Gerbang
Bupati Blitar Menyimpan Obsesi
Besar
Bupati Blitar Herry Noegroho, SE. MH rasanya sudah berhasil memulihkan kekepercayaan masyarakat atas kinerja birokrasi dalam mengawal pembangunan. Terbukti hingga peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar yang ke 688 pada tanggal 5 Agustus 2012, tidak dibarengi gejolak di seluruh Kabupaten Blitar. Lantas apa obsesi yang belum terlaksana?
“Obsesi saya adalah merealisasikan proyekproyek yang dibutuhkan masyarakat,” ujarnya kepada Majalah Penataran, (12/7). Fasilitas yang membutuhkan penanganan itu, antara lain saluransaluran pertanian, jembatan desa, jalan-jalan kawasan terisolasi dan sebagainya. Khusus dalam peringatan hari jadi kali ini, Bupati menyampaikan selamat kepada seluruh masyarakat Kabupaten Blitar. Pasalnya hingga dilaksanakan resepi peringatan kali ini, Kabupaten Blitar mendapat kado prestasi berupa Piala Adipura, Pelaksana PNPM Terbaik Nasional dan penghargaan Pakarti Utama I sebagai Pelaksana Terbaik Kelompok UP2K – PKK Tingkat Nasional di sepanjang tahun 2012. Kebahagiaan terlukis di raut putra Blitar yang sudah dua periode memimpin Kaupaten Blitar itu. Pasalnya dalam peringatan kali ini, masyarakat Kabupaten Blitar berada dalam suasana tenang, bekerja dengan baik sembari beribadah di bulan Ramadhan. Bandingkan dengan masyarakat di beberapa daerah yang pada hari-hari ini masih bergelut
4
ATARAN Majalah PEN PENA
Bupati Blitar, H Herry Noegroho
dengan bermacam persoalan. Di Papua terjadi gangguan keamanan, sehingga masyarakat takut keluar
rumah. Di Sulawesi masih diliputi kekhawatiran bencana gunung meletus. Serta di daerah-daerah lain dengan aneka persoalan yang membuat masyarakatnya dicekam kekhawatiran sepanjang siang dan malam. “Dalam momentum hari jadi ini, mari kita membangun kebersamaan, antara masyarakat dan pemerintah daerah,” lanjutnya. Komitmen kebersamaan ini, memang sudah banyak dirasakan manfaatnya. Misalnya dalam pembangunan good government dan clean government, di dalamnya melibatkan partisipasi masyarakat. Pengamat sosial di Jatinom, Dr. Soleh Muaidi menilai, Bupati Blitar terbukti cukup cerdik dengan melibatkan masyarakat dalam skema pembangunan, karena terbukti memberi dampak nyata. “Penanganan kasus pada beberapa birokrat, mulai dari skala kecil di lingkup internal, hingga dibawa ke ranah hukum, justru berangkat dari temuan-temuan masyarakat. Ini realitas, bahwa kebersamaan dengan masyarakat itu telah memberi kontribusi bagi pemerintahan Bupati Herry Noegroho,” kata Soleh kepada Majalah Penataran. Peran masyarakat itu ditunjukkan melalui keberadaan LSM, kelompok kritis, komunitas media dan sebagainya. Implementasi pelaksanaan visi dan misi pasangan Bupati Herry Noegroho, SE. MM dan Wabup Drs. Rijanto, MM menjadi panduan utama. Dalam mewujudkan kesejahteraan, bukan berarti pemerintah daerah harus rajin membagi-bagikan uang agar masyarakat merasa senang. Justru hal ini dapat menciptakan ketergantungan. Situasi yang diharapkan adalah terciptanya layanan birokrasi yang baik dan kondusif, sehingga mendorong masyarakat berkesempatan menjalankan usaha sesuai dengan ketrampilan dan kemampuan yang dimiliki. Bupati dan Wakil Bupati Blitar sudah bergerak ke medan perang, yaitu memberantas musuh yang bernama kemiskinan dan ketidakadilan. Oleh sebab itu, perlu dijaga agar tidak boleh ada musuh dalam selimut. Misalnya, pihak-pihak yang mengganggu kelancaran pelayanan birokrasi, pelaksana kegiatan fisik dan jasa, serta bidang lain yang bersentuhan dengan kepentingan masyarakat.
Keluarga Mantap Bupati Herry Noegroho mengaku secara pribadi sudah merasa plong, karena telah berhasil mengantar kedua putranya ke jenjang pernikahan. Putra sulung Wima Bramantya mengakhiri lajangnya di tahun 2012, sedangkan putra kedua, Randu Ramaditya bahkan sudah memberikan cucu kesayangan. “Tugas saya adalah menghabiskan masa jabatan dengan membangun Kabupaten Blitar yang lebih baik lagi,” ujarnya. Dan ia merasa bangga, karena tetap mendapat dukungan istri tercintanya, Ny. Era Herry Noegroho, dalam suka-duka mengarungi bahtera rumah tangga. Fakta membuktikan, pasangan ini sudah teruji menghadapi segala rintangan besar dalam menjalankan amanah memimpin Kabupaten Blitar. Masuk dunia birokrasi tahun 2000, dengan jabatan Wakil Bupati Blitar, menjadi arena untuk pembelajaran karena sebelumnya hidup sebagai keluarga pengusaha Perkebunan Kopi Karanganyar. Kinerja keluarga Herry Noegroho ternyata mendapat kepercayaan masyarakat, terbukti dalam Pilkada tahun 2005 akhirnya terpilih sebagai Bupati Blitar untuk masa lima tahun. Bahkan ketika Pilkada tahun 2010, kembali terpilih sebagai Bupati untuk masa bakti lima tahun berikutnya.
Keluarga H. Herry Noegroho
“Asalkan suasana terjaga kondusif, tentu kita bisa bekerja dengan baik,” kata Bupati Herry Noegroho memaparkan resep jitu-nya. Hal itu tampak dengan gayanya yang seniman dan menjalani program-program kegiatan secara mengalir bagaikan air, nyatanya mampu menghasilkan prestasi demi prestasi yang meningkatkan harga diri masyarakat Kabupaten Blitar.
Ny. Era Herry Noegroho pun tidak kalah mengesankan dalam memajukan Tim Penggerak PKK Kabupaten Blitar. Organisasi para istri birokrat itu dibawa dalam suasana kerja yang dinamis. “Kalau para istri para pejabat itu menghasilkan ide-ide bagus, Insya Allah sangat membantu prestasi suami dalam menjalankan tugasnya,“ kata Ny Era. D pur
Bupati di tengah korban banjir
ATARAN 5 Majalah PEN PENA
Gerbang
Wlingi, Sukses Raih Adipura 2012
B
Ruas jalan protokol di Wlingi tampak bersih dan asri
erita membanggakan masyarakat Kabupaten Blitar datang dari Kecamatan Wlingi. Ini ketika Wlingi kembali berhasil meraih Piala Adipura dari Pemerintah Pusat. Penghargaan ini diberikan kepada masyarakat Kabupaten Blitar khususnya masyarakat Wlingi yang telah menjadikan kota kecilnya bersih dan teduh. Bersih dan sehat memang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di daerah ini. Tidaklah semudah membalikkan telapak tangan untuk mendapatkan penghargaan ini. Dibutuhkan kerja keras dan kerjasama masyarakat Wlingi bersama Pemerintah Kabupaten Blitar untuk mewujudkan kota yang teduh, hijau dan bersih. Akhirnya, kerja keras ini dihargai dengan diberikannya Piala Adipura untuk kategori kota kecil yang diserahkan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Bupati Blitar, H. Herry Noegroho, SE. MH di Istana Negara Jakarta pada awal Juni lalu. Menanggapi itu, Bupati Blitar, H. Herry Noegroho, SE. MH. mengungkapkan rasa bangganya Kabupaten Blitar berhasil memboyong kembali Piala Adipura yang sempat “hilang” di tahun 2011 lalu. Tahun 2011, meski sudah berusaha keras menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, penghargaan Adipura belum berhasil didapat kala itu. “Ini berkat kerja keras masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Blitar. Akhirnya, kerja keras ini membuahkan hasil,” katanya.
6
ATARAN Majalah PEN PENA
Orang nomor satu di Pemkab Blitar ini juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada masyarakat Kabupaten Blitar, khususnya warga Kecamatan Wlingi yang telah menciptakan lingkungan bersih dan teduh. “Apa yang sudah kita laksanakan hendaknya dipertahankan dan kegiatan Jumat Bersih terus dilaksanakan,” tegas Herry Noegroho.
Dalam mengikuti lomba Adipura kali ini, masyarakat Wlingi sangat bersemangat. Hal ini dibuktikan dengan adanya peran serta masyarakat di daerah ini yang menata keindahan lingkunganya masing-masing. Mulai dari lingkungan permukiman, perumahan, jalan kolektor (kelurahan), jalan protokol, pasar, pertokoan, perkantoran, sekolah dan rumah sakit tampak bersih dan teduh. Hal ini diakui Camat Wlingi, Totok Tri Wibisono, SE. kepada Majalah Penataran di kantornya. Diungkapkan, tak hanya masyarakat, peran pengusaha di Wlingi juga luar biasa dalam menyambut lomba Adipura ini. “Peran pengusaha layak diacungi jempol. Luar biasa dalam mendukung keberhasilan Kota Wlingi meraih Piala Adipura. Hal ini dibuktikan dengan sumbangan berupa pot bunga dan tempat sampah yang ada di pinggir jalan protokol dan jalan kolektor di Wlingi” jelasnya. Tim juri Adipura dari pusat blusukan ke tempat umum untuk melakukan penilaian. Di antaranya melakukan penilaian di pasar, Rumah Sakit Mardi Waluyo Wlingi, Puskesmas, lembaga pendidikan (MAN Wlingi, SMPN 1 Wlingi, SMPN 2 Wlingi, SDN Babadan 1, SDN Beru 1, SDN Tangkil 1), Sungai Ngambak, Sungai Lekso, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Ahmad Yani, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk. Tempat-tempat ini memang tampak sangat bersih dan jauh dari kesan kotor. “Penghargaan ini berkat kerja keras masyarakat
Totok Tri Wibisono, SE.
perangkat desa se-Wlingi menuju Pendopo Kabupaten Blitar. Di pendopo Kabupaten Blitar, kegiatan dilanjutkan dengan acara tasyakuran bersama seluruh pejabat dari SKPD dan Camat se-Kabupaten Blitar. Keesokan harinya, tepatnya di Jalan Urip Sumoharjo depan Taman Kota Wlingi, digelar upacara penyerahan Trophy Adipura dari Bupati Blitar, Herry Noegroho, SE. MH. kepada Camat Wlingi Totok Tri Wibisono. Kegiatan tersebut dihadiri pejabat SKPD, Camat se- Kabupaten Blitar, kades dan perangkat desa se-Kecamatan Wlingi, Satgas Adipura, Pasukan Kuning, tokoh masyarakat dan para pelajar. Dhend
Mesin pengolah sampah plastik jadi BBM, mendapatkan point tinggi dalam penilaian Adipura Wlingi 2012
Wlingi. Juga yang tak kalah penting peran serta Satgas Adipura sangatlah membantu kinerja pemerintah daerah dalam menyiapkan lomba Adipura ini,” tambah Totok Tri Wibisono. Sebanyak 50 anggota Satgas Adipura yang terdiri dari berbagai unsur di antaranya anggota TNI, Polri, PNS, Pengusaha dan tokoh masyarakat ini melakukan kegiatan sosialisasi langsung ke masyarakat. Tak hanya itu, Satgas Adipura ini tidak segan-segan untuk turun langsung bersama masyarakat melakukan kerja bakti setiap hari Jum’at. “Satgas Adipura ini ini tidak malu-malu potong rumput di pinggir jalan demi menciptakan kebersihan di Kota Wlingi,” tegas Totok. Satgas Adipura menjadi teladan bagi masyarakat Wlingi untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Mereka juga sebagai satuan yang senantiasa mensosialisasikan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. “Yang jelas keberadaan Satgas Adipura ini sangat membatu pemerintah dan masyarakat. Saya sangat berterima kasih kepada mereka,” imbuhnya. Tak hanya Satgas Adipura yang berperan dalam mensukseskan lingkungan bersih dan teduh di Kecamatan Wlingi, namun keberadaan Bank Sampah yang didirikan masyarakat mempunyai point tersendiri bagi tim penilai pusat. Bank Sampah merupakan usaha dari warga sebagai pengepul sampah yang bertugas memisahkan sampah plastik dan sampah rumah tangga. Sampah plastik dikumpulkan tersendiri dan dikirim ke TPA Tegalasri untuk diolah menjadi Bahan Bakar Minyak. Sementara, sampah dari rumah tangga (sampah organik) akan ditimbun dengan tanah selama 20 hari untuk dijadikan kompos.
Peranan ibu-ibu yang tergabung dalam tim penggerak PKK Kecamatan Wlingi juga tak dapat dilepaskan dari keberhasilan Kota Wlingi meraih Adipura. “Para ibu-ibu juga giat mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan,” jelas Totok Tri Wibisono. Ibuibu juga senantiasa memberikan sosialisasi kepada PKL makanan tentang pentingnya membuat makanan sehat. Soliasisasi ibu-ibu ini juga dilakukan di sekolahsekolah yang ada di daerah ini. Tampak meriah warga Kabupaten Blitar dalam menyambut kehadiran Piala Adipura. Kemeriahan tersebut ditandai dengan adanya penjemputan Trophy Adipura dari Bendungan Selorejo, Trophy Adipura tersebut diarak klub motor Phantom, kades dan
Bupati Herry Noegroho mengajak masyarakat tanam pohon untuk penghijauan dan keteduhan
Pot bunga merpercantik ruas jalan protokol di Wlingi
ATARAN 7 Majalah PEN PENA
Gerbang Peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar ke 688
ke 688 ini dipusatkan di Pendopo Kabupaten Blitar. Untuk peringatan Hari Jadi kali ini tak banyak lomba-lomba yang digelar. Padahal sebelumnya, bermacam-macam lomba olahraga digelar. Untuk tahun ini hanya ada satu lomba yakni lomba kebersihan lingkungan antar kecamatan yang sekaligus memperingati Hari Kemerdekaan RI ke 67. “Lomba kebersihan lingkungan, sekaligus lomba kerapian pemasangan umbul-umbul dan bendera merah putih merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan. Hal ini akan menumbuhkan dan meningkatkan rasa nasionalisme cinta tanah air dan bangsa,” jelas Izul Marom. Lebih lanjut ia menambahkan, seperti tahuntahun sebelumnya, pada Peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar ke 688 ini, Pemerintah Kabupaten Blitar juga mengundang mantan-mantan Bupati dan Wakil Bupati Blitar, mantan-mantan Sekretaris Daerah, Bupati/
Tak Ada Pawai dan Minim Lomba Peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar digelar tak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Ini dikarenakan puncak kegiatan Hari Jadi tersebut bertepatan di Bulan Ramadhan. Kemeriahan tersebut berkurang ketika tak ada pawai pembangunan dan minim lomba-lomba. Padahal kegiatan-kegiatan tersebut sudah menjadi bagian dalam setiap peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar. Namun hal ini tidak mengurangi dari tujuan Peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar ke 688.
P
eringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar ke 688 bertema “Dengan Semangat Hari Jadi Kabupaten Blitar ke 688 dan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 67, Kita Tingkatkan Kinerja Aparatur Pemerintah Menuju Masyarakat yang Sejahtera, Religius dan Berkeadilan”. Tema ini mengandung maksud aparatur Pemerintah Kabupaten Blitar bertekad untuk meningkatkan kinerjanya demi terciptanya masyarakat yang sejahtera, makmur dan sentosa yang berbasis religius dan berkeadilan. Ketua Panitia Peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar ke 688 dan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 67, Drs. Izul Marom, MSc. kepada Majalah Penataran mengatakan, Peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar sudah menjadi agenda rutin yang digelar tiap tanggal 5 Agustus. “Pelaksanaan Peringatan Hari Jadi kali ini agak beda dari tahun-tahun sebelumnya. Ini karena pelaksanaanya bertepatan dengan Bulan Ramadhan,” katanya. Puncak Peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar
8
ATARAN Majalah PEN PENA
Drs. Izul Marom, MSc.
Walikota se-Bakorwil Madiun, Gubernur Jawa Timur, Pejabat SKPD, Camat, Kades, tokoh agama dan tokoh masyarakat Kabupaten Blitar. “Secara keseluruhan total undangan yang disebar sebanyak 2013 undangan,” ungkap Izul Marom. Dalam peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar ke 688 ini sejumlah rangkaian kegiatan digelar. Di antaranya ziarah makam leluhur, seperti yang telah dilakukan Muspida Kabupaten Blitar yang dipimpin Bupati Blitar, H. Herry Noegroho, SE. MH. ke makam Adipati Aryo Blitar, Makam Pangeranan, Makam Proklamator Bung Karno dan Taman Makam Pahlawan. Tak hanya itu, Bupati Blitar Herry Noegroho, bersama dengan Kepala SKPD berziarah ke makam Raja Mataram, Pangeran Amangkurat 1 di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. “Ziarah bersama SKPD ke Pangeran Amangkurat 1 atau Pangeran Samber Nyowo ini merupakan kali pertama. Ternyata masyarakat Blitar ada keturunan dari Raja Mataram tersebut,” jelas Izul Marom yang kini menjabat Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Blitar ini. Kegiatan lain seperti pembacaan ayat suci Al Quran juga digelar dalam rangkaian kegiatan Hari Jadi Kabupaten Blitar. Ditambah lagi kegiatan siraman rohani dan santunan anak yatim piatu juga digelar. Kegiatan-kegiatan tersebut melibatkan aparat di lingkup Pemerintah Kabupaten Blitar.
lagi kepada Bupati Blitar, Herry Noegroho dan yang terakhir Kitab Pusaka dan Panji Lambang Daerah tersebut diserahkan kepada Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Guntur Wahono untuk disemayamkan. Kegiatan dilanjutkan acara tasyakuran yang ditandai dengan acara potong tumpeng oleh Bupati Blitar Herry Noegroho, yang selanjutnya diberikan kepada Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Guntur Wahono. Usai acara, tumpeng raksasa dibawa ke alun-alun untuk diperebutkan masyarakat yang hadir. Tumpeng raksasa ini dipercaya sebagai sarana tolak bala dan dipercaya memperlancar rejeki. Dirgahayu Kabupaten Blitar dan Dirgahayu Republik Indonesia. hend
Bupati Herry Noegroho, saat berziarah di Taman Makam Pahlawan.(foto: humas Kab Blitar)
Sementara itu, beberapa rangkaian kegiatan pada puncak kegiatan Hari Jadi juga digelar seperti perayaan sebelumnya. Bedanya pada peringatan sebelumnya yang digelar pada pagi hari, kali ini kegiatan tersebut digelar pada sore hari. Sama dengan peringatan sebelumnya, prosesi kirab juga digelar yakni dengan pasukan pembawa lambang daerah dan kitab pusaka yang diawali dari Alun-alun menuju ke dalam Pendopo Kabupaten Blitar. Kirab tersebut di antaranya, 8 orang Prawirotomo, Raja dan Permaisuri (Gus dan Jeng Kabupaten Blitar), 20 orang Pager Ayu dan Pager Bagus
(Gus Jeng Kabupaten Blitar), 8 orang Pembawa Tumpeng Raksasa, 14 orang pembawa foto mantan Bupati Blitar, 4 orang Pembawa Pataka Parasamyakarya Nugraha, 2 orang Pembawa Lambang Daerah dan Kitab Pusaka, 2 orang Sobomanggolo, 40 orang Bayangkara-Bayangkari dan 2 orang pembawa payung. Kitab pusaka dan lambang daerah diterima Ketua Panitia Peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar ke 688 dan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 67, Izul Marom yang selanjutnya diserahkan kepada Plt. Sekda Blitar, Palal Ali Santoso yang kemudian diserahkan
Prosesi puncak peringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar di pendopo, melibatkan aparat pemerintah dan masyarakat
ATARAN 9 Majalah PEN PENA
Hambangun Praja
Pembatasan BBM, Pengaruhi APBD Kabupaten Blitar
Suasana Sidang Paripurna di Gedung Graha Paripurna DPRD Kabupaten Blitar.(hendranova)
P
erkembangan ekonomi nasional yang terjadi saat ini segera mendapat respon sejumlah daerah di Indonesia. Termasuk Pemerintah Kabupaten Blitar yang kini melakukan penyesuaian dan mengintegrasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Langkah ini disesuaikan dengan perkembangan situasi politik, ekonomi makro, kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Jawa Timur. Hal ini disampaikan, Bupati Blitar, H. Herry Noegroho, SE. MH. di depan pimpinan dan anggota DPRD Kabupaten Blitar dalam acara rapat paripurna, Penjelasan Bupati Blitar tentang Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Perubahan APBD Kabupaten Blitar Tahun 2012, di Gedung Graha Paripurna DPRD Kabupaten Blitar, Kamis, (12/07) lalu. Dijelaskan Herry Noegroho, perubahan ekonomi nasional mendasari Pemerintah Kabupaten Blitar melakukan KUA-PPAS tahun anggaran 2012. “Perubahan ini dikarenakan adanya perubahan terhadap asumsi-asumsi makro perekonomian nasional. Seperti laju inflasi lebih tinggi dibanding dari asumsi semula dari 5,3 persen menjadi 7 persen,” jelasnya.
10 Majalah PEN ATARAN PENA
Lebih lanjut Herry Noegroho menambahkan, kondisi yang ada dipengaruhi pula dengan stabilitas nilai tukar rupiah yang dikoreksi dari Rp 8.800 menjadi Rp 9.000 per Dolar Amerika Serikat. Belum lagi adanya pengaruh tidak stabilnya harga minyak mentah dunia
yang sebelumnya disumsikan 90 dolar per barel menjadi 105 dolar per barel. Pemerintah pusat tidak jadi menaikkan harga BBM, namun pemerintah mengeluarkan kebijakan yang melarang penggunaan BBM bersubsidi bagi kendaraan
APBD Perubahan 2012, salah satunya untuk membayar tunggakan Jamkesda tahun 2011 yang belum terbayar
roda empat milik pemerintah yang berlaku efektif 1 Agustus 2012 untuk wilayah Jawa-Bali. Tentu ini akan sangat mengaruhi APBD di Kabupaten Blitar, karena kendaraan pemerintah harus menggunakan BBM dengan harga yang lebih mahal. “Ada saldo anggaran dari tahun sebelumnya atau Silpa. Ini yang menjadi alasan Pemerintah Kabupaten Blitar dalam melakukan perubahan terhadap KUA tahun 2012,” kata Herry Noegroho. Ditambahkannya, berdasarkan audit BPK, Pemerintah Kabupaten Blitar mempunyai Silpa tahun 2011 sebesar Rp 51,86 milyar. Tahun 2012, diperkirakan angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar cenderung stagnan meskipun pertumbuhan ekonomi nasional diprediksi mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Blitar diharapkan mampu mencapai lebih dari 6,54 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar, diharapkan mampu berpengaruh terhadap penurunan angka kemiskinan yang pada tahun 2011 sudah menurun hingga 12,14 persen atau 135.500 orang. Harapannya, dengan KUA 2012 ini juga berpengaruh terhadap angka kemiskinan di Kabupaten Blitar. Diakui Herry Noegroho, ada beberapa prioritas pembangunan daerah yang perlu dilanjutkan pada KUA Perubahan tahun 2012 ini. Di antaranya, revitalisasi pertanian, penanggulangan kemiskinan (perlindungan dan bantuan sosial; pemberdayaan masyarakat; dan pemberdayaan UMKM), peningkatan indeks pembangunan manusia, penurunan pengangguran, dan reformasi birokrasi. Dengan berpedoman Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Blitar tahun 2012, pemerintah daerah merumuskan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam APBD Perubahan tahun ini. Sisa alokasi dana DBHCHT tahun 2011 sebesar Rp 3,28 milyar harus dioptimalkan untuk kegiatan tahun berjalan SKPD. Pemerintah Kabupaten Blitar memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang merupakan realisasi visi dan misi Kepala Daerah di antaranya, Penyelesaian tunggakan Jamkesda tahun 2011 dan rehabilitasi Puskesmas Pembantu di wilayah Kabupaten Blitar, Penambahan Anggaran e-KTP, Fasilitasi sengketa Gunung Kelud, Persiapan mempertahankan Adipura di Wlingi menuju Adipura Kencana, Tindak lanjut pembangunan Stadion di Nglegok, Pembangunan akses jalan ke wisata Gunung Kelud, Pengadaan motor dinas roda 2 untuk sebagian pengawas sekolah, Penyesuaian anggaran SKPD termasuk kantor kecamatan terkait kebijakan pembatasan BBM bersubsidi untuk kendaraan pemerintah.
Anggaran Program e-KTP yang masih kurang akan diambilkan dari ABPD Perubahan 2012
“Untuk program e-KTP kita masih kekurangan anggaran, demikian juga untuk pembangunan Stadion Nglegok yang rencananya ada anggaran dari pemerintah pusat namun belum turun ya harus kita selesaikan dengan anggaran daerah. Ditambah lagi kebijakan pembatasan BBM yang mempengaruhi anggaran SKPD yang ada,” imbuh orang nomor satu di Pemkab Blitar kepada wartawan usai sidang Paripurna di Gedung Graha Paripurna, DPRD Kabupaten Blitar. Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Blitar, Drs. H. Rijanto, MM. mengungkapkan, kebijakan keuangan daerah dalam KUA dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara Perubahan tahun 2012 meliputi, Kebijakan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah. Pendapatan daerah secara garis besar diarahkan pada pengelolaan pendapatan daerah di antaranya, menghimpun penerimaan dari semua sumber pendapatan secara optimal. Meningkatkan koordinasi dan penyesuaian dengan kebijakan pemerintah pusat dan provinsi terkait dengan dana perimbangan, dana bagi hasil pajak/ bukan pajak, serta pendapatan lainlain yang sah. “Pengelolaan pendapatan daerah salah satunya dengan memberdayakan dan mengoptimalisasikan pengelolaan asset daerah, BUMD, dinas atau lembaga penghasil agar makin mampu menampilkan kinerjanya dengan efisien, transparan dan mampu memberikan kontribusi nyata bagi PAD,” kata Rijanto. Tahun 2012, Kabupaten Blitar menargetkan Pendapatan Daerah untuk APBD tahun 2012, dengan
rincian untuk Pendapatan Daerah sebesar Rp 1,285 trilyun, Perubahan PAD sebesar Rp 77,035 milyar, Dana Perimbangan sebesar Rp 977,487 milyar, Lain-lain Penerimaan Daerah yang Sah sebesar Rp 230,787 milyar. Sementara KUA Perubahan tahun 2012 untuk Pendapatan Daerah Rp 1,377 trilyun, Perubahan PAD sebesar Rp 85,335 milyar, Dana Perimbangan sebesar Rp 978,919 milyar, dan Lain-lain Penerimaan Daerah yang Sah sebesar Rp 312,987 milyar. Dijelaskan Rijanto, kebijakan pembiayaan daerah dalam KUA-PPAS Perubahan tahun 2012 adalah: 1. Menyesuaikan SiLPA dengan Hasil Audit BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2011 sebagai sumber penerimaan pembiayaan; 2. Pembayaran pokok utang/ kewajiban yang jatuh tempo; 3. Menutup defisit anggaran melalui pembiyaan mikro; 4. Penambahan penyertaan modal kepada masyarakat/ BUMD. Dalam kesempatan itu pula, Rijanto menyampaikan target PAD untuk tahun 2013 meningkat sebesar 11,21 persen dibanding rencana APBD Perubahan tahun 2012 atau sebesar Rp 1,439 trilyun. Pantauan di lapangan, Rapat Paripurna Penjelasan Bupati Blitar tentang Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Perubahan APBD Kabupaten Blitar Tahun 2012 tersebut dihadiri para pimpinan DPRD Kabupaten Blitar, anggota DPRD Kabupaten Blitar, Muspida, Sekretaris Daerah, Kepala SKPD se-Kabupaten Blitar, Camat dan tamu undangan. hend
ATARAN 11 Majalah PEN PENA
Hambangun Praja
Bupati Blitar, Herry Noegroho memberikan potongan tumpeng kepada Kadin Koperasi dan UMKM Kabupaten Blitar, Herman Widodo pada tasyakuran Hari Koperasi ke 65 di Wlingi
inovasi, dinamisasi menuju koperasi modern berbasis potensi lokal. Serta koperasi berteknologi, berwawasan lingkungan, berdaya saing dan mandiri. Para pengelola koperasi agar mencoba dan berusaha untuk menjalin kerjasama dengan pihak lain di antaranya, sesama koperasi, pemerintah, BUMN/BUMD maupun swasta. Koperasi dituntut harus menghasilkan profit atau keuntungan dengan tidak meninggalkan azas kekeluargaan dan watak sosial. “Pada kesempatan yang baik ini, saya mengajak kepada para pengelola koperasi agar koperasi tidak hanya bergerak di bidang usaha simpan pinjam saja, akan tetapi juga mencermati bidang usaha lainnya misalnya pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan bahkan harus mulai menuju industri,” tegas Herry Noegroho. Ditambahkan Herry Noegroho, Kabupaten Blitar bagian selatan yang memiliki potensi tambang
Peringatan Hari Koperasi ke 65 Tahun 2012
Gelorakan Semangat Berkoperasi
P
emerintah Kabupaten Blitar bersama insan koperasi di Kabupaten Blitar menggelar peringatan Hari Koperasi ke 65 Tahun 2012. Peringatan ini ditandai dengan acara tasyakuran, pameran produk unggulan dan upacara bendera. Acara tasyakuran ini dilaksanakan di Gedung Dewan Koperasi Indonesia Daerah (DEKOPINDA) Kabupaten Blitar, di jalan Urip Sumoharjo Wlingi, Kamis (12/07) lalu. Kegiatan ini merupakan agenda rutin Pemerintah Kabupaten Blitar melalui Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Blitar untuk menggelorakan kembali semangat jiwa berkoperasi. Hari Koperasi ke 65, yang telah dirintis dan diperjuangkan oleh tokoh dan pejuang koperasi kita, melalui Kongres Koperasi yang pertama pada tanggal 12 Juli 1947. Dalam usia yang ke 65 tahun ini dapat dimaknai sebagai tahun kemandirian koperasi dengan mewujudkan koperasi menjadi koperasi yang besar, mandiri dan kuat. Sehingga dapat lebih cepat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan anggotanya dan masyarakat. Bupati Blitar, H. Herry Noegroho, SE. MH. saat memberikan sambutan dalam Tasyakuran Hari Koperasi ke 65 di Gedung Dekopinda Wlingi mengatakan, pelaku ekonomi di Indonesia ada tiga kekuatan ekonomi yaitu Sektor BUMN/BUMD, Sektor Swasta dan Sektor Koperasi. “Sektor koperasi
12 Majalah PEN ATARAN PENA
diharapkan tumbuh dan berkembang menuju pilar utama bagi pertumbuhan ekonomi rakyat. Jajaran koperasi masih harus lebih banyak berbuat untuk mengejar ketertinggalannya dibanding sektor pelaku usaha yang lain” katanya. Menurut Herry Noegroho, para pengelola koperasi harus melakukan analisa terhadap faktor – faktor atau potensi yang dimiliki untuk melakukan
melimpah dan belum dapat dikelola secara maksimal. Sedangkan Blitar Utara memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Koperasi seharusnya berperan mendorong dan mengelola potensi tersebut menjadi tulang punggung ekonomi rakyat yang tangguh dan berdaya saing. Di Kabupaten Blitar, jumlah koperasi sebanyak 839 unit. Namun sebanyak 14 persennya merupakan
Bupati Herry Noegroho meninjau stand pameran produk unggulan kecamatan dibawah binaan koperasi
Salah satu stand Jadul dalam Pameran Produk Unggulan di Wlingi
koperasi yang tidak aktif. Sementara koperasi yang aktif hanya bergerak dibidang usaha yang ada masih bertumpu pada usaha simpan pinjam. “Kita belum memiliki koperasi yang bergerak di bidang produksi yang handal kecuali masih bidang sapi perah, sedangkan potensi lainnya seperti pertokoan, industri, pengolahan dan lainnya belum ditangani,” tandas orang nomor satu di Pemkab Blitar ini. Diakui Herry Noegroho, koperasi yang tidak aktif perlu memperoleh perhatian untuk dibina kembali baik kelembagaan, manajemen dan usahanya. Pertumbuhan koperasi masih pada skala kuantitasnya saja tetapi kwalitas masih relatif rendah, terutama setelah munculnya koperasi wanita sejumlah 248 unit tersebar pada setiap desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Blitar. Tumbuhnya koperasi wanita merupakan harapan untuk semakin meningkatkan peran kaum wanita dalam menopang ekonomi keluarga. Herry Noegroho, juga menyambut baik digelarnya pameran produk koperasi dan UMKM sebagai langkah untuk memberikan gairah, kesempatan promosi dan temu usaha bagi para pelaku usaha. “Saya senantiasa mendukung upaya promosi baik skala daerah maupun skala nasional. Agar upaya promosi produk unggulan terus diselenggarakan dan menjadi agenda rutin yang lebih besar lagi untuk memberikan kesempatan akses yang lebih luas kepada para pelaku usaha,” imbuhnya. Sementara itu Wakil Bupati Blitar, H. Drs. Rijanto, MM saat memberikan sambutan pada upacara Hari Koperasi ke 65 di lapangan Kenongo, Wlingi mengatakan, agar meningkatkan terus sinergi dan kerjasama antar koperasi atau koperasi dengan Badan
Usaha lainnya.”Beri dukungan dan fasilitasi baik dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, kelembagaan dan usaha, serta kemudahan koperasi dalam mengakses perijinan maupun permodalan melalui pelayanan yang cepat, mudah dan murah,” katanya Ditambahkan Rijanto, melalui peringatan hari koperasi ke 65 ini, diharapkan akan memberikan semangat yang lebih besar lagi bagi pertumbuhan dan perkembangan koperasi agar semakin mandiri, kuat dan berdaya saing, serta semakin besar peranannya dalam perekonomian di Kabupaten Blitar. Dengan tekad yang kuat dan bekerja keras. Koperasi
bersama dengan usaha mikro kecil dan menengah kita mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian. “Oleh karena itu, marilah bersamasama kita perkuat koperasi dengan kemandirian untuk kemakmuran bersama,” tambahnya. Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Blitar, Herman Widodo, SH. saat dikonfirmasi Majalah Penataran di kantornya mengatakan, dalam memperingati Hari Koperasi ke 65, diadakan berbagai macam kegiatan, salah satunya dengan menggelar pameran produk unggulan dibawah binaan koperasi di tiap kecamatan. “Selain pameran produk unggulan kecamatan, kita juga mengadakan berbagai kegiatan dalam memperingati hari Koperasi ke 65 ini,” katanya. Diakui Herman Widodo, agenda kegiatan Hari Koperasi adalah tasyakuran, pameran produk unggulan kecamatan, turnamen bulutangkis, cerdas tangkas, dan upacara bendera. Pantauan di lapangan, Puncak kegiatan Hari Koperasi ke 65 ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Bupati Blitar, Herry Noegroho yang selanjutnya diserahkan kepada Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Blitar, Herman Widodo. Kegiatan dilanjutkan dengan dibukanya pameran produk unggulan binaan koperasi oleh Ketua TP PKK Kabupaten Blitar, Ny. Era Herry Noegroho, yang ditandai dengan pemotongan pita. Dalam kesempatan tersebut, Bupati Blitar Herry Noegroho, Wabub Blitar Rijanto, Ketua DPRD Kabupaten Blitar Guntur Wahono turut meninjau hasil kerajinan dan produk unggulan dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Blitar. hend
Wakil Bupati Blitar, Rijanto menyerahkan penghargaan kepada peserta lomba-lomba dalam rangkaian Peringatan Hari Koperasi ke 65, pada Upacara Hari Koperasi di Lapangan Kenongo, Beru, Wlingi
ATARAN 13 Majalah PEN PENA
Hambangun Praja Pertihusada V Jawa Timur Tahun 2012
Kehormatan dan Kebanggaan Kabupaten Blitar
Wakil Gubernur Jatim, Bupati & Wabup Blitar ditengah-tengah peserta pertida
Senin - Jum’at (25-29/6) dilaksanakan Kegiatan ini diarahkan kepada peningkatan Pertihusada V Jawa Timur Tahun 2012 ketrampilan dan kepemimpinan dalam bentuk kegiatan di Kabupaten Blitar. Acara yang bina diri dan bina masyarakat. Peserta merupakan Pramuka Penegak dan dibuka oleh Wakil Gubernur Jawa Timur –Drs. H. Saifullah Yusuf (Gus Ipul) pada Senin pagi itu tepatnya dilaksanakan di bagian selatan area PLTA Lodoyo atau yang lebih dikenal dengan nama Bendungan Serut.
Pramuka Pandega khususnya Satuan Karya Pramuka Bhakti Husada yang berusia antara 16 - 25 tahun dan berasal dari SMU sampai Perguruan Tinggi. Terdiri dari 349 peserta putra dan 334 peserta putri dan masing-masing menempati tiga puluh lima (35) tenda. Selain itu juga terdapat kontingen partisipan yang berasal dari Poltekes Surabaya, Poltekes Malang dan STIKES Kendedes Malang. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur, Pimpinan Saka Bhakti Husada Tingkat Daerah Jawa Timur, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Blitar, Pimpinan Saka Bhakti Husada Tingkat Cabang Kabupaten Blitar dan Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar. Sehingga setidaknya terdapat tujuh puluh (70) Panitia Daerah, seratus tiga (103) Sangga Kerja (Sangker) dan seratus (100) orang Panitia Cabang. Tema yang diambil dalam Pertihusada V Jawa Timur Tahun 2012 adalah ‘Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega siap menjadi kader pembangunan yang sehat, bersahabat, cerdas dan berkualitas.’, dengan motto ‘Satyaku - Ku Dharmakan, Dharmaku Ku Bhaktikan.’.
D
ari 38 Kabupaten/Kota di Jatim, hampir semua daerah mengirimkan wakilwakilnya. Kecuali tiga (3) Kab./Kota yang absen yakni Kota Kediri, Kab. Lumajang dan Kab. Pamekasan, Pertihusada V Jawa Timur diikuti oleh enam ratus delapan puluh tiga (683) peserta dari tiga puluh lima Kab./Kota di Jatim. Pertihusada atau Perkemahan Bhakti Satuan Karya Pramuka Bhakti Husada merupakan wadah pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega sebagai upaya membentuk kader pemimpin pembangunan baik dilingkungan gerakan pramuka maupun masyarakat.
14 Majalah PEN ATARAN PENA
Bumi Perkemahan Serut, nyaman dan representatif untuk kegiatan Pramuka
Salah satu yang menjadi kekhasan dari Pertihusada berupa giat bhakti, baik berupa bhakti fisik maupun non fisik. Dalam bhakti fisik terdapat giat pembuatan kebun toga, pemasangan genteng kaca, dll. Sedangkan bhakti non fisik diantaranya penyuluhan yang meliputi penyuluhan gosok gigi di sekolah, Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dll. Fokus tempat giat bhakti pada dua (2) desa, yakni Desa Darungan Kecamatan Kademangan dan Desa Gogodeso Kecamatan Kanigoro. Tidak hanya selesai sampai Bhakti Husada berakhir, namun hasil dari bhakti ini akan diserahkan kepada Kepala Desa setempat agar dirawat oleh warga desa tempat giat bhakti. Selain itu juga terdapat giat prestasi yang menambah stimulant tersendiri bagi peserta tanpa menghilangkan esensi giat bhakti. Ada enam kegiatan prestasi, meliputi Penyuluhan Kesehatan, PPGD, Senam Pramuka, Memasak Menu Seimbang, Rally Husada dan Pentas Seni. Sampai pada upacara penutupan yang dilakukan oleh Bupati Blitar pada Jum’at pagi, semua kegiatan dalam Pertihusada V Jawa Timur Tahun 2012 di Kabupaten Blitar berjalan lancar. Tidak ada kendala berarti yang menyurutkan semangat peserta dan panitia sehingga semuanya aktif dan sehat. Majalah Penataran yang sempat berbincang dengan drg. Mundi Sri P –Ketua Pelaksana Harian dari Prov Jatim bahkan sampai mengacungkan dua jempolnya untuk Pemkab Blitar. “Kabupaten Blitar istimewa!”, katanya jelas. Ketua Pelaksana Harian dari Prov Jatim ini memuji Pemkab Blitar yang begitu responsive dengan event lima tahunan ini. Sekarang ada kendala, tidak butuh waktu yang lama kemudian bisa diatasi. Apalagi Pak Wabup-nya setiap hari berkenan datang ke lokasi perkemahan untuk melakukan evaluasi. “Yang begini ini jarang-jarang ada.” pungkasnya. drg. Mundi Sri P juga sangat terkesan kerjasama lintas sektoral di Kabupaten Blitar yang terlihat begitu sayuk (kompak, red.). Dukungan bukan saja dari kantor, instansi atau dinas terkait. “Namun partisipasi masyarakat juga terlihat begitu nyata.”, imbuhnya. Luar biasa, sekali lagi ia memuji dukungan Pemkab Blitar dibandingkan tempat pelaksanaan Pertida Bhakti Husada I - IV di kota lain. Konsumsi tidak pernah terlambat, malah menjadi satu-satunya kota yang memberikan jamuan kepada panitia dengan prasmanan. Tersedianya rumah huni bagi panitia. Kemudian fasilitas air bersih yang tercukupi serta MCK yang dibangun dengan sangat memadahi, “Sehingga tidak pesing (bau, red).”. Selain bukan saja faktor jaminan keamanan yang
Si Tigan, maskot Pertihusada V Jatim
didukung oleh warga, dalam hal ini Hansip (Pertahanan Sipil), “Soal parkir kendaraan pun diarahkan dan ditata sehingga begitu nyaman bagi semua yang terlibat disini.”. Belum lagi dukungan dan simpatisan dari ORARI, RAPI, Pemadam Kebakaran, dll. yang selalu mendampingi selama acara berlangsung. Pada akhir acara panitia selain menetapkan juara masing-masing giat prestasi juga ditetapkan kontingen dengan predikat penampilan terbaik dan juara umum. Secara berurutan hasilnya Penampilan Terbaik I diraih oleh Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tuban (II) dan Kabupaten Kediri (III). Sedangkan berturut-turut Juara Umum I diraih oleh Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Blitar (II) dan Kota Surabaya (III). Bupati Blitar - Herry Noegroho, SE, MH dalam sambutan penutupan acara memberikan apresiasi yang tinggi atas terselenggaranya Pertihusada V Jawa Timur Tahun 2012 di Kabupaten Blitar. “Sebuah kehormatan dan kebanggaan tersendiri bagi semua warga Kabupaten Blitar dan khususnya bagi gerakan pramuka.”, tuturnya. Bumi Perkemahan Serut dulunya adalah hutan. Namun berkat kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah daerah, berubah menjadi tempat yang
cukup refresentatif. Dan berdasarkan jawaban dari kuisioner yang dibagikan, hampir semua yang terlibat dalam Pertihusada V mengaku senang dan puas. “Semoga kesan yang baik ini akan terus dibawa sedangkan yang kurang baik akan menjadi bahan evaluasi.”. Herry Noegroho berpesan, “Adik-adik pramuka adalah masa depan bangsa.”. Untuk itu kepada mereka diharapkan agar selalu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, belajar hidup mandiri, bekerjasama, berintegrasi dengan masyarakat. Serta yang utama, “Mampu mengimplementasikan krida-krida Bhakti Husada.”. Dan yang tak kalah menarik perhatian, dalam gelar Pertihusada V Jawa Timur Tahun 2012 di Kabupaten Blitar ini yaitu keberadaan si Tigan. Maskot Pertihusada V berupa dua badut yang berbentuk telur ayam buras. Satu telur berdandan ala anggota pramuka laki-laki dan satu yang lainnya menggambarkan pramuka perempuan. Si Tigan selain ikut menambah semarak gelar Pertihusada V, juga sebagai media untuk mengenalkan Kabupaten Blitar kepada daerah lain sebagai salah satu penghasil telur terbesar di Indonesia. moza
Upacara pembukaan Perihusada V Jatim yang dihadiri Gus Iful
ATARAN 15 Majalah PEN PENA
Hambangun Praja Menelusuri “Ketok Magic Pak Turut” di Nusantara
Di Bandung, Berpeluang Sukses (3) Warga Kabupaten Blitar yang berbisnis ketok magic di Jawa Barat, rata-rata berhasil lancar. Kuncinya, memperhatikan kualitas dan kemampuan mengelola manajemen dengan baik. Sunarbiyanto, warga Desa Sumberingin Kecamatan Sanankulon, perintis bengkel ketok magic di Bandung telah merasakan nikmatnya hasil ketok magic ini.
Bengkel Rastin di Bandung
T
im HAKI Ketok Magic Kabupaten Blitar menemui Sunarbiyanto, di bengkel yang sekaligus rumahnya di bay pass Jalan Sukarno Hatta No 524 A, Bandung. Tak sulit menemukannya, karena ditandai papan nama besar, bertuliskan Ketok Magic Blitar. Setting bengkelnya cukup mengasyikkan. Konsumen tidak langsung ke area studio, melainkan harus antri di Ruang Tunggu. Sunarbiyanto mengaku, bengkel ketok magic ini bukan tujuan utama dalam karirnya. “Semua gara-
Sunarbiyanto, perintis bengkel magic di Bandung
16 Majalah PEN ATARAN PENA
gara saya ketemu murid-murid Pak Turut di Yogya,” ujarnya mengenang. Ia sendiri mengaku dikirim orang tuanya ke Yogya tidak bekerja di bengkel, melainkan kuliah di Jurusan Teknik Listrik. Tapi siapa sangka, pergaulannya dengan murid Pak Turut justru mengarahkan hidupnya lebih mudah. “Mula-mula saya diajari oleh Pak Nasukan,” ujarnya. Di bengkel itu bercokol dedengkot-dedengkot murid Pak Turut. Antara lain Kusman, Harmuji dan sebagainya. Pertemanannya dengan Nasukan itu terbawa-bawa sampai ia diajak berpindah membuka bengkel baru di Gedong Kuning pada tahun 1984. Tugas kuliah dan bekerja di bengkel, sudah menjadi keseharian yang tidak bisa dilepaskan dari kesibukan Sunar, panggilannya. Tapi suasana di Yogya itu harus berakhir karena ia mendapat panggilan dari PT Inti di Bandung. Apa boleh buat, ia ingin karir yang nyata. Tahun 1988 ia memenuhi panggilan perusahaan itu dan masuk sebagai karyawan PT Inti. Tapi ternyata, jiwanya sudah terbentuk oleh gaya Yogya. Sunar tidak betah bekerja sebagai karyawan. Baru tiga bulan menjalani jabatan barunya, ia memilih keluar. “Saya nekad, kontrak pekarangan milik orang,” ujarnya. Kala itu harganya Rp 750 ribu untuk masa kontrak selama 2 tahun. Tapi karena tidak punya uang cash, ia memberikan uang muka kepada Pak Oman,
perantara dengan pemilik rumah. Setelah uang muka dipenuhi, bengkel itu langsung kedatangan pelanggan. Langkah Sunar tidak sia-sia. Tapi 1 bulan baru berjalan, ia terkejut bukan kepalang. Pemilik pekarangan mendatanginya dan memintanya angkat kaki dari lokasi itu. Si pemilik marah karena sudah satu bulan berjalan, Sunar belum memberi uang muka sewa. “Saya baru tahu, duit yang dibawa Pak Oman itu belum dikasih ke pemilik pekarangan,” kenang Sunar. Dengan kejadian itu Sunar meyakinkan ke pemilik rumah, tidak akan menitipkan uang kepada Pak Oman lagi. Ia meminta waktu satu bulan untuk mengumpulkan duit. Janji itu terpenuhi dan Sunar akhirnya mendapat kepercayaan penuh dari pemilik rumah. Kesempatan itu dipakai sebaik-baiknya oleh Sunar untuk bertahan hidup di Bandung. Kegigihannya membawa hasil. Pada tahun 1997, pekarangan itu akhirnya ia beli hingga sekaligus menjadi tempat tinggal sampai sekarang.
”Perpaduan teknologi kekuatan tradisional”
dan
Mencari nafkah berkah ilmu ciptaan orang, membuat Sunarbiyanto tidak pernah lupa pada jasa Pak Turut. “Saya selalu menghadiahkan bacaan Fatihah
kepada Pak Turut. Semoga jasa-jasa membawa kemakmuran bagi keluarga kami, mendapat balasan setimpal dari Allah SWT,” ujar Sunar. Dalam menekuni karir sebagai tukang ketok ini, Sunar selalu mencermati terhadap apa yang ia lakukan. “Saya heran saja. Kok pada tahun 1960-an dulu, Pak Turut sudah punya pemikiran mampu mengembalikan besi bengkok menjadi utuh lagi,” kata Sunar. “Saya berkesimpulan, ketok magic ini merupakan perpaduan antara teknologi dengan kekuatan tradisional,” imbuhnya. Kekuatan tradisional yang ia maksud adalah memaksimalkan akal budi sebagaimana dilakukan Pak Turut kala itu. Contoh yang paling mudah adalah seorang pendekar pencak silat yang menemukan jurus mematikan, setelah mencurahkan perhatian hidupnya pada pencarian ilmunya. Pak Turut, lanjut Sunar, setiap hari selalu bergaul dengan pekerjaan menggarap logam. Mulai membuat klinthing, membuat bentuk perhiasan, menambal wajan dan sebagainya. Pak Turut benar-benar profes-
sional mengenali seluk-beluk menggarap logam hingga akhirnya mampu menangani segala persoalan tentang logam. Istilah magic yang terlanjur populer sekarang ini, rasanya sah-sah saja. Alasan Sunar, dalam kegiatan praktik ketok, memang ada dorongan batin pelaku ketok tatkala membenahi kerusakan. Ingat pada kasuskasus hipnotis seperti gendam, dimana seseorang patuh total kepada kemauan si tukang gendam. Atau contoh nyata, seorang pesulap yang mampu memindah barang bergerak ke tempat lain, cukup dengan dorongan batinnya. “Dalam praktik ketok, seorang tukang ketok akan memusatkan perhatian kepada objek garapannya. Ada dorongan batinnya yang kuat, agar besi itu pulih seperti keinginanya,” papar Sunar. Itu sebabnya, tukang ketok yang tidak konsentrasi dan kurang serius, hasilnya pun tidak akan maksimal. Lihat saja tukang ketok hebat, yang mampu mengembalikan body penyok, tanpa merusak cat mobil yang bersangkutan.(Papan nama yang terkenal di Jalan Bay Pass Bandung. D ap
Rastin: “Ilmu Rajane Kere”
Prinsip hidup Rastin di tembok bengkel
Rastin dan anaknya, tinggal di bengkel
J
ika Sunarbiyanto dikenal sebagai perintis bengkel di Bandung, maka di Kota Kembang itu juga hidup seorang murid Pak Turut yang cukup bengal, bernama Surastin Hadi. Ia membuka usaha bengkel di Jalan Ranca Bolong No. 3 Bandung. Sampai kini, ia mengagumi Pak Turut, gurunya yang telah tiada. Rastin mengaku bergabung di bengkel Pak Turut sekitar tahun 1975. “Saya beruntung, langsung masuk bengkel membantu menyiapkan alat-alat senior saya seperti Pak Wardi, Soman, Damar, Ndari dan yang lain,” katanya. Biasanya, karyawan baru
di-plonco dulu, misalnya tiap membuat sesek sampai tiga bulan. Ada yang diminta dhangir di kebon saja selama 3 bulan. Dalam kegiatan di bengkel, ia merasakan tingginya rasa hormat para karyawan kepada Pak Turut. Orangnya tidak pernah mengomel atau berteriakteriak, tetapi justru mendatangkan rasa sungkan. Kala itu Pak Turut tinggal di bengkel di Dusun Sanan. Sedangkan ia dan teman-temanya, beroperasi di bengkel timur yang terletak di Desa Bangsri. “Jika ada karyawan si A yang dipanggil ke barat, wah…. pasti si dia sudah mbingungi. Apa salah
Papan nama yang terkenal di Jl. Bay Pass Bandung
saya…gerutu mereka selalu begitu,” lanjut Rastin mengenang. Padahal di sana hanya diajak omongomong saja. Hal lain yang paling diingat Rastin, adalah kecintaan Pak Turut kepada para pengemis. Jika tiap pagi didatangi pengemis, Pak Turut sudah menyiapkan makan dan memberinya uang. Sampai banyak pengemis yang berlangganan di situ.”Saya heran, Pak Turut ndak pernah bosan ngasih duit terus,” imbuh Rastin. Rastin dan sejumlah teman berkesimpulan, Pak Turut menjalani Ilmu Raja-ne Kere. “Coba lihat rumahnya yang cuma beratap welit. Padahal duitnya banyak sekali,” imbuhnya. Dalam keseharian, Pak Turut juga cuma pakai kaos singlet dan celana ketok bumbung. Walau uangnya bisa dipakai beli mobil, tapi Pak Turut cuma beli sepeda onthel. Sikapnya Rastin yang sok berani dan bengal di bengkel, akhirnya sempat membawa resiko. Suatu pagi, ia nekad membelikan obat buat kakaknya yang sedang sakit. Ia membawa sepeda motor pelanggan yang sudah selesai digarap. Ia nekad saja, tanpa minta ijin Pak Turut. Celakanya, setelah ia kembali ke bengkel, Pak Turut sudah berada di sana. Kalimat amarah yang keluar dari Pak Turut hanya sekelumit saja. “Ngoten niku mboten bener Pak Lik,” kata Pak Turut. Sejak saat itu, ia tidak berani masuk lagi ke bengkel Pak Turut. Namun rasa hormat itu, telah tertanam di dadanya hingga sekarang hidup berkeluarga di Bandung. D ap
ATARAN 17 Majalah PEN PENA
Hambangun Praja
Geger dan kisruh rebutan Gunung Kelud tidak meluas ke pedesaan. Justru sebaliknya, masyarakat di sekitar Gunung Kelud, malah sibuk bahu-membahu melatih diri menghadapi bencana bersama-sama. Mereka meminta, siapa pun yang berkepentingan dalam sengketa administrasi itu tidak perlu menyeret warga lereng Kelud ke dalamnya. Warga lereng Kelud dari Kediri, Blitar, Malang, berlatih bersama
Warga Kelud Kompak Hadapi Bencana
I
nilah kegiatan yang sungguh-sungguh bertolak-belakang dengan suasana gegapgempita polemik rebutan Gunung Kelud antara Pemkab Blitar versus Pemkab Kediri. Masyarakat kecil di 36 desa yang terletak di lereng Kelud, tidak mau ikut-ikut pusing dalam ketegangan itu, bahkan mereka lebih suka bersatu-padu melakukan siaga bencana. Uniknya, mereka adalah desa yang termasuk wilayah Kediri, Blitar, dan Malang. Seperti pemandangan dalam “Pelatihan Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Radio Komunitas, Sebagai Sistem Peringatan Dini Kawasan Gunung Kelud” yang dilakukan masyarakat Blitar, Kediri, dan Malang, di Perkebunan Karanganyar beberapa waktu lalu. Untuk memudahkan koordinasi antar warga, mereka menyebut organisasinya bernama Jangkar Kelud. Pengurusnya pun berasal dari bermacam-macam latar belakang. Mulai dari petani, wiraswasta, aktivis, hingga tokoh-tokoh birokrasi maupun teknokrat. Ketua Jangkar Kelud, Catur Sudarwanto mengatakan, tidak ada ideologi khusus yang mendorong anggotanya melibatkan diri dalam organisasi ini. “Satu-satunya alasan untuk bergabung dalam organisasi ini, karena kami sama-sama calon korban letusan Gunung Kelud,” kata Catur. Ikatan emosional karena senasib dan sependeritaan berada di dalam area/ daerah bencana
18 Majalah PEN ATARAN PENA
Simulasi siaga bencana
Kelud ini, lanjut Catur, lebih saling menguatkan satu sama lain. “Kami memiliki keluarga yang harus kami selamatkan jika sewaktu-waktu ada bencana Kelud. Kalau kami tidak menyiapkan diri secara baik, mau minta tolong ke pihak mana lagi?” imbuhnya. Meskipun berada di wilayah administrasi kabupaten yang berbeda-beda, tetapi tidak menjadikan mereka ketularan penyakit politis yaitu udrek-udrekan
soal tapal batas. Catur yang mengkoordinasikan seluruh kegiatan Jangkar Kelud, memiliki para koordinator masing-masing kabupaten. Koordinator Kabupaten Blitar adalah Dariyanto. Koordiantor Kabupaten Kediri adalah Drs. Jumali dan Koordinator Kabupaten Malang adalah Drs. Rahmad Sutomo. Ketiga koordinator ini memiliki fungsi dan peran yang sama, dalam menjalankan tugas
menyiapkan masyarakatnya untuk siaga bencana. Saat ini aktivis-aktivis Jangkar Kelud tersebut tidak buta informasi. Mereka tahu tentang berita kisruh rebutan hak atas kepemilikan Gunung Kelud antara Pemkab Blitar dan Pemkab Kediri. Mereka juga mengikuti berita tentang Gubernur Jatim yang digugat ke PTUN gara-gara menerbitkan Surat Keputusan (SK) nomor 188/113/KPTS/013/2012 tertanggal 28 Februari 2012, yang menyatakan Gunung Kelud sebagai milik Kediri. Pemkab Blitar keberatan karena tak hanya kehilangan kawasan Kelud, tetapi juga kehilangan 3 desa di tiga kecamatan, akibat timbulnya SK tersebut. Dalam menyikapi soal rebutan kepemilikan itu, aktivis yang asli warga pedesaan itu tidak mau ikut campur. Sebab jika Gunung Kelud meletus, mereka sendiri-lah yang bertanggung jawab atas keselamatan keluarga-keluarga mereka. Apakah pemenang rebutan itu nanti akan mendahulukan nyawa keluarga mereka jika ada letusan Kelud? “Mungkin mereka akan lari duluan mengungsikan keluarganya. Setelah itu, baru kemudian memikirkan kami, para korban letusan ini,” kata Dariyanto, kepada reporter Majalah Penataran.
Kegiatan Sistematis Kegiatan yang dilakukan oleh Jangkar Kelud, meliputi tahapan-tahapan terprogram dan berada dalam monitoring yang dilakukan KAPALA Yogyarakarta. Menurut Catur Sudarwanto, secara garis besar organisasinya melakuan 3 hal yaitu, pertama Pengurangan Resiko Bencana (PRB) atau Early Warning System, kedua Pengurangan Bencana Berbasis Masyarakat (PBBM) atau Community Base Disaster Risk Management (CBDRM) , dan ketiga Kegiatan Ekonomi untuk PRB Aktivitas yang saat ini sedang gencar dilaksanakan adalah menekankan PRB dalam bentuk yang digemari masyarakat yaitu pemberian Handy Talkie (HT) kepada pelaku di 36 desa, serta optimalisasi Radio Komunitas (Rakom). “Fungsi HT adalah sarana komunikasi yang cepat jika ada perubahan situasi alam sewaktu-waktu. Sedangkan Rakom adalah sarana pendidikan yang efektif untuk masyarakat,” imbuh Catur. Radio komunitas yang saat ini dibina oleh Jangkar Kelud mencapai 9 unit yang tersebar di ketiga kabupaten. Di Kabupaten Blitar terdapat Radio Lintas Kelud FM (Karanganyar-Modangan), Candi Kelud FM (Candirejo), dan Estu FM (Soso). Di Kediri antara lain Sempu FM (Ngancar), Kelud FM (Sugihwaras), Satak FM (Puncu), dan AD Voice (Siman, Kepung). Sedangkan di Kabupaten Malang adalah Pandawa FM (Kasembon), dan Smart FM (Ngantru-Ngantang).
Ketua Jangkar, Catur Sudarwanto (kiri), Koordinator Blitar, Dariyanto (tengah), dan reporter Majalah Penataran
Seluruh aktivis penyiar dan kru radio, secara teknis dibekali pendidikan siaga bencana. Agar tidak membosankan, model pendidikannya diselipkan pada acara-acara hiburan yang digemari masyarakat. Para aktivis Jangkar Kelud yang benar-benar asli warga daerah bencana, berusaha menyiapkan mental para warganya, karena Gunung Kelud merupakan gunung berapi paling aktif di dunia. Para ahli vulkanologi membuat peta durasi yang menyebutkan aktivitas letusan Gunung Kelud berkisar antara periode 15 tahunan dan 25 tahunan. Paska letusan tahun 1991 silam, diprediksi akan disusul letusan pada periode tahun 2005-an. Ternyata hal itu menjadi kenyataan. Tahun 2007 terjadi aktivitas kegempaan. Namun erupsi tidak menjadi ledakan eksplosif, karena material dari dalam gunung hanya terdorong ke bibir kawah. Akibatnya, kawah Kelud
yang selama dikenal sebagai danau hangat, saat ini berubah menjadi anak gunung yang menyembul dari dalam danau yang telah hilang. Tidak ada yang bisa menduga, kapan lagi dan sehebat apakah letusan yang akan datang. Masyarakat desa sungguh sangat bijaksana, memilih cara untuk menyiapkan diri menghadapi bencana letusan di masa mendatang. Kisruh administrasi atas kepemilikan wilayah Kelud, seharusnya juga diletakkan dalam sendi-sendi rencana masa depan untuk persiapan evakuasi masyarakat di lokasi bencana. Bukan untuk rebutan pendapatan retribusi atau komoditas politis tokoh elite, yang akan remuk dan binasa, manakala Gunung Kelud meletus memperlihatkan daya ledaknya. Kalau Kelud kelak meletus dan menyemburkan batu, pasir dan penderitaan masyarakat, masih adakah yang mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penderitaan itu ? D ap
Suasana Puncak Kelud paska erupsi 2007 lalu
ATARAN 19 Majalah PEN PENA
Profil
W
akil Bupati Blitar, Drs. Rijanto, MM memberi warna baru bagi dinamika pembangunan di Kabupaten Blitar, yaitu spirit etos kerja keras di lingkungan birokrasi. “Saya membantu Bapak Bupati dalam merealisasikan visi dan misi pembangunan, dengan cara menomorsatukan etos kerja yang tinggi agar mendapat hasil yang maksimal,” tuturnya kepada Majalah Penataran. Hasilnya memang mulai terasa. Meskipun baru setengah tahun menjadi wakil bupati, tetapi trend disiplin kerja mulai membaik di lingkungan Pemerintah Kabupaten Blitar. Hal ini memang tidak lepas dari budaya suka bekerja yang menjadi karakter Drs. Rijanto, MM di mata umum. Catatan yang dihimpun Majalah Penataran menyebutkan, spirit kerja keras itu dilakoni Drs. Rijanto, MM semenjak menapaki birokrasi dari titik nol. Awalnya mencoba peruntungan sebagai karyawan honorer pada tahun 1973, lalu ikut ujian pegawai setahun berikutnya. Dari 70 orang peserta, terdapat 29 orang yang lolos. “Saya termasuk yang lolos. Wah, saat itu rasa bangga tidak karu-karuan,” ujar putra mantan Lurah Kepanjen Lor, almarhum Yoso Soekarto itu mengenang. Menerima SK CPNS pada 1 Januari 1974 dengan tugas sebagai staf Humas. Tak berapa lama, ia mendapat tugas sebagai ajudan Bupati Sanusi. Tugasnya mengharuskan ia terus siaga dan dilarang lengah sedikit pun. Bahkan ketika terjadi pergantian bupati ke tangan Edy Slamet, ia ditugaskan menjadi
Wabup Blitar, Drs. Rijanto MM bersama istri
20 Majalah PEN ATARAN PENA
Wakil Bupati Blitar, Drs. Rijanto, MM
Memperteguh Komitmen
Membangun
Kontrol kebersihan di jalan, hoby Wabup Rijanto
“Saya membantu Bapak Bupati dalam merealisasikan visi dan misi pembangunan, dengan cara menomorsatukan etos kerja yang tinggi agar mendapat hasil yang maksimal.” ajudan lagi. Atas konditenya yang bagus, ia berkesempatan tugas belajar ke APDN Malang, hingga lulus tahun 1980. Ketika kembali ke lingkungan birokrasi, lagi-lagi pos yang sudah menunggunya adalah menjadi ajudan Bupati Sarjono. Terbiasa bekerja dalam tekanan disiplin tinggi di samping orang nomor satu, telah menjadi pakem perilakunya hingga akhirnya terbawa ketika mulai ditugaskan di lapangan sebagai Mantri Polisi tahun 1982. Ia ditugaskan di medan yang berat, yaitu di Desa Sidomulyo, Kecamatan Bakung. “Jaman sekarang, kondisi jalanya sudah enak. Dulu waktu saya bertugas di sana, wah.... sangat menantang,” katanya sambil geleng-geleng kepala.
Tapi penderitaan itu justru menjadi hikmah. Saking sulitnya jalanan di sana, justru membuat Camat Bakung ogah-ogahan turun ke bawah jikalau ada kegiatan penting di masyarakat. Tugasnya dioper ke Mantri Polisi. “Jadi di Sidomulyo itulah, saya mulai belajar segalanya. Mulai latihan pidato di hadapan rakyat, memimpin rapat, hingga membangun fasilitas umum menggunakan dana masyarakat dengan cara bersama-sama luru rencek di Perhutani, lalu dijual untuk membangun sesuatu,” imbuh pria yang juga dijuluki sebagai Si Jepang itu. Hasilnya mengagetkan, dua tahun kemudian ia dipromosikan menjadi Camat Kademangan. Pada tahun 1984 ia mendapat tawaran ke Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) atas rekomendasi Direktur APDN Malang. Ia harus memilih, terus jadi Camat atau meneruskan kuliah. “Banyak masukan, agar saya meneruskan jadi camat saja,” ujarnya. Empat tahun di Kademangan, lantas dipindah menjadi Camat Nglegok. Tugas penting dari Bupati Siswanto Adi kala itu adalah jadikan Penataran sebagai kawasan pariwisata. Alasannya, sudah ada modal
berupa candi, maka tinggal menambah objek yang lain saja. Pilihan Drs. Rijanto, MM adalah membangun kolam renang. Tapi ini tidak gampang, karena lahan untuk kolam renang masih dalam sengketa kepemilikan dengan masyarakat. Dengan kemampuan persuasi dan pendekatan yang ulet, akhirnya ia berhasil membangun kolam renang itu. Tapi sayang, di tengah perjuangannya mewujudkan kawasan pariwisata yang indah, justru Gunung Kelud meletus tahun 1990. Lenyap sudah hasil kerja yang sudah di depan mata. Kolam tertutup pasir, candi Penataran tertimbun pasir, dan Nglegok menjadi kawasan terparah diamuk semburan pasir. Tanaman hancur, infrastruktur porakporanda dan masyarakat kehilangan sumber pangan. Di tengah jerit tangis masyarakat di sekitarnya, Drs. Rijanto, MM diuji ketahanan fisik dan mentalnya. Ia harus berpikir jernih dan terus bergerak. Prioritasnya di bulan pertama adalah membagikan makanan nasi bungkus kepada seluruh warga korban Kelud. Dengan sumber makan yang jelas, maka masyarakat bisa terus bekerja membersihkan puing setelah letusan mereda. Bulan berikutnya, tidak membagikan makanan, melainkan bahan makan agar dimasak sendiri oleh masyarakat. Saat itu, warga sudah kembali ke rumahnya. Sehingga bahan makan mentah sudah bisa dialirkan. Setelah kondisi mulai membaik, masyarakat sudah mulai bekerja kembali, jatah makanan dilakukan
dengan padat karya. “Kolam renang saya gali lagi dengan cara padat karya,” kenangnya. Tahun 1992 berikutnya ia bertugas sebagai Camat Wlingi. Proyek awalnya adalah ikut kontes Adipura. Nasib kembali berpihak kepadanya, karena Wlingi dinobatkan sebagai pemenang untuk tipe kota kecil. Setelah itu ditarik ke lingkungan sekretariat sebagai Kabag Pemerintahan tahun 1992. Kemudian berpindah ke Kabag Pembangunan tahun 1997, sebagai Kepala Satuan Polisi Pamong Praja tahun 2000, lantas Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja tahun 2003, dan Kepala Dinas Pendidikan Daerah tahun 2007.. Tahun 2010 terpilih sebagai Wakil Bupati Blitar.
Keluarga Terlatih Keras
Drs. Rijanto, MM mengakui salah satu kunci pendukung keberhasilannya berkarir di birokrasi adalah faktor keluarga. Istrinya benarbenar teman hidup dalam suka maupun duka-lara. Pandangan pertama terjadi waktu ia menjenguk famili Bupati Sanusi yang sedang rawat inap di RKSD Malang. Ketika bezoek itu, perhatianya tertuju pada perawat yang bernama Ninik Tjatur Anggraini. Gara-gara pertemuan itu, Drs. Rijanto, MM yang sedang belajar di APDN, berubah menjadi rajin ke rumah sakit. Jodoh sudah menjadi takdir mereka, hingga tidak terlalu lama keduanya naik ke pelaminan. Pasangan muda itu sedang membangun hidup baru. “Indah sekali lho. Pengantin baru di rumah kemantren Sidomulyo. Lha wong, di rumah itu tidak ada ranjangnya,” tuturnya sembari terkekeh-kekeh. Drs. Rijanto sungkem ibunda,jelang pelantikan Wabup Blitar Istrinya, Ninik Tjatur Anggraini,
Keluarga besar Wabup Blitar
pun ikhlas saja mendampinginya meskipun harus meninggalkan dunianya sebagai perawat, lantas mengikuti suami di tengah hutan Perhutani di Bakung yang sepi. Setahun berbulan madu di tempat yang syahdu itu, lalu lahirlah anak pertama. Nama diberikan seperti suasana alam di sekitarnya, yaitu Argo Wahyu Jati Kusuma yang artinya adalah bunga sejati yang turun di gunung. Kini sang putra membangun prestasi dirinya sebagai notaris di Tangerang Selatan. “Kami bangga, dia mengikuti dorongan hatinya,” ujarnya. Setelah berpindah menjadi Camat Kademangan, kemudian lahir adiknya yang bernama Ayu Mahardhika. Si bungsu lebih menyukai profesi sebagai outsourching di Perbankan. Kok tidak menjadi PNS, tanya Majalah Penataran. “Ndak lolos ujian CPNS,” ujar Drs. Rijanto, MM tertawa berderai. Bahkan melamar di berbagai perusahaan di Surabaya dan Yogyakarta, semuanya gagal-total. Drs. Rijanto, MM menyadari jabatanya bisa dipakai untuk mempengaruhi orang lain. Tapi dirinya tidak suka melakukan itu, apalagi buat masa depan anak-anaknya. “Biarlah mereka merasakan sendiri, arti kegagalan dan arti keberhasilan. Kelak mereka akan bangga dalam hidupnya, tanpa dibayang-bayangi oleh fasilitas bapaknya,” ujar Drs. Rijanto, MM bangga.D pur
ATARAN 21 Majalah PEN PENA
Profil Profil Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Guntur Wahono, SE.
Belajar dari Kebangkrutan
S
Guntur Wahono
ebagai seorang figur politik tentu harus pandai membagi waktu. Hal ini seperti yang dialami Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Blitar, Guntur Wahono, SE. Dalam kesehariannya, ia pandai dalam membagi waktu antara pekerjaan, bersama masyarakat dan bersama keluarga. Seluruhnya saling mendukung demi terciptanya rasa yang nyaman dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Super sibuk, inilah gambaran yang mungkin terlintas dalam benak kita ketika melihat langsung keseharian dari Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Guntur Wahono, SE. Ia harus berjibaku dengan pekerjaan. Sebagai politikus ia pun juga harus berinteraksi dengan masyarakat untuk mengetahui keinginan masyarakat demi terwujudnya pembangunan Kabupaten Blitar. Dengan kondisi seperti ini, ia pun rela dan ikhlas menjalaninya dengan penuh tanggung jawab. Sebagai
Guntur Wahono, selalu serius menjalankan pekerjaan
22 Majalah PEN ATARAN PENA
pemimpin ia pun harus siap memberikan yang terbaik bagi masyarakat di Kabupaten Blitar. Tekad besar ini ternyata belajar dari pengalaman. Untuk menggapai puncak kesuksesan seperti ini tidaklah mudah. Butuh jalan panjang dengan tekad kuat untuk belajar meraih kesuksesan. Kegagalan merupakan modal utama Guntur Wahono dalam mencapai kesuksesan seperti saat ini. “Saya dulu pernah bangkrut. Kalau tidak bangkrut mungkin saya tidak jadi seperti ini,” kata Guntur. Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini memaparkan, kegagalan dalam hidupnya ketika ia bangkrut dalam berbisnis. “Aku dulu jualan sepatu. Bukannya sukses berjualan malah bangkrut,” candanya. Ia mengaku, bisnis sepatu pernah dijalaninya sejak tahun 1994 hingga 1997. Puncaknya, saat negeri ini dilanda krisis moneter dengan melambungnya harga kebutuhan pokok. Hal ini berdampak pada turunnya daya beli masyarakat. Parahnya, kondisi ini juga menyapa bisnisnya yang tidak lama kemudian membuatnya harus gulung tikar. Pria kelahiran Blitar, 21 Juni 1969 ini akhirnya lebih memantapkan langkah di dunia politik. Karir politik yang terus menanjak pernah menjadikannya Ketua DPC PDI-P Kabupaten Blitar. Suami dari Sunrufiati ini pun pernah menjabat Kepala Biro Akademik di Universitas Islam Balita-Blitar. Kini karir politiknya pun kian tinggi ketika ia dinobatkan sebagai Ketua DPRD Kabupaten Blitar periode 2009-2014. Sebagai wakil rakyat, Guntur Wahono dituntut pandai-pandai membagi waktu antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lain. Ia pun tak pernah lelah dalam mendengarkan aspirasi masyarakat di Kabupaten Blitar. Aspirasi ini sebagai dasar untuk menentukan kebijakkan eksekutif bersama anggota legislatif. Guntur pun juga tak pernah berhenti untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat. Langkah tersebut demi kesejahteraan masyarakat Kabupaten Blitar. Hal ini di wujudkan dengan program-program yang pro rakyat. Ditambah lagi program pemerataan pembangunan di seluruh wilayah di Bumi Penataran ini. “Kita semua tahu, hingga saat ini, pembangunan telah menyentuh hampir di semua wilayah yang ada
Guntur Wahono, saat menghadiri kegiatan masyarakat
di 22 Kecamatan yang ada di Kabupaten Blitar,” tandas Guntur Wahono. Telah banyak fasilitas umum yang dibangun pemerintah Kabupaten Blitar . Tidak sedikit pula anggaran dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten Blitar yang diperuntukkan bagi pembangunan infrastruktur hingga ke pelosok desa. Belum lagi ditambah dengan program pembangunan non fisik yang sudah dimanfaatkan masyarakat. Salah satunya program pelatihan, hibah, simpan pinjam, Kredit Usaha Rakyat dan bantuan lainnya demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Blitar. Para petani di Kabupaten Blitar juga mendapatkan perhatian serius dengan digelontorkannya sejumlah bantuan dari Pemerintah Kabupaten Blitar baik berupa peralatan seperti mesin pembajak sawah, mesin pompa air, alat semprot dan mesin penggiling padi. Namun demikian, Guntur Wahono juga mengakui masih belum merata pembangunan di Kabupaten Blitar. Masih ada daerah yang masih membutuhkan sentuhan pembangunan. “Saya akui memang masih ada masyarakat yang membutuhkan sarana umum yang
mendesak untuk dibangun. Kami anggota legislatif dan eksekutif akan berusaha akan memenuhi harapan masyarakat. Saya berharap, masyarakat dapat bersabar karena terbatasnya anggaran yang ada saat ini,” tambah Guntur Wahono.
Nama Istri Anak Pendidikan Hobi
Satu impian besar orang nomor satu di DPRD Kabupaten Blitar ini yang belum dapat terwujud. Apa itu? “Menyamakan pembangunan antar Blitar Utara dengan Blitar Selatan,” demikian jawabnya. Menurut pria Stieken Jaya Negara-Malang ini, sudah bukan menjadi rahasia pembangunan infrastruktur lebih banyak dikerjakan di Blitar bagian utara atau di sebelah utara Kali Brantas. Sementara, di bagian selatan Kali Brantas ini masih banyak infrastruktur yang belum tertangani dengan baik. Ia pun mencontohkan, banyak jalan penghubung kecamatan dan penghubung antar desa mengalami kerusakkan. “Fasilitas infrastruktur di Blitar selatan masih sangat minim sekali. Terutama keberadaan jalan di sana. Dan kita akan perjuangkan pembangunan di sana,” tegas bapak dari 4 orang anak ini. Jalan yang mulus menjadi dambaan warga di Blitar selatan mulai dari Binangun, Wates, Panggungrejo, Sutojayan, Wonotirto, Kademangan dan Bakung. Jalan yang baik sangat berpengaruh terhadap mobilitas warga di Blitar selatan. Lancarnya infrastruktur jalan akan sangat berpengaruh terhadap kelancaran usaha masyarakat di sana. hend
Kompak- Guntur Wahono bersama istri saat mendaftar e-KTP di Kantor Kecamatan Sanankulon
: Guntur Wahono, SE : Sunrufiati : Galih Satria Tama, Redian Bayu Krisna, Mahatma Yoga Yudistira, Rona Risma Murrisa : SDN Ngadri 1 Binangun, SMPN 1 Kesamben, SMEA Pemuda Kesamben, Stieken Jaya Negara-Malang. : Jalan Sehat dan Bersepeda
ATARAN 23 Majalah PEN PENA
Profil Plt. Sekda Kab. Blitar, Drs. Palal Ali Santoso, MM.
Menjadi Manager Yang Baik
Pasangan Drs Palal Ali Santosa dan istri
P
ejabat Pelaksana Tugas (Plt.) Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar, Drs. Palal Ali Santoso, MM bertekad melaksanakan program kerja untuk menuju masyarakat yang sejahtera, religius dan berkeadilan. “Caranya adalah dengan melaksanakan secara optimal, segala kebijakan yang digariskan oleh Bapak Bupati dan Bapak Wakil Bupati,” ujarnya di tengah kesibukan mengawal pelaksanaan Hari Jadi Kabupaten Blitar ke 688. Catatan Majalah Penataran, secara teknis baru tahun 2012 ini posisi pejabat Sekda benar-benar memiliki latar belakang manajemen sesuai keilmuan yang dimiliki. Dan menarik pula, tokoh yang lahir ini merupakan figur yang tumbuh dan dibesarkan di lingkungan Pemkab Blitar. Drs. Palal Ali Santoso, MM bukanlah tokoh comotan dari daerah lain, bukan pula tokoh karbitan yang meroket karena punya saudara pejabat tinggi dan sejenisnya. Prosesnya alami, wajar dan tidak memicu friksi. “Lha, saya memang lulusan ekonomi. Minat dan
24 Majalah PEN ATARAN PENA
bakat saya berada di manajemen, semenjak saya SMA. Ingat lho, dulu ketika masuk kampus, ndak ada pikiran pengin jadi Plt. Sekda seperti ini,” ujar Palal tertawa renyah seperti kebiasaannya. Pria tegap lulusan Universitas Lambung Mangkurat itu jujur, cita-citanya sejak muda adalah bekerja di lingkungan perusahaan profesional. Itu sebabnya ia berkeras hati menyelesaikan kuliahnya dengan hasil yang bagus agar bisa diterima di perusahaan bonafid. Tapi untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Ilmu manajemenya tidak diterapkan di perusahaan, melainkan di lingkungan birokrasi. Reporter Majalah Penataran memiliki rekam jejak yang mengesankan terhadap tokoh satu ini, karena terbilang konsisten dengan standar ilmu yang disandang. Tatkala masih menjabat sebagai Kabag Humas, muncul kebijakan nasional yang baru, yaitu pemberlakuan lima hari kerja dilingkungan PNS.Palal tidak mau larut dalam pro dan kontra soal shock massal di lingkungan PNS. Pernyataan yang menarik dan tidak terlupakan darinya kala itu adalah sebagai berikut: “Bagi staf, butuh waktu beradaptasi untuk pulang sore. Tetapi sebagai manajer seperti saya, justru hal ini sangat menguntungkan, karena keputusan bisa saya rampungkan hari ini juga, tanpa terhalang oleh kantor yang tutup pada jam 13.00,” tuturnya kala itu.
Statement tersebut benar-benar mengagetkan, karena muncul dari seorang Kabag Humas. Bukan dari para Kepala Dinas dengan eselonnya lebih tinggi, karena sibuk heboh dan hiruk-pikuk karena kehilangan jam tidur siang dan menganggap perpanjangan kerja jam 13.00 hingga 15.00 sebagai kebijakan yang nyleneh bagi kebiasaan priyayi Jawa. Disiplin pribadi itu rupanya menjadi etos kerja Drs. Palal Ali Santosa, MM dalam menjalankan tugas. Pertama menginjakkan kaki di lingkungan birokrasi pada tahun 1988 sebagai operator Kopri dengan jabatan sekretaris KORPRI. “Jadi Gedung KORPRI di sudut itu dibangun untuk saya,” tertawanya berderai lagi. Empat tahun kemudian, secara tak terduga dirinya dipercaya menjadi Camat Doko tahun 1992 dan Camat Talun di tahun 1995. Pandangannya tentang petani dalam perspektif ilmu ekonomi, kemudian dituangkan dalam artikel “Antara Petani dan Film Kartun” dalam buku “Membangun Ekonomi Desa” yang digagas Bupati Bambang Soekotjo. Sejak saat itu, Bupati mengenali kualitas keilmuan Drs. Palal Ali Santoso, MM. Tak beberapa lama kemudian, tahun 1999 ia ditarik sebaga Kabag Humas karena kadung asyik bergumul dengan pikiran-pikiran para wartawan gara-gara proyek penerbitan buku tentang perekonomian Kabupaten Blitar. Roda terus berputar. Reformasi melanda seluruh
Public service, focus perhatian Sekda
negeri. Masyarakat Blitar, tanpa kecuali, bergolak turun ke jalan-jalan. Tahun 2001 ia digeser menjadi Kabag Pemerintahan guna menghadapi gelombang aksi unjuk rasa yang tidak henti dari seluruh lapisan masyarakat. Drs. Palal Ali Santoso, MM menjadi palang pintu untuk menghadapi aksi-aksi warga perkebunan yang minta hak-hak tanahnya dikembalikan. “Banyak tanah yang dikembalikan ke masyarakat, dengan pertimbangan hukum, ekonomi dan sosial yang tepat pada saat itu,” kenangnya. Setelah situasi berangsur tenang, tahun 2002 posnya bergeser sebagai Kabag Umum dan Perlengkapan. Namun itu tidak lama. Tahun 2003 ia digeser menjadi Kabag Pembangunan. “Ini tahun paling unik bagi Kabag Pembangunan. Karena saat itu lahir Kepres No 84 yang isinya, bahwa lelang pekerjaan bisa ditangani oleh masing-masing SKPD yang bersangkutan, tanpa dipusatkan di Bagian Pembangunan lagi. Akibatnya, saya lebih banyak nganggur daridapa bekerja selama dua tahun,” ujarnya terkekeh-kekeh. Tahun 2005 ia dipromosikan sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Prasarana. Dua tahun 2007 berikutnya berpindah menjadi Kepala Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat yang diuji oleh peristiwa menggeliatnya Gunung Kelud. “Ini pengalaman besar dalam karir saya, karena harus tidur dua jam sehari, gara-gara Kelud akan meletus,” imbuhnya. Dua tahun kemudian, ia berpindah lagi sebagai Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah. Dalam perjalanannya, tahun 2011 ia dipercaya pula sebagai Plt. Sekda, lantaran pejabat lama tidak dapat menjalankan aktivitasnya. Pria yang lahir di Tanah Laut, tanggal 28 November 1956 itu, memberi respon logis atas kepercayaan yang bebankan kepadanya. Ia merasa tidak seperti menang lotre, bahkan tidak merasa sedang mendapat durian runtuh. Ia tidak ingin berpandangan politis, yang bingkainya adalah pencapaian kekuasaan. Sejak dulu, ia tidak mau terjebak oleh tarik-menarik kekuasaan, karena lebih enjoy berpikir ala ekonom saja. “Mari bicara dalam domain manajerial. Keberadaan pejabat Sekda ini adalah kebutuhan organisasi. Berbahaya jika terjadi kekosongan manajer. Bahkan kalau tidak segera ditangani, organisasi kita malah kolaps dong?” Keluarganya pun kompak mendukung. Bahkan
anak tertuanya yang ingin berkarir menjadi PNS, dipersilakan mengejar mimpinya. Syaratnya cuma satu jangan menjadi PNS di Blitar ! “Sehebat apapun prestasinya kelak, opini publik akan terus mengaitkan dengan Bapaknya” tukasnya. Jodoh, Tak Lari Dikejar Drs. Palal Ali Santosa, MM sangat yakin, rejeki dan jodoh sepenuhnya di tangan Tuhan. Ia memang berambisi bekerja di perusahaan swasta, tetapi nasib berkata lain, ia malah sukses sebagai pegawai negeri sipil. Dan tak kalah uniknya, ia menemukan jodohnya, Puji Astuti, di luar skenario hidupnya. Keluarga besarnya memang Blitar tulen. Bapak dari Slemanan, sedangkan ibunya dari Udanawu. Ia merupakan anak ke empat dari sepuluh bersaudara. “Bapak-ibu saya boyongan ke Kalimantan dengan membawa tiga anak. Jadi saya produk dari Tanah Lot sana,” kenangnya. Setelah itu lahirlah adik-adiknya hingga enam orang. Meski orang-tuanya sukses sebagai petani di tanah rantau, tetapi hati dan perasaaan masih tetap tertinggal di Udanawu. Setiap liburan, acara yang ditunggu-tunggu adalah sambang ke rumah nenek. Perjalanan jauh tak pernah menghalangi tradisi mudik itu. Hingga pada suatu hari, secara tak sengaja, pemuda Palal bertemu di jalan dengan gadis asal Sambi, Kediri, yang kelak menjadi istrinya. “Tidak ada peristiwa khusus. Saya main aja sambil jalan-jalan. Lha kok, ketemu prawan ndeso. Waktu dia lihat saya, tingkah lakunya gimanaa.. gitu. E, lha kemudian kok semrinthil,” kenangnya sambil tertawa. Cinta bersemi tanpa bisa dicegah lagi. Palal terlanjur tertambat hatinya di Sambi. Pernikahn pun menjadi pilihan, dan ia langsung larut dalam kesibukan keluarga Puji Astutik yang berlatar belakang sebagai pedagang. Yang ditangani pun bermacam-macam. Mulai berdagang emas, berdagang kain, hingga sembako. Perlahan tapi pasti, Palal digembleng secara nyata dalam pengelolaan bisnis keluarga. Dalam perjalananya, kemudian ia mencoba peruntungan mendaftar sebagai CPNS. Selain itu, ia juga mendaftar ke sebuah perusahaan farmasi yang cukup bonafid. Hebatnya, kedua-duanya sama-sama diterima. Tapi prosesnya terlebih dulu di Pemda. Ia hanya ditempatkan di sekretariat KORPRI. Baru berjalan beberapa waktu, panggilan dari perusahaan farmasi itu pun kemudian datang. “Kalau nuruti kata hati, saya
Keluarga besar Drs Palal Ali Santosa
pengin sekali ke farmasi itu,” tuturnya jujur. Namun kenyataanya, ia tidak bisa lagi membuat keputusan sendirian. Ia sudah mempunyai istri, pendamping hidup, yang juga memiliki pilihan yang sulit diabaikan. Puji Astutik menginginkan dirinya tetap di sekretariat KORPRI meski bergaji kecil dan tidak perlu ke Jakarta. “Akhirnya, saya mengalahkan ego saya. Saya ikuti saran dan masukan dari seluruh keluarga, agar saya menekuni tugas di Pemda Kabupaten Blitar,” imbuhnya. Sejak saat itu, perhatianya fokus sebagai PNS. Tanpa terasa, anak-anak mereka terus bermunculan hingga tiga orang. Anak pertama, Priyono Santosa, tumbuh dewasa hingga meraih gelar sarjana hukum di Universitas Brawijaya Malang. Uniknya, kegemarannya malah ingin meneruskan mengembangkan bisnis dagang keluarga di Sambi. Anak kedua, Yetti Puspita Sari, meniti karir di perbankan pemerintah. Sedangkan si ragil, Trilaksono Santosa, sedang menekuni kuliahnya. Jadi, nilai apa yang ia petik dari perjalan hidup dan karir, yang ternyata telah mengantarkannya ke jenjang puncak karir sebagai birokrat? “Keluarga adalah segala-galanya. Tuhan akan memberikan segala rahmad dan nikmat Nya, sebesar kita mencintai istri, anak dan saudara-saudara yang lain,” ujarnya mantap tanpa ragu-ragu. D pur
ATARAN 25 Majalah PEN PENA
EDUKATIF
Moratorium RSBI,
Warning Pendidikan G
elombang pesimisme terhadap program RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional) bermunculan belakangan ini. Dipicu dari biaya mahal yang harus dikeluarkan kalangan orang tua, ditunjang prestasi akademik yang hasilnya ternyata relatif sama dengan siswa reguler pada umumnya. Menyimak tayangan RCTI hari Jumat tanggal 5 Mei 2012, sejumlah orang tua melakukan unjuk rasa di Bundaran HI, Jakarta. Mereka menyuarakan protes terhadap program RSBI, yang tidak memberikan hasil lebih dibanding harapan yang dibangun para orang tua. Mereka membentangkan poster-poster sebagai wujud kekecawaan, bahkan ada yang meminta program RSBI dihentikan saja. Tak kalah garang dengan itu, bahkan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Daud Yusuf, mengajukan yudicial review agar program RSBI dihentikan saja. Dalam tayangan televisi itu, Prof. Daud Yusuf memaparkan bukti konkrit dari program RSBI, yaitu munculnya kasta-kasta sosial di sekolah. Kelas RSBI menjadi kelas siswa kaya, sedangkan kelas
Program RSBI, dinilai memunculkan kasta-kasta sosial di kalangan siswa
reguler adalah siswa miskin. Sejumlah media melansir, hasil UASBN di sejumlah daerah
Romelan, S.Pd, M.Si
28 Majalah PEN ATARAN PENA
menunjukkan pemilik peringkat terbaik bukan dari kalangan siswa RSBI, melainkan siswa reguler alias biasa-biasa saja. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar, Romelan, S.Pd, M.Si mengaku tidak henti-hentinya terus mengikuti perkembangan RSBI ini. Ia tidak kaget mendengar kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional RI yang mengeluarkan ultimatum yaitu moratorium atau penghentian sementara penambahan sekolah RSBI secara nasional di tahun 2012 ini. “Pelaksanaan RSBI di Kabupaten Blitar, masih bagus kok. Siswa-siswa RSBI memiliki perilaku yang positif, pembelajarannya lebih kondusif karena mereka membiayai fasilitas untuk itu,” ujar Romelan kepada Majalah Penataran. Menanggapi munculnya berbagai tanggapan terkait soal RSBI, ia memilih untuk bersikap hati-hati dan menunggu policy secara nasional. Menurutnya, sampai sejauh ini belum ada informasi dan kebijakan dari kementerian, meskipun berita tentang RSBI sudah mengharu-biru. Ia justru tidak sependapat, terhadap rumor yang
Tingkatkan Religius
Bupati Blitar, Herry Noegroho dan Wabub Blitar, Rijanto meninjau sekolah RSBI
dihembuskan bahwa program itu sekedar memobilisasi dana seperti plesetan akronim menjadi Sekolah Bertarif Internasional. “Kami perlu jelaskan, banyak siswa RSBI di Kabupaten Blitar yang berasal dari keluarga miskin, sehingga kita gratiskan dan kita bantu untuk beli buku dan seragamnya,” lanjut Romelan. Saat ini di Kabupaten Blitar terdapat tiga sekolah RSBI yaitu SMPN Kesamben, SMPN 1 Srengat dan SMAN 1 Talun. Di sekolah-sekolah tersebut terdapat banyak siswa yang tingkat perekonomiannya di bawah standar. Namun semangat mereka untuk sekolah, tidak mempedulikan kondisi orang tuanya yang kesulitan dalam perekonomian. “Jangan berbicara menggunakan standar orang kaya di kota-kota besar. Mari lihat kondisi di desadesa kita, dimana banyak orang-orang tua murid yang
jatuh-bangun untuk sekedar mencari makan seharihari,” lanjut Romelan. Ia mencontohkan seperti halnya buruh dangir, pencari kayu bakar, penjual daun pisang di pasar, yang rejekinya sulit diprediksi apakah sesuai standar hidup layak atau tidak. Yang patut dibanggakan, kemiskinan seperti itu ternyata tidak membuat anak-anak mereka putus asa. “Mereka tetap ingin sekolah. Banyak di antara mereka yang kemampuanya memadai untuk RSBI. Jadi kita harus membantu mereka,” katanya. Reporter Majalah Penataran lantas disodori segepok data tentang siswa-siswa di Kabupaten Blitar yang digratiskan dari biaya sekolah, bahkan harus dibantu agar mereka tidak drop out karena memang orang tuanya sama sekali tidak mampu membiayai sekolah mereka.
Prioritaskan pembinaan mental dan karakter religius bagi seluruh siswa
Romelan menegaskan, prioritas program Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar yang dibawah kendalinya saat ini adalah merealisasikan visi Bupati dan Wakil Bupati Blitar, yaitu memprioritaskan pembinaan mental dan karakter religius bagi seluruh siswa di Kabupaten Blitar. “Kalau aklaq-nya bagus, maka akan diikuti oleh prestasi yang bagus,” lanjutnya. Langkah awal yang ia jalankan adalah mewajibkan seluruh siswa agar terbebas dari buta baca-tulis kitab suci agama masingmasing. Caranya adalah bekerja sama dengan lembagalembaga keagamaan yang berada di Kabupaten Blitar, baik Islam, Nasrani, Hindu dan Budha. Siswa-siswa mendapatkan jam pelajaran khusus untuk mendalami pelajaran itu ke masing-masing lembaga yang sesuai dengan agama masing-masing siswa, atas koordinasi dengan pihak sekolah. Untuk mendukung kebijakan tersebut, sudah lahir Perda Nomor 8 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Blitar, yang isinya adalah kewajiban sekolah memberikan pembelajaran muatan lokal wajib, budi pekerti, wawasan kebangsaan dan praktik keagamaan. “Tujuannya adalah untuk mengatasi penyimpangan-penyimpangan yang banyak dialami di kalangan remaja, khususnya yang masih duduk di bangku sekolah”. Tidak bisa ditutup-tutupi lagi, banyak pelajar yang terjerumus dalam candu narkoba, pergaulan bebas, bahkan terlibat aksi kriminal. Siswa-siswa yang penampilanya di rumah selalu baik-baik saja, ternyata bisa berubah total ketika di luar rumah, sehingga mengagetkan keluarganya ketika sudah terlibat dalam peristiwa-peristiwa seperti di atas. Namun itikad baik itu tidak bisa berjalan semudah membalik tangan. Ada saja pihak-pihak orang tua yang memberikan reaksi keras, memprotes, dengan bermacam dalih. Ada yang mempertanyakan latar belakang program, bagaimana pengelolaan anggarannya, ada yang khawatir rumahnya jauh dari pondok, jauh dari masjid, takut resiko ini dan itu dan sebagainya. “Soal heboh tanggapan itu tidak membuat kami surut. Ini tugas agar anak lebih beraklaq religius. Apabila ada orangtua yang keberatan anaknya mendalami ilmu agama, kami tentu tidak bisa berkata apa-apa lagi,” imbuh Romelan. Ia optimis, program ini akan berjalan jika semua pihak dilandasi rasa ikhlas. Kepala sekolah ikhlas berbuat untuk melaksanakan program, gurunya iklas mendidik dan siswa-siswa ikhlas melaksanakan tugas belajar. Harapan, anak yang beraklaq bagus akan semakin cerdas dan memiliki prestasi cemerlang. D ap
ATARAN 29 Majalah PEN PENA
Pembangunan Kabupaten Blitar
Dimata Para Politisi Pada Tahun 2012 ini, genap 688 tahun usia Kabupaten Blitar. Disadari atau tidak sudah selama itu secara turun temurun sejak jaman nenek moyang kita hingga sekarang terus berbenah. Berusaha menciptakan Kabupaten Blitar ini agar menjadi sebuah wilayah yang memiliki tatanan masyarakat yang adil dan makmur. Lalu bagaimanakah para pimpinan DPRD Kabupaten Blitar dalam hal ini masing-masing Ketua Komisi berpendapat terhadap pembangunan yang ada di Kabupaten Blitar? Berikut ini hasil wawancara Majalah Penataran dengan semua Ketua Komisi yang mengawal jalannya roda pembangunan yang ada di Kabupaten Blitar sesuai tupoksi masing-masing.
Ketua Komisi I, Nanang Widi Wahyono, SH
Jangan Lupa Azas Keadilan
“Sebagai pasangan Bupati Blitar terpilih, Herry Noegroho, SE. MH dan Drs. Rijanto, MM pernah menyampaikan visi dan misi-nya kepada DPRD. Dan sekarang bisa kami sampaikan, visi dan misi yang disampaikan oleh Bupati dan Wakil Bupati terpilih itu, sudah delapan puluh sampai sembilan puluh persen telah dilaksanakan. Dan harapan kami kedepannya yaitu agar semua visi dan misi Bupati Blitar yang disampaikan itu bisa dilaksanakan.”. Demikian disampaikan oleh Nanang Widi Wahyono, SH - Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Blitar. Lebih lanjut Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Blitar ini menyampaikan, sesuai kesepakatan bersama antara lembaga Legislatif dan Eksekutif, saat ini Pemkab Blitar memiliki empat prioritas pembangunan utama. Yaitu pembangunan dibidang Pendidikan, Kesehatan, Pertanian dan Infrastruktur walaupun bukan berarti, “Pemkab Blitar mengesampingkan diluar empat prioritas utama
30 Majalah PEN ATARAN PENA
pembangunan tersebut.”. Sedangkan dari empat prioritas utama pembangunan itu, pembangunan infrastruktur transportasi yang menjadi perhatian utama Pemkab Blitar. Dan terkait pembangunan infrastruktur transportasi di Kabupaten Blitar itu yang kemudian disoroti oleh politisi dari PDIP ini. Disatu sisi karena akses jalan di Kabupaten Blitar ini merupakan yang terpanjang yang ada di Jawa Timur sedangkan di sisi lain karena keterbatasan dana yang ada. Namun dengan pengelolaan yang bagus, pembangunan infrastruktur transportasi di Kabupaten Blitar terutama berupa akses jalan antar kecamatan dan jalan antar desa berjalan dengan baik dan hasilnya juga sudah bisa dinikmati oleh masyarakat. Masalah infrastruktur memang seharusnya menjadi perhatian utama, terutama karena menyangkut masalah akses perekonomian bagi warga Kabupaten Blitar. “Nyata telah menunjang laju pertumbuhan ekonomi bagi warganya disamping juga bisa mengundang datangnya investor-investor dari luar daerah.”. Namun menurut Nanang Widi Wahyono, ada sedikit yang perlu kami sampaikan kepada Pemerintah Daerah. Terutama tentang pembagian wilayah sehubungan pembangunan infrastruktur transportasi itu yang sebetulnya memang harus diutamakan pembangunannya. Daerah yang belum tersentuh utamanya yang berada di wilayah selatan dan wilayah barat mohon disegerakan pembangunannya.
Wakil Ketua Komisi II, Suwito, SH
Pemda Semakin Responsif Sementara itu, dalam pandangan M. Anshori - Ketua Komisi II melalui Wakilnya - Suwito, SH, menyampaikan, “Secara umum ada peningkatan respon dari pemerintah daerah terhadap aspirasi masyarakat.”. Yang dimaksudnya respon positif, begitu masyarakat mempunyai gagasan atau usulan kemudian disampaikan
Suwito, SH
dalam bentuk pengajuan program, nyatanya Bupati langsung merespon balik. Dan hal itu sudah kira-kira lima sampai enam tahun berjalan. Contoh diantaranya berupa bantuan semen untuk percepatan pembangunan infrastruktur jalan. Bila masyarakat menghendaki pembangunan infrastruktur jalan bisa mengajukan bantuan pembangunan infrastruktur transportasi, dengan ketentuan semen dari pemerintah, keperluan lain dicukupi masyarakat. Demikian juga kepedulian pemerintah daerah pada warganya yang belum tersentuh listrik. Karena keterbatasan jaringan PLN, seperti diketahui, saat ini masih ada beberapa daerahdi Kabupaten Blitar yang belum berlistrik. “Pemerintah daerah telah menganggarkan jaringan listrik dalam APBD”. Suwito memuji terobosan-terobosan yang dilakukan Pemkab Blitar, “Terobosan-terobosan yang seperti itu belum tentu ada di kabupaten lain.”. Kabupaten Blitar ini kan luas. “Pembangunan saat ini bukan sekedar antara utara dan selatan”, namun lebih dari itu, tingkat perhatian pembangunan harus sampai pada tingkat desa dan dusun.
Perlu adanya suatu perhatian sehingga perbaikan sistem dari perencanaan pembangunan dengan cara mengakomodir usulan melalui Musrenbang (Musyawarah Rencana Pembangunan) Desa agar supaya nyambung dengan Visi dan Misi Bupati. Lebih jauh Suwito menyampaikan, infrastruktur itu kan bentuk dukungan dalam bidang pembangunan ekonomi. Sedangkan dalam hal pembiayaan, untuk kelompok-kelompok kecil baik dalam bentuk koperasi pertanian, pra koperasi, UKM (Usaha Kecil dan Menengah), dan lain-lain kita (Kabupaten Blitar) perlu mengadopsi pengalaman dari kabupaten-kabupaten lain dalam bentuk kredit bergulir. Tidak semua kelompok-kelompok yang saya sebutkan diatas (koperasi pertanian, pra koperasi, UKM, dan lain-lain) bank-able atau dengan kalimat lain bank tertarik untuk memberikan bantuan kepada kelompokkelompok itu. Sedangkan disisi lain, kredit program dari pemerintah sangatlah terbatas jumlahnya. Oleh karena itu sangat diperlukan keberanian pemerintah untuk membentuk lembaga kredit bergulir ini. Harapan kedepannya agar masyarakat lebih produktif, sehingga daya belinya naik dan pertumbuhan ekonomi secara langsung akan meningkat. Selamat Hari Jadi Kabupaten Blitar. Merdeka!
Ketua Komisi III, Marhenis Urip Widodo
Pembangunan Sudah Berjalan dan Baik Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Blitar - Marhenis Urip Widodo berharap peringatan hari jadi memberi motivasi yang lebih tinggi kepada seluruh aparatur dan masyarakat Kabupaten Blitar untuk membangun daerah yang lebih mandiri dan sejahtera. “Mari kita jadikan hari jadi ini lebih berarti dan bermakna dengan mengisinya kegiatan-kegiatan yang bernilai dan mengarah kepada kemajuan daerah serta peningkatan ekonomi dan kesejahtraan rakyat.”, tuturnya. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi menjadi sesuatu yang mutlak diperlukan. Banyak efek yang akan dapat dirasakan oleh masyarakat akibat dibangunnya prasarana transportasi itu. Saat ini transportasi sebagai kebutuhan dasar dan sudah menjadi prasyarat pembangunan ekonomi, dimana secara makro ekonomi pembangunan sarana dan prasarana transportasi dapat membuka aksesibilitas sehingga meningkatkan produksi masyarakat yang berujung pada peningkatan daya beli masyarakat. Pembangunan jalan ini membutuhkan cost atau biaya yang tidak sedikit. Setidaknya diperlukan kemauan yang kuat dan kebijakan pembangunan yang tepat dari Pemerintah untuk merealisasikannya. Dan melihat kiprah Pemerintah Daerah, Marhenis Urip Widodo berpendapat, “Secara umum pembangunan di Kab Blitar berjalan baik.”.
Marhenis Urip Widodo
H. Ahmad Tamim, SHI.
Mari terus bekerja dan berkarya. Agar semua mimpi warga Kabupaten Blitar juga menjadi mimpi indah untuk Pemerintah Kabupaten Blitar yang pada tahun 2012 ini merayakan hari jadinya yang Ke - 688. Semoga mimpi bukan hanya mimpi tetapi bisa benar-benar terwujud menjadi kenyataan. Dirgahayu Kabupaten Blitar! (moza)
hanya oleh Dinas Kesehatan tetapi juga oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Blitar. Pemberian hak dasar kesehatan untuk warga miskin adalah harus diprioritaskan. Bukan yang sudah ini tidak, akan tetapi kurang maksimal sehingga simpang siur atau boleh dikata belum seperti yang diharapkan banyak orang. Di bidang pendidikan, secara perencanaan DPRD dalam hal ini adalah Komisi IV, berpendapat bahwa “Cukup bagus. Namun tidak cukup dari sisi konseptual yang baik.”, tegas Gus Tamim. Pertanyaannya kemudian adalah, sudahkah pelajaran budi pekerti, amal agama dan wawasan kebangsaan ini sudah diapresiasi dan dilaksanakan oleh para pelaku pelaksana pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai pada tingkat menengah? “Ini yang sangat-sangat belum sebenarnya.”. Dengan demikian kedepan yang harus kita benahi adalah pelaksanaan yang sesuai rencananya dimana harus terintegrasi. Hapus kesan yang ada selama ini dimana yang namanya budi pekerti, amal agama dan wawasan kebangsaan ini adalah semata hanya tugas dari Guru Agama dan Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kemudian kami (Komisi IV) juga berharap untuk segera dibentuknya komitmen ulang antara Pemkab Blitar dengan kota tempat tujuan transmigrasi. Jangan sampai terulanglah! Dimana kita mengirimkan warga kita ke Pulau Kalimantan untuk ikut program transmigrasi, kemudian mereka sudah bekerja sudah sesuai dengan aturan, namun ketika saatnya panen tiba mereka diusir oleh warga pribumi yang merasa lebih berhak atas tanah yang mereka tempati. Harapan kami, pemerintah segera menyusun peningkatan pola memorandum of understanding (MoU) atau kesepakatan kerjasama antar daerah yang lebih kuat dan lebih menjamin kedepannya. moza
Ketua Komisi IV, H. Ahmad Tamim, SHI.
Ironi Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Blitar -H. Ahmad Tamim, SHI., “Pembangunan di Kabupaten Blitar secara umum masih jauh dari harapan. Utamanya terkait dengan masalah pelayanan. Akan tetapi kami menghormati dan mengapresiasi telah ada upaya perbaikan selama ini.”, Ada beberapa hal yang menjadi perhatian serius politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang akrab dipanggil Gus Tamim ini. Dalam bidang kesehatan, terutama belum adanya kejelasan tentang yang namanya SPM (Standar Pelayanan Minimum) menyangkut warga miskin. Baik yang masuk kategori Jamkesmas, Jamkesda ataupun kategori pengguna Surat Keterangan Miskin. Ketika warga kita (Kabupaten Blitar) berobat ke RSUD Kota Blitar mereka seharusnya mendapatkan pelayanan dasar. Tetapi apa yang terjadi? Negara yang jelas menganggarkan dan uangnya juga jelas ada. Sementara hanya karena komunikasi yang tidak terbangun kemudian RSUD Kota Blitar memutus hubungan untuk tidak melayani masyarakat Kabupaten Blitar. Padahal, dalam konteks yang sama, semua orang yakin ketika berebut lelang tender pasti nantinya akan terbayar oleh negara karena uangnya jelas dianggarkan dan jelas ada. Ini kan ironi namanya! Sehingga harus ada evaluasi secara terpadu tidak
ATARAN 31 Majalah PEN PENA
Potret Pembangunan
M
asyarakat memiliki harapan dan ekspektasi yang besar terhadap hasil pembangunan yang ada di wilayahnya. Sebaliknya Pemerintah Kabupaten Blitar terus berupaya meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat melalui pembangunan itu. Memperingati Hari Jadi Kabupaten Blitar ke 688, berikut potret pembangunan di beberapa kecamatan yang ada di daerah ini sebagai salah satu upaya mewujudkan kebersamaan antara pemerintah dan
Lodoyo Dadi ‘Kutho’ B
agi warga di Kecamatan Sutojayan, ada unen-unen (ujar-ujaran, red.) yang berbunyi tembe mburi Lodoyo bakal dadi kutho (Suatu hari nanti Lodoyo akan menjadi kota, red.) yang sudah secara turun temurun diperdengarkan. Walaupun tidak pernah di ungkap sumber asli atau pastinya darimana, namun kebenaran dari ujarujaran yang telah usang itu dibawah Pemerintahan Bupati Herry Noegroho, SE, MH sudah mendekati kenyataan. Setidaknya seperti itulah yang disampaikan oleh Camat Sutojayan Tavip Wiyono, SE., MM. Menurut camatnya, wilayah Kecamatan Sutojayan khususnya di Lodoyo (wilayah Kel. Kalipang) sebagai pusat kota kecamatan, mengalami kemajuan yang luar luar biasa dari tahun ke tahun. Terlebih lagi saat ini ketika ibukota kabupaten akan dipindah ke Kecamatan Kanigoro. “Pembangunan Kecamatan Sutojayan lebih diperhatikan lagi karena posisinya sebagai kecamatan pendukung ibukota kabupaten.”, tegas Tavip Wiyono. Banjir besar yang dulu pernah melanda Kecamatan Sutojayan jauh-jauh hari sudah diantisipasi penanggulangannya. Beberapa wujud antisipasinya berupa pembuatan dan perbaikan saluran irigasi, pengerukan sungai, dll. Home industry yang mulai tumbuh diberikan kesempatan berkembang, demikian juga dengan industry mebel sebagai produk andalan Kecamatan Sutojayan. Pihak perbankan pun tumbuh menjamur sebagai upaya mem-back up masalah permodalan bagi warga disana. Mulai dalam bentuk sederhana berupa Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Bank Perkreditan Rakyat (BPR) hingga BRI dan Bank Danamon sudah ada di Lodoyo. Terlebih lagi, lanjut Tavip Wiyono, Lodoyo yang sudah terkenal seniman-senimannya mendapatkan perhatian ekstra dari Bupati Blitar. Kata Camat Sutojayan, “Jangka panjangnya, Bupati menghendaki Kecamatan Sutojayan sebagai kiblatnya budaya di Kabupaten Blitar.”. Dan untuk itu pula di Lodoyo sekarang telah dibentuk Paselo (Paguyuban Seni
32 Majalah PEN ATARAN PENA
Tavip Wiyono, SE., MM
Lodoyo), sebuah lembaga untuk mewadahi pelakupelaku seni yang ada di Kecamatan Sutojayan. Berbagai gelar seni selain acara tahunan berupa Siraman Gong Kyai Pradah secara rutin telah dipentaskan di Kecamatan Sutojayan. Diantaranya setiap malam Jum’at Legi dipentaskan seni Jaranan Jor di halaman tempat penyimpanan Gong Kyai Pradah yang diikuti dengan pentas kesenian Kentrung. Masih ingat ketika tahun lalu Bupati dan pejabatpejabat penting Pemkab Blitar ‘mbanyol’ dalam acara
masyarakat, untuk lebih berkreasi dan berinovasi, menggali dan mengoptimalkan segenap potensi dan peluang yang ada sehingga kedepan Kabupaten Blitar menjadi salah satu daerah yang maju dan menjadi contoh bagi daerah-daerah lain.
ketoprak humor? Ya, Kecamatan Sutojayan kini juga telah memiliki event tahunan yang cukup spektakuler yang digelar setiap tanggal 28 Oktober berupa acara Upacara dan Kirab Budaya. Jadi, jangan heran kalau ada pagelaran seni atau event seni di Lodoyo Bupati Herry Noegroho selalu aktif rawuh (datang, red.). Dan yang paling anyar, warga Lodoyo sekarang sedang gila-gilanya dengan sepeda jadoel. Silahkan dilihat, setiap malam minggu di aloon-aloon Kecamatan Sutojayan ada ratusan sepeda jadoel plus pengendaranya yang juga berbusana jadoel sedang kongkow-kongkow sembari nguri-nguri (melestarikan, red.) budaya Jawa. Namun begitu, “Kegiatan keagamaan juga berjalan aktif.”. Kegiatan keagamaan yang mewadahi aktifitas warga mulai dari anak-anak hingga dewasa sampai yang sudah sepuh-sepuh juga digiatkan. Antara lain dengan berdirinya Pondok Pesantren dan Madin (Madrasah Diniyah) disana-sini, kegiatan rutin Jantiko Mantab, dll. “Lodoyo bisa mewadahi semua lapisan masyarakat yang majemuk.”, pungkas Tavip Wiyono bangga. Dan karena potensinya yang besar itu, Camat Sutojayan ini berharap, “Pembangunan infrastruktur untuk lebih diarahkan ke Sutojayan.”. moza
Ronggolawe (Bupati) dan Ken Suro (Wabup) dalam Ketoprak Humor pada pesta budaya di Kec Sutojayan
Camat Nglegok, Drs. Makinuddin, M.Si.
Menunggu Tuah Stadion Baru Ini dia camat yang tampak paling bahagia dengan pembangunan yang ada di melaksanakan ibadah sekaligus berwisata di Candi wilayahnya. Pembangunan dan hasil-hasilnya yang sudah ada saat ini berjalan Pallah utamanya pada saat perayaan hari raya. dengan baik. Dan lebih dari itu, akan segera menyusul proyek-proyek Dari sisi pembangunan mental, Camat Nglegok juga menilai upaya-upaya yang dilakukan Pemkab Blitar pembangunan lainnya yang bisa dibilang prestisius di Kecamatan Nglegok.
Upacara keagamaan Hindu membuat Candi Penataran semakin elok
B
upati Blitar memperoleh apresiasi dari Drs. Makinuddin, M.Si. –Camat Nglegok, telah berhasil membangun Kecamatan Nglegok. Sesuai dengan visi dan misi Herry Noegroho diawal menjabat Bupati yang ingin mensejahterakan masyarakat, “Pembangunan yang telah dilakukan oleh Bupati Blitar sudah bisa dirasakan oleh masyarakat miskin.”. Dimulai dari bidang infrastruktur, terciptanya situasi yang kondusif, pelestarian seni dan budaya, pariwisata, pendidikan, keagamaan dan lain-lain sudah berjalan sesuai dengan harapan warga di Kecamatan Nglegok. Pada bidang Pariwisata, dari tahun ke tahun Candi Penataran atau Candi Pallah dikelola dengan lebih serius. Keberadaannya sebagai Candi Hindu terbesar di Jawa Timur semakin populer diluar daerah. Dan seiring dengan pembangunan itu pula masyarakat di Kecamatan Nglegok semakin banyak yang bisa ikut
menikmati hasilnya dari kunjungan wisata di salah satu ikon wisatanya Kabupaten Blitar ini. Belum lagi pada saat ini di Candi Penataran juga digelar event bernama Purnama Seruling Penataran (PSP) oleh Dewan Kesenian Kabupaten Blitar (DKKB) setiap tiga bulan sekali. Event PSP bukan saja berarti hiburan bagi warga Nglegok. Selain mendatangkan pengunjung pada waktu tertentu di malam bulan purnama ke Candi Penataran, Purnama Seruling Penataran yang juga merupakan panggung seni dan budaya, “Memberikan wadah dan kesempatan bagi warga Nglegok untuk nguri-nguri (melestarikan, red.) budayanya.”. Demikian halnya dengan keluarnya izin penggunaan Candi Penataran untuk kegiatan-kegiatan ibadah dan keagamaan. Keluarnya izin ini membawa dampak yang luar biasa. Bukan saja umat Hindu dari Blitar Raya, namun juga terbukti mampu mendatangkan ribuan umat Hindu lain dari berbagai kota untuk
sudah tepat. Drs. Makinuddin terutama menyoroti ketentuan yang diberlakukan bagi anak usia sekolah dari tingkat dasar sampai menengah yang wajib bisa membaca kitab suci agamanya sebagai langkah jitu mencetak generasi muda yang ber-akhlakul karimah. Dan sehubungan dengan program pemerintah itu, sekaligus Drs. Makinuddin mengucapkan banyak terima kasih kepada Pemkab Blitar yang telah memberikan kepercayaan sebagai tuan rumah pelaksanaan gelar MTQ Tingkat Kabupaten Blitar di Pondok Pesantren Al Mawaddah II Desa Jiwut Kecamatan Nglegok pada 19 – 21 Juni 2012. “Ini tambahan saja, Kecamatan Nglegok yang sukses menjadi Juara Umum-nya.”, kata Drs. Makinuddin bangga. “Tidak ada kekurangan yang layak untuk diapungkan.”. Bagi camat dan warga Kecamatan Nglegok saat ini sedang menunggu rampungnya proses pembangunan stadion baru. Harapan mereka, semoga dana dari pusat segera cair dan pembangunan proyek prestisius berupa stadion bersekala nasional yang sudah dimulai itu bisa segera diselesaikan. moza
Drs.Makinuddin, M.Si.
ATARAN 33 Majalah PEN PENA
Camat Kademangan, Agus Santosa, S.Sos M.Si
Masyarakat Butuh Bimbingan Manajemen
P
roduk masyarakat yang popular dari kawasan Kecamatan Kademangan ada dua macam. Di kawasan bawah, penganan jenang dan geti. Sedangkan di atas, aneka produk kayu olahan. Pengembangannya butuh iklim managerial yang baik. Camat Kademangan, Agus Santosa, S.Sos M.Si mencotohkan, potensi industri rumah tangga di wilayahnya sudah terkenal sejak beberapa dasawarsa. Produk tembikar dari Dusun Precet Desa Plumpungrejo sudah memiliki jaringan distribusi dan pasar yang jelas. “Pengrajin-pengrajin Precet ini sudah teruji, bahkan sudah bisa mandiri untuk menghidupi usahanya,” katanya. Namun ada beberapa jenis ketrampilan masyarakat yang membutuhkan pendampingan agar menjadi usaha yang berdikari. Ia menyebutkan usahausaha seperti pande besi di kawasan Kelurahan Kademangan serta aktivitas petani dan peternak ikan air tawar, bebek, lembu dan sebagainya. Usaha yang sudah maju dari kawasan
34 Majalah PEN ATARAN PENA
Kademangan bawah adalah industri rumah tangga seperti jenang, geti dari Rejowinangun. Ketrampilan satu ini bahkan sudah menjadi brand image, menjadi duta-duta pameran ekonomi yang diikuti Kabupaten Blitar diberbagai event. “Produk makanan jajanan olahan itu juga sudah menjadi bagian dari tradisi usaha masyarakat yang terus menerus mendapat pendampingan dari Kabupaten Blitar. Seperti mendesain packing yang menarik, citarasa yang layak disuguhkan kepada para tamu hingga menteri sekali pun,” imbuhnya. Problem yang dialami oleh para produsen kecil di kawasan Kademangan adalah soal manajemen. Meski sudah memiliki kemampuan produksi maupun pemasaran, namun kendala yang terjadi adalah minimnya wawasan manajerial. “Akibatnya para produsen hidupnya tetap begitu-begitu saja,” kata ayah dari Noval yang tinggal di Desa Pikatan Kecamatan Wonodadi itu. Artinya, tidak semua pengrajin mencapai taraf
hidup dengan financial yang berlebihan. Pasalnya, pengelolaan usahanya dilakukan secara tradisional, sederhana, dan tidak mempunyai cukup waktu untuk berkembang sebagaimana industri rumah tangga yang modern. Hal itu tampak dari kinerja para produsen kayu olahan di Kademangan atas, seperti dari Suruhwadang, Pakisrejo, Kebonsari, dan sebagainya. “Mereka ahli membuat dipan, lemari, kursi furniture dan sebagainya. Tapi semua ditangani sendiri. Cari kayu, digarap, lalu dijual sendiri secara manual secara door to door,” imbuhnya. Yang dibutuhkan oleh tangan-tangan pintar di Kademangan ini adalah bimbingan manajemen, agar bisa merubah cara bisnis tradisional menuju pola pemasaran modern. “Kompetitor mereka adalah produk global yang banyak tersedia di toko, swalayan dan pasar modern lainnya. Jika tidak dibina maka dalam jangka panjang usaha ini akan ditelan jaman,” jelasnya lagi. Dpur
Furniture, salah satu produk unggulan Kecamatan Kademangan
Camat Wlingi, Totok Tri Wibisono, SE.
Pembangunan Lebih Baik
M
Totok Tri Wibisono, SE.
asyarakat Wlingi kian menikmati pembangunan fisik maupun non fisik yang digelontor Pemerintah Kabupaten Blitar. Berbagai sarana publik dibangun pemerintah daerah. Alhasil, pembangunan yang ada ini berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di Wlingi. Camat Wlingi, Totok Tri Wibisono, SE. kepada Majalah Penataran di kantornya mengatakan, pembangunan fisik dan non fisik dari Pemerintah Kabupaten Blitar, maupun Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat berjalan baik sesuai program. “Semua berjalan baik, pembangunan ini sesuai dengan harapan masyarakat di Wlingi,” katanya. Untuk pembangunan fisik, merata dilakukan di kecamatan yang baru saja meraih Piala Adipura Tahun 2012 ini. Lebih lanjut Totok Tri Wibisono menambahkan, pembangunan di Kecamatan Wlingi berasal dari Pemerintah Kabupaten Blitar, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Pusat. Di antaranya melalui PNPM, ADD, Blockgrand dan program pemerintah lainnya. Programprogram ini telah menyentuh hingga daerah-daerah terpencil di Kecamatan Wlingi. Selama ini, program pembangunan pemerintah di Kecamatan Wlingi diwujudkan dengan dibangunnya sarana publik di antaranya, peningkatan jalan, pembangunan jembatan, pembuatan plengsengan dan
pembuatan jalan rabat. “Banyak bangunan baru bermunculan melalui program pemerintah ini, antara lain, pembangunan Polindes baru untuk mendukung kesehatan warga di Wlingi, program paving di salah satu gang di Tenggong dan pembangunan jalan rabat di Desa Tegalasri,” jelas Totok Tri Wibisono. Pembangunan yang gencar dilaksanakan pemerintah ini tentu saja tak lepas dari dukungan
masyarakat di Wlingi sendiri dengan tertib dan taat membayar pajak. Maklum, kecamatan yang langganan meraih Piala Adipura ini ditarget Pajak Bumi dan Bangunan mencapai Rp 1,289 milyar. “Hingga Bulan Juli, kita sudah mengumpulkan pajak hingga 20 persen. “Pajak ini kan nantinya akan kembali ke Kecamatan Wlingi dalam bentuk pembangunan fisik maupun non fisik,” tegas Totok. Karena masih ada kebutuhan sarana dan prasarana masyarakat yang belum tercover dan butuh penanganan serius pemerintah. Salah satunya, jalur Tegalasri-Perkebunan Sirahkencong yang butuh perhatian serius pemerintah. Sementara itu, masyarakat Kecamatan Wlingi juga kreatif untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Di antaranya dengan menciptakan produk unggulan baru yang tidak dimiliki daerah lain. Belum lagi ditambah dengan potensi perkebunan di Wlingi utara yang menghasilkan kopi, teh dan cengkeh. Di bidang peternakan, susu sapi juga menjadi salah satu produk kebanggaan masyarakat Wlingi. Industri kecil pembuatan tempe dan tahu juga berkembang pesat di daerah ini. Produk oleh-oleh unggulan seperti Rengginan, Roti, Permen, Kripik Singkong, Kripik Pisang, Kripik Talas, Kripik Ceker Ayam dan Kripik Kulit Ikan diciptakan masyarakat Wlingi agar dapat menambah pendapatan keluarga. Tentu saja hal ini akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat. hend
Bubuk Kopi, salah satu produk andalan yang diambil dari perkebunan di Kecamatan Wlingi
ATARAN 35 Majalah PEN PENA
Camat Binangun Dodot Darudono, SSTP, MAP.
Terimakasih Selowungu
Jembatan Selowungu, salah satu bangunan yang diharapkan warga Binangun memberikan dampak yang sangat “Sekarang saya kalau mau signifikan terutama terhadap pergi belanja ke pasar jadi lebih kondisi sosial ekonomi dan cepat, aman dan nggak pake kemasyarakatan warga. jauh.”. “Anak saya kalau pulang Padahal, Jembatan pergi ke sekolah nggak usah Selowungu merupakan salah satu muter.”. “Saya jadi bisa buka dari tiga jembatan yang ada di usaha warung nasi.”. Kec. Binangun yang Itulah diantaranya sedikit menghubungkan wilayah ini dari sekian banyak ungkapan dengan kecamatan lain. Dua yang syukur dan senangnya warga di lainnya yaitu jembatan yang Desa Kedungwungu Kec. Binangun menghubungkan Desa Ngembul dan desa-desa lain disekitarnya Kec. Binangun dan Desa Jugo Kec. setelah adanya pembangunan Dodot Darudono, SSTP, MAP. Kesamben serta jembatan jembatan Selowungu. Namun bisa dipastikan, kata Camat Binangun penghubung antara Desa Ngadri Kec. Binangun dan Dodot Darudono, SSTP, MAP., masih ada banyak lagi Desa Jugo Kec. Kesamben. Selanjutnya tanpa hendak memandang remeh arti manfaat-manfaatnya bagi masyarakat luas yang bisa dinikmati pada saat ini maupun di masa mendatang. dua jembatan yang lain, Camat Binangun ini Pembangunan fisik di daerah kidul kali (selatan sungai, memfokuskan hasil pembangunan di wilayahnya red.) yang dulunya mungkin tidak tersentuh, tutur Dodot dengan Jembatan Selowungu sebagai acuan. Dulu, kata camat alumni STPDN ini, sebelum ada Darudono, “Sekarang sudah meningkat dengan sangat jembatan Selowungu warga Desa Kedungwungu kalau drastis.”. Jembatan Selowungu salah satunya. Jembatan mau ke Kec. Selopuro dan sekitarnya maupun ini melintas diatas sungai Brantas dan menghubungkan sebaliknya, mereka harus memutar. Jarak tempuhnya Desa Kedungwungu Kec. Binangun dengan Desa pun lebih jauh, kurang lebih lima belas kilometer Selopuro Kec. Selopuro. Dalam perkembangannya, dibandingkan sekarang setelah dibangunnya Jembatan hasil pembangunan Pemerintah daerah ini nyata telah Selowungu.
36 Majalah PEN ATARAN PENA
Memang ada sarana penyeberangan tradisonal berupa gethek (perahu dari pohon bambu). Tetapi selain tidak aman juga tidak memiliki kapasitas angkut yang besar. Disamping itu akses menuju sungai tempat gethek bersandar juga dibangun seadanya. Maklum, umumnya gethek hanya usaha milik perorangan atau kelompok warga tertentu dan dalam penggunaannya ada biaya atau uang jasa bagi para penumpang. Disini ada beberapa aspek yang ditimbulkan dari dibangunnya Jembatan Selowungu bagi masyarakat luas. Pertama, aspek ekonomi. Berupa berkurangnya biaya produksi mengingat semakin dekatnya jarak tempuh dan semakin efektifnya waktu yang dipergunakan. Para penjual keliling yang biasanya berbelanja memutar melewati wilayah Kec. Kesamben sekarang bisa langsung menuju ke pasar Selopuro atau Wlingi. Hal ini berakibat pada penurunan harga barang akibat turunnya biaya produksi dan bisa juga terjadi persamaan harga barang antara kidul kali dan lor kali (selatan dan utara sungai, red.). Selain itu usaha-usaha kecil seperti warung sudah mulai tampak ramai disisi-sisi jembatan dan daerah sekitarnya yang menunjukkan mulai menggeliatnya kegiatan ekonomi masyarakat. Semakin tingginya mobilitas di jalan ini semakin meningkatkan jumlah konsumen berakibat pada peningkatan pendapatan masyarakat. Terbukanya akses jalan di Desa Kedungwungu ini juga menggembirakan bagi masyarakat Kedua, aspek pendidikan. Yaitu semakin meningkatnya minat pendidikan warga dan semakin luasnya opsi pendidikan karena akses terhadap sarana-sarana pendidikan juga bagus. Anak didik yang dulunya enggan untuk bersekolah karena jauhnya jarak yang harus ditempuh menjadi bersemangat untuk bersekolah karena lebih dekat dan cepat untuk mencapai sekolah. Selain itu masyarakat bisa memilih lebih banyak pilihan untuk jenjang pendidikannya dimana dulu sarana pendidikan yang bisa dinikmati hanya yang ada sekitar wilayah tersebut. Ketiga , aspek sosial kemasyarakatan. Masyarakat antar desa yang dulu “jauh” karena terpisah oleh sungai Brantas sekarang seperti tanpa sekat sehingga akses informasi dan komunikasi antar wilayah tersebut semakin lancar dan intens. Hal ini lebih mendekatkan nilai-nilai sosial kemasyarakatan yaitu kekeluargaan dan kegotongroyongan antar desa tesebut. Dodot Darudono, SSTP, MAP. berharap, agar pembangunan yang ada dan bermanfaat tetap dipertahankan atau bila memungkinkan untuk lebih ditingkatkan lagi. moza
A
ndaikan disadari secara benar, Kecamatan Ponggok sebenarnya merupakan jantung hati dunia. Betapa tidak, hasil ketrampilan masyarakat berupa minyak atsiri, sangat diminati sebagai bahan parfum. Jangan-jangan, parfum dari Eropa yang terkenal, bahan bakunya memang dari Ponggok juga. Tidak bisa dipungkiri bahwa Ponggok dikenali sebagai penghasil minyak atsiri sejak dulu. Bahan baku yang tersedia berupa pohon kenanga, cukup banyak keberadaanya. Ditunjang tangan-tangan terampil yaitu para pengolah atsiri yang mahir secara alamiah karena lahir di lingkungan pembuat atsiri. Camat Ponggok, Samsul Ma’arif, SH M.Si justru saat ini merasa kebat-kebit, karena terjadi trend semakin berkurangnya pohon kenanga. “Pohon kenanga banyak ditebang, tetapi kesadaran untuk menanam kembali, masih menjadi problem di masyarakat kita,” kata camat yang aktif di FKKP ini. Dampak terus berkurangnya pohon itu tentu berakibat dengan menurunnya volume minyak atsiri yang dihasilkan. Ironisnya, jumlah masyarakat dunia tidak menyusut tetapi sebaliknya malah kian mekar. Artinya, konsumen parfum, obat atau produk lain berbasis bahan dasar atsiri juga semakin banyak. “Sejujurnya saya katakan, prospek produk atsiri terus ditunggu dunia. Dan saya akan terus mengajak warga saya untuk menyadari posisi ini, dengan langkah awal, saya ajak meremajakan pohon-pohon kenanga. Mari menanam kenanga lagi,” tukas ayah Elma dan Nadya ini. Dirinya optimis ajakan menanam pohon itu tidak akan sia-sia, karena sesungguhnya bakat masyarakat Kecamatan Ponggok mayoritas hidup dari pertanian. Sebagian besar wilayah di situ merupakan lahan pertanian baik untuk tanaman musiman maupun tanaman jenis kebun. Dalam sejarahnya, Ponggok dikenali sebagai penghasil buah nanas yang potensial. Bahkan Kabupaten Blitar dikenali sebagai penghasil nanas, karena mutu dan volume buah nanas dari kecamatan ini memang bagus. Namun dalam perkembangannya, muncul komoditas tidak kalah menariknya, yaitu tanaman blimbing. Dalam beberapa tahun ini, petani nanas banyak yang berpindah menjadi penanam blimbing. Ini dapat dilihat di Desa Pojok yang telah merubah dirinya menjadi desa penghasil blimbing yang menjanjikan. Tak hanya itu, petani-petani desa setempat malah sudah berubah menjadi suplier blimbing untuk sejumlah kota besar di Indonesia. Gejala ini bermula dari usaha mereka menjual
Camat Ponggok, Samsul Ma’arif, SH, M.Si
Produknya
Ditunggu Dunia panen blimbing kecil-kecilan, hingga akhirnya dipercaya agen-agen kota besar untuk mengirim blimbing dengan volume yang meningkat dari hari ke hari. Kontan saja, mereka lebih sibuk mencari tambahan panen dari ladang-ladang kesana-kemari, karena tidak dapat lagi menambah tanaman karena luas tanah tidak mungkin mekar lagi. Usaha peternakan di Ponggok memang mulai tumbuh. Tetapi prestasinya masih terbelakang dibandingkan dengan potensi pertanian yang sudah berjalan. Keunggulan produksi minyak atsiri, produk nanas maupun blimbing di Ponggok terus memberikan bukti, bahwa Kabupaten Blitar memang layak disebut sentra pertanian. “Ancaman bagi dunia pertanian di Ponggok adalah jika lahan-lahan diubah menjadi perumahan atau pabrik. Ini yang harus diwaspadai, karena jika ada satu sawah yang diubah menjadi perumahan, maka perlahan-lahan akan mencaplok dan menghi-langkan panenan yang kita banggakan sejak dulu hingga sekarang,” imbuhnya. Dpur
ATARAN 37 Majalah PEN PENA
Camat Selopuro, Ir. Sugeng Supriadi
Kian Menikmati Pembangunan
Ir. Sugeng Supriadi
P
embangunan di Kecamatan Selopuro kian dapat dinikmati masyarakat. Berbagai pembangunan fisik dikerjakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Lancarnya pembangunan di Kecamatan Selopuro ini memiliki dampak positif bagi peningkatan perekonomian masyarakat. Sektor pertanian dan peternakan
merupakan sebagian besar potensi yang mendorong perekonomian masyarakat Selopuro. Camat Selopuro, Ir. Sugeng Supriadi saat dikonfirmasi Majalah Penataran mengungkapkan, pembangunan di daerahnya telah berjalan sesuai harapan pemerintah dan masyarakat. “Selopuro banyak memiliki lahan pertanian. Kondisi ini tentu menjadikan masyarakat di Selopuro sebagian besar adalah petani,” katanya. Untuk itu, sebagian pembangunan di Selopuro dikerjakan untuk mendukung mobilitas hasil pertanian. Saluran irigasi menjadi salah satu titik pembangunan yang dikerjakan selama ini. Pembangunan saluran irigasi, dibutuhkan para petani untuk kelancaran kebutuhan air agar dapat terbagi secara merata. Dampak positifnya, hasil panen yang melimpah ruah dihasilkan para petani di Selopuro. Di sektor pertanian, Selopuro merupakan salah satu penghasil tembakau terbaik di Kabupaten Blitar yang mutu dan kualitasnya tidak diragukan lagi. Tak hanya tembakau, produk pertanian lainnya juga dihasilkan para petani di Selopuro. Di antaranya, padi, sayuran, cabai dan jagung. Tentu saja tak hanya irigasi yang menjadi sasaran pembangunan di Kecamatan Selopuro, sarana fisik lain juga digarap. Yakni, pembangunan jalan makadam,
pengaspalan jalan dan beton rabat. “Pembangunan ini berkat masyarakat yang rajin membayar pajak. Untuk tahun ini, dari target Rp 1,180 milyar, baru terkumpul 15 persennya,” jelas Sugeng Supriadi. Pembangunan jalan di Selopuro ini merupakan sarana untuk mobilitas para petani dalam memasarkan hasil panen. Tak hanya petani, sarana ini juga dimanfaatkan para peternak ayam petelur untuk memasarkan produknya ke luar Selopuro maupun ke luar daerah. Namun hingga saat ini, masih ada sarana publik yang masih belum sempurna dan masih banyak membutuhkan penanganan Pemerintah Kabupaten Blitar. “Masih ada jalan yang rusak dan butuh penambalan atau renovasi agar tidak membahayakan pengendara lalu lintas,” tegasnya. Belum sempurnanya pembangunan di delapan desa di Selopuro akan menjadi perhatian dan akan ditangani ke depan. Di sektor lain, masyarakat di daerah ini juga rajin menciptakan produk unggulan. Contohnya, kerajinan enceng gondok yang “disulap” menjadi tas, dompet, dan tempat kertas tisu. Produk makanan ringan juga dibuat masyarakat dan sangat laris di pasaran. Di antaranya, sagon, berbagai macam keripik, dan kue bolu yang dikemas rapi yang mengundang daya tarik pembeli. hend
Hasil kreatifitas warga Selopuro, anyaman dari tanaman enceng gondok yang menambah cantik toples kue Lebaran. (foto-foto: hendranova)
38 Majalah PEN ATARAN PENA
Camat Bakung, Imam Ashari, SP.
Bukan Anak Tiri I
ni berita dari ujung. Camat Bakung, yang memimpin wilayah Kabupaten Blitar paling selatan bagian paling barat. Daerah berbukit yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Tulungagung. Meskipun berada dipinggiran dan cukup jauh dari pusat pemerintahan, namun kata Camat Imam Ashari, SP., “Kami (warga di Kecamatan Bakung) tidak merasa di anak tirikan oleh derap pembangunan Pemkab Blitar. Pembangunan sudah tepat sasaran dan memang mutlak dibutuhkan oleh masyarakat.”. Kondisi di Kecamatan Bakung dimata mantan Sekcam Wlingi ini tak jauh beda dengan kondisi kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Blitar. “Kehidupan sosial kemasyarakatan pun berjalan dalam kondisi yang relatif kondusif.”. Sehingga menjamin kenyamanan bagi warga dalam memperoleh penghidupan yang layak. Pembangunan infrastruktur terutama fasilitas jalan sudah sangat memadahi. Jalur penghubung dari satu desa ke desa lain berjalan lancar dengan sebagaian jalan-jalan penghubung itu bahkan sudah berupa jalan-jalan hotmix. Demikian pula dengan fasilitas lainnya yakni bidang pendidikan. Kalau boleh berbangga, di Kecamatan Bakung sudah berdiri Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang tidak ada duanya di Kabupaten Blitar. Yaitu SMK Bakung. Dimana, SMK ini merupakan satu-satunya SMK Kelautan yang ada di wilayah Kabupaten Blitar. Prestasinya pun tidak bisa dianggap remeh. Meskipun sekolah ini berada di wilayah pinggiran, tetapi beberapa kali siswanya dapat memperoleh NUN (Nilai Ujian Nasional) tertinggi. Lebih dari itu beberapa kali ada siswa dari SMK ini yang mendapatkan bea siswa sehingga bisa belajar di Negeri Sakura (Jepang). Tidak ketinggalan fasilitas lain seperti fasilitas bidang kesehatan. Disana telah berdiri sebuah Puskesmas yang cukup refresentatif untuk memenuhi sebagian kebutuhan kesehatan warga. Demikian juga dengan pemenuhan kebutuhan air bersih, listrik, tempat peribadatan, dll. sudah mencukupi. Namun dalam perkembangannya, warga Kecamatan Bakung melalui camatnya berharap Pemkab
Camat Bakung pada Sosialisasi Elektronik KTP.
Imam Ashari, SP.
Blitar agar lebih memperhatikan perkembangan potensi wisata yang ada di wilayah Kecamatan Bakung. “Memang fasilitas yang ada saat ini sudah lumayan, tetapi alangkah baiknya bila lebih ditingkatkan.”. Sebagai contoh akses jalan menuju Goa Mbul Tuk. Pemkab memang sudah menyediakan akses jalan ke lokasi wisata berupa goa alam itu. Namun perlu diketahui, dengan kondisi alam di Kecamatan Bakung
yang agak ekstrim, frekwensi service atau pemeliharaan fasilitas terutama jalan untuk ditambah (lebih sering). Demikian halnya dengan potensi wisata yang ada di Pantai Pasur. Selain menawarkan pesona keindahan pantai, disana juga ada pemandangan lahan pembibitan dan pengembangan tanaman bonsai dan penambangan pasir besi. Serta yang tak kalah menarik yakni telah diketemukannya pantai baru di wilayah Kecamatan Bakung yang diberi nama Pantai Molang. Sangat disayangkan bila panorama yang indah disana terlewatkan karena kondisi jalan yang kurang bagus. Potensi-potensi wisata yang disebutkan diatas dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu lainnya, bila ditangani dengan lebih serius, tentu akan sangat menguntungkan khususnya bagi warga Kecamatan Bakung dan Kabupaten Blitar secara umum. Kunjungan wisatawan baik lokal maupun manca, secara spesifik dalam pandangan Imam Ashari, bisa memberikan keuntungan secara ekonomis dengan bertambahnya pendapatan warga Kecamatan Bakung melalui tersedianya lapangan pekerjaan tambahan dan berbagai transaksi yang ada dalam kunjungan wisata di Kecamatan Bakung. moza
ATARAN 39 Majalah PEN PENA
Keberadaan ambulan desa itu telah memberikan pesan kepada masyarakat, betapa pentingnya keguyub-an dan kesamaan pikiran antara aparat pemerintahan desa dengan masyarakatnya. Di banyak desa sudah jamak terjadi saling silang-pendapat antara masyarakat dan aparat pemerintahan desa, karena tidak memiliki rasa saling percaya. Sebaik apapun ide masyarakat, aparat desa tidak memberikan respon memadai. Begitu sebaliknya, sehebat apapun gagasan kades dan perangkatnya, selalu dicurigai sebagai gerakan yang tidak berpihak kepada masyarakat. “Bagi kita, guyub-rukun di Purworejo itu adalah potensi yang kami banggakan di Kecamatan Sanankulon, dengan harapan dapat menular bagi desadesa yang lain,” imbuh Suwignyo. Tradisi menular itu bukan baru karena iklim usaha peternakan di wilayah tersebut juga sudah terjalin bagus. Usaha peternakan dokter Tri di Desa
Sekcam Sanankulon, Suwignyo
Punya Desa Super Guyub
K
ecamatan Sanankulon memiliki dua ikon potensi yang kerap kali mendongkrak nama baik Kabupaten Blitar di pentas regional maupun nasional. Pertama, profil desa pionir yaitu Purworejo yang memiliki soliditas masyarakatnya. Kedua, koperasi susu “Jaya Abadi” yang dikelola dokter Tri, sebagai salah satu potret permberdayaan ekonomi yang berhasil. Keunikan Desa Purworejo yang menyandang sebagai desa terbaik di Kabupaten Blitar dapat dilihat pada terobosan yang dilakukan baru-baru ini, yaitu membeli sebuah ambulan desa. Masyarakat desa setempat tidak lagi kebingungan apabila memiliki keluarga yang sakit mendadak, yang membutuhkan sarana transportasi ke dokter ataupun ke rumah sakit. “Ide membeli ambulan desa itu merupakan gagasan sangat cerdas, yang lahir dari masyarakat desa,” kata Sekcam Sanankulon, Suwignyo, seraya memuji kekompakan antara aparat pemerintahan dan masyarakat desa yang memiliki kekompakan dalam mengambil sebuah langkah. Catatan Majalah Penataran, ambulan desa yang menjadi pembicaraan membanggakan itu merupakan hadiah dari program PNPM, karena desa setempat sukses melaksanakan gerakan tersebut sesuai dengan standar operasional yang berlaku dalam program tersebut. Kades Purworejo, Suwarno, memberikan
40 Majalah PEN ATARAN PENA
Peternakan Sapi Perah, salah satu potensi masyarakat di Sanankulon
hadiah itu kepada masyarakat dalam sebuah musyawarah desa yang menjadi aktivitas rutin di desa setempat. Dalam musyawarah itu muncul gagasan brilian, agar uang itu dipakai untuk membeli sebuah ambulan. Tapi sayang, jumlahnya tidak mencukupi, karena memang hadiahnya uang tunai itu tidak terlampau besar untuk dibelanjakan sebuah mobil. Solusi yang diambil dilakukan sumbangan secara sukarela. Kades Suwarno memberikan amplop kosong ke seluruh KK. Lantas amplop itu dikumpulkan di balai desa, baik sudah diisi maupun tidak diisi.
Bendosari, sudah populer dan membantu perekonomian desa dan sekitarnya. Koperasi “Jaya Abadi” sudah menjadi salah satu produsen susu yang ditunggu oleh pabrik susu instan di tingkat nasional. Dampak kemajuan itu adalah munculnya lapangan kerja yang bagus di lingkungan Desa Bendosari. Usaha peternakan itu telah menghimpun ratusan tenaga kerja di berbagai sektor. Antara lain di sektor pengadaan tanaman kolonjono, jasa perawatan hewan, jasa transportasi dan usaha lain yang terkait dengan pengelolan susu sapi perah itu.Dpur
Plt. Camat Gandusari, Djaman, SE.
Pembangunan Lancarkan Usaha
P
embangunan di Kabupaten Blitar makin dirasakan masyarakat di Kabupaten Blitar. Khususnya dirasakan masyarakat di Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Lancarnya pembangunan di wilayah ini berdampak lancarnya mobilitas warga yang akhirnya menjadikan kelancaran usaha masyarakat. Hal ini diakui Plt. Camat Gandusari, Djaman, SE. saat dikonfirmasi Majalah Penataran di kantornya.
para pelajar untuk terlambat sekolah akibat jalan yang rusak. Para pelaku usaha pun lancar dalam melakukan mobilitas usahanya. Djaman juga berharap, pemerintah Kabupaten Blitar terus menggelontorkan program pembangunan infrastruktur di wilayah Gandusari. “Masih ada daerah yang masih membutuhkan sarana infrastruktur seperti jalan aspal. Semoga ke depan pemerintah mewujudkan harapan masyarakat ini,” katanya.
Pembangunan terus dilaksanakan di Gandusari di antaranya pembangunan jalan makadam
Diungkapkannya, selama ini Kecamatan Gandusari sudah mendapat banyak program pembangunan dari Pemerintah Kabupaten Blitar, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, maupun Pemerintah Pusat. “Pembangunan fisik di Kecamatan Gandusari diwujudkan dalam berbagai infrastruktur sesuai kebutuhan masyarakat,” kata pria yang menolak difoto Majalah Penataran ini. Lebih lanjut dijelaskan Djaman, pembangunan infrastruktur telah banyak dikerjakan di daerahnya. Di antaranya, pembuatan jalan makadam, pengaspalan, pembuatan talud, dan perbaikan saluran irigasi. Meski pembangunan ini belum mengcover seluruh wilayah di Gandusari, namun pembangunan yang ada sudah banyak dirasakan manfaatnya. Salah satunya pengaspalan jalan antar desa di Gandusari yang memudahkan akses ekonomi masyarakat. Di bidang pendidikan, tak ada alasan
Di bidang pertanian, bantuan pemerintah juga mengalir. Beberapa contohnya, bantuan bibit padi untuk para petani, mesin pembajak sawah, dan mesin pompa air. Dengan adanya bantuan ini, diharapkan hasil panen petani Gandusari akan lebih baik. Panen yang baik akan meningkatkan pula pendapatan keluarga. Di bidang perikanan, masyarakat Gandusari juga ahli dalam membudidayakan ikan.. Salah satunya budidaya ikan Koi yang banyak dikembangkan beberapa warga di daerah ini. Ikan Koi ini menjadi salah satu produk andalan kecamatan sekaligus menjadi produk andalan Kabupaten Blitar. Biasanya, selain dipasarkan di Pulau Jawa, ikan koikoi ini dipasarkan hinga ke luar pulau seperti Kalimantan dan Sumatera. Berbagai bidang usaha industri rumah tangga juga menjadi usaha masyarakat Gandusari untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Hampir sama dengan daerah lain, masyarakat juga memanfaatkan sumber pertanian yang ada untuk diolah menjadi makanan ringan. Di antaranya usaha pembuatan keripik pisang, keripik gadung, keripik singkong dan pembuatan tape singkong. Produk anyam-anyaman untuk alat dapur juga dapat dibuat masyarakat di Gandusari. Salah satu penghasil anyam-anyaman bambu ini terletak di Desa Tambakan. Sayangnya produk ini tak bayak dipasarkan di luar daerah dan hanya dipasarkan di lingkup Gandusari, Wlingi dan sekitarnya. hend
Anyaman bambu, salah satu produk alat rumah tangga yang dihasilkan masyarakat di Gandusari
ATARAN 41 Majalah PEN PENA
Camat Kesamben Mahin Abdulloh, S.Sos., M.Si.
Kesamben Yang Adem Ayem
D
Mahin Abdulloh, S.Sos., M.Si.
i Kecamatan Kesamben, pada masa kepemimpinan Bupati Blitar Herry Noegroho, SE, MH kebutuhan dasar masyarakat sudah banyak yang bisa terpenuhi, demikian seperti diungkap oleh Camat Kesamben Mahin Abdulloh, S.Sos., M.Si. Dalam pandangan mantan Camat Wlingi ini, mulai dari kebutuhan warga akan tersedianya sarana jalan yang memadahi, pendidikan yang berkualitas, kebutuhan kesehatan, seni budaya dan lain-lain semuanya berjalan normal. Secara bertahap, ruas-ruas jalan yang dulunya masih berupa jalan tanah kini sudah banyak yang di makadam. Yang sudah dimakadam, berangsur-angsur mulai diaspal. Bahkan, jalan hotmix pun sudah bisa dinikmati oleh warga Kesamben. ”Kehidupan sosial kemasyarakatan pun berada dalam situasi yang relatif kondusif.”, ujar Mahin Abdulloh. Sudah tercipta suasana yang adem, ayem, tentrem dan tidak ada masalah yang mencolok. Warga dapat hidup rukun berdampingan. Sepanjang hari mereka bisa beraktifitas sesuai keahlian masing-masing dengan normal tanpa ada
42 Majalah PEN ATARAN PENA
hambatan. Berbagai bidang usaha bisa dilakukan untuk memperoleh dan meningkatkan taraf hidup (kemakmuran) warga di Kecamatan Kesamben. Baik dari lahan pertanian, dunia perdagangan, kerajinan, dan lain-lain. Karena itu pula, tidaklah mengherankan saat ini di Kecamatan Kesamben telah tumbuh menjamur berbagai lembaga-lembaga keuangan (bank). Baik bank-bank milik pemerintah maupun bank-bank yang dikelola oleh pihak swasta. Ada BRI, Bank Jatim, Danamon, Koperasi Simpan Pinjam (KSU) dan lain-lain yang bisa jadi indikasi lajunya perputaran roda ekonomi di Kecamatan Kesamben. Jangan lupakan pula prestasi SMPN 01 Kesamben. Setelah berhasil menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN) yang pertama, SMPN 01 Kesamben juga merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) pertama yang ada di Kabupaten Blitar. Kenyataan ini tentu tidak bisa ditepiskan. Sebab
bukan saja mampu mengangkat kualitas pendidikan di wilayah ini, sekaligus menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Blitar dalam hal pemerataan pembangunan khususnya bidang pendidikan. Ada sedikit yang perlu ditingkatkan yaitu pada bidang pertanian. Seperti kebanyakan di kecamatan lainnya, warga Kecamatan Kesamben sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Banyak lahan persawahan di wilayah ini. Namun banyak juga tanahtanah yang kering atau dalam Bahasa Jawa disebut tegalan dengan produk utama berupa cengkeh selain juga tebu. Hampir semua desa di Kecamatan Kesamben saat ini sudah memiliki kelompok tani. Namun alangkah baiknya, kata Mahin Abdulloh, ”Bila masing-masing kelompok tani itu lebih sering berkumpul dan lebih kompak dibawah bimbingan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan).”. Dengan sering berkumpul, kompak, petani bisa saling bertukar pikiran atau pengalaman. Tidak semua petani tahu ciri-ciri tanaman yang diserang hama. Sehingga diharapkan jangan sampai mengobati, ketika ada tanda saja sudah diatasi. Tanaman pun akan lebih mengarah, mana yang lebih menguntungkan? Harapan Camat Kesamben ini, “Supaya petugas PPL lebih sering lagi datang ke wilayahnya agar produksi pertanian semakin bagus.”. moza
SMP RSBI Kesamben, barometer kemajuan pendidikan di wilayah ini
Camat Udanawu, Drs. Purwanto, MM
Berkembang Bersama Santri
K
ecamatan Udanawu identik dengan sebutan kecamatan santri. Ada pondok-pondok pesantren besar yang sudah kondang seantero Nusantara. Sebut saja Pondok Mantenan di Slemanan, Pondok Sempu di Sukorejo, Pondok Darun Najah di Bakung dan masih banyak pondok lainnya. Para kyai, ulama, tokoh-tokoh masyarakat asal Udanawu sudah sangat terkenal melebihi batasan administrasi Kabupaten Blitar. Ini diakui Camat Udanawu, Drs. Purwanto, MM yang mengatakan, para kyai itu jauh lebih moncer dibandingkan dirinya. “Para kyai itu memiliki pondok, memiliki santri, bahkan memiliki ketenaran yang tumbuh karena citra diri mereka. Bukan karena jabatan seperti saya,” katanya merendah. Ia mencontohkan aktivitas Gus Son, pemangku Pondok Mantenan yang memiliki jamaah shalamat nariyah yang sulit dihitung jumlahnya. “Gus Son tidak hanya ngaji ke luar kota. Bahkan beliau rutin diundang ngaji Shalawat Nariyah di Hongkong, di Macau dan sebagainya,” lanjut ayah Johan dan Bayu ini. Kharisma putra dari Pondok Mantenan ini sudah tercipta sedemikian kuat. Berduet dengan Gus Diyak,
Drs. Purwanto, MM
Tas dari enceng gondok, salah satu produk unggulan Kecamatan Udanawu.(foto:hendranova)
jamaah Shalawat Nariyah selalu datang seperti air yang mengalir tanpa pernah putus. Setiap hari Minggu malam Senin, para santri berbondong-bondong ikut mengaji bersama. Yang mencengangkan adalah ngaji rutin Malam Rabu yang sudah menjadi ikon pengajian tersebut. “Kalau Sampeyan mau pesan untuk pelaksanaan ngaji di rumah, maka harus antri sampai dua tahun lagi. Karena order-nya sudah padat,” kata Camat Purwanto. Bermodal dengan kondisi masyarakat yang religius seperti itu, maka Camat Purwanto sudah bertekad menjalankan program-programnya sebagaimana pola interaksi para santri yang ada di Udanawu. Ia akan menghindarkan pelaksanaan program-program kegiatan yang kontra produktif dengan norma-norma religi yang berkembang di situ. Pengalamannya sebagai camat di daerah Blitar Selatan yang dikenal sebagai masyarakat
abang-an, tentu berbeda dengan situasi baru yang harus dihadapinya. “Masyarakat abang-an di selatan memiliki karakter spontan. Sedangkan karakter kalangan santri seperti di Udanawu lebih halus,” imbuhnya. Type spontanitas warga Blitar Selatan, karena terbiasa tidak memiliki tokoh-tokoh pemimpin di dalam kelompoknya. Jadi mereka terbiasa bergaul tanpa komando, ceplas-ceplos dan sangat majemuk. Sedangkan warga santri terbiasa dalam lingkungan pembelajaran yang kondusif. Struktur komandonya bertingkat mulai para ustad, lurah hingga ke kyai. Masyarakat seperti ini lebih terkoordinir dan patuh terhadap instruksi pimpinannya. Dengan kenyataan seperti itu, masyarakat Udanawu sudah memiliki metode yang ampuh dalam mengembangkan dirinya. Camat Purwanto merasakan adanya kemudahan dalam menjalankan program-program kerja untuk melaksanakan pembangunan di wilayahnya. Metodenya sederhana tapi efektif. Semua rencana-rencana kerja, terlebih dahulu dikomunikasikan dengan para tokoh, para ulama dan para kyai. “Kalau sudah mendapat masukan kiri-kanan secara mendalam, maka akan gampang dalam pelaksanaannya. Sebaliknya, jika tidak dikomunikasikan, maka hasilnya tidak akan maksimal,” tambahnya. Dpur
ATARAN 43 Majalah PEN PENA
Camat Selorejo, Wiyakto, SH. M.Si.
Blitar Timur Sudah Lebih Baik
Wiyakto, SH. M.Si.
P
embangunan di Kabupaten Blitar juga dirasakan warga yang bertempat tanggal di Blitar timur, tepatnya di Kecamatan Selorejo. Di daerah ini Pemerintah Kabupaten Blitar juga gencar melakukan pembangunan fisik dan non fisik. Alhasil pembangunan tersebut memberikan dampak dengan meningkatnya perekonomian masyarakat. Kecamatan Selorejo memiliki luas wilayah 52,46 kilometer persegi. Kecamatan ini terbagi dalam 10
Desa, yaitu desa Selorejo, Pohgajih, Banjarsari, Olak Alen, Boro, Ngrendeng, Sumberagung, Sidomulyo, Ampelgading dan Ngreco. Terbagi lagi menjadi 25 dusun, 76 RW dan 269 RT. Jumlah penduduk di Kecamatan Selorejo sebanyak 12.761 Keluarga atau 44.020 jiwa. Terdiri dari 22.075 jiwa laki-laki dan 21.945 jiwa perempuan, dari jumlah tersebut mayoritas penduduk Kecamatan Selorejo beragama Islam, Kristen, Budha, Katholik dan Hindu. Camat Selorejo, Wiyakto, SH. M.Si. saat dikonfirmasi Majalah Penataran mengungkapkan, proses pembangunan di Kecamatan Selorejo sudah berjalan dengan baik. “Lancar pembangunan di Kecamatan Selorejo selama ini. Sehingga pembangunan ini dapat dirasakan dan dimanfaatkan masyarakat,” katanya. Menurut Wiyakto, pembangunan di daerahnya diwujudkan dengan perbaikan atau peningkatan jalan, jembatan dan saluran irigasi. Pembangunan dan perbaikan saluran irigasi menjadi salah satu prioritas utama. Dikarenakan, perekonomian Kecamatan Selorejo banyak ditopang sektor pertanian, sebagian besar penduduk Selorejo bermata pencaharian sebagai petani. Luas lahan pertanian yang ada, dibedakan lahan sawah dan bukan lahan sawah. Luas lahan sawah 979 Hektar, sementara lahan bukan sawah yang berupa pekarangan dan kebun seluas 3.058 Hektar. Tanaman
Kakao, Cengkeh, dan Kopi merupakan tanaman yang banyak ditanam masyarakat di lahan pekarangan dan kebun. Ini seperti yang dilakukan warga Selorejo khususnya wilayah Selorejo bagian utara. Bagian utara cenderung mempunyai struktur tanah yang lebih subur dibanding Selorejo bagian Selatan. Stuktur tanah di wilayah Kecamatan Selorejo terdiri dari tanah bergelombang dan berbukit-bukit karena berada di lereng gunung Kawi. Sementara itu, sektor industri rumah tangga juga merupakan penggerak kegiatan perkenomian di Kecamatan Selorejo. Bermacam-masam usaha dilakukan warga untuk menambah pendapatan keluarga. Usaha tersebut di antaranya usaha pembuatan kripik pisang, singkong, sale pisang, dan kerupuk gehtuk. Kerajinan anyam-anyaman bambu untuk alat-alat dapur juga menjadi produk andalan warga di kecamatan paling timur di Kabupaten Blitar ini. “Kami berharap, pemerintah memberikan program pelatihan usaha kepada warga. Kami rasa ini akan menjadikan warga Selorejo akan lebih terampil dalam mengembangkan usahanya,” jelas Wiyakto. Dari hasil pelatihan tersebut, warga yang sudah terampil akan dapat mengembangkan usaha demi meningkatkan pendapatan keluarga, yang nantinya berdampak pula pada meningkatnya perekonomian masyarakat di Kecamatan Selorejo. hend
Berbagai produk makanan olahan produksi warga Selorejo, salah satunya kerupuk gethuk singkong.(foto-foto: hendranova)
44 Majalah PEN ATARAN PENA
Panggungrejo, Jangan Dipandang dengan Pesimis
Potensi wisata pantai di Kecamatan Panggungrejo
Inilah cerita dari saudara kita yang lahir, tumbuh dan besar kemudian kembali lagi ke tempat asalnya setelah dewasa. Cerita tentang salah satu kecamatan paling selatan yang sering disebut kecamatan brang kidul. Sepintas dengan sebutan itu, wilayah ini terasa termajinalkan. Bukan hanya karena letak geografis yang ada dipinggiran tetapi lebih kepada konotasi negatif terhadap semua aspek yang ada. Bahkan ketika ia menempuh sekolah tingkat atas di daerah lor kali dan menyebut Panggungrejo alamatnya, hampir sebagian besar temannya menimpali “O,wong brang kidul….”. Dalam benaknya, kenapa apresiasi orang begitu? Apakah memang ada hal yang menjadi perbedaan sangat mencolok antara Panggungrejo dengan daerah lain? Beberapa tahun setelah itu, apalagi setelah diterima manjadi PNS dan ditempatkan di Kantor Kec. Panggungrejo, apa yang menjadi pemikirannya ketika sekolah itu sedikit demi sedikit mulai terjawab. Tentang brang kidul yang lebih dimaknai dengan kondisi alam yang serba minus karena topografi yang bergunung-gunung, pengelolaan tanah yang hanya bergantung pada air hujan, akses jalan yang buruk, tingkat pendidikan yang masih rendah, sistem komunikasi dan penyerapan teknologi informasi yang minim, rumah tangga miskin yang masih tinggi, dll.
mempunyai peran yang signifikan terhadap perkembangan SDM di Kec. Panggungrejo khususnya dibidang pendidikan. Warga yang semula tidak bermaksud menyekolahkan anaknya lebih lanjut, SMKN ini menjadi motivasi tersendiri agar anaknya bisa menyelesaikan pendidikan 12 tahun. Selain itu karena siswanya dari berbagai daerah, keberadaan sekolah ini juga sangat berperan membawa peningkatan ekonomi bagi masyarakat di sekitar sekolah, yaitu dengan mendirikan rumahrumah kos, warung nasi, warnet bahkan sampai tempat parkir sepeda. Apa yang dia sampaikan diatas mungkin tidak cukup mewakili gambaran lengkap Kec. Panggungrejo. Hanya saja bagi yang belum pernah datang barangkali akan sedikit menjadi motivasi dan mengubah anggapan Panggungejo tidaklah perlu dipandang dengan pesimis. Jika saat ini banyak dijumpai jalan aspal berlubang, harus diyakini bahwa kondisi seperti ini pasti akan berubah. Dalam hal pembangunan wisata pantai misalnya, telah bersinerginya antara pemerintah kecamatan, desa dan masyarakat dalam bergotong royong untuk membuka akses jalan menuju pantai. Hasil jerih payah ini sangat membutuhkan dukungan dan perhatian dari pemerintah kabupaten, provinsi bahkan pusat sehingga pantai yang ada di Kec. Panggungrejo bisa menjadi ikon daerah Kabupaten Blitar yaitu sebagai wisata bahari, yang tentunya dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Potensi pendukung lainnya, nantinya empat desa di Kec. Panggungrejo yaitu Desa Balerejo, Kaligambir, Sumbersih dan Serang masuk Jalur Lintas Selatan (Banyuwangi - Pacitan) yang akan berdampak positif terhadap pengembangan wilayah dari berbagai aspek.moza
jika dibandingkan dengan daerah brang lor tentu saja perbedaannya sangat banyak dan besar. Tetapi disamping berbagai keterbatasan itu, jika diteliti sebetulnya banyak sekali potensi yang dimiliki Kec. Panggungrejo yang apabila dikelola dengan optimal akan membuat kecamatan ini tidak jauh beda dengan kecamatan lain yang ada di brang lor. Diantaranya berupa Pantai 17 Pulau, sebuah pantai dengan gugusan pulau-pulau kecil yang sangat indah dan eksotis sebanyak tujuh belas buah. Kemudian Pantai Jambu Alas atau Pantai Bukit Indah, pantai baru yang terletak di Desa Kaligambir yang diapit dengan bukit yang sangat indah dengan danau air tawar dan air terjun yang menawan. Lantas Pantai Serang yang sudah sangat dikenal, dll. Dan tak ketinggalan SMKN Panggungrejo. Memang bukan potensi alam SIBUK Suasana saat siswa - siswi sedang merakit komputer tetapi SMKN ini
ATARAN 45 Majalah PEN PENA
Camat Srengat, Dicky Cobandono, S.Sos, M.Si
Ingin Dongkrak Gula Kelapa
Gula Kelapa, salah satu produk unggulan Kecamatan Srengat.(net)
G
Dicky Cobandono, S.Sos, M.Si
46 Majalah PEN ATARAN PENA
ula kelapa identik dengan produk dari Kecamatan Srengat. Tanaman kelapanya banyak, ditopang ketrampilan masyarakat yang bagus. Sayang, produsen kelapa tidak menjadi kalangan elit, karena hasilnya memang tidak berlebihan. Berbeda dengan sektor peternakan yang sudah mengatrol pengusaha-pengusaha di Srengat menjadi tokoh nasional. Sebut saja usaha ternak susu dan daging di Kerjen serta ratusan ribu ayam petelur dan pedaging, tumbuh subur yang mengangkat prestasi kabupaten sebagai daerah lumbung perekonomian. Camat Srengat, Dicky Cobandono, S.Sos, M.Si menyebutkan industri yang dipimpin Haji Masngut di Kerjen, adalah salah satu primadona yang menjadi pusat percontohan keberhasilan petani desa. “Haji Masngut tumbuh dari peternak kecil, sekarang menjadi peternak nasional yang disegani,” ujarnya. Kegigihan memelihara ayam dan sapi yang akhirnya mampu mekar berkembang menjadi ribuan ekor sapi perah sebagai penghasil susu yang potensial. Siapa tidak mengetahui sepak terjang perusahaan dari desa itu yang setiap hari memasok susu mentah bagi sejumlah pabrikan susu nasional. Bahkan muncul pemeo, andaikan Haji Masngut
ngambek kirim susu, maka akan terjadi problem di kalangan produsen susu instant yang mengandalkan usaha dari Blitar ini. Tapi kalau berbicara sektor lain yang tumbuh tetapi tidak cepat kaya, adalah industri gula kepala yang dikelola masyarakat. “Srengat merupakan sentra industri gula kelapa, karena memang banyak tanaman kelapa yang dibudidayakan di sini,” imbuh ayah dua putra itu. Fakta di lapangan menyebutkan, petani di Srengat memiliki kehebatan menangkal serangan hama kelapa yang sangat mematikan. Di banyak tempat, ratusan pohon kelapa di Blitar tumbang dan membusuk garagara amukan hama kelapa yang menyerang dari pucuknya. Namun petani Srengat mampu menghalau hama itu dengan kemampuan mereka yang muncul secara alamiah dan diturunkan dari generasi ke generasi. Sejumlah kebun kelapa bertebaran di kawasan Srengat, baik yang dimiliki oleh masyarakat maupun lembaga-lembaga swasta dan pemerintah. Gula kelapa buatan petani Srengat telah memiliki jaringan pasar tersendiri, meski tidak memberikan kontribusi yang berlebihan. Problem yang dihadapi para produsen gula kelapa adalah menyangkut pola kerja yang masih tradisional. Ketrampilan meracik gula kelapa adalah kemampuan yang diwariskan oleh para pendahulu masyarakat di sana. Ilmu yang ditransfer secara turun menurun, tetap menggunakan pakem yang sama. Seorang pemilik kelapa akan memetik buah kelapa, lantas dimasak keluarganya. Setelah rampung pengemasan, lantas dijual ke pasar. Kegiatan seperti itu berlangsung tanpa henti, sehingga para pengrajin sangat professional di bidang itu. Tapi ini sebenarnya juga merupakan titik lemah mereka yang tidak mereka rasakan, karena disalip oleh strategi penjualan yang lebih cerdas. Mereka tidaksadar atas munculnya trends gaya pemasaran yang baru. Misalnya, tiba-tiba ada produk gula yang dikirim dari luar daerah dengan pengemasan yang labih baik. Dicky Cobandono mengisyaratkan datangnya pembina-pembina yang mampu secara benar merubah mindset para petani gula, dari pola ‘begitu-begitu saja’ menjadi pola baru yang lebih dinamis. “Tentunya pembinanya juga bukan pembina yang ‘begitu-begitu saja’, tetapi memiliki ilmu yang memang mumpuni,” ujarnya. Dpur
Camat Wates, Achmad Cholik
Menikmati Pembangunan di Wates Kecamatan Wates merupakan kecamatan yang terletak di bagian paling timur dan selatan wilayah Kabupaten Blitar. Pembangunan infrastruktur menjadi prioritas sebagai sarana mobilitas warga. Berbagai pembangunan fisik pun dibangun sesuai dengan harapan masyarakat setempat. Alhasil, kini masyarakat sudah dapat menikmati hasilnya.
H
Achmad Cholik
al ini diungkapkan Camat Wates, Achmad Cholik kepada Majalah Penataran. Dikatakannya, Kecamatan Wates mendapatkan program pembangunan dari pemerintah setiap tahun. “Seperti anda lihat sendiri, dari tahun ke tahun ada peningkatan pembangunan di Wates. Pembangunan fisik dan non fisik di Wates selama ini memang sangat diharapkan warga,” katanya. Lebih lanjut, Achmad Cholik menambahkan, pembangunan infrastruktur terus digalakkan di Kecamatan Wates. Utamanya jalan penghubung kecamatan maupun jalan penghubung antar desa. Kendati sudah banyak pembangunan jalan, masih ada jalan-jalan di Wates yang butuh sentuhan Pemerintah Kabupaten Blitar. Utamanya, perbaikan jalan yang menuju obyek wisata Pantai Jolosutro. Pantai ini sudah menjadi andalan wisata di Kecamatan Wates. Keindahan pantainya sudah banyak mendapat pujian wisatawan yang sudah pernah datang ke tempat ini. Di Kecamatan Wates untuk tahun 2012 ini, pajak bumi dan bangunan ditargetkan sebesar Rp 335 juta. “Saat ini sekitar 50 persen dari target pajak sudah berhasil kita kumpulkan. Tentu ini tak lepas dari kesadaran masyarakat Wates yang taat membayar pajak untuk pembangunan,” jelas Achmad Cholik. Tak pembangunan fisik yang digelontorkan pemerintah Kabupaten Blitar di Kecamatan Wates, pembangunan non fisik juga dilaksanakan. Di antaranya, dengan
memberikan program pelatihan usaha, bantuan hewan ternak untuk warga miskin, dan pemberian modal untuk simpan pinjam warga. Sementara itu, sektor pertanian menjadi prioritas usaha warga di Kecamatan Wates. Produk pertanian andalan Kecamatan Wates di antaranya pertanian holtikultura seperti cabe dan jagung. Selain itu buah-buahan seperti pepaya dan melon juga dihasilkan para petani di daerah ini. Para petani holtikultura ini tersebar di 8 desa yang ada di Wates yakni Desa Mojorejo, Desa Purworejo, Desa Ringinrejo, Desa Sukorejo, Desa Sumberarum, Desa Tugurejo, Desa Tulungrejo dan Desa Wates.
Sektor kerajinan juga menjadi andalan masyarakat Kecamatan Wates dalam memanfaatkan peluang usahanya. Di antaranya, kerajinan anyamanyaman bambu dan makanan ringan. Makanan ringan merupakan salah satu usaha yang banyak dilakukan warga. Produk makanan ringan yang dihasilkan warga Wates di antaranya, kripik singkong, kripik pisang, kripik talas dan kripik gadung. Produk makanan ini dipasarkan di wilayah Wates maupun di luar daerah. Untuk memasarkan produk makanan ringan ini, warga Wates tak segan-segan mengikuti pameran produk unggulan yang dilaksanakan di Kabupaten Blitar maupun luar daerah. hend
Achmad Cholik, bersama puluhan produk unggulan Kecamatan Wates saat mengikuti Pameran Produk Unggulan di Wlingi
ATARAN 47 Majalah PEN PENA
Camat Kanigoro Dra. Tuti Komaryati, MM.
Menyambut Ibukota Baru
S
Dra. Tuti Komaryati, MM.
uatu hari nanti, bisa jadi Kecamatan Kanigoro akan menjadi sebuah nama kecamatan yang akan paling sering disebutsebut. Kita semua tahu. Ibukota Kabupaten Blitar tidak lama lagi akan beralih tempat ke wilayah ini. Riak perubahan yang monumental ini mendapat apresiasi positif dari Camat Kanigoro Dra. Tuti Komaryati, MM. Bahkan sejak sebelumnya ketika ia masih menjadi Camat Bakung, Tuti Komaryati menilai, Pemerintahan Herry Noegroho, SE, MH sudah cukup berhasil dalam memajukan Kabupaten Blitar. Pembangunan di segala bidang dimulai dari tersedianya infrastruktur jalan yang memadahi, sarana prasarana pendidikan, kesehatan, dll. nyata telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan warga. Dan seyogyanya, “Semua keberhasilan itu harus dipertahankan atau sekaligus untuk lebih ditingkatkan lagi.”, ujar Tuti Komaryati. Terkait perpindahan ibukota kabupaten itu, Camat Kanigoro berharap pemerintah melakukan persiapan secara menyeluruh. Warga Kecamatan Kanigoro memang saat ini cenderung diam, karena dampak dari perpindahan itu belum bisa mereka (warga) rasakan. “Namun meskipun mereka diam, bukan berarti lantas dibiarkan.”, tegas Tuti. Untuk itu persiapan yang dilakukan tidak hanya secara fisik tapi juga mencakup persiapan non fisiknya.
48 Majalah PEN ATARAN PENA
“Dalam hal ini mental masyarakat untuk menerima akan adanya suatu perubahan juga harus dipersiapkan.”, pungkas mantan Camat Bakung ini. Kedepannya, akan berdiri banyak sekali gedunggedung megah di Kecamatan Kanigoro. Baik gedunggedung milik pemerintah maupun bangunan milik swasta. Sudah pasti, lahan pertanian yang selama ini menjadi andalan sebagaian besar warga Kecamatan Kanigoro dalam memenuhi kebutuhan hidupnya akan ikut tergerus.
Sehingga lambat laun, segelintir atau bahkan sebagian warga akan merasa susah karena sawah yang biasanya memberi mereka nafkah akan berubah menjadi bangunan-bangunan yang megah. Pemerintah harus tanggap. Bidang-bidang kerja lain diluar sektor pertanian harus dibuka lebar-lebar oleh pemerintah. Industri-industri kecil misalnya produk makanan olahan baik dari bahan hasil pertanian maupun bahan setengah jadi yang saat ini sudah ada harus mendapatkan support dari pemerintah. Lebih lanjut Camat Kanigoro menyampaikan, persiapan non fisik atau menyiapkan mental masyarakat khususnya warga di Kecamatan Kanigoro tidak kalah penting daripada sekedar melakukan pembangunan secara fisik semata. Sebab, “Perpindahan ibukota tanpa mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat justru akan menimbulkan dampak sosial ekonomi yang sangat krusial”, tegasnya. Selain itu Tuti Komaryati juga berharap time schedule yang lengkap dari pembangunan pusat pemerintahan Kabupaten Blitar dimasa mendatang ini secepatnya bisa diperoleh. Mau tidak mau, pembangunan itu nantinya akan membawa perubahan. Sedangkan selama ini karena ketiadaan time schedule yang lengkap itu pihaknya dan seluruh warga Kecamatan Kanigoro melakukan persiapan hanya dengan meraba-raba. Selamat Hari Jadi Kabupaten Blitar. SUKSES SELALU! moza
Kantor baru DPRD Kabupaten Blitar di Kanigoro
Camat Wonodadi, Muslih Hadi Wibowo, SP. MM
Bermodal Karakter Madani Kecamatan Wonodadi dikenal sebagai kandang masyarakat kritis, berani dan pro aktif. Banyak tokoh muda bermunculan dari Wonodadi yang mencerminkan daerah tersebut memiliki sumber daya manusia yang bagus dan dibutuhkan dalam strategi pembangunan di Kabupaten Blitar. Camat Wonodadi, Muslih Hadi Wibowo, SP. MM menggambarkan kondisi Wonodadi yang memilki corak sebagai masyarakat madani,
dibandingkan dengan tipe masyarakat di kecamatankecamatan lain di Kabupaten Blitar. “Popularitas sumber daya manusianya, lebih populer dibandingkan dengan sumber daya alamnya,” ujarnya. Soal popularitas ini, ia menganalogikan dengan popularitas negaranegara di dunia. Negara Brasil populer
d e n g a n sepakbola. Negara Korea dengan ginseng. Negara Rusia populer dengan komunisnya. “Kalau menyebut Wonodadi, tentu yang populer adalah masyarakatnya yang kritis,” imbuh ayah Aditya dan Lutfi ini. Lantas ia menyebutkan data, bahwa dari Wonodadi memiliki enam orang anggota legislatif yang duduk di DPRD Kabupaten Blitar. Selain itu, lembaga-lembaga ad hock yang dibentuk dari masyarakat untuk masyarakat seperti KPU dan sejenisnya, juga diisi personilpersonil dari
kecamatan ini. Bahkan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) jilid 1 dan 2, salah seorang anggotanya yang disegani kredibilitasny, juga berasal dari Wonodadi. Catatan Majalah Penataran, masyarakat Kecamatan Wonodadi memang sudah memiliki karakter kuat sejak lama. Pada masa rezim Orde Baru, masyarakat Wonodadi sudah membuat pusing Bupati Blitar dan staf pemerintahannya yang dijatah harus memenangkan partai penguasa. Hanya di Wonodadi-lah partai penguasa selalu kalah. Camat yang ditugaskan di sana, selalu menerima kenyataan pahit karena gagal memenangi dari Pemilu ke Pemilu kala itu. Camat Muslih dengan visi yang jelas, ingin memajukan pembangunan di Wonodadi berbasis karakter masyarakat yang sudah terbentuk. “Yang dibutuhkan masyarakat Wonodadi adalah iklim komunikasi yang bagus, transparansi dan menjunjung tinggi akuntabilitas,” katanya. Program-program untuk masyarakat, lanjutnya, harus dikomunikasikan dengan menerapkan prinsipprinsip tersebut. Jika ada itikad mengabaikan unsurunsur tersebut, jangankan camatnya- bahkan kepala desanya sendiri akan mendapat reaksi keras apabila meninggalkan kovensi tersebut. “Bagi saya, tugas di Wonodadi ini sangat membanggakan. Saya akan ditempa berbagai situasi dalam berinteraksi dengan tokoh-tokoh di sini. Insya Allah kelak saya akan makin kenyang pengalaman setelah digodok di kawah ‘candradimuka’ ini,” imbuhnya. Dpur
Muslih Hadi Wibowo, SP. MM
ATARAN 49 Majalah PEN PENA
Camat Wonotirto,Rustin Tri Setyo Budi, SH.
Menuju Masyarakat Madani K
ecamatan Wonotirto dalam usianya yang masih relatif muda kurang lebih dua puluh tahun, telah mampu menunjukkan keberhasilan pembangunan yang dapat dirasakan oleh masyarakat menuju masyarakat yang sejahhtera. Setidaknya seperti itulah yang disampaikan oleh Rustin Tri Setyo Budi, SH -Camat Wonotirto. Namun menurut Rustin, agar pembangunan dapat dirasakan oleh masyarakat paling bawah, perlu adanya terobosan dan gebrakan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan investor. Hal ini mengingat bahwa Kecamatan Wonotirto memiliki potensi alam yang luar biasa terutama dari hasil tambang dan Pantai Tambakrejo. Dengan melihat potensi itu tentunya perlu adanya pengelolaan intensif atau maksimal oleh Pemerintah Daerah untuk dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pertambangan dan pariwisata. Bahkan lebih jauh bahwa Kecamatan Wonotirto nanti juga dapat dijadikan maskot-nya Kabupaten Blitar karena potensi alamnya yang tidak dimiliki oleh kecamatan atau wilayah lain. “Bilamana antara Pemerintah Daerah, investor dan masyarakat dapat saling mendukung dan
mendorong kearah industrialisasi dan pariwisata akan lebih terwujud masyarakat yang Madani disana.”, tutur Camat Wonotirto. Di sektor pertanian untuk Kecamatan Wonotirto walaupun lahannya yang berbukit dan berbatu, namun hasil pertanian dan perkebunan serta perikanan bisa diandalkan untuk mendukung sektor pariwisata. Lihat saja kemajuan yang telah dicapai di bidang pertaniannya. Perlu diketahui, “Kecamatan Wonotirto khususnya Desa Sumberboto merupakan satu-satunya wilayah di Indonesia yang telah berhasil dan sukses mengembangkan lahan kering.”. Walaupun dengan sumber mata air yang kecil, namun dengan semangat kebersamaan dalam pengelolaannya, pemanfaatan sumber air bisa dioptimalkan. Hamparan lahan pertanian disana tak kalah hijau dan menghasilkan dibandingkan dengan lahan pertanian di wilayah lain. Dan bukan hanya bidang pertanian, namun usaha perikanan juga sudah mulai tumbuh. Sekarang di Kecamatan Wonotirto sudah ada warga yang mempunyai usaha pembenihan ikan lele. Luar biasa bukan? Kekayaan alam berupa bahan tambang juga sudah
Pembangunan pelabuhan di Pantai Tambakrejo yang sudah dimulai pembangunannya
50 Majalah PEN ATARAN PENA
Rustin Tri Setyo Budi, SH
mulai dirintis pengembangannya. Kecamatan Wonotirto kaya akan bahan tambang semisal Kaulin dan Helkle sebagai bahan baku keramik, Siolit untuk campuran kosmetik, Tembaga, dan lain-lain. Dalam situasi sosial kemasyarakatan yang relatif kondusif, para investor pun akhirnya datang tanpa ragu. Dan dampaknya, pengembangan usaha tambang ini tentu mampu memberikan pilihan dan kesempatan bagi warga lokal dalam memperoleh lapangan pekerjaan. Sesuai kemampuan masingmasing, warga dilibatkan didalamnya mulai dari tenaga kasar, sopir, sampai pada tingkatan menejemen. Satu lagi potensi yang tidak selalu dimiliki oleh kecamatan atau wilayah lain yang berupa Pantai Tambakrejo. Pemerintah Daerah secara bertahap memang sudah mengembangkan potensi wisata pantai ini karena keelokan pesona alam yang ditawarkannya. “Namun jangan lupa, kedepannya juga akan dibangun sebuah pelabuhan di pantai Tambakrejo.”, kata mantan Camat Binangun ini bangga. moza
Etos
Jangan Lupa Bendera
P
eringatan Hari Jadi Kabupaten Blitar tahun 2012 ini, bersamaan dengan bulan Ramadhan 1433 Hijriah. Juga bertepatan dengan suasana Peringatan Hari Kemerdekaan RI. Saya akan membahas peringatan Hari Proklamasi ini, karena memang saya sedang galau dibuatnya. Pembaca yang budiman, masyarakat kita dikenal memiliki budaya yang tidak spontan. Berbeda dengan orang barat yang serba spontan. Orang barat yang jatuh cinta, tidak malu-malu berpelukan di depan umum ketika ketemu pacarnya. Mereka tidak malu-malu berciuman karena rindu walau dilihat banyak orang. Orang barat yang menang lotre, langsung berteriak dan melonjak-lonjak tanpa menghiraukan sekelilingnya. Orang barat yang mendapat kabar duka, akan menangis sejadijadinya, dimana pun mereka berada. Bandingkan dengan masyarakat kita. Suami istri yang terpisah karena pekerjaan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, malumalu untuk melampiaskan kerinduanya di depan umum. Kebiasaan menyampaikan rasa cinta, mengekspresikan rasa sayang, lebih banyak dipendam secara diam-diam, disampaikan secara berbisik-bisik. Dalam konteks peringatan Hari Proklamasi, saya yakin bahwa rakyat Indonesia sangat mencintai negerinya. Jika ada penjajah datang, Insya Allah akan banyak orang mendaftar ke panitia untuk bertempur. Lihat saja, masyarakat kita seperti hendak maju perang ketika terjadi rebutan Pulau Sigitan dan Sipadan beberapa tahun lalu. Yang membuat saya galau adalah, mengapa masyarakat terkesan ogah-ogahan menunjukkann rasa cinta itu ketika negara yang tercinta ini sedang berulang tahun. Konkritnya, dalam satu RT saja, mungkin seperempat rumahnya tidak terpasang bendera merah putih.
Saya sudah mengamati trend ini sejak lama dan terus-menerus dibuat prihatin dari tahun ke tahun. Padahal saya yakin, Pak Lurah, Pak RW hingga Pak RT sudah menyampaikan himbauan agar dilakukan pemasangan bendera. Tetapi nyatanya tetap saja banyak rumah yang halamannya tidak terpasang bendera, apalagi umbul-umbul. Bahkan budaya memasang janur kuning maupun plastik kuning untuk mengganti janur, sudah banyak ditinggalkan. Saya pernah mencoba melakukan penelitian kecil-kecilan, yaitu ngobrol dengan warga yang tidak memasang bendera. Alasannya bermacam-macam. Ada yang mengaku bendera ketlingsut, sehingga susah dicari. Ada yang tiangnya hilang dipinjam tetangga tetapi tidak dikembalikan. Ada pula yang malah tanya, “Lho, nopo sampun wancine masang?” Jawaban-jawaban di atas benar-benar mengagetkan sekaligus membuat saya prihatin. Ternyata seperti ini kualitas masyarakat kita memandang makna peringatan hari jadi kemerdekaan. Memang tidak ada hukuman bagi warga yang tidak memasang bendera. Tidak ada sanksi yang mengikat, apabila ada warga yang tidak mengibarkan merah putih. Aktivitas memasang bendera merah-putih, menyanyikan Lagu Indonesia Raya, adalah bentuk-bentuk manifestasi dan pernyataan komitmen dalam berbangsa, komitmen bernegara dan itu merupakan bentuk cara merawat rasa kebangsaan itu. Berdasarkan banyak obrolan itu, ada beberapa kesimpulan saya, mengapa kok masyarakat cuek terhadap kegiatan pasang bendera. Ada yang beralasan ekonomi. Para pencari rejeki yang berangkat sejak pagi buta, takut kehilangan buruan oleh pencari yang lain, sehingga tidak punya perhatian untuk urusan bendera. Perut lebih diutamakan. Dari sisi pendidikan, pelajaran di sekolah
tidak secara serius memupuk dan menebalkan cinta bangsa. Tujuan pendidikan sekarang, yang penting lulus dengan nilai baik. Kalau tidak lulus, tentu menjadi aib keluarga. Intisari pelajaran, jangan ditanya lagi implementasinya. Saya pernah tertawa sekaligus sedih garagara nonton tayangan televisi yang guyon tetapi serius. Reporternya mewawancari artis, mahasiswa dan masyarakat untuk menghafal Pancasila. Ternyata tidak ada yang hafal lima sila dalam Pancasila. Padahal mereka sudah lulus SD, SMP dan SMA dengan nilai bagus. Aneh! Alasan lain, soal gegar budaya akibat globalisasi. Masyarakat sedang mbingungi karena info-info budaya asing yang masuk lewat internet, tayangan parabola maupun media lain yang bisa diakses. Info baru itu membuat masyarakat merasa budaya kita ketinggalan dibanding budaya asing itu. Tidakkah kita tahu bahwa sesungguhnya, orang Amerika itu sangat mencintai budayanya sendiri. Mereka suka berperang, ekspansi, mempengaruhi orang lain untuk meneguhkan jatidirinya sebagai bangsa dengan budaya Amerika. Orang Inggris selalu berkata, right or wrong is my country? Orang Jepang sangat mencintai bahasanya dan tidak mau berbahasa asing di negerinya sendiri. Warga kita mencoba meniru setengahsetengah saja. Lagak lagu-nya seperti bangsawan Inggris, minum-minuman gaya Amerika, lantas mobil-mobilnya buatan Jepang. Saking bingungnya, akhirnya malah lupa tidak masang bendera sendiri....
Drs. Rijanto, MM
ATARAN 51 Majalah PEN PENA