BUKU KEDUA dari TRILOGI MASTERING NLP
NLP
in Action First Class Therapy
Sanksi Pelanggaran Pasal 22: Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak mengumumkan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7(tujuh) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
BUKU KEDUA dari TRILOGI MASTERING NLP
NLP
in Action First Class Therapy by RH Wiwoho
INDONLP Jakarta
iii
BUKU KEDUA dari TRILOGI MASTERING NLP
NLP in Action First Class Therapy by RH Wiwoho Copyright © 2008, INDONLP Jakarta Pertama kali diterbitkan dalam
bahasa Indonesia oleh INDONLP Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit dan Pengarang. ISBN : 978-979-18003-1-0
iv
NLP in Action
DAFTAR ISI Pengantar Dedikasi
xi
BAGIAN PERTAMA : NLP MODEL BAB 1 SISTEM REPRESENTASI Modalitas Kata yang Tidak Spesifik Konteks Five Tuple Overlap Eye Accessing Cues Petunjuk Olfactory dan Gustatory Gestur Gerakan Samar-Samar Perubahan Pola Napas Nada dan Tempo Suara Sistem Utama dan Sinestesia Submodalitas Strategi Tujuh Strategi Dasar BAB 2 RAPPORT Pacing & Leading Verbal Pacing and Leading (P/L) Predikat yang Tidak Spesifik Predikat yang Tidak Sesuai Descriptive Pacing Mirroring dan Non-verbal Pacing Crossover Mirroring BAB 3 ANCHORING General Anchoring Collapsing Anchors Menyatukan Pembelajaran Menciptakan Pengalaman
xix 1 1 6 8 8 10 12 15 15 16 16 17 17 19 22 23 25 25 27 34 34 35 38 41 43 43 53 62 67
BAGIAN KEDUA : FIRST CLASS THERAPY BAB 4 PERCAYA DIRI Demam Panggung Masalahnya Ada di Benak
73 75 75 76
RH. Wiwoho - Trilogi MASTERING NLP
Memprogram Ulang Kenyamanan Kasus Demam Panggung Lainnya Rujukan Internal dan Rujukan Eksternal Perbedaan Submodalitas Mengembangkan Rujukan Eksternal Memprogram R/E Keluwesan Lebih Bermanfaat Memprogram R/I Takut pada Figur Otoritatif Rela Mati Demi Orang Lain Egois, Peragu, dan Paranoid Niat Baik Menghasilkan Kebaikan BAB 5 KEPUTUSAN Kreativitas Apa Masalah Sebenarnya? Solusinya Kreativitas Pengambilan Keputusan dan Masalah Kegemukan Pertimbangan Ekologis Beda Orang Beda Cara Diet Yoyo Orang yang Tak Pernah Kegemukan Seumur Hidupnya Makan Berlebihan Butuh Kawan atau Butuh Makan? Gladi Resik Sayang Uang atau Sayang Badan? Lakukan, Lihat Hasilnya, dan Adakan Penyesuaian BAB 6 MOTIVASI Memprogram Strategi Baru Tak Punya Suara di Dalam Rajin Bangun Tidur dan Insomnia Latihan Berpasangan Empat Gaya Motivasi Mempelajari Gaya Motivasi Baru Memanfaatkan Gaya Motivasi Baru BAB 7 MANIAK Menguak Submodalitas Penggerak Latihan Setelah Latihan Kompulsi Maniak Pizza Jeda
vi
79 82 92 94 100 102 105 107 108 109 112 136 143 150 151 154 157 165 167 173 174 178 180 188 189 190 193 200 204 212 218 227 233 235 237 239 244 248 254 255 272
NLP in Action
Diskusi Sekali Lagi Tentang Kecepatan Menangani Kasus Ekstrim Penolakan Implosion Therapy Ekologi dan Konsekuensi Pahami Konteksnya Submodalitas Lain Di Luar Kesadaran Bulimia dan Anoreksia Digigit Ular Emas Menciptakan Kacamata Kuda Latihan BAB 8 ARAH BARU Swish Pattern Memberi Arah Menggunakan Perbedaan Submodalitas Kalibrasi BAB 9 SALAH CETAK Imprint Imprint dan Cara Terbentuknya Imprint Positif Membuat Imprint Baru Aplikasi Imprint Baru Decision Destroyer Imprint dan Perasaan Berdaya – Tak Berdaya Imprint dan Problem Keuangan Kontrol terhadap Uang Tak Percaya Pada Siapa Pun Anchoring Asosiasi dan Disosiasi Demonstrasi Change History Technique
273 274 277 278 279 280 284 287 290 290 292 293 294 301 301 310 322 328 333 333 335 338 340 342 344 344 348 350 352 354 359 366 372
NLP GLOSSARY
391
BIBLIOGRAFI
401
Rujukan lain dalam NLP Ucapan Terima Kasih
403 413
vii
RH. Wiwoho - Trilogi MASTERING NLP
viii
NLP in Action
Buku ini didedikasikan untuk :
Richard Bandler dan
John Grinder dua jenius pencipta Neuro Linguistic Programming (NLP)
Semua bahan tulisan Trilogi Mastering NLP dan buku-buku NLP saya yang lain diperoleh dari kedua pencipta NLP di atas. Jadi, sangatlah mungkin bila Pembaca menemukan tulisan atau kutipan yang sama di buku-buku yang lain, karena sumber acuannya sama
ix
RH. Wiwoho - Trilogi MASTERING NLP
NLP in Action
Pengantar
B
elasan tahun belajar dan mengajar Neuro Linguistic Programming (NLP) sebagai alat pembelajaran (educational tools), telah mendorong saya untuk membukukan model transformasi (terapi) yang luar biasa ini menjadi sebuah buku berjudul NLP In Action: First Class Therapy, yang merupakan buku kedua dari trilogi MASTERING NLP. Buku pertama telah terbit dengan judul Understanding NLP: Communication Excellence, Positive Changes and Flexible Choices. Meskipun buku ini merupakan kesinambungan dari buku pertama, namun dapat dibaca sebagai buku tunggal yang terpisah dari buku sebelumnya. Di dalam ketiga buku Trilogi Mastering NLP saya, Pembaca akan menemukan banyak kasus pembelajaran yang berbentuk ’terapi’ dengan menggunakan attitude, techniques and methodology NLP, yang bersumber pada karya-karya Richard Bandler dan John Grinder. Kata therapist sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Yunani therapeutes yang artinya pemerhati. xi
RH. Wiwoho - Trilogi MASTERING NLP
Sedang makna asli kata therapy adalah therapeuin, yakni melayani atau membantu. Meski sekarang arti terapi banyak bergeser menjadi penyembuh (healer), saya tetap ingin menjadi pemerhati manusia. Sebagai pemerhati, saya berpendapat bahwa sesi terapi tidak harus dilakukan di klinik. Bantuan bisa dilakukan di mana saja, kapan saja; di jalan, di dalam bus, di restoran, sambil menunggu anak bermain di mal, atau di dalam kelas ketika sebuah pelatihan berlangsung. Saya memilih istilah first class untuk mengacu bahwa manusia adalah individu yang unik. Meski kembar sekalipun, akan selalu ada keunikan pada masing-masing individu. Jadi, sangat tidak mungkin bila kita menyamakan seseorang dengan orang lain. Karenanya, setiap pribadi harus diperlakukan secara khusus – first class. Metaforanya adalah ketika Anda naik pesawat terbang di kursi first class, Anda akan diperlakukan secara khusus, spesial dan boleh minta perbedaan pelayanan dibanding penumpang lainnya, meskipun duduk di kelas yang sama. Saya ingat mendiang Milton H. Erickson, seorang wizard yang fleksibilitasnya banyak mengilhami eksisnya NLP. Dalam sebuah sesinya xii
NLP in Action
Erickson mengisahkan sebuah metafora proses terapi: Saya ingin memberi ilustrasi yang terjadi dalam keseharian kita. Suatu hari dalam perjalanan pulang dari sekolah, saya melihat seekor kuda tersesat yang kelihatan sangat kehausan dan sedang mencari air minum. Mungkin si pemilik tidak menyadari bahwa salah seekor kudanya terpisah dari rombongannya. Saya naik ke pelananya, pegang tali kendalinya dan berseru, ”Giddy Up!” sambil mengarahkannya ke jalan raya. Saya tahu bahwa kuda ini akan berjalan ke arah yang tepat, meski saya tidak tahu ke mana persisnya. Kuda itu melaju dengan cepat. Kadang ia berjalan melenceng ke sawah dan tugas saya adalah mengarahkannya ke jalan di mana SEHARUSNYA ia berjalan. Dan, akhirnya setelah berjalan empat mil dari pertama kali kuda itu saya temukan, ia berbelok ke sebuah lahan pertanian dan si pemiliknya berujar, ”Ah, jadi BEGINILAH caranya si manis pulang. Anak muda, di mana kamu menemukannya?” Saya menjawab, ”Kira-kira empat mil dari sini.” ”Bagaimana kamu tahu bahwa kuda ini di sini TEMPATNYA?” Saya menjawab, ”Saya tidak tahu. KUDA ini yang tahu. Yang saya lakukan hanya mengarahkannya ke jalan.” Saya kira beginilah seharusnya sesi terapi dijalankan. xiii
RH. Wiwoho - Trilogi MASTERING NLP
Saya setuju dengan pendapat Erickson. Beginilah seharusnya terapi dijalankan. Lebih jauh Erickson, sebagai therapeutes, memberi contoh: Di sebuah seminar, seorang pemuda mendekati dan meminta tolong, ”Bibiku tinggal di Milwaukee. Ia kaya raya, taat beribadah, dan tidak suka pada ibuku. Ibuku juga tidak menyukainya. Bibi punya pembantu yang setiap pagi datang untuk mengurus rumah, mencuci, menyetrika, dan memasak. Dia tinggal sendirian di rumahnya yang besar, rajin ke gereja tapi tidak memiliki teman. Setiap ia pergi ke gereja, pulangnya ia selalu ngeloyor diam-diam. Sudah sembilan bulan ini ia mengalami depresi berat. Aku mengkuatirkannya dan mohon Anda mampir dirumahnya dan melakukan sesuatu untuknya. Aku satu-satunya kerabat yang dipercayainya.“ Jadi, kita berhadapan dengan kasus seorang wanita kaya yang depresi. Saya memperkenalkan diri secara panjang lebar… lalu meminta ijin untuk berkeliling di rumahnya. Selama berkeliling saya memperhatikannya sebagai wanita kaya, hidup sendiri, nganggur, ke gereja namun tidak mau bertemu dengan siapa pun, lalu pulang secara diam-diam pula. Saya terus berkeliling ruang demi ruang… sampai saya melihat 3 anggrek ungu Afrika yang baru saja xiv
NLP in Action
mekar di potnya. Akhirnya saya tahu apa yang mesti saya lakukan dan terapi seperti apa yang cocok untuknya. Saya memintanya, “Saya ingin Anda membeli setiap anggrek ungu Afrika yang Anda temui…. Semuanya jadi milik Anda. Saya juga ingin Anda membeli beberapa ratus pot bunga dan menyemai tunas anggrek itu seperti yang sudah Anda lakukan terhadap ketiga anggrek Anda itu. Segera sesudah tunas itu berakar cukup kuat, untuk setiap informasi mengenai kelahiran bayi kirimkan sebuah anggrek. Kalau mendengar ada pertunangan, perkawinan, atau kematian, kirimkan juga anggrek Anda. Kalau ada bazaar, ikutkan anggrek Anda untuk dipamerkan.” Sampai suatu saat anggrek ungu Afrikanya telah mencapai dua ratus pot. Karena harus merawat dua ratus tanaman, ia menjadi sibuk memotong dan membersihkannya. Akhirnya ia menjadi “Ratu” Anggrek di Milwaukee dengan ratusan teman barunya itu. Semuanya berubah hanya dengan satu kali kunjungan. Saya hanya menunjuk ke arah yang tepat dan berkata: “Giddy Up!” Dan ia melakukan sisa terapinya sendiri. xv
RH. Wiwoho - Trilogi MASTERING NLP
Itulah hal terpenting dalam terapi. Anda menemukan potensi klien Anda dan kemudian mendorong dia melakukannya, dan cepat atau lambat ia akan ‘mahfum’ dengan sendirinya. Tampak jelas bahwa Erickson adalah pemerhati manusia yang baik. Dalam bahasa saya, ia adalah contoh pemerhati kelas atas (first class therapist). Ia memahami keunikan kliennya. Ia pahami apa persisnya yang dibutuhkan oleh kliennya dalam upaya memperoleh pembelajaran baru. Kemudian dia membantu dengan mengarahkannya secara cukup rinci. Erickson juga memiliki keyakinan bahwa bila kliennya dapat melakukan perubahan, kredit poin seharusnya diberikan kepada kliennya. Peran terapis hanya membantu mengarahkan pada kondisi yang tepat, dan dari situ klien dapat mempelajari sesuatu, dan melakukan perubahan. Setiap perubahan yang terjadi adalah upaya si klien sendiri. Buku NLP in Action: First Class Therapy yang merupakan catatan saya selama menjadi pemerhati (baik sebagai pembelajar maupun pengajar) ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi ‘NLP Model’ yang perlu dipahami sebelum masuk ke bagian kedua. Bagian kedua – First Class xvi
NLP in Action
Therapy - terdiri dari enam bab. Setiap bab mewakili satu pembelajaran. Pembaca yang tertarik mengetahui informasi lebih jauh tentang buku dan referensi NLP dapat membacanya di bagian akhir. Format training tetap dipertahankan dalam buku ini, sehingga saya berharap sambil membaca buku ini, Anda bayangkan diri Anda menjadi bagian dari peserta training, yang kadang diselingi dengan interupsi, klarifikasi, debat, demonstrasi dan celetukan spontan. Saya berharap buku ini bisa merangsang lahirnya lusinan, ratusan bahkan mungkin ribuan praktisi First Class Therapy di Indonesia. Selamat menjadi pemerhati manusia. Jakarta, 10 April 2008
RHW
xvii
RH. Wiwoho - Trilogi MASTERING NLP
xviii
Bab kedua - Rapport
Rapport
Pacing & Leading
L
angkah pertama dalam semua intervensi terapi adalah mengidentifikasikan dan memanfaatkan model dunia klien. Pacing adalah menyamakan dengan ‘model dunia’ yang dimiliki oleh orang lain, sehingga akan terjadi kedekatan hubungan (rapport). Pacing dilakukan dengan memberi umpan balik pada komunikasi verbal dan nonverbalnya, yang bisa menciptakan sebuah situasi di mana kita (mungkin sebagai terapis, atau sebagai apa pun) berfungsi sebagai mesin biofeedback. Dalam pacing, terapis menggunakan komunikasi verbal serta perilaku analognya untuk menyama25
NLP in Action
kan diri dengan klien. Terapis menyamakan sistem outputnya, sehingga sinkron dengan sistem output klien. Bila pacing sudah cukup terjalin, klien akan merasakan pengalaman input inderawinya melalui perilaku terapis, sebagai informasi yang langsung berkaitan dengan sistem outputnya. Keharmonisan ini menyebabkan kedekatan hubungan (rapport) dan keutuhan (oneness). Setelah pacing terjalin, langkah kedua dari proses terapi adalah leading, yaitu mengarahkan klien ke arah tujuannnya. Para praktisi NLP yakin bahwa keadaan ketidakcukupan sumberdaya adalah akibat langsung salah satu di antara kemungkinan berikut: kedangkalan “model dunia” atau ketidakselarasan konteks. Karena itu, tugas terapis adalah mengarahkan klien ke sebuah model dunia di mana tersedia sumberdaya yang cukup. Leading adalah sebuah proses di mana terapis mulai melakukan overlap dari keadaan sekarang (present state) ke keadaan yang diinginkan klien (desired state). Proses leading membuat terapis dapat membimbing klien untuk memperluas model dunianya, yang nantinya menciptakan fleksibilitas perilaku klien, sehingga klien itu akan memiliki lebih banyak pilihan atau alternatif.
26
Bab kedua - Rapport
Verbal Pacing and Leading (P/L)
Ada sejumlah pola terapeutik yang bisa membuat terapis melakukan pacing dan kemudian leading secara verbal. Verbal P/L adalah proses menyamakan dan kemudian mengarahkan perilaku, dengan memanfaatkan kata-kata untuk menjalin kedekatan hubungan dan mencapai tujuan yang diinginkan klien. Seperti yang sudah dibahas dalam uraian sistem representasi, seorang klien menjabarkan pengalamannya berdasarkan modalitas inderawinya: V, A, K, O, G. Uraian pengalamannya ini bervariasi tergantung dari preferensinya. Dalam kasus klien dan terapis menggunakan bahasa yang sama, memanfaatkan preferensi yang sama, kedekatan hubungan (rapport) lebih mudah terjalin. Persoalannya adalah ketika klien dan terapis memiliki preferensi yang berbeda. Dalam kasus ini, jalinan kedekatan hubungan sulit terjadi, seakanakan mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda; persis seperti pengguna bahasa Indonesia berkomunikasi dengan pengguna bahasa Rusia, yang tidak saling memahami bahasa lainnya. Kegagalan berkomunikasi kerapkali mengarah ke kebingungan dan ketidakpercayaan.
27
NLP in Action
Ketika terapis menggunakan teknik pacing dengan menggunakan predikat dari sistem representasi yang sama, kedekatan hubungan terjalin. Teknik ini disebut sebagai menyamakan predikat. Ketika kedekatan hubungan terjalin – dengan menyamakan predikat – terapis dapat mulai mengarahkan klien dengan menggunakan teknik overlap, yang akan memperluas model dunia klien dan melancarkan seluruh modalitas lainnya. Kerapkali pengalaman yang ‘mengganjal’ atau kejadian traumatik direkam dalam sistem representasi yang ada di kesadaran klien, sedangkan sumberdaya yang dibutuhkan untuk membuat perubahan yang diinginkan berada di luar kesadarannya. Contoh penyamaan predikat Kinestetik Klien: “Beberapa bulan terakhir ini saya merasa depresi. Saya merasa seperti lepas pegangan dalam banyak hal.” Terapis: “Tampaknya Anda ingin terlibat penuh dengan apa yang terjadi di sekeliling Anda; dan punya kendali terhadap kehidupan Anda.” 28
Bab kedua - Rapport
K: “Benar sekali.” T: “Baiklah. Mari kita mulai dengan perasaan apa persisnya yang Anda rasakan sehingga Anda menjadi depresi.” Contoh penyamaan predikat Visual K: “Saya amati hidup saya mandek. Maju tidak mundur pun tidak.” T: “Coba fokus-kan pada tujuan Anda, sehingga kita bisa melihat apa sebenarnya yang Anda inginkan.” K: “OK. Coba saya bayangkan kembali.” T: “Buatlah gambaran yang jelas apa persisnya yang Anda inginkan.”
Contoh penyamaan predikat Auditori K: “Saya ingin membicarakan masalah saya.” T: “Saya akan dengarkan apa yang Anda katakan. Masalah apa persisnya yang ingin Anda bicarakan?” 29
NLP in Action
K: “Saya punya masalah dengan perilaku suami saya yang sering mabuk-mabukan, namun tak seorang pun mau mendengarkan apa akibatnya buat saya.” T: “Kedengarannya hal ini menarik untuk kita bahas. Mungkin lebih baik kalau Anda mulai dari awal, sehingga saya dapat mendengarkannya dengan lebih utuh.” K: “Memang, sebaiknya saya menceritakan semuanya agar lebih jelas.”
Contoh lain dalam proses pacing and leading: K: “Ketika saya melihat kembali kehidupan saya beberapa tahun terakhir ini, saya mengamati bahwa saya tidak melakukan apa-apa. Apalagi kalau saya melihat kehidupan rekan-rekan saya; hal itu membuat saya nampak dungu dan sia-sia. T: “Tampaknya saya paham apa maksud Anda.” K: “Saya ingin punya arah hidup.” T: “Coba Anda gambarkan, hidup seperti apa yang Anda idamkan?” 30
Bab kedua - Rapport
K: “Saya membayangkan diri saya punya relasi yang kokoh di sebuah perusahaan yang saya sukai dan pekerjaannya juga saya sukai.” T: “Sekarang, mari kita fokuskan pada kata relasi. Apa Anda punya relasi dengan seseorang sekarang ini?” K: “Ya. Saya punya pacar yang cantik sekali.” T: “Ketika Anda bayangkan sedang bersamanya, apa yang Anda rasakan?” K: “Saya merasa nyaman dan dekat.” T: “Apa relasi ini kedengarannya seperti yang Anda harapkan?” K: “Ya.” T: “Nah, bagaimana dengan persoalan pekerjaan?” K: “Saya kuliah manajemen dan setelah tamat saya akan jadi manajer.” T: “Ketika Anda membayangkan diri Anda menjadi manajer, Anda merasa nyaman?” 31
NLP in Action
K: “Ya.” T: “Apa yang Anda katakan pada diri sendiri ketika menjadi manajer?” K: “Pada saat itu saya mempertanyakan dapatkah saya meraihnya melalui kuliah yang sedang saya jalani dan ketika saya bertanya hal ini, saya jawab sendiri bahwa hal itu mustahil.” T: “Apakah Anda dengan mudah bisa memberi diri sendiri pesan positif seperti: Anda dapat menjadi manajer Andal dan itu semua bisa didapat lewat kuliah?” K: “Saya kira bisa.” T: “Dapatkah Anda melakukannya sekarang untuk melihat apa rasanya?” K: “Baik.” (Jeda sejenak). T: “Bagaiman hasilnya?” K: “Memuaskan.” Dalam transkrip di atas, terapis menggunakan teknik sistem overlap untuk mengarahkan (leading) melalui setiap sistem, sehingga menemukan 32
Bab kedua - Rapport
hambatan yang mungkin muncul saat klien menjalani tujuan hidupnya. Tampaknya hambatannya ada di sistem auditorialnya, khususnya pesan apa yang dibicarakan dengan dirinya. Langkah Pacing/Leading melalui Sistem Representasi 1. Dengarkan kalimat yang diutarakan oleh klien. 2. Kenali kata kerja, kata keterangan, dan kata sifat (predikat) dalam kalimatnya. 3. Kenali sistem representasi mana yang berhubungan dengan predikatnya. 4. Tentukan sistem representasinya. 5. Putuskan informasi apa yang ingin Anda komunikasikan dengan klien. 6. Buat informasi ini sedemikian rupa, sehingga sama dengan preferensi klien. 7. Utarakan kalimat itu. 8. Buat titik potong dan mulai menjabarkan pengalaman klien melalui lebih dari satu sistem representasi. 9. Tukar uraian Anda ke sistem representasi lainnya. 10. Teruskan langkah ini sampai semua parameter Five Tuple (V, A, K, O, G) ada di dalam uraian pengalaman klien.
33
NLP in Action
Predikat yang Tidak Spesifik
Teknik lain untuk verbal P/L adalah dengan menggunakan kata kerja yang tidak spesifik, yakni predikat yang tampaknya tidak masuk dalam sistem representasi mana pun. Karena predikat ini netral, ketika digunakan otomatis dapat menjalin kedekatan hubungan. Contoh: K: “Saya merasa kurang percaya diri ketika mengemudikan kendaraan.” T: “Saya mengerti.” K: “Ketika saya ada di belakang setir dan mulai mengendarai mobil, saya merasa cemas.” T: “Jadi, pengertian saya adalah ketika menyetir mobil Anda ingin mengalami perasaan yang berbeda.”
Predikat yang Tidak Sesuai
Ketika predikat tidak sesuai, perasaan kedekatan tidak terjalin dan dalam banyak kasus hasilnya justru kebingungan. 34
Bab kedua - Rapport
Contoh: K: “Saya melihat hidup saya tidak maju-maju.” T: “Apa rasanya?” K: “Saya tidak merasakan apa-apa. Saya hanya ingin mendapatkan kejelasan bagaimana menjalani hidup dengan baik.” T: “Namun, aspek penting dari sebuah terapi adalah Anda bisa merasakan kembali apa pun yang Anda rasakan.” K: “Tampaknya saya tidak paham maksud Anda.” T: “Mengapa Anda membohongi perasaan Anda sendiri?” K: “Ah, saya jadi tambah bingung.”
Descriptive Pacing
Descriptive pacing adalah sebuah bentuk verbal pacing di mana terapis menawarkan sebuah pernyataan verbal deskriptif (sesuai dengan yang dilukiskan) dari perilaku yang sedang terjadi pada klien. Saat klien mendengar (baik sadar maupun tidak) uraian dari perilakunya yang cocok de35
NLP in Action
ngan perilaku ia sebenarnya, sebuah biofeedback loop (lingkaran umpan balik biologis) terjadi. Satu kali umpan balik seperti ini terjadi, seperti halnya semua jenis pacing, sebuah perasaan akrab muncul. Terapis dapat membuat descriptive pacing melalui dua cara. Pertama, dengan melakukan observasi dan mendengarkan klien termasuk pernyataan yang sedang diutarakan oleh klien pada saat itu, yang nampak melalui kanal panca inderanya. Kedua, agak mirip, hanya saja terapis menggunakan ‘bentuk linguistik’ yang bisa membuat klien merasa dipahami (terutama pengalaman internalnya). ‘Bentuk linguistik’ seperti ini dikenal sebagai mind reading dan biasanya memasukkan predikat yang menjabarkan proses internalnya secara tidak spesifik. Contoh: mengingat meragukan mengerti mempelajari memutuskan memikirkan mengalami menyadari memahami 36
Bab kedua - Rapport
memperhatikan mempercayai Seperti halnya dalam semua jenis pacing, sekali terjalin hubungan, terapis dapat mulai mengarahkan (leading) ke arah tujuan klien. Leading biasanya lebih mudah dalam descriptive pacing karena terapis cuma menambahkan beberapa sugesti di dalamnya. Umumnya, bila Anda mulai membuat pernyataan yang dapat dibuktikan seperti menjabarkan perilaku atau menggunakan mind reading untuk menjabarkan proses internal klien, sugesti apa saja yang disisipkan dalam uraian itu akan mudah diterima oleh klien. Orang cenderung untuk menolak atau menerima seluruh pernyataan tanpa memeriksa dengan teliti setiap bagian dari pernyataan itu. Bagian dari pernyataan yang bisa dibuktikan (pada saat itu oleh klien) biasanya akan membuat seluruh pernyataan itu otomatis diterima. Contoh descriptive pacing dan mind reading: Klien memasuki ruangan, setelah sepintas melihat sekeliling lalu duduk di samping terapis. Klien duduk diam dengan tangan di atas pahanya; kakinya ditumpangkan, bernapas dengan dalam dan cepat. 37
NLP in Action
T: “Saat Anda duduk dengan kaki ditumpangkan dan punggung Anda bersandar di kursi, Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana persisnya terapi ini akan dijalankan.” K: (Mengangguk-anggukkan kepala, akan menyetujui pernyataaan di atas).
seakan-
T: “Sementara Anda duduk, mendengarkan suara saya, Anda dapat menarik napas panjang dan mulai santai.” K: (Menarik napas panjang lalu membuangnya. Menurunkan kaki dan mulai mengambil sikap duduk yang santai). T: “Sementara Anda mulai santai, Anda boleh mulai memikirkan persoalan apa yang membawa Anda ke sini. Dan setelah Anda menemukannya, kita bisa segera mulai mendiskusikannya.” K: “Sejak kematian anak saya beberapa waktu yang lalu, saya menjadi depresi.”
Mirroring dan Non-verbal Pacing
Pacing dapat dilakukan secara nonverbal dengan secara langsung memanfaatkan bagian dari 38
Bab kedua - Rapport
perilaku analog klien dengan cara memberi umpan balik perilaku itu pada klien. Ketika terapis menyamakan langsung perilaku klien, efek seperti bercermin (mirroring) muncul, di mana klien menjadi saksi atas perilakunya sendiri. Lingkaran umpan balik seperti ini menghasilkan keutuhan (oneness), yang kerap kali berlanjut pada munculnya kepercayaan dan keakraban. Ada sejumlah perilaku yang dapat dicermin langsung, antara lain: pola napas, kualitas suara, postur badan dan gerakan badan. Seorang terapis dapat dengan mudah menjalin keakraban baik disadari maupun tidak, dengan menyamakan dirinya dengan pola napas klien. Dalam kasus ini, klien akan melihat turun naiknya napas di dada terapis sama dengan kecepatan dan kedalaman napasnya sendiri. Sama halnya dalam semua jenis pacing, terapis dapat dengan mudah mengarahkan klien dengan melakukan overlap keadaan sekarang menuju keadaan yang diinginkan. Bila keakraban sudah cukup terjalin, terapis dapat mengubah perilakunya dan klien akan dengan enak mengikuti keadaan baru, keadaan yang diinginkannya. Contoh: Klien memasuki ruangan terapis dan duduk. Klien duduk dengan melipat tangan; ke39
NLP in Action
dua kakinya menapak di lantai; napasnya memburu dan satu-satu. Terapis memperkenalkan dirinya dan duduk. Terapis mulai mengadopsi postur badan dan pola napas klien. Setelah tukar perkenalan, klien mulai menceritakan masalahnya. Terapis terus bercermin (menyamakan nonverbal) beberapa saat sambil mendengarkan klien menceritakan masalahnya. Ketika keakraban terjadi, terapis mulai mengarahkan klien dengan cara menarik napas dalam dan memperlambat pola napasnya. Terapis mengamati bahwa klien mengikuti arahannya dengan napas yang sama. Akhirnya, terapis melepaskan lipatan tangannya dan klien melakukan hal yang sama. Dari contoh di atas, teknik bercermin (mirroring) dan nonverbal pacing dimanfaatkan bukan hanya untuk menjalin keakraban, namun juga membantu klien ke arah yang lebih nyaman dan terbuka. Langkah melakukan Mirroring 1. Tentukan bagian dari perilaku klien. 2. Samakan diri Anda dengan perilaku itu. 3. Pertahankan kesamaan perilaku ini antara tiga sampai tujuh menit (untuk menjalin keakraban hubungan). 4. Tentukan perubahan perilaku yang diinginkan. 40
Bab kedua - Rapport
5. Jalankan perilaku langkah 4 itu. 6. Amati respon klien. Crossover Mirroring
Agar dapat menjaga integritas masing-masing (klien dan terapis), terapis harus sangat berhatihati menyamakan perilaku yang mungkin membahayakan kesehatannya, seperti menyamakan pola napas orang berpenyakit asma atau memiliki masalah arthritis. Crossover Mirroring adalah menyamakan salah satu sistem output klien dengan salah satu sistem output terapis. Crossover biasanya lebih halus (tersamar) daripada direct mirroring. Terapis dapat, misalnya, menggunakan kecepatan suaranya sama dengan kecepatan napas si klien; atau, terapis dapat menepuk-nepuk dengkulnya sama dengan kecepatan klien mengetuk-ketukan telapak sepatunya ke lantai. Langkah melakukan crossover mirroring 1. Pilih satu perilaku yang saat itu sedang dilakukan oleh klien yang ingin Anda samakan. 2. Tentukan sistem mana dari perilaku Anda yang dapat Anda gunakan untuk menyama41
NLP in Action
kan dengan perilaku klien. 3. Sinkronkan sistem output Anda dengan sistem output klien. 4. Amati respon klien. Dengan menggunakan mirroring dan/atau crosscover mirroring, terapis menjalin keakraban hubungan dengan klien, baik disadari maupun tidak. Terapis dapat juga melakukan pacing lebih dari satu sistem dengan menyamakannya dengan multi sistem, seperti menyamakan predikat dan menyamakan postur tubuh. Ada kemungkinan tak berhingga bagi terapis yang kreatif untuk menjalin keakraban dengan klien. Ketika jalinan keakraban terjadi, langkah berikutnya adalah mengarahkan (leading) klien menuju ke sebuah model dunia di mana tersedia lebih banyak sumberdaya, pilihan dan alternatif. Pacing adalah bagian tak terpisahkan dari semua proses terapeutik. Sangat mungkin bagi terapis untuk secara elegan mengarahkan klien, baik lewat cara verbal (melalui sistem representasi V, A, K, O, G) dan/atau cara nonverbal (melalui perilaku analog). Karena manusia memanifestasikan dirinya secara utuh (gestalt), mengarahkan klien lewat sistem komunikasi dan informasi yang sudah dibahas di atas akan berdampak menyeluruh. 42