Survey dan Kajian Diri Budaya Keselamatan
Ridwan Z Syaaf
BUDAYA KESELAMATAN ?
• SURVEY KARYAWAN • KAJIAN-DIRI
SURVEY KARYAWAN • KUESIONER • WAWANCARA
SURVEY KARYAWAN • KUESIONER Tertulis • PILIHAN GANDA • PILIHAN GANDA DAN NARASI
• WAWANCARA Tidak terstruktur - semi struktur - terstuktur • PERORANGAN • KELOMPOK
SURVEY KARYAWAN KUANTITATIF HASIL DATA KUALITATIF
Written questionnaire
Questionnaire with narrative questions
Highly quantitative
Face-to-face interviews
Group interviews
Highly qualitative
KUESIONER TERTUTUP ► ► ► ► ► ►
Metode pengambilan data yang paling sering dipergunakan dalam suatu survey Relatif mudah dalam pengisiannya Menggambarkan jawaban dengan jelas sehingga dapat dianalisa dengan cepat. Identitas responden tidak diketahui hasil survey dapat menyesatkan, bila pertanyaan tidak dirancang dengan baik Tidak efektif bila ingin menjajagi masalah yang kompleks.
KUESIONER TERBUKA ►
Memperoleh informasi pada masalah-masalah yang lebih kompleks.
►
Isi dan bentuk jawaban responden diluar kendali kita yang dapat menyulitkan proses analisis Memperkecil semangat responden untuk mengsisi karena membutuhkan upaya yang besar untuk menjawab secara naratif.
►
FACE-TO-FACE INTERVIEWS ►
►
► ► ►
Biasanya dipergunakan sebagai salah satu bagian dari sesuatu proses survey untuk memperoleh data lebih mendalam dari item yang telah ditulis dalam kuesioner, Merupakan cara yang relatif efisien untuk memperoleh informasi yang kompleks yang berkaitan dengan sikap dan persepsi individual. Isi jawaban responden sulit dianalisis secara kuantitatif Kurang efisien bila populasi survey sangat besar Identitas responden diketahui dengan jelas.
GROUP INTERVIEWS ► ► ►
► ► ►
Interaksi kelompok dapat memperlancar diskusi. Memberi kemungkinan dapat diperolehnya informasi baru diluar yang telah ditentukan. Sangat bermanfaat pada tahap awal survey dan pada tahap akhir survey untuk lebih memahami memahami masalah yang relevan.Group discussions. Kecil kendali terhadap bentuk, isi dan perkembangan diskusi kelompok. Identitas responden diketahui. Analisis hasil diskusi cukup sulit
PROSES SURVEY Tujuan
Kaji manfaat dan biaya
Pra Survey
komitmen
Peyusunan instrumen Pelaksanaan Survey
Uji-Coba
Interpretasi Dan Analisis Umpan Balik Tindak Lanjut
kegiatan
THE SURVEY PROCESS Identify key objectives
Assess costs and benefits
Initial data gathering
Build ownership
Develop survey tool Conduct core survey
Piloting
Analysis and interpretation Feedback Follow-up
Action
TUJUAN ► ► ► ► ► ►
►
Kenapa survey perlu dilakukan? Informasi apa yang ingin diperoleh? Kenapa informasi tersebut tidak tersedia di organisasi? Apakah dengan tersedianya informasi tersebut organisasi akan beroperasi lebih efektif? Jenis Survey apa yang ingin dilakukan? Kemungkinan dampak positif apa yang dapat timbul di organisasi dengan dilaksanakannya survey. Kemungkinan dampak negatif apa yang dapat timbul di organisasi dengan dilaksanakannya survey.
BIAYA SURVEY BIAYA LANGSUNG ► ► ► ► ► ►
Konsultasi (bila ada). Penggandaan kuesioner. Pengandaan lain-lain. Biaya Pos (bila ada). Biaya komputer untuk oleh data. Dan lain-lain
BIAYA TAK LANGSUNG
Hilangnya waktu kerja eksekutif yang telibat dalam survey. Hilangnya waktu kerja karyawan dalam survey (pengumpulan data awal, uji-coba, survey, umpan balik dan tindak lanjut). ► Hilangnya waktu kerja tenaga administratif untuk mnyiapkan materi survey. ► ►
BIAYA POTENSIAL ►
Biaya yang mungkin akan dikeluarkan organisasi sehubungan dengan temuan survey.
MANFAAT ► ► ► ► ► ►
►
Meningkatnya pemahaman mengenai Budaya Keselamatan di Organisasi. Meningkatnya pemahaman mengenai apa yang menjadi perhatian, kebutuhan, harapan dan motivasi karyawan. Diketahuinya hambatan atau motivasi untuk peningkatan kinerja Diketahuinya hambatan atau motivasi untuk melakukan perubahan. Kejelasan pendapat karyawan mengenai hal-hal tentu yang penting. Kemampuan mengkaji status kemajuan-kemajuan organisasi dilihat dari kerangka waktu maupun bila dibandingkan dengan organisasi lain yang setara. Teridentifikasinya kelemahan dan kekauatn organisasi dalam bidang manajemen sumber daya manusia dan komunikasi
KOMITMEN ► Seringkali
survey dipersepsikan sebagai suatu yang mengancam oleh banyak orang ► Dukungan manajemen tingkat atas ► Dukungan manajemen tingkat menegah ► Dukungan manajemen seluruh karyawan ► Setiap orang memahami tjuan dan manfaat survey
PRA SURVEY ► Memastikan
bahwa tujuan survey sesuai dengan kebutuhan organisasi ► Penting untuk memahami konteks dimana survey akan dilakukan ► Memahami kemungkinan yang mungkin timbul dengan adanya survey
PENYUSUNAN INSTRUMEN ► ► ►
► ► ►
Instrumen harus valid dan reliable Valid, mengukur apa yang hendak diukur Instrumen mengukur aspek Budaya Keselematan sesuai dengan Model atau Konsep yang dipergunakan Tentukan alatnya: Kuesioner, interview dll dengan mempertimbangkan situasi populasi Reliabilitas dapat dilakukan dengan uji statistik Keterlibatan manajemen tingkat atas sangat diperlukan
UJI-COBA ► ► ►
►
Uji-coba merupakan hal yang perlu dilakukan 12 sampai 15 orang yang mewakili populasi survey. Dapat mengetahui kelemahan instrumen atau kuesioner, misalnya pertanyaan yang membingungkan, tak jelas dll. Kalau lebih dari 30 bisa uji reliabilitas Kuesioner Dapat diketahui hal-hal lain.
PEKLAKSANAAN SURVEY ► Survey
dapat pada seluruh populasi atau dengan mengambil sampel ► Sampel harus representatif sesuai dengan teknik sampling yang dipilih ► Tentukan cara penyebaran kuesioner dan pengumpulannya. Apakah pada saat waktu kerja atau tidak?
INTERPRETASI DAN ANALISIS
► Sesuai
dengan tujuan survey ► Kuantitatif, Kualitatif ► Deskriptif ► Analitik
UMPAN BALIK ► ►
►
Hasil survey hendaknya dikomunikasikan kepada pegawai dengan segera Temuan-temuan pokok lebih penting untuk umpan balik bagi pegawai daripada temuan survey secara rinci. Umpan balik bagi karyawan sangat penting agar mereka benar-benar memahami hasil survey dan untuk menunjukkan bahwa keseluruhan proses dan hasil survey merupakan kontribusi mereka.
TINDAK LANJUT ► Tindak
lanjut perlu dilakukan untuk lebih memahami hasil survey. ► Seringkali tindak lanjut dilakukan dengan cara melakukan kelompok diskusi terfokus (focus group discussion) untuk menjajagi hal yang masih dipertanyakan. ► Kelompok diskusi terfokus bermanfaat juga untuk mencari alternatif
KAJIAN-DIRI BUDAYA KESELAMATAN
KAJIAN BUDAYA KESELAMATAN
Kajian Budaya Keselamatan suatu organisasi tidak mudah. Tidak ada kuesioner Budaya Keselamatan yang secara komersial tersedia yang dapat mengkaji Budaya Keselamatan suatu Organisasi dengan memuaskan Model dan Metoda untuk mengkaji Budaya Keselamatan dapat dikembangkan sendiri di Organisasi.
PERKEMBANGAN KAJIAN BUDAYA KESELAMATAN DI DUNIA
Model Budaya Keselamatan sangat beragam dan masing model punya kelebihan dan kerurangannya sendiri Umumnya setiap model memandang ada 3 karakteristik utama : Komitmen Manajemen,Staf yang memadai dan kompeten serta keterbukaan dan komunikasi
PERKEMBANGAN KAJIAN BUDAYA KESELAMATAN DI DUNIA
Pendekatan Kerjasama Definisi dan Model • Penggunaan Model dan Cara kajian yang berbedabeda • Metoda campuran (mix-method) • Indikator tidak selalu berkaitan dengan Model • Perlu dikembangkan Model Umum dan indikatornya
Guide: IAEA, 75- INSAG 4 dst Kecendrungan yang sama dalam melakukan Proses Kajian Budaya Keselamatan Perlunya dikembangkan pendekatan situasional dalam menyusun Kuesioner Pengalaman menggunakan Metoda Kuesioner :
Pengalaman menggunakan Metoda Kuesioner : • Sedikit yang mengembalikan, karena harus mengsisi pada saat jam kerja • Pertanyaan terlalu banyak • Pertanyaan tidak jelas • Petunjuk pengisian kuesioner tidak sesuai • Responden merasa identitasnya tidak dijamin kerahasiaannya • Tujuan dari survey atau pengisian kuesioner tidak dijelaskan • Tidak dilakukan uji-coba sebelum survey dilakukan
MODEL, KONSEP, INDIKATOR
MODEL TIGA JENJANG UNTUK MENGEMBANGKAN METODA KAJIAN BUDAYA KESELAMATAN
Identify espoused values
Identify artefacts
Do basic assumptions help or hinder the accomplishment of safety goals?
Assess the basic assumptions
Compare espoused values with artefacts Look for inconsistencies
ARTEFACTS
Cara berpakaian Tingkat formalitas dalam hubungan antar otoritas Jam kerja Pertemuan (waktu, kekerapan, keberlangsungan) BagaimanaPengambilan Keputusan Pola Komunikasi Jargon, uniforms, identity symbols Ceremonies and rituals Cara mengatasi Konflik dan ketidak sepakatan Policies and procedures Apa yang tercakup dalam Perencanaan Visibility of senior managers Sistim imbalan
Artefacts
Sistim imbal-jasa didasarkan pada kinerja individual Pengukuran Kinerja Keselamatan hanya berdasarkan Jumlah angka kecelakaan Masalah Keselamatan dilaporkan dengan cara anonim Manajer hanya memiliki target produksi sebagai tujuan pribadi
Espoused values
Kerja Tim Keselamatan adalah Prioritas Budaya tidak menyalahkan Perbaikan yang berkesinambungan
CONTOH INKONSISTENSI ANTARA ARTEFACTS DAN ESPOUSED VALUES
Derived basic assumptions
Pribadi lebih penting dibandingkan kelompok. kriteria keberhasilan yang paling penting adalah uang . Orang yang berbuat salah adalah orang yang lalai Hanya hasil yang dipertimbangkan
KAITAN KOMPONEN JEJNJANG BUDAYA DENGAN KARAKTERISTIK BUDAYA KESELAMATAN Characteristic:
Keterlibatan seluruh karyawan
Artefacts:
Tim perbaikan keselamatan Safety improvement teams Keterlibatan seluruh karyawan dalam inspeksi keselamatan Survey sikap karyawan terhadap keselamatan Dukungan karyawan dalam perencanaan keselamatan
Espoused values: Kerja Kelompok Keselamatan merupakan tanggungjawab setiap orang Pemberdayaan setiap orang Basic assumptions:Setiap orang mempunyai hak untuk terlibat pada setiap kegiatan yang akan mempengaruhi hidupnya Orang akan memberi dukungan positif bila diberi kesempatan Orang bisa dipercaya untuk bertindak dengan benar
INDIKATOR BUDAYA KESELAMATAN
Tidak ada indikator sederhana yang dapat mengukur status budaya keselamatan Sifat budaya yang berjenjang menambah sulit dalam pengukuran
INDIKATOR KINERJA Type 1 Indikator yang berorientasi hasil yang menunjukkan hasil yang terukur Contoh Angka Kecelakaan Type 2 IIndikator yang berorientasi pada penerapan yang mengukur bagus tidaknya penerapan, ketaatan dalam menerapkan cara, sumber daya dan pendekatan terhadap tugas. Contoh Keataatan terhadap prosedur tertentu.
Nominal Ordinal Interval Ratio
SKALA
CONTOH
Skala nominal : Digunakan untuk menunjukkan data yang dapat dikelompokkan dalam katagori Fungsi
Jumlah orang
Operations
550
Engineering
370
Safety
150
Administration
300
Technical support
150
Skala Ordinal : Dipergunakan bila data dapat peringkatkan
Safety rating
.
jumlah
Excellent
2
Good
4
Average
4
Poor
3
Very poor
1
Skala Interval : Dipergunakan bilamana dapat menggambarkan suatu skala yang memiliki interval yang sama
lama kerja
jumlah orang
4-6 years
50
7-9 years
100
10-12 years
20
Skala Ratio : Dapat dipergunakan bila mempunyai nilai nol yang absolut
Contoh : uang. • Uang yang dimiliki 0. • 100 jt yang dimiliki A, 4 kali lebih banyak dari B yang memiliki 25jt
CONTOH INDIKATORS BUDAYA KESELAMATAN
Indikator
Karaketristik Budaya Keselamatan
Jenjang Budaya
Angka Kecelakaan
Pengukuran Kinerja Keselamatan
Artefact
Angka Nyaris
View of people
Assumption
Biaya Kecelakaan
Pengukuran Kinerja Keselamatan
Artefact
Angka Pelanggaran
Ketaatan pada peraturan prosedur
Artefact
Indikator Jumlah inspeksi keselamatan
Karaketristik Budaya Keselamatan Kepemimpinan Keselamatan prioritas utama
Jenjang Budaya Artefact Value
Jumlah karyawan Staf yang memadai dan yang mendapat komopeten pelatihan keselamatan
Artefact
Efektifitas komunikasi
Keterbukaan dan pola komunikasi
Value
Kunjungan manajer senior ke lapangan
Komitmen pimpinan puncak Kepemimpinan Keselamatan prioritas utama Peran manager
Artefact Artefact Value Assumption
Indikator
Karaketristik Budaya Keselamatan
Jenjang Budaya
Keterbandingan dengan organisasi lain
pembelajaran Organisasi
Value
Mencantumkan keselamatan dalam perencanaan strategis
Stratrgi Bisnis yang mengutamakan keselamatan
Artefact
Jumlah pertemuan pertukaran informasi dengan regulator
Keterbukaan dan pola komunikasi Hubungan dengan regulator dan organisasi luar
Value
Kekerapan kajian terhadap sumberdaya keselamatan
Alokasi sumber daya yang tepat
Artefact
Artefact
Indikator Jumlah tim peningkatan keselamatan
Karaketristik Budaya Keselamatan Keterlibatan Karyawan Kerja tim dan kerjasama
Jenjang Budaya Artefact Artefact Assumption
Jumlah telaah dokumen dan prosedur
Mutu dokumen dan prosedur
Artefact
Penilaian risiko pada Pendekatan sistimatik pra perencanaan dalam keselamatan kerja
Artefact
Nilai audit keselamatan
Artefact
Pengukuran kinerja keselamatan
Indikator
Karaketristik Budaya Keselamatan
Jumlah manajer yang mendapat pelatihan keselamatan
Komitmen manajemen puncak thdp Keselamatan Manajemen Perubahan Pengetahuan tentang organisasi, teknologi dan manusia Hubungan Manajer denga Karyawan Keselamatan sebagai prioritas utama Pembelajaran Organisasi Peran Manajer
Jenjang Budaya Artefact Artefact Artefact Artefact Value Value Assumption Assumption
Latihan MODEL KONSEP
ARTIFAK
METODA
KAR
INDIKATOR
SKALA
KUESIONER INTERVIEW
NILAI
KAR
INDIKATOR
SKALA
KUESIONER OBSERVASI INTERVIEW OBSERVASI
ASUMSI
KAR
INDIKATOR
SKALA
KUESIONER OBSERVASI OBSERVASI INTERVIEW OBSERVASI OBSERVASI OBSERVASI FOKUS GROUP DOKUMEN
Latihan
KARAKTERISTIK Komitmen manjemen puncak terhadap Keselamatan
15-20 Karakteristik 4 Q/1 karakteristik 60-80 Q
INDIKATOR
SKALA
KUESIONER
1. Jumlah manajer yang mendapat pelatihan budaya keselamatan
?
1………….. ………….. ? 2. ………….? ………….? 3. ………….? ………….? 4…………… ?
2. ……………….? ……………….?
3. ………………..? ………………..?
?
?
ARTEFAK
? ?
INT
OBS
FGD
DOK
POPULASI SAMPEL
SAMPEL
Besar sampel harus mewakili populasi yang akan disurvey dan dapat dipercaya secara statistik
METODA PENGUMPULAN DATA
KUESIONER WAWANCARA OBSERVASI FOCUS GROUP TELAAH DOKUMEN
KUESIONER
PRINSIP
Tentukan dengan rinci informasi apa yang diinginkan dari setiap responden Pastikan bahwa pertanyaan yang disusun benar-benar menggali informasi serinci mungkin Pastikan tidak mungkin terjadi kesalah fahaman atau ketidak jelasan dalam mengartikan pertanyaan dan menjawabnya.
KESALAHAN UMUM
Ketidakjelasan dan ketidakpastian dalam bahasa dan istilah Ketidak jelasan Informasi yang dibutuhkan. Menggabungkan beberapa pertanyaan dalam satu pertanyaan Membuat asumsi yang tidak benar Respon tidak tahu dan tak bisa diterapkan Pertanyaan yang mengarahkan.
CONTOH Ambiguity “Kapan biasanya anda minum teh ?” Bagi orang Inggris pertanyaan ini membingungkan. Karena teh mempunyai arti sebagai minuman, makan ringan pada waktu setelah jam 3.30 , makanan yang diberikan anak pulang dari sekolah, makan malam bersama keluarga.
Ketidak jelasan informasi yang dibutuhkan “Apakah karyawan sering mendapat pelatihan Keselamatan?” Kata sering dapat ditafsirkan setiap orang dalam kerangka yang berbeda.”
CONTOH Menggabungkan beberapa pertanyaan dalam satu pertanyaan “Apakah menurut anda suatu gagasan yang baik bila karyawan memperoleh pelatihan untuk menjalankan audit dan inspeksi keselamatan? Bagaimana seseorang akan menjawab pertanyaan tersebut bila kita beranggapan hanya pelatihan inspeksi keselamatan yang paling tepat. Membuat asumsi yang salah Apakah anda menggunakan checklist pada saat menjalankan inspeksi keselamatan?“ Merupakan asumsi bahwa seseorang sesungguhnya melakukan inspeksi keselamatan yang sebenarnya tidak demikian halnya
CONTOH Tidak tahu dan Tidak dapat diterapkan “Menurut pertimbangan anda apakah departemen anda baik dalam keselamatan? Jawaban akan memancing pendapat dan tanggapan ‘tidak tahu’
Pertanyaan yang mengarahkan “Apakah anda biasanya membeli produk yang terkecil dampak merusak lingkungannya? Cendrung memancing jawaban positif karena merupakan nilai yang dinginkan secara sosial.
BENTUK PERTANYAAN
Ada dua katagori pertanyaan didalam sebuah survey, yaitu yang menggali Sikap dan Pendapat, serta pertanyaan yang menggali informasi faktual. Dapat menggunakan Pertanyaan atau Pernyataan. Pertanyaan mengenai sikap dan pendapat responden umumnya menggali arah dan kekuatan perasaan responden terhadap suatu topik dalam suatu rentang jawaban ‘sangat setuju’ hingga ‘sangat tidak setuju’. Pendapat responden mengenai satu topik dapat ditanyakan dengan pilihan jawan dalam rentang ‘sangat baik’ hingga ‘sangat buruk’ Error of central tendency. Susun beberapa pertanyaan atau pertanyaan yang menggali jawaban ‘tidak setuju’ sebagai jawaban posif. Menyusun bentuk pertanyaan yang beragam dapat menghindari respon otomatis dari responden
KUESIONER BUDAYA KESELAMATAN
Untuk menghindari resistensi sebaiknya jumlah pertanyaan berkisar antara 60 - 80. Susun pertanyaan yang memancing pendapat pribadi responden, tetapi hindari pertanyaan yang memancing informasi yang berkaitandengan identitas responden Pilih 15-20 Karateristik Budaya Keselamatan yang paling penting di organisasi atau kelompok dan susun sekurang-kurangnya 4 (empat) pertanyaan untuk setiap karaketristik. Dan susun salah satu diantara 4 pertanyaan tadi, satu pertanyaan yang memancing jawaban tidak setuju sebagai jawaban yang positif. Tahap akhir pemilihan pertanyaan atau pernyataan yang disusun dapat dilakukan dengan pemungutan suara.
Contoh pertanyaan yang dapat dipergnakan Karakteristik Budaya Keselamatan: Tidak adanya konflik antara produksi dengan keselamatan 1.
Bila diketahui terjadi suatu masalah keselamatan pekerjaan perlu segera dihentikan :
• Sangat setuju/setuju/netral/tidak setuju/sangat tidak setuju
2.
Produksi akan menjadi lebih tinggi bilamana tidak mengikuti persyaratan keselamatan
• Sangat setuju/setuju netral/tidak setuju/sangat tidak setuju
3.
Pekerja kadangkala menempuh risiko keselamatan dalam menyelesaikan pekerjaannya
• Sangat setuju/setuju netral/tidak setuju/sangat tidak setuju
4.
Masalah keselamatan perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pekerjaan • Sangat setuju/setuju/netral/tidak setuju/sangat tidak setuju
HAL-HAL POKOK
Tuliskan dengan jelas petunjuk pengisian kuesioner Berikan contoh pengisian kuesioner. Hindarkan menyusun pertanyaan yang memungkinkan responden menunda menjawab langsung atau mengisi pertanyaan yang sesudahnya. Tataletak kuesioner hendaknya dibuat menarik untuk meningkatkan taraf respon dalam menjawab Keberhasilan suatu kuesioner terletak pada bagaimana mempersiapkannya dan kualitas pertanyaannya
PERTANYAAN UNTUK WAWANCARA
Gunakan pertanyaan terbuka hindari pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak Pertimbangkan urutan pertanyaan dengan baik. Siapkan pertanyaan lanjutan untuk menggali lebih dalam jawaban responden pada pertanyaan tertulis. Ajukan pertanyaan dengan cara yang tidak langsung.
Kepustakaan • F.W. Guldenmund., The nature of safety culture: a review of theory and research, Safety Science 34 (2000) 215-257 • International Atomic Energy Agency., Safety culture in nuclear installations, Guidance for use in the enhancement of safety culture, IAEA-TECDOC-1329 December 2002 • International Nuclear Safety Advisory Group., Safety Culture., A report by the International Nuclear Safety Advisory Group, SAFETY SERIES No.75-INSAG-4., February 1991 • International Atomic Energy Agency., Developing safety culture in nuclear activities : practical suggestions to assist progress. — Vienna : International Atomic Energy Agency, Safety reports series, ISSN 1020–6450 ; no. 11, 1998. • International Atomic Energy Agency, Self-assessment of safety culture in nuclear installations, Highlights and good practices, IAEA-TECDOC-1321, November 2002 • International Nuclear Safety Advisory Group, Key practical issues in strengthening safety culture : INSAG-15 / a report by the International Nuclear Safety Advisory Group. — Vienna : International Atomic Energy Agency, — (INSAG series, ISSN 1025–2169 ; INSAG-15), 2002. • Health and Safety Executive (HSE)., Safety Climate Measurement, User Guide and Toolkit., climate measures in offshore organisations. • Douglas A. Wiegmann, Hui Zhang, Terry von Thaden, Gunjan Sharma, and Alyssa Mitchell.,A Synthesis of Safety Culture and Safety Climate Research., Aviation Research Lab Institute of Aviation University of Illinois., Technical Report ARL-02-3/FAA-02-2, June 2002 • Douglas A. Wiegmann, Hui Zhang, Terry von Thaden, Gunjan Sharma, and Alyssa Mitchell., SAFETY CULTURE: A CONCEPT IN CHAOS?, Proceedings of the 46th Annual Meeting of the Human Factors and Ergonomics Society. Santa Monica, Human Factors and Ergonomics Society, 2002. • N. McDonald *, S. Corrigan, C. Daly, S. Cromie., Safety management systems and safety culture in aircraft maintenance organisations’, Safety Science 34 (2000) 151-176 • SAFEmap 1999’, SAFETY CULTURE SURVEY REPORT., Australian Minerals Industry’ July 1999 • M.D. Cooper Ph.D. Towards a model of safety culture , Safety Science 36 (2000) 111-136 • Andrew Hopkins., Safety Culture, Mindfulness and Safe Behaviour: Converging ideas? ‘, Working Paper 7, National research Center for OHS Regulation., December 2002
Ridwan Z Sjaaf Education :
Professional Psychologist, University of Indonesia Master of Public Health, Boston University, USA Certificate of International Health, Boston University, USA Certificate of Environmental Impact Analyisis, Analyisis, PSL, University of Indonesia
Current Position:
Chairman of Post Graduate Program of Occupational Health and Safety, Safety, University of Indonesia, School of Public Health. Faculty member of Department of Occupational Health and Safety, School of Public Health, University of Indonesia
Lecturer : on Occupational Health and Safety for underunder-graduate, graduate and Post Graduate Program
Subject : E-mail
[email protected] Phone : Office : 021-78849035 021-78849039 Mobile : 08128066386
• • • • •
Integrated OHS Management System Health and Safety Behavior Research Method in OHS Cognitive Ergonomics, Human Factors Basic Principle of OHS
Research :
• Health and Safety Culture in Manufacture, construction and petrolium industries • Occupational Stress in manufacture and petrolium industries