BUKU PERTAMA dari TRILOGI MASTERING NLP
Understanding NLP Communication Excellence, Positive Changes and Flexible Choices
Sanksi Pelanggaran Pasal 22: Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak mengumumkan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
BUKU PERTAMA dari TRILOGI MASTERING NLP
Understanding NLP Communication Excellence, Positive Changes and Flexible Choices
by RH Wiwoho
INDONLP Jakarta
iii
BUKU PERTAMA dari TRILOGI MASTERING NLP
Understanding NLP Communication Excellence, Positive Changes and Flexible Choices by RH Wiwoho Copyright © 2008, INDONLP Jakarta Cetakan ke-2, Juli 2008 Pertama kali diterbitkan dalam
bahasa Indonesia oleh INDONLP Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit dan Pengarang. ISBN : 978-979-18003-0-3
iv
UNDERSTANDING NLP
Daftar Isi Dedikasi Pengantar Cetakan Kedua Pendahuluan Tentang Buku Ini Penghargaan Bab kesatu Outcome Bab kedua Sensory Language Bab ketiga Calibration Bab keempat Predicates Bab kelima Accessing Cues Bab keenam Anchoring Bab ketujuh Resource Strategy Bab kedelapan New Behavior Bab kesembilan Reframing Bab kesepuluh Meta Model Bab kesebelas People Helpers Bab keduabelas No Problems Penutup Glossary 90 buku pilihan dalam subyek NLP Nama dan alamat NLP training di Amerika Nama dan alamat NLP training selain Amerika Majalah dan Periodikal Organisasi Asosiasi
vii ix xv xxi xxix 1 23 39 69 101 125 165 183 207 245 271 335 373 379 383 399 409 427 429
RH. Wiwoho - Trilogi MASTERING NLP
vi
UNDERSTANDING NLP
Buku ini didedikasikan untuk :
Richard Bandler dan
John Grinder dua jenius pencipta Neuro Linguistic Programming (NLP)
Semua bahan tulisan Trilogi Mastering NLP dan buku-buku NLP saya yang lain diperoleh dari kedua pencipta NLP di atas. Jadi, sangatlah mungkin bila Pembaca menemukan tulisan atau kutipan yang sama di buku-buku yang lain, karena sumber acuannya sama
vii
RH. Wiwoho - Trilogi MASTERING NLP
viii
UNDERSTANDING NLP
Pengantar Cetakan Kedua Buku di tangan Anda ini adalah cetakan kedua dari Understanding NLP: Communication Excellence, Positive Changes and Flexible Choices. Di bawah ini adalah beberapa perubahan dari cetakan pertama yang perlu disampaikan pada pembaca. Sedikit perubahan terjadi pada cover (tampak muka) buku, terutama warnanya menjadi lebih merah, teknik doft diganti menjadi glossy, dan ada tambahan sub-judul: Communication Excellence, Positive Changes and Flexible Choices. Tambahan kalimat ‘#1 National Bestseller’ mengikuti kebiasaan bahwa kalau sebuah buku setelah dua minggu beredar dan pihak toko buku lewat distributornya meminta untuk dicetak ulang, maka buku tersebut otomatis dikategorikan sebagai buku laris di Indonesia atau national bestseller. Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada para pembaca yang telah membeli buku cetakan pertama saya ini. Ada beberapa pembaca yang menanyakan arti cover buku ini. Gambar ‘Barong’ dalam tradisi Bali antara lain artinya adalah ‘kebaikan’. Saya berharap buku ini menjadi kebaikan untuk semua pembacanya dan mudah-mudahan juga untuk penulis dan tim. ix
RH. Wiwoho - Trilogi MASTERING NLP
Untuk cover dengan gambar kaca mata (kami memang sengaja menerbitkan buku dengan dua cover yang berbeda) artinya NLP adalah ‘model’ komunikasi dua arah, disamping untuk melakukan perubahan (changes) dan memperkaya pilihan-pilihan (choices). Banyak pujian dan respon positif dari pembaca yang barangkali tidak perlu diuraikan di sini. Yang justru perlu ditanggapi adalah kritik yang telah kami perbaiki dalam buku cetakan kedua ini. Kritik antara lain tentang teknik pemenggalan kalimat, salah header pada halaman 163, spasi antar paragraf yang kadang terlalu lebar/sempit, dan kesalahan teknik pencetakan lainnya. Khusus untuk isi buku, saya ingin menegaskan kembali bahwa buku Trilogi Mastering NLP ini ditulis berdasarkan karya kedua penciptanya, yakni Richard Bandler dan John Grinder. Hal ini telah saya tuliskan baik dalam bab Pendahuluan maupun Penghargaan. Dalam cetakan kedua ini saya tambahkan ‘Buku ini didedikasikan untuk….’ sebagai penegasan dan kejujuran saya sebagai penulisnya bahwa pencipta NLP memang kedua orang di atas. Menurut saya, siapa pun yang menulis buku tentang NLP harus dengan jujur mengakui bahwa buku tersebut bukanlah buku ciptaan mereka. Mereka hanya menuliskannya kembali dari
UNDERSTANDING NLP
apa yang sudah diuraikan oleh kedua penciptanya. Sebagai contoh, misalnya dalam bab-bab awal buku Understanding NLP ini, baik isi serta susunan maupun ilustrasinya tampak sangat mirip dengan sedikitnya lima buku/naskah NLP lainnya (baik yang sudah dipublikasikan maupun yang tidak/belum dipublikasikan), antara lain : Early NLP Focus Group Discussion, NLP Home Study Guide, A Guide to Communication Excellence using Neuro-Linguistic dll. Hal yang masuk akal karena sumber rujukannya memang orang yang sama. Menurut saya, sepanjang penulisnya mengutip kedua orang tersebut sebagai penciptanya, maka itu adalah hal yang etis dan sah. Hal ini mengacu kepada keputusan pengadilan tanggal 3 Februari 2000 di AS bahwa kedua orang tersebut secara hukum memang telah ditetapkan sebagai pencipta NLP (kutipan hasil penetapan keputusan ini dapat dibaca pada lampiran A dari buku “Whispering in the Wind” karangan John Grinder dan Carmen Bostic St.Clair, 2001). Mungkin persoalan hak cipta TIME LINE (salah satu model NLP) bisa menjadi contohnya. Tad James (dan Wyatt Woodsmall) dalam bukunya “Time Line Therapy and The Basis of Personality”, 1988, mengaku menemukan dan kemudian mendaftarkan ciptaannya ini sehingga mulai saat itu setiap orang yang memakai pendekatan Time Line haruslah mencantumkan copy right © by Tad James. xi
RH. Wiwoho - Trilogi MASTERING NLP
Menurut versi Steve dan Connirae Andreas (dalam artikelnya “A Brief History of NLP Timelines”, VAK Vol 10 No 1, Winter 1991-1992) bahwa pada bulan Juni 1985 dalam konferensi NANLP di Denver, Colorado, keduanya membawakan presentasi tiga jam dengan judul “Just in Time”. Di antara audiens yang hadir adalah Wyatt Woodsmall. Tahun 1991, dalam interview dengan terbitan berkala yang sama yakni VAK International NLP Newsletter, Tad James berkomentar bahwa ia memperoleh Timeline dari Wyatt Woodsmall. Saya belum lama ini membaca buku karangan Julian Jaynes (terbit pada tahun 1976) dengan judul “The Origin Of Consciousness In The Break Down Of The Bicameral Mind” dan menemukan bahwa uraian tentang Timeline telah dibicarakan sejak tahun 1976 meskipun dengan idiom yang lain yakni: mind-space dan spatialization (lihat hal 59-60 pada sub-bab The Features of Consciousness). Namun karena Richard Bandler dan John Grinder - dengan mengutip Julian Jaynes - telah membicarakannya pada awal-awal berkembangnya NLP (antara 1977-1981) baik dalam seminarnya maupun handout materi seminarnya, saya kira kredit tentang Timeline tetap harus diberikan pada mereka berdua, meskipun yang mendaftarkan hak cipta pertamakalinya adalah Tad James dan yang juga menuliskan karya Julian Jaynes sebagai bibliografi dalam bukunya di atas. Bahkan Steve Andreas sendiri mendapatkan Timeline juga dari xii
UNDERSTANDING NLP
Bandler dan Grinder. Hal yang mirip dengan “Personal Power” di Indonesia. Kata “Personal Power” di tahun 1997 sebagai judul seminar telah saya daftarkan di Departemen Kehakiman dan semua orang yang menggunakan judul seminar di atas seharusnya meminta ijin pada saya. Meskipun demikian, saya melihat banyak orang Indonesia tanpa seijin saya memakai judul ini untuk seminar-seminar mereka. Saya sangat menghargai orang-orang yang meminta ijin secara lisan atau paling tidak dalam sesinya mengutip nama saya. Saya tahu persis bahwa kata ‘Personal Power’ adalah kata generik (milik publik) namun hak cipta untuk seminar, metode dan latihan-latihannya tetaplah milik saya yang dilindungi oleh undang-undang. Sebagai perintis NLP di Indonesia dan penggagas IndoNLP saya ingin menekankan soal kepantasan dan penghargaan. Dengan menulis buku serta mengajarkan pemodelan ‘attitudes, methodology and techniques’ NLP yang ‘genuine and safe’ seperti yang selama ini saya terima baik lewat training-seminar, audio/video, maupun media-media pembelajaran lainnya dari kedua penciptanya, artinya saya telah memberi penghargaan dan mengucapkan terima kasih pada kedua pencipta NLP di atas.
xiii
RH. Wiwoho - Trilogi MASTERING NLP
Demikianlah beberapa perubahan pada cetakan kedua ini dan juga penegasan kembali tentang isi buku saya. Semoga Pembaca buku Understanding NLP dan buku-buku saya selanjutnya dapat memakluminya. Terima kasih dan selamat menikmati.
xiv
RH. Wiwoho - Trilogi MASTERING NLP
xx
UNDERSTANDING NLP
Tentang Buku Ini Buku ini adalah buku pertama dari trilogi MASTERING NLP. Secara berurutan trilogi ini masing-masing berjudul:
Buku pertama: Understanding NLP Buku kedua : NLP In Action Buku ketiga : Genesis of NLP
Buku Understanding NLP ini terdiri dari dua belas bab yang masing-masing berisi NLP model. Dua bab terakhir yakni bab 11 dan 12 berisi contoh aplikasi dari bab-bab sebelumnya. Buku ini ditulis dalam format dialog – tanya dan jawab. T(tanya) dan W (Wiwoho, jawab). Sebagian dari dialog benar-benar terjadi, sedangkan sebagian lagi dikutip dari kedua pencipta dan penggagas orisinal NLP lainnya disesi-sesi pelatihan dan media pembelajaran berbentuk audio-video mereka. Pertanyaan-pertanyaannya cukup jelas – karena ini adalah hal-hal yang sering ditanyakan dalam sesi seminar, pelatihan dan pembahasan NLP. Bab pertama berisi tentang pendekatan NLP. NLP cenderung memakai pendekatan ‘Outcome frame’ atau Well-formed Outcome (WFO) dibanding dengan xxi
Bab kesatu - Outcome
Outcome T: Apa yang membedakan NLP dengan pendekatan lain? W: Berbeda dalam membingkai masalah. Saya ingin memberi tiga ilustrasi mengenai hal ini. Kasus pertama: Ana sering merasa sebagai “tahanan rumah”, terpenjara di dalam rumahnya sendiri. Sebenarnya ia tak punya masalah dengan berbagai pekerjaan rumahnya. Ia biasa menyiapkan sendiri makan malamnya, namun setelah itu ia merasa terpenjara. Lebih-lebih di akhir pekan. Ia merasa ‘gatal’ ingin keluar rumah dan melakukan sesuatu. Perasaan itu masih terbawa hingga malam harinya, saat ia beranjak ke tempat tidur. Dalam benaknya, ia merasa menambah satu hari lagi membuang waktu
UNDERSTANDING NLP
dengan “tidak melakukan” sesuatu alias bengong. Kasus kedua: Kehidupan perkawinan Gari awalnya merupakan masa-masa indah, sebelum akhirnya semua berubah menjadi kekecewaan. Dan ujungujungnya, ia merasa hubungan yang ia bangun bersama pasangannya benar-benar sudah berakhir. Tampaknya ia tidak dapat melakukan apapun atas meredupnya kisah perkawinan itu. Ia hanya bisa bertanya-tanya, mengapa perkawinan yang awalnya indah bisa berakhir sekacau ini. Kasus ketiga: Toni memang ahlinya dalam melakukan hal-hal yang salah. Ia punya pekerjaan yang dibencinya, rumah yang ingin dihindarinya dan relasi yang menyakitkan dengan pasangannya. Sering ia memutar otak memikirkan hal ini. Ketika ditanya, ia selalu menjawab bahwa ia sedang berusaha memperbaikinya. Ia bisa menceritakan pada anda mengapa selama 15 tahun ini ia tidak dapat melakukan apapun terhadap kasusnya ini. Dan, bila ditekan, ia akan mengakui bahwa ia tahu mengapa semuanya tidak membuatnya lebih bahagia. T: OK. Ketiganya punya masalah yang berbeda. Lalu? W: Ana, Gari, dan Toni sama-sama merasa mentok. Mereka bukannya tak punya cara untuk ‘ke
Bab kesatu - Outcome
luar’ dari masalah. Persoalannya, mereka tidak tahu mau kemana. T: Jadi, mereka perlu tahu mau kemana. Begitu? W: Tepat. Sekarang ini, mereka seakan merasa nasib dan keberuntungannya sedang di persimpangan. Andaikan malam itu Ana jadi pergi, itu mungkin karena ada seseorang yang menelpon dan mengajaknya keluar. Dan kalaupun Gari keluar dari relasinya, hal itu mungkin karena ia sudah terlalu muak sehingga ia butuh melupakannya sejenak. Begitu juga Toni. Jika akhirnya ia mencari pekerjaan lain barangkali karena ada seorang kawan yang menawarinya pekerjaaan. T: Hmmm. Teruskan. W: Umumnya orang sangat mudah mengatakan apa yang tidak mereka inginkan. Banyak waktu serta energi dihamburkan hanya untuk mencari tahu ‘mengapa’ mereka punya sesuatu yang tidak mereka inginkan. Ibarat mereka sedang berada di negeri antah berantah, duduk termenung di pinggir jalan sambil mengkaji ulang bagaimana ceritanya sampai mereka bisa berada di sana. Sementara di depannya mobil-mobil berlalu lalang, menuju ke arah yang berbeda-beda. Kalau nasib mereka baik, mungkin salah satunya akan berhenti dan menawari tum
UNDERSTANDING NLP
pangan. Tapi bukankah tumpangan ini hanya akan membawa mereka ke negeri antah berantah lainnya? T: Rasanya kita akrab dengan kisah ini. W: Ya. Kita memiliki tempat tinggal, kehidupan profesional, kehidupan personal dan kejadian-kejadian tertentu dalam hidup kita. Pertanyaannya adalah, apakah semua ini pilihan kita, atau dipilihkan oleh orang lain? Atau mungkin, alam secara acak memilihkannya untuk kita? Pentingnya memastikan kemana kita ingin pergi memungkinkan kita untuk mengorientasikan diri ke arah ini, menyiapkan energi yang dibutuhkan, keputusankeputusan yang diperlukan, dan kemampuan serta gairah untuk dekat dan lekat pada tujuan kita itu. Orientasi seperti ini bukanlah hal baru. Ini mirip seperti bagaimana sebuah rumah dibangun. T: Seberapa luas kita membangun, material apa saja yang kita butuhkan, dan seterusnya? Pemikiran yang berorientasi pada hasil W: Persis. Dalam NLP orientasinya adalah menemukan apa yang diinginkan, mencari sumberdaya yang dibutuhkan dan bagaimana menggunakan sumberdaya ini untuk menggapai apa yang
Bab kesatu - Outcome
diinginkan. NLP menyebut orientasi semacam ini sebagai “Outcome frame.” T: Ok. Outcome frame. Kalau kita terjemahkan dengan bebas maka Outcome adalah hasil yang diinginkan dan frame adalah bingkai atau kerangka. Jadi cara berpikir dalam bingkai hasil yang diinginkan. W: Dengan kata lain ‘Outcome frame’ adalah langkah awal pendekatan NLP. Outcome frame adalah satu set pertanyaan yang mengorientasikan pikiran seseorang sedemikian rupa sehingga memaksimalkan kemungkinan mendapatkan apa yang diinginkan dan merasa gembira setelah berhasil mendapatkannya. Menerapkan Outcome frame pada situasi-situasi tertentu dalam kehidupan yang anda pikir tidak dapat diubah, akan membawa diri anda menemukan apa yang sebelumnya anda terima sebagai pemberian acak oleh alam sebagai area-area pilihan. T: Apa untungnya memiliki Outcome frame? W: Outcome frame menunjukkan sebuah arah yang pas untuk anda dan bagaimana anda bergerak menggapainya. Misalkan, Ana bengong di rumah, jenuh dan merasa ada perasaan yang ingin dipenuhinya. Ia memperlakukan kebosanannya sebagai pilihan acak
UNDERSTANDING NLP
dari alam. Jika ia memperlakukan perasaan bosannya sebagai sinyal bahwa inilah waktunya untuk memutuskan apa sebenarnya yang ia inginkan, kemana persisnya ia ingin pergi, dan bagaimana cara memperolehnya, maka kemungkinan besar ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Pertama, karena kini ia tahu ‘apa persisnya’ yang ia inginkan. Dan kedua, ia kini sedang mengupayakan mendapatkan apa yang ia inginkan. T: Juga untuk Toni. Kalaupun akhirnya Toni tahu persis relasi seperti apa yang sedang berlangsung, hal itu belum tentu akan mengubah hubungan dengan istrinya. Namun, bila Toni dan istrinya punya gagasan atau ide bagaimana mereka ingin berinteraksi satu sama lain, maka mereka dapat memulai upayanya untuk menggapai outcomenya. Begitukah? W: Benar. Toni bisa saja keluar dari pekerjaannya yang menjemukan itu, tapi untuk apa? Untuk masuk ke dalam pekerjaan yang menjemukan lainnya? Ketika Toni tahu persis pekerjaan macam apa yang ia inginkan, maka ia dapat mengupayakan untuk mendapatkan pekerjaan yang diidamkannya. Taruh kata ia memutuskan untuk lebih sering berada di luar rumah, mengatur kebebasannya, dan berada di rumah semau yang ia inginkan, mungkin bisa saja ia menjadi seorang pembicara publik dan mulai mengambil kursus-kursus yang diperlukan. Hal
Bab kesatu - Outcome
yang bisa menjauhkannya dari kebosanan terhadap pekerjaan administratif yang menumpuk di mejanya selama ini. T: Jadi sebenarnya Outcome frame adalah sebuah orientasi pemikiran? W: Ya. Outcome frame sesungguhnya adalah sebuah orientasi berpikir, sebuah cara mempersepsikan kejadian sebagai satu set pilihan. Alih-alih memfokuskan perkara ‘mengapa’ sebuah masalah muncul, Outcome frame lebih mengorganisasikan pengalaman seseorang ke arah ‘apa’ yang ia inginkan dan ‘bagaimana’ memungkinkan hal ini terlaksana. Orientasi berpikir ini dilandasi oleh dua NLP Presuppositions. T: Presupposition? Maksudnya pengandaian? Apa saja kedua pengandaian itu? W: Pertama adalah: If someone can do something, then it’s possible to me to do the same thing. Kalau seseorang mampu melakukan sesuatu hal, maka itu juga berlaku untuk diri saya. Pertanyaannya hanyalah ‘bagaimana.’ T: Jadi kalau Yao Ming (pemain basket NBA yang tingginya 2 meter lebih) mampu melakukan slamdunk, saya juga pasti bisa?
UNDERSTANDING NLP
W: Memang benar ada hambatan fisik, karena anda tidak memiliki tubuh setinggi Yao Ming. Tak satupun di dunia ini yang dapat mengubah kenyataan itu. Tapi kalau ada seseorang yang tingginya sama dengan anda dan belajar melakukan slamdunk, maka menjadi mungkin buat anda untuk melakukannya juga. Ini hal yang belum tentu benar, namun kalau anda memperlakukan hal ini seakan-akan (as if) benar, anda bisa mencanangkannya sebagai tujuan dan berusaha meraihnya. Outcome lebih menekankan kemungkinan subyektif seseorang, ketimbang mengeluhkan sesuatu yang tidak bisa diatasinya. Pertanyaan sebenarnya menjadi: Apakah anda ingin mendapatkannya? Bukan karena anda bisa belajar melakukan slamdunk lalu anda harus melakukannya. Ini soal pilihan. T: Lalu pengandaian yang kedua? W: Presuppostion yang kedua adalah: There is no failure – only feedback. Tidak ada yang namanya gagal – yang ada hanyalah umpan balik. T: Maksudnya? W: Tidak mendapatkan apa yang anda inginkan baru bisa disebut sebagai kegagalan kalau anda kapok untuk mencobanya kembali. Kalau sudah begini, tak ada lagi yang bisa anda lakukan. Orientasi
Bab kesatu - Outcome
‘bagaimana’ dari Outcome frame memungkinkan anda untuk membalik batu sandungan atau sesuatu yang tidak dapat anda hindari, menjadi umpan balik yang berharga. Sepanjang anda punya outcome spesifik yang anda pegang teguh, dan yakin bahwa anda mampu meraihnya, maka setiap bentuk kemunduran adalah bagian dari proses perjalanan anda mencapai outcome. Alih-alih menganggap sesuatu menjadi akhir dari segalanya, lebih baik memfokuskan orientasi Outcome frame anda dan menganggap bahwa hasil yang sedang diperoleh sebagai umpan balik yang bermanfaat, terlepas dari memuaskan atau tidak. Jika hal-hal yang anda lakukan membawa anda menuju ke outcome, maka apa yang anda lakukan tersebut masih ‘on the track’. Kedua NLP Presupposition di atas merupakan inti dari pendekatan NLP. Namun yang membuatnya berfungsi adalah karena adanya Outcome frame. Pemikiran yang berorientasi pada masalah T: Lalu apa yang membedakan NLP dengan pendekatan lain? W: Mari kita lihat kebiasaan orang memandang sebuah masalah. Inilah sejumlah daftar pertanyaan yang biasanya dilontarkan orang. Kami, para NLPer, menyebutnya sebagai ‘Problem frame thinking’ (Pemikiran dengan bingkai masalah) atau
UNDERSTANDING NLP
‘Blame frame thinking’ (Pemikiran dengan bingkai menyalahkan). Coba lontarkan setiap pertanyaan ini pada diri anda sendiri: 1) Apa yang tidak beres di sini? (What’s wrong ? ); 2) Mengapa saya punya masalah ini? (Why do I have this problem ? ); 3) Sudah berapa lama saya punya masalah ini? (How long have I had it ? ); 4) Bagaimana persisnya hal ini membatasi saya? (How does this limit me ? ); 5) Apa yang menjadikan masalah ini menjegal saya untuk mendapatkan apa yang saya inginkan ? (What does this problem stop me from doing that I want to do ? ); 6) Kesalahan siapa sehingga saya punya masalah ini? (Whose fault is it that I have this problem? ); dan 7) Kapan waktu terburuk saya terganggu dengan masalah saya ini? (When was the worst time I experienced this problem?). Setelah menanyakan ketujuh pertanyaan di atas, ambil napas dalam-dalam dan ingat-ingatlah seperti apa jawabannya? T: Ya, cenderung mencari kambing hitam. Menyalahkan diri sendiri dan orang lain. Tapi bukankah ini yang sering kita lakukan sehari-hari? W: Ya. Itulah cara orang membingkai (framing) masalahnya. Blame frame adalah sejumlah pertanyaan yang berorientasi pada masalah dan menggiring ke 10
Bab kesatu - Outcome
arah batasan diri (limitations) dan terbatasnya pilihan (lack of choice). Tuntutannya adalah penjabaran mengapa seseorang tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, memaafkan diri (excuses) dan justifikasi. T: Akur! Nampaknya memang begitu. W: Coba bandingkan dengan Outcome frame. Gunakan konten yang sama seperti dalam Blame frame. Pertanyaannya: 1) Apa yang saya inginkan? (What do I want? ); 2) Kapan persisnya saya menginginkan hal ini? (When do I want it? ); 3) Bagaimana saya tahu bahwa saya telah mendapatkannya? (How will I know that I have it? ); 4) Ketika saya mendapatkan apa yang saya inginkan, apa lagi aspek hidup saya yang akan berkembang? (When I get what I want, what else in my life will improve? ); 5) Sumberdaya apa yang saya miliki yang dapat membantu saya? (What resources do I have available to help me with this? ); 6) Bagaimana cara optimal memanfaatkan sumberdaya yang saya miliki ini? (How can I best utilize the resources that I have? ); dan 7) Apa yang sekarang harus saya lakukan untuk memperoleh apa yang saya inginkan? (What am I going to begin doing now to get what I want? ). T: Jauh berbeda. Secara emosi ketujuh perta11
UNDERSTANDING NLP
nyaan Blame frame itu membuat saya kesal, karena orientasinya pada apa yang salah, mengapa saya begini, mencari kambing hitam, merasa tidak utuh, tertekan, kecewa dan sedih. Lebih parahnya, saya merasa seolah-olah masalah itu ‘pemberian acak oleh alam’ di mana saya cuma punya sedikit atau bahkan tidak punya pilihan sama sekali untuk mengubahnya. Sebaliknya, ketika menjawab Outcome frame, hal ini memberi saya orientasi ke depan dan ke arah sumberdaya, serta memberi saya perasaan mampu dan harapan. Respon saya terhadap ‘masalah’ kini lebih pada ‘pilihan’ saya sendiri. W: Mari kita urai satu persatu. Pertanyaan pertama: “Apa yang saya inginkan?” Pertanyaan ini mengarahkan anda untuk membangun representasi spesifik tentang apa yang akan anda tuju. Membicarakan “Apa yang tidak beres di sini?” hanya akan menggiring anda pada apa yang tidak anda inginkan. Laksana berada di tengah-tengah kerumunan orang yang membosankan lalu anda berputar-putar mencari kerumunan lain. Kalau anda tidak punya tujuan mau berada di lingkungan seperti apa, anda cuma berputar-putar saja dan kembali menemukan diri anda berada di tengah-tengah orang menjemukan lainnya lagi. Jadi, pertanyaan pertama “Apa yang saya inginkan?” membuat anda berhenti, dan memutuskan kemana anda dapat dan ingin pergi sesuai dengan outcome anda. Anda dapat memusat12
Bab kesatu - Outcome
kan energi anda dan nantinya dapat melakukan tes apakah progresnya memang persis dengan apa yang anda inginkan. T: Ya. Bisa jadi ketika orang melontarkan pertanyaan ini, sebenarnya ia malah sudah mendapatkan apa yang ia inginkan tapi tidak menyadarinya. Lalu? W: Pertanyaan kedua: “Bagaimana saya tahu bahwa saya telah mendapatkannya?” Pertanyaan ini memungkinkan anda untuk membuat bukti spesifik apa saja yang akan anda lihat, dengar dan rasakan ketika sudah mendapatkan apa yang anda inginkan. Sering terjadi orang punya suatu gagasan mengenai apa yang ia inginkan, tapi representasinya sangat samar-samar sehingga ia bahkan tak tahu bahwa ia telah berhasil mendapatkannya. Ia membuang begitu saja emas yang telah digenggamnya, karena tidak tahu bahwa emas warnanya kuning. Bukti spesifik tentang bagaimana anda tahu bahwa anda sudah memperoleh outcome anda, tidak hanya memberi tes dari sukses anda tapi juga informasi penting tentang penggalan-penggalan yang harus anda lakukan sejalan dengan outcome anda. Contoh, misal outcome anda adalah, “Saya ingin bisa wajar berkomunikasi dengan bos saya.” Cara anda menguji bahwa anda sudah seperti itu adalah dengan berani menatap mata bos anda, suara anda tenang, anda bicara 13
UNDERSTANDING NLP
apa adanya tentang diri anda dan berbicara dengan menghormati ‘pandangan’ bos anda. Dengan membuat spesifikasi ini anda menjadi sadar bahwa anda sedikit sekali atau bahkan tidak mengerti sama sekali tentang arti ‘pandangan’ bos anda. Dengan begitu anda harus mencurahkan lebih banyak energi lagi untuk memenuhi aspek khusus dari keseluruhan outcome anda di atas (ingin wajar berkomunikasi). T: Setuju. W: Ketiga, pertanyaan: “Kapan persisnya saya menginginkan hal ini?” Mungkin kesalahan yang paling sering dilakukan orang adalah menggeneralisasikan bahwa apa yang baik pada suatu waktu tertentu, pastilah akan berlaku sepanjang masa. Setiap kemampuan, pengalaman, atau perilaku, entah menyenangkan atau menyebalkan, akan tepat pada konteks tertentu dan tidak tepat pada konteks yang lain. Contohnya adalah perasaan bersalah, yang tentu bermanfaat dan memang sudah selayaknya bila anda melakukan sesuatu yang bertentangan dengan prinsip-prinsip yang anda pegang teguh. Namun, hal ini merupakan respon yang tidak pada tempatnya ketika orang lain marah karena anda sudah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan prinsip-prinsip mereka. Sama halnya dengan perasaan bangga, adalah baik ketika anda dapat mencapai sesuatu, namun hal ini dapat menghambat ketika 14
Bab kesatu - Outcome
anda ingin menggapai sesuatu yang lebih besar lagi, apalagi bila rasa bangga yang sesaat itu menjadi perasaan yang permanen. Bertanya “Kapan saya menginginkannya?” membuat anda menentukan kapan waktu dan tempat yang tepat. Dalam NLP, kita menyebutnya kontekstual. T: Yang ini saya juga setuju. W: Setiap hal yang muncul selalu berhubungan dengan hal lainnya. Pertanyaan keempat: “Ketika saya mendapatkan apa yang saya inginkan, apa lagi yang akan berubah dalam hidup saya?” Setiap perubahan yang berhubungan dengan kemampuan, pengalaman, atau perilaku akan berakibat pada aspek-aspek lain dalam rentang tertentu hidup anda. Pertanyaan ini bisa membuat hubungan outcome yang anda inginkan berjalan selaras dengan keseluruhan kehidupan dan lingkungan sekitar anda. Memahami aspek-aspek lain kehidupan anda akan lebih bermanfaat dan sangat membantu untuk mempertahankan outcome anda. T: Bisa juga sebaliknya. Dengan menjawab pertanyaan ini mungkin anda akan menemukan bahwa outcome anda tidak akan mengubah aspek-aspek lain kehidupan anda, akibatnya malah mungkin anda akan kehilangan kemilaunya.
15
UNDERSTANDING NLP
W: Persis. Pertanyaan kelima, “Sumberdaya apa yang saya miliki yang bisa membantu saya?” Kini anda sudah tahu apa persisnya yang anda inginkan, bagaimana anda tahu bahwa anda sudah menggapainya, kapan persisnya hal itu anda inginkan terjadi, dan memahami benefitnya dalam kehidupan anda selanjutnya. Sekaranglah waktunya anda memobilisasi diri agar outcome itu menjadi kenyataan. Untuk merealisasikannya anda membutuhkan sumberdaya. Pertanyaan ini memperjelas tentang sumberdaya yang harus dimiliki, baik yang sekarang anda miliki (seperti kemampuan untuk belajar, rasa humor dlsb), sumberdaya fisik (uang, transportasi, perpustakaan dlsb) dan orang lain (seorang sahabat yang tahu cara mengerjakannya, kekasih yang punya selera humor tinggi dlsb). T: Benar. Kadang kita sering beranggapan sudah semestinya begitu (taken for granted). Selanjutnya? W: Pertanyaan keenam: “Bagaimana cara optimal memanfaatkan sumberdaya saya ini?”. Setelah anda mengidentifikasikan sumberdaya-sumberdaya anda, langkah selanjutnya adalah menentukan bagaimana menggunakannya dan kapan persisnya. Beberapa sumberdaya bermanfaat untuk saat ini, sedangkan sisanya mungkin untuk kesempatan berikutnya. Bila anda memutuskan untuk meminta bantuan seseorang sebagai sumberdaya, anda harus menentu16
Lengkapi koleksi buku NLP Anda
REFRAMING Kunci Hidup Bahagia 24 jam Sehari
PROFIL
Kunci Menuju Puncak Motivasi
Buku Kedua Trilogi Mastering NLP
NLP in ACTION First Class Therapy
HUBUNGI : 021 70828468 - www.indonlp.com
Bab kesatu - Outcome
kan bagaimana anda dapat berinteraksi secara baik dengan orang tersebut sehingga benar-benar dapat membantu anda. Pertanyaan ini akan membantu anda mempersiapkan sebuah rencana untuk mempertahankan outcome anda. T: Ya. Dan penjelasan terakhir? W: Pertanyaan terakhir, “Apa yang sekarang harus saya lakukan untuk mendapatkan apa yang saya inginkan?” Sering terjadi orang membuat rencana, lalu menunggu hasilnya begitu lama … tanpa melakukan apapun. Tak diragukan, apapun outcome anda, maka apa yang anda lakukan sekarang akan mulai membawa anda menuju ke outcome anda. Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk merangsang inisiatif serta langkah pertama anda. T: Ok dech. Kini jelaslah sudah perbedaan antara NLP dan pendekatan lainnya. NLP memakai Outcome frame. Dan Outcome frame adalah orientasi, sebuah kerangka acuan untuk melakukan sesuatu, bukan hanya satu set pertanyaan yang harus dilontarkan. Ini lebih cenderung ke cara mengorganisasikan kemungkinan-kemungkinan, dan bukan mengeksploitasi kekurangan. Bukan hanya memperoleh (elicit) jawaban verbal tapi juga mengarahkan seseorang pada bagian-bagian khusus pengalamannya, membangkitkan perasaan tertentu, 17
UNDERSTANDING NLP
dan mempengaruhi bagaimana seseorang menilai dirinya sendiri. W: Secara garis besar begitu. Sebagai terapis atau coach, kalau anda ingin membantu orang lain untuk keluar dari perasaan mentok (stuck) mereka, gunakan ketujuh pertanyaan Outcome frame di atas. T: Tapi kadang pertanyaan dalam Blame frame dapat membantu seseorang memahami masalah-masalahnya dan tampak agak lebih natural. Bagaimana pendapat anda? W: Kalau outcome atau hasil yang anda inginkan adalah memahami apa yang tidak beres pada diri anda, dari mana anda mendapatkan masalah itu, dan bagaimana anda merasa dibatasi oleh problem itu, maka pertanyaan Blame frame bermanfaat. Mungkin menarik juga untuk mencari tahu sebabsebabnya. Namun kalau outcome anda adalah meningkatkan kemampuan, menimbulkan gairah baru atau pandangan baru dalam merespon situasisituasi tertentu, maka pemahaman tentang asal usul masalah tidak banyak manfaatnya. Belajar ‘bagaimana’ menjadi orang seperti yang anda inginkan, jelas berbeda dengan belajar ‘mengapa’ anda menjadi seperti sekarang ini. Pertanyaan yang anda ajukan tergantung pada hasil yang anda inginkan atau outcome anda. 18
Bab kesatu - Outcome
T: Pertanyaan dalam Blame frame mirip dengan cara saya berdialog dengan diri sendiri. W: Kalau begitu tentu anda sudah bisa mengambil hikmahnya selama ini. Lain waktu ketika anda terjebak pada pertanyaan seperti itu, berbicara pada diri sendiri mengapa anda gagal atau mengapa anda melakukan sesuatu yang salah, cobalah untuk beralih ke pertanyaan Outcome frame: “Hikmah apa yang dapat saya petik dari kejadian ini?” “Apa sebenarnya outcome saya?” “Dapatkah saya mencoba cara lain di lain waktu?” atau “Apa yang dapat saya lakukan sekarang untuk mengubah hal ini?” Ketika anda mengubah pemikiran ‘masalah’ menjadi ‘umpan balik’ yang mengindikasikan pada anda bagaimana anda harus mengubah perilaku, kejadian itu akan berubah secara dramatis. Dan anda akan lebih bisa mempertahankan outcome anda. T: Bukankah penting untuk memahami kekurangan seseorang? W: Benar. Penting untuk mencari tahu apa yang menghambat seseorang YANG SEKARANG INI, dan dengan Outcome frame anda akan memperoleh jawabannya. Kalau anda berorientasi pada outcome, maka hambatan akan menjadi informasi tentang apa yang seharusnya diubah sehingga anda atau orang itu dapat mencapai outcome nya. Pertanyaannya, 19
UNDERSTANDING NLP
lalu bagaimana cara menyelesaikan hambatan itu? T: Apakah hanya ketujuh pertanyaan itu yang dibutuhkan? W: Tidak. Harap diingat bahwa Outcome frame lebih pada kerangka orientasi, bukan mengajukan sejumlah pertanyaan. Yang paling penting adalah secara persis menemukan sebuah outcome dan mencari cara-cara untuk mencapai outcome tersebut. Kami di NLP sering menyebutnya sebagai Wellformedness Conditions for Outcome atau Well-formed Outcome (WFO). T: Bagaimana dengan orang yang tidak memiliki outcome? W: Beruntunglah ia! Atau ada kemungkinan lain orang itu tidak terbiasa berpikir dalam kerangka outcome dalam kehidupannya. Untuk beberapa orang, merupakan sebuah beban ketika ditanya, “Apa yang anda inginkan?” Anda boleh mengubahnya menjadi, ”Kalau anda bisa mengembangkan kemampuan baru, atau merasakan dengan perasaan yang berbeda pada situasi yang sekarang ini tidak anda sukai, atau mengubah beberapa hal dari perilaku anda, akan seperti apa persisnya?” Pertanyaan terakhir ini akan tetap berpotensi mengarahkan orang tersebut ke kerangka Outcome frame, hanya saja 20
Bab kesatu - Outcome
dengan cara mula-mula mengarahkannya ke aspek tertentu dalam kehidupannya. Antisipasi ke depan T: Bagaimana kita menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari? W: Sering kita hanya memperhatikan tantangan dan masalah-masalah besar, sedangkan pada kenyataan sehari-harinya kita dipenuhi dengan pernik-pernik kecil masalah serta tantangan. Semuanya harus menjadi outcome kita juga. Manfaat utama dari Outcome frame tidak semata-mata pada pertanyaan khusus di atas, tapi pada orientasinya. Orientasi yang membuat anda terarah pada kemungkinan-kemungkinan serta pilihan-pilihan, pada sumberdaya, serta inisiatif tindakan kita. Sebuah orientasi yang akan menjadi otomatis dalam menghadapi tantangan mendatang. T: Boleh lebih spesifik? W: Coba ingat-ingatlah kembali sebuah pengalaman dalam hidup anda, dan pilih sebuah situasi yang kerap muncul namun anda tidak menyukainya. Sebuah situasi di mana anda tahu bahwa anda TIDAK menginginkan hal itu terjadi. Ingat: Sekedar tahu bahwa anda tidak ingin merasa malu 21
UNDERSTANDING NLP
berada di sekitar teman-teman baru anda, berbeda artinya dengan tahu bagaimana anda ingin bersikap di depan teman-teman baru anda. T: Sudah. Saya bisa mengingat salah satu diantaranya. W: Perhatikan apa yang dapat anda petik hikmahnya dari hal itu, dan bayangkan anda sedang menerapkan Outcome frame pada situasi yang tidak anda inginkan ini, tepat pada saat hal ini terjadi untuk pertamakalinya pada diri anda. Lalu pada saat membayangkan diri anda bergerak dari masa lalu itu ke masa sekarang, amati bagaimana anda sedang mengupayakan mempertahankan outcome yang anda canangkan tersebut. Ketika anda kembali ke keadaan sekarang ini, bayangkan bagaimana semua hal itu tampak berbeda daripada sebelumnya. T: Ya, perasaan saya berubah ketika mengenang kembali pengalaman itu, setelah saya menyisipkan Well-formed Outcome (WFO) di dalamnya.
22