3.
Rata-rata Lamanya Sekolah................................................
38
4.4.
Fasilitas Pendidikan...........................................................
39
PEREKONOMIAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENDUDUK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS ............ 5.1. Perekonomian....................................................................
42
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas 2008
19
29
42
vi
BAB 6
5.2.
Tingkat Kesejahteraan dan Distribusi Pendapatan.............
46
5.3.
Perkembangan Penduduk Miskin......................................
48
INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS ................................................ 6.1. Indek Pembangunan Manusia............................................
50
6.2.
52
6.3.
50
Menerapkan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Kepualauan Anambas........................................................ Reduksi Shortfall................................................................
55
Lampiran ..................................................................................
56
Visualisasi Gambaran Kabupaten Kepulauan Anambas....................
80
1. Kesehatan................................................................................
80
2. Pendidikan...............................................................................
85
3. Ekonomi..................................................................................
95
Kuesioner ..................................................................................
105
DAFTAR PUSTAKA......................................................................
113
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas 2008
vii
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang Otonomi daerah yang dilaksanakan sejak 1 Januari 2001 memberikan
kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di daerah.
Untuk
mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah tersebut, kepada Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk mendayagunakan potensi keuangan daerah sendiri serta sumber keuangan lain, seperti perimbangan keuangan pusat dan daerah, yang berupa Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Selama lima tahun terakhir, DAU merupakan salah satu sumber pendapatan utama Pemerintah Daerah. Azas kesenjangan fiskal (fiscal gap) yang mendasari penghitungan DAU memerlukan dukungan data yang valid, akurat, dan terkini sehingga pembagian DAU ke daerah menjadi adil, proporsional, dan merata. Sehubungan dengan keperluan tersebut, Badan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
1
Pendahuluan Pusat Statisti (BPS)
sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam Undang –
Undang Nomor 16 tahun 1997 tentang statistik, diminta untuk menyediakan data yang akan digunakan dalam penghitungan DAU 2009 dengan kualifikasi seperti tersebut di atas.
Data tersebut adalah Jumlah Penduduk, Indeks
Pembangungan Manusia (IPM), Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), dan Produk
Domestik
Regional
Bruto
(PDRB)
tingkat
Propinsi
dan
Kabupaten/Kota di seluruh Indonsia Propinsi Kepulauan Riau. Salah satu komponen penting dalam rangka penyediaan data yang akan
digunakan
dalam
penghitungan
DAU
2009
adalah
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). IPM telah dihitung BPS sejak tahun 1993 dan masih merupakan exercise.
IPM yang dihasilkan pada tahun tersebut
disajikan hanya sampai tingkat propinsi. Untuk penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU) tahun 2010, digunakan IPM 2008. Kabupaten Kepulauan Anambas berdasarkan angka proyeksi untuk DAU pada tahun 2009 mempunyai jumlah penduduk sebesar 35.646 orang (Juni 2009). Nilai IPM Kabupaten Kepulauan Anambas cukup tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota di Indonesia yaitu sebesar 67,44 (kelompok menengah tinggi IPM 66 - 70), tetapi pada Provinsi Kepulauan Riau masih pada urutan terakhir (urutan ke-7). Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas mencapai 67,07 tahun. Ini mengandung arti bahwa bayi yang lahir pada tahun 2008 diperkirakan dapat mencapai usia antara 67 sampai 68 tahun. Sedangkan
angka
harapan
hidup
Provinsi
Kepulauan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
Riau
secara
2
Pendahuluan keseluruhan
mencapai
69,70
tahun,
sehingga
secara
umum
dapat
disimpulkan bahwa penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas mempunyai harapan hidup lebih pendek dibandingkan dengan harapan hidup penduduk Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan. Ini menunjukkan perlunya ditingkatkan pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Selain sehat, ternyata penduduk Kepulauan Anambas juga mempunyai tingkat pengetahuan yang masih rendah, hal ini dapat dilihat misalnya dari besarnya angka rata-rata lama sekolahnya, yaitu mencapai 5,25 tahun, atau secara umum dapat dikatakan bahwa penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas masih menduduki bangku sekolah sampai dengan kelas 6 SD, angka ini sangat rendah dibandingkan dengan rata-rata lamanya sekolah penduduk Provinsi Kepulauan Riau secara keseluruhan, yaitu hanya mencapai 8,94 tahun, atau mencapai kelas dua SLTP. Keberhasilan
pembangunan
manusia
di
Kabupaten
Kepulauan
Anambas diharapkan lebih dapat dipacu lagi, sehingga kemajuan sosial dan ekonomi dapat benar-benar dirasakan oleh seluruh masyarakat. Tantangan yang dihadapi oleh Pimpinan Daerah dan jajarannya untuk dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat cukup banyak, di antaranya jumlah penduduk miskin yang jumlahnya masih sekitar 73,7 ribu rumah tangga, wilayah geografisnya yang sangat luas dan berpulau-pulau, di mana luas daratannya hanya 4 persen sementara luas lautannya 96 persen. Tantangan tersebut akan dapat menjadi peluang yang sangat baik mengingat mulai bulan Maret 2007 ini seluruh kantor pemerintahan tingkat propinsi sudah
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
3
Pendahuluan mulai menunjukkan geliatnya di Kota Tanjung Pinang, ibukota Propinsi Kepulauan Riau, sehingga diharapkan seluruh program pemerintah tingkat satu dapat dijalankan dengan sempurna, didukung dengan tingkat kesehatan dan pengetahuan penduduknya yang sangat baik.
1.2.
Pengertian Pembangunan Manusia Pembangunan manusia adalah proses agar manusia mampu memiliki
lebih banyak pilihan dalam hal pendapatan, kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik dan sebagainya. Konsep Indeks Pembangunan Manusia adalah mengukur pencapaian keseluruh negara atau propinsi atau kabupaten/kota. Dengan demikian IPM mengukur pencapaian kemajuan pembangunan sosial dan ekonomi di negara atau propinsi tertentu. IPM direpresentasikan oleh 3 dimensi, yaitu umur panjang dan sehat (longevity), pengetahuan (knowledge) dan hidup yang layak (standard of living). Indikator yang digunakan untuk mengukur dimensi umur panjang dan sehat adalah angka harapan hidup.
Untuk mengukur dimensi
pengetahuan adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sedangkan dimensi kehidupan yang layak diukur dengan paritas daya beli (purchsing power parity/PPP).
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
4
Pendahuluan 1.3.
Maksud dan Tujuan Kegiatan ini dimaksudkan untuk menghitung angka IPM Kabupaten
Kepulauan Anambas, sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilan pembangunan
manusia
yang
dilakukan
oleh
Kabupaten
Kepulauan
Anambas. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dengan adanya peningkatan atau penurunan dari tahun ke tahun atas angka IPM. Peningkatan angka IPM berarti menunjukkan keberhasilan, sebaliknya stagnansi atau bahkan penurunan angka IPM menunjukkan ketidak berhasilan pembangunan manusia.
1.4.
Nilai Manfaat Hasil penghitungan IPM tingkat propinsi dan tingkat kabupaten/kota
di Propinsi Kepulauan Riau sangat bermanfaat bagi Pemerintah Daerah Propinsi Kepulauan Riau dan Pemerintah Kabupaten/Kota, utamanya yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan manusia yang meliputi tiga aspek, yaitu pendidikan, kesehatan, dan kemampuan daya beli. Selain itu angka IPM dapat digunakan untuk memperoleh perkiraan besarnya dana alokasi umum yang akan diterima oleh Pemerintah Daerah. Dari sisi perencanaan pembangunan, angka IPM yang semakin tinggi menunjukkan keberhasilan di dalam pembangunan sumber daya manusia, sebaliknya angka IPM yang semakin rendah menunjukkan kekurang berhasilan di dalam pembangunan sumber daya manusia.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
5
Pendahuluan Dana alokasi umum yang tinggi yang diperoleh dari besaran nilai IPM yang rendah mestinya justru disikapi oleh Pemerintah Daerah untuk sangat berhati-hati.
Jika dalam jangka waktu menengah, misalnya 5 tahun,
pemerintah daerah tidak dapat meningkatkan nilai IPM berarti pemerintah daerah tersebut telah gagal dalam upaya pembangunan sumber daya manusianya. Sebaliknya jika dalam waktu tersebut pemerintah dapat meningkatkan nilai IPMnya, maka pemerintah daerah tersebut berhasil atau sangat berhasil dalam melakukan upaya pembangunan sumber daya manusia, walaupun itu berarti porsi dana alokasi umum yang diterima menjadi lebih sedikit.
1.5.
Cakupan Isi Buku Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kepulauan
Anambas 2008 tahun anggaran 2009 disusun atas enam bab, yang didahului dengan Bab pertama yang menerangkan tentang latar belakang disusunnya buku ini dan diuraikan pula pengertian pembangunan manusia, maksud dan tujuan disusunnya buku ini, nilai manfaat dari buku ini serta cakupan isi. Bab kedua menerangkan metodologi yang digunakan di dalam penyusunan buku ini, antara lain menerangkan tentang ruang lingkup dan sumber data utama yang digunakan untuk penghitungan indikator-indikator yang terkait dengan masalah kesehatan, pendidikan, dan kemampuan daya beli, serta indeks pembangunan manusia. Selain itu, di dalam bab dua ini
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
6
Pendahuluan juga disajikan tahapan penghitungan IPM, konsep-konsep dan komponen IPM. Bab ketiga menyoroti beberapa indikator yang berkaitan dengan masalah kesehatan, di antaranya adalah angka kematian bayi dan angka harapan hidup yang digunakan untuk mengetahui derajat kesehatan penduduk, selain itu diulas pula tentang status kesehatan penduduk yang di antaranya dapat dikemukakan berdasarkan besar kecilnya angka kesakitan, rata-rata lamanya sakit.
Di dalam bab ini juga di bahasa mengenai
pemanfaatan fasilitas kesehatan, baik itu berupa berobat sendiri menurut jenis atau cara pengobatannya, maupun berobat jalan ke berbagai fasilitas kesehatan. Hal penting lainnya yang dibahas dalam bab tiga adalah tentang keadaan bayi atau balita, yaitu dengan menerangkan rata-rata lamanya (bulan) balita disusui, status gizi balita, serta imunisasi yang diberikan kepada mereka. Bab keempat membahas beberapa indikator yang berkaitan dengan masalah pendidikan, di antaranya adalah tingkat melek huruf yang merupakan ukuran yang sangat mendasar yang berkaitan dengan tingkat pendidikan, juga dibahas tentang tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan sebagai barometer untuk mengetahui kualitas mutu sumber daya manusia. Selain itu, dibahas pula tingkat partisipasi sekolah dari anak-anak usia sekolah menurut jenjang pendidikan sekolah dasar, lanjutan tingkat pertama, dan lanjutan tingkat atas. Rata-rata lama sekolah yang merupakan salah satu indikator kunci di dalam penyusunan IPM juga dibahas di dalam bab keempat ini.
Selain itu untuk mengetahui seberapa besar peranan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
7
Pendahuluan sekolah
dan
guru
untuk
dapat
turut
serta
mensukseskan
upaya
pembangunan di bidang pendidikan juga dibahas di sini, utamanya yang berkaitan dengan rasio murid guru dan rasio murid sekolah. Bab kelima menerangkan perkembangan perekonomian di Kabuaten Kepulauan Anambas dari tahun 2007 sampai tahun 2008, dalam hal ini dikemukakan besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, baik dengan migas maupun tanpa migas, di sini di ulas pula laju pertumbuhan ekonomi di Propinsi Kepulauan Riau maupun peranan beberapa sektor di dalam menentukan naik turunnya nilai PDRB.
Selain itu dibahas pula tingkat
kesejahteraan penduduk yang dicerminkan dari besarnya kemampuan daya beli penduduk dan dilihat pula ada tidaknya ketimpangan di dalam distribusi pendapatan penduduk dengan menggunakan kriteria bank dunia maupun angka gini ratio. Pada bagian terakhir dari bab ini disampaikan pula sisi lain dari pada keberhasilan perekonomian di Kabupaten Kepulauan Anambas, yaitu ketidakberhasilan yang utamanya disoroti dengan masih cukup tingginya penduduk atau rumah tangga miskin. Bab keenam menerangkan inti dari pada disusunnya buku ini, yaitu Indeks Pembangunan Manusia, baik angka propinsi maupun kabupaten/kota dan dilihat pula perkembangannya selama 2007 sampai 2008. Di dalam bab ini diterangkan pula bagaimana penerapan IPM di Kabupaten Kepulauan Anambas.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
8
Metodologi
2.1. Ruang Lingkup dan Sumber Data Penyusunan IPM Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2008, di samping menyajikan data IPM tingkat Kabupaten, juga disajikan beberapa gambaran yang terkait per Kecamatan. Sumber data yang digunakan untuk menghitung IPM utamanya adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Untuk IPM 2008 data yang digunakan meliputi Susenas Kor 2008, Supas 2005, Susenas Modul Konsumsi 2008, dan IHK 2008.
Susenas Kor 2008 digunakan untuk
menghitung indikator seperti Angka Melek Huruf (AMH), Rata – rata Lama Sekolah (MYS) dan pengeluaran per kapita per bulan, sedangkan data Supas 2005 digunakan untuk menghitung Angka Harapan Hidup (e0), Selanjutnya Susenas Modul Konsumsi 2008 digunakan untuk menghitung daya beli yang didasarkan pada 27 komoditi. Indeks Harga Konsumen (IHK) 2008 digunakan
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008
9
Metodologi untuk men-deflate harga implisit dari 27 komoditi pada Susenas Modul Konsumsi 2008 untuk memperoleh harga pada kondisi tahun 2008. Selain itu juga didukung oleh observasi lapangan pada tahun 2009 serta data primernya.
2.2. Metode Penghitungan •
Angka Harapan Hidup dihitung dengan menggunakan paket program MORTPACK (metode Trussel dengan model West), dengan input Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH).
•
Angka Melek Huruf, menghitung proporsi penduduk yang dapat membaca dan menulis
•
Rata-rata Lama Sekolah, menghitung rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan penduduk untuk menjalani sekolah
•
Paritas Daya Beli, dengan proses penghitungan sbb: 1. Y : Pengeluaran per kapita 2. Y1 : Y + (Y*20%) 3. Y2 : Nilai Riil Y1 Î deflasi, IHK 4. PPP Î didasarkan 27 komoditi (lihat tabel 2.2) PPP = [∑E (i,j) ] / [ ∑ P(9,j)Q (i,j) ]
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008
10
Metodologi Di mana : E (i,j) : Pengeluaran untuk komoditi j di propinsi i P(i,j) : Harga komoditi j di Jakarta Selatan Q (i,j) : Volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di provinsi i 5. Y3 : Y2/PPP 6. Y4 : Menghitung nilai Y3 dengan formula Atkinson Formula Atkinson C(i)* = C (i)
; jika C (i) < Z
= Z + 2[(C (i) – Z] ½
: jika Z < C (i) < 2 Z
= Z + 2(Z) ½
; jika 2Z < C (i) < 3 Z
+ 3 (C (i) - 2 Z) 1/3
= Z + 2 (Z) ½ + 3 (Z) 1/3 + 4 (C(i) – 3 Z) ¼ ; jika 3 Z < C (i) < 4 Z C (i) = PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita Z
= Batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar Rp 549.500,- per kapita per tahun atau Rp 1.500,- per kapita per hari.
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008
11
Metodologi 2.3. Tahapan Penghitungan Untuk menghitung IPM, maka setiap komponen dihitung indeksnya. Formula penghitungannya sebagai berikut : Indeks X(i,j) = [X (i,j) – X (i – min) ] / [ X (i – maks) – X (i – min) ] Di mana : X(i,j)
= komponen ke-i dari daerah j
X (i – min)
= nilai minimum dari Xi
X (i – maks)
= nilai maksimum dari Xi Î standar UNDP
Î standar UNDP
Dengan menggunakan formula di atas, Indeks Lama Hidup, Indeks Pendidikan, Indeks Daya Beli dapat dihitung. Nilai minimum dan maksimum merupakan angka standar UNDP (United Nations for Development Programe). •
Indeks Lamanya Hidup Indeks X1 = (X1 – 25)/(85-25)
•
Indeks Pendidikan terdiri dari dua komponen : Melek Huruf (persen)
Î diberi bobot 2/3
Rata-rata Lama Sekolah
Î diberi bobot 1/3
Indeks X2 = [2/3(Indeks Melek Huruf)] + [1/3 Indeks Rata2 Lama Sekolah)]
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008
12
Metodologi •
Indeks Pengeluaran Riil Indeks X3 = (Y4-360)/(732,72-300)
•
Nilai IPM dapat dihitung sebagai : IPM = 1/3 [ Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3 ]
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008
13
Metodologi Tabel 2.1. Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM Komponen IPM
Nilai Maksimum
Nilai Minimum
Angka Harapan Hidup
85
25
Standar UNDP
Angka Melek Huruf
100
0
Standar UNDP
Rata-rata Lama Sekolah
15
0
UNDP
Keterangan
menggunakan
combined gross enrollment ratio
Daya Beli
732 720
360 000
UNDP menggunakan PDRB riil per kapita yang telah disesuaikan
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008
14
Metodologi Tabel 2.2. Daftar Paket Komoditi Yang Digunakan Dalam Penghitungan PPP Unit
Proporsi dari Total Konsumsi
1. Beras Lokal
Kg
7,25
2. Tepung Terigu
Kg
0,10
3. Singkong
Kg
0,22
4. Tuna/Cakalang
Kg
0,50
5. Teri
Ons
0,32
6. Daging Sapi
Kg
0,78
7. Ayam
Kg
0,65
8. Telur
Butir
1,48
397 gram
0,48
10. Bayam
Kg
0,30
11. Kacang panjang
Kg
0,32
12. Kacang tanah
Kg
0,22
13. Tempe
Kg
0,79
14. Jeruk
Kg
0,39
15. Pepaya
Kg
0,18
16. Kelapa
Butir
0,56
17. Gula
Ons
1,61
18. Kopi
Ons
0,60
19. Garam
Ons
0,15
20. Merica
Ons
0,13
80 gram
0,79
10 Batang
2,86
Kwh
2,06
M3
0,46
25. Bensin
Liter
1,02
26. Minyak tanah
Liter
1,74
27. Sewa rumah
Unit
11,56
Komoditi
9. Susu kental manis
21. Mie instan 22. Rokok kretek 23. Listrik 24. Air minum
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008
15
Metodologi 2.4. Komponen IPM dan Konsep • Angka Harapan Hidup pada waktu lahir (e0) : Perkiraan lama hidup ratarata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur • Angka Melek Huruf Penduduk dewasa : Proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya • Rata-rata Lama Sekolah : Rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani • Indeks Pendidikan : Indeks ini didasarkan pada kombinasi antara angka melek huruf di kalangan penduduk dewasa dan rata-rata lama sekokah • Paritas daya Beli (Purchasing Power Parity = PPP) : Memungkinkan dilakukan perbandingan harga-harga riil antar propinsi dan antar kabupaten/kota mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang terukur dari konsumsi per kapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah di suatu provinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung berdasarkan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan utilitas marginal yang dihitung dengan formula atkinson.
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008
16
Metodologi • Reduksi Shortfall : mengukur keberhasilan dipandang dari jarak antara yang dicapai terhadap kondisi ideal (IPM = 100). Nilai reduksi shortfall yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Pengukuran ini didasarkan asumsi, laju perubahan tidak bersifat linier, tetapi laju perubahan cenderung melambat pada tingkat IPM yang lebih tinggi.
Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008
17
Kesehatan
Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk dengan menggunakan indikator utama angka kematian bayi dan angka harapan hidup. Aspek penting lainnya yang turut mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan yang antara lain diukur melalui angka kesakitan dan status gizi. Sementara untuk melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan dan jenis pengobatan yang dilakukan. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan dan memelihara mutu pelayanan kesehatan perlu mendapat perhatian utama.
Upaya tersebut antara lain melalui pemberdayaan sumber daya
manusia secara berkelanjutan dan pengadaan atau peningkatan sarana dan prasarana dalam bidang medis tertentu, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
18
Kesehatan 3.5.
Derajat Kesehatan Penduduk (Angka Kematian dan Angka Harapan Hidup) Angka harapan hidup penduduk merupakan salah satu indikator
derajat kesehatan masyarakat. Semakin tinggi angka harapan hidup suatu wilayah menunjukkan semakin tinggi derajat kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kepulaua Anambas pada tahun 2008 adalah 67,07 tahun. Ini berarti bahwa bayi yang lahir pada tahun 2008 diperkirakan akan dapat hidup selama 67,07 tahun dengan syarat besarnya kematian atau kondisi kesehatan yang ada tidak berubah.
Angka harapan hidup ini lebih rendah dibandingkan angka
harapan hidup penduduk di Provinsi Kepulauan Riau.
Tabel 3.1. Perkembangan Angka Harapan Hidup di Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun 2007 dan 2008
Angka Harapan Hidup (tahun)
2007
2008
(1)
(2)
(3)
69,6
69,7
Kepulauan Riau Kepulauan Anambas
67,1
Sumber : BPS, Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2007 dan 2008
3.5.
Status Kesehatan Penduduk Informasi tentang status kesehatan penduduk dapat memberikan
gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk, informasi tersebut di antaranya dapat dilihat melalui indikator angka kesakitan, yaitu persentase Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
19
Kesehatan penduduk yang mengalami gangguan kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama sebulan sebelum kegiatan pencacahan Survei Sosial Ekonomi Nasional. Tabel 3.2. menunjukkan bahwa persentase penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang mengalami keluhan kesehatan dan merasa terganggu aktivitas sehari-harinya pada tahun 2008 adalah sebesar 28,32 persen. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, ternyata angka kesakitan penduduk yang tinggal di daerah pedesaan (29,01 persen), persentasenya relatif lebih banyak dibandingkan mereka yang tinggal di daerah perkotaan (26,25 persen).
Tabel 3.2. Angka Kesakitan dan Rata2 Lamanya Sakit, Tahun 2008 Keterangan (1)
(3)
Perkotaan+ Perdesaan (4)
Perkotaan Perdesaan (2)
Angka Kesakitan
26,25
29,01
28,32
Rata2 Lama Sakit (hari)
6,27
5,83
5,93
Sumber :
Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 dan 2008
Diantara mereka yang terganggu kesehatannya, rata-rata lamanya sakit penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas adalah selama 5,93 hari, penduduk di daerah perkotaan rata-rata lamanya sakit sedikit lebih lama, yaitu 6,27 hari dibandingkan penduduk di daerah perdesaan, di mana ratarata lamanya sakit hanya 5,83 hari.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
20
Kesehatan 3.5.
Pemberian ASI dan Gizi Balita Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling penting bagi
pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena selain mengandung nilai gizi yang cukup tinggi juga mengandung zat kekebalan tubuh terhadap penyakit. Oleh karena itu, semakin lama seorang anak disusui akan semakin baik tingkat pertumbuhan dan kesehatannya. Pada tahun 2008, rata-rata lamanya balita disusui adalah 13,95 bulan, untuk balita yang tinggal di daerah pedesaan relatif lebih lama disusui, yaitu 15,16 bulan dibandingkan dengan balita di daerah perkotaan yang disusui rata-rata selama 9,43 bulan. Pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan sangat penting bagi bayi sampai dengan usia 6 bulan, hal tersebut dikenal dengan istilah ASI eksklusif. Dari hasil pengolahan data Survei Sosial Ekonomi Nasional pada tahun 2008 dapat diketahui bahwa balita yang hanya diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan adalah selama 5,00 bulan, ini berarti penerapan ASI Ekslusif hampir terpenuhi dengan baik. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal nampak bahwa bayi di daerah perdesaan sedikit lebih lama diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan (5,11 bulan) dibandingkan dengan bayi yang tinggal di daerah perkotaan (4,57 bulan).
3.4. Imunisasi Untuk mencegah berbagai penyakit menular pemerintah memberikan beberapa antigen untuk balita dan anak-anak.
Adapun antigen yang
dianggap penting adalah BCG, DPT, Polio, dan Campak serta Hepatitis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
21
Kesehatan untuk mencegah penyakit yang biasanya menyerang anak-anak yang diduga dapat menyebabkan kematian pada bayi. Imunisasi sangat penting bagi upaya pencegahan bayi atau balita terkena beberapa penyakit tertentu, semakin besar persentase balita yang pernah diimunisasi maka diharapkan akan semakin baik pula tingkat atau derajat kesehatan bayi atau balita.
Pada tahun 2008, balita di Kabupaten Kepulauan Anambas yang
pernah diimunisasi ada sebanyak 86,97 persen, artinya ada sekitar 13,07 persen balita yang belum pernah diimunisasi, padahal Pemerintah melalui Program bulan PIN Gratis telah mewajibkan orang tua untuk membawa balitanya untuk diimunisasi secara gratis. Masih adanya balita yang belum pernah diimunisasi diduga karena sulitnya akses masyarakat yang tinggal di pulau-pulau terpencil untuk membawa balitanya ke posyandu atau karena adanya keengganan dari sebagian orang tua untuk memberikan imunisasi kepada balitanya dikarenakan takut balitanya menjadi sakit. Dari Tabel 3.6. juga dapat dilihat bahwa balita di daerah pedesaan relatif lebih banyak yang tidak pernah diimunisasi, yaitu 9,6 persen dibandingkan balita di daerah perkotaan, 4,2 persen.
Tabel 3.3. Persentase Balita Yang Pernah Diimunisasi Menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2008 Jenis Kelamin (1) Laki-Laki
Perkotaan (2)
Perdesaan
Perkotaan+ Perdesaan
(3)
(4)
100,00
90,63
91,89
Perempuan
85,71
80,95
82,14
Laki2+Perempuan
90,66
86,09
86,97
Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
22
Kesehatan 3.5.
Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Untuk mewujudkan peningkatan derajat dan status kesehatan
penduduk, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor penentu utama. Puskesmas dan puskesmas pembantu merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat dijangkau oleh penduduk yang tinggal di pelosok. Hal penting lainnya adalah ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi yang diupayakan agar persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya).
Pada tahun 2008, terdapat 82,09 persen persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan, namun terdapat perbedaan yang mencolok antara daerah perkotaan dan pedesaan, untuk daerah perkotaan terdapat 100 persen persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, namun di daerah pedesaan hanya 77,79 persen persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, hal ini karena masih banyaknya persalinan yang ditolong oleh dukun tradisional dan lainnya, yaitu mencapai 22,21 persen. Kesadaran di dalam meminta pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dokter, bidan atau tenaga kesehatan lainnya sangat penting dalam upaya mencegah menurunnya angka kematian ibu, di daerah perkotaan persalinan yang ditolong oleh dokter mencapai 32,53 persen sedangkan di daerah pedesaan baru mencapai sepertiganya, atau hanya 11,68 persen. Sedangkan persalinan yang ditolong oleh bidan, antara daerah perkotaan dan pedesaan persentasenya cukup berbeda jauh, yaitu 67,47 persen untuk di daerah perkotaan dan 52,20 persen untuk daerah pedesaan.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
Peran
23
Kesehatan tenaga kesehatan lainnya di daerah pedesaan cukup menonjol, yaitu sekitar 13,91 persen dibandingkan di daerah perkotaan, yaitu 0 persen. Tabel 3.4. Distribusi Persentase Bayi Menurut Penolong Persalinan Bayi Tahun 2008 Penolong Persalinan
Perkotaan
Perdesaan
(1)
(2)
(3)
Tenaga Kesehatan
Perkotaan + Perdesaan (4)
100,00
77,79
82,09
•
Dokter
32,53
11,68
15,71
•
Bidan
67,47
52,20
55,15
•
Nakes Lainnya
0,00
13,91
11,23
0,00
22,21
17,91
Bukan Tenaga Kesehatan •
Dukun Tradisional
0,00
18,31
14,78
•
Lainnya
0,00
3,90
3,13
Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008
Pada tahun 2008 banyaknya dokter di Kabupaten Kepulauan Anambas 11 orang orang, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk maka setiap 10 000 penduduk baru bisa dilayani oleh 3,28 orang dokter (jumlah penduduk tahun 2008 adalah sekitar 35 ribu orang). Demikian pula jumlah puskesmas sebanyak 28 buah termasuk puskesmas pembantu. Disamping itu juga Kabupaten Kepulauan baru memiliki 1 rumah sakit di Kecamatan Palmatak.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
24
Kesehatan Tabel 3.5. Indikator Ketersediaan Berbagai Sarana Kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun 2008 Tenaga/Sarana Kesehatan
2008
(1)
(2)
Jumlah dokter Jumlah dokter per 10.000 penduduk
11 3,28
Jumlah puskesmas*)
28
Jumlah rumah sakit
1
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas, 2008 Keterangan : *) termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling
Penduduk yang mengalami gangguan kesehatan pada umumnya melakukan upaya pengobatan, baik dengan berobat sendiri maupun berobat jalan.
Tabel 3.6. menyajikan data persentase penduduk yang
berobat sendiri menurut jenis pengobatan. Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang mengalami gangguan kesehatan yang berobat sendiri ada sebanyak 68,65 persen. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, penduduk di daerah perkotaan sedikit lebih banyak yang berobat sendiri, yaitu 68,98 persen dibandingkan mereka yang tinggal di daerah pedesaan, di mana persentasenya hanya mencapai 68,56 persen. Secara umum, ada sebanyak 89,71 persen penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang berobat sendiri dengan cara pergi ke pengobatan modern, terlihat ada perbedaan yang cukup besar antara mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan. Sebanyak 100 persen penduduk di daerah perkotaan yang mempunyai keluhan kesehatan berobat sendiri ke pengobatan modern, sedang mereka yang tinggal di daerah pedesaan sebanyak 86,72 persen. Sebaliknya, mereka yang tinggal
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
25
Kesehatan di daerah pedesaan lebih besar yang berobat ke pengobatan tradisional, yaitu 31,07 persen dibandingkan mereka yang tinggal di perkotaan, 23,57 persen. Tabel 3.6. Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri Menurut Jenis PengobatanYang Digunakan, Tahun 2008 Jenis Pengobatan
Perkotaan
Pedesaan
(1)
(2)
(3)
Modern
Perkotaan+ Perdesaan (4)
100,00
86,72
89,71
Tradisional
23,57
31,07
29,38
Lainnya
19,74
16,07
16,89
Modern + Tradisional
23,57
17,79
19,09
Modern + Lainnya
19,74
11,64
13,46
Tradisional + Lainnya
19,74
16,07
16,89
Modern + Tradisional + Lainnya
19,74
11,64
13,46
Persentase Penduduk Berobat Sendiri
68,98
68,56
68,65
Sumber :
Yang
Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008
Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2008, dari penduduk yang mengeluh sakit di Kabupaten Kepulauan Anambas, hanya 38,20 persen penduduk yang melakukan berobat jalan. Jika dilihat menurut urutan paling banyak, yang paling besar persentasenya adalah mereka yang berobat jalan ke tenaga praktek kesehatan (49,43 persen), disusul oleh mereka yang berobat jalan ke puskesmas (23,53 persen). Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, penduduk perkotaan paling banyak berobat jalan ke puskesmas, sedangkan penduduk perdesaan paling banyak berobat jalan tenaga praktek kesehatan, banyak juga yang berobat jalan ke puskesmas dan ke rumah sakit.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
26
Kesehatan Tabel 3.10. Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat, Tahun 2007 dan 2008 Tempat Berobat
Perkotaan
Perdesaan
(1)
(2)
(3)
Perkotaan + Perdesaan (4)
Rumah Sakit
0,00
9,10
7,46
Praktek Dokter
2,57
0,27
0,68
Puskesmas
57,34
16,26
23,53
Petugas Kesehatan
36,72
52,17
49,43
Pengobatan Tradisional
0,00
17,90
14,73
Dukun
0,00
0,00
0,00
Lainnya
3,37
4,33
4,16
30,56
40,41
38,20
Berobat jalan
Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
27
Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik
sebagai
subyek sekaligus sebagai obyek dalam membangun kehidupan yang lebih baik.
Mengingat pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pembangunan di bidang pendidikan meliputi pembangunan pendidikan secara formal maupun non formal. Pembangunan di bidang pendidikan memerlukan peran serta yang aktif tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat. Karena belum semua anak Indonesia dapat menikmati kesempatan pendidikan dasar, antara lain karena faktor kemiskinan keluarga. Sebagai upaya untuk menumbuhkan, meningkatkan,
dan
mengembangkan
kepedulian
masyarakat
dalam
pembangunan pendidikan, antara lain terlihat dari Gerakan Nasional Orang Tua
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
28
Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Asuh (GNOTA), yang menghimpun dana dari masyarakat untuk membantu keluarga miskin agar anak mereka tetap memperoleh pendidikan. Titik berat pendidikan formal adalah peningkatan mutu pendidikan dan perluasan pendidikan dasar. Selain itu, ditingkatkan pula kesempatan belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya dilakukan pemerintah, misalnya dengan meningkatkan sarana dan pra sarana pendidikan, perbaikan kurikulum, bahkan semenjak tahun 1994 pemerintah juga telah melaksanakan program wajib belajar 9 tahun. Untuk mendukung hal ini, melalui Program BOS, disalurkan dana langsung ke sekolah (baik SD maupun SLTP) dengan maksud peserta didik dibebaskan dari kewajiban membayar uang sekolah demi tercapainya program wajar 9 tahun. Sehingga nantinya dengan semakin lamanya usia wajib belajar diharapkan tingkat pendidikan anak akan semakin membaik, dan tentunya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan penduduk.
4.1. Tingkat Pendidikan Ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan, adalah kemampuan baca-tulis penduduk dewasa. Kemampuan baca tulis tercermin dari data angka melek huruf, dalam hal ini merupakan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Persentase penduduk dewasa yang dapat membaca dan menulis huruf latin tahun 2008 di Kabupaten Kepulauan Anambas mencapai 89,72 persen,
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
29
Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas artinya ada sebanyak 10,28 persen penduduk dewasa di Kabupaten Kepulauan Anambas yang buta huruf.
Angka melek huruf ini berbeda menurut jenis
kelamin dan kelompok umur. Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa angka melek huruf penduduk dewasa laki-laki mencapai 92,25 persen, sedangkan angka melek huruf penduduk dewasa perempuan tidak berbeda jauh dengan penduduk dewasa laki-laki hanyalah 87,26 persen. Ini berarti bahwa angka buta huruf penduduk dewasa perempuan jauh lebih banyak dibandingkan angka buta huruf penduduk dewasa laki-laki, yaitu 12,74 persen untuk perempuan dan 7,75 persen untuk laki-laki. Kemudian kalau dilihat menurut kelompok umur, ternyata angka melek huruf untuk penduduk usia muda cenderung mendekati seratus persen, sebaliknya angka melek huruf penduduk usia tua cenderung jauh dari angka seratus, misalnya angka melek huruf penduduk usia 15 – 19 tahun mencapai 100,00 persen sedangkan angka melek huruf penduduk usia 50 tahun atau lebih hanya 83,27 persen, artinya kecenderungan buta huruf lebih menonjol pada penduduk usia tua, dibandingkan penduduk usia muda. Angka melek huruf selain berbeda menurut jenis kelamin dan kelompok umur, ternyata tidak berbeda nyata menurut daerah tempat tinggal. Untuk penduduk dewasa yang tinggal di daerah perkotaan, angka melek hurufnya sedikit lebih rendah dibandingkan penduduk dewasa yang tinggal di daerah pedesaan. Dari Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa angka melek huruf penduduk dewasa yang tinggal di daerah perkotaan mencapai 89,03 persen, sementara
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
30
Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas untuk mereka yang tinggal di daerah pedesaan angka melek hurufnya mencapai 89,82 persen. Kemudian jika dilihat khusus untuk penduduk pada usia 50 tahun atau lebih, angka melek hurufnya adalah sebesar 81,52 persen untuk di daerah perkotaan dan 84,28 persen untuk di daerah pedesaan, atau dapat dikatakan bahwa angka buta huruf untuk penduduk usia 50 tahun atau lebih adalah 18,48 persen di daerah perkotaan dan 15,72 persen di daerah pedesaan. Tabel 4.1. Angka Melek Huruf menurut Kelompok Umur, Tahun 2008 Kelompok Umur (1)
Perkotaan
Perdesaan
(2)
(3)
Perkotaan + Perdesaan (4)
15 – 19
100,00
100,00
100,00
20 – 24
83,02
98,26
96,12
25 – 34
100,00
96,61
97,20
35 – 49
83,18
77,57
79,08
50 +
81,52
84,28
83,27
Jumlah
89,03
89,82
89,62
Laki-Laki
95,01
91,41
92,25
Perempuan
84,46
88,32
87,26
Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
31
Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Gambaran mengenai mutu sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk berusia 10 tahun ke atas. Dari Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa hanya 22,32 persen penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tamat pendidikan SLTP atau pendidikan yang lebih tinggi, namun jika dibedakan menurut daerah tempat tinggal, nampak bahwa mutu sumber daya manusia di daerah pedesaan relatif masih rendah, yaitu terbukti di mana penduduk usia 10 tahun ke atas yang menamatkan pendidikan SLTP atau pendidikan yang lebih tinggi hanyalah mencapai 18,34 persen,
walaupun
untuk
mereka
yang
tinggal
di
daerah
perkotaan
persentasenya mencapai 33,64 persen. Tabel 4.2. Persentase Penduduk 10 tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2008 Tingkat Pendidik
Perkotaan
Perdesaan
(1)
(2)
(3)
Tidak/Belum Pernah Sekolah
Perkotaan + Perdesaan (4)
9,32
9,11
9,17
21,80
36,05
32,35
Sekolah Dasar
35,23
36,50
36,17
SLTP
15,45
9,21
10,83
Sekolah Menengah Tingkat Atas
13,74
7,39
9,04
Diploma I/II
0,00
0,21
0,16
Diploma Muda
1,95
0,00
0,51
2,50
1,53
1,78
33,64
18,34
22,32
Tidak/Belum SD
Tamat
III/Sarjana
Diploma IV/S1/S2/S3 SLTP +
Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 dan 2008
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
32
Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Jika ditinjau menurut tingkat pendidikannya, penduduk usia 10 tahun ke atas di daerah pedesaan yang tamat SLTA hanya 7,39 persen, walaupun untuk mereka yang tinggal di daerah perkotaan telah mencapai 13,74 persen. Demikian pula untuk mereka yang tamat pendidikan Diploma I/II dan pendidikan lainnya yang lebih tinggi tingkatannya, untuk daerah pedesaan baru mencapai 0,21 persen. Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas relatif masih rendah, dan tingkat pendidikan penduduk di daerah perkotaan lebih baik dibandingkan mereka yang tinggal di daerah pedesaan.
4.2. Tingkat Partisipasi Sekolah
Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu yang dikenal dengan istilah angka partisipasi sekolah (APS). Makin tinggi angka partisipasi sekolah menunjukkan adanya keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan, utamanya yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan. APS memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak kelompok umur tertentu yang sedang bersekolah, tanpa memperhatikan jenjang pendidikan yang sedang diikuti. APS biasanya diterapkan untuk kelompok umur sekolah jenjang pendidikan SD (7 – 12 tahun), SLTP (13 – 15 tahun), dan SLTA (16 – 18 tahun).
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
33
Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Angka partisipasi sekolah anak-anak usia 7 – 12 tahun pada tahun 2008 pada umumnya belum mencapai angka 100 persen dan terlihat perbedaan mencolok antara mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan, sedangkan antara laki-laki dan perempuan terlihat cenderung tidak berbeda nyata untuk perempuan (97,75 persen) dibandingkan untuk laki-laki (95,73 persen). Demikian pula angka partisipasi sekolah untuk anak-anak usia 13 – 15 tahun secara umum belum tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kelompok 7-12 tahun, yaitu mencapai 92,37
persen, dan jika dibedakan
menurut jenis kelamin, perempuan usia 13 – 15 tahun lebih rendah angka partisipasi sekolahnya dibandingkan laki-laki pada usia yang sama. Namun jika dibedakan menurut daerah tempat tinggal, angka partisipasi sekolah anak-anak usia 13 – 15 tahun di daerah perkotaan (92,99 persen) tidak berbeda nyata dibandingkan mereka yang tinggal di daerah pedesaan (91,89 persen). Perbedaan tersebut cukup terlalu signifikan untuk perempuan dibandingkan laki-laki. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
34
Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 4.3. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah dan Daerah Tempat Tinggal, Tahun 2008 Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(4)
7– 12
13-15
16–18
Sumber :
Laki-Laki
100,00
94,28
95,73
Perempuan
100,00
97,12
97,75
Laki2+Perempuan
100,00
95,71
96,72
Laki-Laki
100,00
100,00
100,00
Perempuan
87,80
81,82
84,81
Laki2+Perempuan
92,99
91,89
92,37
Laki-Laki
66,67
75,00
73,33
Perempuan
83,33
90,00
87,50
Laki2+Perempuan
78,54
82,62
81,40
Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008
Di sisi lain, angka partisipasi sekolah anak-anak usia 16 – 18 tahun ternyata masih relatif baik, yaitu hanya 81,40 persen. Ini berarti ada sebanyak 18,60 persen anak-anak usia 16 – 18 tahun yang tidak memanfaatkan fasilitas pendidikan.
Bahkan jika dibedakan menurut jenis kelamin, ternyata angka
partisipasi sekolah anak-anak usia 16 – 18 tahun lebih rendah untuk laki-laki (73,33 persen) dibandingkan perempuan. Ini berarti anak perempuan usia 16 – 18 tahun jauh lebih rendah persentasenya yang tidak memanfaatkan fasilitas pendidikan dibandingkan laki- laki. Jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, ternyata angka partisipasi sekolah anak laki-laki usia 16 – 18 tahun di daerah perkotaan mencapai 66,67 persen dibandingkan untuk anak perempuan usia yang relatif sama yaitu sebesar 50,00 persen di daerah pedesaan.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
35
Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Untuk dapat mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat pada waktunya dapat digunakan angka partispasi murni (APM), di mana angkanya dapat dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan, yaitu SD (usia 7 – 12 tahun), SLTP (usia 13 – 15 tahun), dan SLTA (usia 16 – 18 tahun). Secara umum, angka partisipasi murni lebih rendah dibandingkan angka partisipasi sekolah, hal ini karena pembilangnya lebih kecil sementara penyebutnya sama. APM membatasi usia murid sesuai dengan usia sekolah, jenjang pendidikan sehingga angkanya lebih kecil. Nilai APM yang mendekati 100 persen menunjukkan hampir semua penduduk bersekolah dan tepat waktu sesuai dengan usia sekolah jenjang pendidikannya. Pada saat ini Pemerintah telah melaksanakan program wajib belajar 9 tahun dan sudah mulai pencanangan wajib belajar 12 tahun, sasaran dari program tersebut adalah anak-anak usia 7 – 12 tahun (SD) dan usia 13 – 15 tahun (SLTP). Sehingga dengan demikian, diharapkan partisipasi sekolahnya mencapai 100 persen.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
36
Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 4.4. Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan, Tahun 2008 Pendidikan dan Jenis Kelamin
Perkotaan
Pedesaan
Perkotaan + Perdesaan
(1)
(2)
(3)
(4)
SD
SLTP
SMA
Laki-Laki
91,85
94,28
93,66
Perempuan
79,33
97,12
93,25
Laki2+Perempuan
86,19
95,71
93,46
Laki-Laki
63,30
64,01
63,75
Perempuan
60,63
81,82
71,20
Laki2+Perempuan
61,76
71,96
67,49
Laki-Laki
66,67
50,00
53,33
Perempuan
16,67
50,00
37,50
Laki2+Perempuan
31,03
50,00
44,32
Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonoomi Nasional Tahun 2008
Secara umum, angka partisipasi murni anak-anak usia 7 – 12 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan sekolah dasar baru mencapai 93,46 persen, angkanya untuk anak laki-laki relatif sedikit lebih tinggi dibandingkan anak perempuan, yaitu 93,66 persen (laki-laki) dan 93,25 persen (perempuan). Namun jika dibedakan menurut daerah tempat tinggal, ternyata angka partisipasi murni anak-anak yang bersekolah pada jenjang pendidikan sekolah dasar di daerah pedesaan jauh lebih tinggi dibandingkan mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Perbedaan tersebut masih terjadi untuk anak-anak yang sekolah pada jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama, baik pada anak laki-laki maupun anak perempuan. Angka partisipasi murni anak laki-laki dan perempuan pada Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
37
Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas jenjang pendidikan SLTP lebih rendah untuk mereka yang tinggal di daerah perkotaan, dibandingkan untuk mereka yang tinggal di daerah pedesaan. Yang perlu mendapat perhatian khusus, adalah anak-anak yang bersekolah pada jenjang sekolah menengah atas, di mana wajib belajar belum menyentuh pada jenjang pendidikan ini, ternyata angka partisipasi murninya sangat rendah.
Secara umum, baru mencapai 44,32 persen, namun untuk
mereka yang tinggal di daerah pedesaan, angka partisipasi murninya relatif sama, yaitu hanya mencapai 50,00 persen untuk laki - laki dan untuk perempuan. Rendahnya angka partisipasi murni pada jenjang sekolah menengah utamanya di daerah pedesaan diduga terkait dengan minimnya sarana dan prasarana sekolah yang ada di daerah pedesaan, selain itu akses mereka ke fasilitas sekolah yang ada di daerah perkotaan mungkin juga relatif sulit, mengingat Kabupaten Kepulauan Anambas yang terdiri dari pulau-pulau yang cukup menyebar.
4.3. Rata-Rata Lama Sekolah Indikator lain untuk melihat tingkat pendidikan adalah rata-rata lama sekolah (dalam tahun) yang secara umum menunjukkan jenjang pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk usia 15 tahun ke atas. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2008, rata-rata lama sekolah penduduk di Kabupaten Kepulauan Anambas baru mencapai 5,25 tahun, berarti rata-rata baru sampai taraf pendidikan kelas enam Sekolah Dasar.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
38
Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas 4.4. Fasilitas Pendidikan Relatif tingginya angka partisipasi sekolah, khususnya untuk jenjang pendidikan SD dan SLTP tentunya harus diikuti dengan cukupnya fasilitas pendidikan, terutama mengenai daya tampung ruang kelas, sehingga program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah dapat berhasil dengan baik. Guna mengatasi kekurangan daya tampung, pemerintah menyiapkan
sarana
dan
prasarana
pendidikan,
seperti
menambah
pembangunan unit gedung baru dengan prioritas pada daerah yang angka partispasi sekolahnya masih rendah dan daerah terpencil, dan merehabilitasi gedung–gedung SD dan SLTP dengan prioritas gedung yang rusak berat serta mengangkat guru kontrak untuk ditempatkan pada sekolah yang kekurangan guru. Informasi tentang banyaknya sarana pendidikan, seperti gedung sekolah, tenaga pengajar, kelas, gedung perpustakaan, dan lain-lain digabung dengan informasi mengenai jumlah penduduk dapat menghasilkan suatu indikator yang informatif. Namun indikator ini tidak dapat mendeteksi kualitas dari pada sarana pendidikan yang ada, karena yang dihitung bersifat kuantitas yang dipakai untuk mengetahui apakah sarana pendidikan yang ada mencukupi atau tidak. Rasio murid guru, yang diperoleh dengan menghitung perbandingan antara jumlah murid pada suatu jenjang sekolah dengan jumlah sekolah yang bersangkutan, dapat digunakan untuk menggambarkan beban kerja dalam
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
39
Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas mengajar. Indikator ini juga dapat digunakan untuk melihat mutu pengajaran di kelas karena semakin tinggi nilai rasio berarti semakin berkurang tingkat pengawasan atau perhatian guru sehingga mutu pengajaran dapat dipastikan semakin rendah. Rasio murid terhadap sekolah yang besar pada jenjang SMU dimana satu sekolah rata-rata memiliki murid sebesar 201 siswa/sekolah SMU. Secara berjenjang ke pendidikan di bawahnya semakin rendah semakin kecil rasio antara murid dan sekolah. Untuk sekolah dasar rasio murid-sekolah rata-rata sebesar 85 siswa/sekolah SD, termasuk untuk sekolah taman kanak-kanak yang rasionya lebih kecil lagi. Selanjutnya jika dilihat rasio jumlah murid terhadap jumlah guru menunjukkan pola yang hampir sama dengan rasio jumlah murid terhadap sekolah, yakni semakin tinggi tingkat pendidikan rasio murid-guru akan semakin besar. Walaupun nampak untuk rasio murid sekolah dasar, SMP dan Taman Kanak Kanak cenderang sama. Secara lebih jelas gambaran rasio murid terhadap sekolah dan rasio murid terhadap guru dapat dilihat pada tabel berikut.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
40
Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 4.6. Rasio Murid – Guru dan Rasio Murid – Sekolah, Tahun 2006/2007 dan 2007/2008 Jenjang Pendidikan (1)
Rasio Pendidikan Rasio Murid Rasio Murid Sekolah Guru (2) (3)
Taman Kanak-Kanak
49
12
Sekolah Dasar
85
11
SLTP
119
12
SMU
201
17
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Anambas
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
41
Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas
5.1.
Perekonomian Tinjauan perekonomian yang dibahas di dalam sub bab ini adalah
meliputi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku, harga konstan tahun 2000 dan PDRB per kapita, di dalamnya termasuk laju pertumbuhan ekonomi dan share dari beberapa sektor lapangan usaha yang memberikan kontribusi kepada besar kecilnya nilai PDRB. PDRB merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi, di suatu wilayah tertentu (propinsi dan kabupaten/kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kalender). Kegiatan ekonomi yang dimaksud mulai kegiatan pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa-jasa.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
42
Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Dalam penghitungannya, untuk menghindari penghitungan ganda, nilai output bersih diberi nama secara spesifik, yaitu nilai tambah (value added). Demikian juga, harga yang digunakan dalam penghitungan ini adalah harga produsen.
Penilaian pada harga konsumen akan menghilangkan PDRB sub
sektor perdagangan dan sebagian sub sektor pengangkutan. Penghitungan PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka PDRB per kapita merupakan ukuran untuk melihat kemajuan pembangunan suatu daerah ditinjau dari jumlah penduduk. Di dalam penghitungan PDRB dikenal istilah harga berlaku dan harga konstan. Makna harga berlaku (current prices) adalah harga yang terjadi pada tahun yang bersangkutan. Karena pada dasarnya output atau nilai tambah merupakan perkalian harga dan kuantitas (banyaknya barang), maka yang dimaksud dengan harga berlaku adalah kuantitas tahun tertentu dikalikan dengan harga tahun saat barang atau jasa diproduksi. Kelemahan penyajian dalam harga berlaku adalah masih mengandung perubahan harga barang/jasa antar waktu, oleh karena itu untuk mengetahui pertumbuhan (perubahan) kegiatan ekonomi secara riil, diperlukan nilai yang sudah terbebas dari perubahan harga. Nilai PDRB demikian disebut PDRB atas dasar harga konstan (constant prices). melihat
suatu
nilai
PDRB
hanya
Harga berlaku ini lebih relevan untuk pada
tahun
tertentu,
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
karena
lebih
43
Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas mencerminkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah pada saat produk tersebut dihasilkan. PDRB yang disajikan di sini meliputi PDRB pada seluruh
Kabupaten
Kepulauan Anambas menurut sektor. Perlu digarisbawahi bahwa PDRB Kabupaten Kepulauan Anambas bukanlah penjumlahan PDRB dari tingkatan administratif di bawahnya, karena antara penjumlahan level administrasi di bawahnya dalam satu Kabupaten Kepulauan Anambas dengan PDRB Kabupaten Kepulauan Anambas selalu ada diskrepansi statistik (statistical discrepancy). Perbedaan tersebut pasti terjadi namun dapat dijelaskan secara teoritis. Namun demikian sesuatu yang perlu dijaga adalah diskrepansi tersebut harus masih dalam rentang toleransi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan Migas Kabupaten Kepulauan Anambas atas dasar harga berlaku pada tahun 2008 adalah Rp 5,29 trilliun. Sedangkan besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan Migas Kabupaten Kepulauan Anambas atas dasar harga konstan 2000 adalah Rp 1,94 trilliun pada tahun 2008. Kemudian jika dilihat PDRB tanpa migas atas dasar harga berlaku hanya 0,56 triliun rupiah dan PDRB tanpa migas atas dasar harga konstan sebesar 0,24 triliun rupiah. Selama tahun 2008 sektor yang dominan dilihat dari nilai PDRB sektoral berdasarkan harga berlaku adalah sektor pertambangan dan penggalian yaitu memiliki kontribusi sekitar 90 persen, dilanjutkan pada sektor pertanian 6,69 persen. Pola tersebut juga nampak pada kondisi PDRB atas dasar harga
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
44
Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas konstan. Sedangkan jika dilihat pada kondisi PDRB tanpa migas menurut harga berlaku dominasi sektoral terletak pada sektor pertanian yaitu sebesar 64,05 persen, dilanjutkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 18,02 persen. Pola tersbut pada kondisi PDRB tanpa migas juga nampak pada keadaan atas dasar harga konstan. Secara lebih jelas gambaran PDRB menurut harga berlaku dan harga konstan, baik dengan migas dan tanpa migas dapat dilihat pada tabel berikut.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
45
Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Tabel 5.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan dan Berlaku Menurut Sektor, Tahun 2008 (juta rupiah) Lapangan Usaha (1) Pertanian
Harga Berlaku Dengan Tanpa Migas Migas (2) (3) 158.593,62
358.044,85
158.593,62
4.735.358,97 1.708.100,96
2.036,54
929,57
7.230,29
5.112,82
7.230,29
5.112,82
385,83
172,45
385,83
172,45
17.023,01
6.183,45
17.023,01
6.183,45
100.142,29
37.590,35
100.142,29
37.590,35
Pengangkutan & Komunikasi
23.738,77
9.484,66
23.738,77
9.484,66
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
15.528,77
6.060,07
15.528,77
6.060,07
Jasa-jasa
31.102,06
12.388,22
31.102,06
12.388,22
5.288.554,83 1.943.686,59
555.232,41
236.515,20
Pertambangan dan Pengolahan Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan dan Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran
Prop.Kepri
358.044,85
Harga Konstan Dengan Tanpa Migas Migas (4) (5)
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008
5.2.
Tingkat Kesejahteraan dan Distribusi Pendapatan Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008 menunjukkan
bahwa pengeluaran per kapita penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas sebesar 605.459 rupiah per bulan, dan pengeluaran makanan dan non makanan secara persentase memiliki bobot yang hampir sama, yaitu sekitar 50 persen, terlihat juga bahwa sebanyak 24,92 persen penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas termasuk ke dalam 40 persen terendah, 63,37 persen termasuk ke
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
46
Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas dalam 40 persen menengah, dan sebanyak 11,71 persen penduduk yang termasuk ke dalam 20 persen teratas. Berdasarkan kriteria tingkat ketimpangan pendapatan penduduk yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas tergolong rendah. Hal itu dapat dilihat dari persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terendah angkanya di atas 17 persen. Tabel 5.3. Pengeluaran Rata-Rata (Rp) Nominal dan Persentase Pengeluaran Makanan dan Bukan Makanan Per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran, 2008 Keterangan (1)
Pengeluaran Rata-Rata Nominal Persen (2) (3)
Makanan
300.182
49,58
Bukan Makanan
305.277
50,42
Perumahan
122.928
20,30
Barang & Jasa
89.931
14,85
Pakaian
31.167
5,15
Barang Tahan Lama
60.217
9,95
Lainnya
1.034
0,17
JUMLAH
605.459
100,00
Sumber :
Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2008
Ukuran lain untuk melihat apakah distribusi pendapatan penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas timpang atau tidak adalah angka gini rasio. Angka gini rasio untuk Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2008 sebesar 0,2460, dapat disimpulkan bahwa pengeluaran antar kelompok pengeluaran tergolong tingkat ketimpangan rendah. Seperti terlihat pada Gambar 5.1., garis kurva Lorent tahun 2008 tidak terlalu jauh dengan garis diagonal dibanding
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
47
Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas garis tahun 2008, itu artinya ketimpangan pendapatan penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2007 tidak terlalu besar. Gambar 5.1. Kurva Lorentz Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008 Kumulatif Persentase Jumlah Penduduk 100
80
60
40
20 2008 XY (Scatter) 3
0 0
5.3.
20
40 60 Kumulatif Persentase Pengeluaran Per Kapita
80
100
Perkembangan Penduduk Miskin
Dari gambaran perkembangan perekonomian dan tingkat kesejahteraan serta distribusi pendapatan penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas seperti Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
48
Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang disampaikan pada bahasan pada sub bab sebelumnya, nampak bahwa secara umum laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Anambas relatif sangat menggembirakan untuk dapat menyongsong masa depan yang lebih baik, di samping itu ditunjang dengan kenyataan bahwa distribusi pendapatan, yang dalam hal ini digunakan proxy atau pendekatan pengeluaran rumah tangga, penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas yang tergolong rendah atau dapat dikatakan relatif hanya terjadi sedikit ketimpangan, namun permasalahan sosial yang cukup berat masih dihadapi oleh sebagian masyarakat adalah masih relatif banyak rumah tangga atau penduduk yang dikategorikan miskin. Berdasarkan data Pendataan Perlindungan Sosial Tahun 2008 (PPLS08) menunjukkan kemiskinan mikro yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas dilihat dari jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebesar 2.073 rt dengan jumlah anggota rumah tangga (art) sebesar 6.968 jiwa. Sedangkan jika diklasifikasikan jumlah RTS sangat miskin sebesar 160 rt dengan jumlah art sebesar 912 jiwa, sedangkan RTS miskin sebesar 488 rt dengan jumlah art sebesar 2.145 art. Selanjutnya jumlah RTS yang hampir miskin sebear 1.425 rt dengan jumlah art sebesar 3.911 jiwa. Wilayah yang paling banyak RTS adalah Kecamatan Siantan, dilanjutkan dengan Kecamatan Jemaja, sedangkan wilayah yang paling sedikit RTS-nya adalah Kecamatan Siantan Tengah.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
49
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas
6.1.
Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kepulauan Anambas,
yang memadukan ukuran usia harapan hidup, tingkat pendidikan, dan pendapatan dalam suatu angka tunggal, pada tahun 2008 adalah sebesar 67,44 yang menempatkan Kabupaten Kepulauan Anambas berada pada urutan terakhir di Provinsi Kepulauan Riau dan posisi ke enam di antara 33 propinsi di Indonesia di dalam proses pembangunan manusianya. Tetapi secara nilai bahwa angka IPM Kabupaten Kepulauan Anambas masih dikatakan memiliki nilai menengah
tinggi (range IPM menengah tinggi
sebesar 66 - 70). Untuk data-data yang dihasilkan untuk dasar formulasi dimungkinkan dilakukan profesional adjustment, walaupun secara enpiris menunjukkan angka yang berbeda, dan perbedaan tersebut diharapkan tidak signifikan.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
50
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas
Tabel 6.2. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun 2008 Keterangan (1)
Nilai (2)
Angka Harapan Hidup (th)
67,07
Angka Melek Huruf (%)
89,72
Rata-Rata Lama Sekolah (th)
5,25
Pengeluaran Reil Per Kapita (Rp)
622,75
Nilai IPM
67,44
Rangking di Provinsi Kepulauan Riau Rangking di Indonesia dari 477 kab/kota
7 387
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008
Apabila dilakukan proxi penghitungan IPM Kabupaten Kepulauan Anambas per Kecamatan dengan metode eksplorasi data dengan ratio estimate dan penggunaan pola observasi dari beberapa aspek pendidikan, kesehatan dan ekonomi diperoleh sebaranya. Data proxi IPM per kecamatan sebetulnya belum dapat dikatakan sesuatu hal mutlak kebenarannya hanya berdasarkan asumsi kondisi observasi lapangan dari berbagai aspek sehingga diperoleh hasil sebaran proxi IPM per Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Hasil proxi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
51
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas
Tabel 6.2. Proxi IPM Indeks Pembangunan Manusia Per Kecamatan Kabupaten Kepulauan Anambas, Tahun 2008 Kecamatan (1)
Nilai Proxi IPM (2)
Jemaja
67,69
Jemaja Timur
66,99
Siantan Selatan
65,94
Siantan
68,39
Siantan Timur
67,87
Siantan Tengah
68,56
Palmatak
66,64
Sumber : Data Diolah dari Badan Pusat Statistik, 2008
6.2.
Menerapkan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Kepualauan Anambas
Setelah desentralisasi dilaksanakan, tanggung jawab atas sebagian besar kegiatan pembangunan dilimpahkan ke kabupaten/kota. Banyak pejabat di daerah dihadapkan untuk pertama kalinya pada tugas untuk mempromosikan pembangunan manusia di daerah mereka. Apa manfaat indeks pembangunan manusia (IPM) bagi mereka itu ? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama kita perlu melihat hubungan antara konsep pembangunan manusia dan indeks pembangunan manusia. Konsep pembangunan manusia sangatlah luas, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan manusia, dari kebebasan mengungkapkan pendapat sampai kesetaraan jender, lapangan pekerjaan, gizi anak, sampai
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
52
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas melek huruf orang dewasa. Sebaliknya, indeks pembangunan manusia mempunyai lingkup yang lebih sempit. Indeks ini hanya dapat mengukur sebagian saja dari keadaan pembangunan manusia, terutama karena banyak aspek dari kehidupan manusia, seperti kebahagiaan atau hubungan di dalam masyarakat tak dapat diukur dengan angka. Oleh karena itu, pusat perhatian haruslah diletakkan lebih pada konsep dari pada indeksnya. Ini berarti dalam setiap aspek dari pekerjaannya pejabat daerah harus mendahulukan manusia, dengan menganggap manusia bukan sebagai sarana tetapi sebagai tujuan. Dari pada mencoba mendidik orang dan menjaga kesehatan mereka agar tersedia angkatan kerja yang lebih baik, misalkan saja, atau mencoba meningkatkan kemakmuran ekonomi, lebih baik bila mereka berupaya membantu para bapak, ibu, dan anak-anak warga masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih kaya dan lebih membahagiakan. Jadi setiap kegiatan, entah itu investasi dalam membangun jalan, mengeluarkan ijin untuk usaha pertambangan, atau membangun fasilitas-fasilitas kesehatan yang baru, harus bertujuan untuk memperluas pilihan yang tersedia bagi seluruh warga dan semuanya harus dilaksanakan secara setara dan berkelanjutan. Indeks
pembangunan
manusia
memberi
beberapa
petunjuk.
Kesenjangan antara indeks terkini dan 100 mencerminkan “kekurangan” pembangunan
manusia,
jarak
yang
harus
ditempuh
oleh
setiap
kabupaten/kota di Propinsi Kepulauan Riau. Perbandingan selama beberapa waktu akan memperlihatkan kepada kita kemajuan atau kurangnya kemajuan suatu kabupaten/kota tertentu. Antar kabupaten/kota juga dapat
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
53
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas dibandingkan dan diberi peringkat. Dengan demikian IPM dapat berfungsi sebagai pegangan untuk alokasi sumber daya, dan formula yang sekarang ada untuk Dana Alokasi Umum (DAU) dari pusat memang telah memasukkan IPM sebagai suatu indikator. Walaupun demikian, penggunaan IPM untuk tujuan – tujuan ini ataupun untuk tujuan – tujuan lainnya perlu dilakukan dengan hati-hati. Jika kekurangan dalam suatu kabupaten/kota adalah dua kali lebih besar dari pada kabupaten/kota lainnya, maka pembangunan di kabupaten/kota pertama tidak dengan sendirinya harus dua kali lebih besar dari pada kabupaten/kota yang kedua
Contohnya, Kabupaten Kepulauan
Anambas memiliki IPM sebesar 67,44 (kekurangan 32,56 untuk mencapai 100). Implikasi IPM pada anggaran haruslah lebih lanjut didasarkan juga pada pertimbangan yang lebih teliti akan situasi di setiap kabupaten/kota, kebutuhan infra struktur dan tingkat pembangunan
terakhirnya
seperti
yang ditunjukkan oleh komponen-komponen individual dari IPM. Walaupun demikian, kita dapat mengembangkan suatu pegangan umum untuk pelimpahan sumber daya berdasarkan atas pengelompokkan daerah-daerah menjadi empat kategori, yaitu rendah (IPM di bawah 50), menengah rendah (IPM antara 50 – 65), menengah tinggi (IPM antara 66 – 70) dan tinggi (IPM di atas 70). Sehingga berdasarkan kriteria ini, pada tahun 2007 hanya tinggal Kabupaten Natuna yang digolongkan mempunyai IPM menengah tinggi.
Pada tahun 2008, seluruh Kabupaten/Kota telah
mempunyai nilai IPM yang tinggi. Sedangkan Propinsi Kepulauan Riau, sudah semenjak tahun 2005 sampai sekarang tetap masuk ke dalam kategori Propinsi yang mempunyai IPM tinggi.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
54
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas
6.3.
Reduksi Shortfall
Untuk melihat keberhasilan pelaksanaan pembangunan manusia di Kabupaten/Kota di wilayah Propinsi Kepri tidak cukup hanya dengan melihat peringkat dari pada IPM, tetapi dilihat reduksi shortfallnya. Makin besar nilai dari
pada
reduksi
shortfall
artinya
makin
besar
pula
kemajuan
pembangunan manusia di wilayah tersebut. Untuk Kabupaten Kepulauan Anambas, karena Kabupaten Kepulauan Anambas merupakan kabupaten baru yang merupakan pecahan maka nilai reduksi shortfall tidak dapat dihitung, pada perhitungan IPM 2009 yang dianggarkan pada tahun 2010 baru dapat dihitung.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
55
Lampiran METODE PENGHITUNGAN INDEKS KOMPOSIT Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM mengukur pencapaian keseluruhan dari suatu negara dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup, diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, pengetahuan /tingkat pendidikan, diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga) dan suatu standar hidup yang layak diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan (PPP Rupiah).
IPM = 1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3) Dimana X1, = lamanya hidup, X2 = tingkat pendidikan, X3 = tingkat kehidupan. Indeks X1, Indeks X2, Indeks X3 dihitung dengan formula : Indeks X(i,j) = ( Indeks X(i,j) – X(i-min) ) / ( Indeks X(i-max) – X(i-min) ) Dimana: X(i,j) X(i-min) X(i-max)
: : :
Indikator ke I dari daerah j (i=1,2,3 j=1,2…n) Nilai minimum dari Xi Nilai maksimum dari Xi
Tabel 1 Nilai maksimum dan minimum dari setiap komponen IPM Komponen IPM Angka harapan hidup Angka melek huruf Rata-rata lama Sekolah (tahun) Daya beli
Nilai Maksimum 85 100 15 737,72
Nilai Keterangan Minimum 25 Standar UNDP 0 Standar UNDP 0 UNDP menggunakan combined gross enrolment ratio 300 (1996) UNDP menggunakan PDB riil telah 360 per kapita yang (1999,2002) disesuaikan
Contoh penghitungan IPM Contoh penghitungan IPM untuk Propinsi Kepulauan Riau tahun 2008 dari indicator adjusted: No 1. 2. 3. 4.
Indikator Angka harapan hidup Angka melek huruf Rata-rata lama sekolah Pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan
Satuan tahun % tahun Ribu Rp
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
Nilai 69,70 96,00 8,94 637,67
56
Lampiran
Indeks harapan hidup : (67,70-25)/(85-25) = 0,7117 = 71,17%
Indeks tingkat pendidikan : • Indeks melek huruf : (89,72-0)/(100-0) = 0,8972 =89,72% • Indeks lama sekolah: (5,25-0)/(15-0) = 0,3500 = 35,00% (2/3 x 89,72%) + (1/3 x 35,00%) = 59,81% + 11,67% = 70,48% Indeks pendapatan (622,75-360) / (732,72-300) = 262,75/432,72 =0,6072 =60,72% Indeks Pembangunan manusia (IPM) : (71,17%+70,48%+60,72%)/3 = 67,4%
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
57
Lampiran DEFINISI ISTILAH-ISTILAH STATISTIK 1
Akses terhadap air bersih: persentase rumah tangga yang menggunakan air minum yang berasal dari air mineral, air leding/PAM, pompa air, sumur atau mata air yang terlindung.
2
Akses terhadap fasilitas kesehatan: persentase rumah tangga yang tinggal pada jarak kurang dari 5 kilometer dari fasilitas kesehatan (rumah sakit, klinik, puskesmas, dokter, juru rawat, bidan yang terlatih, paramedik, dan sebagainya)
3
Akses terhadap sanitasi: persentase rumah tangga yang memiliki kamar mandi sendiri atau dapat menggunakan fasilitas kamar mandi umum.
4
Anak di bawah lima tahun (Balita) yang kekurangan gizi: merujuk pada anak dengan berat badan kurang (menderita kurang gizi tingkat sedang dan parah). Kekurangan gizi sedang merujuk pada persentase anak berusia di bawah lima tahun yang memiliki berat badan di bawah dua standar deviasi dari media berat badan anak berusia tersebut. Kekurangan gizi parah merujuk pada persentase anak berusia di bawah lima tahun yang berada di bawah tiga standar deviasi dari median berat badan anak berusia tersebut.
5
Angka buta huruf (dewasa): proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang tidak dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Dihitung dengan cara 100 dikurangi dengan angka melek huruf (dewasa).
6
Angka harapan hidup pada waktu lahir (e0): perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur.
7
Angka kematian bayi (IMR): jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1,000 kelahiran hidup.
8
Angka melek huruf (dewasa): proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya.
9
Angka Morbiditas: proporsi dari keseluruhan penduduk yang menderita akibat masalah kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama satu bulan terakhir. Angka morbiditas ini bukan merupakan ukuran yang menggunakan konsep kesehatan dimana pasien harus diagnosa terlebih dahulu untuk menentukan jenis penyakitnya, tetapi hanya merupakan suatu pendekatan.
10
Angka partisipasi sekolah: proporsi dari keseluruhan penduduk dari berbagai kelompok usia tertentu (7-12, 13-15, 16-18, dan 19-24) yang masih duduk di bangku sekolah.
11
Angka partisipasi tenaga kerja: proporsi dari penduduk usia kerja yang termasuk angkatan kerja.
12
Angkatan kerja: jumlah penduduk usia kerja yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penduduk usia kerja adalah jumlah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
58
Lampiran
13
Enrollment. Gross enrollment ratio adalah jumlah pelajar yang terdaftar di suatu tingkat pendidikan, tanpa memperhatikan umur, sebagai persentase terhadap jumlah populasi usia sekolah resmi untuk tingkat pendidikan tersebut. Net enrollment ratio adalah jumlah pelajar pada kisaran usia sekolah resmi terdaftar di tingkat pendidikan tertentu sebagai persentase dari jumlah penduduk yang berada pada usia sekolah resmi untuk tingkat pendidikan tersebut. Usia sekolah resmi di Indonesia adalah 7 hingga 12 untuk sekolah dasar, 13 hingga 15 untuk sekolah menengah pertama, 16 hingga 18 untuk sekolah menengah atas, dan 19 hingga 24 untuk perguruan tinggi.
14
Garis kemiskinan : nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk hidup secara layak.
15
Indeks daya beli : salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia yang didasarkan pada paritas daya beli (PPP) disesuaikan dengan rumus Atkinson.Nilai indeks berkisar antara 0 – 100. Detail penghitungan indeks ini disajikan di catatan teknis.
16
Indeks harapan hidup : salah satu dari tiga komponen indeks pembangunan manusia. Nilai indeks ini berkisar antara 0 – 100. penghitungan indeks ini disajikan di catatan teknis.
17
Indeks harga konsumen (IHK) : indeks yang menunjukkan perbandingan relative antara tingkat harga pada saat bulan survey dan tingkat harga pada sebelumnya, yang ditimbang dengan nilai konsumsi pada kedua bulan tersebut. IHK dihitung dengan formula Laspeyres yang dikembangkan.
18
Indeks pendidikan : salah satu dari tiga komponenindeks pembangunan manusia. Indeks ini didasarkan pada kombinasi antara angka melek huruf di kalangan penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah. Nilai indeks tersebut berkisar antara 0 hingga 100. Cara penghitungan indeks ini disajikan di catatan teknis.
19
Konsumsi total : konsumsi barang-barang dan jasa-jasa dengan mengabaikan asal barang dan jasa tersebut. Konsumsi total juga mencakup pemberian dan barang /jasa yang diproduksi sendiri oleh rumahtangga yang bersangkutan. Dalam laporan ini, konsumsi total merujuk pada konsumsi bulanan.
20
Paritas daya beli (Purchasing power parity – PPP) : PPP memungkinkan dilakukannya perbandingan harga-harga riil antar propinsi dan antar kabupaten, mengingat nilai tukar yang biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai nilai daya beli yang terukur dari konsumsi perkapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk Indonesia, satu rupiah dis suatu propinsi memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung berdasarkan pengeluaran riil per kapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan utilita marginal yang dihitung dengan rumus Atkinson.
21
Pekerja disektor informal : persentase dari jumlah seluruh angkatan kerja yang bekerja sebagai wirausahawan bekerja dengan bantuan anggota keluarga/pekerja keluarga, atau pekerja keluarga baik yang dibayar maupun yang tidak dibayar.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
59
Lampiran
22
Pekerja professional, pekerja teknis, para pegawai dan para manajer : didefinisikan sesuai dengan “Klasifikasi Baku Jabatan Indonesia (KBJI)”.
23
Penduduk miskin: jumlah keseluruhan populasi dengan pengeluaran per kapita berada di bawah ambang batas tertentu yang dinyatakan sebagai garis kemiskinan.
24
Penduduk perempuan: proporsi dari jumlah keseluruhan penduduk perempuan dibandingkan dengan total populasi.
25
Penduduk yang mengalami masalah kesehatan: proporsi dari total jumlah yang mempunyai satu atau lebih keluhan kesehatan selama satu bulan terakhir.
26
Pengangguran terbuka: proporsi dari keseluruhan penduduk yang sedang mencari pekerjaan dibandingkan keseluruhan angkatan kerja.
27
Pengeluaran untuk makanan: proporsi pengeluaran yang dipergunakan untuk mengkonsumsi makanan dibandingkan dengan total pengeluaran (makanan + nonmakanan).
28
Pengobatan sendiri: suatu usaha yang dilakukan oleh anggota-anggota rumahtangga untuk melakukan perawatan sendiri dengan menggunakan obat-obatan modern maupun tradisional, pemijatan atau bentuk-bentuk perawatan dan pengobatan tradisional lainnya untuk mengatasi masalah kesehatan yang diderita.
29
Persalinan bayi yang ditolong tenaga kesehatan: persentase anak umur 0 hingga 4 tahun yang kelahirannya dibantu oleh petugas kesehatan (dokter, juru rawat, bidan, dan tenaga paramedik lainnya.
30
Pertumbuhan ekonomi: perubahan relative nilai riil produk domistik bruto dalam suatu periode tertentu.
31
Produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku: merujuk pada nilai produk domestik regional bruto berdasarkan nilai uang yang berlaku pada tahun tersebut.
32
Produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan: merujuk pada nilai produk domestik regional bruto berdasarkan nilai uang pada tahun yang dipergunakan sebagai tahun dasar.
33
Produk domestik regional bruto per kapita: nilai dari produk domestik regional bruto dibagi dengan jumlah penduduk pada tengah tahun.
34
Produk domestik regional bruto: jumlah nilai tambah bruto (total output dari barang dan jasa) yang produksi oleh semua sektor ekonomi di suatu propinsi pada periode waktu tertentu.
35
Rata-rata lama sekolah: rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang dijalani.Cara penghitungan disajikan di catatan teknis.
36
Rata-rata lamanya sakit: rata-rata jumlah hari yang dijalani oleh penduduk yang menderita sakit.
37
Rumah tangga dengan lantai tanah: persentase dari rumah tangga yang tinggal di rumah yang sebagian besar lantainya adalah tanah.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
60
Lampiran
IPM Kepulauan Riau Menurut Kabupaten/Kota, 2007 - 2008 Reduksi Provinsi
IPM
Peringkat
shortfall
IPM
(IPM)
Kabupaten/Kota 2007
2008
2007
2008
(3)
(4)
(5)
(6)
2007-2008 (7)
Kepulauan Riau
73,68
74,18
6
6
1,89
01
Karimun
72,40
72,80
4
4
1,46
02
Bintan
72,97
73,34
3
3
1,38
03
Natuna
69,36
69,81
6
6
1,46
04
Lingga
70,25
70,74
5
5
1,66
05
Kepulauan Anambas
-
67,44
7
-
71
Kota Batam
76,82
77,28
1
1
1,97
72
Kota Tanjung Pinang
73,46
73,92
2
2
1,76
70,6
71,1
(1)
(2)
21
Indonesia
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
1,8
61
Lampiran
Angka Kesakitan Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Laki-laki (1)
(2)
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki & Perempuan (3)
(4)
Perkotaan
18,50
32,36
26,25
Perdesaan
30,49
27,56
29,01
Perkotaan & Perdesaan
27,75
28,85
28,32
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Rata-rata Lamanya Sakit Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Laki-laki (1)
(2)
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki & Perempuan (3)
(4)
Perkotaan
10,99
4,15
6,27
Perdesaan
5,90
5,76
5,83
Perkotaan & Perdesaan
6,67
5,27
5,93
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
62
Lampiran
Persentase Balita Yang Pernah Diimunisasi Menurut, Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Laki-laki (1)
Perkotaan Perdesaan
(2)
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki & Perempuan (3)
(4)
100,00 90,63
85,71 80,95
90,66 86,09
91,89
82,14
86,97
Perkotaan & Perdesaan
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Rata-rata Lama (bulan) Balita Disusui Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Laki-laki (1)
(2)
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki & Perempuan
Perkotaan
7,75
(3) 10,14
(4) 9,43
Perdesaan
17,38
12,78
15,16
Perkotaan & Perdesaan
16,10
12,04
13,95
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Rata-rata Lama (bulan) Balita Disusui / ASI Tanpa Makanan Tambahan Menurut, Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2008 Daerah Tempat Tinggal Laki-laki (1)
(2)
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki & Perempuan (3)
(4)
Perkotaan
5,25
4,29
4,57
Perdesaan
5,58
4,61
5,11
Perkotaan & Perdesaan
5,53
4,52
5,00
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
63
Lampiran Persentase Bayi menurut Penolong Persalinan Bayi Menurut Daerah Tempat Tinggal Dan Jenis Kelamin, 2008
Daerah Tempat Tinggal
Laki-laki
Jenis Kelamin Perempuan
(3)
(4)
Penolong Persalinan
(1)
(2)
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan & Perdesaan
Dokter Bidan Tenaga paramedis lain Dukun bersalin Famili/keluarga Lainnya Jumlah Dokter Bidan Tenaga paramedis lain Dukun bersalin Famili/keluarga Lainnya Jumlah Dokter Bidan Tenaga paramedis lain Dukun bersalin Famili/keluarga Lainnya Jumlah
40,00 60,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 9,38 56,25 9,38 21,88 3,13 0,00 100,00 13,51 56,76 8,11 18,92 2,70 0,00 100,00
L+P (5)
28,57 71,43 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 14,29 47,62 19,05 14,29 4,76 0,00 100,00 17,86 53,57 14,29 10,71 3,57 0,00 100,00
32,53 67,47 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 11,68 52,20 13,91 18,31 3,89 0,00 100,00 15,71 55,15 11,23 14,78 3,14 0,00 100,00
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri Menurut Daerah tempat tinggal dan Jenis Kelamin, 2008
Daerah Tempat Tinggal Laki-laki (1)
(2)
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki & Perempuan (3)
(4)
Perkotaan
64,06
72,11
68,98
Perdesaan
73,20
64,19
68,56
Perkotaan & Perdesaan
71,48
66,20
68,65
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
64
Lampiran
Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri Menurut Jenis Pengobatan, Daerah tempat tinggal dan Jenis Kelamin, 2008
Daerah Tempat Tinggal (1)
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan & Perdesaan
Laki-laki
Jenis Kelamin Perempuan
L+P
(3)
(4)
(5)
Jenis Pengobatan (2)
Pengobatan Tradisional
23,07
23,85
23,57
Penngobatan Modern
100,00
100,00
100,00
Pengobatan Lainnya
23,07
17,85
19,74
Tradisional + Modern
23,07
23,85
23,57
Tradisional + Lainnya
23,07
17,85
19,74
Modern + Lainnya
23,07
17,85
19,74
Tradisional + Modern + Lainnya
23,07
17,85
19,74
Pengobatan Tradisional
30,19
32,01
31,07
Penngobatan Modern
88,92
84,36
86,72
Pengobatan Lainnya
16,57
15,53
16,07
Tradisional + Modern
19,11
16,37
17,79
Tradisional + Lainnya
16,57
15,53
16,07
Modern + Lainnya
11,74
11,54
11,64
Tradisional + Modern + Lainnya
11,74
11,54
11,64
Pengobatan Tradisional
29,00
29,74
29,38
Penngobatan Modern
90,78
88,70
89,71
Pengobatan Lainnya
17,66
16,17
16,89
Tradisional + Modern
19,78
18,45
19,09
Tradisional + Lainnya
17,66
16,17
16,89
Modern + Lainnya
13,64
13,30
13,46
Tradisional + Modern + Lainnya
13,64
13,30
13,46
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
65
Lampiran
Persentase Penduduk Yang Pernah Berobat Jalan Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2008
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki & Perempuan
Daerah Tempat Tinggal Laki-laki (1)
(2)
(3)
(4)
Perkotaan
26,76
32,98
30,56
Perdesaan
39,28
41,47
40,41
Perkotaan & Perdesaan
36,93
39,31
38,20
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin dan Tempat Berobat Di Daerah Perkotaan, 2008 Jenis Kelamin
Rumah Sakit Pemerintah
Rumah Sakit Swasta
Praktek Dokter/ poliklinik
Puskesmas/ pustu
Praktek nakes
Praktek batra
Dukun bersalin
Lainnya
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Laki – laki
0,00
0,00
6,75
81,72
11,53
0,00
0,00
0,00
100,00
Perempuan
0,00
0,00
0,00
42,33
52,23
0,00
0,00
5,44
100,00
Laki –laki & Perempuan
0,00
0,00
2,57
57,34
36,72
0,00
0,00
3,37
100,00
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin dan Tempat Berobat Di Daerah Perdesaan, 2008 Jenis Kelamin
Rumah Sakit Pemerintah
Rumah Sakit Swasta
Praktek Dokter/ poliklinik
Puskesmas/ pustu
Praktek nakes
Praktek batra
Dukun bersalin
Lainnya
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Laki – laki
10,21
0,00
0,00
15,81
53,14
12,62
0,00
8,22
100,00
Perempuan
5,71
2,41
0,49
16,63
51,37
22,23
0,00
1,15
100,00
Laki –laki & Perempuan
7,73
1,33
0,27
16,26
52,17
17,90
0,00
4,33
100,00
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
66
Lampiran
Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Jenis Kelamin dan Tempat Berobat Di Daerah Perkotaan dan Perdesaan, 2008 Jenis Kelamin
Rumah Sakit Pemerintah
Rumah Sakit Swasta
Praktek Dokter/ poliklinik
Puskesmas/ pustu
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Praktek nakes
Praktek batra
Dukun bersalin
Lainnya
(8)
(9)
Jumlah
(6)
(7)
Laki – laki
8,64
0,00
1,04
25,96
46,73
10,68
0,00
6,95
100,00
(10)
Perempuan
4,60
1,94
0,40
21,64
51,54
17,90
0,00
1,99
100,00
Laki –laki & Perempuan
6,37
1,09
0,68
23,53
49,43
14,73
0,00
4,16
100,00
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
67
Lampiran Angka Partisipasi Sekolah Menurut Daerah Tempat Tinggal, Kelompok Umur Usia Sekolah Dan Jenis Kelamin, 2008
Daerah Tempat Tinggal (1)
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan & Perdesaan
Laki-laki
Jenis Kelamin Perempuan
L+P
(3)
(4)
(5)
Kelompok Umur Usia Sekolah (2)
7 - 12th
100,00
100,00
100,00
13 - 15th
100,00
87,80
92,99
16 - 18th
66,67
83,33
78,54
19 - 24th
19,76
13,84
15,98
7 - 12th
94,28
97,12
95,71
13 - 15th
100,00
81,82
91,89
16 - 18th
75,00
90,00
82,62
19 - 24th
7,93
11,72
10,28
7 - 12th
95,73
97,75
96,72
13 - 15th
100,00
84,81
92,37
16 - 18th
73,33
87,50
81,40
19 - 24th
9,89
12,10
11,26
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
68
Lampiran
Angka Partisipasi Murni Menurut Daerah Tempat Tinggal, Jenjang Pendidikan Dan Jenis Kelamin, 2008
Daerah Tempat Tinggal (1)
Perkotaan
(2)
L+P
(3)
(4)
(5)
91,85
79,33
86,19
SMP
63,30
60,63
61,76
SMA
66,67
16,67
31,03
0,00
0,00
0,00
SD
94,28
97,12
95,71
SMP
64,01
81,82
71,96
SMA
50,00
50,00
50,00
4,00
3,91
3,94
SD
93,66
93,25
93,46
SMP
63,75
71,20
67,49
SMA
53,33
37,50
44,32
3,34
3,21
3,26
Perguruan Tinggi Perkotaan & Perdesaan
Jenis Kelamin Perempuan
SD
Perguruan Tinggi Perdesaan
Laki-laki
Jenjang Pendidikan
Perguruan Tinggi
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
69
Lampiran Persentase Penduduk 10 Tahun Ke atas Menurut Daerah Tempat Tinggal, Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2008
Daerah Tempat Tinggal
Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Laki-laki
Jenis Kelamin Perempuan
L+P
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
Perkotaan
Tdk/Belumpernah Sekolah
4,16
13,40
9,32
Tdk punya ijazah SD
22,55
21,21
21,80
SD
39,06
32,21
35,23
SLTP
15,97
15,05
15,45
SMTA
10,87
16,02
13,74
Diploma I/II
0,00
0,00
0,00
Diploma III/Sarmud
1,73
2,11
1,95
Diploma IV/S1/S2/S3
5,67
0,00
2,50
100,00
100,00
100,00
7,45
10,69
9,11
Tdk punya ijazah SD
37,71
34,46
36,05
SD
38,07
34,99
36,50
SLTP
7,10
11,23
9,21
SMTA
6,54
8,21
7,39
Diploma I/II
0,00
0,42
0,21
Diploma III/Sarmud
0,00
0,00
0,00
Diploma IV/S1/S2/S3
3,13
0,00
1,53
100,00
100,00
100,00
6,66
11,44
9,17
Tdk punya ijazah SD
34,06
30,79
32,35
SD
38,31
34,22
36,17
SLTP
9,23
12,29
10,83
SMTA
7,58
10,37
9,04
Diploma I/II
0,00
0,30
0,16
Diploma III/Sarmud
0,42
0,59
0,51
Diploma IV/S1/S2/S3
3,74
0,00
1,78
100,00
100,00
100,00
Total Perdesaan
Tdk/Belumpernah Sekolah
Total Perkotaan & Perdesaan
Tdk/Belumpernah Sekolah
Total
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
70
Lampiran
Angka Melek Huruf Menurut Daerah Tempat Tinggal, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2008
Daerah Tempat Tinggal (1)
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan & Perdesaan
Laki-laki
Jenis Kelamin Perempuan
L+P
(3)
(4)
(5)
Kelompok Umur (2)
0 - 14
59,87
54,75
57,10
15 - 19
100,00
100,00
100,00
20 - 24
100,00
75,00
83,02
25 - 34
100,00
100,00
100,00
35 - 49
86,11
80,50
83,18
50+
100,00
60,31
81,52
15+
95,01
84,46
89,03
0 - 14
51,49
51,36
51,42
15 - 19
100,00
100,00
100,00
20 - 24
95,83
100,00
98,26
25 - 34
95,84
97,42
96,61
35 - 49
84,54
70,77
77,57
50+
86,70
81,60
84,28
15+
91,41
88,32
89,82
0 - 14
53,31
52,22
52,77
15 - 19
100,00
100,00
100,00
20 - 24
96,30
96,00
96,12
25 - 34
96,31
98,01
97,20
35 - 49
84,95
73,46
79,08
50+
91,60
73,96
83,27
15+
92,25
87,26
89,62
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
71
Lampiran
Rata – rata Lama Sekolah Penduduk usia 15 Tahun ke Atas Menurut Daerah tempat tinggal dan Jenis Kelamin Tahun 2008
Daerah Tempat Tinggal Laki-laki (1)
(2)
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki & Perempuan (3)
(4)
Perkotaan
7,70
6,57
7,06
Perdesaan
5,59
5,36
5,47
Perkotaan & Perdesaan
6,08
5,69
5,88
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
72
Lampiran Pengeluaran Rata – rata (Rp) Nominal Makanan dan Bukan Makanan PerKapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2008
Jenis Pengeluaran
Pengeluaran Perkapita Sebulan
(1)
(2)
Makanan Bukan Makanan Perumahan Barang & Jasa Pakaian Barang Tahan Lama Lainnya
300.182 305.277 122.928 89.931 31.167 60.217 1.034
Jumlah
605.459
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Persentase Pengeluaran Rata – rata Makanan dan Bukan Makanan PerKapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran, Tahun 2008
Jenis Pengeluaran
Pengeluaran Perkapita Sebulan
(1)
(2)
Makanan
49,58
Bukan Makanan Perumahan Barang & Jasa
50,42 20,30 14,85
Pakaian Barang Tahan Lama Lainnya Jumlah
5,15 9,95 0,17 100,00
Sumber : BPS Prov.Kepri, Susenas 2008 (Penimbang Kab/Kota Weight_3)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
73
Lampiran
Angka Kesakitan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Di Kepulauan Anambas Kecamatan Laki-laki (1)
(2)
Jemaja
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki & Perempuan (3)
(4)
16,67
18,18
17,39
Jemaja Timur
7,69
20,00
14,29
Siantan Selatan
9,09
18,18
13,64
Siantan
20,00
30,00
24,00
Siantan Timur
14,29
9,09
12,00
7,14
18,18
12,00
Palmatak
20,00
27,27
23,08
Kepulauan Anambas
13,83
20,00
16,67
Siantan Tengah
Sumber : BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009
Rata-rata Lamanya (hari) Sakit Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin,Di Kepulauan Anambas Kecamatan Laki-laki (1)
(2)
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki & Perempuan (3)
(4)
Jemaja
4,50
4,00
4,25
Jemaja Timur
7,00
2,33
3,50
20,00
2,50
8,33
5,33
3,33
4,33
22,00
7,00
17,00
Siantan Tengah
7,00
5,00
5,67
Palmatak
3,33
3,67
3,50
Kepulauan Anambas
8,69
3,63
5,90
Siantan Selatan Siantan Siantan Timur
Sumber : BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
74
Lampiran
Angka Melek Huruf Menurut Kecamatan, Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Di Kepulauan Anambas Kecamatan (1)
Jemaja
(2)
0 - 14
Jemaja Timur
Siantan Selatan
Laki-laki
Jenis Kelamin Perempuan
L+P
(3)
(4)
(5)
Kelompok Umur
100,00
100,00
100,00
15 - 19
-
100,00
100,00
20 - 24
100,00
-
100,00
25 - 34
100,00
-
100,00
35 - 49
100,00
100,00
100,00
50+
100,00
100,00
100,00
15+
100,00
100,00
100,00
0 - 14
50,00
100,00
66,67
15 - 19
100,00
100,00
100,00
20 - 24
100,00
100,00
100,00
25 - 34
100,00
100,00
100,00
35 - 49
100,00
100,00
100,00
50+
100,00
100,00
100,00
15+
100,00
100,00
100,00
0 - 14
100,00
100,00
100,00
15 - 19
-
100,00
100,00
20 - 24
100,00
100,00
100,00
25 - 34
100,00
100,00
100,00
35 - 49
66,67
33,33
50,00
50+
50,00
0,00
25,00
15+
77,78
55,56
66,67
Sumber : BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
75
Lampiran Lanjutan..
Kecamatan (1)
Siantan
Siantan Timur
Siantan Tengah
Laki-laki
Jenis Kelamin Perempuan
L+P
(3)
(4)
(5)
Kelompok Umur (2)
0 - 14
100,00
100,00
100,00
15 - 19
100,00
100,00
100,00
20 - 24
100,00
-
100,00
25 - 34
100,00
-
100,00
35 - 49
100,00
100,00
100,00
50+
100,00
100,00
100,00
15+
100,00
100,00
100,00
0 - 14
100,00
100,00
100,00
15 - 19
100,00
#DIV/0!
100,00
20 - 24
100,00
100,00
100,00
25 - 34
100,00
100,00
100,00
35 - 49
100,00
100,00
100,00
50+
100,00
100,00
100,00
15+
100,00
100,00
100,00
0 - 14
75,00
-
75,00
15 - 19
100,00
100,00
100,00
20 - 24
100,00
100,00
100,00
25 - 34
100,00
-
100,00
35 - 49
75,00
40,00
55,56
50+
100,00
-
100,00
15+
88,89
62,50
76,47
Sumber : BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
76
Lampiran Lanjutan …
Kecamatan (1)
Palmatak
Kepulauan Anambas
Laki-laki
Jenis Kelamin Perempuan
L+P
(3)
(4)
(5)
Kelompok Umur (2)
0 - 14
100,00
100,00
100,00
15 - 19
100,00
-
100,00
20 - 24
100,00
-
100,00
25 - 34
100,00
100,00
100,00
35 - 49
100,00
100,00
100,00
50+
100,00
-
100,00
15+
100,00
100,00
100,00
0 - 14
91,30
100,00
93,55
15 - 19
100,00
100,00
100,00
20 - 24
100,00
100,00
100,00
25 - 34
100,00
100,00
100,00
35 - 49
91,30
81,48
86,00
50+
93,33
83,33
88,89
15+
95,45
88,33
92,06
Sumber : BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
77
Lampiran
Rata – rata Lama Sekolah Penduduk usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Di Kepulauan Anambas Kecamatan Laki-laki (1)
Jemaja
(2)
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki & Perempuan (3)
(4)
10,33
6,11
8,22
Jemaja Timur
8,82
8,50
8,65
Siantan Selatan
3,56
4,00
3,78
11,89
11,33
11,61
Siantan Timur
5,40
3,86
4,76
Siantan Tengah
5,44
3,25
4,41
Palmatak
6,56
3,00
5,13
Kepulauan Anambas
7,44
6,10
6,80
Siantan
Sumber : BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
78
Lampiran Pengeluaran Rata – rata (Rp) Nominal Makanan dan Bukan Makanan PerKapita Sebulan Menurut Kecamatan Di Kepulauan Anambas Kecamatan Makanan (1)
(2)
Jenis Pengeluaran Bikan Makanan Total Pengeluaran (3)
(4)
Jemaja
383.571
271.321
654.892
Jemaja Timur
290.510
146.128
436.638
Siantan Selatan
349.480
210.898
560.378
Siantan
641.743
411.753
1.053.496
Siantan Timur
323.486
244.947
568.432
Siantan Tengah
347.023
465.843
812.866
Palmatak
443.736
161.830
605.566
Kepulauan Anambas
396.485
271.511
667.996
Sumber : BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009
Persentase Pengeluaran Rata – rata (Rp) Nominal Makanan dan Bukan Makanan PerKapita Sebulan Menurut Kecamatan Di Kepulauan Anambas Kecamatan Makanan (1)
(2)
Jenis Pengeluaran Bikan Makanan Total Pengeluaran (3)
(4)
Jemaja
58,57
41,43
100,00
Jemaja Timur
66,53
33,47
100,00
Siantan Selatan
62,37
37,63
100,00
Siantan
60,92
39,08
100,00
Siantan Timur
56,91
43,09
100,00
Siantan Tengah
42,69
57,31
100,00
Palmatak
73,28
26,72
100,00
Kepulauan Anambas
59,35
40,65
100,00
Sumber : BPS Prov.Kepri, Hasil Observasi Lapangan 2009
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
79
Kesehatan
Puskesmas Tarempa
Puskesmas Keliling Laut di Jemaja
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
80
Kesehatan
Puskesmas Keliling Laut di Siantan
Sarana Air Bersih
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
81
Kesehatan
Lingkungan Perumahan
Rumah dengan Ternak Ayam
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
82
Kesehatan
Olah raga dan Kesehatan (Jemaja)
Olah raga dan Kesehatan (Jemaja)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
83
Kesehatan
Palmatak
Palmatak
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
84
Pendidikan
Tarempa
Taman Kanak-kanak Al-Quran, Tarempa
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
85
Pendidikan
Palmatak
SD Negeri 002 Palmatak
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
86
Pendidikan
SD Negeri 002 Siantan
SD Negeri 002 Siantan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
87
Pendidikan
SD Negeri 002 Siantan
SD Negeri 002 Siantan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
88
Pendidikan
SMP Negeri 2 Siantan
SMP Negeri 2 Siantan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
89
Pendidikan
Siantan
Siantan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
90
Pendidikan
Siantan Timur
Siantan Timur
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
91
Pendidikan
Nyamuk
Nyamuk
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
92
Pendidikan
Siantan Timur
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
93
Pendidikan
SD Negeri 007 Jemaja
SD Negeri 007 Jemaja
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
94
Ekonomi
PLN Wilayah III Cab. Tanjungpinang Sub Ranting Tarempa
PLN Wilayah III Cab. Tanjungpinang Sub Ranting Tarempa
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
95
Ekonomi
Distributor Minyak Tanah
Daerah Pasar di Jemaja
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
96
Ekonomi
Pasar Pagi Tradisional di Jemaja
Pasar Pagi Tradisional di Jemaja
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
97
Ekonomi
Pasar Pagi Tradisional di Jemaja
Pasar Pagi Tradisional di Jemaja
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
98
Ekonomi
Pasar Pagi Tradisional di Jemaja
Pasar Pagi Tradisional di Jemaja
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
99
Ekonomi
Pasar Pagi Tradisional di Jemaja
Pasar Pagi Tradisional di Jemaja
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
100
Ekonomi
Pasar Ikan Tradisional di Letung
Pasar Ikan Tradisional di Letung
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
101
Ekonomi
Pasar Ikan Tradisional di Letung
Pasar Ikan Tradisional di Letung
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
102
Ekonomi
Pasar Ikan Tradisional di Letung
Kursus Kompoter Kec. Jemaja
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
103
Ekonomi
Suasana di Pelabuhan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
104
KERJASAMA : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DAN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU
SURVEI PEMBANGUNAN MANUSIA 2008 RAHASIA
I. KETERANGAN TEMPAT 1
Provinsi
2
Kabupaten/Kota*)
3
Kecamatan
4
Desa/Kelurahan*)
5
Klasifikasi desa/kelurahan
1. Perkotaan
2. Perdesaan
6
Letak geografis desa/kelurahan
1. Pesisir
2. Bukan Pesisir
7
a. Nomor blok sensus b. Nomor sub blok sensus (nomor segmen)
8
Nomor kode sampel
9
Nomor urut sampel rumah tangga
10
Nama kepala rumah tangga
11
Alamat (nama jalan/gang, RT/RW/dusun)
II. RINGKASAN DARI BLOK IV 1
Banyaknya anggota rumah tangga
2
Banyaknya anggota rumah tangga umur 0 – 4 tahun
3
Banyaknya anggota rumah tangga umur 5 tahun ke atas
4
Banyaknya anggota rumah tangga umur 10 tahun ke atas
III. KETERANGAN PETUGAS 5
Nama dan NIP Kortim: ………………………………………
6
Jabatan Kortim: 1. Staf BPS Provinsi 2. Staf BPS Kab/Kota
Tanggal pencacahan:
7
Tanggal pemeriksaan:
Tanda tangan Pencacah:
8
Tanda tangan Kortim:
1
Nama dan NIP Pencacah: …………………….………
2
Jabatan Pencacah: 1. Staf BPS Provinsi 2. Staf BPS Kab/Kota
3 4
3. KSK 4. Mitra Tanggal
*) Coret yang tidak perlu
Bulan
3. KSK 4. Mitra Tanggal
Bulan
2
IV. KETERANGAN ANGGOTA RUMAH TANGGA
Hubungan Nama anggota dengan rumah tangga (art) No. kepala rumah Urut (Tulis siapa saja yang biasanya tinggal tangga dan makan di rt ini, baik dewasa, anakanak maupun bayi)
Status perJenis kawinkelamin Umur an 1. Lk (tahun) 2. Pr
(kode)
(kode) (1)
(2)
1
(3)
(4)
(5)
Berapa kali Apakah Jika Kol bepergian menjadi (7) selama korban berkode periode kejahatan 1 sd 6, 1 April – dalam Apakah 30 Juni*) setahun dilaporkan 2009? terakhir? ke Polisi? Jika tidak bepergian 1. Ya 2. Tidak isikan “00” (kode)
(6)
(7)
(8)
Art 0 – 6 Tahun
Jika Kol (9) ≠ Apakah 00, pernah Tujuan mengikuti utama pendidikan beperpra gian sekolah? yang 1. Ya, pernah terakhir 2. Ya, sedang 3. Tidak (kode)
(9)
(10)
(11)
Jika Kol (11) berkode 1 atau 2, jenis pendidikan pra sekolah (kode) (12)
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kode Kolom ( 3): Hubungan dengan kepala rt
Kode Kolom (6): Status perkawinan
Kode Kolom (7): Jenis kejahatan
1. Kepala rt 2. Istri/suami 3. Anak 4. Menantu 5. Cucu 6. Orang tua/mertua 7. Famili lain 8. Pembantu rt 9. Lainnya
1. Belum kawin 2. Kawin 3. Cerai hidup 4. Cerai mati
1. Ya, pencurian 2. Ya, perampokan 3. Ya, pembunuhan 4. Ya, penipuan 5. Ya, perkosaan 6. Ya, lainnya 7. Tidak
Kode Kolom (10): Tujuan utama bepergian yang terakhir 1. Berlibur/rekreasi 2. Profesi/bisnis 3. Misi/pertemuan/kongres 4. Pendidikan/pelatihan 5. Kesehatan 6. Berziarah/keagamaan 7. Mengunjungi teman/ keluarga 8. Olahraga/kesenian 9. Lainnya
Kode Kolom (12): Pendidikan pra sekolah **) 1. TK/BA/RA 2. Kelompok Bermain 3. Taman Penitipan Anak 4. Pos PAUD/ PAUD terintegrasi BKB/ Posyandu 5. Satuan PAUD Sejenis lainnya (PAUD-TAAM, PAUD-SM, PAUD-BIA& PAUD Lembaga lainnya)
Setiap selesai mencatat art di Kolom 2 dan Kolom 3 tanyakan sekali lagi apakah ada nama-nama yang terlewat seperti bayi yang baru lahir, art yang sementara bepergian dan pembantu yang tinggal bersama. Jika ada, masukkan dalam daftar. Sementara itu untuk art yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah atau meninggalkan rumah selama 6 bulan atau lebih tidak dianggap sebagai art, keluarkan dalam daftar, urutkan kembali nomor urut yang ada di Kolom 1. Keterangan:
*) Art yang bepergian: Melakukan perjalanan ke obyek wisata komersial, dan atau menginap di akomodasi komersial, dan atau jarak perjalanan 100 km dan lebih (p.p), tidak termasuk pelaju (commuter), sekolah dan bekerja **) PAUD: Pendidikan Anak Usia Dini • PAUD terintegrasi BKB: PAUD terintegrasi Bina Keluarga Balita • PAUD – TAAM: PAUD - Taman Asuh Anak Muslim • PAUD – SM: PAUD - Sekolah Minggu • PAUD – BIA: PAUD - Bina Iman Anak Katolik
3
V. KETERANGAN PERORANGAN TENTANG KESEHATAN, PENDIDIKAN, KETENAGAKERJAAN, SERTA FERTILITAS DAN KB Nama: ................................................ No. urut: ......... No. urut ibu kandung: .................................................. [Isikan 00 bila ibu kandung tidak tinggal di rt ini] Pemberi informasi: Nama: ................................................ No. urut: .........
V.A. KETERANGAN KESEHATAN (UNTUK SEMUA UMUR) 1. Apakah dalam 1 bulan terakhir mempunyai keluhan kesehatan seperti di bawah ini? (Bacakan dari a s.d. h) [Isikan kode 1 bila ada, kode 2 bila tidak ada] a. Panas
e. Diare/buang2 air
b. Batuk
f. Sakit kepala berulang
c. Pilek
g. Sakit gigi
d. Asma/napas sesak/cepat h. Lainnya*) [Jika semua R.1 = 2, lanjutkan ke R.7] 2. Kalau ada keluhan, apakah menyebabkan terganggunya pekerjaan, sekolah, atau kegiatan sehari-hari? 1. Ya 2. Tidak ¨ [R.4.a] 3. Lamanya terganggu: .......................... hari 4. a. Apakah pernah mengobati sendiri dalam 1 bulan terakhir? 1. Ya 2. Tidak ¨ [R.5] b. Jenis obat/cara pengobatan yang digunakan: [Isikan kode 1 bila ya, kode 2 bila tidak] 1. Tradisional
2. Modern
3. Lainnya
5. Apakah pernah berobat jalan dlm 1 bulan terakhir? 1. Ya 2. Tidak ¨ [R.7] 6. Berapa kali berobat jalan selama 1 bulan terakhir: [Isikan frekuensi berobat jalan untuk setiap fasilitas] a. RS Pemerintah
e. Praktek nakes
b. RS Swasta
f. Praktek batra
c. Praktek dokter/poliklinik
g. Dukun bersalin
d. Puskesmas/Pustu
h. Lainnya
7. Apakah pernah rawat inap dalam 1 tahun terakhir? 1. Ya 2. Tidak ¨ [R.9.a] 8. Lamanya hari rawat inap (dalam hari): a. RS Pemerintah
d. Praktek nakes
b. RS Swasta
e. Praktek batra
c. Puskesmas
f. Lainnya
V.B. KESEHATAN BALITA (UNTUK ART UMUR 0-59 BULAN) 9. a. Umur dalam bulan: ................................. bulan (ke R.10 bila isian ≠ 00) b. Jika R.9.a = 00, umur dalam hari: .............. hari *) Misalnya: Campak, telinga berair/congek, sakit kuning/liver, kejangkejang, lumpuh, pikun, kecelakaan, dll.
10. Siapa yang menolong proses kelahiran? [Isikan kode jawaban langsung ke kotak] 1. Dokter 4. Dukun bersalin 2. Bidan 5. Famili/keluarga 3. Tenaga paramedis lain 6. Lainnya
Pertama a Terakhir b
11. Berapa kali sudah mendapat imunisasi? [Isikan 0, bila belum pernah diimunisasi] a. BCG
d. Campak/Morbili
b. DPT
e. Hepatitis B
c. Polio 12. a. Apakah pernah diberi Air Susu Ibu (ASI)? 1. Ya 2. Tidak ¨ [Art lain] b. Jika “Ya” (R.12.a=1), lama pemberian ASI: [Isikan dalam ”hari” bila umur < 1 bulan dan dalam ”bulan” bila umur ≥ 1 bulan]: 1. Lama pemberian ASI: ...................................... 2. ASI saja: .......................................................... 3. ASI dengan makanan pendamping: ................
V.C. KETERANGAN PENDIDIKAN (UNTUK ART 5 TAHUN KE ATAS) 13. Partisipasi bersekolah: 1. Tidak/belum pernah bersekolah ¨ [R.17] 2. Masih bersekolah 3. Tidak bersekolah lagi 14. Jenjang dan jenis pendidikan tertinggi yang pernah/ sedang diduduki: 01. SD/SDLB 07. SMK 02. M. Ibtidaiyah 08. D1/D2 03. SMP/SMPLB 09. D3/Sarjana Muda 04. M. Tsanawiyah 10. D4/S1 05. SMU/SMLB 11. S2/S3 06. M. Aliyah 15. Tingkat/kelas tertinggi yang pernah/sedang diduduki: 1
2
3
4
5
6
7
8 (Tamat)
16. Ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki: 01. Tidak Punya Ijazah SD 02. SD/SDLB 03. M. Ibtidaiyah 04. SMP/SMPLB 05. M. Tsanawiyah 06. SMU/SMLB
07. M. Aliyah 08. SMK 09. D1/D2 10. D3/Sarjana Muda 11. D4/S1 12. S2/S3
17. Dapat membaca dan menulis: [Isikan kode 1 bila ya, kode 2 bila tidak] a. Huruf Latin b. Huruf Arab
c. Huruf lainnya
1 2 3
4
HANYA UNTUK ART BERUMUR 5 – 24 TAHUN 18. Jika R.13 = 1 atau 3, alasan tidak/belum pernah bersekolah atau tidak bersekolah lagi: 01. Tidak ada biaya 02. Bekerja/mencari nafkah 03. Menikah/mengurus rt 04. Merasa penddk cukup 05. Belum cukup umur 06. Malu karena ekonomi
1. Berusaha sendiri
07. Sekolah jauh 08. Cacat 09. Menunggu pengumuman 10. Tidak diterima 11. Lainnya
2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar 3. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 4. Buruh/karyawan/pegawai 5. Pekerja bebas
19. Jika R. 13 = 3, kapan berhenti bersekolah? [Isikan ‘00 dan 0000' bila berhenti sebelum tahun 1999]
Bulan: .............
6. Pekerja tidak dibayar
Tahun: ..............
V.D. KETENAGAKERJAAN (UNTUK ART BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS) 20. a.
b.
Apakah melakukan kegiatan seperti di bawah ini selama seminggu terakhir? 1. Bekerja 1. Ya 2. Tidak 2. Sekolah 1. Ya 2. Tidak 3. Mengurus rt 1. Ya 2. Tidak 4. Lainnya selain 1. Ya 2. Tidak kegiatan pribadi *) [Jika R.20.a.1 s.d. 4 = 2, lanjutkan ke R.21]
25. Status/kedudukan dalam pekerjaan utama selama seminggu terakhir:
V.E. FERTILITAS & KELUARGA BERENCANA (UNTUK WANITA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS) WANITA BERSTATUS KAWIN, CERAI HIDUP, CERAI MATI (Blok IV, Kolom 4 = 2 & Kolom 6 = 2, 3, atau 4)
1 2
26. Umur pada saat perkawinan pertama: ......... tahun
3 4
Dari kegiatan 1 s.d. 4 di atas yg menyatakan “Ya”, kegiatan apakah yang menggunakan waktu terbanyak selama seminggu terakhir? 1 2 3 4 [Jika R.20.a.1 = 1, lanjutkan ke R.22]
21. Apakah mempunyai pekerjaan/usaha, tetapi sementara tdk bekerja selama seminggu terakhir? 1. Ya 2. Tidak 22. Apakah sedang mencari pekerjaan atau mempersiapkan suatu usaha selama seminggu terakhir? 1. Ya 2. Tidak
HANYA UNTUK ART YANG BEKERJA [R.20.a.1 = 1 atau R.21 = 1] 23. a. Jumlah hari kerja: ....................... hari b. Jumlah jam kerja dari seluruh pekerjaan seminggu terakhir: .................. jam 24. Lapangan usaha/bidang pekerjaan utama dari tempat bekerja selama seminggu terakhir: 01. Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan 02. Pertambangan dan penggalian 03. Industri pengolahan 04. Listrik, gas, dan air minum 05. Konstruksi 06. Perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi 07. Angkutan, pergudangan dan komunikasi 08. Lembaga Keuangan, real estat, usaha persewaan, dan jasa perusahaan 09. Jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan 10. Lainnya *) Yang termasuk kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi, misal: olah raga, kursus, piknik, dan kegiatan sosial (berorganisasi, kerja bakti).
27. Jumlah tahun dlm ikatan perkawinan: .......... tahun 28. Jumlah anak kandung (a.k.) yang dilahirkan:
Lakilaki
Perempuan
a. A.k. lahir hidup b. A.k. masih hidup c. A.k. sudah meninggal 29. Penggunaan/pemakaian alat/cara KB: 1. Sedang menggunakan 2. Tidak menggunakan lagi 3. Tidak pernah menggunakan
R.31
30. Jika sedang menggunakan (R.29=1), alat/cara KB yang sedang digunakan/dipakai: 1. 2. 3. 4. 5.
MOW/tubektomi 6. Pil KB MOP/vasektomi 7. Kondom/karet KB AKDR/IUD/spiral 8. Intravag/tisue/kondom Suntikan KB wanita Susuk KB/norplan/ 9. Cara tradisional implanon/alwalit [Lanjutkan ke art lain]
31. Bagi yang tidak ber-KB (R.29=2 atau 3), apakah (masih) ingin punya anak? 1. Ya, segera (< 2 tahun) Ä [Art lain] 2. Ya, kemudian ( ≥ 2 tahun) 3. Tidak 32. Jika R.31 = 2 atau 3, alasan utama tidak ber-KB: 1. Alasan fertilitas 5. Lainnya 2. Menentang utk memakai (.............................) 3. Kurang pengetahuan 6. Tidak tahu 4. Alasan alat/cara KB
Laki-laki + Perempuan
5
VI. KETERANGAN PERUMAHAN 1. Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati: 1. Milik sendiri 5. Dinas 2. Kontrak 6. Milik orang tua/sanak/ 3. Sewa saudara 4. Bebas sewa 7. Lainnya 2. Jenis atap terluas: 1. Beton 5. Asbes 2. Genteng 6. Ijuk/rumbia 3. Sirap 7. Lainnya 4. Seng 3. Jenis dinding terluas: 1. Tembok 3. Bambu 2. Kayu 4. Lainnya 4. Jenis lantai terluas: 1. Bukan tanah 2. Tanah 5. Luas lantai: ........................... m2 6. a. Sumber air minum: 01. Air kemasan 08. Mata air bermerk ¨[R.8] terlindung 02. Air isi ulang ¨[R.8] 09. Mata air tak terlindung 03. Leding meteran ¨ [R.7] 04. Leding eceran ¨ [R.8] 10. Air sungai 05. Sumur bor/pompa 11. Air hujan [R.7] 12. Lainnya 06. Sumur terlindung 07. Sumur tak terlindung b. Jika R.6.a = 05 s.d. 09 (pompa/sumur/mata air) jarak ke tempat penampungan kotoran/tinja terdekat: 1. < 10 m 3. Tidak tahu 2. ≥ 10 m 7. Jika R.6.a =03, 05 s.d. 12 penggunaan fasilitas air minum: 1. Sendiri 3. Umum 2. Bersama 4. Tidak ada 8. Cara memperoleh air minum: 1. Membeli 2. Tidak membeli 9. a. Penggunaan fasilitas tempat buang air besar: 1. Sendiri 3. Umum 2. Bersama 4. Tidak ada ¨ [R.9.c] b. Jenis kloset: 1. Leher angsa 3. Cemplung/cubluk 2. Plengsengan 4. Tidak pakai c. Tempat pembuangan akhir tinja: 1. Tangki/SPAL 4. Lubang tanah 2. Kolam/sawah 5. Pantai/tanah lapang/ 3. Sungai/danau/ kebun laut 6. Lainnya 10. a. Sumber penerangan: 1. Listrik PLN 4. Pelita/sentir/obor 2. Listrik non PLN 5. Lainnya 3. Petromak/aladin b. Jika listrik PLN, daya terpasang: 1. 450 watt 4. 2.200 watt 2. 900 watt 5. > 2.200 watt 3. 1.300 watt 6. Tanpa meteran 11. Bahan bakar/energi utama untuk memasak: 1. Listrik 3. Minyak Tanah 5. Kayu bakar 2. Gas/elpiji 4. Arang/briket 6. Lainnya
VII. PENGELUARAN RUMAH TANGGA VII.A. PENGELUARAN UNTUK MAKANAN SELAMA SEMINGGU TERAKHIR
[BERASAL DARI PEMBELIAN, PRODUKSI SENDIRI, DAN PEMBERIAN]
(1) 1. Padi-padian a. Beras b. Lainnya (jagung, terigu, tepung beras, tepung jagung, dll). 2. Umbi-umbian (ketela pohon, ketela rambat, kentang, gaplek, talas, sagu,dll.) 3. Ikan/udang/cumi/kerang a. Segar/ basah b. Asin/diawetkan 4. Daging (daging sapi/kerbau/kambing/domba/ babi/ayam, jeroan, hati, limpa, abon, dendeng, dll) 5. Telur dan susu a. Telur ayam/ itik/ puyuh b. Susu murni, susu kental, susu bubuk, dll. 6. Sayur-sayuran (bayam, kangkung, ketimun, wortel, kacang panjang, buncis, bawang, cabe, tomat, dll.) 7. Kacang-kacangan (kacang tanah/hijau/ kedele/ merah/ tunggak/mete, tahu, tempe, tauco, oncom, dll.) 8. Buah-buahan (jeruk, mangga, apel, durian, rambutan, salak, duku, nanas, semangka, pisang, pepaya, dll.) 9. Minyak dan lemak (minyak kelapa/ goreng, kelapa, mentega, dll.) 10. Bahan minuman (gula pasir, gula merah, teh, kopi, coklat, sirup, dll.) 11. Bumbu-bumbuan (garam, kemiri, ketumbar, merica, terasi, kecap, vetsin, dll.) 12. Konsumsi Lainnya a. Mie instant, mie basah, bihun, makaroni/ mie kering. b. Lainnya (kerupuk, emping, dll.) 13. Makanan dan minuman jadi a. Makanan jadi (roti, biskuit, kue basah, bubur, bakso, gado-gado, nasi rames, dll.) b. Minuman non alkohol (soft drink, es sirop, limun, air mineral, dll) c. Minuman mengandung alkohol (bir, anggur, dan minuman keras lainnya). 14. Tembakau dan sirih a. Rokok (rokok kretek, rokok putih, cerutu) b. Lainnya (sirih, pinang, tembakau, dan lainnya) 15. Jumlah pengeluaran makanan (Rincian 1 s.d 14)
Jumlah (Rp) (2)
6
VII. PENGELUARAN RUMAH TANGGA (LANJUTAN ) VII.B. PENGELUARAN BUKAN MAKANAN ( BERASAL DARI PEMBELIAN, PRODUKSI SENDIRI DAN PEMBERIAN )
(1) 16. Perumahan dan fasilitas rumah tangga a. Sewa, kontrak, perkiraan sewa rumah (milik sendiri, bebas sewa, dinas), dan lain-lain
Sebulan Terakhir (Rp)
12 bulan Terakhir (Rp)
(2)
(3)
b. Pemeliharaan rumah dan perbaikan ringan c. Rekening listrik, air, gas, minyak tanah, kayu bakar, dll d. Rekening telepon rumah, pulsa HP, telepon umum, wartel, internet, warnet, benda pos, dll 17. Aneka barang dan jasa a. Sabun mandi/cuci, kosmetik, perawatan rambut/muka, tisu, dll b. Biaya kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dokter praktek, dukun, obatobatan dan lainnya) c. Biaya Pendidikan (uang pendaftaran, SPP, komite sekolah, uang pangkal/ daftar ulang, pramuka, prakarya, kursus dan lainnya) d. Transportasi, pengangkutan, bensin, solar, minyak pelumas e. Jasa lainnya (gaji sopir, pembantu, rumah tangga, hotel, dll) 18. Pakaian, alas kaki, dan tutup kepala (pakaian jadi, bahan pakaian, sepatu, topi dan lainnya) 19. Barang tahan lama (alat rumah tangga, perkakas, alat dapur, alat hiburan (elektronik), alat olahraga, perhiasan, kendaraan, payung, arloji, kamera, HP, pasang telepon, pasang listrik, barang elektronik dll.) 20. Pajak, pungutan, dan asuransi a. Pajak (PBB, pajak kendaraan) b. Pungutan/retribusi c. Asuransi Kesehatan d. Lainnya (Asuransi lainnya, tilang, PPh, dll) 21. Keperluan pesta dan upacara/kenduri tidak termasuk makanan (perkawinan, ulang tahun, khitanan, upacara keagamaan, upacara adat, dan lainnya). 22. Jumlah pengeluaran bukan makanan (Rincian 16 s.d. Rincian 21) 23. Rata-rata pengeluaran makanan sebulan (Rincian 15 x
30 ) 7
24. Rata-rata pengeluaran bukan makanan sebulan (
Rincian 22 Kolom 3 ) 12
25. Rata-rata pengeluaran rumah tangga sebulan (Rincian 23 + 24) 26. Sumber penghasilan terbesar rumah tangga (pilih dari art dengan penghasilan terbesar): a. Lapangan Usaha ..................................................................................... (Tulis selengkap-lengkapnya) b. Status Pekerjaan: 0. Penerima pendapatan 1. Buruh/karyawan
2. Pengusaha
[Diisi Kortim]
7
VIII. KETERANGAN SOSIAL EKONOMI LAINNYA 1. Apakah tersedia jaminan pembiayaan/asuransi kesehatan untuk keperluan berobat jalan/rawat inap di bawah ini ? [ Isikan kode 1 bila ya, kode 2 bila tidak ]
b.
Jika kredit usaha yang diterima lebih dari 1 jenis, mana yang terbesar? (Tuliskan salah satu kode kredit usaha, 1 s.d. 6 dari Rincian 5.a)
a. JPK PNS/Veteran/Pensiun b. JPK Jamsostek c. Asuransi Kesehatan Swasta d. Tunjangan/penggantian biaya oleh perusahaan e. JPK MM/Kartu sehat/JPK gakin/kartu miskin/ kartu jamkesmas f. Dana sehat g. JPKM/JPK Lain 2. a. Apakah ada anggota rumah tangga yang mendapatkan pelayanan kesehatan gratis selama 6 bulan terakhir? 1. Ya 2. Tidak ¨ [R.3] b. Jika “Ya” (R.2.a=1), kartu yang digunakan: 1. Jamkesmas 3. Surat Miskin/SKTM 2. Kartu Sehat 4. Lainnya: .................................. 3. Apakah rumah tangga ini penerima BLT 2008/2009? 1. Ya 2. Tidak
IX. TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI 1. Apakah di rumah tangga ini ada telepon rumah? 1. Ya
2. Tidak
2. a. Apakah ada anggota rumah tangga yang menguasai telepon seluler (HP)? 1. Ya
2. Tidak ¨ [R.3]
b. Jika “Ya”, banyaknya anggota rumah tangga yang menguasai nomor HP yang aktif: ......... orang c. Jumlah nomor HP aktif yang dikuasai seluruh anggota rumah tangga: ………… nomor 3. Apakah rumah tangga ini menguasai komputer? [Isikan kode 1 bila ya, kode 2 bila tidak] a. Desktop/ PC b. Laptop/ Note book
4. a. Apakah rumah tangga pernah membeli beras murah untuk rumah tangga miskin (raskin) selama 3 bulan terakhir? 1. Ya 2. Tidak ¨ [R.5.a]
b. Jika “Ya” (R.4.a= 1), berapa kg beras raskin yang terakhir dibeli? ............................... kg
4. Penggunaan internet: Apakah ada art Lokasi/ Media Akses
c. Berapa rupiah per kg yang dibayar oleh rumah tangga untuk membeli beras raskin yang terakhir? Rp ........................................................... 5. a. Apakah ada anggota rumah tangga yang menerima kredit usaha dlm setahun terakhir? [Isikan kode 1 bila ya, kode 2 bila tidak]
(1) a. Rumah b. Warnet
2. Program pemerintah lainnya
c. Kantor
3. Program Bank
5. Perorangan 6. Lainnya (...........................................)
internet sebulan terakhir? 1. Ya 2. Tidak
1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
4. Program Koperasi/ Yayasan
yang mengakses
d. Sekolah e. Lainnya (Cafe, Hotel dsb)
(2)
Jika “Ya”, jumlah art yang mengakses (orang) (3)
8
X. CATATAN
Daftar Pustaka Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, 2006. “Kepulauan Riau Dalam Angka 2005”, Kerjasama antara BPS Propinsi Kepulauan Riau dan Pemerintah Propinsi Kepulauan Riau, Tanjungpinang. Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, 2007. “Kepulauan Riau Dalam Angka 2006”, Kerjasama antara BPS Propinsi Kepulauan Riau dan Pemerintah Propinsi Kepulauan Riau, Tanjungpinang. Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, 2008. “Kepulauan Riau Dalam Angka 2007”, Kerjasama antara BPS Propinsi Kepulauan Riau dan Pemerintah Propinsi Kepulauan Riau, Tanjungpinang. Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, 2009. “Kepulauan Riau Dalam Angka 2008”, Kerjasama antara BPS Propinsi Kepulauan Riau dan Pemerintah Propinsi Kepulauan Riau, Tanjungpinang. Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, 2006. “Pendapatan Domestik Regional Bruto 2005”, BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, 2007. “Pendapatan Domestik Regional Bruto 2006”, BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, 2008. “Pendapatan Domestik Regional Bruto 2007”, BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau, 2009. “Pendapatan Domestik Regional Bruto 2009”, BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik, 1998. “Kumpulan Bahan Bahan Penyusunan Indikator Kesejahteraan Rakyat”, BPS. Jakarta Badan Pusat Statistik, 2001. “Pedoman Materi Teknis Pelatihan Analisis Profil Kependudukan Hasil Sensus Penduduk 2000”, Pusdiklat BPS., Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2005. “Indikator Kesejahteraan Rakyat 2004” (Welfare Indicators) , BPS., Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2006. “Indikator Kesejahteraan Rakyat 2005” (Welfare Indicators) , BPS., Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2007. “Indikator Kesejahteraan Rakyat 2006” (Welfare Indicators) , BPS., Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2008. “Indikator Kesejahteraan Rakyat 2007” (Welfare Indicators) , BPS., Jakarta.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
113
Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik, 2005. “Laporan Kegiatan Percepatan Penyediaan Data Statistik Dalam Rangka Kebijakan Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2006”, Departemen Keuangan dan Badan Pusat Statistik, Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2007. “Laporan Kegiatan Percepatan Penyediaan Data Statistik Dalam Rangka Kebijakan Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2008”, Departemen Keuangan dan Badan Pusat Statistik, Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2008. “Laporan Kegiatan Percepatan Penyediaan Data Statistik Dalam Rangka Kebijakan Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2009”, Departemen Keuangan dan Badan Pusat Statistik, Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2005. “Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2005”, BPS. Jakarta Badan Pusat Statistik, 2006. “Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2006”, BPS. Jakarta Badan Pusat Statistik, 2007. “Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2007”, BPS. Jakarta Badan Pusat Statistik, 2008. “Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2008”, BPS. Jakarta Badan Pusat Statistik, 2006. “Angkatan Kerja Tahun 2006, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional, Februari 2006”, BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2006. “Angkatan Kerja Tahun 2006, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional, Agustus 2006”, BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2007. “Angkatan Kerja Tahun 2007, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional, Februari 2007”, BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2007. “Angkatan Kerja Tahun 2007, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional, Agustus 2007”, BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2008. “Angkatan Kerja Tahun 2008, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional, Agustus 2008”, BPS. Jakarta. Coale, J. Ansley and Demeny Paul, 1966. “Regional Model Life Tables and Stable Populations”, Princeton University Press, Princetown, New Jersey
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2008
114