BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman
cabai
(Capsicum
annum)
dalam
klasifikasi
tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Beratus tahun sebelum Colombus mendarat di Benua Amerika, sudah banyak species
cabai
yang
dibudidayakan
masyarakat
setempat.
Tanaman ini mulai menyebar ke Benua Eropa dan Asia pada tahun 1500-an (Wahyudi, 2011). Menurut Setiadi (2012), walaupun pada awalnya dikembangkan oleh Negara-negara di Eropa, tetapi produksi cabai dunia saat ini justru tidak terpusat di Eropa, melainkan di daerah-daerah tropis yang jauh dari benua dingin tersebut. Dalam perkembangannya telah ditemukan ratusan varietas cabai yang tumbuh di berbagai belahan dunia. Pengelompokan varietas cabai biasanya didasarkan pada ciri-ciri bentuk dan ukuran buah, rasa dan warna buah, bentuk dan ukuran daun, bentuk dan ukuran tanaman, serta beberapa ciri lain yang bisa membedakan antara varietas yang satu dengan varietas yang lain (Wahyudi, 2011). Secara umum, cabai dapat dibedakan menjadi
dua kelompok besar yaitu cabai besar (Capsicum annum) yang terdiri dari cabai merah (C. annum var. longum), cabai hijau, cabai dieng atau gondol, cabai keriting dan paprika, serta cabai kecil/ rawit (Capsicum frutescens) yang terdiri dari cabai rawit putih/ cabai cengek, cabai rawit hijau/ cengis danada juga cengis yang berukuran besar yang dinamakan lombok japlak (Setiadi, 2012). SYARAT TUMBUH TANAMAN CABAI KERITING Cabai keriting dicirikan dengan bentuk buah yang panjang ramping dengan ujung buah lancip. Permukaan buah berkerut dan cenderung mengeriting, dengan warna buah merah ketika masak. Daging buah tipis dengan rasa pedas dan aroma yang menyengat dan berukuran lebih kecil daripada cabai besar, dengan warna hijau sampai hijau tua. Pertumbuhan tanaman bisa mencapai ketinggian 1.5 meter pada penanaman di tanah. Persyaratan tumbuh untuk cabai besar dan cabai keriting relatif sama, karena karakter kedua tanaman tersebut hampir mirip. a. Tipe tanah Untuk perkembangan perakaran tanaman cabai lebih leluasa dianjurkan untuk memilih tanah yang bertekstur lempung, lempung berpasir atau lempung berdebu. Selain itu,
tanaman cabai membutuhkan tanah yang mengandung bahan organik tinggi agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. b. Ketinggian tempat penanaman Pada umumnya benih tanaman cabai sudah mampu beradaptasi disemua ketinggian tempat, namun semakin tinggi lokasi penanaman maka fase vegetatif tanaman akan semakin
lama.
Sehingga
berpengaruh
terhadap
masa
pembuahan dan masa panen. c. Kemasaman tanah Tanaman cabi keriting membutuhkan kisaran pH tanah 5.5 – 6.5, jika pH kurang dari 5.5 dianjurkan untuk dilakukan pengapuran pada saat pengolahan tanah. d. Intensitas cahaya matahari Tanaman cabai keriting membutuhkan intensitas cahaya matahari yang tinggi agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, oleh karena itu dianjurkan untuk memili lokasi lahan yang terbuka agar tanaman dapat memperoleh sinar matahari penuh. e. Kelembaban tanah Kondisi
kelembaban
tanah
yang
terlalu
tinggi
dapat
menyebabkan tanaman rentan sehingga proses fisiologi dan
metabolisme tanaman akan terganggu. Sebaiknya, lahan memiliki sistem drainase yang baik terutama apabila penanaman dilakukan pada musim hujan. TEKNIK BUDIDAYA DALAM POT Penanaman
cabai
dalam
pot
dilakukan
atas
dasar
pertimbangan hobi dan keterbatasan lahan. Pada umumnya, penanaman di dalam pot dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, namun tidak menutup kemungkinan untuk dikomersialkan. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam pembudidayaan tanaman cabai keriting di dalam pot adalah sebagai berikut: a. Pemilihan benih Benih yang akan disemai sebaiknya diseleksi terlebih dahulu. Secara umum, benih berkualitas hasil seleksi dapat memiliki beberapa hal berikut seperti: memiliki daya tumbuh yang tinggi, minimal 85% benih tumbuh dalam 6 – 12 hari setelah semai, memiliki keseragaman yang tinggi berdasarkan kemurnian dari varietas/ jenis benih yang ditanam serta keseragaman dalam bentuk, warna dan ukuran, memiliki kadar air 7 – 8% sehingga aman disimpan lama, benih bebas dari organisme pengganggu tanaman atau penyakit, serta memiliki ciri fisik yang baik (kulit biji mengkilap, tidak
berjamur atau tidak kisut, dan tidak ada bekas dimakan hama). b. Persemaian benih Sebelum ditanam, benih disemai terlebih dahulu ke dalam polybag. Polybag ini diberi media tanam yang terdiri dari tanah dan pupuk. Adapun dosis pupuk yang diberikan yaitu: pupuk organic/ pupuk kandang sebanyak 50 – 100 gram per tanaman/ polybag, pupuk anorganik kurang lebih setengah sendok teh atau sekitar 2.5 gram per tanaman/ polybag berupa campuran TSP dan KCl dengan perbandingan 1 : 1, serta pada umur 15 hari di persemaian tanaman cabai diberi urea setengah sendok teh atau sekitar 2.5 gram/ tanaman/ polybag.Setelah berumur 25 – 30 hari bibit sudah dapat dipindahtanamkan ke dalam pot, dengan ciri bibit sudah memiliki 4 – 5 helai daun sejati. c. Pemilihan pot Ukuran
pot
yang
digunakan
sangat
mempengaruhi
pertumbuhan tanaman cabai. Semakin besar pot maka akan menghasilkan produksi buah yang lebih banyak. d. Media tanam Media tanam di dalam pot berisi campuran antara tanah dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 1 : 1.
Untuk
meningkatkan
kesuburan,
media
tanam
perlu
diberikan larutan pupuk majemuk (NPK) atau campuran pupuk urea, TSP dan KCl dengan perbandingan 1 : 1 : 1 dengan dosis 1 – 2 gram pupuk dilarutkan ke dalam 1 liter air. e. Penanaman - Siapkan pot yang telah diberi lubang sebagai drainase, kemudian isi dengan kerikil atau pecahan genting atau Styrofoam. - Isi media tanam hingga tiga perempat volume wadah dan padatkan. - Buat lubang tanam di tengah pot sedalam 8 - 10 cm - Lepaskan bibit beserta media persemaian dengan hatihati. - Tanam bibit di lubang tanam di pot, lalu timbun dengan media tanam hingga 1 cm di atas pangkal batang. - Siram media tanam hingga lembab dan tempatkan pot di tempat yang terkena sinar matahari langsung. f. Perawatan tanaman Pada umumnya, perawatan tanaman cabai dalam pot hampir sama dengan penanaman di lahan, meliputi: - Pemupukan
Pada umur 30 hst, tanaman diberi campuran pupuk TSP 10 gram atau sekitar 1 sendok amakn penuh dan KCL 7 gram atau sekitar 2 sendok teh penuh. Pada umjur 45 hst, tanaman diberikan pupuk Urea 7 gram, setelah itu pada umur 60 – 70 hst tanaman diberikan campuran pupuk Urea, TSP dan KCl dengan perbandingan 1 : 1 : 1 dengan dosis pemberian yaitu 7 – 10 gram/ tanaman. Campuran ini dapat diganti dengan pupuk NPK (15 : 15 : 15) sebanyak 10 gram/ tanaman. - Penyiraman Penyiraman dilakukan 2 – 3 hari sekali, atau tergantung kelembaban media tanam. - Pewiwilan tunas air (Perompesan) Tunas air yang muncul di ketiak daun harus diwiwil atau dipangkas (20 – 35 hari setelah pindah tanam) dengan tujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan memberi kesempatan bagi perkembangan akar lebih luas karena tunas air tergolong tunas yang akan menghasilkan cabang yang tidak produktif.Ketika tunas air dipangkas, maka zat makanan
hasil
fotosintesis
dapat
digunakan
secara
maksimal bagi pertumbuhan vegetatif tanaman. Tunas air
akan
berhenti
tumbuh
jika
percabangan
yang
menghasilkan bunga telah muncul. - Pengendalian hama dan penyakit Walaupun ditanam di dalam pot tanaman cabai juga tidak luput
dari
serangan
hama
dan
penyakit.
Namun,
pengendaliannya lebih dianjurkan menggunakan pestisida alami. Adapun hama yang biasa menyerang tanaman cabai yaitu:Thrips (Thrips palmi atau Thrips tabaci), Kutu daun
(Aphididae),
bimaculatus),
dan
Tungau
merah
hama-hama
lain
(Tetranichus (seperti:
ulat,
kumbang, lalat buah, nematoda dan tikus). Selain itu, ada pula penyakit yang biasa menyerang tanaman cabai yaitu: penyakit antrak (penyakit kering buah), penyakit bercak daun, penyakit busuk, penyakit gugur daun, penyakit busuk buah, penyakit keriting daun, dan penyakit layu daun. g. Pemanenan Cabai keriting memiliki masa produksi yang lebih pendek, yaitu sekitar 10 minggu. Pada tiga minggu awal masa produksi, produktivitas cabai keriting sekitar 20%. Memasuki minggu keempat sampai minggu ketujuh, produktivitasnya
meningkat menjadi 50%, kemudian menurun pada tiga minggu terakhir yaitu menjadi 30%. Agar dapat memanen cabai keriting secara berkelanjutan dengan hasil maksimal, maka dilakukan pemeliharaan tanaman secara maksimal pula. KESIMPULAN Pertimbangan hobi dan keterbatasan lahan menjadi salah satu penyebab dilakukannya bertanam cabai di dalam pot. Pada umumnya, bertanam cabai di dalam pot hanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Namun, tidak menutup kemungkinan cabai dalam pot juga dapat dikomersialkan. Teknik budidaya tanaman cabai keriting dalam pot hampir sama dengan penanaman di lahan meliputi persiapan benih, penyemaian, persiapan media tanam, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Hanya saja media yang digunakan berbeda,dan tingkat perawatan tanamannya pun berbeda, dimana perawatan tanaman di dalam pot lebih mudah. DAFTAR PUSTAKA Agrobisnis. 2016. Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe
dalam Polybag. http://sarungpreneur.com/cara-menanamdan-budidaya-cabe/
Anonim. 2015. Cara Mudah Menanam Cabai Keriting. http://www.bijibersemi.com/2015/04/cara-mudahmenanam-cabai-keriting/ Infoagribisnis. 2015. Belajar Pengalaman Cara Menanam Cabe
Keriting dari Curup, Bengkulu. http://www.infoagribisnis.com/2015/09/cara-menanamcabe-kriting/ Setiadi. 2006. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Bogor. Setiadi. 2012. Bertanam Cabai di Lahan dan Pot. Penebar Swadaya. Jakarta. Syahroni. 2016. Cara Menanam Cabe dalam http://alamtani.com/cara-menanam-cabe.html
Polybag.
Wahyudi. 2011. Panen Cabai Sepanjang Tahun. Agromedia Pustaka. Jakarta. Wahyudi dan M. Topan. 2011. Panen Cabai di Pekarangan
Rumah. Agromedia Pustaka. Jakarta.