BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN USAHA TANAMAN HIAS CALLA LILY (Zantedeschia sp.), KRISAN (Dendranthema grandiflora Tzvelev.) DAN KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosasinensis) DI PT MANDIRI JAYA FLORA INDONESIA
Oleh: RAKHMA MELATI SUJARWO A34303032
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKUTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN USAHA TANAMAN HIAS CALLA LILY (Zantedeschia sp.), KRISAN (Dendranthema grandiflora Tzvelev.) DAN KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosasinensis) DI PT MANDIRI JAYA FLORA INDONESIA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh: Rakhma Melati Sujarwo A34303032
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN RAKHMA MELATI SUJARWO. Budidaya dan Pengelolaan Usaha Tanaman Hias Calla lily (Zantedeschia sp.), Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev.) dan Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) di PT Mandiri Jaya Flora. Dibimbing oleh SYARIFAH IIS AISYAH. Tugas akhir ini dilakukan untuk mempelajari budidaya dan pengelolaan usaha tanaman hias calla lily (Zantedeschia sp.), krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev.) dan kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) di PT Mandiri Jaya (MJ) Flora. Kegiatan ini berlokasi di Jl. Raya Munjul-Karakal, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor, 16770 dimulai pada bulan September 2006 hingga Januari 2007. Pelaporan kegiatan penelitian magang ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu, pengelolaan usaha, teknik budidaya, dan penelitian di PT MJ Flora. Pengelolaan usaha di PT MJ Flora meliputi kondisi umum perusahaan dan pemasaran. Informasi teknik budidaya yang dipelajari meliputi pengetahuan tentang spesies dan varietas, teknik pembibitan, teknik penanaman serta penanganan panen dan pasca panen. Penelitian dalam teknik budidaya di PT MJ Flora meliputi percobaan pada tanaman hias calla lily dan kembang sepatu. Teknik budidaya dan pengelolaan usaha di PT MJ Flora dipelajari melalui praktik langsung yang kemudian dilakukan pengumpulan data, pengamatan lapang dan hasil wawancara terhadap karyawan PT MJ Flora, sedangkan penelitian dalam teknik budidaya di PT MJ Flora hanya dilakukan pada tanaman hias calla lily dan kembang sepatu. Pada tanaman calla lily, penelitian terbagi menjadi 2 percobaan terpisah, yaitu pengaruh kombinasi ukuran dan lama penyimpanan umbi calla lily terhadap kecepatan betunas dan pertumbuhan vegetatif tanaman di bedengan (percobaan 1) dan di pot (percobaan 2). Kedua percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap 1 faktor ,yaitu faktor kombinasi ukuran umbi yang terdiri atas ukuran 1-2 cm, 2-3 cm, 3-4 cm, dan lama penyimpanan yang terdiri atas lama penyimpanan 8 minggu, 10 minggu dan 12 minggu. Pada tanaman kembang sepatu dilakukan percobaan terhadap pengaruh waktu lama pencelupan hormon perakaran terhadap kecepatan perakaran. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap 1 faktor, yaitu faktor lama pencelupan hormon perakaran yang terdiri atas perlakuan tanpa pencelupan, pencelupan cepat, pencelupan 1 menit, dan pencelupan 3 menit. PT MJ Flora memiliki pengelolaan usaha yang cukup baik, dilihat dari kondisi perusahaan, struktur organisasi hingga sistem pemasaran yang cukup terorganisisir. Pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil dan sulitnya perizinan untuk mengekspor tanaman hias merupakan pengeruh eksternal dalam kendala pemasaran PT MJ Flora, sedangkan kuantitas produk yang belum stabil merupakan pengaruh internal dalam kendala pemasaran PT MJ Flora. Setiap jenis tanaman hias yang ada di PT MJ Flora teknik tersendiri untuk pembibitan, penanaman, serta penanganan panen dan pasca panen. Selain itu ketiga tanaman tersebut memiliki jenis varietas yang bernilai jual tinggi. Kombinasi perlakuan yang lebih efektif untuk pertumbuhan vegetatif tanaman calla lily di bedengan adalah kombinasi lama penyimpanan 12 minggu
dengan berbagai ukuran umbi. Sedangkan kombinasi perlakuan yang lebih efektif untuk pertumbuhan vegetatif calla lily di pot adalah kombinasi lama penyimpanan 12 minggu dengan ukuran umbi 2-3 cm dan 3-4 cm, namun kombinasi perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan hormon perakaran terhadap kecepatan berakar pada tanaman kembang sepatu di PT MJ Flora tidak berpengaruh nyata.
Judul
: Budidaya dan Pengelolaan Usaha Tanaman Hias Calla lily (Zantedeschia
sp.),
Krisan
(Dendranthema
grandiflora
Tzvelev.) dan Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) di PT MJ Flora Nama
: Rakhma Melati Sujarwo
NRP
: A34303032
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr Ir Syarifah Iis Aisyah MSc.Agr NIP: 131 956 695
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr Ir Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bontang, Kalimantan Timur pada tanggal 4 Februari 1986. Penulis merupakan anak pertama dari satu bersaudara dari Bapak Satrijo Soedjarwo dan Ibu Rochma B. S. Soedjarwo. Tahun 1991 penulis menyelesaikan pendidikan di TK Teruna Ria, Jakarta, kemudian pada tahun 1997 penulis lulus dari SD Cenderawasih II, Jakarta. Penulis melanjutkan studi di SLTPN 13, Jakarta dan SMUN 70, Jakarta dan lulus masingmasing pada tahun 2000 dan 2003. Tahun 2003 penulis diterima di Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis aktif di beberapa kegiatan mahasiswa. Pada tahun 2003 hingga 2005 penulis aktif di keanggotaan PSM Agriaswara, kemudian pada tahun 2004 penulis aktif di keanggotaan Pers Kampus Gema Almamater. Selain itu, penulis pernah menjadi anggota dari Departemen Eksternal Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) tahun 2004/2005 dan menjadi Ketua Dept. Eksternal Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) tahun 2005/2006. Penulis aktif pula dalam beberapa kegiatan kemahasiswaan. Penulis memperoleh kesempatan untuk mendapatkan beasiswa selama dua tahun berturut-turut dari Mithsubshi Cooperation. Selain itu penulis mendapatkan kesempatan pula untuk mengikuti kegiatan magang kerja yang diselenggarakan oleh Pusat kajian dan Buah-buahan Tropika (PKBT), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Ohio State University, USA.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul Budidaya dan Pengelolaan Usaha Tanaman Hias Calla lily (Zantedeschia sp.), Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev.) dan Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-Sinensis) di PT MJ Flora disusun berdasarkan kegiatan magang yang dilakukan di perusahaan tanaman hias PT MJ Flora. Penelitian ini dilaksanakan terdorong oleh keinginan penulis untuk mempelajari budidaya dan pengelolaan usaha beberapa jenis tanaman hias. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan setingi-tingginya kepada: 1. Dr Ir Syarifah Iis Aisyah MSc.Agr sebagai dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan dan dukungan selama pelaksanaan tugas akhir penulis. 2. Anas D. Susila, PhD dan Dewi Sukma SP, Msi sebagai dosen penguji atas nasehat dan kritik membangun yang diberikan kepada penulis. 3. Krisantini, PhD sebagai dosen yang selalu hadir untuk membimbing penulis dalam setiap kesempatan. 4. Prof. Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis selama penulis menjalankan kegiatan akademik. 5. Benny Tjia, PhD dan keluarga besar PT MJ Flora yang telah menyediakan fasilitas dan bantuan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang sebagai syarat tugas akhir. 6. Orang tua dan keluarga penulis, yang telah mencurahkan perhatian, kasih sayang dan doa yang tiada hentinya. 7. Cecep S. Darma atas bantuan dan dukungan moril kepada penulis serta Aslih, Anum, Okpi, Hady, Agung, Prima dan Armita atas bantuan dan saran yang diberikan. 8. Rekan-rekan Wisma Fahmeda dan rekan-rekan Hortikultura 40 yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis.
9. Mithsubishi Coorperation atas bantuan beasiswa selama 2 tahun berturut-turut kepada penulis. 10. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyukseskan pelaksanaan tugas akhir yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna. Namun penulis berharap bahwa hasil dari tugas akhir ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun pihak lain.
Bogor, Mei 2008 Penulis
DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 Tujuan .......................................................................................................... 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. Calla lily (Zantedeschia sp.) ........................................................................ Krisan (Chrysanthemum sp) ......................................................................... Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) ...................................................
3 3 6 9
METODOLOGI .............................................................................................. 12 Tempat dan Waktu Pelaksanaan .................................................................. 12 Metode Pelaksanaan ..................................................................................... 12 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 14 Pengelolaan Usaha di PT MJ Flora .............................................................. 14 Teknik Budidaya di PT Mandiri Jaya (MJ) Flora ........................................ 22 Penelitian dalam Teknik Budidaya di PT MJ Flora ..................................... 47 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 65 Kesimpulan .................................................................................................. 65 Saran ............................................................................................................. 65 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 67 LAMPIRAN ..................................................................................................... 69
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1. Jumlah Tenaga Kerja di PT MJ Flora .............................................. 17 2. Harga Calla lily, Krisan, dan Kembang Sepatu di PT MJ Flora ...... 21 3. Hasil Pengamatan Identifikasi Varietas Calla lily di PT MJ Flora .. 23 4. Identifikasi Hama dan Penyakit Tanaman Calla lily ....................... 29 5. Hasil Pengamatan Identifikasi Varietas Krisan di PT MJ Flora ...... 32 6. Identifikasi Hama Tanaman Krisan ................................................. 38 7. Identifikasi Hama Tanaman Kembang Sepatu ................................. 45 8. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Ukuran Umbi terhadap Jumlah dan Persentase Umbi Bertunas Calla lily di Bedengan .................... 54 9. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Ukuran Umbi terhadap Jumlah Tunas perUmbi Calla lily di Bedengan ............................................ 55 10. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Ukuran Umbi terhadap Jumlah Daun Calla lily di Bedengan ............................................................ 56 11. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Ukuran Umbi terhadap Tinggi Tanaman Calla lily di Bedengan ...................................................... 57 12. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Ukuran Umbi terhadap Jumlah dan Persentase Umbi Bertunas Calla lily di Pot ............................. 58 13. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Ukuran Umbi terhadap Jumlah Tunas perUmbi Calla lily di Pot ...................................................... 59 14. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Ukuran Umbi terhadap Jumlah Daun Calla lily di Pot ....................................................................... 59 15. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Ukuran Umbi terhadap Tinggi Tanaman Calla lily di Pot ................................................................ 60 16. Pengaruh Perlakuan Hormon Perakaran terhadap Jumlah dan Persentase Stek Berakar ................................................................... 62 17. Pengaruh Perlakuan Hormon Perakaran terhadap Jumlah Akar ...... 63 18. Pengaruh Perlakuan Hormon Perakaran terhadap Panjang Akar ..... 63
Lampiran 1. Identifikasi Varietas Krisan di PT MJ Flora ...................................... 66
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
1. Spathe dan Spadix pada Zantedeschia aethiopica .............................. 3 2. Zantedeschia elliottiana ..................................................................... 4 3. Zantedeschia rehmanii ....................................................................... 4 4. Dendranthema grandiflora Tzelev ..................................................... 7 5. Hibiscus rosa-sinensis ........................................................................ 10 6. Struktur Organisasi PT MJ Flora ....................................................... 18 7. Saluran Pemasaran PT MJ Flora ........................................................ 19 8. Beragam Varietas Calla lily yang Dibudidayakan di PT MJ Flora .... 23 9. Umbi yang Baru Dipanen dan Umbi yang Telah Dibersihkan .......... 25 10. Bibit Kultur Jaringan Calla lily ......................................................... 26 11. Bedengan Calla lily di PT MJ Flora ................................................. 26 12. Lahan yang Telah Mengalami Pengapuran dan Pemupukan ........... 24 13. Mutasi Warna Serta Malformasi Daun dan Bunga Calla lily ........... 25 14. Serangan Hama dan Penyakit pada Tanaman Calla lily .................. 26 15. Skema Teknik Budidaya Calla lily di PT MJ Flora .......................... 29 16. Bunga Potong Calla lily .................................................................... 28 17. Greenhouse Tanaman Induk Krisan .................................................. 30 18. Pengambilan Stek dari Tanaman Induk Krisan ................................. 30 19. Pencelupan Hasil Stek Krisan pada Larutan Fungisida .................... 30 20. Ruang Propagasi ................................................................................ 31 21. Penanaman Krisan pada Fase Longday ............................................. 32 22. Krisan pada Fase Shortday ................................................................ 33 23. Penyungkupan pada Fase Shortday ................................................... 33 24. Penyemprotan Alar pada Krisan ....................................................... 34 25. Krisan Siap Jual ................................................................................. 34 26. Serangan Hama pada Tanaman Krisan ............................................ 35 27. Skema Teknik Budidaya Calla lily di PT Mj Flora .......................... 39 28. Penanganan Pasca Panen Krisan ....................................................... 36
29. Beragam Varietas Kembang Sepatu di PT MJ Flora ........................ 36 30. Tanaman Induk Hibiscus rosa-sinensis Introduksi dari Thailand ..... 37 31. Pucuk Kembang Sepatu yang Siap Distek ........................................ 37 32. Stek Kembang Sepatu di Ruang Propagasi ....................................... 38 33. Pertumbuhan Kalus dan Akar pada Hasil Stek Kembang Sepatu ..... 38 34. Penanaman Hasil Stek Kembang Sepatu .......................................... 39 35. Penanaman Kembang Sepatu di Greenhouse .................................... 39 36. Serangan Hama pada Tanaman Kembang Sepatu ............................. 40 37. Tanaman Kembang sepatu Siap Panen ............................................. 41 38. Skema Teknik Budidaya Kembang Sepatu di PT MJ Flora .............. 46 39. Kondisi Lapang pada Percobaan di Lapang dan Percobaan di Pot ... 54 40. Stek Pucuk Kembang Sepatu di Ruang Propagasi ............................ 61
Lampiran 1. Sarana dan Prasarana di PT MJ Flora ................................................ 71
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman flora yang tinggi. Salah satu keanekaragaman flora yang memiliki prospek yang cukup baik adalah tanaman hias. Namun potensi dari keragaman tanaman hias ini belum seluruhnya direalisasikan. Tanaman hias adalah salah satu produk hortikultura yang merupakan jenis tanaman yang memiliki nilai keindahan dari penampakan fisik tanaman tersebut. Bentuk tanaman hias yang dapat diusahakan antara lain tanaman hias pot dan bunga potong. Kebutuhan akan tanaman hias baik tanaman hias pot maupun bunga potong semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan data statistik Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) yang menyatakan bahwa tahun 2006 produksi bunga potong adalah sebanyak 167 juta tangkai dan pada tahun 2007 produksi bunga potong adalah sebanyak 214 juta tangkai . Peningkatan kebutuhan tanaman hias ini harus direspon dengan pengembangan kualitas maupun kuantitasnya. PT Mandiri Jaya (MJ) Flora merupakan salah satu perusahaan florikultura yang memproduksi tanaman hias dalam berbagai bentuk yang beragam. Produk tanaman hias pada PT MJ Flora, terdiri dari daun potong, bunga potong, tanaman hias pot dan tanaman lanskap. Tanaman hias yang merupakan komoditas unggulan di PT MJ Flora adalah calla lily, krisan, dan kembang sepatu. Calla lily (Zantedeschia sp.) merupakan jenis tanaman hias yang memiliki warna dan bentuk fisik mahkota bunga yang menarik dan anggun. Tanaman ini dapat dibudidayakan di bedengan maupun di pot. Produksi bunga potong, perbesaran umbi dan perbanyakan umbi digunakan penanaman calla lily sistem bedengan. PT MJ Flora memiliki lahan yang cukup luas untuk membudidayakan tanaman calla lily. Bunga potong dan tanaman pot dari jenis calla lily yang ada di kebun PT MJ Flora belum seluruhnya diproduksi dan dipasarkan secara optimal. Beberapa varietas yang ada di PT MJ Flora masih dalam proses perbanyakan umbi.
2
Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev.) merupakan salah satu jenis tanaman yang populer karena bentuk dan warna bunga yang beragam. Tanaman ini dapat dibudidayakan untuk menghasilkan bunga potong maupun tanaman hias pot. Sebagai bunga potong, krisan biasanya digunakan untuk dekorasi ruangan, rangkaian besar maupun jambangan bunga. Sebagai tanaman hias pot krisan banyak ditampilkan untuk menghiasi ruangan baik di tempat tinggal maupun sarana umum. Hibiscus rosa-sinensis memiliki nama lokal kembang sepatu. Pada umumnya kembang sepatu dibudidayakan sebagai tanaman semak di pekarangan rumah. Tidak banyak yang mengetahui bahwa kembang sepatu dapat pula ditanam di dalam pot dengan ukuran bunga yang lebih kecil. Peranan dari PT MJ Flora diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bunga baik di dalam negeri maupun luar negeri. Oleh sebab itu kualitas akan tanaman hias memegang peranan yang penting bagi kelangsungan perusahaan. Selain itu kontinuitas produksi harus baik, artinya perusahaan selalu dapat memenuhi permintaan sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan 1.
Mempelajari pengelolaan usaha tanaman hias khususnya calla lily, krisan dan kembang sepatu.
2.
Mempelajari teknik budidaya tanaman hias khususnya calla lily, krisan dan kembang sepatu.
3.
Melakukan tiga percobaan dalam teknik budidaya di PT MJ Flora, yaitu: a. Mengetahui kombinasi ukuran dan lama penyimpanan umbi yang terbaik dalam budidaya calla lily di pot b. Mengetahui kombinasi ukuran dan lama penyimpanan umbi yang terbaik dalam budidaya calla lily di bedengan. c. Mengetahui efektivitas penggunaan hormon perakaran untuk memacu perakaran kembang sepatu
TINJAUAN PUSTAKA
Calla lily (Zantedeschia sp.) Botani Calla lily termasuk salah satu tanaman hias pendatang, berasal dari Afrika Selatan. Bunga calla lily telah mulai diusahakan oleh para pembudidaya bunga di Asia Tenggara, dengan Selandia Baru sebagai pelopor. Hal ini dikarenakan banyaknya peminat akan keeksotisan bunga calla lily. Pengembangan potensi bunga calla lily menghasilkan beragam warna spathe atau seludang bunga calla lily (Tjia, 2003). Secara taksonomi, calla lily diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dycotilenaceae
Ordo
: Arales
Famili
: Araceae
Genus
: Zantedeschia
Spesies
: Zantedeschia sp.
Bagian bunga calla lily terdiri dari satu buah spathe dan satu buah spadix (Gambar 4). Spathe inilah yang memiliki beragam warna dan berfungsi untuk membedakan antara varietas. Spathe merupakan modifikasi daun yang melindungi kelompok bunga, sedangkan spadix merupakan bagian bunga menyerupai paku berdaging penunjang kelompok bunga (Kachurak, 2008).
Spathe
Spadix
Gambar 1. Spathe dan Spadix pada Zantedeschia aethiopica
4
Calla lily memiliki beberapa spesies yang komersial, diantaranya Z. elliottiana, Z. aethiopica, dan Z. rehmannii. Perbedaan antara beberapa jenis spesies calla lily ini terlihat pada warna spathe dan warna daunnya. Z. aethiopica memiliki warna spathe putih dengan spadix yang berwarna kuning Gambar 1. Daunnya berwarna hijau polos. Tinggi dan lebar tajuk dari spesies ini umumnya berkisar antara 60-90 cm (Warren, 1998).
Gambar 2. Zantedeschia elliottiana Spathe Z. elliottiana (Gambar 2) berwarna kuning. Spathe ini mengelilingi spadix-nya yang berwarna kuning pula. Daunnya berwarna hijau bercak putih. Tinggi dari spesies ini berkisar antara 60-90 cm dengan lebar tajuk 60 cm (Warren, 1998). Z. elliottiana mempunyai tipe pembungaan monopodial (hanya ada 1 tangkai bunga pada tanaman) (Tjia, 2003).
Gambar 3. Zantedeschia rehmanii Berbeda halnya dengan kedua spesies sebelumnya, Z. rehmannii memiliki warna spathe pink keunguan yang menutupi spadix kuningnya (Gambar 3). Tinggi spesies ini sekitar 38 cm dengan lebar tajuk sekitar 30 cm (Warren, 1998).
5
Tjia (2003) menyatakan bahwa tipe pembungaan dari spesies ini adalah simpodial atau menghasilkan beberapa bunga sekaligus pada satu tanaman, sehingga baik digunakan sebagai tanaman hias pot. Syarat Tumbuh Calla lily merupakan jenis tanaman yang membutuhkan sinar matahari penuh untuk pertumbuhannya, namun apabila memasuki musim kering sebaiknya diberi naungan sebesar 50% (Tjia, 2003) Tanaman ini kurang baik untuk dibudidayakan di dataran rendah, namun baik tumbuh di dataran tinggi yaitu di atas 700 m dpl (Holttum dan Enoch, 1991). Calla lily tumbuh baik pada tanah yang mengandung banyak bahan organik dengan pH tanah yang masam (5.5-6.0). Drainase yang baik diperlukan pula untuk mengontrol pemupukan dan menunjang pertumbuhannya (Tjia, 2003). Chatto (1989) menyatakan bahwa Z. aethiopica dapat tumbuh dengan baik di daerah terkena cahaya langsung. Selain itu tanahnya harus memiliki kelembaban yang cukup, sehingga tidak mengalami kekeringan. Spesies lainnya yaitu Z. rehmannii tumbuh baik pada tanah yang mengandung kompos dan sedikit ternaungi (Warren, 1998). Budidaya Calla lily dapat dibudidayakan sebagai bunga potong, tanaman lanskap atau tanaman hias pot. Calla lily ditanam dengan menggunakan umbi. Umumnya, calla lily berbunga setelah umbi berusia 2 tahun. Pembungaan Calla lily membutuhkan waktu 60-70 hari setelah tanam. Bunga pada spesies Z. elliottiana, yang mempunyai tipe pertumbuhan monopodial, akan mulai berkembang setelah 2-3 daun sudah mulai tumbuh. Penyimpanan umbi calla lily dilakukan di tempat kering dengan suhu 1520°C dalam waktu 6-12 minggu. Umbi calla lily ini kemudian ditanam kembali pada musim berikutnya. Tanah difumigasi terlebih dahulu sebelum dilakukan penanaman. Bedengan dibuat setinggi 20 cm dengan lebar bedengan minimal 1,2 m. Umbi berdiameter 5 cm dapat ditanam dengan jarak tanam 30¯30 cm dan kedalaman 10-12 cm (Tjia, 2003).
6
Drip irrigation dapat dijadikan alternatif untuk sistem irigasi calla lily pot. Calla lily cukup toleran terhadap herbisida untuk mengatasi timbulnya gulma pada penanaman. Pemupukan calla lily dapat menggunakan ½ kg NPK 15-15-15 per 10 m² pada saat penanaman dan setelah pembungaan (± 3 bulan setelah tanam). Penyakit yang sering mengganggu kualitas calla lily antara lain, busuk Erwinia, bercak daun Alternaria dan Xanthomonas. Busuk Erwinia menyebabkan busuk pada umbi sehingga mengakibatkan tanaman menguning dan berbau tidak enak. Bercak daun Alternaria menyebabkan bercak berwarna kuning kecoklatan pada daun calla lily sehingga merusak penampilan tanaman calla lily secara keseluruhan. Xanthomonas menyebabkan busuk lunak pada daun, sehingga daun mudah robek dan rontok. Zat pengatur tumbuh dapat ditambahkan agar calla lily memberikan respon yang diinginkan. Paclobutrazol dapat mengurangi tinggi tanaman sehingga ukuran tangkai daun dan panjang daun lebih pendek. Berbeda dengan paclobutrazol, Gibberellic Acid (GA) digunakan untuk meningkatkan produksi umbi dan meningkatkan jumlah tangkai bunga per umbi (Tjia, 2003).
Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev.) Botani Dendranthema grandiflora Tzvelev. atau krisan (Gambar 4), yang biasa pula disebut seruni, merupakan tanaman herba semusim ataupun tahunan. Tanaman ini berasal dari Cina dan pernah menjadi bunga nasional negeri Cina (Moggi dan Giugnolini, 1983). Krisan dapat disebut tanaman semusim bila siklus hidupnya selesai setelah bunga dipanen. Hal ini berbeda dengan krisan tahunan yang perlu dilakukan pemangkasan untuk menumbuhkan tunas-tunas baru agar bunga tumbuh kembali.
7
Gambar 4. Dendranthema grandiflora Tzvelev. Krisan memiliki sekitar 100-200 spesies. Saat ini telah tersedia ribuan kultivar krisan yang tersebar diseluruh dunia, terutama di daerah yang beriklim sedang. Secara taksonomi krisan diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dycotilenaceae
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Dendranthema
Spesies
: Dendranthema grandiflora Tzvelev.
Mahkota pada krisan biasa disebut florets yang terdiri dari benang sari dan putik. Krisan memiliki dua tipe florets yaitu, ray florets yang biasa disebut bunga pita dan disc florets atau bunga tabung berada di tengah bunga. Bunga pita ini memiliki warna bunga yang beragam (National Chrysanthemum Society, 2004). Bentuk bunga krisan terbagi berdasarkan perbedaan mahkotanya yang beragam. Variasi bentuk bunga tersebut antara lain, Single, Anemon, Spider, Pompons, dan Dekoratif. Bunga krisan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe spray dan tipe standard. Tipe spray yaitu dari satu cabang tanaman tumbuh beberapa cabang bunga lateral. Bunga terminal dari tipe ini akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan bunga lateral, sehingga bunga terminal biasanya dibuang sehingga bunga lateral akan tumbuh lebih serempak. Pada tipe standard umumnya krisan berukuran besar. Berbeda dengan tipe spray, pada tipe standard semua bunga lateralnya dibuang, sehingga hanya terdapat satu bunga terminal yang terus
8
dipelihara (Cahyono, 1999). Krisan memiliki daun bergerigi, berwarna hijau tua hingga hijau muda (Moggi dan Giugnolini, 1983). Syarat Tumbuh Pada umumnya krisan tumbuh baik di dataran tinggi. Ada pula krisan yang tumbuh di dataran rendah, namun tidak memiliki vigor yang cukup baik. Krisan membutuhkan drainase yang baik untuk menunjang pertumbuhannya (Holttum dan Enoch, 1991). Selain itu, krisan membutuhkan bahan organik yang cukup untuk media tanamnya. Media tanam krisan untuk tanaman hias pot sebaiknya memiliki kriteria ringan, gembur, aerasi yang baik serta memiliki pH antara 5.76,2 (Kessler J. R., 2007). Dendranthema grandiflora Tzelev. merupakan tanaman yang peka terhadap fotoperiodisme atau panjang hari. Di dalam hubungannya dengan fotoperiodisme, krisan termasuk tanaman hari pendek, yang berarti bahwa inisiasi bakal bunga dan perkembangan bunga akan terjadi bila panjang harinya pendek, umumnya kurang dari 12 jam. Fase gelap yang lebih dari 12-15 jam per hari, dapat merangsang pertumbuhan bakal bunga (Kessler J. R., 2007). Temperatur merupakan faktor iklim yang cukup berpengaruh terhadap tanaman dan kualitas bunga. Temperatur malam yang paling baik adalah di antara 16-18°C. Temperatur malam yang terlalu rendah akan menimbulkan pertumbuhan vegetatif yang berkepanjangan. Sebaliknya temperatur yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terhambatnya proses inisiasi bakal bunga dan warna bunga menjadi pudar (Cahyono, 1999).
Budidaya Perbanyakan krisan pada umumnya dilakukan dengan stek pucuk. Stek pucuk diambil dari tanaman indukan yang sudah berumur minimal 4 bulan (Mattjik, 2005). Bibit krisan sebaiknya diambil dari tanaman yang memiliki perakaran dan batang yang baik serta bebas dari hama dan penyakit tanaman. Krisan juga dapat memiliki sucker yang telah mempunyai akar sendiri dan dapat dipisahkan (Holttum dan Enoch, 1991). Tanaman hias pot krisan menggunakan zat pengatur tumbuh untuk mengatur pertumbuhannya agar memberikan respon yang diinginkan. Pada
9
umumnya untuk menekan pertumbuhan krisan dapat dilakukan pengaplikasian Alar dengan bahan aktif daminozide sebagai salah satu contoh zat pengatur tumbuh. Penyemprotan Alar mulai dilakukan ketika tunas lateral telah keluar sepanjang 4-5 cm. Penyiraman tanaman hias pot krisan dapat dilakukan antara lain dengan cara drip irrigation. Hama dan penyakit yang sering mengganggu pertumbuhan dan kualitas tanaman hias pot antara lain leaf miner, thrips, aphids, ulat, dan white rust (Cahyono, 1999).
Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Botani Genus Hibiscus diperkirakan mencapai 200 spesies, diantaranya adalah Hibiscus calyphyllus, Hibiscus clayii, Hibiscus sabdariffa, Hibiscus tiliaceus, Hibiscus moscheutos dan Hibiscus rosa-sinensis . Hibiscus dapat ditemukan di daerah temperate ataupun tropis. Secara umum, hibiscus memiliki beragam ukuran dan bentuk daun. Hibiscus rosa-sinensis atau kembang sepatu dianggap sebagai tetua beragam tanaman hibiscus hibrida yang telah banyak dikembangkan (Warren, 1997). Kembang sepatu termasuk jenis tanaman perdu yang memiliki tinggi sekitar 1-4 m (Suryowinoto, 1997). Secara taksonomi, kembang sepatu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dycotilenaceae
Ordo
: Malvales
Famili
: Malvaceae
Genus
: Hibiscus
Spesies
: Hibiscus rosa-sinensis
Kembang sepatu terdiri dari 5 buah mahkota dan di tengahnya terdapat stamen yang terpusat. Kembang sepatu memiliki beberapa tipe mahkota,
10
diantaranya single petals, double petals dan semi double. Daun kembang sepatu merupakan daun tunggal yang bergerigi. Kelopak bunga berbentuk tabung. Tangkai benang sari bersatu membentuk tabung menyelubungi tangkai putik. Setiap bunga kembang sepatu hanya bertahan satu hari setelah mekar, yaitu mekar dipagi hari dan luruh di sore hari. Kembang sepatu selalu berbunga secara kontinyu (Suryowinoto, 1997). Syarat Tumbuh Kembang sepatu (Gambar 3) memerlukan sinar matahari penuh atau naungan secukupnya (Moggi dan Giugnolini, 1983), namun dengan adanya naungan akan mengurangi jumlah bunga yang dihasilkan (Holttum dan Enoch, 1991). Seluruh kultivar Hibiscus rosa-sinensis tumbuh baik pada daerah yang bebas musim dingin (Warren, 1998).
Gambar 5. Hibiscus rosa-sinensis Kembang sepatu dapat dijadikan house plant di daerah yang bersuhu rendah dan terkadang kembang sepatu diberi perlakuan kimia untuk membuatnya kerdil (Holttum dan Enoch, 1991). Media tanam yang digunakan merupakan media yang subur, gembur dan drainase yang baik (Suryowinoto, 1997). Budidaya Kembang sepatu dapat diperbanyak dengan stek atau cangkok (Moggi dan Giugnolini, 1983). Stek merupakan teknik perbanyakan yang paling mudah dilakukan. Bila dilakukan pencangkokan perlu digunakan tanaman yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua (Suryowinoto, 1997).
11
Warren (1998) menyatakan pemangkasan setelah pembungaan merupakan cara untuk mempertahankan bentuk tanaman. Kembang sepatu dapat dikerdilkan dengan penggunaan zat pengatur tumbuh seperti Alar dengan bahan aktif diaminozide. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tanaman dekorasi di ruangan yang kecil. Hama yang mengganggu tanaman kembang sepatu antara lain Aphid dan Mealybugs (Moggi dan Giugnolini, 1983). Sabun insektisida dapat digunakan untuk mencegah serangan serangga (Efanti, 2005). Pengairan perlu dilakukan secara teratur untuk menjaga vigor tanaman. Kembang sepatu memerlukan air dalam jumlah yang banyak (Efanti, 2005). Kemabang sepatu memerlukan banyak aplikasi pemupukan (Efanti, 2005). Pemupukan dengan nitrogen yang tinggi baik dilakukan ketika tanaman dalam fase vegetatif, sedangkan untuk fase generatif dilakukan pemberian pupuk dengan kandungan fosfor tinggi (Suryowinoto, 1997).
METODOLOGI Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang dilaksanakan di salah satu kebun PT MJ Flora yang berlokasi di Jl. Raya Munjul-Karakal, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor, 16770. Kebun tersebut memiliki suhu rata-rata 18-30 °C dengan kelembaban ratarata 60-75%. Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan September 2006 hingga Januari 2007.
Metode Pelaksanaan Pelaporan kegiatan magang ini terbagi menjadi tiga bagian sebagai berikut: I. Pengelolaan Usaha di PT MJ Flora Pengelolaan Usaha yang dipelajari meliputi kondisi umum perusahaan dan pemasaran di PT MJ Flora. Data-data tersebut diperoleh melalui, wawancara dengan pekerja serta pemilik PT MJ Flora dan dengan praktik kerja guna mempelajari teknik budidaya PT MJ Flora tersebut. Informasi kondisi umum perusahaan meliputi informasi sejarah dan keadaan wilayah, sarana dan prasarana serta struktur organisasi dan pengelolaan tenaga kerja. Informasi pemasaran di PT MJ Flora meliputi informasi sistem pemasaran, teknik pemasaran dan harga jual serta kendala pemasaran. II. Teknik Budidaya di PT MJ Flora 2.1. Identifikasi spesies dan varietas Kegiatan identifikasi spesies dan varietas ini dilakukan dengan melakukan praktik kerja serta mengamati dan mencatat berbagai varietas yang dibudidayakan di PT MJ Flora yang kemudian dicocokan dengan literatur. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui ragam jenis dan karakteristik varietas yang ada serta sumber bibit yang diperoleh di PT MJ Flora. 2.2 Pembibitan Pembibitan tanaman di PT MJ Flora dapat dipelajari dengan mengetahui kondisi lingkungan yang diperlukan dan teknologi yang digunakan di dalam
13
perbanyakan tanaman. Kelembaban dan suhu harian yang diperlukan merupakan contoh informasi kondisi lingkungan tanaman utama, sedangkan teknologi yang digunakan untuk perbanyakan dapat berupa ruang propagasi yang modern atau fasilitas lain untuk perbanyakan. 2.3. Penanaman Teknik penanaman tanaman utama PT MJ Flora meliputi cara penanaman yang dilakukan (pot, bedengan, dan lain-lain), jarak tanam tanaman, media yang digunakan untuk penanaman, perlakuan budidaya khusus, serta zat pengatur tumbuh dan jenis pestisida yang ditambahkan untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Selain itu dilakukan identifikasi hama dan penyakit yang ada dan mengganggu pertumbuhan tanaman. 2.4. Panen dan Pasca Panen Penanganan panen dan pasca panen diketahui dengan pengamatan lapangan dan wawancara secara langsung. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui teknik yang digunakan dan efektivitas dalam penanganan panen dan pasca panen, serta teknik khusus perusahaan dalam meningkatkan umur simpan produk panen tertentu. III. Penelitian di PT MJ Flora Selain mempelajari informasi teknik budidaya, dilakukan penelitian sederhana dalam teknik budidaya di PT MJ Flora, yang meliputi percobaan pada calla lily dan kembang sepatu. Percobaan tersebut dijelaskan pada bab Penelitian di PT MJ Flora.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan Usaha di PT MJ Flora A. Kondisi Perusahaan Sejarah dan Keadaan Wilayah PT Mandiri Jaya Flora (MJ Flora) Indonesia merupakan perusahaan nursery yang memproduksi beragam produk tanaman hias. Produk-produk tanaman hias tersebut antara lain bunga potong, daun potong, tanaman hias pot dan tanaman lanskap. Bunga potong merupakan bagian tanaman berupa bunga temasuk tangkai bunga dengan ukuran tertentu yang digunakan sebagai rangkaian bunga atau dekorasi. Daun potong merupakan bagian tanaman berupa daun termasuk tangkai daun dengan ukuran tertentu yang berfungsi sebagai filler pada rangkaian bunga ataupun dekorasi. Tanaman hias pot merupakan tanaman hias dalam pot, biasanya bersifat annual. Tanaman lanskap merupakan tanaman hias untuk kebutuhan lanskap, biasanya bersifat perennial. Pada awalnya PT MJ Flora bernama Flora Ria dan berlokasi di daerah Tajur, Bogor. Sekitar tahun 1999, Benny Tjia, selaku pemilik Flora Ria, menerapkan sistem pemasaran terpusat setelah mengadopsi dua kebun di daerah Megamendung dan Gunung Salak. Manajemen pemasaran tersebut bernama MJ Florist. Flora Ria kemudian ditiadakan. Pada tahun 2003, MJ Florist mengubah nama menjadi PT Mandiri Jaya (MJ) Flora. Manajemen pemasaran tersebut kemudian berubah menjadi nursery berbadan hukum yang memiliki dua buah kebun di Megamendung dan Gunung Salak. Saat ini PT MJ Flora telah memiliki tiga buah kebun dimana ketiga kebun tersebut berlokasi di Babakan, Megamendung, dan Gunung Salak. Lokasi
kebun
untuk
kegiatan
magang
ini
berada
di
kawasan
Megamendung terletak di Jl. Raya Munjul-Karakal, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor 16770. Kebun yang berlokasi di Megamendung tersebut memiliki luas 7 ha dengan ketinggian 600 dpl. Suhu rata-rata harian berkisar antara 18-30 °C dengan kelembaban rata-rata berkisar antara 60-75%.
15
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan fasilitas penting penunjang kegiatan produksi di PT MJ Flora. Kebun PT MJ Flora di Megamendung memiliki luas lahan sekitar 7 ha, dimana sarana dan prasarana yang terdapat di kebun tersebut yaitu peralatan pertanian, bangunan tanam, lahan terbuka, pos penjaga, kantor, ruang pembuatan media, instalasi penyiraman dan pemupukan, gudang dan ruang panen serta truk panen. Keragaan dari sarana dan prasarana tersebut terangkum pada lampiran. Beragam alat pertanian yang digunakan pekerja di PT MJ Flora antara lain, cangkul, kored, sekop, gunting stek, gunting pangkas besar, tugal, ember, gembor, selang, lori, dan knapsack sprayer. Seluruh alat pertanian ini berfungsi dengan baik dan selalu digunakan setiap harinya. Bangunan tanam dan lahan terbuka digunakan sebagai tempat untuk budidaya tanaman. Keseluruhan bangunan tanam yang terdapat di Megamendung adalah 1 ruang propagasi, 4 buah greenhouse, dan 8 buah nethouse. Keseluruhan bangunan tersebut berfungsi dengan cukup baik. Satu buah ruang propagasi digunakan untuk memperbanyak tanaman yang ada. Empat buah greenhouse digunakan untuk jenis tanaman tertentu, yaitu greenhouse tanaman krisan, greenhouse tanaman induk krisan, greenhouse tanaman gardenia dan hibiscus, dan greenhouse khusus beragam tanaman lanskap. Delapan buah nethouse digunakan untuk penanaman beberapa jenis tanaman lain yaitu, aneka tanaman daun potong, tanaman hias mandevilla, dan perbesaran calla lily hasil kultur jaringan. Tanaman daun potong yang ditanam di nethouse antara lain, Dracaena sp. dan Philodendron sp. Serupa dengan bangunan tanam, lahan terbuka digunakan untuk budidaya tanaman. Perbedaannya terletak pada jenis tanaman yang dibudidayakan. Tanaman
yang
ditanam
di
lahan
terbuka
merupakan
tanaman
yang
pertumbuhannya membutuhkan cahaya penuh, yaitu aneka ragam tanaman lanskap. Kantor digunakan sebagai tempat untuk mengurus kegiatan administrasi. Para pekerja diwajibkan untuk mengisi kartu kehadiran di lokasi tersebut. Pos penjaga digunakan untuk mengawasi keamanan kebun oleh satpam.
16
Ruang pembuatan media yang ada di PT MJ Flora terbagi menjadi dua bagian, yaitu ruang pembuatan media arang sekam dan ruang pembuatan media tanam khusus (cocopeat dengan formula pupuk perusahaan). Pembuatan media arang sekam menggunakan pembakaran dengan suhu yang sangat tinggi. Instalasi penyiraman menggunakan pompa air yang kemudian dialirkan ke dalam tangki air yang berjumlah dua buah. Untuk teknik pemupukan, PT MJ Flora menggunakan alat pencampur pupuk yang secara otomatis dialirkan ke masing-masing pot tanaman dengan sistem fertigasi. Gudang dan ruang panen merupakan tempat untuk pencatatan kebutuhan panen hari yang bersangkutan dan tempat untuk pengumpulan hasil panen dari setiap lokasi produksi. Setelah hasil panen terkumpul, maka hasil panen tersebut ditransportasikan oleh truk panen. Struktur Organisasi dan Pengelolaan Tenaga Kerja PT MJ Flora dipimpin oleh seorang General Manager yang dibantu oleh tiga orang Manager dalam menentukan kebijakan-kebijakan perusahaan. Ketiga Manager tersebut adalah Accounting Manager, Production Manager & R & D, dan Marketing Manager & Sales. Seorang General Manager memiliki tanggung jawab yang luas dan menyeluruh dalam sebuah organisasi. Sedangkan Manager memiliki tanggung jawab hanya pada salah satu wilayah fungsional organisasi (Reh, 2008). Struktur Organisasi PT MJ Flora dapat dilihat pada Gambar 6. Accounting Manager berfungsi untuk menangani masalah keuangan, baik dalam pelaporan transaksi jual beli, maupun pelaporan pemasukan dan pengeluaran. Bagian ini membawahi Accounting Asst., Order & Supply Coordinator dimana tugasnya adalah membantu tugas Accounting Manager dan mengkoordinasikan kegiatan penjualan dan pembelian barang. Production Manager & HRD bertanggung jawab dalam seluruh kegiatan produksi dan ketenagakerjaan di PT MJ Flora. Bagian ini membawahi tiga orang supervisor yang masing-masing bertanggung jawab terhadap kebun yang berbeda, yaitu kebun di Babakan, Megamendung, dan Gunung Salak. Supervisor tersebut bertugas
untuk
mengawasi
dan
menangani
bidang
produksi
mempertanggungjawabkannya kepada Production Manager & HRD.
dan
17
Marketing Manager & Sales bertanggung jawab terhadap kegiatan pemasaran baik di dalam maupun luar kota. Dalam kota meliputi kota Jakarta dan Bogor. Marketing Manager & Sales mengkoordinasikan strategi pasar, pengiklanan, promosi, penentuan harga, dan pengembangan produk secara detail, selain itu seorang Sales dapat mengatur hubungan para dealers dan distributor (Anonim, 2006). Bagian ini membawahi bidang Retail Garden Controller yang bertugas di Flora Alam Sutera dan Sales Representatives. Sales Representatives memiliki tugas untuk menarik konsumen untuk membeli produk dan manjelaskan mengenai keunggulan produk (U.S. Department of Labor, 2007). Lokasi kegiatan magang ini berada di kebun Megamendung dimana yang bertanggung jawab di kebun adalah seorang Production Manager & R & D, dengan dua orang Supervisor. Masing-masing Supervisor tersebut kemudian memiliki tenaga kerja yang membantu kinerja dan tugas bagian tersebut. Supervisor adalah kedudukan terendah pada posisi manajerial. Supervisor bertanggung jawab dalam keseharian pada kelompok-kelompok kecil dalam sebuah organisasi. Namun Supervisor tidak memiliki wewenang untuk merekrut ataupun memecat seseorang dalam kelompoknya (Reh, 2008). Tenaga kerja di Megamendung terbagi menjadi tenaga kerja tidak tetap dan tenaga kerja tetap. Sistem pembayaran upah dari dua tipe tenaga kerja tersebut berbeda, yaitu tenaga kerja tidak tetap mendapat sistem pembayaran upah harian, sedangkan tenaga kerja tetap mendapat sistem pembayaran upah bulanan. Jumlah tenaga kerja di PT MJ Flora dapat terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja di PT MJ Flora Jumlah Tenaga Kerja (orang)
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
Tetap
7
11
Tidak Tetap
12
4
18
Gambar 6. Struktur Organisasi PT MJ Flora BOARDS OF DIRECTORS
GENERAL MANAGER J. Tjia
ACCOUNTING MANAGER Sangaji Maryono
Accounting Asst., Order & Supply Coord. Melvi
PRODUCTION MANAGER & HRD B. Tjia
SUPERVISOR I (Munjul & Babakan) Achmad
ASST. SUPERVISOR I Prod. & Orders GH I Dodi
SUPERVISOR II (Munjul) Vinha
ASST. SUPERVISOR II Prod. & Orders GH I Sugianto
MARKETING MANAGER & SALES Ivonne R. Sanggelorang
SUPERVISOR III (Gunung Salak) Andreas
SALES REPRESENTATIVES
ASST. SUPERVISOR I Greenhouse Prod. Jaeran
RETAIL GARDEN CTR.
(Flora Alam Sutera) Yohannes
ASST. SUPERVISOR II Field Prod. &Orders Wasirin
19
Jam kerja dari seluruh karyawan kebun Megamendung dimulai pada pukul 07.00-16.00 WIB, dengan waktu istirahat dua kali, yaitu pada pukul 10.00-10.15 WIB dan pukul 12.00-13.00 WIB. Khusus untuk tenaga kerja satpam, waktu kerja terbagi menjadi 3 kelompok waktu (shift), yaitu 07.00-15.00 WIB, 15.00-23.00 WIB, dan 23.00-07.00 WIB. B. Pemasaran Sistem Pemasaran Pemasaran merupakan sebuah konteks dimana pertukaran terjadi. Pemasaran terdiri dari seluruh aktivitas dimulai dari produsen hingga konsumen termasuk sistem prosessing dan distribusi (ILRI, 1995). Salah satu sistem pemasaran yang dilakukan oleh PT MJ Flora adalah dengan cara menjual produk tanaman secara langsung kepada konsumen. Selain itu produk PT MJ Flora dapat dijual kepada para distributor lain yang kemudian akan dijual kembali kepada konsumen. PT MJ Flora juga mengoperasikan satu buah retail di Flora Alam Sutera untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih luas. Saluran pemasaran yang dilakukan oleh PT MJ Flora dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Saluran Pemasaran PT MJ Flora Distributor/Pedagang PT MJ Flora
Konsumen
Retail PT MJ Flora Ketiga saluran pemasaran tersebut merupakan saluran pemasaran yang cukup efektif di PT MJ Flora untuk menjual seluruh produk yang ada. Berdasarkan permintaan konsumen, tanaman yang dijual oleh PT MJ Flora lebih didominasi oleh konsumen dari kota-kota besar, antara lain Jakarta, Bogor, Semarang dan Bali. Jalur pemasaran langsung kepada konsumen memberikan kontribusi paling besar terhadap penjualan.
20
Cara lain yang dilakukan oleh PT MJ Flora untuk memasarkan produk tanaman adalah dengan mengikuti berbagai event pameran tanaman hias, antara lain Trubus Expo di TMII dan Flona Expo di Lapangan Banteng. Selain mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh pihak lain, PT MJ Flora rutin mengadakan kegiatan Open House setiap tahunnya. Teknik Pemasaran dan Harga Jual Teknik pemasaran yang dilakukan PT MJ Flora adalah dengan mempromosikan produk tanaman melalui penawaran langsung dan internet. Apabila konsumen tertarik dengan produk tanaman tersebut, maka konsumen dapat memesan melalui telepon atau faksimili. Bagi konsumen yang ingin memesan dengan melihat produk di lapangan, maka konsumen tersebut dapat langsung ke kebun dengan seizin bagian pemasaran perusahaan. Harga jual beberapa produk tanaman hias di PT MJ Flora cukup bervariasi berdasarkan kualitas, kuantitas dan ukuran tanaman. Saluran pemasaran dapat menentukan variasi harga pada tanaman krisan. Untuk produk tanaman tertentu variasi harga dapat ditentukan pula oleh faktor lainnya, seperti kondisi permintaan bunga. Pada saat-saat tertentu dimana permintaan bunga sangat tinggi, seperti pada saat menjelang lebaran, natal dan tahun baru, harga akan mengalami penyesuaian. Harga jual beberapa produk tanaman hias di PT MJ Flora dapat dilihat pada Tabel 2. Untuk pemesanan di atas 50 buah tanaman, perusahaan PT MJ Flora tidak memungut biaya transportasi, khusus untuk daerah Jakarta dan Bogor. Untuk pengiriman produk tanaman ke luar kota, dikenakan biaya pengemasan serta biaya transportasi sesuai dengan kesepakatan. Kendala Pemasaran Dalam kurun waktu terakhir ini, PT MJ Flora tidak lagi melakukan kegiatan ekspor. Biaya transportasi yang cukup tinggi mempengaruhi harga jual. Hal ini berdampak pada jumlah konsumen yang semakin menurun. Sebelumnya PT MJ Flora telah mengekspor beberapa produk unggulannya (Heliconia sp., Costus sp. dan krisan) ke beberapa negara seperti Thailand dan Belanda.
21
Tabel 2. Harga Calla lily, Krisan, dan Kembang Sepatu di PT MJ Flora Calla lily Jenis Produk Umbi
Bibit Kultur Jaringan
Tanaman Hias Pot
Bunga Potong
Ukuran
Harga (Rupiah)
1-2 cm
3.000
2-3 cm
5.000
3-4 cm
7.500
4-5 cm
10.000
1 nampan tanam (98
390.000
lubang) 1 tanaman
2.500
Pot 15 cm
25.000
Pot 20 cm
40.000
Pot 25 cm
70.000-80.000
Pot 40 cm
90.000-100.000
XS
2.000
S
3.000
M
5.000
L
7.000
XL
9.000
Krisan Kuantitas Pembelian
Harga Jual (Rupiah) Distributor
Konsumen
1-20 pot
15.000
15.000
21-49 pot
12.500
15.000
≥ 50 pot
10.000
10.000
Kembang Sepatu Jenis Tanaman Hibiscus rosa-sinensis Mini Hibiscus dari Thailand
Ukuran Pot (cm)
Harga
15
20.000
20
35.000
20
50.000
22
Pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil dan krisis moneter yang terjadi di Indonesia secara tidak langsung mempengaruhi ekspor tanaman di PT MJ Flora. Sulitnya perizinan untuk mengekspor tanaman dan tingginya persyaratan kualitas di beberapa negara juga menjadi kendala dalam kegiatan ekspor. Namun demikian, PT MJ Flora tetap berusaha mencari peluang untuk menjual produknya ke luar negeri dan tetap meningkatkan kualitas maupun kuantitas produk. Kendala lain yang dihadapi PT MJ Flora adalah kuantitas produk yang belum stabil sehingga beberapa order atau permintaan yang ada di dalam negeri masih belum terpenuhi.
Teknik Budidaya di PT Mandiri Jaya (MJ) Flora A.Calla lily 1. Identifikasi varietas Teknik perbanyakan calla lily yang dilakukan antara lain dengan perbanyakan umbi atau dengan kultur jaringan. Sebelum melakukan perbanyakan secara mandiri, PT MJ Flora mendatangkan bibit dari luar negeri. Bibit yang didatangkan dari luar negeri tersebut kemudian diperbanyak oleh tenaga ahli dari PT MJ Flora. Seluruh varietas yang ada di PT MJ Flora (baik yang telah diproduksi dan dipasarkan maupun yang belum) terdapat pada Gambar 8. Pada gambar tersebut dapat dilihat kedelapan varietas calla lily yang dibudidayakan di PT MJ Flora. Lima jenis varietas calla lily, yaitu calla lily ’Pink Persuasion’, calla lily ’Crystal Blush’ atau ’Pink Blush’, calla lily ’Black Magic’, calla lily ’Black Eyed Beauty’, dan calla lily ’Cameo’ adalah calla lily yang telah diproduksi dan dipasarkan oleh PT MJ Flora. Jenis calla lily lainnya merupakan calla lily yang sedang berada dalam tahap perbanyakan.
23
Gambar 8. Beragam Varietas Calla lily yang Dibudidayakan di PT MJ Flora, sesuai jarum jam: (a) Z. Rehmanii ’Pink Persuasion’, (b) Calla lily Crystal Blush, (c) Z. Elliottiana ’Black Magic’, (d) Calla lily Black Eye Beauty Hibrid, (e) Z. Cameo, (f) Calla lily Majestic Red, (g) Z. pentlandii x Hybrid ’Millenium Gold’, dan (h) Z. elliottiana x rehmannii ’Flame’ Hasil pengamatan identifikasi varietas calla lily di PT MJ Flora terdapat pada Tabel 3 Tabel 3. Hasil Pengamatan Identifikasi Varietas Calla lily di PT MJ Flora Varietas Calla lily
Warna Bunga
Warna Daun
Tipe Bunga
Pink Persuasion
Pink keunguan
Hijau bercak putih
Simpodial
Crystal Blush
Putih semburat pink
Hijau
Monopodial
Black Magic
Kuning menyala
Hijau bercak putih
Monopodial
Black Eye Beauty
Putih Jingga
Hijau bercak putih
Simpodial
Cameo
Oranye
Hijau bercak putih
Monopodial
Majestic Red
-
Hijau bercak putih
-
Millenium Gold
-
Hijau bercak putih
-
Flame
-
Hijau bercak putih
-
Ket: “-“: masih dalam perbanyakan
24
Manurut Tjia (2004) Calla lily ‘Pink Persuasion’ memiliki warna spathe pink keunguan dengan spadix berwarna kuning. Selain itu dapat dilihat bahwa daunnya memiliki warna hijau dimana terdapat bercak-bercak berwarna putih dan berbentuk seperti pedang. Calla lily ‘Black Magic’ memiliki warna bunga yang kuning dengan spadix berwarna kuning pula. Mirip dengan calla lily ‘Pink Persuasion’, calla lily ‘Black Magic’ memiliki daun berbercak putih, namun bentuknya meruncing seperti panah (Pacific Callas, 2003). Calla lily ‘Pink Blush’ memiliki bunga yang unik. Pada awal pertumbuhan, bunga ini berwarna putih, namun ketika bertambah dewasa, warna bunga memiliki semburat yang berwarna merah muda. Daun dari bunga ini berbentuk memanjang, berwarna hijau tanpa bercak (Nature Hills Nursery, 2006). Calla lily ‘Black Eyed Beauty’ dan calla lily ‘Cameo’ memiliki warna yang hampir serupa yaitu warna oranye, namun warna oranye yang dimiliki calla lily ‘Black Eyed Beauty’ lebih muda dibandingkan calla lily ‘Cameo’. Bentuk dan warna daun tanaman memiliki kesamaan yaitu berwarna hijau dengan bercak putih, sedangkan bentuk daunnya menyerupai bentuk pedang. Calla lily ‘Majestic Red’, Z. pentlandii x Hybrid ’Millenium Gold’, dan Z. elliottiana x rehmannii ’Flame’ merupakan tanaman calla lily yang belum diproduksi bunganya oleh PT MJ Flora. Pacific Callas (2003) menyatakan bahwa warna bunga tanaman calla lily dari ketiga kutivar tersebut berbeda. Calla lily ‘Majestic Red’ memiliki warna bunga merah tua, calla lily ‘Millenium Gold’ memiliki warna bunga kuning keemasan, sedangkan calla lily ‘Flame’ memiliki warna bunga kuning kemerahan. Warna daun dari ketiga tanaman tersebut adalah sama, yaitu hijau dengan bercak putih. 2. Pembibitan Awal produksi calla lily, bibit yang digunakan oleh PT MJ Flora diperoleh dari bibit introduksi. Bibit yang digunakan di dalam produksi calla lily ini adalah bibit dari umbi dan bibit hasil kultur jaringan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nyalala (2006) yang menyatakan bahwa pemulia dan pembudidaya tanaman memiliki dua pilihan bibit untuk menanam Zantedeschia, yaitu bibit hasil kultur jaringan dan umbi, tergantung dari kebutuhan perusahaan. Sebenarnya terdapat
25
teknik pembibitan lain, yaitu bibit yang berasal dari biji. Namun hal ini sulit dilakukan tanpa bantuan teknologi seperti kultur jaringan. Untuk memperbanyak bibit dalam bentuk umbi, PT MJ Flora melakukan secara mandiri, sedangkan untuk memperbanyak bibit dalam bentuk hasil kultur jaringan, PT MJ Flora mengadakan kerjasama dengan pihak Politani. Panen umbi calla lily dilakukan ketika tanaman telah mulai layu dan menguning, sekitar empat bulan setelah tanam. Umbi yang dipanen dijaga agar tidak terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan mudahnya umbi terserang oleh penyakit busuk Erwinia. Umbi calla lily yang telah dipanen, dikeringkan di bawah naungan 40-50% (Gambar 9.a). Umbi tersebut dibersihkan dari akar dan daun yang ada sekitar 7 hari setelah dikeringkan. Setelah kering dan bersih, umbi disimpan di nampan tanam dengan suhu ruang (24-25°C) selama ±10 minggu, hingga umbi siap ditanam kembali (Gambar 9.b). Untuk mencegah munculnya hama dan penyakit selama masa rest period ini, dapat dilakukan pencelupan umbi ke dalam pestisida.
Gambar 9. (a) Umbi yang Baru Dipanen, dan (b) Umbi yang Telah Dibersihkan Bibit kultur jaringan diaklimatisasi di dalam nampan tanam sebelum ditanam di lapang (Gambar 10). Media yang dibutuhkan dalam aklimatisasi bibit hasil kutur jaringan adalah arang sekam. Bibit kultur jaringan di dalam nampan tanam disimpan di bawah naungan dan suhu yang sama dengan penyimpanan bibit umbi calla lily. Pemupukan tidak diperlukan selama bibit masih dalam proses tahap aklimatisasi. Pengairan tanaman perlu dijaga, agar tanaman selalu dalam kondisi lembab. Tahap aklimatisasi dapat dilakukan hingga tanaman berumur 1 bulan, tergantung dari kondisi tanaman. Untuk menghasilkan bunga dari bibit kultur jaringan diperlukan waktu 2 hingga 3 kali siklus tanam calla lily
26
Gambar 10. Bibit Kultur Jaringan Calla lily. 3. Penanaman Penanaman kedua jenis bibit calla lily yang dilakukan PT MJ Flora tersebut memiliki sistem yang berbeda. Untuk penanaman umbi, dapat dilakukan pada bedengan terbuka (Gambar 11) atau pada greenhouse tergantung tujuan penanaman, sedangkan penanaman bibit hasil kultur jaringan dilakukan pada bedengan terlindung nethouse dengan persentase naungan sebesar 50%.
Gambar 11. Bedengan Calla lily di PT MJ Flora Penanaman umbi dapat bertujuan untuk pembesaran umbi, produksi bunga potong dan produksi tanaman hias pot, sedangkan penanaman bibit hasil kultur jaringan hanya bertujuan untuk pembesaran umbi. Untuk pembesaran umbi dan produksi bunga potong, umbi atau bibit kultur jaringan ditanam di bedengan berukuran lebar ±1,2 m serta tinggi ±20 cm, dengan panjang disesuaikan dengan lahan yang tersedia (5-8 m). Pengapuran (Gambar 12) dilakukan seperlunya hingga pH mencapai sekitar 5,5-6,0. Pupuk yang digunakan adalah NPK 15-15-15 dengan takaran 500kg/ha dan pupuk organik, yaitu pupuk kompos. Pengairan dilakukan sebelum
27
dan sesudah penanaman serta setiap harinya untuk pemeliharaan. Pengairan yang dilakukan setiap hari tergantung pada cuaca.
Gambar 12. Lahan yang Telah Mengalami Pengapuran dan Pemupukan Penanaman bibit hasil kultur jaringan ditanam di bedengan dengan jarak 15 cm, memanjang dalam 2 baris, sedangkan bibit umbi berdiameter sekitar 5 cm ditanam dengan jarak tanam 30¯30 cm dengan kedalaman 10-12 cm. Untuk ukuran diameter umbi yang lebih kecil memiliki jarak dan kedalaman yang disesuaikan. Pengapuran, pemupukan dan pengairan dilakukan serupa dengan penanaman bibit umbi (Gambar 12). Untuk produksi tanaman hias pot, umbi ditanam di dalam pot berukuran 410 inci, tergantung permintaan dan kebutuhan. Media yang digunakan adalah media mix cocopeat dan arang sekam dengan perbandingan 1:1. Pot tersebut kemudian diletakkan diatas rak di dalam greenhouse ataupun di luar greenhouse, sesuai ketersediaan tempat. Namun sebaiknya pot diletakkan di lahan terbuka, karena calla lily tumbuh subur dibawah sinar matahari penuh (Tjia, 2003). Perlakuan yang terpenting setelah penanaman adalah pengairan yang cukup. Penyiraman dilakukan oleh pekerja secara rutin setiap hari dengan cara manual. Setiap dua hari sekali dilakukan penyiraman dengan campuran pupuk pemacu pertumbuhan dengan merek dagang Growmore. Konsentrasi yang dipakai di PT MJ Flora adalah 350 ppm.
28
Gambar 13. Mutasi Warna Serta Malformasi Daun dan Bunga Calla lily Gibberellic Acid (GA) dapat digunakan untuk mempercepat pembungaan pada tanaman calla lily (Corr dan Widmer, 1987). Bibit umbi yang akan ditanam untuk tujuan produksi tanaman hias pot mendapat perlakuan pencelupan GA3 sebesar 50-100 ppm selama 30 menit. GA3 ini dapat menyebabkan adanya malformasi warna serta bentuk daun dan bunga calla lily yang ditunjukkan pada Gambar 13.
Gambar 14. Serangan Hama dan Penyakit pada Tanaman Calla lily, yaitu: (a) Busuk Erwinia, (b) Bercak Alternaria, dan (c) Gigitan Belalang Pada pengamatan identifikasi hama dan penyakit calla lily di lapang ditemukan dua jenis penyakit dan satu jenis hama. Gejala dan pengendalian hama dan penyakit tersebut terlihat pada Gambar 14 dan dijelaskan pada Tabel 4 . Calla lily mudah dipengaruhi oleh busuk erwinia. Oleh karena itu setelah penanaman, tanaman calla lily harus selalu dijaga kelembabannya namun tidak terlalu berlebihan dalam penyiraman (Larson, 1980). Bercak Alternaria dapat tersebar melalui spora yang tertiup angin ke daun sekitarnya. Untuk pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga daun selalu kering dan sanitasi yang baik (Dreistadt, 2001).
29
Tabel 4. Identifikasi Hama dan Penyakit Tanaman Calla lily Nama Penyakit
Gejala
Patogen
Pengendalian
Busuk Erwinia
Umbi membusuk, tanaman menguning, daun rontok dan menimbulkan bau tidak sedap
Erwinia carotovora var, aroidae
Belum ada perlakuan yang efektif
Bercak daun Alternaria
Bercak nekrotik berwarna kuning kecoklatan pada daun dan bunga, menyebabkan jaringan tanaman mati
Alternaria sp.
Fungisida (Benlate)
Gigitan Belalang
Daun berlubang dan menggangggu keragaan tanaman keseluruhan
Belalang
Insektisida, tetapi jarang dilakukan
4. Panen dan Pasca Panen Panen calla lily yang dilakukan di PT MJ Flora terdapat tiga jenis, yaitu panen umbi, panen bunga, dan panen tanaman hias pot calla lily. Panen umbi dapat bertujuan untuk perbanyakan atau untuk dijual atau dipasarkan. Panen bunga calla lily bertujuan untuk menjadikan bunga sebagai bunga potong yang dapat dipasarkan. Selain itu, panen tanaman hias pot calla lily bertujuan untuk dipasarkan dalam bentuk tanaman hias pot yang telah memiliki bunga. Skema teknik budidaya callalily beserta waktu yang diperlukan di PT MJ Flora dapat dilihat pada Gambar 15. Penanaman di Pot
Umbi
rest periode 10 minggu
Penanaman di Lahan
3 bulan
Panen Calla Lily Pot
2-4 bulan
umbi dibersihkan dari tajuk Gambar15. Skema Teknik Budidaya Calla Lily di PT MJ Flora
Panen Bunga
Panen Umbi
30
Panen umbi untuk tujuan pemasaran dilakukan bersamaan dengan panen umbi untuk tujuan pembibitan yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Pada masa rest period, umbi dapat dijual kepada kosumen. Harga dari umbi ini ditentukan oleh ukuran umbi. PT MJ Flora memproduksi 5 grade umbi, yaitu ukuran 1-2 cm, ukuran 2-3 cm, ukuran 3-4 cm, ukuran 4-5 cm, dan ukuran jumbo (>5 cm). Umbi yang dijual adalah umbi yang telah mengalami penyimpanan lebih dari 8 minggu. Apabila umbi tidak terjual dan telah melebihi waktu penyimpanan, maka umbi akan ditanam kembali oleh perusahaan dengan tujuan pembesaran umbi atau produksi bunga selanjutnya. Panen bunga potong calla lily memiliki perbedaan penanganan dengan panen umbi calla lily. Pada dasarnya terdapat dua sistem pemanenan bunga potong calla lily, yaitu sistem pencabutan bunga hingga dasar tanaman calla lily dan sistem pemotongan tangkai bunga calla lily. Panen bunga potong yang dilakukan oleh PT MJ Flora adalah dengan sistem pencabutan bunga calla lily hingga dasar tanaman. Bunga potong yang telah dicabut segera dimasukkan ke dalam air untuk menjaga kesegaran dan diikat untuk mencegah kerusakan (Gambar 16). Bunga potong calla lily pada PT MJ Flora terbagi menjadi lima grade, yaitu XS, S, M, L, dan XL, dengan panjang tangkai bunga dan bunga masing-masing adalah 10 cm, 20 cm, 30 cm, 40 cm dan 50 cm.
Gambar 16. Bunga Potong Calla lily Sistem pencabutan bunga hingga dasar tanaman berguna untuk mencegah pecahnya tangkai bunga disertai dengan penggulungan tangkai bunga, yang biasanya terjadi apabila panen dilakukan dengan sistem pemotongan tangkai bunga. Sistem ini dapat pula berfungsi untuk penambahan panjang bunga,
31
sehingga dapat meningkatkan nilai jual bunga potong. Kelemahan dari sistem ini adalah terjadinya kerusakan dan gangguan pada pertumbuhan primordia bunga yang kedua dan ketiga (Tjia, 1989). Sebaliknya untuk pencegahan pecahnya tangkai bunga disertai dengan penggulungan tangkai bunga pada sistem pemotongan bunga, dapat digunakan perendaman pada larutan gula 40 g/l dan 100 ppm 8-hidroxy quinoline citrate (Tjia, 2003). Namun biaya untuk pembuatan larutan ini cukup besar, sehingga PT MJ Flora memilih untuk melakukan sistem pencabutan bunga, agar harga jual bertambah seiring dengan bertambahnya panjang bunga dan hanya menggunakan perendaman air biasa, sebagai penanganan pasca panen. Panen tanaman hias pot disesuaikan dengan permintaan konsumen, apakah konsumen ingin mendapatkan tanaman hias pot calla lily yang belum berbunga atau yang telah berbunga. Selain kondisi bunga tanaman hias pot calla lily, konsumen juga dapat memesan ukuran tanaman yang disesuaikan dengan ukuran diameter pot. Hasil panen kemudian didistribusikan kepada konsumen atau retail PT MJ Flora dengan menggunakan truk yang telah diatur untuk mencegah kerusakan selama perjalanan.
B. Krisan 1. Identifikasi varietas Tipe bunga krisan terbagi menjadi dua, yaitu tipe standard dan tipe spray. Tipe standard merupakan tipe yang membiarkan bunga terminal tumbuh tanpa diikuti pertumbuhan bunga lateral. Pertumbuhan bunga tipe spray adalah tipe yang mencegah bunga terminal tumbuh untuk memproduksi bunga-bunga lateral. Untuk menghasilkan tipe pertumbuhan bunga yang diharapkan, maka jenis bunga yang tidak diperlukan, bunga lateral atau bunga terminal, dihilangkan (Kessler, 2007). Perawakan tinggi tanaman menggambarkan kecepatan pertumbuhan beragam varietas tanaman krisan tersebut. Hal ini dijelaskan Kessler (2007) bahwa salah satu cara pengklasifikasian tanaman krisan adalah dengan melihat perbedaan tinggi tanaman. Semakin tinggi perawakan tanaman maka semakin
32
cepat tanaman tersebut tumbuh. Untuk mencegah perbedaan kecepatan pertumbuhan ini, maka diperlukan teknik khusus, yaitu dengan penyemprotan alar yang lebih sering atau dengan penyungkupan yang lebih awal. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat lebih dari 40 varietas krisan yang telah dibudidayakan oleh PT MJ Flora. Namun baru 34 varietas yang telah diproduksi intensif untuk dipasarkan. Contoh sebagian hasil pengamatan untuk identifikasi varietas di lapang dapat dilihat pada Tabel 5. Beragam jenis varietas tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 5. Hasil Pengamatan Identifikasi Varietas Krisan di PT MJ Flora Gambar
Nama
Warna
Bentuk
Tipe
Perawakan
Varietas
Bunga
Bunga
Bunga
Tanaman
Red Aubun
Merah
Single
Standard
Tinggi
Rage
Merah
Anemon
Spray
Tinggi
Pompon
Standard
Sedang
Single
Spray
Sedang
Spider
Standard
Pendek
Pink Arola
Pink Davis
Deep Lub
Pink Tua
Pink Tua
Pink Tua
33
2. Pembibitan PT MJ Flora memperbanyak tanaman krisan ini dengan stek pucuk. Stek pucuk pada tanaman krisan diambil dari tanaman indukan yang disebut mother plant. Mother plant tersebut ditanam di greenhouse tersendiri, berbeda dari greenhouse propagasi dan penanaman. Greenhouse mother plant krisan dapat dilihat pada Gambar 16. Greenhouse mother plant tersebut selalu mendapatkan sinar sepanjang hari, dimana ketika malam hari tanaman ini mendapatkan sinar dari lampu 100 watt yang bertujuan untuk tetap menjaga pertumbuhan tanaman tetap dalam masa vegetatif.
Gambar 17. Greenhouse Tanaman Induk Krisan Stek pucuk yang digunakan merupakan bagian tanaman yang sukulen dan masih muda, sehingga mudah untuk berakar (Evans, 2006). Untuk mempercepat pengambilan stek pucuk pada tanaman induk krisan diperlukan pisau stek khusus. Ukuran pisau stek disesuaikan dengan panjang stek yang dibutuhkan, yaitu ±10 cm. Teknik pengambilan stek pucuk krisan dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Pengambilan Stek dari Tanaman Induk Krisan
34
Stek yang terkumpul dipisahkan dan dihitung berdasarkan varietasnya untuk keperluan data perusahaan. Hasil stek dicelupkan ke dalam larutan fungisida dengan konsentrasi 5 ppm selama beberapa detik hingga merata dan kemudian dikering anginkan sebelum ditanam di ruangan propagasi (Gambar 19). Fungisida yang digunakan memiliki merek dagang Dithane.
Gambar 19. Pencelupan Hasil Stek Krisan pada Larutan Fungisida Hasil stek yang telah cukup mengering segera ditanam di ruangan propagasi dimana terdapat bak penanaman yang berisi media tanam arang sekam steril (Gambar 20). Stek krisan tersebut harus selalu terjaga kelembabannya. Smith (2007) menyatakan bahwa untuk memperoleh akar pada stek krisan diperlukan kondisi yang lembab. Oleh karena itu, ruangan propagasi ini menggunakan penyemprot kabut otomatis yang menyala setiap 5 menit sekali. Suhu dan kelembaban di ruang propagasi PT MJ Flora dapat mencapai 25°C dan 99%.
Gambar 20. Ruang Propagasi Selama pertumbuhan akar, krisan harus tetap terjaga fase vegetatifnya, dengan memasang lampu 100 watt pada ruangan yang dinyalakan pada malam harinya. Hal ini serupa dengan perlakuan yang diberikan di greenhouse mother
35
plant. Hasil stek krisan yang telah berakar (2 minggu) dipindahkan ke dalam pot berukuran 6 inci untuk segera dilakukan teknik budidaya lebih lanjut. 3. Penanaman Bibit krisan hasil stek kemudian ditanam pada pot berukuran 6 inci. Media tanam yang digunakan adalah media cocopeat berformula pupuk perusahaan dan arang sekam dengan perbandingan 1:1. (Holttum dan Enoch, 1991) menyatakan bahwa krisan membutuhkan drainase yang baik pada media pertumbuhannya. Sebelum penanaman bibit, kondisi media tanam harus basah, agar bibit tidak layu dan kering. Penanaman bibit dilakukan sedangkal mungkin, namun akar tetap tertutup permukaan tanah (Gambar 21). Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Tjia (2000) yang menyatakan bahwa hasil stek pada krisan sebaiknya ditanam dangkal pada media dan hanya tertutup sedikit tanah, karena pertanaman yang dalam akan meningkatkan kemungkinan tanaman terinfeksi penyakit busuk batang Rhizoctonia. Setiap pot terdapat 6 bibit krisan, dimana satu bibit ditanam tegak di tengah pot, sedangkan kelima bibit yang lain ditanam rebah dan melingkar di sekeliling pot tersebut. Keenam bibit tersebut dipilih yang memiliki ketinggian serupa, agar pertumbuhannya diharapkan sama.
Gambar 21. Penanaman Krisan pada Fase Longday Pot bibit yang baru ditanam tersebut kemudian diletakkan pada rak khusus fase longday, dimana selalu mengalami penyinaran sepanjang hari (Gambar 17), seperti pada fase perakaran di ruang propagasi dan pada greenhouse tanaman induk. Tjia (2000) menyatakan bahwa pemasangan instalasi listrik untuk menyediakan penyinaran kondisi hari panjang harus dilakukan dengan intensitas
36
cahaya minimum 10 cahaya lilin, dan dapat menggunakan lampu pijar 100 watt yang diletakkan dengan jarak antar lampu 1,5 m dan berada 40 cm di atas tanaman. Pada fase longday ini, perlu dilakukan pinching pada minggu pertama setelah penanaman di fase longday. Pinching adalah membuang pucuk terminal dari bibit asal yang dilakukan untuk menghentikan dominasi tunas apikal untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas lateral dari ketiak daun (Cahyono, 1999). Tujuan lain dari perlakuan ini adalah untuk menyamakan tinggi tanaman dalam satu pot, sehingga terlihat kompak. Alar dengan bahan aktif Daminozide diberikan satu kali pada saat minggu pertama setelah penanaman. Hal ini dilakukan untuk menjaga kekompakkan pertumbuhan. Konsentrasi alar yang digunakan di PT MJ Flora adalah 3500 ppm. Setelah dua minggu berada pada fase longday, tanaman dipindahkan ke rak krisan khusus fase shortday. Tujuan fase ini adalah untuk merangsang inisiasi pembungaan. Pada rak fase shortday ini terdapat perangkap hama berwarna kuning untuk menghindari serangan hama (Gambar 22). Selain itu penyiraman pada fase ini telah menggunakan sistem fertigasi, dimana larutan air dicampur dengan pupuk Growmore dengan konsentrasi 350 ppm. Pada fase ini terdapat pula beberapa perlakuan budidaya guna menunjang pertumbuhan krisan, yaitu penyiraman, penyungkupan, disbudding, dan penggunaan alar.
Gambar 22. Krisan pada Fase Shortday Penyungkupan merupakan teknik menciptakan hari pendek buatan yang dilakukan pada krisan dengan tujuan menyeragamkan inisisasi dan perkembangan bunga (Gambar 23). Penyungkupan dilakukan dengan menggunakan bahan plastik berwarna hitam selama 12-15 jam per hari, dilakukan mulai dari jam 4 sore.
37
Gambar 23. Penyungkupan pada Fase Shortday Disbudding adalah
pembuangan
bakal-bakal
bunga
yang
tidak
diinginkan sesuai dengan tujuan pembentukan bunga (Cahyono, 1999). Tipe bunga pada krisan adalah spray dan standar. Disbudding pada krisan tipe spray adalah dengan menghilangkan bakal bunga terminal dan menyisakan 5-6 bakal bunga
lateral.
Disbudding
pada
krisan
tipe
standard
adalah
dengan
menghilangkan seluruh bakal bunga lateral dengan menyisakan bakal bunga terminal. Waktu disbudding yang dilakukan oleh PT MJ Flora adalah pada saat empat minggu setelah pemindahan tanaman ke rak shortday. Penggunaan alar bertujuan untuk mengatur tinggi tanaman pot krisan (Tjia, 2000). Alar yang digunakan PT MJ Flora memiliki bahan aktif Daminozide. Daminozide memiliki mekanisme kerja yang berbeda dari retardan lain karena daminozide tidak saja berperan dalam menghambat sintesis hormon giberelin (berfungsi dalam pemanjangan sel), namun juga menghambat metabolisme atau aksi dari giberelin alami tanaman (Manhennet, 1980). Tanaman disemprot dengan konsentrasi alar sebesar 3500 ppm. Penyemprotan biasanya dilakukan kembali dua minggu setelah pemindahan tanaman ke fase shortday (Gambar 24).
Gambar 24. Penyemprotan Alar pada Krisan
38
Setelah empat minggu berada di fase shortday tanaman akan mulai muncul kuncup bunga. Apabila hal ini telah terjadi, maka penggunaan alar pada tanaman dihentikan untuk mencegah kerusakan pada bunga. Selanjutnya apabila tanaman telah berbunga mekar, maka tanaman tersebut dipindahkan ke rak khusus panen (Gambar 25), untuk penanganan pasca panen.
Gambar 25. Krisan Siap Jual Penggunaan pestisida pada tanaman krisan di PT MJ Flora intensif dilakukan. Frekuensi penyemprotan pestisida adalah satu minggu sekali atau sesuai kebutuhan. Oleh karena itu, tanaman krisan di PT MJ Flora tidak terlalu mengalami permasalahan hama dan penyakit yang serius. Pada beberapa tanaman krisan dijumpai adanya beberapa jenis hama yang dapat dilihat pada Gambar 26 dan dijelaskan pada Tabel 6. Tabel 6. Identifikasi Hama Tanaman Krisan Nama Serangan
Gejala
Patogen
Pengendalian
Korokan Daun
Adanya korokan pada daun krisan
Liriomyza huidobrensis (Leafminers)
Insektisida (Lanete)
Serangan Mealy Bugs
Daun atau batang berserbuk putih dan menguning
Mealy Bugs Famili Pseudococcidae
Insektisida (Confidor)
Serangan Aphid
Daun berbercak kuning dan mengerdil
Famili Aphididae
Insektisida (Confidor)
Serangan White Fly
Daun berbintik kuning, ada serangga berterbangan
White Fly Famili Pseudococcidae
Insektisida (Confidor)
39
Gambar 26. Serangan Hama pada Tanaman Krisan, yaitu: (a) Korokan Daun, (b) Serangan Mealy Bugs, (c) Serangan Aphid, dan (d) Serangan White Fly Dreistadt (2001), menyatakan bahwa Aphid sering menyerang jaringan sukulen baru. Cara pencegahan serangan Aphid antara lain dengan penggunaan screen pada greenhouse serta sanitasi yang baik. Selain itu dilakukan pengurangan kegiatan pinching pucuk tanaman bila tidak dalam kondisi terdesak untuk mengurangi munculnya daun muda. Pencegahan timbulnya korokan daun, Mealy Bugs dan White Fly antara lain dengan pengaplikasian sanitasi yang baik. Apabila terlihat gejala Mealy Bugs diperlukan adanya isolasi tanaman penderita. 4. Panen dan Pasca Panen Krisan yang berada pada rak panen, merupakan krisan yang telah siap jual. Skema hasil pengamatan teknik budidaya krisan beserta waktu yang diperlukan dapat dilihat pada Gambar 27.
Mother Plant Krisan
Stek Krisan
Propagasi
2 minggu
Fase Shortday 2 minggu
Tanaman Siap Panen
8 minggu
Fase Longday
Gambar 27. Skema Teknik Budidaya Krisan di PT MJ Flora
Krisan dikatakan siap panen apabila bunga telah terbuka setengah mekar. Penanganan pasca panen (Gambar 28) adalah dengan membuang bagian-bagian tanaman yang rusak dan layu agar tanaman terlihat bersih dan menarik. Setelah itu
40
dilakukan penyiraman secukupnya pada tanaman agar tidak layu diperjalanan. Penyangga dari kayu perlu diberikan disisi tanaman agar tanaman terlihat kompak. Langkah terakhir yang dilakukan adalah membungkus tanaman dengan kertas slip untuk mencegah kerusakan selama perjalanan dan memberikan label perawatan tanaman untuk menginformasikan cara perawatan krisan oleh konsumen. Apabila, konsumen berada di luar pulau Jawa sehingga harus mendistribusikan tanaman dengan pesawat, maka tanaman krisan yang telah dibungkus dengan kertas slip memerlukan packaging tambahan, yaitu dengan kardus khusus yang sesuai dengan ukuran krisan.
Gambar 28. Penanganan Pasca Panen Krisan
C. Kembang Sepatu 1. Identifikasi spesies dan varietas Secara umum, kembang sepatu memiliki beragam ukuran, bentuk dan bunga serta daun. Kembang Sepatu merupakan tanaman perdu yang memiliki tinggi sekitar 1-4 m. Tinggi tanaman kembang sepatu ini dapat dikendalikan dengan pemangkasan secara rutin.
Gambar 29. Beragam Varietas Kembang Sepatu di PT MJ Flora
41
PT MJ Flora belum memiliki banyak varietas Kembang Sepatu yang diproduksi secara intensif untuk dipasarkan, sehingga sulit untuk dilakukan identifikasi varietas. Baru satu jenis varietas Kembang Sepatu yang diproduksi secara intensif, yaitu Hibiscus rosa-sinensis ‘Mini´ yang memiliki bentuk mahkota bunga mini atau kecil berdiameter sekitar 3-5 cm (Gambar 29.a), berwarna merah muda. Varietas Kembang Sepatu ini berasal dari Thailand. 2. Pembibitan Varietas kembang sepatu yang ada di PT MJ Flora merupakan varietas introduksi. Varietas tersebut kemudian dikembangbiakkan menjadi tanaman induk untuk perbanyakan (Gambar 30).
Gambar 30. Tanaman Induk Hibiscus rosa-sinensis Introduksi dari Thailand Teknik perbanyakan kembang sepatu yang dilakukan PT MJ Flora adalah stek pucuk, hal ini sesuai dengan pernyataan Texas Cooperative Extention (2006) menyatakan bahwa teknik perbanyakan terbaik untuk kembang sepatu adalah dengan stek pucuk (Gambar 31).
Gambar 31. Pucuk Kembang Sepatu yang Siap Distek
42
Pucuk yang distek memiliki panjang sekitar 10 cm. Setelah didapatkan stek pucuk kembang sepatu, hasil stek tersebut dicuci dengan air mengalir, dan kemudian direndam pada larutan fungisida untuk mencegah adanya penyakit. PT MJ Flora pada teknik perbanyakannya jarang menggunakan hormon perakaran. Hal ini telah dijelaskan oleh The American Hibiscus Society (2006), yang menyatakan bahwa beberapa varietas kembang sepatu mudah untuk berakar sehingga untuk memacu perakaran dapat dilakukan tanpa menggunakan hormon perakaran.
Gambar 32. Stek Kembang Sepatu di Ruang Propagasi Stek pucuk yang ada kemudian ditanam pada nampan tanam dengan media tanam cocopeat dan arang sekam yang dicampur dengan perbandingan 1:1. Nampan tanam tersebut diletakkan pada ruang propagasi yang terjaga kelembabannya (Gambar 32). Evans (2006) menambahkan bahwa nampan tanam plastik dapat membantu untuk menjaga kelembaban dan mengurangi kehilangan air.
Gambar 33. Pertumbuhan Kalus dan Akar pada Hasil Stek Kembang Sepatu
43
Stek yang telah berakar lebat siap dipindahkan ke dalam pot, dimana setiap pot terdiri dari lima stek kembang sepatu yang telah berakar. Stek kembang sepatu biasanya berakar pada 3-5 minggu setelah tanam. Sekitar minggu pertama, stek mulai memunculkan kalus bakal akar. Ketika warna akar mulai berubah warna dari putih menjadi kuning muda maka stek siap dipindahkan ke pot (Texas Cooperative Extention, 2006). Pertumbuhan kalus dan akar pada hasil stek kembang sepatu dapat dilihat pada Gambar 33. 3. Penanaman Pot yang dijadikan standard penanaman kembang sepatu tersebut di PT MJ Flora memiliki ukuran 6 inci. Pada setiap pot terdapat lima tanaman hasil perbanyakan dengan sistem stek pucuk (Gambar 34). Di dalam pertumbuhan tanaman remaja menuju tanaman siap jual, kembang sepatu ini akan mengalami beberapa tahap budidaya.
Gambar 34. Penanaman Hasil Stek Kembang Sepatu Kembang sepatu yang dibudidayakan untuk dijadikan tanaman induk ditanam di bedengan, namun apabila kembang sepatu tersebut ditujukan untuk dipasarkan, maka kembang sepatu tersebut ditanam di dalam pot sehingga menjadi tanaman hias pot kembang sepatu. Hibiscus rosa-sinensis yang memiliki bunga mini merupakan produksi andalan PT MJ Flora. Kembang sepatu tersebut dibudidayakan di dalam greenhouse dengan menggunakan sistem fertigasi, dimana larutan pupuk dengan merek dagang Growmore dicampur dengan air penyiraman biasa dengan konsentrasi 350 ppm.
44
Gambar 35. Penanaman Kembang Sepatu di Greenhouse Hasil perbanyakan stek pucuk yang telah berakar sempurna ditanam di dalam pot berukuran 6 inci dengan media cocopeat yang telah tercampur formula pupuk perusahaan dan arang sekam 1:1. Pot tersebut kemudian di sambungkan dengan saluran irigasi tetes untuk mengefektifkan penggunaan air. Jarak tanam antar pot di rak greenhouse adalah sekitar 30 cm. Sistem penyiraman dan jarak tanam kembang sepatu dapat dilihat pada Gambar 35. Sistem drainase yang baik merupakan kebutuhan vital untuk tanaman hias kembang sepatu (Walker, 2001). Satu minggu setelah penanaman dilakukan pinching pada kelima tanaman yang ada di setiap pot. Hal ini bertujuan untuk menyerempakkan pertumbuhan trubus serta tinggi tanaman, dan mencegah tanaman tumbuh terlalu menyemak (Texas Cooperative Extention, 2006).
Gambar 36. Serangan Hama pada Tanaman Kembang Sepatu, yaitu: (a) Gigitan Ulat, (b) Serangan oleh Mealy Bugs, (c) Serangan Thrips, dan (d) Sarang Semut Penyemprotan pestisida dilakukan apabila gejala serangan terlihat. Tanaman kembang sepatu di PT MJ Flora mengalami penyemprotan pestisida
45
sebanyak satu kali tiap bulan. Pada pengamatan identifikasi hama dan penyakit kembang sepatu di lapang ditemukan beberapa jenis kerusakan tanaman akibat serangan hama (Gambar 36). Gejala dan pengendalian dari beberapa jenis hama tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Serangan Mealy Bugs merupakan ancaman bagi tanaman kembang sepatu. Serangan Thrips sulit untuk dicegah karena mereka memiliki mobilitas yang cukup tinggi pada tanaman kembang sepatu (Walker, 2001). Tabel 7. Identifikasi Hama Tanaman Kembang Sepatu Nama Serangan
Gejala
Patogen
Pengendalian
Gigitan Ulat
Daun rusak akibat dimakan ulat
Ulat
Insektisida (Lanete)
Serangan oleh Mealy Bugs
Daun atau batang berserbuk putih dan menguning
Mealy Bugs Famili Pseudococcidae
Insektisida (Confidor)
Serangan Thrips
Daun berbercak hitam dan menggulung
Thrips sp.
Insektisida (Confidor)
Adanya sarang semut
Daun menutup dan membentuk sarang
Semut
Dibersihkan atau dengan Insektisida
Perawatan tanaman tersebut dilakukan secara manual. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya sumber penyakit yang diakibatkan oleh organ tumbuhan yang kering dan layu. 4. Panen dan Pasca Panen Tanaman hias pot kembang sepatu yang telah siap dipanen, merupakan tanaman hias pot kembang sepatu yang memiliki pertumbuhan kompak dan sebaiknya yang telah berbunga (Gambar 37). Jumlah bunga tiap pot yang dapat dinyatakan siap panen adalah sebanyak 3 bunga setengah mekar, namun didalam praktiknya walaupun tanaman belum memenuhi syarat tersebut pekerja dapat
46
memanen untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Batang tanaman juga telah terlihat kokoh dan tidak menunjukkan adanya gejala defisiensi hara.
Gambar 37. Tanaman Kembang Sepatu Siap Panen Tanaman yang dipanen harus dibersihkan terlebih dahulu dari beberapa organ tanaman yang tidak diperlukan akibat layu atau pertumbuhan yang tidak kompak. Tanaman hias pot tersebut kemudian dimasukkan kedalam kertas slip untuk mencegah kerusakan selama transportasi. Skema hasil pengamatan teknik budidaya kembang sepatu dapat dilihat pada Gambar 38. Dari skema dapat disimpulkan bahwa waktu yang dibutuhkan dalam satu siklus budidaya kembang sepatu adalah 3-4 bulan, sehingga sebuah perusahaan dapat melakukan 3 hingga 4 siklus per tahunnya.
Mother Plant Kembang Sepatu
Stek Kembang Sepatu
Propagasi 3-5 minggu
Tanaman Siap Panen
8 minggu
Penanaman di Pot
Gambar 38. Skema Teknik Budidaya Kembang Sepatu di PT MJ Flora
47
Penelitian dalam Teknik Budidaya di PT MJ Flora A. Pendahuluan a.1 Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi pada PT MJ Flora pada calla lily adalah produksi tanaman calla lily yang belum memenuhi seluruh permintaan konsumen. Beberapa varietas calla lily masih dalam tahap perbanyakan umbi dimana belum dapat menghasilkan produk bunga potong maupun tanaman hias pot. Kurang terpenuhinya produksi bibit stek yang telah berakar untuk menghasilkan produk tanaman hias pot siap jual merupakan latar belakang penulis untuk melakukan percobaan lain pada tanaman hias pot kembang sepatu. a.2 Tujuan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kombinasi lama simpan dan ukuran umbi terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman calla lily di bedengan dan di pot. Selain itu, tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan hormon perakaran untuk memacu perakaran kembang sepatu. a.3 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam percobaan ini adalah: 1. Terdapat kombinasi lama simpan dan ukuran umbi yang efektif dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif calla lily di bedengan. 2. Terdapat kombinasi lama simpan dan ukuran umbi yang efektif dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif calla lily di pot. 3. Terdapat pengaruh lama pencelupan hormon perakaran terhadap kecepatan perakaran stek kembang sepatu. B. Tinjauan Pustaka b.1. Calla lily Secara taksonomi, tanaman calla lily termasuk ke dalam ordo Arales dan famili Araceae. Genus dari tanaman ini adalah Zantedeschia dengan spesies Zantedeschia sp.
48
Zantedeschia rehmanii ‘Pink Persuasion” merupakan tanaman calla lily yang memiliki tipe pembungaan simpodial dimana setiap tanaman dapat menghasilkan beberapa bunga, sehingga baik digunakan sebagai tanaman hias pot (Tjia, 1989). Umbi merupakan salah satu teknik perbanyakan calla lily (Nyalala, 2006). Umbi calla lily memiliki rest periode di dalam siklus budidayanya. Penyimpanan umbi calla lily pada masa tersebut dilakukan di tempat kering dengan suhu 1520°C dalam waktu 6-12 minggu (Tjia, 2003). Ukuran umbi dapat mempengaruhi jumlah titik tumbuh setiap tunasnya. Tjia (1989) melaporkan bahwa ukuran diameter umbi yang besar akan memiliki jumlah titik tumbuh yang lebih banyak pula. b.2 Kembang Sepatu Secara taksonomi, tanaman kembang sepatu termasuk kedalam ordo Malvales dan famili Malvaceae. Genus dari tanaman ini adalah Hibiscus dengan nama spesies Hibiscus sp. Hibiscus rosa-sinensis dianggap sebagai spesies tetua dari tanaman hibiscus yang hibrida yang telah banyak dikembangkan (Warren, 1997). Terdapat Hibiscus rosa-sinensis varietas Mini yang memiliki ukuran bunga yang kecil dan baik untuk dijadikan tanaman hias pot. Kembang sepatu dapat diperbanyak melalui stek pucuk. Texas Cooperative Extention (2006) menyatakan bahwa teknik perbanyakan terbaik untuk kembang sepatu adalah dengan stek pucuk. Evans (2006), menyatakan pengaplikasian hormon perakaran dapat membantu meningkatkan kecepatan perakaran pada stek tanaman kembang sepatu yang sulit untuk berakar. C. Bahan dan Metode c.1 Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan dilakukan di salah satu kebun PT MJ Flora yang berlokasi di Jl. Raya Munjul Karakal, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor, 16770. Kebun tersebut memiliki suhu 18-30°C dengan kelembaban rata-rata 6075%. Kegiatan percobaan dilaksanakan pada bulan September 2006 hingga Januari 2007.
49
c.2 Bahan dan Alat Percobaan c.2.1 Calla lily Bahan yang digunakan adalah umbi calla lily Zantedeschia rehmanii ‘Pink Persuasion’, lahan, media tanam campuran arang sekam dan cocopeat (1:1), pot, pupuk NPK 15:15:5 dan kompos, GA3. Alat yang digunakan adalah cangkul, kored, tugal, dan timbangan analitik untuk menimbang bahan aktif GA3. c.2.2 Kembang Sepatu Bahan yang digunakan adalah Stek pucuk kembang sepatu beukuran 10 cm, media tanam campuran arang sekam dan cocopeat, nampan tanam (98 lubang), hormon perakaran Raphid Root, dan fungisida Dithane. Alat yang digunakan adalah guntikng stek, wadah pencelupan fungisida dan alat pertanian lainnya. c.3 Metode Percobaan c.3.1 Calla lily Pada percobaan ini dilakukan dua percobaan terpisah. Percobaan pertama dilakukan di bedengan, sedangkan percobaan kedua dilakukan di dalam pot. Parameter yang diamati pada kedua percobaan tersebut sama, yaitu pengamatan pengaruh ukuran dan lama penyimpanan umbi calla lily terhadap kecepatan bertunas dan pertumbuhan vegetatif tanaman calla lily. Kedua percobaan tersebut menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 1 faktor. Faktor tersebut adalah kombinasi ukuran umbi (1-2 cm, 2-3 cm, dan 3-4 cm) dan lama penyimpanan umbi calla lily (8 minggu, 10 minggu, 12 minggu), sehingga percobaan ini memiliki 9 kombinasi perlakuan. Terdapat 3 ulangan untuk setiap kombinasi perlakuan, sehingga total menjadi 27 satuan percobaan. Pada percobaan calla lily di bedengan diperlukan 5 umbi pada setiap satuan percobaan sehingga seluruhnya dibutuhkan sejumlah 135 umbi. Pada percobaan calla lily di pot diperlukan 2 umbi tiap satuan percobaan sehingga seluruhnya dibutuhkan umbi berjumlah 54 buah.
50
Metode linier untuk percobaan dapat dilihat di bawah ini: Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk Yij
= respon ukuran umbi ke-i, lama penyimpanan umbi ke-j, dan ulangan ke-k
μ
= rataan umum
αi
= tambahan nilai karena pengaruh ukuran umbi ke-i
βi
= tambahan nilai karena pengaruh lama penyimpanan umbi ke-j
(αβ)ij = Komponen interaksi dari ukuran umbi dan lama penyimpanan umbi εij
= pengaruh acak yang menyebar normal (0,σε²)
Apabila terdapat perlakuan yang berpengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut nilai tengah, yaitu uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf 5%. c.3.2 Kembang Sepatu Percobaan tersebut menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 1 faktor yaitu lama pencelupan stek dalam hormon perakaran. Terdapat 4 perlakuan waktu pencelupan stek kembang sepatu pada hormon perakaran dengan merek dagang Raphid Root dengan konsentrasi 5 ppm, yaitu: R (0)
: tanpa pencelupan
R (1)
: pencelupan cepat
R (2)
: pencelupan selama 1 menit
R (3)
: pencelupan selama 3 menit
Setiap perlakuan memiliki 3 ulangan, sehingga percobaan ini memiliki 12 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan memiliki 5 satuan amatan. Percobaan ini bersifat destruktif sehingga setiap satuan amatan memiliki 10 tanaman yang diamati bergiliran setiap minggu, sehingga secara keseluruhan terdapat 150 stek tanaman setiap perlakuannya. Seluruh perlakuan pada penelitian ini memerlukan 600 stek pucuk kembang sepatu. Metode linier untuk percobaan dapat dilihat di bawah ini: Yij = μ + αi + εij Yij = respon perlakuan ke-i, dan ulangan ke-j μ α
= rataan umum i
= tambahan nilai karena pengaruh perlakuan ke-i
εij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan ke-j
51
Apabila terdapat perlakuan yang berpengaruh nyata, maka diperlukan uji lanjut nilai tengah, yaitu uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) dalam taraf 5%. c.4 Pelaksanaan c.4.1 Calla lily c.4.1.1 Persiapan Umbi Umbi Calla lily Zantedeschia rehmanii ‘Pink Persuasion’ disiapkan sejumlah 135 buah umbi untuk ditanam di bedengan dan 54 buah umbi untuk ditanam di pot. Umbi telah memiliki ukuran dan lama penyimpanan yang telah disortasi sebelumnya. c.4.1.2 Persiapan media tanam Untuk penanaman yang dilakukan di bedengan, perlu dilakukan pembuatan bedengan setinggi 20 cm yang dilakukan bersamaan dengan pencampuran tanah bedengan dengan kompos (5000 kg/ha). Selain itu perlu dilakukan adanya pengapuran dan pemupukan NPK 15:15:15 dengan dosis 500 kg/ha. Kemudian dilakukan penugalan dengan jarak tanam ±15 cm sesuai ukuran umbi. Untuk penanaman di pot, dilakukan pencampuran media arang sekam dengan cocopeat dengan perbandingan 1:1. Kemudian media tersebut dimasukkan ke dalam masing-masing pot yang berukuran 4 inci. c.4.1.3 Penanaman umbi Calla lily Penanaman umbi Calla lily di bedengan dilakukan dengan memasukkan umbi dengan calon tunas menghadap ke atas, ke dalam lubang yang telah dibuat. Setelah diletakkan di dalam lubang dengan kedalaman ±10 cm (tergantung ukuran umbi), lubang ditutup dan permukaan tanah diratakan. Penanaman umbi Calla lily di pot dilakukan serupa dengan penanaman umbi Calla lily di bedengan. Perbedaan terletak pada perlakuan sebelum tanam pada penanaman Calla lily di pot, yaitu dilakukan perendaman dengan larutan GA3 100 ppm dengan lama perendaman 30 menit. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan tanaman hias pot yang memiliki pertumbuhan generatif yang baik sehingga menghasilkan jumlah bunga yang banyak.
52
c.4.2. Kembang Sepatu c.4.2.1 Persiapan bahan dan media tanaman Tanaman induk Hibiscus rosa-sinensis yang ada pada lahan PT MJ Flora distek pada bagian pucuk yang masih muda dengan ukuran panjang seragam yaitu ±10 cm. Pucuk yang dipilih merupakan pucuk dari tanaman induk kembang sepatu yang terbebas dari virus dan hama penyakit lainnya. Untuk mencegah adanya jamur yang muncul pada ruangan propagasi maka stek tanaman direndam 1 menit dalam larutan fungisida dengan merek dagang Dithane dengan takaran 1 g/l. Media yang diperlukan adalah media cocopeat, yang tidak mengandung formula pupuk, dan dicampur dengan arang sekam perbandingan 1:1. Media campuran ini dimasukkan ke dalam nampan tanam ukuran 98 lubang. c.4.2.2 Penanaman stek dan aplikasi hormon perakaran Bahan tanaman stek kembang sepatu yang telah siap, diberi perlakuan sesuai dengan satuan percobaan yang diperlukan. Aplikasi hormon perakaran ini hanya diberikan sekali sebelum penanaman berlangsung. Hormon perakaran ini berbentuk bubuk yang dilarutkan terlebih dahulu. Stek yang telah dicelup hormon perakaran, ditanam sesuai dengan pola yang telah ditentukan. Kemudian nampan tanam diletakkan di dalam ruang propagasi PT MJ Flora. c.5 Pengamatan c.5.1 Calla lily Pengamatan yang dilakukan terhadap penanaman Calla lily di bedengan dan pot adalah jumlah umbi bertunas dan persentase umbi bertunas, jumlah tunas per umbi, tinggi tanaman, dan jumlah daun yang dihasilkan per minggu. Pengamatan dilakukan selama 7 minggu setelah tanam (MST). Teknis pengambilan data jumlah umbi bertunas dan persentase umbi bertunas adalah dengan menghitung jumlah umbi yang bertunas yang kemudian dibandingkan dengan jumlah umbi yang ditanam setiap minggunya. Pengamatan terhadap jumlah tunas per umbi dan jumlah daun yang dihasilkan, adalah dengan menghitung jumlah tunas dan jumlah daun yang ada per umbi setiap minggu. Data
53
tinggi tanaman diperoleh dengan cara mengukur tinggi tanaman per umbi dari tunas yang paling tinggi setiap minggu (cm). Pengukuran tersebut dimulai dari batas media tanaman dengan tanaman hingga ujung daun tertinggi. c.5.2 Kembang sepatu Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan kuantitatif secara destruktif. Variabel pengamatan yang diamati terhadap perakaran stek kembang sepatu setiap minggu adalah persentase stek berakar, panjang akar terpanjang, dan jumlah akar primer. Persentase stek berakar diketahui dengan menghitung jumlah stek yang berakar tiap satuan percobaan, yang kemudian dibandingkan dengan jumlah stek seluruhnya. Variabel panjang akar dihitung dengan mengukur panjang akar primer yang terpanjang dari keseluruhan. Variabel jumlah akar primer dapat diketahui dengan menghitung jumlah akar primer dari setiap tiap stek tanaman per minggu, sedangkan jumlah rambut akar adalah jumlah rambut akar yang ada pada tiap stek tanaman setiap minggunya. Data diambil setiap minggu hingga tujuh minggu setelah tanam D. Hasil dan Pembahasan d.1. Calla lily Penelitian calla lily yang dilakukan pada kegiatan magang di PT MJ Flora terbagi menjadi dua percobaan terpisah. Kedua percobaan tersebut memiliki persamaan tujuan, yaitu untuk mengetahui pengaruh ukuran dan lama penyimpanan umbi calla lily terhadap kecepatan bertunas dan pertumbuhan vegetatif tanaman. Perbedaan dari kedua percobaan ini adalah teknik budidaya dan tujuan penanaman. Percobaan pertama calla lily dilakukan di bedengan dengan tujuan pembesaran umbi, dan produksi bunga potong, sedangkan percobaan kedua calla lily dilakukan di pot dengan tujuan produksi tanaman hias pot.
54
Gambar 39. Kondisi Lapang pada Percobaan di Lapangan dan Percobaan di Pot
Percobaan I Percobaan I merupakan percobaan pengaruh lama penyimpanan dan ukuran umbi terhadap kecepatan bertunas dan pertumbuhan vegetatif calla lily di bedengan. Waktu yang diperlukan untuk melihat kecepatan bertunas dan pertumbuhan vegetatif pada percobaan ini adalah 7 minggu. Kombinasi lama penyimpanan dan ukuran umbi yang paling baik dan efektif terhadap kecepatan bertunas dan pertumbuhan vegetatif dapat dilihat hasil pengamatan beberapa peubah sebagai berikut. 1. Jumlah dan Persentase Umbi Bertunas Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 8 diperoleh bahwa kombinasi lama penyimpanan dan ukuran umbi berpengaruh sangat nyata mulai dari 4 hingga 6 minggu setelah tanam terhadap jumlah dan persentase umbi bertunas. Tabel 8. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Ukuran Umbi terhadap Jumlah dan Persentase Umbi Bertunas Calla lily di Bedengan Perlakuan L. Penyimpanan 8 minggu
Ukuran Umbi (cm) 1-2 2-3 3-4 1-2 2-3 3-4 1-2 2-3 3-4
Jumlah dan Persentase Umbi Bertunas 4 mst
5 mst
6 mst
7 mst
0.00 (0%)b 0.33 (7%)c 1.33 (27%)b 3.33 (67%)abc 0.00 (0%)b 0.33 (7%)c 0.33 (7%)b 2.00 (40%)c 0.00 (0%)b 0.00 (0%)c 0.33 (7%)b 2.67 (53%)bc 0.67 (13%)b 5.00 (100%)a 5.00 (100%)a 5.00 (100%)a 10 minggu 0.00 (0%)b 2.67 (53%)b 4.00 (80%)a 4.33 (87%)ab 0.00 (0%)b 3.00 (60%)b 4.00 (80%)a 4.33 (87%)ab 4.33 (87%)a 4.67 (93%)a 4.67 (93%)a 4.67 (93%)a 12 minggu 3.33 (67%)a 4.67 (93%)a 5.00 (100%)a 5.00 (100%)a 3.00(60%)a 4.33 (87%)a 4.67 (93%)a 4.67 (93%)a ** ** ** * Uji F Keterangan: * : Berpengaruh nyata pada taraf 5% ** : Berpengaruh sangat nyata pada taraf 5% Huruf yang sama pada nilai rataan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
55
Apabila dilihat hasil uji nilai tengah dengan menggunakan uji DMRT, diketahui bahwa kombinasi faktor lama penyimpanan 12 minggu dengan berbagai ukuran umbi merupakan kombinasi yang menghasilkan jumlah dan persentase umbi bertunas yang paling efektif. Faktor lama penyimpanan 8 minggu kurang efektif dalam meningkatkan jumlah dan persentase umbi bertunas. Dari Tabel 8 dapat disimpulkan pula bahwa umbi yang mengalami lama penyimpanan 10 dan 12 minggu, akan bertunas lebih cepat dibandingkan umbi yang mengalami lama penyimpanan 8 minggu. Hal ini dapat diamati pada pengamatan jumlah umbi bertunas pada minggu keempat setelah tanam. Menurut Tjia (1988), umbi yang memiliki masa penyimpanan lebih lama akan mengalami pertumbuhan dan pembungaan lebih cepat. 2. Jumlah Tunas per Umbi Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 9 diketahui bahwa pengamatan jumlah tunas per Umbi yang dimulai pada minggu keempat telah mengalami pengaruh yang sangat nyata hingga akhir pengamatan. Hasil ini didapat melalui uji F hitung. Tabel 9. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Ukuran Umbi terhadap Jumlah Tunas per Umbi Calla lily di Bedengan Perlakuan L. Penyimpanan 8 minggu
10 minggu
12 minggu
Uji F
Ukuran Umbi (cm) 1-2 2-3 3-4 1-2 2-3 3-4 1-2 2-3 3-4
Jumlah Tunas per Umbi 4 mst
5 mst
6 mst
7 mst
0.00b 0.00b 0.00b 0.13b 0.00b 0.00b 0.87a 0.73a 0.60a **
0.07d 0.07d 0.00d 1.00ab 0.53bc 0.67bc 0.93ab 1.13a 0.93ab **
0.27c 0.07c 0.07c 1.00ab 0.80b 0.87b 0.93b 1.33a 1.33a **
0.67bcd 0.40d 0.53cd 1.00abc 0.87abcd 0.93abc 1.13ab 1.33a 1.33a **
Keterangan: * : Berpengaruh nyata pada taraf 5% ** : Berpengaruh sangat nyata pada taraf 5% Huruf yang sama pada nilai rataan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
56
Kombinasi yang paling baik untuk menghasilkan jumlah tunas per umbi adalah kombinasi lama penyimpanan umbi 12 dengan ukuran umbi 2-3 cm dan 34 cm (Tabel 9). Hal ini dapat terlihat dari data akhir pengamatan pada minggu ketujuh. Ukuran diameter umbi yang besar akan memiliki jumlah titik tumbuh tunas yang lebih banyak pula. Hal ini sesuai dengan yang pernah dilaporkan dalam penelitian oleh Tjia (1989) sebelumnya. 3. Jumlah Daun Kombinasi lama penyimpanan dan ukuran umbi terhadap jumlah daun calla lily di bedengan berpengaruh sangat nyata. Hal ini dapat terlihat pada hasil uji F pada pengamatan minggu kelima hingga minggu ketujuh (Tabel 10). Kombinasi terbaik yang dapat digunakan untuk menghasilkan tanaman calla lily yang memiliki jumlah daun terbanyak adalah kombinasi faktor lama penyimpanan 12 minggu dan ukuran umbi 3-4 cm. Hal ini terlihat pada pengamatan minggu keenam dan minggu ketujuh dengan menggunakan uji DMRT. Kombinasi lama penyimpanan 8 minggu dengan berbagai ukuran umbi merupakan kombinasi yang kurang efektif untuk menghasilkan jumlah daun yang banyak pada pengamatan minggu ketujuh. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh masa penyimpanan umbi yang kurang sebelum tanam. Tabel 10. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Ukuran Umbi terhadap Jumlah Daun Calla lily di Bedengan Perlakuan L. Penyimpanan 8 minggu
10 minggu
12 minggu
Uji F
Ukuran Umbi (cm) 1-2 2-3 3-4 1-2 2-3 3-4 1-2 2-3 3-4
Jumlah Daun 4 mst
5 mst
6 mst
7 mst
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 tn
0.00b 0.00b 0.00b 0.07b 0.00b 0.00b 0.67a 0.13b 0.13b **
0.00c 0.00c 0.00c 0.20c 0.00c 0.07c 1.27a 0.80b 1.13a **
0.00e 0.07e 0.00e 1.07c 0.27de 0.60d 1.93b 1.87b 2.40a **
Keterangan: * : Berpengaruh nyata pada taraf 5% ** : Berpengaruh sangat nyata pada taraf 5% Huruf yang sama pada nilai rataan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
57
4. Tinggi Tanaman Kombinasi lama penyimpanan dan ukuran umbi berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman calla lily di bedengan (Tabel 11). Pengaruh yang sangat nyata dapat diamati mulai minggu keempat setelah tanam hingga tujuh minggu setelah tanam. Tabel 11. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Ukuran Umbi terhadap Tinggi Tanaman Calla lily di Bedengan Perlakuan L. Penyimpanan 8 minggu
10 minggu
12 minggu
Uji F
Ukuran Umbi (cm) 1-2 cm 2-3 cm 3-4 cm 1-2 cm 2-3 cm 3-4 cm 1-2 cm 2-3 cm 3-4 cm
Tinggi Tanaman (cm) 4 mst
5 mst
6 mst
7 mst
0.00c 0.00c 0.00c 0.14c 0.00c 0.00c 4.73a 2.00b 2.43b **
0.03d 0.02d 0.00d 5.06c 0.51d 2.37cd 16.13a 11.09b 9.21a **
0.35e 0.17e 0.01e 16.35c 4.61de 8.27d 26.57a 23.49ab 19.46bc **
2.23c 3.14c 1.20c 27.81a 16.06b 18.51b 31.42a 32.21a 25.82a **
Keterangan: * : Berpengaruh nyata pada taraf 5% ** : Berpengaruh sangat nyata pada taraf 5% Huruf yang sama pada nilai rataan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
Pada akhir pengamatan dapat disimpulkan bahwa kombinasi antara lama penyimpanan 12 minggu dengan berbagai ukuran umbi, serta kombinasi lama penyimpanan 10 minggu dengan ukuran umbi 1-2 cm memberikan pengaruh yang efektif terhadap tinggi tanaman calla lily di bedengan. Hal ini disebabkan kecepatan bertunas yang lebih cepat (Tabel 4).
Percobaan II Percobaan II merupakan percobaan pengaruh lama penyimpanan dan ukuran umbi terhadap kecepatan bertunas dan pertumbuhan vegetatif calla lily di pot. Waktu yang diperlukan untuk melihat kecepatan bertunas dan pertumbuhan vegetatif pada percobaan ini adalah 7 minggu. Kombinasi lama penyimpanan dan ukuran umbi yang paling baik dan efektif terhadap kecepatan bertunas dan
58
pertumbuhan vegetatif dapat disimpulkan melalui hasil pengamatan beberapa parameter pertumbuhan sebagai berikut. 1. Jumlah dan Persentase Umbi Bertunas Kombinasi lama penyimpanan dan ukuran umbi memberikan pengaruh nyata pada akhir pengamatan, namun pengaruh yang sangat nyata terlihat sebelumnya pada minggu kelima pengamatan (Tabel 12). Tabel 12. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Ukuran Umbi terhadap Jumlah dan Persentase Umbi Bertunas Calla lily di Pot Perlakuan L. Penyimpanan 8 minggu
10 minggu
12 minggu
Ukuran Umbi (cm) 1-2 2-3 3-4 1-2 2-3 3-4 1-2 2-3 3-4
Jumlah Umbi Bertunas 4 mst
5 mst
6 mst
7 mst
1.00 (50%)
1.33 (67%)bc
1.33 (67%)b
1.33 (67%)b
1.00 (50%)
1.00 (50%)c
1.33 (67%)b
1.33 (67%)b
1.67 (83%)
1.67 (83%)ab
2.00 (100%)a
2.00 (100%)a
1.67 (83%)
2.00 (100%)a
2.00 (100%)a
2.00 (100%)a
2.00 (100%)
2.00 (100%)a
2.00 (100%)a
2.00 (100%)a
1.67 (83%)
2.00 (100%)a
2.00 (100%)a
2.00 (100%)a
2.00 (100%)
2.00 (100%)a
2.00 (100%)a
2.00 (100%)a
2.00 (100%)
2.00 (100%)a
2.00 (100%)a
2.00 (100%)a
2.00 (100%) 2.00 (100%)a 2.00 (100%)a 2.00 (100%)a tn ** * * Keterangan: * : Berpengaruh nyata pada taraf 5% ** : Berpengaruh sangat nyata pada taraf 5% Huruf yang sama pada nilai rataan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
Uji F
Kombinasi perlakuan lama penyimpanan 10 minggu dan 12 minggu dengan berbagai ukuran umbi, serta kombinasi lama penyimpanan 8 minggu dengan ukuran umbi 3-4 cm berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya. Kombinasi perlakuan tersebut lebih efektif menghasilkan jumlah umbi bertunas yang lebih banyak. Selain itu perlakuan ini juga dapat meningkatkan kecepatan bertunas. 2. Jumlah Tunas per Umbi Pada Tabel 13 terlihat bahwa kombinasi lama penyimpanan dan ukuran umbi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas per umbi calla lily di pot. Hal ini berbeda dengan yang telah dilaporkan Tjia (1989) yang menyatakan
59
bahwa ukuran diameter umbi yang besar akan memiliki jumlah titik tumbuh tunas yang lebih banyak pula. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh jumlah titik tumbuh pada ukuran umbi yang lebih besar tidak terlalu berbeda dengan ukuran umbi yang lebih kecil. Tabel 13. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Ukuran Umbi terhadap Jumlah Tunas per Umbi Calla lily di Pot Perlakuan L. Penyimpanan 8 minggu
10 minggu
12 minggu
Ukuran Umbi (cm) 1-2 2-3 3-4 1-2 2-3 3-4 1-2 2-3 3-4
Uji F
Jumlah Tunas per Umbi 4 mst
5 mst
6 mst
7 mst
0.67 1.00 1.00 1.33 1.33 1.17 1.17 1.33 1.33 tn
0.83 1.00 1.00 1.83 1.33 1.50 1.00 1.33 1.50 tn
0.83 1.17 1.17 2.00 1.33 1.17 0.83 1.33 1.33 tn
0.83 1.17 1.17 1.83 1.17 1.50 0.67 1.33 1.33 tn
Keterangan: * : Berpengaruh nyata pada taraf 5% ** : Berpengaruh sangat nyata pada taraf 5% Huruf yang sama pada nilai rataan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
3. Jumlah Daun Tabel 14. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Ukuran Umbi terhadap Jumlah Daun Calla lily di Pot Perlakuan L. Penyimpanan 8 minggu
10 minggu
12 minggu
Uji F
Ukuran Umbi (cm) 1-2 2-3 3-4 1-2 2-3 3-4 1-2 2-3 3-4
Jumlah Daun 4 mst
5 mst
6 mst
7 mst
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 tn
0.00 0.00 0.00 0.17 0.67 0.00 0.33 0.33 0.17 tn
0.17 0.67 0.67 0.67 1.17 0.67 0.50 1.33 0.67 tn
1.00 1.17 1.50 1.33 2.17 1.67 1.00 2.67 2.50 tn
Keterangan: * : Berpengaruh nyata pada taraf 5% ** : Berpengaruh sangat nyata pada taraf 5% Huruf yang sama pada nilai rataan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
60
Perlakuan kombinasi antara lama penyimpanan dan ukuran umbi pada calla lily di pot terhadap jumlah daun tidak mengalami pengaruh yang nyata. Hal ini dapat terlihat pada hasil pengamatan di Tabel 14. 4. Tinggi Tanaman Kombinasi perlakuan lama penyimpanan dan ukuran umbi terlihat nyata pada pengamatan tinggi minggu ketujuh (Tabel 15). Pada awal pengamatan hingga pengamatan minggu keenam, kombinasi perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Tabel 15. Pengaruh Lama Penyimpanan dan Ukuran Umbi terhadap Tinggi Tanaman Calla lily di Pot Perlakuan L. Penyimpanan 8 minggu
10 minggu
12 minggu
Tinggi Tanaman (cm) Uk. Umbi (cm) 1-2 2-3 3-4 1-2 2-3 3-4 1-2 2-3 3-4
Uji F
4 mst
5 mst
6 mst
7 mst
1.28 0.53 3.57 3.78 6.50 3.45 5.22 5.90 4.68 tn
3.37 1.27 7.03 9.95 13.30 10.08 16.52 16.05 12.70 tn
9.70 2.82 17.37 21.98 23.13 22.53 24.52 30.77 28.63 tn
16.27bc 8.67c 26.02abc 28.57abc 35.22ab 35.80ab 32.15abc 46.37a 46.15a *
Keterangan: * : Berpengaruh nyata pada taraf 5% ** : Berpengaruh sangat nyata pada taraf 5% Huruf yang sama pada nilai rataan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
Kombinasi perlakuan lama penyimpanan 12 minggu dengan ukuran umbi 2-3 am dan 3-4 cm lebih efektif untuk memperoleh tinggi tanaman yang lebih baik daripada kombinasi perlakuan lainnya. Kombinasi tersebut berbeda nyata terhadap kombinasi perlakuan lama penyimpanan 8 minggu dengan ukuran umbi 1-2 cm dan 2-3 cm. Namun kombinasi tersebut tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya. Hasil pengamatan beberapa peubah pada percobaan II calla lily di pot tidak terlihat jelas adanya pengaruh yang nyata yang diakibatkan oleh pengaruh perlakuan lama penyimpanan dan ukuran umbi. Hal ini berbeda dengan hasil
61
percobaan I calla lily di bedengan, dimana pada seluruh peubah pertumbuhan terdapat pengaruh yang nyata akibat perbedaan perlakuan lama penyimpanan dan ukuran umbi. Perbedaan ini diduga disebabkan oleh faktor pemeliharaan dan media tanam yang berbeda. Pemeliharaan calla lily pot lebih intensif dibandingkan dengan calla lily bedengan. Calla lily pot mendapatkan penyiraman yang dilakukan setiap hari, dimana setiap dua hari sekali air penyiraman dicampur dengan pupuk Growmore dengan konsentrasi 350 ppm. Selain itu media tanam cocopeat yang digunakan pada penanaman calla lily pot telah dicampur dengan formula pupuk khusus yang dibuat oleh PT MJ Flora. Penyiraman yang dilakukan pada calla lily di bedengan tergantung dengan cuaca, sedangkan pemupukan yang dilakukan hanya sekali, yakni pada awal penanaman. d.2 Kembang Sepatu Penelitian kembang sepatu yang dilakukan pada kegiatan magang di PT MJ Flora terletak pada ruang propagasi yang terjaga kelembabannya (minimal 90%). Penelitian kembang sepatu yang dilakukan merupakan percobaan untuk melihat pengaruh waktu pencelupan hormon perakaran stek kembang sepatu terhadap kecepatan perakaran. Percobaan tersebut menggunakan stek pucuk untuk keseragaman.
Gambar 40. Stek Pucuk Kembang Sepatu di Ruang Propagasi Waktu yang diperlukan untuk melihat kecepatan berakar tanaman kembang sepatu pada percobaan ini adalah 7 minggu. Perlakuan yang terbaik pada percobaan ini, dapat disimpulkan melalui hasil pengamatan beberapa parameter pertumbuhan sebagai berikut.
62
1. Jumlah dan Persentase Stek Berakar Aplikasi pencelupan hormon perakaran pada stek pucuk tanaman kembang sepatu tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah dan persentase perakaran kembang sepatu. Hal ini dapat terlihat pada hasil uji F terhadap hasil pengamatan. Tabel 16. Pengaruh Perlakuan Hormon Perakaran terhadap Jumlah dan Persentase Stek Berakar Perlakuan
3 mst
Jumlah dan Persentase Stek Berakar 4mst 5mst 6mst
7mst
Kontrol
3.67 (61%)
5.00 (83%)
5.67 (94%)
5.67 (94%)
6.00 (100%)
Celup cepat
3.00 (50%)
4.67 (78%)
5.67 (94%)
6.00 (100%)
6.00 (100%)
Celup 1 menit
4.33 (72%)
5.00 (83%)
5.00 (83%)
6.00 (100%)
6.00 (100%)
Celup 3 menit
3.33 (56%)
5.33 (89%)
5.67 (94%)
5.33 (89%)
6.00 (100%)
Uji F
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan: * : Berpengaruh nyata pada taraf 5% ** : Berpengaruh sangat nyata pada taraf 5% Huruf yang sama pada nilai rataan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
Data pada Tabel 16 menunjukkan bahwa pada akhir pengamatan, seluruh stek kembang sepatu telah berakar seluruhnya. Perakaran pada stek pucuk kembang sepatu ini mulai terlihat pada minggu ketiga. Pada minggu kedua pengamatan, beberapa tanaman telah mengeluarkan kalus akar, namun belum membentuk struktur akar. 2. Jumlah Akar Aplikasi pencelupan larutan hormon perakaran tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah akar yang muncul pada stek pucuk kembang sepatu. Hal ini terlihat pada hasil uji F terhadap hasil pengamatan yang ditunjukkan pada Tabel 17.
63
Tabel 17. Pengaruh Perlakuan Hormon Perakaran terhadap Jumlah Akar Perlakuan Kontrol Celup cepat Celup 1 menit Celup 3 menit Uji F
3 mst 2.06 1.72 2.22 1.44 tn
4mst 2.44 2.28 2.11 2.22 tn
Jumlah Akar 5mst 2.30 1.60 1.70 1.63 tn
6mst 3.56 3.89 2.44 2.67 tn
7mst 4.56 4.28 4.44 4.44 tn
Keterangan: * : Berpengaruh nyata pada taraf 5% ** : Berpengaruh sangat nyata pada taraf 5% Huruf yang sama pada nilai rataan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
3. Panjang Akar Tabel 18. Pengaruh Perlakuan Hormon Perakaran terhadap Panjang Akar Perlakuan Kontrol Celup cepat Celup 1 menit Celup 3 menit Uji F
3 mst 1.28 1.11 1.03 0.61 tn
Panjang Akar (cm) 4mst 5mst 6mst 2.80 8.44 8.77 3.54 7.08 10.90 3.84 7.06 9.86 4.32 7.19 7.74 tn tn tn
7mst 10.59 13.97 10.11 10.05 tn
Keterangan: * : Berpengaruh nyata pada taraf 5% ** : Berpengaruh sangat nyata pada taraf 5% Huruf yang sama pada nilai rataan pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT
Tabel 18 menggambarkan bahwa pengamatan panjang akar kembang sepatu akibat perlakuan pencelupan hormon perakaran tidak memberikan pengaruh yang nyata. Namun dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa panjang akar yang paling panjang terlihat pada perlakuan pencelupan cepat. Namun hal ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan pencelupan lainnya. Hasil yang tidak nyata pada beberapa parameter di atas kemungkinan dikarenakan varietas kembang sepatu yang digunakan pada percobaan ini memang jenis yang mudah untuk berakar, sehingga untuk merangsang perakaran dapat dilakukan tanpa menggunakan hormon perakaran (The American Hibiscus Society, 2006). Selain faktor di atas, faktor kelembaban yang baik dapat pula memacu perkembangan perakaran. Namun ada beberapa varietas lain yang sulit untuk berakar, walaupun berada pada kondisi optimum, sehingga dalam hal tersebut perlu digunakan hormon perakaran.
64
E. Kesimpulan dan Saran Kombinasi perlakuan yang lebih efektif untuk pertumbuhan vegetatif tanaman calla lily di bedengan adalah kombinasi lama penyimpanan 12 minggu dengan berbagai ukuran umbi. Kombinasi perlakuan yang lebih efektif untuk pertumbuhan vegetatif calla lily di pot adalah kombinasi lama penyimpanan 12 minggu dengan ukuran umbi 2-3 cm dan 3-4 cm,. Perlakuan hormon perakaran terhadap kecepatan berakar pada tanaman kembang sepatu di PT MJ Flora tidak berpengaruh nyata. Perlu dilakukan percobaan calla lily serupa namun untuk pengamatan pertumbuhan generatif calla lily. Perlakuan pemupukan dan pengairan intensif perlu dilakukan untuk meningkatkan kecepatan pertumbuhan tanaman. Tidak perlu dilakukan penggunaan hormon pada tanaman kembang sepatu varietas Mini yang ada di PT MJ Flora. Namun dapat dilakukan percobaan perlakuan pencelupan hormon perakaran pada jenis varietas kembang sepatu lainnya yang ada di PT MJ Flora.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan PT MJ Flora memiliki pengelolaan usaha yang cukup baik, dilihat dari kondisi perusahaan, struktur organisasi hingga sistem pemasaran yang cukup terorganisisir. Pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil dan sulitnya perizinian untuk mengekspor tanaman hias merupakan pengeruh eksternal dalam kendala pemasaran PT MJ Flora, sedangkan kuantitas produk yang belum stabil merupakan pengaruh internal dalam kendala pemasaran PT MJ Flora. PT Mandiri Jaya Flora merupakan suatu perusahaan nursery yang memproduksi beragam produk tanaman hias. Zantedeschia sp., Dendranthema grandifolia Tzvelev., and Hibiscus rosa-sinensis di PT Mandiri Jaya (MJ) Flora memiliki beragam varietas yang bernilai jual tinggi. Setiap jenis tanaman hias yang ada di PT MJ Flora memiliki teknik tersendiri untuk pembibitan, penanaman serta penanganan panen dan pasca panen. Kombinasi perlakuan yang lebih efektif untuk pertumbuhan vegetatif tanaman calla lily di bedengan adalah kombinasi lama penyimpanan 12 minggu dengan berbagai ukuran umbi. Kombinasi perlakuan yang lebih efektif untuk pertumbuhan vegetatif calla lily di pot adalah kombinasi lama penyimpanan 12 minggu dengan ukuran umbi 2-3 cm dan 3-4 cm. Perlakuan hormon perakaran terhadap kecepatan berakar pada tanaman kembang sepatu di PT MJ Flora tidak berpengaruh nyata.
Saran Peningkatan promosi dapat dijadikan salah satu alternatif untuk mencegah penurunan minat konsumen terhadap pembelian tanaman hias. Selain itu keikutsertaan PT MJ Flora terhadap beragam event yang ada dapat memperluas wilayah pemasaran PT MJ Flora di Indonesia. PT MJ Flora diharapkan dapat meningkatkan kualitas, kuantitas serta kontinuitas agar dapat kembali melakukan kegiatan ekspor tanaman hias. Perluasan lahan dapat pula menjadi alternatif untuk peningkatan kuantitas produk.
66
Perlu dilakukan percobaan calla lily serupa namun untuk pengamatan pertumbuhan generatif calla lily. Perlakuan pemupukan dan pengairan intensif perlu dilakukan untuk meningkatkan kecepatan pertumbuhan tanaman. Tidak perlu dilakukan penggunaan hormon pada tanaman kembang sepatu varietas Mini yang ada di PT MJ Flora. Namun dapat dilakukan percobaan perlakuan pencelupan hormon perakaran pada jenis varietas kembang sepatu lainnya yang ada di PT MJ Flora.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Occupational Outlook Handbook 2006-2007. Claitors, Pub. Div. Lafayette. Cahyono, F. B. 1999. Chrysanthemum Pot, p. 353-367. Dalam: Supari Dh (Ed.). Tuntunan Membangun Agribisnis. Edisi Pertama. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Chatto, B. 1989. The Green Tapestry. HaperCollins Publisher. London. 192 p. Dreistadt, S. H. 2001. Integrated Pest Management for Floriculture and Nurseries. University of California Division of Agriculture and Natural Resources. Oakland. 422p. Direktorat Jenderal Hortikutura. 2008. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Periode 2003-2007. http://www.hortikultura.deptan.go.id. [23 Mei 2008] Efanti, M. 2005. Plnats For Your Home: Hibiscus “Rosa Sinensis”. http://www.valentine.gr/hibiscus_en.htm. [12 Februari 2005] Evans, E. 2006. Plant Propagation by Stem Cuttings: Instruction for the Home Gardener. http://ww.ces.nscu.edu. [25 Januari 2007]. Holttum, R. E. and I. Enoch. 1991. Gardening in the Tropics. Times Edition. Selangor Darul Ehsan. 284 p. ILRI (International Livestock Research Institute). 1995. Livestock Policy Analysis. ILRI Training Manual 2. ILRI. Nairobi. 264p. Kachurak, F. 2008. Biology 414: Taxonomy http://www.bio.psu.edu. [20 Januari 2008].
of
Seed
Plants.
Kessler, J. R. 2007. Chrysanthemum. http://www.ag.auburn.edu. [31 Januari 2007]. Larson, R. A. 1980. Intoduction to Floriculture. Second Edition. Academic Press, Inc. San Diego. 636p. Mattjik, N. A. 2005. Tanaman Hias Potong. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 105 p. Menhennet, R. 1980. Evidence that daminozide, but not two other growth retardants, modifies the fate of Applied Gibberellins A9 in Chrysanthemum morifolium Ramat. Journal of Experimental Botany. 31(6):1631-1642. Moggi, G. and L. Giugnolini. 1983. Guide to Garden Flowers. Simon & Schuster’s. New York. 511 p. National Chrysanthemum Society. 2004. History of the Chrysanthemum. http://mums.org. [11 Juli 2006]. Nature Hills Nursery. 2006. Calla lily-Crystal Blush. http://www.naturehills.com. [7 Januari 2007]. Nyalala, S. 2006. Zantedeschia: a cut flower for diversification. Flower Tech. 9(3):12-14.
68
Pasific Callas. 2003. Zantedeschia cameo. http://www.pasificcallas.com. [7 Januari 2007]. Perdanawati, R. 1999. Pemasaran, p184-194. Dalam: Supari Dh (Ed.). Tuntunan Membangun Agribisnis. Edisi Pertama. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Reh, F. J. 2008. General Manager. http://management.about.com. [26 January 2008]. Reh, F. J. 2008. Supervisor. http://management.about.com. [26 January 2008]. Schoellhorn, R. 2006. Warm Climate Production Guidelines for Zantedeschia (Calla lily) hybrids. http://hort.ufl.edu. [11 Juli 2006]. Smith, M. 2007. The Plant Propagator’s Bible. Rodale, Inc. Emmaus. 192p. Suryowinoto, S. M. 1997. Flora Eksotika, Tanaman Hias Berbunga. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 182 hal. Prabowo, A., dkk. 2006. Sistem Irigasi Mikro untuk Greenhose dan Lapang. http://mekanisasi.litbang.deptan.go.id. [18 Februari 2007]. PT Indonesia Global Gema Gemilang. 2006. Sarana Produksi Pertanian. http://www.toekangkeboen.com. [20 Februari 2007]. Texas Cooperative Extention. 2006. Hibiscus http://www.plantanswers.com. [25 Januari 2007].
Propagation.
The American Hibiscus Society. 2006. The Tropical Hibiscus: Queen of The Tropics. http://www.trop-hibiscus.com. [23 Januari 2007]. Tjia, B. 1988. Guidelines for Forcing Colorful Calla Lilies. BPI News. 19(1):10 Tjia, B. O. 1989. Zantedeschia, p.697-701. In A. H. Halevy (Eds.). Handbook of Flowering, Vol. VI. CRC Press. Florida. Tjia, B. O. 2000. Budidaya Krisan Pot. Bulletin Forum Florikultura Indonesia. (03):10-12. Tjia, B. 2003. Calla lily (Zantedeschia sp.). Bulletin Forum Florikultura Indonesia. (14):1,5-7. Toogood, A. 1994. Gardening Under Glass. Weiden & Nicolson. London. 279 p. U.S. Department of Labor. 2007. Sales Representatives, Wholesale and Manufacturing. http://www.bls.gov. [26 Januari 2008]. Walker, J. 2001. Hibiscus. Firefly Books. Buffalo. 96p. Warren, W. 1997. Tropical Garden Plants for Thailand. Asia Books. Bangkok. 240 p. Warren, W. 1998. Botanica. Periplus Edition. Hongkong. 1008 p.
LAMPIRAN
70
Tabel 1. Identifikasi Varietas Krisan di PT MJ Flora Gambar
Nama
Warna
Bentuk
Tipe
Perawakan
Varietas
Bunga
Bunga
Bunga
Tanaman
Red Aubun
Merah
Single
Standard
Tinggi
Red Delano
Merah
Spider
Standard
Tinggi
Rage
Merah
Anemon
Spray
Tinggi
Pompon
Standard
Sedang
Single
Spray
Sedang
Spider
Standard
Pendek
Pompon
Standard
Pendek
Pink Arola
Pink Davis
Deep Lub
James Town
Pink Tua
Pink Tua
Pink Tua
Pink Tua
71
Deep
Pink
Anemon
Standard
Pink Blush
Pink
Single
Standard
Splendor
Pink
Anemon
Standard
Pendek
Cocobeach
Pink
Dekoratif
Standard
Tinggi
Golden Gate
Kuning
Pompon
Standard
Tinggi
Miramar
Kuning
Anemon
Standard
Sedang
Star
Kuning
Dekoratif
Standard
Pendek
Standard
Pendek
Presidio
Yellow Diamond
Kuning
Tinggi
Pendek
72
Honey Glory
Sunny Sasta
Coral Blush
White Snow
Kuning
Kuning Muda
Kuning Muda
Putih Tulang
White
Putih
Diamond
Tulang
White Sasta
Putih Tulang
Pompon
Standard
Sedang
Single
Spray
Sedang
Anemon
Standard
Tinggi
Spider
Standard
Tinggi
Pompon
Standard
Sedang
Anemon
Spray
Pendek
Trenton
Putih
Pompon
Standard
Sedang
Tahu
Putih
Anemon
Spray
Tinggi
73
White Surf
Putih
Dekoratif
Standard
Pendek
Geinsville
Putih
Pompon
Standard
Tinggi
Acron
Ungu
Anemon
Standard
Tinggi
Lompoc
Ungu
Single
Standard
Tinggi
Lucido
Orange
Anemon
Spray
Sedang
Baton Rouge
Orange
Anemon
Spray
Pendek
Orange
Single
Spray
Sedang
Orange
Pompon
Standard
Sedang
Orange Davis
Pele
74
Bronze
Coklat
Dekoratif
Standard
Tinggi
Redding
Coklat
Dekoratif
Standard
Pendek
Dekoratif
Standard
Sedang
Arola Mutasi
Coklat Bata
75
Gambar 1. Sarana dan Prasarana di PT MJ Flora
Pos Penjaga
Ruang Panen
Instalasi Penyiraman
Instalasi Fertigasi
Ruang Pembuatan Arang Sekam
76
Tempat Media Bekas
Ruang Pencampuran Media Cocopeat
Kantor
77
Greenhouse di PT MJ Flora
Nethouse di PT MJ Flora
78
Nethouse di PT MJ Flora
Truk Pengangkut Hasil Panen