Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________ I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN DESEMBER 2015 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Desember 2015 Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan/dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Desember 2015 : El Nino Southern Oscillation (ENSO) Selama Desember 2015, wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) masih menunjukkan anomali hangat (+2.3) yang mengindikasikan fenomena El Nino kuat masih berlangsung. Kondisi ini telah berlangsung mulai akhir bulan September 2015. Indikator atmosfer yang menunjukkan eksistensi El Nino yang cukup kuat pada beberapa bulan sebelumnya juga terus menguat pada awal hingga pertengahan bulan Desember 2015. Hal ini juga terlihat dari nilai SOI (Southern Oscillation Index) yang bernilai negatif -8.4dan anomali angin pasat serta temperatur subsurface/ bawah laut Pasifik, dimana semuanya menunjukkan El Nino masih berlangsung selama Desember 2015, namun diakhir Desember terpantau intensitas El Nino mulai menunjukkan kecenderungan menurun.
Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasatdi sekitar Pasifik Ekuatorial sampai tanggal 20 Desember 2015 (Sumber : BoM)
1
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________
Dipole Mode Indeks Dipole Mode (DMI) di Samudera Hindia menunjukkan kecenderungan menuju normal setelah sebelumnya berada pada kisaran positif kuat pada awal Desember 2015, dimana saat itu berkontribusi terhadap pengurangan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Namun memasuki akhir Desember 2015 kondisinya berangsur meluruh menjadi normal sehingga tidak berpengaruh untuk mengurangi curah hujan.
Gambar 2. Indeks Dipole Mode selama Desember 2015 (Sumber : BoM)
Madden-Julian Oscillation(MJO) dan Outgoing Longwave Radiation (OLR) Posisi aktifitas MJO pada bulan Desember 2015 aktif di sekitar wilayah Benua Maritim Indonesia terjadi pada tanggal 10 – 22 Desember 2015. Hal tersebut juga terlihat pada Hovmoller anomali OLR, dimana OLR berwarna ungu yang juga menunjukkan aktifitas MJO aktif melintas di wilayah Indonesia sekitar periode dasarian kedua.
Gambar 3. Siklus posisi MJO dan Hovmoller anomali OLR selama Desember 2015, Warna ungu adalah OLR negatif, warna orange adalah OLR positif (Sumber : BoM)
2
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________ Sirkulasi Monsun Asia – Australia Pada bulan Desember 2015, monsun Australia mengalami aktifitas yang cukup signifikan dengan nilai anomali Monsun yang cukup besar terhadap rata-ratanya, yaitu terjadi pada sekitar pertengahanbulan Desember 2015seperti yang terlihat grafik indeks monsun di bawah ini. Indeks monsun yang cukup jauhmenyimpang dari rata-rata klimatologisnya ini menunjukkan peningkatan aktifitas angin baratan di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator terutama untuk angin pada lapisan 850 mb.
Gambar 4. Grafik indeks Monsun Australia harian yang dihitung dari data angin zonal arah barattimur (komponen U) pada lapisan 850 mb (sumber: IPRC), dan normal streamline angin gradien Desember (sumber: misae4u)
Gambar 5. Anomali angin zonal dan meridional Desember 2015 lapisan 850 mb (sumber: ESRL NOAA)
Pola aliran massa udara komponen zonal (timur – barat) di wilayah Jawa Timur selama Desember 2015 (rata-rata bulanan) tidak terjadi anomali, sedangkan komponen meridional (Utara – Selatan) di Jawa Timur umumnya didominasi dari Utara sehingga massa udara dari Utara lebih kuat masuk ke Jawa Timur. Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali suhu muka laut di perairan Indonesia pada Desember 2015 berkisar antara +0.2 hingga +1.4ºC dan secara umum sudah hangat dibandingkan kondisi rata-ratanya, sehingga potensi penguapan cukup tinggi khususnya wilayah Barat seperti Sumatera sampai Jawa dan Nusa Tenggara.Perairan Jawa Timur cukup hangat dengan anomali +0.8 hingga +1.0 °C yang tentunya menunjukkan potensi penguapan yang mendukung pembentukan awan.Pemanasan suhu samudera tentunya sangat
3
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________ dipengaruhi oleh faktor astronomi (radiasi matahari) dan oseanografi (sirkulasi gelombang Kelvin).
Gambar 6. Suhu Muka Laut Perairan Indonesia dan Anomalinya bulan Desember 2015 (sumber: ESRL NOAA)
Seruakan Dingin Asia (Cold Surge) Analisis kejadian fenomena seruakan dingin (cold surge) dari Asia yang diidentifikasikan dari nilai gradien atau perbedaan tekanan antara Gushi-Hongkong disajikan pada grafik di bawah ini. Aktifitas aliran massa udara dingin dari Asia ini bisa dilihat dari seberapa besar nilai indeksnya. Ketika nilai indeksnya ≥10 mb, dan suhu di Hongkong turun 5ºC maka massa udara dingin dari Asia berpeluang mempengaruhi kondisi cuaca di sekitar wilayah Indonesia selatan ekuator dengan asumsi tidak adanya gangguan tropis di sekitar Laut Cina Selatan (LCS) yang cukup kuat menghambat proses cross equatorial flow. Hal ini dapat dilihat dari peta streamline.
Gambar 7. Grafik indeks seruakan dingin (Selisih Tekanan Udara Gushi–Hongkong) (Sumber data; Ogimet.com)
Indikasi kejadian seruakan dingin dengan indeks ≥10 mb terjadi pada pertengahan dasarian pertama dan kedua, namun di Hongkong tidak terjadi penurunan suhu hingga 5ºC. Setelah memasuki dasarian ketiga yaitu tanggal 24 Desember 2015 selisih tekanan ≥10 mb dan di Hongkong juga terjadi penurunan suhu hingga 5ºC dan dari peta angin terlihat angin dari Laut China Selatan masuk hingga ke Selatan Ekuator sehingga seruakan dingin Asia telah terjadi. Kondisi ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kondisi cuaca di Jawa, dimana hujan di sebagian besar wilayah Jawa Timur khususnya pada Desember 2015 umumnya merata terjadi mulai dasarian ketiga. Apabila diasumsikan penjalaran massa udara dingin dari Asia membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari untuk sampai ke wilayah tengah Indonesia di selatan ekuator, maka efek dari seruakan dingin tersebut juga diasumsikan bisa dirasakan di wilayah Jawa Timur sekitar 2-3 hari berikutnya dari kejadian indeks ≥10 mb. 4
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________ Gangguan Tropis Selama Desember 2015 terdapat satu aktifitas gangguan tropis yaitu Siklon Tropis Melor di sekitar wilayah Pasifik barat yang cukup mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Indonesia bagian Utara, sedangkan di sebelah Selatan Khatulistiwa tidak ada gangguan tropis seperti siklon tropis. Data dan jejak aktifitas gangguan tropis tersebut disajikan pada gambar di bawah. Dengan menggunakan data BMKG tahun 1964 hingga 2005 untuk kejadian siklon tropis di wilayah Samudra Hindia Tenggara, kejadian siklon tropis Desember mencapai 14% artinya secara normal terdapat 1.4 kejadian siklon tropis pada Desember di Samudera Hindia Tenggara, namun Desember 2015 tidak terjadi sama sekali.
Gambar 8. Lintasan Siklon Tropis Melor 12-17 Desember 2015 dan Rata-rata kejadian Siklon Tropis di BBS(Sumber:UNISYS dan BMKG)
Kelembaban udara
Gambar 9. Kelembaban Udara Relatif Desember 2015 dan Anomalinya pada level 850mb (Sumber: ESRL NOAA)
Kelembaban udara relatif selama Desember 2015 di Jawa Timur umumnya terjadi anomali positif hingga 6% dari rata-ratanya dan hal ini mengindikasikan bahwa di atmosfer cukup mendukung untuk pertumbuhan awan di Jawa Timur dan sekitarnya. Namun semakin ke timur memasuki Nusa Tenggara kondisi kelembaban udara relatif makin berkurang, sedangkan makin ke Barat justru kelembaban udaranya cenderung lebih tinggi dan hal ini berkorelasi positif dengan kejadian hujan dan sebaran pertumbuhan awan.
5
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________ Aktivitas Cuaca Pada bulan Desember 2015, kondisi cuaca di wilayah Banyuwangi umumnya berawan dan terjadi hujan dengan intensitas ringan sampai sedang. Hujan diawali terjadi pada daerah dataran tinggi di bagian Barat hingga meluas ke bagian tengah. Wilayah Kota Banyuwangi dan pesisir timur baru mengalami hujan setelah memasuki Dasarian ketiga. Berdasarkan pantauan citra radar dan data hujan Banyuwangi terlihat bahwa pola hujan terjadi pada siang/sore hari. Kondisi ini jika dibandingkan dengan kondisi normal bulan Desember tentunya berada pada kondisi bawah normal mengingat awal musim hujan di mayoritas wilayah juga diprakirakan mundur sebagai dampak dari El Nino intensitas kuat serta fenomena laut-atmosfer lainnya dan juga faktor topografi wilayah. B. Pantauan kondisi cuaca bulan Desember 2015 di Kota Banyuwangi Dari rentetan peta synoptik selama bulan Desember 2015, wilayah kota Banyuwangi angin pada umumnya bertiup dari arah Tenggara - Baratdaya dengan kecepatan 3 – 20 km/jam, cuaca dari berawan hingga hujan ringan sampai lebat. Kecepatan angin maksimum terjadi pada tanggal 19 Desember 2015 dari arah Baratdaya dengan kecepatan 18 knots, suhu tertinggi pada tanggal 10 Desember 2015 sebesar 34.4ºC dan suhu terendah terjadi pada 27 Desember 2015 sebesar 23.2 ºC. Curah hujan sebesar 148.2 mm dengan 19 hari hujan. Berikut adalah rekap data meteorologi yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi pada bulan Desember 2015, di mana pada tabel ini ditampilkan parameter hasil observasi yang merupakan hasil pengamatan di lapangan dan data normal / ratarata yang merupakan keadaan normal pada bulan yang bersangkutan. Tabel 1. Rekap Data Meteorologi Stasiun Meteorologi Banyuwangi Desember 2015 NO
PARAMETER
HASIL OBSERVASI DESEMBER 2015
RATA-RATA DESEMBER [1981-2010]
1
Temperatur rata-rata
28.6 ºC
27.8 ºC
2
Temperatur maksimum
32.9 ºC
34.2 ºC
3
Temperatur minimum
24.9 ºC
22.4 ºC
4
Temp. maks. absolut
34.4 ºC
36.4 ºC
5
Temp. min. absolut
23.2 ºC
20.0ºC
6
Tekanan rata-rata *
1010.6 mb
1008.6 mb
7
Kec. angin rata-rata *
2 kt ( 3.6 km/jam )
3 kt ( 5.4 km/jam )
8
Arah Angin rata-rata
140°
180°
9
Kelembaban rata-rata
77 %
78 %
10
Curah hujan
148.2 mm
184 mm
11
Jumlah hari hujan
19 hari
13 hari
6
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________
7
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________
Gambar 10. Grafik parameter cuaca dan mawar angin di kota Banyuwangi hasil observasi Desember 2015 (Sumber:BMKG)
Penguapan selama Desember 2015 mencapai 134.2 mm dengan rata-rata harian 4.3 mm, penguapan tertinggi 7 mm pada 3 Desember 2015. Penyinaran matahari rata-rata Desember 2015 mencapai 64 %, minimal hanya 3% terjadi pada 25 Desember 2015 sedangkan maksimal 100% terjadi selama 4 hari yaitu pada 1, 2, 4, dan 12 Desember 2015. Tekanan udara (QFF) tertinggi 1013.2 mb pada 28 Desember 2015 dan terendah 1008.1 mb pada 15 Desember 2015. Rata-rata kelembaban udara relatif (RH) Desember 2015 adalah 77% dengan RH tertinggi 86% pada 25 Desember 2015 dan RH terendah 71 % pada 1 Desember 2015. Dari gambar mawar angin (windrose) terlihat arah angin sangat bervariasi namun didominasi oleh arah dari Tenggara dan kecepatan angin didominasi 5 – 7 knots. C. Evaluasi Kondisi Cuaca Bandara Blimbingsari Bandar Udara Blimbingsari (IATA: BWX, ICAO: WADY) terletak di Desa Blimbingsari, Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada koordinat 8°18′38.16″LS 114°20′24.64″BT dengan elevasi 25.66 meter (84.19 feet). Bandara dengan landas pacu saat ini 2.250 meter tersebut dibuka pada 29 Desember 2010.Hingga Desember 2015 terdapat dua maskapai penerbangan komersial yaitu Garuda Indonesia dan Wings Air. Selain itu juga terdapat 3 sekolah penerbangan yaitu Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi, Bali International Flight Academy (BIFA), dan Mandiri Utama Flight Academy (MUFA). Kondisi parameter cuaca selama bulan Desember 2015 di Bandara Blimbingsari dari data hasil pengamatan BMKG pos meteorologi penerbangan bandara Blimbingsari dengan durasi pengamatan 12 jam (00.00 – 11.00 UTC) adalah sebagai berikut : Secara normal wilayah bandara Blimbingsari memasuki musim hujan pada bulan Desember, sehingga kondisi cuaca pun sering terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat yang juga sering disertai petir dan angin kencang sesaat. Dari data hasil pengamatan terlihat awan-awan konvektif mulai terbentuk mulai siang hari dan terjadi hujan pada siang – sore hari. Kondisi tersebut berdampak pada aktifitas take off dan
8
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________ landing pesawat komersial maupun pesawat latih, sehingga sering terjadi delayed (penundaan) akibat kondisi cuaca tersebut. Curah hujan selama Desember 2015 mencapai 170 mm, dengan kelembaban udara relatif rata-rata 79.5 %. RH tertinggi 86% tanggal 22 Desember dan terendah 67% tanggal 19 Desember 2015. Tekanan udara (QNH) rata-rata 1011.6 mb, tertinggi 1014.0 mb pada 28 Desember dan terendah 1009.1 mb pada 15 Desember 2015. Suhu rata – rata 27.1 °C dengan suhu maksimum absolut 34.6 °C pada 9 Desember dan suhu minimum absolut 22.4 °C pada 28 Desember 2015. Arah angin dominan 70 % dari Timur – Tenggara dengan kecepatan 7 – 17 knots. Selebihnya bervariasi dari Selatan hingga Barat.Kecepatan maksimum mencapai >22 knot dari arah Baratdaya. Mayoritas kecepatan angin mencapai 77.4 % berkisar antara 7 – 11 knot.
Gambar 11. Grafik parameter cuaca hasil observasi Desember 2015 di Blimbingsari Airport (Sumber:BMKG)
9
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________ D. Evaluasi Kondisi Cuaca Penyebrangan Ketapang-Gilimanuk Berdasarkan pantauan data AWS maritim di pelabuhan penyeberangan Ketapang Banyuwangi, menunjukkan selama bulan Desember 2015 angin didominasi dari arah Tenggara – Baratdaya dengan kecepatan angin 5 – 20 knots ( 9 – 36 Km/Jam). Suhu berkisar antara 24 – 31 °C dan Kelembaban Udara Relatif 65 – 90 %. Kondisi cuaca bervariasi dari Berawan hingga Hujan intensitas ringan – sedang. Ketika ada awan Cumulonimbus pada perairan, tentunya kecepatan angin dan ketinggian gelombang selat Bali akan meningkat.
E. Analisis Hujan Desember 2015 Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan data curah hujan bulan Desember 2015 dari stasiun BMKG dan pos-pos hujan kerjasama di Banyuwangi dapat disajikan evaluasinya sebagai berikut .
Curah hujan tertinggi 421 mm terjadi di Bayulor dengan 21 hari hujan.Sementara curah hujan terendah 34 mm terjadi di Cluring dengan hanya 4 hari hujan saja.
10
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________
Gambar 12. Peta Distribusi Curah Hujan Rata-Rata Desember, Desember 2015 dan Sifat Hujan Desember 2015 di Banyuwangi (Sumber:BMKG)
Dari peta terlihat bahwa secara spasial hampir mayoritas wilayah Banyuwangi pada Desember 2015 mengalami curah hujan di bawah kondisi rata-rata / normalnya sebagai dampak El Nino kuat dan juga interaksi faktor-faktor skala global, regional dan lokal lainnya. Hanya sebagian kecil wilayah yaitu Singojuruh, Genteng dan Rogojampi yang hujannya diatas rata-rata. Hal ini juga mengindikasikan musim kemarau 2015 lebih panjang dan awal musim hujan mayoritas mengalami kemunduran.Tentunya hal ini berdampak pada berbagai sektor salah satunya pertanian.
11
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________ F. Monitoring Hari tanpa Hujan Berturut-turut
Gambar 13. Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut Desember 2015 di Banyuwangi (Sumber:BMKG Banyuwangi)
Dari peta terlihat bahwa secara spasial hampir mayoritas wilayah Banyuwangi pada Desember 2015 sudah mengalami hujan setelah sebelumnya 9 kecamatan lebih telah mengalami kekeringan akibat kemarau panjang. Sementara itu di Muncar dan Bangorejo sudah > 10 hari tidak terjadi hujan berturut-turut selama Desember 2015. Kondisi ini tentunya perlu diwaspadai jika terus berlanjut hingga Januari 2016.
G. Pantauan Debu Vulkanik bulan Desember 2015 Hingga akhir Desember 2015, Gunung Bromo masih berstatus SIAGA (level III). Dari data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi tercatat peningkatan status dari WASPADA (level II) menjadi SIAGA (level III) dimulai pada 4 Desember 2015. Debu vulkanik yang disemburkan mengikuti arah angin pada ketinggian letusan, dimana debu vulkanik ini sangat berbahaya bagi dunia penerbangan (transportasi udara), sehingga BMKG mengeluarkan peringatan berupa sandi SIGMET yang selalu dimutakhirkan (updating) berdasarkan data terkini dari pusat peringatan debu vulkanik / volcanic ash advisory centre Darwin dan disebarkan kepada pelaku kegiatan transportasi udara di bandara-bandara terdampak. Selama bulan Desember 2015 terpantau debu vulkanik gunung Bromo (Tengger Kaldera) sempat sampai ke wilayah Banyuwangi bagian Utara pada tanggal 26 Desember 2015 jam 11.30 WIB pada ketinggian 14000 kaki (4300 meter). Berikut pantauan citra satelit Himawari dan peringatan dari VAAC Darwin pada 26 Desember 2015 :
12
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________
Gambar 14. Gambar Polygon sebaran debu vulkanik dan citra satelit Himawari 26 Desember 2015 (Sumber:VAAC Darwin dan BMKG)
II. PROSPEK CUACA BULAN JANUARI 2016 A. Prediksi Dinamika Atmosfer Januari 2016 Prediksi perkembangan ENSO dari BMKG menunjukkan bahwa El Nino intensitas kuat masih terjadi hingga Februari 2016, selanjutnya meluruh menjadi El Nino moderate pada Maret 2016, lalu semakin menurun pada April 2016 menjadi El Nino lemah saja. Memasuki bulan Mei 2016 diprediksi El Nino telah berakhir dan kondisi kembali normal. Dipole Mode Indeks (DMI) diprediksi netral / normal pada bulan Januari 2016, kondisi ini mengindikasikan bahwa tidak ada suplai uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia maupun sebaliknya. Suhu muka laut perairan Indonesia diprediksi dari Januari hingga Juni 2016 kondisinya cenderung hangat dan menunjukkan cukup tersedianya suplai uap air untuk terbentuknya awan. Madden Julian Oscillation pada bulan Januari 2016 diprediksi berada pada fase 7 dan 8 sehingga kurang berpengaruh dalam menambah awan-awan hujan di Benua Maritim Indonesia, hal itu juga didukung oleh prediksi anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) hingga pertengahan Januari bernilai positif di sebagian besar wilayah Indonesia termasuk Jawa Timur yang berarti kurangnya tutupan awan pada periode tersebut. Pada skala regional secara normal pola tekanan udara rendah bulan Januari didominasi terjadi di Belahan Bumi Selatan seiring pergerakan semu matahari, sehingga memicu angin monsun baratan yang stabil dan berdampak banyak hujan bahkan Januari merupakan bulan puncak musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Namun pada Januari 2016 diprediksi sering terjadi gangguan berupa pola pusaran angin (vortex) di sekitar selat Karimata yang mengganggu kestabilan monsun Baratan sehingga berpotensi mengurangi pembentukan awan dan curah hujan khususnya di Jawa Timur. Melihat perkembangan dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kondisi cuaca iklim Jawa Timur dan Banyuwangi khususnya, dapat disimpulkan bahwa seluruh wilayah Banyuwangi pada bulan Januari akan berada pada musim hujan namun dengan curah hujan mayoritas di bawah kondisi rata-rata / normalnya. 13
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________
Gambar 15. Prediksi El Nino, anomali SPL, MJO dan anomali OLR (Sumber:BMKG, NCEP - NOAA)
14
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________ B. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Banyuwangi bulan Januari – Maret 2016 Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan pantauan kondisi fisis dan dinamis atmosfer di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya serta kondisi lokal masing-masing Zona Musim (ZOM) terutama topografi daerah Jawa Timur, maka curah hujan daerah Banyuwangi untuk bulan Januari 2016 hingga Maret 2016 diprakirakan sebagai berikut: Januari 2016
Curah Hujan berkisar 50 – 500 mm
Sifat Hujan Bawah Normal - Normal
Februari 2016
Curah Hujan berkisar 150 – 500 mm
Sifat Hujan Bawah Normal – Atas Normal
15
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________ Maret 2016
Curah Hujan berkisar 100 – 400 mm
Sifat Hujan Bawah Normal - Atas Normal
Gambar 16. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Januari, Februari dan Maret 2016 Banyuwangi (Sumber:BMKG)
C. Prakiraan Tingkat Kerawanan Banjir Januari 2016 Berikut adalah peta prakiraan potensi Banjir bulan Januari 2016, dari peta terlihat untuk wilayah Banyuwangi beberapa wilayah diprediksi mempunyai potensi rawan banjir rendah hingga menengah
Gambar 17. Prakiraan Daerah Potensi Banjir Januari 2016 (Sumber:BMKG)
III. INFORMASI TERBIT-TERBENAM MATAHARI JANUARI 2016 16
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________ Berikut adalah data terbit terbenamnya matahari, serta panjang siang selama bulan Januari 2016 di Kota Banyuwangi :
IV. KEJADIAN GEMPABUMI SIGNIFIKAN DI WILAYAH BANYUWANGI
Gambar 18. Kejadian Gempabumi yang signifikandi Banyuwangi Desember 2015 (Sumber:BMKG)
Kejadiaan Gempa Bumi yang Signifikan/ Dirasakan khusus di Wilayah Kabupaten Banyuwangi selama bulan Desember 2015 adalah Nihil (tidak ada kejadian gempa yang dirasakan sampai di Wilayah Kabupaten Banyuwangi).
V. KEJADIAN CUACA EKSTRIM DESEMBER 2015 17
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________ Cuaca / Iklim Ekstrim adalah suatu kondisi meteorologi yang menyimpang dari nilai rata-ratanya atau menyimpang terhadap nilai batas ambang meteorologi di wilayah tersebut. Dampak pemanasan global yang berlanjut pada perubahan iklim diyakini sebagai salah satu pemicu munculnya cuaca/iklim ekstrim baik dari tingkat keseringan, cakupan luas wilayah maupun nilainya, dimana cuaca/iklim ekstrim tersebut berpotensi menimbulkan bencana dan kerugian bahkan korban jiwa. Tabel 2. Cuaca/iklim Ekstrim Bulan Desember 2015 Banyuwangi KRITERIA
KETERANGAN
Arah dengan kecepatan > 45 Km/jam
Tidak Ada
Suhu udara > 35˚ C
Tidak Ada
Suhu udara < 15˚ C
Tidak Ada
Kelembaban udara < 30%
Tidak Ada
Curah Hujan > 100 mm / hari
Tidak Ada
Tanah Longsor
Tidak Ada
Banjir
Tidak Ada
Puting Beliung
Tidak Ada
DAFTAR ISTILAH INFORMASI CUACA, IKLIM DAN GEMPABUMI ENSO adalah singkatan dari El-Nino Southern Oscillation. Secara umum para ahli membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan ENSO dingin (La-Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai kondisi normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah NINO di Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur. Pada saat fenomena El Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata normalnya. Kondisi sebaliknya terjadi ketika fenomena La Nina berlangsung, dimana atmosfer wilayah Indonesia umumnya akan cenderung basah, sehingga bisa berpotensi menyebabkan intensitas curah hujan yang lebih banyak dibanding rata-rata normalnya. Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut tersebut selanjutnya dikenal sebagai Dipole Mode Indeks (DMI), dimana DMI positif berdampak berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, DMI negatif berdampak meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat. Asian Cold Surge atau seruakan dingin Asia digunakan untuk menggambarkan penjalaran massa udara dari Asia akibat adanya tekanan tinggi di daerah tersebut dan menjalar ke arah selatan menuju ekuator dengan membawa massa udara dingin. Indeks yang digunakan untuk identifikasi aktivitas cold surge adalah dengan menghitung indeks monsun yaitu selisih nilai tekanan antara Titik 115° BT/ 30° LU (didekati dengan data dari stasiun Wuhan di daratan China) dengan tekanan di Hongkong (116° BT/ 22° LU). 18
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________ Threshold value yang digunakan untuk indeks monsun dari gradient tekanan adalah ≥10 mb sebagai indikator adanya cold surge. MJO singkatan dari Madden Jullian Oscillation adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan fluktuasi antar musiman yang terjadi di sekitar wilayah tropis. Keberadaan MJO ditandai dengan adanya penjalaran pada arah timuran di wilayah tropis dimana terjadinya penambahan intensitas curah hujan pada daerah tersebut, terutama di atas Samudera Hindia dan Pasifik. Anomali curah hujan seringkali merupakan indikator pertama dalam mengindikasikan kejadian MJO, dimana pada mulanya intensitas curah hujan tinggi terjadi di Samudera Hindia dan kemudian menjalar ke arah timur melewati wilayah Indonesia menuju Samudera Pasifik barat dan tengah panjang siklus MJO diperkirakan sekitar 30-60 harian. Penemu dari fenomena MJO ini adalah Madden dan Jullian. OLR singkatan dari Outgoing Longwave Radiation adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas atau banyaknya radiasi gelombang panjang dari bumi ke atmosfer. Anomali OLR yang bernilai negatif menunjukkan jumlah radiasi yang terukur di atmosfer sangat sedikit karena terhalang oleh intensitas perawanan yang cukup tinggi di atmosfer. Sedangkan anomali OLR positif menunjukkan jumlah radiasi dari bumi yang cukup banyak karena tidak terhalang oleh kondisi perawanan di atmosfer. Satuan OLR adalah weber/m-2. Monsun adalah sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah secara periodik setiap setengah tahun sekali. Sirkulasi angin Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ/Inter Tropical Convergence Zone) merupakan daerah tekanan udara rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi semu matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan. Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter. Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan. Wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas daerah administrasi pemerintahan. Dengan demikian satu kabupaten/ kota dapat saja terdiri dari beberapa ZOM dan sebaliknya satu ZOM dapat terdiri dari beberapa kabupaten. Dasarian adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu : a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10 b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20 c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan Sifat Hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971 - 2000). Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu : a. Atas Normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rataratanya b. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya c. Bawah Normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rataratanya 19
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Januari 2016________ Gempa adalah getaran bumi yang terjadi sebagai akibat penjalaran gelombang seimik/gempa yang terpancar dari sumbernya/sumber energi elastik Gempa Tektonik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh adanya pergeseran atau pergerakan lempeng bumi Magnitude adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan gempa di sumbernya. Ada beberapa jenis magnitude, yaitu: magnitude lokal (ML), magnitude gelombang permukaan (Ms), magnitude gelombang badan (m b), magnitude momen (Mw), magnitude durasi (Md). Intensitas gempa adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa berdasarkan tingkat kerusakan dan reaksi manusia yang disebabkan oleh gempa tersebut. Seismicity Cross Sectionmerupakangambaran kondisi kegempaan suatu wilayah dilihat secara vertikal lewat ilustrasi plotting distribusi pusat gempa diidasarkan pada kedalaman pusat gempa. Skala Richter Suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan magnitudenya, dikemukan oleh Richter (1930). Skala MMI (Modified Mercally Intensity) adalah suatu ukuran subyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan intensitasnya Tabel Skala Intensitas Gempabumi dalam MMI (Modified Mercalli Intensity tahun 1931) SKALA I II III IV V VI VII
VIII
IX X XI XII
KUALITAS GETARAN GEMPA Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa orang. Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Getaran dirasakan nyata dalam rumah oleh banyak orang, terasa getaran seolah-olah ada truk lewat Pada siang hari dirasakan oleh banyak orang dalam rumah, di luar beberapa orang terbangun, gerabah pecah jendela pintu gemerincing, dinding berbunyi karena pecah-pecah. Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, jendela dsb pecah, barang-barang terpelanting, pohon-pohon, tiang-tiang, barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti. Getaran dirasakan oleh semua penduduk, kebanyakan terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap dari pabrik rusak, kerusakan ringan. Tiap-tiap orang keluar rumah, kerusakan ringan pada rumah-rumah dan bangunan dengan konstruksi yang baik dan tidak baik, cerobong asap pecah/retak-retak, terasa oleh orangorang yang naik kendaraan. Kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat, retak-retak pada bangunan yang kuat, dinding dapat lepas dari rangka rumah, cerobong asap dari pabrik-pabrik dan monumen roboh, air menjadi keruh. Kerusakan pada bangunan yang kuat, kerangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak-retak pada bangunan yang kuat, rumah tampak agak berpindah dari pondamennya, pipa-pipa dalam tanah putus. Bangunan dari kayu yang kuat rusak, kerangka rumah lepas dari pondasinya, tanah terbelah, rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan tanah-tanah yang curam, air bah. Bangunan hanya tinggal sedikit yang tetap berdiri, jembatan rusak, terjadi lembah, pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel kereta api melengkung sekali. Hancur sama sekali, gelombang tampak pada permukaan tanah, pemandangan menjadi gelap, benda-benda terlempar ke udara.
------------ ABCD : Act Beyond your Common Duties -----------
20