BUDAYA BELAJAR PADA MASYARAKAT LERENG MERAPI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Ani Susanti NIM 11110241015
PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA AGUSTUS 2015
i
ii
iii
iv
MOTTO
“.... Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Terjemahan QS. At-Thalaq [65] : 2-3)
v
PERSEMBAHAN
Sebuah karya yang dengan izin Allah SWT dapat saya selesaikan dan sebagai ungkapan rasa syukur serta terimakasih karya ini dengan sepenuh hati saya persembahkan kepada: 1. Orang tua yaitu, Bapak Siswanto Juri dan Ibu Supranti tercinta yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, bimbingan, dan dukungan baik secara moril maupun materil di setiap langkahku. 2. Kedua kakak tercinta yaitu Mas Agus Haryanto dan Mas Arif Prasetyo 3. Almamater KP FIP UNY 4. Agama, Nusa, dan Bangsa
vi
BUDAYA BELAJAR PADA MASYARAKAT LERENG MERAPI Oleh: Ani Susanti NIM. 11110241015 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan budaya belajar pada masyarakat lereng Merapi dan usaha masyarakat lereng Merapi dalam beradaptasi dan bertahan hidup di lereng Merapi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian di Dusun Sumberejo, Kaliurang, Srumbung, Magelang, Jawa Tengah. Subyek penelitian adalah masyarakat lereng Merapi pada usia produktif, informan penelitian ini adalah, Kepala Desa Sumberejo, Kepala Dusun Kaliurang, Tokoh masyarakat diantaranya ketua PKK dan Kader PKK dan masyarakat Dusun Sumberejo. Data penelitian diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif sebagaimana diungkapkan Miles dan Huberman yang meliputi reduksi data, display data, dan verifikasi. Keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) budaya belajar pada masyarakat lereng Merapi dalam upaya pemenuhan syarat dasar kebutuhan hidup adalah dengan pola pewarisan, kebiasaan dan pendidikan sosial melalui keluarga dan masyarakat. Masyarakat belajar dengan model pembelajaran learning by doing pada setiap aktivitas kehidupan sehari-hari baik di bidang perekonomian, kejiwaan dan sosial. Budaya belajar membentuk suatu kebudayaan yang berlaku di masyarakat; 2) Usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri sebagai masyarakat lereng Merapi adalah dengan cara menyesuaikan kehidupan dengan lingkungannya. Penyesuaian tersebut terkait pada pekerjaan dengan potensi sumber daya alam yang ada.
Kata Kunci: Budaya belajar masyarakat lereng Merapi, pola pewarisan, adaptasi
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada-Mu ya Allah, atas izin dan kemurahan-Mu penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi (TAS) sebagai sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Program Studi Kebijakan Pendiidkan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Dengan judul skripsi “Budaya Belajar pada Masyarakat Lereng Merapi”. Sholawat dan salam selalu untuk tauladan terbaik Rasulullah SAW. Dalam penyusunan Tugas Akhir Skripsi (TAS) penulis mendapat dorongan dan dukungan dari segenap pihak, dari itu izinkanlah penulis berucap terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, yang telah memberi sarana dan kemudahan sehingga memperlancar studi saya. 2. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan yang telah memberikan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini. 3. Dosen pembimbing Ibu L. Andriani Purwastuti, M.Hum. yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan dalam skripsi ini. Semoga Allah kelak akan membalas dengan Surga dan kenikmatan-Nya. 4. Masyarakat Dusun Sumberejo, Kepala Dusun serta Kepala Desa Kaliurang yang sudah dengan berbaik hati mengizinkan saya melakukan penelitian di Dusun Sumberejo serta telah menjadi subyek penelitian pada skripsi ini dengan sangat baik. 5. Semua dosen Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan. 6. Orangtua tercinta Bapak Siswanto Juri dan Ibu Supranti atas kasih sayang, kesabaran, doa yang tiada putus, serta dukungan moril dan materil 7. Kedua kakak dan adik, Mas Agus Haryanto, Mas Arif Prasetyo dan Dik Riska Ambarwati yang telah memberikan doa, dan semangat. 8. Semua teman-teman Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan yang sedang berjuang bersama dalam menempuh pendidikan di FIP UNY. viii
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini. Semoga bantuan yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya bagi para pembaca atau pengguna khususnya
Yogyakarta,3 Agustus 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI hal HALAMAN SAMPUL.............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
iv
MOTTO...................................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................
vi
ABSTRAK.................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR....................................................................................
viii
DAFTAR ISI...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL.........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah...................................................................................
10
C. Rumusan Masalah......................................................................................
10
D. Tujuan Penelitian.......................................................................................
11
E. Manfaat Penelitian......................................................................................
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................
13
A. Kajian Pustaka............................................................................................
13
1. Pengertian Budaya................................................................................
13
2. Pengertian Belajar.................................................................................
14
3. Pengertian Budaya Belajar....................................................................
15
4. Pengertian Masyarakat Lereng Merapi.................................................
19
a) Pengertian Masyarakat......................................................................
19
b) Gunung Merapi.................................................................................
20
c) Masyarakat Lereng Merapi...............................................................
22
B. Penelitian Relevan......................................................................................
23
x
C. Kerangka Pikir...........................................................................................
27
D. Pertanyaan Penelitian.................................................................................
29
BAB III METODEPENELITIAN...............................................................
30
A. Pendekatan Penelitian................................................................................
30
B. Settiing Penelitian......................................................................................
30
C. Sumber Data Penelitian..............................................................................
31
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………….
32
E. Teknik Analisis Data……………………………………………………..
36
F. Keabsahan Data…………………………………………………………..
37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………
39
A. Deskripsi Umum………………………………………………................
39
1. Deskripsi Lokasi Penelitian…………………………………………...
39
2. Sumber Daya yang Dimiliki…………………………………………..
41
B. Keadaan Perekonomian, Kejiwaan, dan Sosial Masyarakat Dusun Sumberejo……………………………………………….. C. Budaya Belajar Masyarakat sebagai Sistem Pengetahuan Belajar Digunakan untuk Adaptasi dalam Kerangka untuk Memenuhi TigaSyarat Kebutuhan Hidup………………………. D. Usaha Masyarakat Dusun Sumberejo Beradaptasi terhadap Lingkungan……………………………………………………................ E. Pembahasan……………………………………………………................ 1. Keadaan Perekonomian, Kejiwaan, dan Sosial Masyarakat Dusun Sumberejo…………………………………………………………… 2. Budaya Belajar Masyarakat sebagai Sistem Pengetahuan Belajar Digunakan Untuk Adaptasi dalam Kerangka untuk Memenuhi Tiga Syarat Kebutuhan Hidup……………………………………………... 3. Usaha Masyarakat Dusun Sumberejo Beradaptasi terhadap Lingkungan…………………………………………………................ BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………
43
56 64 69 69
74 80 87
A. Kesimpulan……………………………………………………................
87
B. Saran……………………………………………………………………...
88
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
89
xi
DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Kisi-kisi Observasi ................... ……………………………………..
33
Tabel 2. Kisi-kisi Wawancara…………………………………………………
34
Tabel 3. Kisi-kisi Dokumentasi……………………………………………….
35
xii
DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Kerangka Pikir ……………………………………………………
28
Gambar 2. Desain Teknik Analisis Data Miles & Huberman…………………
37
Gambar 3. Bagan Kesimpulan………………………………………………… 83 Gambar 4. Display Data..........………………………………………………... 162
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat-surat Perijinan Penelitian…………………………………
hal 93
Lampiran 2. Pedoman Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi…………... 101 Lampiran 3. Catatan Lapangan dan Hasil Dokumentasi…………………….. 106 Lampiran 4. Hasil Wawancara, Reduksi Data, Display data dan Keabsahan Data………………………………………………… 115
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar para peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (UU No. 20 Tahun 2003). Tujuan pendidikan itu sendiri adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003). Pendidikan
merupakan
suatu
usaha
manusia
untuk
membina
kepribadiannya agar sesuai dengan norma-norma atau aturan di dalam masyarakat. Pendidikan
menjadi aspek penting dalam kehidupan manusia
untuk menjadikan manusia yang lebih baik. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan hidup, merupakan hal yang menjadi variabel pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya yang ada dimuka bumi ini. Sejalan dengan berjalannya waktu, hasil dari pemanfaatan akal manusia telah berhasil memperlihatkan hal-hal yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Penyampaian kebudayaan melalui lembaga informal dilakukan melalui 1
enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami kebudayaan sebagai satu keseluruhan. Secara geografis Negara Indonesia terdiri dari berbagai pulau. Keadaan Indonesia tersebut memunculkan kebudayaan yang beragam di masyarakat Indonesia. Hal tersebut tentunya berdampak pula pada kehidupan manusia di dalamnya. Indonesia merupakan negara yang paling banyak memiliki gunung berapi di dunia, salah satunya yaitu Gunung Merapi. Gunung Merapi adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Srumbung merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Srumbung termasuk daerah bahaya satu dari ancaman gunung Merapi, karena wilayah Srumbung berada di kaki Gunung Merapi. Letak kecamatan ini tepat berada di sebelah barat daya Gunung Merapi yang sampai saat ini masih aktif.
Jumlah kelurahan di Kecamatan Srumbung
sebanyak 17 kelurahan. Desa yang paling dekat dengan Gunung Merapi yaitu Desa Kaliurang, dan dusun yang menempati daerah terpuncak dari Kecamatan Srumbung adalah Dusun Sumberejo atau dulunya merupakan Desa Gimbal.
2
Dusun ini sangat rawan dan masuk pada daerah dengan tingkat bahaya satu dari ancaman erupsi Gunung Merapi. Berdasarkan
Balai
Penyelidikan
dan
Pengembangan
Teknologi
Kegunungapian (BPPTK) yang di akses dari http://merapi.bgl.esdm.go.id/ bahaya utama yang mengancam sekitar 40.000 jiwa yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana adalah Pyroclastic Flow atau aliran awan panas di samping bahaya sekunder lahar yang dapat terjadi pada musim hujan. Erupsi Merapi termasuk sering dalam 100 tahun terakhir ini rata-rata terjadi sekali erupsi dalam 2-5 tahun. Di luar ancaman bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi, masyarakat Dusun Sumberejo tetap bertempat tinggal di lereng Merapi tersebut. Merapi memiliki aspek sosial dan ekonomis yang penting bagi kemajuan wilayah sekitarnya. Material erupsi Merapi seperti pasir dan batu menjadi penunjang pembangunan di Yogyakarta dan Jawa Tengah demikian juga halnya dengan produk pertanian. Berdasarkan pra penelitian atau observasi awal ditemukan data tentang mata pencaharian masyarakat Dusun Sumberejo yang sebagian besar bekerja di bidang pertanian. Karena pada dasarnya potensi pertanian di lereng Merapi mempunyai potensi yang baik dengan kondisi tanah yang subur. Berdasarkan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral yang di akses dari http://www.esdm.go.id salah satu faktor kesuburan tanah di lereng Merapi adalah limpahan kandungan material hasil letusan yang diendapkan di sekitarnya. Unsur-unsur yang terkandung dalam material letusan seperti fosfor, nitrat, dan natrium, ditunjang dengan iklim tropis bercurah hujan tinggi 3
menjadi daya dukung yang sangat baik bagi pengembangan pertanian, peternakan,
maupun
perikanan.
Berdasarkan
keadaan
tanah
tersebut
memungkinkan masyarakat lereng Merapi memanfaatkannya sebagai lahan pertanian. Di Dusun Sumberejo pertanian salak menjadi unggulan di daerah tersebut, sehingga keadaan ekonomi pada daerah tersebut sangat bagus. Daerah ini memiliki potensi pertanian salak dengan salak yang lebih unggul diantara lainnya yaitu salak Nglumut. Salak ini memiliki nilai jual yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan salak lainnya. Berdasarkan data dari Laporan Profil Desa dan Kelurahan Lampiran V Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pedoman dan Pendayagunaan data profil Desa dan Kelurahan diketahui pendapatan masyarakat Dusun Sumberejo sedikitnya memiliki pendapatan dari sektor pertanian salak dengan rata-rata Rp 2.601.000,00 dalam sebulan (Buku Laporan Profil Desa Kaliurang Tahun 2014). Selain pertanian salak, masyarakat juga bekerja di bidang perkebunan yaitu perkebunan kelapa. Kesuburan tanah yang baik membuat tanaman-tanaman yang berada di sekitar Dusun tersebut tumbuh dengan subur. Tidak hanya tanaman yang sengaja ditanam oleh para petani namun tumbuhan liar seperti rumput-rumput tumbuh dengan subur, sehingga masyarakat memanfaatkan hal tersebut dengan memelihara hewan ternak. Jumlah rumah tangga peternak seluruh Desa Kaliurang sebanyak 226 keluarga, serta jumlah pendapatan dari sektor peternakan untuk setiap rumah tangga adalah Rp 5.500.000,00 (Buku Laporan Profil Desa Kaliurang Tahun 2014). Keadaan ekonomi di Dusun Sumberejo 4
tentunya berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat. Pendapatan tersebut juga membawa dampak baik pada pembangunan daerah tersebut. Keadaan sosial budaya di Dusun tersebut berjalan dengan baik. Masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi akan kehidupan sosial di dalam masyarakat pedesaan. Hal ini tercemin dengan partisipasi masyarakat pada acara-acara yang ada di Dusun tersebut. Masyarakat guyup rukun pada setiap kegiatan Dusun, seperti gotong royong pembuatan fasilitas Dusun seperti jalan, masjid dan sebagainya. Masyarakat sebagian besar memiliki kedekatan antar masyarakat lainnya, dan mereka bersikap ramah tamah terhadap warga lainnya. Masyarakat Sumberejo juga memiliki tradisi kesenian tradisional yaitu wayang. Masyarakat melestarikan kebudayaan tersebut dengan baik dari generasi ke generasi. Wilayah Dusun Sumberejo dekat dengan Gunung Merapi tentunya menimbulkan kekhawatiran pada diri masyarakat. Kekhawatiran tersebut tidak lain adalah bahaya erupsi Gunung Merapi yang sewaktu-waktu terjadi. Namun hal tersebut tidak membuat masyarakat enggan untuk bertempat tinggal di daerah tersebut, bahkan masyarakat berhasil membangun perekonomian mereka di daerah tersebut. Hal itu tentunya karena ada alasan lain dari masyarakat Sumberejo untuk tetap bertahan hidup di daerah tersebut. Keadaan masyarakat tentunya dapat pula berdampak pada sektor perekonomian, misalnya masyarakat dengan pendidikan rendah tinggal di kota, tentunya mereka akan kalah saing dengan masyarakat lain yang memiliki pendidikan tinggi. Masyarakat pedesaan pun jika pendidikan mereka rendah tentunya 5
perekonomian mereka tidak jauh dari taraf sedang, atau bahkan menengah ke bawah. Hal ini di karenakan lapangan-lapangan pekerjaan memerlukan kualifikasi tersendiri untuk pekerjanya, yaitu memiliki pendidikan. Masyarakat pedesaan yang umumnya bertani pun semestinya memerlukan ilmu pengetahuan atau pendidikan. Sebab dengan ilmu tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan potensi pertanian mereka. Masyarakat Dusun Sumberejo pada kenyataannya sudah memiliki tingkat pendapatan yang tinggi atau di atas taraf menengah. Keadaan pendidikan masyarakat dalam arti masyarakat yang membangun perekonomian tersebut yaitu orangtua mayoritas hanya lulus SD sederajat. Dari 70 KK (Kepala Keluarga) dengan jumlah kepala keluarga atau orangtua yang terdiri dari bapak dan ibu sebanyak 135 orang. Mereka sebagian besar hanya lulusan SD sederajat yaitu 84 orang, lulusan SLTP sederajat 18 orang, lulusan SLTA sederajat 16 orang, dan yang terakhir yang tidak mengenyam pendidikan formal yaitu sebanyak 17 orang (Kartu Keluarga Dusun Sumberejo Tahun 2014). Jika diprosentasekan tingkat pendidikan orangtua dengan lulusan SD sederajat 62,2%, SLTP sederajat 13,3%, SLTA sederajat 11,8%, dan yang tidak sekolah 12,6%. Keadaan pendidikan masyarakat tersebut bisa dikatakan rendah, namun hal itu tidak menghambat perekonomian mereka. Kehidupan masyarakat lereng Merapi dari bidang perekonomian dan bidang sosial berjalan dengan baik, meskipun masyarakat terlebih orangtua memiliki tingkat pendidikan rendah. Namun mereka mampu beradaptasi dan membangun perekonomian di daerah rawan bahaya dengan sangat bagus. Bagi 6
masyarakat awam yang jauh dari Gunung Merapi sebagian berpikiran bahwa hidup di lereng Merapi tidak akan nyaman. Dalam kehidupan masyarakat tersebut ada suatu proses pendidikan yang mempengaruhi tercapainya keberhasilan ekonomi di daerah tersebut. Pendidikan di dalam masyarakat ini ditandai dengan proses belajar yang bersifat informal di dalam keluarga dan hubungan-hubungan yang tersusun antara suatu generasi ke generasi berikutnya untuk memberikan keterampilan-keterampilan ekonomi dan perkenalan perilaku sosial yang benar. Pendidikan tersebut bisa dikatakan sebagai suatu budaya yang tertanam pada masyarakat dari generasi ke generasi. Manusia hakekatnya disebut makhluk budaya demikian yang diucapkan oleh Ki Hadjar Dewantara (Herusatoto, 2008:11). Masyarakat Dusun Sumberejo memiliki sikap beradaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya. Hal ini terlihat ketika pasca erupsi Merapi tahun 2010, keadaan sumber mata pencaharian mereka lumpuh. Masyarakat yang keseluruhan bertani salak mengalami kerugian dikarenakan pohon-pohon salak rusak akibat tertimpa material abu vulkanik dari Gunung Merapi. Masyarakat belajar bagaimana bertahan hidup dalam keadaan tersebut. Hal yang dilakukan mereka adalah membersihkan sisa-sisa dampak erupsi dan menunggu hingga pohon salak kembali tumbuh sehingga keadaan pertanian salak mereka pulih kembali. Hal ini tentunya mereka belajar untuk bertahan hidup di dalam keadaan tersebut. Mereka berusaha untuk memulihkan kembali keadaan pertanian mereka dengan segala cara agar sumber mata pencaharian mereka dapat kembali berfungsi. Hingga saatnya mereka mencapai tujuan tersebut 7
pohon salak kembali tumbuh dan berbuah. Meskipun hal tersebut tentunya membawa dampak pada perekonomian namun masyarakat Dusun Sumberejo memiliki kepercayaan yang tinggi kepada Sang Pencipta. Mereka tetap percaya keadaan tersebut harus disyukuri. Sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap tahunnya mengadakan Merti Dusun. Merti Dusun bagi mereka adalah cara untuk menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan atas segala limpahan rejeki dan untuk meminta perlindungan dan keselamatan kepada Sang Pencipta dari segala bahaya khususnya bahaya erupsi Merapi. Erupsi Merapi bukan hanya sekali terjadi dan menimpa Dusun Sumberejo. Masyarakat dari generasi ke generasi memiliki pengalaman untuk tetap bertahan hidup pada daerah tersebut. Hal ini sesuai dengan pengertian belajar bahwa belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulangulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar respon kecenderungan pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya) (Hilgard dalam Purwanto, 2007:84). Budaya atau kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosio budaya yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan pengalaman, lingkungannya yang menjadi kerangka landasan untuk menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan (Suparlan: dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009: 264). Cara pandang budaya belajar sebagai sistem pengetahuan mengisyaratkan bahwa, budaya 8
belajar merupakan “pola kelakuan manusia yang berfungsi sebagai blueprint (pedoman hidup) yang dianut secara bersama” (Keesing & Keesing, dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009: 264). Sebagai sebuah pedoman, budaya belajar digunakan untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, yang dapat menciptakan dan mendorong individu-individu bersangkutan melakukan berbagai macam tindakan dan pola tindakan yang sesuai dengan kerangka aturan yang telah digariskan bersama yaitu di kehidupan bermasyarakat. menjelaskan kepada kita bahwa budaya belajar
Hal tersebut
merupakan suatu proses
kebiasaan meliputi seni mengolah diri, lingkungan dan apapun yang berhubungan dengan kita untuk senantiasa mengkondisikan diri terus bergerak, bertindak dan berbuat dalam keadaan apapun, sehingga kita terus maju, berkembang dan progresif. Konsep tersebut menjadi landasan untuk mencari tahu bagaimanakah pola-pola dan kebiasaan-kebiasaan belajar pada masyarakat Dusun Sumberejo. Dusun yang berada pada daerah rawan bahaya tingkat satu dari letusan Gunung Merapi, namun memiliki tingkat perekonomian yang baik dan sikap adaptasi terhadap lingkungan yang baik pula, meskipun pendidikan masyarakat atau orangtua rendah. Selain hal tersebut berangkat dari perspektif masyarakat yang hidup jauh dari wilayah Gunung Merapi beranggapan bahwa masyarakat yang hidup di lereng Merapi tidaklah nyaman hidupnya. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian” Budaya Belajar Pada Masyarakat Lereng Merapi”
9
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat di identifikasi masalah yang ada diantaranya: 1. Keadaan geografis daerah Dusun Sumberejo berada di lereng Gunung Merapi dan menjadi daerah rawan bahaya tingkat satu dari erupsi Gunung Merapi. 2. Keadaan pendidikan orangtua di daerah tersebut mayoritas rendah yaitu hanya sampai jenjang pendidikan sekolah dasar atau sederajat. Jika diprosentasekan tingkat pendidikan orangtua dengan lulusan SD sederajat 62,2%, SLTP sederajat 13,3%, SLTA sederajat 11,8%, dan yang tidak sekolah 12,6%. C. Rumusan Masalah Penulis akan mengangkat dan membatasi lingkup permasalah sebagai berikut: 1. Bagaimana budaya belajar masyarakat Dusun Sumberejo? 2. Bagaimana usaha masyarakat dalam beradaptasi dan bertahan hidup di daerah rawan bahaya? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan
budaya belajar masyarakat lereng Merapi
khususnya Dusun Sumberejo
10
2. Untuk
mendeskripsikan
usaha
yang
dilakukan
masyarakat
dalam
beradaptasi dan bertahan hidup di daerah rawan bahaya. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini diantaranya: 1. Manfaat Teoritis. a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi penelitian sejenis sehingga mampu menghasilkan penelitian-penelitian yang lebih mendalam dalam kaitannya dengan budaya belajar masyarakat lereng Merapi sehingga dapat meningkatkan pembangunan yang ada di Indonesia khususnya di Dusun Sumberejo. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang budaya belajar pada masyarakat lereng Merapi, serta bagaimana cara beradaptasi dan bertahan hidup masyarakat lereng Merapi. b. Bagi Dusun Sumberejo Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam membangun budaya belajar di lingkungan masyarakat lereng Merapi dan sebagai bahan masukan
untuk
para
tokoh
masyarakat
permasalahan yang ada di Dusun Sumberejo. c. Pemerintah Daerah 11
dalam
menyelesaikan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah daerah terkait dengan budaya belajar pada masyarakat lereng Merapi dan upaya apa saja yang perlu dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan taraf kehidupan di daerah tersebut. d. Dinas atau Departemen Sosial dan pihak-pihak yang terkait. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang budaya belajar masyarakat lereng Merapi sehingga Dinas atau Departemen Sosial dan pihak terkait dapat menggunakannya untuk keperluan yang berkaitan dengan masyarakat lereng Merapi khususnya masyarakat Dusun Sumberejo.
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Budaya Djoko (dalam Haryanto, 2011:195) berpendapat bahwa budaya masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya.
Dari
pendapat tersebut peneliti dapat mengambil inti dari definisi budaya bahwa budaya tidak lepas dari masyarakat sebagai pelaku dan pendukung kebudayaan tersebut. Sedangkan E.B Tylor (dalam Haryanto, 2011:200) berpendapat bahwa
kebudayaan
adalah
kompleks
yang
mencakup
pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat -istiadat dan kemampuan serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (dalam Haryanto, 2011:200) mengatakan kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat. Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa budaya atau kebudayaan adalah masyarakat yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan masyarakat tidak lepas dari peran sebagai 13
pendukung dan wadah dari adanya kebudayaan. Perwujudan kebudayaan diantaranya benda-benda yang diciptakan oleh manusia berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. 2. Pengertian Belajar Belajar memiliki kata dasar ajar yang memiliki arti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1984). Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar respon kecenderungan pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya) (Hilgard dalam Purwanto, 2007:84). Gagne (dalam Ratna 2006:1) berpendapat bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Sedangkan Sugihartono. et.al. (2007: 74) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relative permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil perwujudan dari belajar adalah adanya suatu 14
perubahan tingkah laku pada diri manusia misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Hal itu disebabkan adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan Morgan (dalam Baharuddin, 2007:14) berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Dari definisi-definisi di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Proses belajar akan diperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku hal tersebut dikarenakan adanya interaksi individu dengan lingkungannya. 3. Pengertian Budaya Belajar Konsep budaya belajar senantiasa dihadapkan dengan kenyataan kehidupan manusia yang dinamis dan berubah terus menerus. Budaya belajar ditafsirkan bukan sebagai kebiasaan-kebiasaan belajar yang bersifat statis, melainkan sebagai pengetahuan belajar yang dinamis dan fleksibel dalam menghadapi berbagai masalah perubahan yang berlangsung (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009: 266). Cara pandang budaya belajar menurut Keesing & Keesing, (dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009: 264) budaya belajar sebagai sistem pengetahuan mengisyaratkan bahwa, budaya belajar merupakan “pola kelakuan manusia yang berfungsi sebagai blueprint (pedoman hidup) yang dianut secara bersama”. Sebagai sebuah pedoman, budaya belajar digunakan 15
untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, yang dapat menciptakan dan mendorong individu-individu bersangkutan melakukan berbagai macam tindakan dan pola tindakan yang sesuai dengan kerangka aturan yang telah digariskan bersama (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIPUPI, 2009: 264). Budaya belajar dapat diartikan sebagai sistem pembelajaran yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan banyak pihak, termasuk didalamnya melibatkan pendidikan formal (Ember, 1968 dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009: 266). Menciptakan budaya belajar pada suatu masyarakat selain harus mengikuti perubahan dan sekaligus menyesuaikan perubahan itu dengan sistem nilai-nilai, norma-norma, aturan-aturan, agar modifikasi budaya belajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan (Erickson,1989:136 dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009: 267). Dari pendapat tersebut peneliti dapat mengambil inti bahwa kehidupan yang berjalan akan mengalami perubahan. Seiring berjalannya waktu budaya belajar yang ada di masyarakat akan mengalami perubahan guna menyesuaikan perkembangan zaman. Dalam menyesuaikan perkembangan zaman budaya belajar yang berlangsung tetap dalam sistem nilai-nilai, norma-norma, serta aturan yang berlaku di masyarakat agar budaya belajar tersebut dapat mencapai tujuan yang hendak dicapai namun tetap dalam norma dan nilai yang ada. Budaya belajar dapat juga dipandang sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan 16
sosial. Menurut Suparlan (dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009: 264) adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan. Syaratsyarat dasar tersebut mencakup: 1. Syarat dasar alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya). 2. Syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan, gelisah). 3. Syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaanya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh). Lebih lanjut Bunnet (dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009: 265) menjelaskan, bahwa adaptasi adalah upaya menyesuaikan dalam arti ganda, yakni manusia belajar menyesuaikan kehidupan dengan lingkungannya, atau sebaliknya manusia belajar agar lingkungan yang dihadapi dapat disesuaikan dengan keinginan dan tujuannya. Pada kenyataannya manusia memang tidak hanya sekedar menerima lingkungan dengan apa adanya, melainkan belajar untuk menanggapi berbagai masalah yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu, pada suatu lingkungan masyarakat terdapat ragam bentuk tindakan belajar individu atau kelompok yang pada dasarnya terdorong oleh sikap adaptif mereka. Upaya manusia melakukan belajar menyesuaikan dengan lingkungannya senantiasa berhubungan dengan pranata 17
sosial, psikologis, ekonomi dan juga fisiknya (Montagu, dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009: 265). Dalam kaitannya itu, maka budaya belajar dapat dipandang juga sebagai strategi adaptasi yang berupa model-model pengetahuan belajar yang mencakup serangkaian aturan, petunjuk, resep-resep, rencana, strategi yang dimiliki dan digunakan oleh individu pembelajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Spradley, dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009: 265). Kemampuan budaya belajar individu atau kelompok sosial dalam memecahkan persoalan yang timbul di lingkungannya sangat dipengaruhi oleh tiga hal yaitu: perilaku belajar yang adaptif, strategi belajar yang adaptif, dan tindakan belajar yang adaptif (Bennet dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009:265). Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI berpendapat bahwa pola budaya belajar dapat berlangsung dua arah, yakni sebagai pola pewarisan (yang artinya budaya belajar bersifat mempertahankan usaha pewarisan) dan dapat juga sebagai pola pengembangan warisan (artinya budaya belajar dapat mengembangkan usaha pewarisan). Mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan untuk memenuhi kebutuhan fungsional harus memenuhi persyaratan diantaranya: 1. Adaptasi (adaptation), yang menunjuk keharusan bagi sistem budaya belajar mampu penyesuaian diri dengan lingkungan yang dihadapi 2. Pencapaian tujuan (goal attainment), yakni keharusan bagi sistem budaya belajar untuk bertindak dalam kerangka pencapaian tujuan bersama
18
3. Integration (integration), yakni keharusan bagi sistem budaya belajar untuk memiliki kemampuan menjaga solidaritas dan kerelaan bekerja antar anggotanya: 4. Latensi (latent pattern maintenance), yakni persyaratan fungsional yang mengarah pada keharusan sistem budaya belajar memiliki kemampuan menjamin tindakan yang sesuai dengan aturan atau norma-norma yang berlaku (Parsons, dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009: 266-267) Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya belajar masyarakat adalah kebiasaan-kebiasaan belajar yang bersifat statis atau bisa disebut sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial di dalam kehidupan masyarakat. Proses adaptasi ini dilakukan secara terus menerus yang berfungsi sebagai blueprint (pedoman hidup) yang dianut bersama. Proses budaya belajar tersebut mengikuti perubahan dan sekaligus menyesuaikan perubahan itu dengan sistem nilai-nilai, norma-norma, aturan-aturan, agar modifikasi budaya belajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. 4. Pengertian Masyarakat Lereng Merapi a. Pengertian Masyarakat Masyarakat berasal dari bahasa Latin socius yang berarti kawan. Koentjaraningrat (2002: 146) berpendapat bahwa masyarakat adalah sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat 19
istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan yang terkait oleh suatu rasa identitas bersama. Edward B. Taylor (dalam http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/), berpendapat bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seorang sebagai anggota masyarakat atau masyarakat merupakan cikal bakal dari munculnya suatu kebudayaan atau peradapan yang terjadi pada diri setiap pribadi yang mempunyai corak pada karakteristik tertentu. Adapun Ki Hajar Dewantara (dalam dalam http://ejournal.ilkom.fisipunmul.ac.id/) yang berpendapat, bahwa kebudayaan merupakan buah budi manusia melalui perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang sekaligus menjadi bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagian yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. b. Gunung Merapi Berdasarkan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) yang di akses dari http://merapi.bgl.esdm.go.id/ Dari 129 gunungapi yang ada di wilayah Indonesia Gunung Merapi termasuk yang paling aktif. Merapi adalah gunungapi dengan tipe Stratovolcano dan secara petrologi magma Merapi bersifat andesit-basaltik. Menjulang setinggi 2978 m di jantung pulau Jawa, Merapi mempunyai 20
diameter 28 km, luas 300-400 km2 dan volume 150 km3. Posisi geografis Merapi 7o 32’ 5" S ; longitude 110o 26’5" E. mencakup wilayah administratif Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Merapi terbentuk secara geodinamik pada busur kepulauan akibat subduksi pertemuan lempeng Indo-australia dengan lempeng Asia. Dinamika erupsi Merapi umumnya didahului pertumbuhan kubah lava diikuti guguran awanpanas, guguran lava pijar dan jatuhan piroklastik. Bahaya utama yang mengancam sekitar 40.000 jiwa yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana adalah Pyroclastic Flow atau aliran awanpanas di samping bahaya sekunder lahar yang dapat terjadi pada musim hujan. Erupsi Merapi termasuk sering dalam 100 tahun terakhir ini rata-rata terjadi sekali erupsi dalam 2-5 tahun. Di luar ancaman bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi, Merapi memiliki aspek sosial dan ekonomis yang penting bagi kemajuan wilayah sekitarnya. Material erupsi Merapi seperti pasir dan batu menjadi penunjang pembangunan di Yogyakarta dan Jawa Tengah demikian juga halnya dengan produk pertanian. Gunung Merapi merupakan gunung api aktif yang terletak di titik silang antara sesar transversal yang memisahkan wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah selain itu juga terletak disebuah sesar longitudinal Jawa (Kusumadinata, 1979: 250). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sub bagian Badan Geologi memperjelas keterangan yang dituliskan oleh Neuman van Padang mengenai letak Gunung Merapi (2986 dpl), bahwa gunung tersebut terletak diperbatasan empat kabupaten yaitu Kabupaten 21
Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten Jawa Tengah. Lereng sisi selatan berada
dalam
administrasi
Kabupaten
Sleman,
Daerah
Istimewa
Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004. Gunung Merapi merupakan gunung teraktif di dunia. Memiliki siklus letusan yang tidak teratur namun memiliki pola yang relative sama. Lereng selatan Gunung Merapi memiliki relief yang beragam dengan berbagai tipe ekosistem. Lereng tersebut didominasi oleh hutan submontana (hutan pada ketinggian 1000-1500 meter di atas permukaan laut) dan berbagai variasi yang khas seperti adanya padang rumput (Mackinnon, 1996:37). c. Masyarakat Lereng Merapi Masyarakat lereng Merapi adalah masyarakat yang bertempat tinggal di
lereng
Gunung
Merapi.
Berdasarkan
Balai
Penyelidikan
dan
Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) yang diakses dari http://merapi.bgl.esdm.go.id/ penduduk yang bermukim di lereng cukup padat menyebabkan tingkat ancaman bahaya Merapi menjadi tinggi. Merapi adalah fenomena alam yang mampu memberikan sumber kehidupan yang baik dari kesuburan tanahnya dan kenyamanan untuk bertempat tinggal di sana. Lingkungan gunung api akan membentuk pola masyarakat yang khas. Masyarakat di lereng Merapi berdasarkan tinjauan sosiologis relatif 22
homogen dari segi etnisitas dan agama, sebagian besar masih menjalankan tradisi Jawa, berbahasa Jawa, hidup komunal dan mempunyai sifat kekeluargaan gotong royong, mayoritas mata pencaharian agraris, sebagian kecil bergerak di bidang pertambangan, kepariwisataan dan pegawai negeri. Masyarakat lereng Gunung Merapi masih memegang nilai-nilai kearifan lokal dalam kesehariannnya. Salah satunya dengan menjalin hubungan serasi dengan alam yang didasari kepercayaan bahwa antara Gunung Merapi,Keraton dan Pantai Selatan saling terhubung erat satu sama lain. Masyarakat juga bahwa meyakini gunung, sungai, dan pohon bukanlah ‘benda mati’ sehingga manusia wajib menjaga kelestariannya, sejalan dengan prinsip “Hamemayu Hayuning Bawono” dalam pelestarian alam wilayah Yogyakarta. (Kementrian Energi dan Sumber Mineral diakses dari http://www.esdm.go.id) B. Penelitian Relevan 1. Budaya Belajar Siswa Pada Sekolah Unggul Di SMA Negeri 1 Pamekasan oleh
Saiful
Arif
(Dosen
STAIN
Pamekasan
Prodi
PAI/email:
[email protected]) (dalam http://ejournal.stainpamekasan.ac.id..). Penelitian ini menghasilkan temuan yang dapat disimpulkan bahwa: 1) pola atau kebiasaan belajar siswa SMA Negeri 1 Pamekasan sudah didisiplinkan sejak awal menjadi siswa sampai lulus dari SMA Negeri 1 Pamekasan. Hal tersebut dimulai dari proses pembinaan pada saat MOS siswa baru, pemanfaatan sumber belajar secara mandiri, pemberian tugastugas mandiri oleh guru kepada siswa melalui Lembar Kerja Siswa, dan 23
pemanfaatan kecanggihan teknologi informasi seperti penggunaan laptop dan internet. Strategi belajar unggul yang dilakukan oleh SMA Negeri 1 Pamekasan yaitu aktifitas belajar siswa diawali dengan kegiatan tatap muka dalam kelas yang dibina langsung oleh masing-masing guru mata pelajaran. Kemudian yang kedua anak-anak diarahkan dan dikembangkan dalam program studi adaptasi yaitu kegiatan belajar berdasarkan minat dan bakat studi yang diawali dengan pengisian format minat studi, selanjutnya dilakukan tes sehingga berdasarkan hasil tersebut anak ditentukan minatnya yaitu; a) fisika; b) biologi; c) matematika; dan d) kimia. Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peniliti adalah adanya kesamaan tentang bagaimana terbentuknya suatu budaya belajar itu. Dalam penelitian tersebut cara untuk membentuk kebiasaan belajar siswa adalah dengan mendisiplinkan siswa-siswanya, latihan-latihan, strategi belajar unggul, dan yang terpenting adalah dengan mengarahkan dan mengembangkan program studi adaptasi belajar siswa hal ini terbukti dapat membawa dampak baik yaitu semua siswa dapat lulus 100 persen. hal yang membedakan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah pada penelitian tersebut subyek yang diteliti adalah siswa-siswa yang ada di sekolah, namun dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah budaya belajar masyarakat. Hal ini dapat dikaitkan dengan penelitian budaya belajar masyarakat Lereng Merapi karena untuk membentuk suatu budaya belajar sama halnya membutuhkan cara atau strategi yang tepat agar budaya belajar masyarakat yang berkembang adalah 24
budaya belajar yang baik yang dapat digunakan sebagai cara atau strategi dalam pemenuhan syarat-syarat kebutuhan manusia, yaitu syarat dasar alamiah, syarat kejiwaan dan syarat dasar sosial. 1. Model
Pemberdayaan
Perempuan
Miskin
Berbasis
Pemanfaatan
Sumberdaya Perdesaan Upaya Pengentasan Kemiskinan Di Perdesaan (Studi di Lereng Merapi Daerah Istimewa Yogjakarta) oleh Hastuti dan Dyah Respati, Fakultas Ilmu Sosial Ekonomi, Universitas Negeri Yogjakarta (dalam eprints.uny.ac.id/.../1/laporan%20akhir%20desa% 20w...). Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sumberdaya perdesaan di ketiga daerah penelitian meliputi sumberdaya fisik dan non fisik yakni lahan, hutan, permodalan, infrastruktur, rumah serta barang berharga, dan kelembagaan. Pemanfaatan sumberdaya perdesaan masih bias gender, perempuan termarjinalisasi dalam akses dan kontrol terhadap sumberdaya perdesaan sehingga kurang memilki kesempatan yang terbuka dan transparan. Perempuan miskin memanfaatkan sumberdaya perdesaan meskipun belum optimal. Sumberdaya perdesaan dimanfaatkan dengan cara-cara tradisional seperti dikelola untuk pertanian tanpa teknologi, untuk memperoleh kayu-kayuan, hijauan makanan ternak, dan apa saja yang dapat dijual untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Perempuan miskin belum banyak memanfaatkan sumberdaya terkait dengan memperoleh modal dari lembaga keuangan formal, mereka memanfaatkan lembaga yang dikelola sendiri seperti arisan. Perempuan miskin memiliki keterbatasan modal, 25
keterbatasan pengetahuan dan keterampilan, keterbatasan akses dan kontrol terhadap sumberdaya perdesaan diperlukan stimulasi untuk membangkitkan kemauan dan kemampuan perempuan miskin. Pemberdayaan perempuan miskin dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dan melibatkan perempuan miskin untuk dapat berpartisipasi aktif dalam pemanfaatan sumberdaya perdesaan. Berpartisipasi dalam mengembangkan kegiatan produktif melalui peningkatan keterampilan dan pengetahuan untuk pemanfaatan sumberdaya perdesaan secara optimal dan berkelanjutan. Pemberdayaan perempuan miskin dalam penelitian ini dilakukan melalui kelompok- kelompok yang difasilitasi ketua yang diambil dari masyarakat setempat melalui kesepakatan bersama. Pengembangan
model
pemberdayaan
yang
ditawarkan
dalam
pengentasan kemiskinan di perdesaan adalah melibatkan perempuan miskin agar senantiasa dapat memanfaatkan sumberdaya perdesaan untuk kegiatan produktif dengan memperhatikan potensi dan daya dukung sumberdaya tersebut secara berkelanjutan dan berdaya guna. Pemberdayaan melalui penguatan peran perempuan miskin secara aktif dalam pemanfaatan sumberdaya perdesaan perlu dikedepankan agar perempuan dapat memanfaatkan sumberdaya perdesaan secara optimal. Penerapan teknologi sesuai kemampuan dan kebutuhan perempuan miskin, peningkatan partisipasi secara aktif, peningkatan pengetahuan dan keterampilan agar; dan penguatan ekonomi sosial agar dapat mengelola sumberdaya perdesaan
26
dengan lebih berdaya guna merupakan langkah yang perlu dikedepankan dalam penegmbangan model pemberdayaan perempuan miskin. Penelitian tersebut terkait dengan bagaimana warga lereng merapi memenuhi syarat dasar alamiah mereka yang terkait dengan bidang perekonomian. Berdasarkan data yang sudah ada pada latar belakang BAB I tingkat pendidikan masyarakat dalam artian masyarakat produktif yaitu orangtua mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Perempuan atau ibuibu di Dusun tersebut kebanyakan juga bekerja pada bidang pertanian. Mereka membantu suaminya dalam mengurus sawah atau perkebunan. pemberdayaan yang ditawarkan dalam pengentasan kemiskinan di perdesaan adalah melibatkan perempuan miskin agar senantiasa dapat memanfaatkan sumberdaya perdesaan untuk kegiatan produktif dengan memperhatikan potensi dan daya dukung sumberdaya tersebut secara berkelanjutan dan berdaya guna. Hal tersebut sudah terlaksana di Dusun tersebut, bedanya dalam penelitian tersebut haruslah ada suatu usaha pemberdayaan namun di Dusun Sumberejo hal tersebut sudah menjadi kebiasaan perempuan untuk bekerja di bidang pertanian dengan suaminya. C. Kerangka Pikir Budaya belajar masyarakat adalah kebiasaan-kebiasaan belajar yang bersifat statis atau bisa disebut sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial di dalam kehidupan masyarakat yang dilakukan secara terus menerus yang berfungsi sebagai blueprint (pedoman hidup) yang dianut bersama, proses 27
budaya belajar tersebut mengikuti perubahan dan sekaligus menyesuaikan perubahan itu dengan sistem nilai-nilai, norma-norma, aturan-aturan, agar modifikasi budaya belajar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Masyarakat Dusun Sumberejo berada di lereng Gunung Merapi, hal ini tentunya ada suatu kebiasaan belajar dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya yang berbeda dengan masyarakat lainnya yang hidup jauh dari lereng Merapi. Mereka memiliki cara tersendiri dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat yang berdasarkan pada syarat kebutuhan hidup yaitu syarat dasar alamiah, syarat kejiwaan, dan syarat dasar sosial. Serta bagaimana usaha masyarakat Dusun Sumberejo dalam beradaptasi dengan lingkungan. Oleh karena itu bagaimanakah usaha dan cara masyarakat dalam pemenuhan syarat-syarat kebutuhan hidup.
Untuk
memudahkan penelitian maka peneliti membuat bagan kerangka berpikir sebagai berikut: Syar Masyarakat Dusun Sumberejo Budaya Belajar
Usaha masyarakat beradaptasi
Syarat Kebutuhan Hidup: a. Syarat Dasar Alamiah b. Syarat Kejiwaan c. Syarat Dasar Sosial
Cara pemenuhan syarat kebutuhan hidup
Gambar 1. Kerangka Berpikir 28
Perubahan
D. Pertanyaan Penelitian Agar dalam penelitian ini benar-benar dapat memecahkan perumusan masalah yang ada pada BAB I mengenai budaya belajar masyarakat lereng merapi, maka peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: 1) Bagaimana keadaan perekonomian (syarat dasar alamiah), kejiwaan (syarat kejiwaan), dan sosial (syarat dasar sosial) masyarakat Dusun Sumberejo? 2) Bagaimana budaya belajar masyarakat untuk bertahan hidup di daerah rawan bahaya erupsi Gunung Merapi dalam memenuhi syarat dasar alamiah, syarat kejiwaan, dan syarat dasar sosial sebagai kebutuhan hidup mereka? 3) Bagaimana usaha masyarakat Dusun Sumberejo dalam beradaptasi dengan lingkungan lereng Merapi pasca Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 dalam membangun perekonomian?
29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian yang dipergunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Sugiyono (2014:1) digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong 2010:4) mendefinisikan “metode kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian deskriptif menurut Lincon and Cuba (dalam Sukardi, 2003:23), dilihat sebagai penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian ini memiliki
dua
tujuan
utama
yaitu,
pertama,
menggambarkan
dan
mengungkapkan (to describe and explore) dan yang kedua menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Pendekatan ini diharapkan dapat menghasilkan data yang bersifat deskriptif guna menggambarkan, mengungkapkan, serta menjelaskan budaya belajar pada masyarakat lereng Merapi. Masyarakat yang hidup di lingkungan rawan bahaya tingkat satu dari bahaya erupsi Gunung Merapi. B. Setting Penelitian Penelitian tentang budaya belajar pada masyarakat lereng Merapi dilaksanakan di Dusun Sumberejo, Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, 30
Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah dengan pertimbangan Dusun tersebut merupakan Dusun yang paling puncak di Kecamatan Srumbung atau berada di lereng Merapi. Selain hal itu belum ada penelitian terkait budaya belajar pada masyarakat lereng Merapi khususnya di Dusun Sumberejo. Waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan setengah. C. Sumber data penelitian Sumber data bisa berupa orang, dokumentasi (arsip), atau berupa kegiatan. Dalam menentukan subjek penelitian, peneliti menggunakan teknik sampling. Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, :52). Subjek penelitian diperlukan sebagai pemberi informasi atau data-data yang menjadikan sasaran penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah: 1) Kepala Desa Kaliurang 2) Kepala Dusun Sumberejo 3) Tokoh masyarakat Dusun Sumberejo yaitu Kepala Dusun, Ketua RT, Ketua RW, dan Ketua Pemuda. 4) Masyarakat Sumberejo Penentuan subjek penelitian di atas berdasarkan kebutuhan penelitian dan dianggap telah memadai apabila telah sampai pada taraf redundancy (datanya telah jenuh). Penentuan subjek penelitian juga mempertimbangkan relevansi dari tujuan penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini dipilih subjek penelitian masyarakat Dusun Sumberejo pada usia produktif yaitu orangtua (Bapak dan Ibu) yang bertempat tinggal di Dusun Sumberejo.
31
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan Snowball Sampling. Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar (Sugiyono, 2014: 54). Maksud dari pemilihan teknik tersebut adalah untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber sehingga data yang diperoleh dapat diakui kebenarannya. D. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk meneliti budaya belajar pada masyarakat lereng Merapi adalah sebagai berikut: 1) Observasi (pengamatan) Melalui teknik pengamatan atau observasi dapat menghindari adanya informasi yang semu atau kurang jelas dari penelitian. Melalui observasi, peneliti juga belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut (Sugiyono, 2012:310). Selain observasi atau mengamati peneliti juga mencatat setiap aktivitas terkait dengan budaya belajar pada masyarakat Dusun Sumberejo. Guna memudahkkan observasi peneliti membuat kisikisi observasi sebagai berikut:
32
Tabel 1. Kisi-kisi Observasi No Aspek 1. Lingkungan masyarakat
2.
3.
4.
Sumber Data Proses kehidupan di dalam lingkungan masyarakat Dusun Sumberejo Syarat dasar alamiah (perekonomian) Kegiatan masyarakat dalam kaitannya bercocok tanam, lahan usaha Syarat kejiwaan (pemenuhan rasa Kegiatan terkait dengan nyaman) kegiatan religi dan sebagainya Syarat dasar sosial
Interaksi warga, kegiatan sosial
2) Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dari semua pelaku atau masyarakat Dusun Sumberejo. Esterberg (dalam Sugiyono: 2014: 72) berpendapat bahwa wawancara atau interview adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi (Susan Stainback dalam Sugiyono, 2012:318). Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui 33
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh (Sugiyono, 2014:73). Dalam wawancara terstruktur ini setiap responden diberikan pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Wawancara penelitian ini ada beberapa alat yang digunakan diantaranya buku catatan, camera, dan video. Pada penelitian ini, peneliti membuat kisi-kisi wawancara sebagai berikut: Tabel 2. Kisi-kisi Wawancara No Aspek 1
Sumber data
Keadaan perekonomian (syarat dasar alamiah) Masyarakat masyarakat Sumberejo dan kepala Dusun Sumberejo
2.
Keadaan kejiwaan (syarat kejiwaan) masyarakat
Masyarakat Sumberejo dan kepala Dusun Sumberejo
3.
Keadaan sosial (syarat dasar sosial) masayarakat
Masyarakat sumberejo dan kepala Dusun Sumberejo
4.
Budaya belajar masyarakat dalam memenuhi Masyarakat syarat kebutuhan hidup
Sumberejo dan kepala Dusun Sumberejo
5.
Usaha
masyarakat
dalam
bertahan hidup
beradaptasi
dan Masyarakat Sumberejo dan
34
3) Dokumentasi Selain menggunakan teknik observasi dan wawancara peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi, karena teknik ini dianggap penting yang
berfungsi
sebagai
tambahan
pelengkap
dari
data
primer.
Dokumentasi dalam penelitian ini dengan mengumpulkan foto-foto, arsip, video tentang informan dan semua yang bersangkutan dengan fokus penelitian. Tabel.3 Kisi-kisi Dokumentasi No Aspek
Sumber Data
1.
Dokumentasi
Lingkungan masyarakat
foto
lingkungan masyarakat Dusun Sumberejo 2.
Syarat dasar alamiah (perekonomian)
Dokumentasi foto, arsip dan
data
tentang
masyarakat dan
lahan
usaha 3.
Syarat
kejiwaan
(pemenuhan
nyaman)
rasa Dokumentasi, data, dan arsip
kegiatan
terkait
dengan kegiatan religi dan sebagainya 4.
Syarat sosial
Dokumentasi
foto
interaksi
dan
warga,
kegiatan sosial
35
E. Teknik Analisis Data Nasution dalam Sugiyono (2014:89) berpendapat bahwa analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Aktivitas dalam analisis pengumpulan data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh (Miles and Huberman dalam Sugiyono 2014:91). Adapun langkah-langkah menganalisis data secara umum, yaitu sebagai berikut: 1. Penyajian data, bertujuan untuk memaparkan data secara rinci dan sistematis setelah dianalisis ke dalam format yang telah disiapkan. 2. Reduksi data, bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak relevan, dan mengorganisasikannya, sehingga kesimpulan akhir dapat dirumuskan, menyeleksi secara ketat, membuat ringkasan dan rangkuman inti. 3. Penarikan kesimpulan, bertujuan untuk memberi arti atau memakai data yang diperoleh baik melalui observasi, wawancara, maupun dokumentasi.
36
Pengumpulan Data
Sajian Data
Penarikan
Reduksi data
kesimpulan/verivikasi
Gambar 2. Desain teknik analisis data Miles & Huberman dalam (Sugiyono : 2014: 92) F. Keabsahan Data Peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiyono, 2014:125). Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang diganakan adalah sebagai berikut: a. Triangulasi Sumber Triangulasi sumber untuk menguji krediblitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2014:127). Dalam penelitian ini menguji keabsahan data tentang budaya belajar masyarakat lereng Merapi maka pengujian data yang telah diperoleh dari masyarakat kemudian tokoh masyarakat, Kepala Dusun dan
37
kemudian Kepala Desa. Data yang telah dianalisis oleh peneliti dimintai kesepakatan dengan empat sumber tersebut. b. Triangulasi Teknik Triangulasi sumber untuk menguji krediblitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2014:17). Dalam penelitian ini data yang sudah diperoleh dari wawancara kemudian dicek dengan hasil observasi dan dokumentasi.
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan disajikan data-data hasil penelitian sebagai usaha mendeskripsikan tentang budaya belajar pada masyarakat lereng Merapi. Penelitian tentang budaya belajar pada masyarakat lereng Merapi ini dapat dilaksanakan sesuai rencana awal. Kegiatan dan tempat pengambilan data dilaksanakan di Dusun Sumberejo, Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. A. Deskripsi Umum 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Dusun Sumberejo, Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Srumbung berada di sebelah barat daya Gunung Merapi sehingga termasuk daerah bahaya satu dari ancaman gunung Merapi, karena wilayahnya yang berada di kaki Gunung Merapi yang masih aktif. Desa Kaliurang adalah Desa yang paling puncak atau yang paling dekat dengan Gunung Merapi, sedangkan Dusun Sumberejo adalah Dusun yang paling puncak dekat dengan Gunung Merapi yang masih berada pada wilayah kelurahan Desa Kaliurang. Pada mulanya Dusun Sumberejo merupakan sebuah Desa yaitu Desa Gimbal. Desa Gimbal mengalami perpindahan lokasi atau disebut dengan Bedol Ndeso dikarenakan Desa Gimbal terkena lahar dingin dari erupsi Merapi. Lahar dingin tersebut menghancurkan Desa Gimbal pada tahun 39
1972.
Warga Desa Gimbal pada tahun 1972 mengalami bencana yang
besar. Oleh karena itu pemerintah membuat program yaitu Bedol Ndeso ke Lampung. Hal tersebut bertujuan untuk mengisolasi masyarakat Desa Gimbal yang masih rawan bahaya dan tidak memiliki tempat tinggal agar memulai hidup baru di Lampung. Setelah setengah tahun beberapa warga kembali ke Desa Gimbal dikarenakan tidak betah atau kurang nyaman tinggal di Lampung. Pada saat beberapa warga kembali ke tempat asal, pemerintah bersama oknum keamanan di Desa Gimbal melarang keras warganya kembali ke tempat tersebut. Alasannya adalah Desa Gimbal sangat rawan terhadap bahaya Erupsi Merapi dan Desa tersebut juga masuk ke dalam daerah yang tidak diperbolehkan untuk dihuni oleh masyarakat. Larangan untuk bertempat tinggal tersebut memaksa beberapa masyarakat membuat tempat tinggal sementara atau Gubuk di lahan sawah masyarakat. Setelah beberapa tahun semakin banyak masyarakat yang kembali ke Desa Gimbal
sehingga
pemerintah
akhirnya
membuat
alternatif
untuk
memindahkan lokasi Desa Gimbal ke sebelah selatan Desa tersebut agar jarak antara Desa dengan Gunung Merapi tidak terlalu dekat. Setelah mengalami perpindahan lokasi akhirnya Desa tersebut berganti menjadi Dusun Sumberejo dan ikut dalam wilayah kelurahan Desa Kaliurang. Dusun Sumberejo berada pada daerah lereng Merapi dengan tingkat kesuburan tanah yang baik sehingga dimanfaatkan warga sebagai lahan pertanian. Pertanian salak merupakan tanaman yang banyak dimiliki oleh warga, hampir semua warga Dusun Sumberejo mempunyai kebun atau 40
sawah yang ditanami salak. Salak di Dusun Sumberejo tumbuh dengan subur sehingga dapat menghasilkan buah salak yang melimpah setiap panen raya tiba. Daerah tersebut juga memiliki keunggulan dalam bidang pertanian salak, yaitu salak nglumut dengan nilai jual lebih tinggi dibandingkan salak pondoh lainnya. 2. Sumber Daya yang Dimiliki Desa Kaliurang yang merupakan pemerintahan kelurahan dari Dusun Sumberejo memiliki potensi umum berdasarkan Buku Format Laporan Profil Desa dan Kelurahan Kaliurang Tahun 2014. Buku tersebut berisi tentang laporan keseluruhan wilayah Desa Kaliurang termasuk di dalamnya adalah Dusun Sumberejo. Potensi tersebut terdiri dari: a. Potensi Sumber Daya Alam terdiri dari Batas wilayah, batas wilayah Desa Kaliurang adalah sebelah utara berbatasan dengan Dusun Kemiren, sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Nglumut, sebelah timur berbatasan dengan Dusun Wonokerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman, sedangkan di sebelah barat Desa Kaliurang berbatasan dengan Dusun Kamongan. Luas wilayah menurut pengguna Desa Kaliurang dengan jumlah total 283 ha/m². Wilayah tersebut terdiri dari luas wilayah pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan, pekarangan, taman, perkantoran, dan luas prasarana umum lainnya. Tanah sawah yang dimiliki Desa Kaliurang jumlah totalnya adalah 152,8 ha/m². Tanah sawah tersebut terdiri dari sawah irigasi teknis, sawah irigasi setengah teknis, sawah tadah hujan, dan sawah pasang surut.Tanah 41
kering di Desa Kaliurang jumlah totalnya adalah 402,4 ha/ m². Tanah kering tersebut terdiri dari tegal/ ladang, permukiman, pekarangan dan hutan rakyat.Tanah perkebunan Desa Kaliurang jumlah totalnya adalah 5,5 ha/m². Tanah tersebut terdiri dari tanah perkebunan rakyat, tanah perkebunan Negara, tanah perkebunan swasta, dan yang terakhir adalah tanah perkebunan perseorangan dengan jumlah 5,5 ha/m². b. Potensi Pertanian Desa Kaliurang dalam segi tanaman pangan jumlah keluarga yang memiliki tanah pertanian adalah 734 keluarga. Hasil tanaman dan luas tanaman buah-buahan adalah dengan buah salak sejumlah 350 Ha dengan hasil 210 Ton/Ha. c. Potensi perkebunan di Desa Kaliurang dengan kepemilikan lahan perkebunan sejumlah 86 keluarga. Hasil perkebunan terdiri dari kelapa dan kopi. d. Potensi kehutanan Desa Kaliurang jumlah total yang dimiliki masyarakat perorangan adalah sejumlah 185,4 ha. Hasil hutan tersebut terdiri dari kayu, madu lebah, dan bambu. Kondisi hutan di Desa Kaliurang 165 ha dalam kondisi baik sedangkan 20 ha dalam keadaan rusak. e. Potensi peternakan di Desa Kaliurang dengan jenis populasi jenis hewan ternak sapi jumlah kepemilikannya mencapai 220 orang, dan jumlah perkiraan populasi hewan sapi sebanyak 346 ekor. Ketersediaan hujauan pakan ternak di Desa Kaliurang sejumlah 26 ha dengan produksi hijauan makanan ternak sejumlah 15 Ton/Ha. 42
B. Keadaan Perekonomian, Kejiwaan dan Sosial Masyarakat Dusun Sumberejo 1. Keadaan Perekonomian Masyarakat Dusun Sumberejo Sebagian besar masyarakat Dusun Sumberejo bekerja sebagai Petani, PNS dan Pekerja Swasta. Mayoritas pekerjaan masyarakat ada pada sektor pertanian dikarenakan lahan yang dimiliki memadai dan tingkat kesuburan tanah yang baik di Dusun tersebut. Masyarakat sebagian besar memiliki sawah ataupun kebun salak, seperti yang terlihat pada saat peneliti melakukan observasi. Lingkungan Dusun Sumberejo nampak banyak pohon salak. Berikut hasil dokumentasi tersebut:
Gambar 2. Kebun Salak Masyarakat sebagai sumber pemenuhan syarat dasar alamiah atau perekonomian masyarakat Dusun Sumberejo.
Selain tanaman salak beberapa petani juga memilki lahan yang ditanami padi ataupun sayur-sayuran, karena pada mulanya pertanian 43
masyarakat adalah pertanian yang berupa tanaman padi, sayuran dan palawija. Seiring perkembangan zaman pohon salak mulai diminati masyarakat hingga pada saat ini pertanian salak yang menjadi dominan di masyarakat Dusun Sumberejo. Bagi sebagian masyarakat penghasilan dari kebun salak tersebut sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat, seperti yang dikemukakan oleh ibu SY pada wawancara hari Kamis, 16 April 2015 yang berpendapat seperti berikut: “Alhamdulilah mpun saget nyekapi kebutuhan bendintenipun kangge tumbas janganan lawuh mbak (hasil wawancara Kamis, 16 April 2015) Dari pernyataan beberapa warga tersebut penghasilan masyarakat dari bertani sudah mencukupi kebutuhan dasar masyarakat. Hal tersebut dikarenakan beban hidup yang dimiliki tidak terlalu berat, misalnya tidak membiayai sekolah anak. Selain beban hidup sebagian masyarakat juga mempunyai pekerjaan pokok ataupun sambilan selain bertani. Hal tersebut yang menjadikan penghasilan masyarakat cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti makan, minum. Berbeda dengan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan sambilan, dan hanya mengandalkan hasil dari bertani. Sebagian masyarakat merasa kekurangan, seperti yang diungkapkan oleh Bapak SK pada saat wawancara pada hari Kamis, 16 April 2015 yang berpendapat seperti berikut: “Dereng mbak katah keperluan kangge sekolah anak-anak, yen kanggge bendinan geh mpun” (hasil wawancara Kamis, 16 April 2015)
44
Dari pernyataan beberapa warga tersebut dapat diketahui pemenuhan kebutuhan untuk makan, minum atau dapat disebut dengan kebutuhan dasar sudah dapat tercapai pemenuhannya dari hasil pekerjaannya sebagai petani. Namun, selain kebutuhan pokok masyarakat harus memenuhi kebutuhan lainnya seperti pendidikan untuk anaknya. Selain bertani masyarakat juga memiliki pekerjaan sambilan sebagai peternak sapi ataupun kambing. Tanah yang subur di lereng Merapi memungkinkan untuk masyarakat memelihara hewan ternak dikarenakan ketersediaan bahan pakan ternak terpenuhi. Rumput yang menjadi pakan hewan ternak tumbuh subur di sekitar lingkungan masyarakat. Masyarakat di Dusun Sumberejo yang memiliki hewan ternak mempunyai pekerjaan lain selain mengurus tanaman salak, yaitu merumput. Dari hasil wawancara dengan masyarakat Dusun Sumberejo semua masyarakat di Dusun ini mempunyai hewan ternak baik sapi ataupun kambing. Hewan ternak yang dipelihara masyarakat tidak semuanya milik pribadi, ada pula yang hanya buruh merawat hewan tersebut atau masyarakat jawa menyebutnya gadoh. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh ibu PN pada saat wawancara pada hari Kamis, 16 April 2015, ibu tersebut berpendapat sebagai berikut: “Liane ngurusi salak geh ngarit mbak, kangge tabungan niki sapine. Niki sapine mboten kagungane kiambak, kulo naming buruh gadoh mawon mbak” (hasil wawancara Kamis, 16 April 2015) Sistem buruh atau gadoh tersebut dalam membagi hasil adalah dengan cara membagi anak sapi atau hewan ternak yang sudah lahir, jika sapi yang dipelihara sudah melahirkan anak misalnya saja 2 yang 1 45
menjadi bagian yang merawat atau penggadoh dan yang satunya bagian untuk pemilik sapi. Jika hewan ternak belum melahirkan cara membagi hasilnya adalah, pemilik hewan ternak mengambil berapa modal yang dikeluarkan untuk membeli hewan ternak, kemudian sisa penjualan dibagi dua. Sistem gadoh tersebut menguntungkan bagi kedua belah pihak. Masyarakat yang belum mampu membeli hewan ternak dapat merasakan bagaimana memelihara dan kelak dapat memiliki sebagian dari hasil gadohnya tersebut. Bagi pemilik hewan ternak keuntungannya adalah tidak harus susah payah merawatnya, tinggal menunggu hasilnya. Pada saat observasi peneliti menjumpai beberapa ibu-ibu pulang dari sawah menggendong rumput untuk hewan ternak yang dimilikinya. Berikut hasil dokumentasi usaha peternakan hewan yang dimiliki masyarakat setempat:
Gambar 3. Hewan Ternak salah satu Masyarakat yang merupakan hewan gadohan yang diajadikan pekerjaan sambilan oleh masyarakat Dusun Sumberejo untuk menunjang perekonomian sehingga sarat dasar alamiah masyarakat terpenuhi. 46
Selain pertanian di sektor salak masyarakat juga memiliki lahan sawah yang digunakan untuk menanam padi dan sayuran. Pertanian salak di Dusun Sumberejo sudah maju hal tersebut didukung adanya program kerjasama dengan Negara Cina. Kerjasama yang dimaksud adalah hasil panen salak masyarakat Sumberejo di ekspor ke Negara Cina. Produk yang di ekspor berbentuk buah asli salak yang belum diolah menjadi bentuk makanan yang lebih awet seperti dodol. Program tersebut dikelola oleh kelompok tani yang diketuai oleh Bapak Sumadi. Dalam program tersebut terdapat sistem pembagian kelompok yaitu setiap periode ekspor salak hanya ada satu kelompok yang mendapat jatah hasil panennya yang diekspor. Adapun pembagian jatah tersebut digolongkan per Rukun Tangga (RT). Sistem tersebut dimaksudkan agar hasil panen masyarakat dapat dikelola secara adil. Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu SJ pada saat wawancara hari Kamis, 16 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Sekarang ini ada kerjasama ekspor salak ke Cina, pengurusnya Kelompok Tani ketuanya Bapak Agus Jrakah. Kalo di sini pak Sumadi, itu giliran mbak setiap penduduk dapet jatah sendiri mbak waktu nya per RT.” (hasil wawancara Kamis, 16 April 2015) Selain kerjasama dengan Negara Cina, kelompok tani di Dusun tersebut juga sudah memiliki rencana untuk bekerjasama dengan Negara Eropa. Kerjasama dengan Negara Eropa kali ini masih dalam rencana dan belum disahkan. Rencana kerjasama tersebut sangat menguntungkan bagi masyarakat, dikarenakan nilai jual salak harganya stabil dan jauh lebih 47
tinggi dibandingkan harga pasar di daerah tersebut. Hal tersebut dikemukakan oleh Ibu ST sewaktu peneliti melakukan wawancara pada hari Kamis, 16 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Sudah ada kerjasama ekspor salak ke Cina mbak, tapi harganya menyesuaikan dengan harga disini. Beda sama yang baru direncanakan dengan Eropa, harganya bisa lebih tinggi Rp 1.000,00 atau Rp 2.000,00/kg dibandingkan harga salak disini, tapi yang di Eropa masih wacana mbak belum disahkan” (hasil wawancara Kamis, 16 April 2015) Hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bagaimana keadaan perekonomian masyarakat, bahwa pertanian salak menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan pokok seperti PNS dan karyawan swasta. Hal tersebut dipertegas oleh pernyataan dari Bapak SW pada hari Kamis, 16 April 2015 selaku Kepala Dusun Sumberejo, berikut hasil wawancara tersebut: “Pekerjaan warga kebanyakan dan hampir semua jadi petani. Tapi ada juga yang jadi polisi, TNI, dan guru. Yang pasti semua warga disini semuanya petani, bisa jadi itu kerjaan pokok ataupun sambilan” (hasil wawancara Kamis, 16 April 2015) Perekonomian masyarakat Dusun Sumberejo sebagian berasal dari hasil pekerjaan sebagai petani. Pertanian yang paling banyak di Dusun Sumberejo adalah pertanian salak. Penghasilan dari pertanian salak tersebut menjadi sumber perekonomian bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum dan sebagainya. Namun, diluar kebutuhan tersebut seperti biaya pendidikan bagi anaknya masyarakat yang hanya mengandalkan hasil dari panen salak masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat. 48
2. Keadaan Psikis atau Kejiwaan Masyarakat Keadaan yang dimaksud adalah perasaan tenang, jauh dari perasaanperasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya. Sebagai masyarakat yang hidup di Lereng Merapi tentunya memiliki perasaan-perasaan yang berbeda jika dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Adanya kemungkinan sewaktu-waktu jika Gunung Merapi meletus membuat keadaan psikis masyarakat kurang nyaman bertempat tinggal di Dusun tersebut. Namun, hal tersebut bagi masyarakat Dusun Sumberejo tidak berlaku. Lingkungan masyarakat yang berada dekat dengan Gunung Merapi tidak mengurangi rasa nyaman masyarakat untuk hidup di lingkungan lereng Merapi. Masyarakat merasa senang, nyaman, tentram bertempat tinggal di Dusun tersebut meskipun berada tepat dibawah Gunung Merapi. Alasan masyarakat adalah meskipun tempat tersebut rawan bahaya namun masyarakat sudah terbiasa karena tempat tersebut adalah tempat kelahiran bagi masyarakat yang merupakan penduduk asli Dusun Sumberejo.
Masyarakat juga berpendapat bahwa tinggal di Dusun
Sumberejo masih asri jauh dari polusi dan keramaian sehingga membuat hati merasa tentram. Pendapat tersebut diungkapkan oleh Ibu SJ pada wawancara hari Kamis, 16 April 2015 sebagai berikut: “Seneng, ayem biar dekat Gunung Merapi geh tetep tentrem” (hasil wawancara pada hari Kamis, 16 April 2015) Masyarakat di Dusun Sumberejo sebagian besar merasa nyaman dan senang bertempat tinggal di Lereng Merapi. Hal tersebut berdasarkan hasil 49
wawancara dengan masyarakat, dan hampir semua masyarakat merasa tenang, nyaman, dan senang bertempat tinggal di Dusun tersebut. Hasil wawancara dengan ibu SH pada hari Kamis, 16 April 2015 sebagai berikut: “Seneng, mboten pripun-pripun mpun biasa tinggal teng mriki mbak dadose mboten pripun-pripun seneng mawon. (hasil wawancara Kamis, 16 April 2015) Masyarakat sudah terbiasa menghadapi keadaan Gunung Merapi sehingga masyarakat paham bagaimana mengatasi rasa takut yang sewaktuwaktu datang ketika Gunung Merapi sudah ada tanda-tanda akan Erupsi. Selain rasa senang, nyaman, tentram sebagian masyarakat juga merasa waswas tinggal di Dusun tersebut. Hal tersebut setelah peneliti melakukan penelitian yang lebih mendalam masyarakat yang merasa was-was dan takut adalah masyarakat pendatang. Masyarakat pendatang belum terbiasa menghadapi keadaan sebagai masyarakat lereng Merapi. Namun, ada sebagian masyarakat yang mempunyai alasan lain mengapa masyarakat tersebut merasa nyaman bertempat tinggal di Lereng Merapi. Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ibu PN: “Pasrah mawon mbak sak umpami taseh di sukani dalan, nopo umur panjang mesti geh kaleh Gusti Allah diparingi dalan keslametan. Bencana niku enten teng pundi-pundi dados nek sampun wayahe dipundut geh enten mawon jalane gusti Allah. Dados tenang mawon teng mriki, tidak takut, santai mawon ngoten” (hasil wawancara Kamis, 16 April 2015) Letusan Gunung Merapi relatife lebih sering, Gunung ini memiliki siklus empat tahunan dalam erupsi. Maksud dari siklus tersebut adalah dalam kurun waktu empat tahun Gunung Merapi akan mengalami erupsi 50
baik erupsi besar ataupun kecil. Masyarakat yang sudah lama bertempat tinggal di Lereng Merapi sudah terbiasa menghadapi fenomena-fenomena Gunung Merapi yang akan meletus. Siklus tersebut juga membuat masyarakat mengerti cara mengantisipasi akan adanya bahaya erupsi Merapi. Masyarakat yang sejak kecil sudah bertempat tinggal di Dusun tersebut sudah mengerti bagaimana antisipasi yang harus dilakukan. Seperti yang diungkapkan oleh ibu PN pada wawancara hari Jum’at, 17 April 2015 yang berpendapat seperti berikut: “…ket riyen kulo alit mpun biasa teng mriki ngadepi bahaya. Tiang sepuh kolu riyen geg ngajari nek enten nopo-nopo mlayu ngungsi golek panggonan sing aman. Riyen ngungsi kiambak mbak evakuasi sendiri, gendong gombalan mlayu sak playu-playune”. (hasil wawancara Jum’at, 17 April 2015) Masyarakat memiliki cara tersendiri untuk menghadapi
perasaan
gelisah pada saat bencana datang. Pada umumnya hal yang dilakukan adalah dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat berpendapat bahwa dengan mendekatkan diri kepada Tuhan dan memohon perlindungan dapat mengurangi rasa kekhawatiran dalam menghadapi bencana, seperti yang diungkapkan oleh Bapak DR pada wawancara hari Jum’at, 17 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Geh namung ngibadah e mboten kesupen nyenyuwun kalih Gusti Allah mugi-mugi diparingi slamet dunyo akhirat”. (hasil wawancara Jum’at, 17 April 2015) Kegiatan di dalam masyarakat dalam hubungannya dengan spiritual, masyarakat mengadakan beberapa acara diantaranya pengajian setiap hari jum’at bagi bapak-bapak, sholawatan yang dilakukan oleh ibu-ibu, 51
mujadahan pada setiap hari senin, dan pengajian satu dusun pada hari sabtu setiap dua minggu sekali. Acara-acara tersebut bertujuan untuk berdoa bersama memohon perlindungan kepada Tuhan, serta wujud rasa terimakasih kepada Tuhan atas segala nikmat yang telah diberikan. Selain acara tersebut masyarakat Dusun Sumberejo memiliki tradisi yang dilakukan setiap setahun sekali yaitu Merti Bumi. Acara ini dilakukan menurut kalender jawa yang jatuh pada setiap bulan Sapar. Acara Merti Bumi ini didalamnya ada beberapa acara diantaranya doa bersama dan setelah doa bersama selesai akan ada pertunjukkan wayang. Selain kegiatan tersebut pemerintah juga memberikan pendidikan mitigasi bencana pada masyarakat lereng Merapi. Namun, dari beberapa wawancara dengan masyarakat pendidikan tersebut hanya untuk Kepala Dusun, ketua RT, dan ketua RW bukan untuk seluruh masyarakat Dusun Sumberejo. Adapun pendidikan mitigasi bencana tersebut di lakukan dibalai Desa atau kantor kelurahan Desa Kaliurang. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, salah satunya adalah Bapak SK pada wawancara hari Jum’at 17 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Pendidikan mitigasi bencana ada tapi hanya untuk pak Kadus (kepala Dusun), Pak RT, Pak Rw aja bukan untuk semua warga. Itu di balai Desa” Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan dari Bapak Kadus pada wawancara hari Kamis, 16 April 2015, berikut hasil wawancara tersebut: Pendidikan mitigasi bencana untuk warga disini ada di Balai Desa tapi ya gak semua warga ikut mbak, cuman perangkat Desa saja yang ikut” (hasil wawancara Kamis, 16 April 2015) 52
Dari pernyataan Kepala Dusun tersebut membuktikan bahwa ada pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo meskipun bukan untuk semua masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara tersebut juga dapat diketahui bahwa kegiatan pendidikan mitigasi bencana diselenggarakan pada
tingkat
pemerintahan
Desa.
Pemerintah
Desa
memang
menyelenggarakan pendidikan tersebut di Balai Desa seperti yang diungkapkan oleh Kepala Desa Kaliurang yaitu Ibu Kiptiyah pada wawancara hari Selasa, 19 Mei 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Memang pendidikan mitigasi bencana itu diselenggarakan di Balai Desa bekerjasama dengan BPPD dan Tim siaga bencana Desa untuk kader-kader Desa. Untuk tiap Dusun yang mengikuti pendidikan ini adalah Kepala Dusunnya, sedangkan yang untuk semua warganya itu adalah kegiatan simulasi bencana pada saat Merapi dalam keadaan bahaya” (Selasa, 19 Mei 2015) Keadaan psikis atau jiwa masyarakat Dusun Sumberejo yang bertempat tinggal di Lereng Merapi dapat disimpulkan sementara, bahwa mereka tetap merasa nyaman, senang dan tentram. Hal tersebut dikarenakan masyarakat yang mayoritas merupakan penduduk asli di Dusun tersebut sudah terbiasa menghadapi keadaan Gunung Merapi. 3. Keadaan Sosial Masyarakat Masyarakat yang hidup di pedesaan lebih menjunjung sopan santun di lingkugan masyarakat. Begitupun dengan kehidupan sosial masyarakat Dusun Sumberejo. Interaksi sosial antar masyarakat berjalan dengan baik, interaksi tersebut dapat peneliti amati pada saat penelitian berlangsung. Masyarakat saling menyapa antar masyarakat lainya ketika berpapasan. 53
Salah satu kata umum yang peneliti temukan pada saat masyarakat berjalan melewati masyarakat lainnya adalah kata kulanuwun. Masyarakat Jawa sebagian besar mengerti apa makna dari kata tersebut, yaitu permisi. Sopan santun masyarakat Dususn Sumberejo dapat tercemin dari unggah-ungguh tersebut. Dusun Sumberejo memiliki beberapa kegiatan yang bersifat sosial, diantaranya kerja bakti, selasa bersih, pengajian, sholawatan, arisan pacul, arisan rumah. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu AW pada hari Minggu, 19 April 2015 yang mengungkapkan hal sebagai berikut: “Banyak kegiatan mbak disini kayak kerja bakti gotong royong, selasa bersih, pengajian, sholawatan, arisan pacul, arisan rumah juga ada mbak” (hasil wawancara Minggu, 19 April 2015) Kegiatan tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat. Sebagian besar masyarakat mengikuti kegiatan tersebut sebagai wujud partisipasi terhadap adanya kegiatan yang telah diselenggarakan masyarakat. Bagi masyarakat yang tidak mengikuti kegiatan tersebut akan dianggap sebagai masyarakat yang tidak memiliki jiwa sosial. Adanya kegiatan tersebut dapat meringankan beban masyarakat seperti arisan pacul, dan arisan rumah. Arisan di Dusun ini berbeda dengan arisan pada umumnya. Arisan pacul adalah arisan dengan sistem yang berbeda dengan arisan lainnya. Jika pada arisan pada biasanya setoran berupa uang, namun arisan pacul ini berupa tenaga dari anggota arisan tersebut . Tenaga yang dimaksud adalah apabila salah satu anggota yang mendapat undian salah satu masyarakat yang mengajukan diri untuk mendapat bagian maka hasil 54
yang didapat adalah dengan bentuk tenaga dari anggota arisan untuk mencangkul lahan orang tersebut. Jadi anggota arisan akan mencangkul tanpa dibayar. Kegiatan ini akan meringankan masyarakat yang memiliki pekerjaan yang ingin segera diselesaikan tanpa harus mengeluarkan biaya. Pada intinya kegiatan ini memiliki tujuan yang baik dengan sistem gotong royong yang didalamnya akan menumbuhkan jiwa sosial antar masyarakat. Kegiatan lainnya adalah arisan rumah. Arisan rumah ini adalah bentuk kegiatan sosial yang dibentuk oleh masyarakat. Pada arisan ini bentuk setoran yang diberikan adalah tenaga untuk membangun rumah dan material berupa semen tiga sak. Selain itu anggota juga dapat menyetorkan arisannya dengan uang sebesar harga semen tiga sak tersebut. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bapak DW pada wawancara hari Minggu, 19 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Arisan pacul dan arisan rumah sangat membantu kalo pas ada gawe (pekerjaan), arisan pacul itu kita anggota arisan akan membantu mencangkul sawah atau kebun dari orang yang mendapat arisan, tanpa dibayar. Kalo arisan rumah, kita masok semen tiga sak tiap arisan sama tenaga membangun rumah atau kandang bagi yang mendapat jatah arisan” (hasil wawancara Minggu, 19 April 2015) Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan kepala Dusun, berikut hasil wawancara dengan Kepala Dusun pada hari Minggu, 19 April 2015: “Kegiatan sosial disini banyak, masyarakat juga memiliki partisipasi yang tinggi pada setiap kegiatan seperti gotong royong, kerja bakti, pengajian, arisan pacul dan arisan rumah. Arisan pacul itu bisa meringankan warga yang lagi punya pekerjaan di sawah yang mengharuskan dicangkul. Jadi arisan pacul ini anggotanya akan bantu macul di tempat anggota tadi. Kalo arisan rumah setorannya semen tiga sak kalo gak ya uang yang penting sama dengan harga semen tiga sak tadi, dan tenaga untuk membangun apa saja yang lagi ingin 55
dibangun sama yang dapat arisan tadi” (hasil wawancara Minggu, 19 April 2015) Kegiatan yang ada di Dusun Sumberejo tersebut sangat bermanfaat bagi anggota masyarakat lainnya. Setiap masyarakat sadar akan pentingnya partisipasi pada setiap kegiatan yang dilaksanakan di Dusun tersebut. Kehidupan sosial masyarakt berjalan dengan baik, dan kegiatan-kegiatan sosial yang ada di masyarakat sangat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup masyarakat Dusun Sumberejo. C. Budaya Belajar Masyarakat sebagai Sistem Pengetahuan Belajar Digunakan untuk Adaptasi Dalam Kerangka untuk Memenuhi Tiga Syarat Kebutuhan Hidup. a. Syarat Dasar Alamiah (Perekonomian) Sebagaimana yang sudah diungkapkan pada hasil penelitian bahwa keadaan perekonomian masyarakat Dusun Sumberejo sudah baik. Dalam hal perekonomian sebagai masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani masyarakat mempunyai kebiasaan-kebiasaan dalam hal mengelola bidang pertanian yang masyarakat kerjakan. Dalam budaya belajar terdapat pola kelakuan manusia yang berfungsi sebagai pedoman hidup dan dianut bersama. Pola kelakuan tersebut dalam hal pertanian berhubungan dengan bagaimana pola, cara, pedoman hidup masyarakat dalam bercocok tanam. Masyarakat Dusun Sumberejo semuanya memiliki lahan pertanian salak, hal tersebut tentunya bagi masyarakat terdapat pola, cara, pedoman dalam hal bercocok tanam. Pedoman yang dianutoleh masyarakat dalam hal bertani salak adalah dengan mengikuti keadaan pohon salak tersebut. Namun 56
musim
juga
menjadi
patokan
dan
pedoman
masyarakat
dalam
mmendapatkan hasil pertanian yang melimpah. Musim di Indonesia terdiri dari musim kemarau dan musim hujan. Pada saat musim hujan produksi salak lebih banyak dibandingkan dengan musim kemarau. Hal tersebut dikarenakan kesuburan tanah yang menungkat akibat air hujan. Pada musim kemarau pun pohon salak akan tetap berbuah meskipun tidak sebanyak musim hujan. Sehingga dapat disimpulkan sementara bahwa yang menjadi pedoman atau mangsa dalam bertani salak oleh masyarakat Dusun Sumberejo adalah tanpa melihat mangsa tersebut. Oleh karena pohon salak tersebut akan tetap berproduksi pada setiap musim. Dari hasil wawancara dengan masyarakat kebiasaan yang masyarakat lakukan dalam hal pekerjaan adalah merawat salak yang didalamnya ada kegiatan menyiangi, merabuk atau memupuk pohon salak, pemangkasan dahan pohon salak yang sudah tua, membuahi salak atau dalam bahasa Jawa sering disebut ngembangi salak, dan yang terakhir memanen salak. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh ibu SH pada saat wawancara hari Senin, 20 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Disawah ya ngurus salak mbak, ya matun salak (memangkas dahan salak yang sudah tua), ngembangi salak (membuahi salak), merabuk (memupuk), terus kalo pas waktunya panen manen salak” (hasil wawancara Senin, 20 April 2015) Kebiasaan-kebiasaan tersebut masyarakat lakukan dalam bertani dengan terampil. Ketrampilan tersebut tentunya pada mulanya ada suatu proses belajar. Berdasarkan wawancara dengan beberapa masyarakat, 57
masyarakat mengungkapkan bahwa keterampilan masyarakat dalam melakukan pekerjaan berasal dari keterampilan yang masyarakat pelajari sendiri atau biasa disebut otodidak. Selain belajar sendiri masyarakat mendapatkan keterampilan dalam pekerjaan dengan belajar dari orang tua. Berikut hasil wawancara dengan masyarakat salah satunya Bapak MR pada wawancara hari Senin, 20 April 2015: “Kalo masalah ngerawat salak saya bisa sendiri mbak tanpa ada yang ngajarin, keterampilan itu mengalir sendiri seperti kalo ada bunga salak yang sudah mekar ya langsung saya kembangi (membuahi) itu bisa saya kerjakan tanpa ada yang ngajarin. Pada awalnya ya cuma liat orang tua kalo pas disawah atau liat teman mengerjakan itu terus saya praktikkan sendiri” Senin” (hasil wawancara 20 April 2015) Kegiatan dalam pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat petani pada umumnya memang tidak membutuhkan pembelajaran khusus. Masyarakat Dusun Sumberejo sudah mendapatkan keterampilan dan pengetahuan tersebut sejak kecil. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar masyarakat adalah penduduk asli dan orang tua memiliki pekerjaan yang sama yaitu sebagai petani. Pada zaman dahulu sebelum adanya perkembangan seperti saat ini masyarakat belajar secara naluriah. Tidak ada pembelajaran khusus yang mendalam bagaimana masyarakat harus melakukan pekerjaan pertanian agar hasil yang diperoleh dapat maksimal. Namun seiring perkembangan zaman masyarakat bisa mendapatkan pembelajaran khusus dari Dinas Pertanian. Dinas pertanian melaukakan
program
penyuluhan
dengan
tujuan
memberikan
pengetahuan kepada masyarakat perihal perawatan pohon salak. Hal 58
tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yaitu Ibu SJ pada hari Senin, 20 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Penyuluhan tentang cara-cara merawat pohon salak dari Dinas Pertanian. Penyuluhannya untuk bapak-bapak dan anggota kelompok tani terus pengetahuannya itu kemudian di sosialisasikan ke masyarakat lainnya.” (hasil wawancara Senin, 20 April 2015) Adanya penyuluhan tersebut bagi masyarakat dapat memberikan pengetahuan yang lebih dari sebelumnya yaitu pengetahuan tentang bagaimana cara merawat pohon salak dengan cara yang baik yang dapat meningkatkan
hasil
panen
salak.
Pemerintah
Desa
Kaliurang
membenarkan bahwa penyuluhan dari Dinas Pertanian tersebut memang ada. Pernyataan tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Desa Kaliurang Ibu Kiptiyah pada wawancara hari Selasa, 19 Mei 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Memang ada mbak kegiatan penyuluhan tersebut. PPS tersebut diadakan setiap sebulan sekali di Kelompok Tani. Memang hanya untuk anggota kelompok tani tapi di dalam kelompok tani tersebut setiap selapan kelmpok mengadakan selapanan di masing-masing Dusun, sehingga pengetahuan dan informasi yang didapatkan pada saat PPS bisa di publikasikan ke warga lainnya. Jadinya semua masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan tersebut” (hasil wawancara Selasa, 19 Mei 2015) Selain adanya penyuluhan, perkembangan zaman juga membawa perkembangan baik bagi dunia pertanian salak masyarakat yaitu dengan adanya kerjasama dengan Negara Cina untuk ekspor salak. Bentuk kerjasama tersebut adalah hasil dari adanya suatu proses belajar. Budaya belajar masyarakat dalam bidang perekonomian dapat disimpulkan sementara bahwa keterampilan tersebut diperolah dari adanya pewarisan 59
budaya. Masyarakat Dusun Sumberejo mayoritas adalah petani salak dan bagi generasi masyarakat pada usia produktif saat ini masyarakat mendapatkan usaha pertanian salak tersebut dari warisan orang tua. Keterampilan melakukan pekerjaan juga pada mulanya dari adanya proses belajar yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pertanian dan peternakan merupakan sumber perekonomian masyarakat Dusun Sumberejo yang digunakan untuk pemenuhan syarat dasar alamiah. Dari sumber perekonomian tersebut
sudah dapat
mencukupi syarat dasar alamiah masyarakat atau kebutuhan dasar masyarakat. Pemenuhan syarat dasar alamiah atau disebut dengan kebutuhan biologis seperti pemenuhan kebutuhan makan dan minum dipenuhi dengan adanya sistem perekonomian yang didapat masyarakat dari bekerja baik sebagai pegawai ataupun petani. Budaya belajar masyarakat dalam hal pemenuhan syarat dasar alamiah adalah dengan pola belajar dimana proses belajar tersebut secara otodidak atau belajar sendiri. Selain belajar sendiri orangtua juga berperan memberikan pengetahuan bagi anaknya dalam hal bercocok tanam, sehingga masyarakat sudah mendapatkan bekal pengetahuan sejak kecil kemudian diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat dan dijadikan suatu budaya belajar yang berlaku di masyarakat Dusun Sumberejo. b. Syarat Kejiwaan Berdasarkan hasil penelitian kondisi kejiwaan masyarakat Dusun Sumberejo adalah tetap nyaman meskipun hidup di lingkungan 60
berbahaya. Masyarakat terbiasa dengan keadaan gunung Merapi dikarenakan Gunung Merapi termasuk sering mengalami erupsi dalam 100 tahun terakhir ini rata-rata terjadi sekali erupsi dalam 2-5 tahun (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) http://merapi.bgl.esdm.go.id/). Dalam kurun waktu 2-5 tahun Gunung Merapi akan mengalami erupsi sehingga bagi masyarakat Dusun Sumberejo hal tersebut sudah berulang terjadi dan dijadian pengalaman dalam menghadapi keadaan tersebut. Masyarakat belajar untuk menghadapi rasa takut bertempat tinggal di lingkungan lereng Merapi dilakukan sejak kecil. Sejak kecil masyarakat yang merupakan penduduk asli sudah terbiasa menghadapi fenomena Gunung Merapi, sehingga dari hal tersebut masyarakat dapat belajar untuk mengatasi rasa kegelisahan atau mengatur keadaan kejiwaan mereka. Masyarakat belajar untuk mengatasi rasa kegelisahan ketika Gunung Merapi sedang menujukkan tanda-tanda akan meletus dengan cara mendekatkan diri kepada Yang Maha Esa. Selain itu seiring perkembangan zaman cara masyarakat mengatasi rasa kegelisahan tersebut dengan cara mengikuti aturan dari pemerintah.
Adanya
perkembangan
teknologi,
BPPTK
dapat
memberikan laporan aktivitas gunung Merapi. Masyarakat sekarang tinggal memantau status tersebut melalui kabar berita elektronik ataupun cetak, sehingga kegelisahan masyarakat dapat terminimalisir. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Bapak DR pada sesi wawancara hari Senin, 20 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: 61
“Geh seumpami situasinipun gawat ken ngungsi geh ngungsi mawon mbak“ (hasil wawancara Senin, 20 April 2015) Syarat kejiwaan masyarakat Dusun Sumberejo yaitu berupa rasa nyaman, tentram bertempat tinggal di lereng Merapi sudah terpenuhi. Cara masyarakat memenuhi syarat kejiwaan adalah dengan cara belajar dari pengalaman yang berulang-ulang. Masyarakat yang merupakan penduduk asli terbiasa menghadapi keadaan Gunung Merapi sejak kecil secara dekat. Hal tersebut berdampak pada kejiwaan masyarakat bahwa masyarakat terbiasa dengan keadaan bahaya sehingga rasa takut dan gelisah dapat teratasi dengan sendirinya. Selain kebiasaan tersebut peran pemerintah juga bedampak pada keadaan jiwa masyarakat. Pemerintah khususnya BPPTK memberikan informasi tentang perkembangan status Gunung Merapi yang dapat membantu masyarakat dalam menempatkan diri pada level status tersebut. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa syarat kejiwaan masyarakat yang berupa rasa nyaman, tentram meskipun bertempat tinggal di daerah rawan bahaya yaitu lereng Merapi sudah terpenuhi. Cara belajar masyarakat dalam menangani keadaan emosional atau kejiwaan masyarakat bertempat tinggal di lereng Merapi adalah dengan pola kebiasaan yang didapatkan dari sejak masyarakat kecil. Sehingga keadaan kejiwaan mereka sudah terbiasa akan keadaan bahaya yang menyebabkan tidak adanya atau minumnya rasa kegelisahan dan kekhawatiran pada diri masyarakat meskipun berada dekat dengan 62
bahaya. Kebiasaan tersebut menjadi sebuah budaya belajar masyarakat untuk belajar menangani keadaan kejiwaan masyarakat bertempat tinggal di lereng Merapi. c.
Syarat Dasar Sosial Masyarakat belajar kehidupan sosial dari orang tua dan masyarakat sekitar. Banyaknya kegiatan masyarakat yang ada di Dusun Sumberejo yang dapat menjadi tempat belajar untuk mengembangkan jiwa sosial masyarakat. Kegiatan tersebut diantaranya kerja bakti, gotong royong, selasa bersih, pengajian, sholawatan dan arisan baik arisan pada umumnya maupun arisan rumah dan arisan pacul. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Ibu PN pada wawancara hari Kamis, 16 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Katah mbak teng mriki kerja bakti, selasa bersih, arisan, pengajian sholawatan“ (hasil wawancara Kamis, 16 April 2015) Dari kegiatan tersebut masyarakat belajar bersosialisasi dengan masyarakat lainnya. Melalui suatu kegiatan masyarakat mendapatkan pelajaran bersosialisasi dengan lingkungannya. Masyarakat pendatang belajar untuk bersosialisasi dengan masyarakat lainnya adalah dengan berbagi
pengetahuan
dengan
sesama
masyarakat.
diungkapkan oleh Bapak MK pada wawancara hari
Hal
tersebut
20 April 2015.
Berikut hasil wawancara tersebut: “Belajar srawung (interaksi) dengan masyarakat di sini dari kecil pasti sudah bisa karena dari sejak kecil hidupnya di Desa jadi tau gimana cara hidup di Desa biar gak jadi omongan masyarakat. Caranya ikut-ikut kegiatan yang ada di sini. Kalo gak ya Tanya 63
teman gimana biar saya bisa menyatu dengan masyarakat sini” (hasil wawancara 20 April 2015) Kebiasaan-kebiasaan yang ada di masyarakat dahulu tentang bagaimana unggah-ungguh menjadi masyarakat Desa menjadi pedoman bagi masyarakat Dusun Sumberejo dalam menjalani kehidupan sosial di masyarakat. Pengetahuan belajar yang didapatkan dari orangtua serta interaksi di dalam kegiatan masyarakat menjadi budaya belajar masyarakat dalam kehidupan sosial. Pemenuhan kebutuhan syarat dasar sosial bagi masyarakat Dusun Sumberejo sudah terpenuhi dengan adanya interaksi atau hubungan yang ada di dalam masyarakat tersebut. Selain itu masyarakat juga dapat mempelajari budaya sosial yang berlaku dari zaman dahulu hingga sekarang dari kedua orangtua. Budaya belajar masyarakat dalam hal kehidupan sosial juga didapatkan dari adanya interaksi pada kegiatan yang ada di Dusun Sumberejo. Kegiatan tersebut diantaranya kerja bakti, gotong royong, sholawatan, arisan, dan pengajian.
Kegiatan-kegiatan
tersebut
dijadikan
tempat
belajar
bersosialisasi dengan masyarakat, dan proses belajar kehidupan sosial terjadi setiap waktu di kehidupan masyarakat. D. Usaha masyarakat lingkungan
Dusun
Sumberejo
beradaptasi
terhadap
Masyarakat Dusun Sumberejo tetap merasa nyaman dan senang bertempat tinggal di lereng Merapi. Masyarakat menyadari bahaya Gunung Merapi yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat, namun kenyataannya masyarakat tidak merasa hal tersebut menganggu jiwa 64
masyarakat. Keadaan tersebut dikarenakan adanya kebiasaan masyarakat dalam menghadapi adanya bahaya erupsi Gunung Merapi. Cara belajar masyarakat dalam menghadapi bahaya didapatkan sejak masih kecil. Sejak masih kecil masyarakat sudah beradaptasi dengan keadaan tempat tinggal yang dekat
dengan bahaya.
Sehingga
masyarakat
lebih mudah
mengadaptasikan diri. Orang tua juga memiliki peran dalam proses adaptasi masyarakat. Peran tersebut adalah dengan memberikan pelajaran antisipasi dalam menghadapi bahaya Gunung Merapi yang bisa datang sewaktu-waktu. Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu SM pada wawancara hari Senin, 20 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Dulu belum kayak gini mbak, kami belajar menghadapi bahaya Gunung Merapi dari orang tua. Orang tua dulu mengajarkan kalo Merapi lagi mau meletus di suruh tenang berdoa dan menyiapkan barang-barang berharga. Sejak kecil kan sudah disini jadi tahu gimana caranya menghadapi bahaya terus kalo merapi sudah meletus kami warga disini semua berhamburan lari kemana saja nyari tempat yang aman tanpa adanya pemandu yang penting menyelamatkan diri itu saja” (hasil wawancara Senin, 20 April 2015) Peran orang tua
dalam memberikan pembelajaran tersebut
berlangsung turun temurun. Pada kenyatannya setiap orang sudah memiliki adaptasi diri sejak lahir. Setiap orang mempunyai cara sendiri bagaimana mengadaptasikan diri pada lingkungan, baik lingkungan yang nyaman sampai lingkungan yang berbahaya sekaligus. Kemampuan menyesuaikan diri atau adaptasi terhadap lingkungan tersebut terus diasah dengan adanya pengalaman-pengalaman yang ada. Masyarakat Dusun Sumberejo belajar tentang adaptasi terhadap lingkungan secara naluriah. 65
Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Bapak MJ pada wawancara hari Senin, 20 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Belajar menyesuaikan diri di lingkungan lereng Merapi bisa sendiri mbak, karena masalah menyesuaikan diri tersebut mengalir sendiri. Tapi selain itu belajar dari orang tua dan teman-teman” (hasil wawancara Senin, 20 April 2015) Belajar menyesuaikan diri terhadap lingkungan, masyarakat Dusun Sumberejo mendapatkan cara dan pengetahuan dari orang tua dan temanteman di lingkungan masyarakat. Hal yang di adaptasikan pada diri masyarakat adalah cara bertahan hidup di lereng Merapi. Hal tersebut terkait dengan bagaimana masyarakat menyesuaikan diri dalam mengelola sumber daya alam yang ada di lingkungan tersebut. Lingkungan dan sumber daya alam yang ada di daerah lereng Merapi berdasarkan Buku Laporan Profil Desa Kaliurang Tahun 2014 sebagian besar berupa persawahan dan perkebunan. Oleh karena itu adaptasi masyarakat adalah dengan menyesuaikan pekerjaan yang sesuai dengan sumber daya yang ada yaitu dengan menjadi petani.
Alasan masyarakat menjadi petani
adalah adanya lahan dan merupakan pewarisan dari generasi orang tua sebelumnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu AR pada wawancara hari Senin, 20 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Alasan menjadi petani karena dari dulu bapak dan ibu sudah jadi petani dan memang hidup di gunung memang bisanya bertani. Sekarang punya suami juga petani, kalo mau pergi dari Dusun dan nyari pekerjaan lain saya gak bisa” (hasil wawancara Senin, 20 April 2015)
66
Menyesuaikan
diri
terhadap
lingkungan
selain
dalam
segi
perekonomian masyarakat juga harus menyesuaikan diri dengan adanya bahaya Erupsi Merapi. Keadaan wilayah Dusun yang berada di Lereng Merapi mengharuskan masyarakat untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan Gunung Merapi yang dalam status aktif dan sewaktu-waktu dapat meletus. Cara masyarakat beradaptasi adalah dengan kebiasaan masyarakat yang sudah sejak kecil hidup di lingkungan tersebut. Gunung Merapi pada tahun 2010 mengalami erupsi besar, dan hal tersebut berdampak pada kehidupan masyarakat di sekitar Gunung Merapi. Letusan pada tahun 2010 tersebut bagi masyarakat Dusun Sumberejo memiliki dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat. Dampak yang nyata adalah dari segi perekonomian. Perekonomian masyarakat yang sebagian besar adalah menjadi petani rusak parah. Pohon salak yang dimiliki masyarakat rusak, dahan pohon salak roboh dan hampIr rata dengan tanah dikarenakan hujan abu yang deras pada saat erupsi tersebut terjadi. Masyarakat Dusun Sumberejo harus menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut. Keadaan pasca erupsi Merapi yang dapat melumpuhkan sumber perekonomian masyarakat. Usaha masyarakat dalam bertahan hidup pasca erupsi adalah dengan beralih profesi seperti yang diungkapkan oleh Ibu DR pada wawancara hari Minggu, 19 April 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “…geh nopo-nopo kan rusak mbak salak do ambruk, wit kambil wae do sempal mbak niku gek wae pulih. Geh selama niku kulo teng lepen pados krikil niku mbak kangge pemasukan. Sing tiang kakung 67
sing tasih enom niku sami teng lepen pados pasir, watu. Tiang setri geh teng ladang babati wit salak mbak. Tiang mriki geh wektu niko katah sing pados kayu andra di sade kangge pemasukan mawon mbak. Pemerintah geh alhamdulilah riyen niko geh katah maringi bantuan” (hasil wawancara Minggu, 19 April 2015) Masyarakat Dusun Sumberejo bertahan hidup pasca erupsi dengan beralih profesi dikarenakan sumber mata pencaharian masyarakat rusak akibat erupsi Merapi. Usaha bertahan hidup tersebut tidak hanya sekali masyarakat rasakan sehingga masyarakat mengerti apa yang akan dilakukan pasca erupsi agar sistem perekonomian setiap keluarga tetap berjalan. Selain usaha masyarakat pemerintah juga berperan dalam membantu membangkitkan perekonomian masyarakat. Peran pemerintah adalah memberikan bantuan kepada masyarakat, hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Desa Kaliurang Ibu Kiptiyah pada wawancara hari Selasa, 19 Mei 2015. Berikut hasil wawancara tersebut: “Kegiatan pasca erupsi itu diantaranya ada pemangkasan pohon salak, dan itu banyak di biayai oleh pemerintah. Selain itu juga bentuk biaya direalisasikan dalam bentuan alat pemangkas pohon salak tersebut berupa kaos tangan, arit, mesin semprot air untuk menghilangkan abu, sepatu boot. Kegiatan tersebut diprediksi oleh pemerintah dapat memulihkan sumber perekonomian dalam waktu satu sampai tiga tahun, namun satu tahun sudah mulai produktif. Bantuan kebencanaan juga ada mbak pada saat masa pengungsian itu mendapat sembako. Setelah kembali ke tempat tinggal atau pulang ngungsi itu bantuan dari swasta juga masih banyak diterima warga. Ada pula bantuan perbaikan rumah tapi untuk warga di sini yang rusak parah hanya dua rumah saja dan itu dapat bantuan biaya perbaikan rumah. Bantuan ternak juga ada untuk hewan ternak masyarakat yang mati pada saat Gunung meletus diganti oleh BPPD. (hasil wawancara Selasa, 19 Mei 2015). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa cara masyarakat beradaptasi dengan lingkungan lereng Merapi adalah dengan 68
adanya kebiasaan dan pengalaman sejak kecil hidup di lereng Merapi. Kebiasaan tersebut yang membuat masyarakat dapat dengan tenang hidup di lereng Merapi. Selain itu dalam segi perekonomian cara masyarakat menyesuaikan diri adalah dengan menyesuikan sumber daya alam yang ada dengan bentuk pekerjaannya yaitu menjadi petani. Usaha masyarakat dalam bertahan hidup pasca terjadi erupsi Merapi adalah dengan beralih profesi menjadi penambang pasir dan batu serta memulihkan kembali sumber mata pencaharian masyarakat sebagai petani dengan bantuan pemerintah. E. Pembahasan 1. Keadaan Perekonomian, Kejiwaan dan Sosial Masyarakat Dusun Sumberejo a. Keadaan Perekonomian Masyarakat Dusun Sumberejo Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan masyarakat Dusun Sumberejo adalah menjadi petani. Selain menjadi petani beberapa masyarakat memiliki pekerjaan lain yaitu sebagai PNS dan pegawai swasta. Hasil dari pekerjaan masyarakat menjadi petani tersebut
sudah
menunjukkan
bahwa
tingkat
perekonomian
di
masyarakat Dusun Sumberejo sudah baik. Artinya, hasil tersebut sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Sumber perekonomian masyarakat sebagian besar dari hasil pertanian salak. Kondisi tanah yang subur membuat hasil pertanian salak di Dusun Sumberejo melimpah.
69
Pengelolaan hasil pertanian salak di
Dusun Sumberejo sudah maju dengan adanya kerjasama antara Negara Cina sebagai pengekspor hasil salak. Masyarakat Dusun Sumberejo yang bekerja sebagai petani bisa disebut dengan Petani (Peasent). Petani peasent itu sendiri menurut Marzali dalam situs http://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/13/batasandefinisi-petani-peasent/ berdasarkan dari beberapa studi teoritisnya, men-definiskan peasent sebagai masyarakat yang hidup menetap dalam komunitas-komunitas mengelolah
tanah
pedesaan dengan
(“masyarakat
bantuan
tenaga
antara”) keluarga
yang sendiri;
berhubungan dengan kota-kota pusat pasar, dan kadang-kadang kota metropolitan. Masyarakat Dusun Sumberejo bisa dikatakan sebagai petani peasant karena masyarakat Dusun Sumberejo menetap di wilayahnya, dan masyrakat ini mengelola tanah atau lahan pertanian mereka sendiri bersama-sama dengan keluarga. Hasil dari pertanian tersebut dijual oleh masyarakat ke penjual yang berorientasikan penjualannya di tingkat perkotaan atau bahkan di dusun ini penjualan dapat ditingkat internasional yaitu dengan adanya kerjasama dengan Negara Cina untuk ekspor buah salak. Masyarakat Dusun Sumberejo bekerja sebagai petani tidak hanya bertani salak, beberapa masyarakat memanfaatkan lahannya untuk ditanami padi, dan sayur-sayuran. Hal tersebut dapat menunjang tercapainya pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Selain bertani masyarakat juga mempunyai pekerjaan lain yaitu sebagai peternak sapi 70
atau kambing. Ada beberapa masyarakat dalam berternak tersebut menggunakan sistem gadoh atau buruh. Hal tersebut di rasa masyarakat sudah dapat mencukupi kebutuhan hidup. Sistem ekonomi masyarakat desa terkait erat dengan sistem pertaniannya begitupun dengan masyarakat Dusun Sumberejo. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Dusun Sumberejo menyikapi sistem pertaniannya sebagai way of life. b. Keadaan Psikis atau Kejiwaan Masyarakat Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
masyarakat
Dusun
Sumberejo tidak merasa khawatir atau ketakutan hidup berada di lereng Merapi. Masyarakat merasa nyaman, tentram, dan senang. Kolcaba (2003) dalam situs repository.usu.ac.id menjelaskan bahwa kenyamaan sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual dan holistik. Dengan terpenuhinya kenyamanan dapat menyebakan perasaan sejahtera pada diri individu tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat merasa nyaman bertempat tinggal di lereng Merapi. Hal tersebut dikarenakan masyarakat sudah terbiasa menghadapi keadaan Gunung Merapi sejak kecil, serta bagi masyarakat yang merupakan penduduk asli lingkungan tersebut adalah tempat keliharan atau tumpah darah masyarakat Dusun Sumberejo. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Manusia menilai kondisi lingkungan berdasarkan rangsangan yang masuk ke dalam 71
dirinya melalui keenam indera melalui syaraf dan dicerna oleh otak untuk dinilai. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya masalah fisik biologis, namun juga perasaan. Suara, cahaya, bau, suhu dan lain-lain rangsangan ditangkap sekaligus, lalu diolah oleh otak. Kemudian otak akan memberikan penilaian relatif apakah kondisi itu nyaman atau tidak. Ketidaknyamanan di satu faktor dapat ditutupi oleh faktor lain (Satwiko, 2009). Bahaya erupsi merapi menjadi rangsangan yang masuk ke dalam indera masyarakat yang semestinya dapat menjadikan faktor ketidaknyamanan masyarakat bertempat tinggal di lereng Merapi.
Namun,
ada
faktor
lainnya
yang
menutupi
faktor
ketidaknyamanan tersebut yaitu adanya kebiasaan menghadapi bahaya. Masyarakat yang merupakan penduduk asli dari kecil sudah terbiasa menghadapi keadaan Gunung Merapi, yang pada kenyatannya gunung tersebut mempunyai siklus letusan yang relatif sering. Siklus letusan tersebut membuat masyarakat secara langsung belajar bagaimana menghadapi bahaya sehingga masyarakat tetap merasa tenang dalam keadaan yang berbahaya karena keadaan tersebut sudah berulang kali terjadi pada lingkungan masyarakat Dusun Sumberejo. Balai
Penyelidikan
Kegunungapian
dan
(BPPTK)
http://merapi.bgl.esdm.go.id/
Pengembangan yang
menyatakan
Teknologi
diakses bahwa
erupsi
dari Merapi
termasuk sering dalam 100 tahun terakhir ini rata-rata terjadi sekali erupsi dalam 2-5 tahun. Berdasarkan pernyataan tersebut gunung 72
Merapi akan mengalami erupsi pada kurun waktu 2-5 tahun sekali, siklus erupsi Gunung Merapi yang termasuk sering berdampak pada keadaan kejiwaan masyarakat Dusun Sumberejo. Dampak yang timbul berdasarkan hasil penelitian adalah adanya rasa terbiasa menghadapi bahaya dan pembelajaran yang berulang-ulang pada diri masyarakat dalam menghadapi rasa takut akan bahaya Merapi. Hal tersebut yang mendasari perasaan nyaman, tentram dan senang meskipun masyarakat Dusun Sumberejo tinggal di lereng Merapi yang merupakan daerah rawan bahaya tingkat satu dari bahaya erupsi Gunung Merapi. c. Keadaan Sosial Masyarakat Keadaan sosial masyarakat Dusun Sumberejo berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan sosial di masyarakat berjalan dengan
baik.
Masyarakat
Dusun
Sumberejo
yang merupakan
masyarakat pedesaan menyadari bagaimana sopan santun, unggahungguh kepada sesama masyarakat lainnya sebagaimana mestinya masyarakat pedesaan yang penuh dengan tata karma. Interaksi masyarakat dengan masyarakat lainnya mejadi kunci berjalannya kehidupan sosial yang harmonis di Dusun Sumberejo. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto (dalam http://modul.mercubuana.ac.id/modul..). di dalam pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat 73
menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan–kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi. Sebagai contoh interaksi sosial yang ada di Dusun Sumberejo adalah ketika masyarakat bertemu dengan masyarakat lainnya mereka akan saling sapa. Hal tersebut yang membuat
hubungan
masyarakat
terjalin
dengan
harmonis.
Keharmonisan tersebut nampak dalam perilaku yang ditunjukkan pada partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan. Jika tidak terjalin hubungan
masyarakat yang harmonis
tentunya
pada
kegiatan
masyarakat tidak dapat berjalan dengan baik. Kegiatan sosial di dalam masyarakat Dusun Sumberejo sangat beragam, dan kegiatan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan jiwa sosial masyarakat. Kegiatan sosial di Dusun Sumberejo diantaranya adalah kerja bakti, selasa bersih, pengajian, sholawatan, arisan pacul, arisan rumah. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan tersebut sangat tinggi. 2. Budaya Belajar Masyarakat Sebagai Sistem Pengetahuan Belajar Digunakan untuk Adaptasi Dalam Kerangka untuk Memenuhi Tiga Syarat Kebutuhan Hidup. a. Syarat Dasar Alamiah Biologi Pekerjaan Masyarakat Dusun Sumberejo sebagian besar adalah sebagai petani. Pertanian salak merupakan jenis pertanian yang paling 74
banyak dibudidayakan oleh masyarakat Dusun Sumberejo. Namun, selain itu masyarakat juga bertani jenis pertanian lainnya seperti padi, palawija dan sayur-sayuran. Pada mulanya masyarakat Dusun Sumberejo hanya bercocok tanam dengan tanaman padi, palawija dan sayur-sayuran. Namun, dengan seiring perkembangan zaman tanaman salak mulai di tanam oleh masyarakat. Hingga saat ini tanaman salak tersebut menjadi tanaman pokok bagi petani Dusun Sumberejo. Sumber mata pencaharian masyarakat sebagian besar dari pertanian salak tersebut. Aktiitas yang biasa dilakukan oleh masyarakat petani salak adalah babat (menyiangi dahan salak yang sudah tua), merabuk atau memupuk, ngembangi (membuahi bunga salak betina dengan jantan), matun (membersihkan rumput-rumput liar), dan panen salak. Aktifitas tersebut membutuhkan keterampilan agar hasil panen salak dapat maksimal. Keterampilan merawat salak di dapatkan dari orangtua dan pengalaman naluriah masyarakat. Cara belajar masyarakat dalam hal keterampilan bercocok tanam guna mencukupi perekonomian masyarakat adalah dengan pembelajaran dari orangtua secara turun temurun. Sebagian besar lahan usaha pertanian masyarakat didapatkan dari hasil warisan orangtua kepada anaknya. Warisan tersebut berupa persawahan atau perkebunan yang dijadikan masyarakat sebagai sumber mata pencaharian masyarakat. Selain persawahan dan perkebunan, orang tua pada zaman dahulu juga mewariskan keterampilan dalam mengelola tanah warisan tersebut kepada anaknya. Proses belajar melalui aktivitas sehari-hari dengan cara 75
orangtua melibatkan anak dalam pekerjaannya. Anak membantu pekerjaan orangtua dan kemudian dari membantu tersebut proses transfer of knowledge berlangsung. Cara orangtua dalam bercocok tanam pada mulanya dicontoh dan dijadikan pedoman bagi masyarakat saat ini dalam hal bercocok tanam. Anak belajar dengan model pembelajaran learning by doing (belajar sambil mlakukan). Selain itu didukung dengan adanya penyuluhan-penyuluhan dari Dinas Pertanian yang dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat dalam merawat tanaman salak ataupun bercocok tanam. Cara belajar masyarakat tersebut menjadi budaya belajar yang berlaku di masyarakat Dusun Sumberejo. Pola budaya belajar tersebut adalah dengan pola pewarisan (yang artinya budaya belajar bersifat mempertahankan usaha pewarisan) dan dapat juga sebagai pola pengembangan warisan (artinya budaya belajar dapat mengembangkan usaha pewarisan (Parsons, 1977 dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009: 266-267). Hasil dari pewarisan lahan kepada anaknya
dikembangkan
oleh
generasi
penerusnya
dan
dengan
pengetahuan yang telah didapatkan dari orangtuanya menghasilkan sistem perekonomian yang berlangsung hingga sekarang. Hasil perekonomian tersebut yang dijadikan sumber pemenuhan syarat dasar alamiah oleh masyarakat. Dimana syarat dasar alamiah itu sendiri adalah kebutuhan manusia harus makan dan minum untuk menjaga kesetabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis 76
secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainya (Suparlan, 1993:20) diakses dari http://elib.unikom.ac.id
. Masyarakat Dusun Sumberejo
dapat memenuhi syarat dasar alamiah tersebut dengan adanya budaya belajar masyarakat dengan pola pewarisan atau enkulturasi. Dalam budaya belajar tersebut ada dua faktor dalam proses pembelajarannya yang terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari pembelajaran learning by doing yaitu anak dapat melakukan pekerjaan dengan cara belajar dengan melakukan melalui aktifitas membantu orangtua dalam bekerja. Sedangkan faktor eksternal anak mendapatkan pengetahuan dari orangtua serta penyuluhan dari pihak Dinas Pertanian mengenai cara bertani salak. b. Syarat Kejiwaan Perasaan
masyarakat
Dusun
Sumberejo
berdasarkan
hasil
penelitian tetap tenang, nyaman, senang, dan tentram meskipun bertempat tinggal di Lereng Merapi. Masyarakat dapat merasakan hal tersebut dikarenakan kebiasaan yang dirasakan sejak masih kecil. Cara pandang budaya belajar menurut Keesing & Keesing, 1971 budaya belajar sebagai sistem pengetahuan mengisyaratkan bahwa, budaya belajar merupakan “pola kelakuan manusia yang berfungsi sebagai blueprint (pedoman hidup) yang dianut secara bersama”. Sebagai sebuah pedoman,
budaya
menginterpretasi
belajar
digunakan
lingkungan
dan
untuk
memahami
pengalamannya,
yang
dan dapat
menciptakan dan mendorong individu- individu bersangkutan melakukan 77
berbagai macam tindakan dan pola tindakan yang sesuai dengan kerangka aturan yang telah digariskan bersama (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009: 264). Kebiasaan masyarakat sejak kecil berada di lingkungan lereng merapi menjadi sebuah pedoman hidup masyarakat. Pengalaman yang berulang-ulang dalam menghadapi bahaya Gunung Merapi membuat masyarakat terbiasa. Sehingga dari pengalaman tersebut menciptakan perasaan tenang dan nyaman. Budaya belajar yang ada di masyarakat terkait dengan pemenuhan syarat kejiwaan adalah dengan adanya pembelajaran yang berulang-ulang dari suatu pengalaman yang kemudian hal tersebut menjadikan masyarakat mengerti dan memahami tindakan yang harus dilakukan untuk menangani keadaan bahaya. Sehingga dengan pemahaman tersebut masyarakat menjadi tenang dan nyaman bertempat
tinggal
di
lereng
Merapi.
Masyarakat
mendapatkan
pengatahuan dalam mempertahankan diri serta memenuhi kebutuhan kejiwaan dengan adanya faktor intern dari diri masyarakat. Faktor intern tersebut adalah pengalaman yang dialaminya sendiri dalam meghadapi bahaya erupsi Merapi. Sedangkan faktor ekstern adalah adanya pendidikan mitigasi bencana serta upaya dari pemerintah dalam membantu masyarakat untuk menyelamatkan diri ketika bencana terjadi. c. Syarat Dasar Sosial Masyarakat Dusun Sumberejo mempunyai kebiasaan belajar dalam kehidupan sosial. Pengetahuan tentang bagaimana bersosialisasi dengan 78
masyarakat dilingkungan di dapatkan dari orangtua dan masayrakat. Orangtua memberikan pengetahuan bagaimana bersosialisasi dengan orang lain sejak masih kecil.
Menurut Asmidir Ilyas
dalam
https://www.academia.edu/7176903/PERANAN_KELUARGA_DALA M_MENGHADAPI_PERUBAHAN_SOSIAL dalam menjalankan fungsi sosialisasi-edukasi,
orangtua
bertugas
memasyarakatkan
serta
menanamkan berbagai nilai, norma, pengetahuan, dan keterampilan anak-anaknya dengan tujuan agar anak-anaknya dapat hidup secara produktif serta mampu menyesuaikan diri secara
baik dengan
masyarakat sekitarnya. Masyarakat Dusun Sumberejo mendapatkan pendidikan sosial dari orangtua atau keluarga sejak kecil dan hal tersebut menjadi bekal dalam menjalani kehidupan sosial bermasyarakat di Dusun Sumberejo. Keluarga pada hakikatnya adalah sebagai suatu sub sistem dari suatu kehidupan sosial, di samping juga dapat ditilik sebagai suatu sistem yang berdiri sendiri. Sebagai sub sistem dari kehidupan sosial maka keluarga itu merupakan suatu jenis pranata dasar dari suatu masyarakat, yaitu suatu unit sosial yang terkecil yang bersifat universal dan ada di mana-mana. Selain itu lingkungan masyarakat juga mempunyai peran dalam membentuk kehidupan sosial di masyarakat Dusun Sumberejo. Peran tersebut diantaranya menyelenggarakan kegiatan yang bersifat sosial. Kegiatan tersebut diantaranya kerja bakti, selasa bersih, pengajian, sholawatan, arisan pacul, arisan rumah. Kegiatan tersebut melibatkan 79
masyarakat dan secara langsung masyarakat akan berpartisipasi di dalamnya sehingga di dalam kegiatan tersebut akan terjadi interaksi sosial antar masyarakat yang akan membentuk jiwa sosial masyarakat akan semakin erat dengan masyarakat lainnya. Berdasarkan hasil penelitian syarat dasar sosial masyarakat Dususn Sumberejo sudah terpenuhi. Syarat dasar sosial adalah keadaan manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaanya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh. Budaya belajar yang berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat didapatkan dari adanya sosial edukasi dari keluarga dan masyarakat sekitarnya. Proses belajar melalui interaksi di dalam keluarga dan interaksi antar masyarakat sekitar. Anak menerima
pembelajaran
tentang
bersosialisasi
dengan
melihat,
mencontoh apa yang terjadi di sekitarnya. Di usia anak yang masih kecil anak melihat orangtua berinteraksi dengan masyarakat lainnya kemudian mencontohnya. Selain itu masyarakat juga belajar dari masyarakat lainnya, sehingga terjalin kehidupan sosial yang harmonis di Dusun Sumberejo. 3. Usaha Masyarakat Lingkungan
Dusun
Sumberejo
Beradaptasi
Terhadap
Masyarakat Dusun Sumberejo adalah masyarakat yang hidup di lereng Merapi. Bagi masyarakat di lerang tersebut tentunya mempunyai sikap adaptasi atau penyesuaian diri ditempat yang rawan bahayayang berbeda 80
dengan masyarakat lainnya. Berdasarkan penelitian masyarakat mengerti tentang bahayanya tinggal di lereng Merapi, namun masyarakat tetap tinggal di lingkungan tersebut. Alasan masyarakat tetap ingin bertempat tinggal di lereng Merapi dikarenakan tempat tersebut tanah kelahiran masyarakat. Masyarakat harus menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang dekat dengan bahaya erupsi Gunung Merapi. Cara belajar masyarakat dalam beradaptasi pada lingkungan di dapatkan sejak kecil dari orangtua dan lingkungan. Lingkungan masyarakat Dusun Sumberejo berdasarkan hasil penelitian sumber daya alam yang ada sebagian besar pada bidang pertanian. Sehingga masyarakat menyesuaikan diri dari sumber daya alam yang ada dengan pekerjaan yang sesuai dengan keadaan sumber daya alam tersebut.
Lebih lanjut Bunnet (1976) dalam Tim
Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009: 265 menjelaskan, bahwa adaptasi adalah upaya menyesuaikan dalam arti ganda, yakni manusia belajar menyesuaikan kehidupan dengan lingkungannya, atau sebaliknya manusia belajar agar lingkungan yang dihadapi dapat disesuaikan dengan keinginan dan tujuannya. Berdasarkan pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa adaptasi masyarakat Dusun Sumberejo adalah dengan menyesuaikan kehidupan dengan lingkungannya. Erupsi Merapi termasuk sering dalam 100 tahun terakhir ini rata-rata terjadi sekali erupsi dalam 2-5 tahun (Balai Penyelidikan dan Pengembangan
Teknologi
Kegunungapian
(BPPTK)
http://merapi.bgl.esdm.go.id/). Erupsi Gunung Merapi terakhir terjadi pada 81
tahun 2010. Dampak dari erupsi tersebut adalah lumpuhnya sumber mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar berada pada sektor pertanian. Usaha yang dilakukan masyarakat pasca Erupsi tersebut adalah menunggu hingga perekonomian kembali pulih. Selama masa menunggu tersebut masyarakat berusaha mendapatkan sumber mata pencaharian dengan cara beralih profesi. Bagi kaum laki-laki yang masih kuat, masyarakat bekerja sebagai penambang batu dan pasir. Sehingga dari hasil tersebut perekonomian masyarakat dapat berjalan lancar meskipun tidak seperti saat sebelum erupsi terjadi. Ibu-ibu atau kaum perempuan bekerja di persawahan yaitu membersihkan abu dan pasir di pohon-pohon salak atau masyarakat menyebutnya babat. Nilai yang muncul dari adanya suatu budaya belajar dalam menghadapi erupsi merapi yang terjadi berulangulang adalah nilai kesabaran, ketabahan dan kerja keras. Dari pembahasan tersebut penulis menyimpulkan secara lebih jelas dengan menggunakan bagan seperti dibawah ini:
82
Gambar 4. Bagan Kesimpulan Syarat Kebutuhan Hidup
Syarat Dasar Alamiah
Masyarakat Dusun Sumberejo bekerja sebagai petani dalam upaya pemenuhan syarat dasar alamiah Materi pembelajaran yang diberikan adalah cara bercocok tanam, degan metode pembelajaran mencontoh dan meniru perilaku orang tua ketika bekerja. Proses pembelajaran berlangsung ketika anak membantu pekerjaan oran tua. Selain itu masyarakat juga belajar secara mandiri atau otodidak. Orang tua menyediakan lahan pertanian untuk proses belajar anak. Dari proses belajar tersebut masyarakat saat ini dapat bercocok tanam dengan baik sehingga hasil pertanian yang berdampak pada kehidupan perekonomian masyarakat bedasarkan Buku Laporan Profil Desa dapat diketahui Berada pada taraf menengah keatas. Pola pewarisan
Syarat Kejiwaan
Syarat kejiwaan masyarakat sudah terpenuhi, masyarakat merasa nyaman, tentram bertempat tinggal di lereng Merapi Perasaan tenang didapatkan sejak kecil melalui proses belajar dengan mengalami sendiri dan melihat tindakan orangtua pada saat bencana terjadi.. Keadaan Gunung Merapi pada saat erupsi menjadi obyek pelajaran bagi masyarakat. Dengan mengalami sendiri keadaan bahaya maka masyarakat terbiasa sehingga masyarakat dapat mengantisipasi bahaya tersebut dan muncul kebiasaan yang melahirkan perasaan tenang dan nyaman meskipun bertempat tinggal di lereng Merapi.
Kebiasaan
Budaya Belajar pada 83
Masyarakat Lereng Merapi
Syarat Dasar Sosial
Kehidupan sosial masyarakat berjalan dengan baik, interakasi sosial antar masyarakat terjalin erat. Kegiatan sosial masyarakat berjalan dengan baik dengan partisiapasi masyarakat yang tinggi.
Masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana bersosialisasi dengan masyarakat pada mulanya didapatkan dari orang tua dan keluarga. Proses belajar terjadi dalam kehidupan seharihari. Keluarga dan masyarakat serta kegiatan masyarakat menjadi sarana dan prasarana untuk membentuk kehidupan sosial yang baik di Dusun Sumberejo
Sosial edukasi dari keluarga dan masyarakat
Bagan tersebut menjelaskan bagaimana pemenuhan syarat kebutuhan hidup yang dilakukan masyarakat Dusun Sumberejo
serta prosesnya. Dari proses
tersebut menghasilkan pola, diantaranya adalah pola pewarisan, kebiasaan, dan pembelajaran sosial dari orangtua dan lingkungan. Dari pola tersebut didalamnya ada proses pembelajaran yang disebut dengan learning by doing atau disebut belajar dengan melakukan. Masyarakat belajar dalam kaitannya untuk memenuhi syarat kebutuhan hidup dengan cara belajar secara langsung dan belajar dengan melakukan dan mengalami sendiri proses belajar tersebut. Pembelajaran tersebut menghasilkan kebudayaan. Perwujudan kebudayaan menurut Selo Soemardjan (dalam repository.usu.ac.id/bitstream/…F.Adibah/23921/4/…) benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam
melangsungkan
kehidupan
bermasyarakat.
Perwujudan
kebudayaan pada masyarakat lereng Merapi berupa pola perilaku masyarakatnya dalam kehidupan sehari-hari sebagai masyarakat lereng Merapi. Perilaku masyarakat dalam menghadapi bahaya nampak dari perwujudan perilaku yang berupa perasaan tenang yang disebabkan kebiasaan. Selain itu perwujudan kebudayaan berupa hasil dari kehidupan perekonomian masyarakatnya sebagai petani terwujud dengan adanya kegiatan arisan pacul yang didalamnya membantu masyarakat dalam membantu kelangsungan hidup masyarakat sebagai petani. Dalam kehidupan sosial perwujudan kebudayaan berupa kegiatan sosial yang berlaku di masyarakat diantaranya arisan, gotong royong, kerja bakti, selasa bersih. Dalam kegiatan religi perwujudan kebudayaan berupa kegiatan pengajian 84
dan sholawatan. Hal tersebut menjadi perwujudan dari kebudayaan yang berlangsung di kehidupan masyarakat lereng Merapi. Hal tersebut membawa perubahan pada kehidupan masyarakat baik dari segi perekonomian, kejiwaan, dan sosial. Perubahan yang nampak dari adanya budaya belajar dalam perwujudan kebudayaan membawa kehidupan masyarakat lebih baik.
85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Budaya belajar pada masyarakat lereng Merapi dalam upaya pemenuhan syarat dasar kebutuhan hidup adalah dengan pola pewarisan, kebiasaan dan pendidikan sosial melalui keluarga dan masyarakat. Masyarakat
belajar
dengan model pembelajaran leraning by doing (belajar dengan melakukan) pada setiap aktifitas kehidupan sehari-hari baik di bidang perekonomian, kejiwaan dan sosial. Dalam proses terbentuknya budaya belajar pada masyarakat Dusun Sumberejo ada dua faktor yang berpengaruh diantaranya faktor internal yaitu berupa leraning by doing oleh masyarakat dalam belajar, kebiasaan dan pengalaman secara langsung. Sedangkan faktor eksternal yaitu adanya interaksi luar dengan masyarakat dan peran pemerintah dalam kehidupan masyarakat. Budaya belajar membentuk suatu kebudayaan yang berlaku dimasyarakat. Perwujudan dari kebudayaan tersebut diantaranya berupa perilaku masyarakat yang tetap tenang hidup di lereng Merapi, selain itu organisasi sosial yang terlaksana di masyarakat diantaranya arisan pacul, arisan rumah, kerja bakti, dll yang ditujukan untuk membantu masyarakat dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri sebagai masyarakat lereng Merapi adalah dengan cara menyesuaikan kehidupan dengan lingkungannya. Penyesuaian tersebut yaitu dengan menyesuaikan pekerjan pada potensi sumber daya alam yang ada. Budaya belajar serta usaha masyarakat dalam 86
menyesuaikan diri sebagai masyarakat lereng Merapi menghasilkan nilai kesabaran, ketabahan, dan kerja keras pada diri masyarakat Dusun Sumberejo. B. Saran Saran pertama bagi bidang perekonomian masyarakat Dusun Sumberejo dengan adanya kerjasama ekspor salak ke Negeri Cina ditingkatkan. Pemerintah Desa dan kelompok tani yang ada mengupayakan secara maksimal rencana kerjasama dengan Negara Eropa agar dapat terlaksana, sehingga dapat meningkatkan perdapatan masayarakat. Kegiatan sosial yang ada di masyarakat seperti pengajian, gotong royong, selasa bersih, sholawatan, dan arisan dipertahankan agar kehidupan sosial dimasyarakat semakin erat dan harmonis. Saran
kedua
yaitu
untuk
pihak
pemerintahan
Desa
sebaiknya
menyelenggarakan pelatihan untuk masyarakat terkait pengelolaan hasil produksi salak.
87
DAFTAR PUSTAKA
Asmidir Ilyas. (2003). Peranan Keluarga Dalam Menghadapi Perubahan Sosial. Diunduh darihttps://www.academia.edu/7176903/PERANAN_KELUARGA_DALAM_MEN GHADAPI_PERUBAHAN_SOSIAL pada tanggal 17 Juni 2015 jam 8.33 WIB Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK). (2015). Informasi Umum Merapi. Di unduh dari www.merapi.bgl.esdm.go.id/informasi_merapi.php?page=informasimerapi&subpage=sekilas-merapi, pada tanggal 9 Mei 2015 jam 15.32 WIB Baharuddin & Esa Nur W. (2007). Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: ArRuzz Media Buku Laporan Profil Desa dan Kelurahan Lampiran V Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pedoman dan Pendayagunaan data profil Desa dan Kelurahan Dany Haryanto & Edwi Nugrohadi. (2011). Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Upacara Tradisional Mohon Hujan Desa Kepuhharja Cangkringan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (Yogyakarta : Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional DIY, 1987) Friska Berliana Pakpahan. (2013). Fungsi Komunikasi Antar Budaya Dalam Prosesi Pernikahan Adat Batak Di Kota Samarinda(Studi Kasus Empat Pasangan Berbeda Etnis Antara Etnis Batak Dengan Etnis Jawa, Toraja, Dan Dayak). Diunduh dari http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/08/jurnal%20jadi%20%2808-26-13-03-35-36%29.pdf pada 30 Juli 2015 Hastuti & Dyah Respati. (2013). Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Berbasis Pemanfaatan Sumberdaya Perdesaan Upaya Pengentasan Kemiskinan Di Perdesaan (Studi di Lereng Merapi Daerah Istimewa Yogjakarta. Diunduh dari eprints.uny.ac.id/. ../1/laporan%20akhir%20desa%20w... pada 30 Juli 2015 Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2015). Museum Gunungapi Merapi (3): Sumber Daya dan Bahaya Merapi. Di unduh dari http://www.esdm.go.id/berita/56-artikel/2885-museum-gunungapi-merapi3-sumber-daya-dan-bahaya-merapi.html. pada tanggal 9 Mei 2015 jam 15.36 WIB Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipata 88
Kusumadinata. et.al. (1979). Data Dasar Gunung Api Indonesia: Catalogue of References On Indonesian Volcanoes With Eruption In Historical Time. Departemen Pertambangan Dan Energi Direktorat Jendral Pertambahangan Umum Direktorat Vulkanologi. Bandung Lexy J., Moleong. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. M. Ngalim Purwanto,. (1999). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Marzali, A. (2010). Konsep Peasant dan Kajian Masyarakat Pedesaan Di Indonesia. Diunduh dari http://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/13/batasandefinisi-petani-peasent/ pada tanggal 17 Juni 2015 jam 8.04 WIB Mayo. M. 1998. Community Development Diakses dari https://kertyawitaradya.wordpress.com/2010/01/26/tinjauan-teoritiscommunity-development/, pada tanggal 28 Januari 2015 jam 12.39 WIB Moch. Fatkhan. (2006). Kearifan Lingkungan Masyarakat Lereng Gunung Merapi. Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama. Diunduh dari http://digilib.uinsuka.ac.id..... pada 9 Februari 2015 Ngalim Purwanto. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nurwidiana. (2013). Modul Perkuliahan Sosiologi Interaksi dan Tatanan Sosial. Diunduh dari http://modul.mercubuana.ac.id/modul/Fakultas%20 Psikologi/Psikologi/Nurwidiana%20-%20Sosiologi% 20%5B61004%5D /Modul%20Sosiologi%20%5BTM6%5D.docx. pada 17 Juni 2105 Ratna Wilis D. (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga Saiful Arif. (2011). Budaya Belajar Siswa Pada Sekolah Unggul Di Sma Negeri 1 Pamekasa.Diunduh dari http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/nuansa /article/view/12, pada tanggal 9 Mei jam 15.40 WIB Slameto. (1955). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Gramedia. Sugihartono. et.al (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta . (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. 89
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan I: Ilmu Pendidikan Teoritis. PT. Imperial Bhakti Utama.
90
LAMPIRAN
91
LAMPIRAN 1. SURAT-SURAT PERIJINAN PENELITIAN
92
93
94
95
96
97
98
99
LAMPIRAN 2. PEDOMAN OBSERVASI, WAWANCARA DAN DOKUMENTASI
100
PEDOMAN KAJIAN OBSERVASI BUDAYA BELAJAR PADA MASYARAKAT LERENG MERAPI
Tanggal/ Waktu Observasi : Tempat
:
Pedoman observasi digunakan agar peneliti lebih mudah melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengenai budaya belajar pada masyarakat lereng Merapi. Hal yang diamati oleh peneliti adalah sebagai berikut: a. Lingkungan masyarakat dari pintu masuk ke Dusun atau di sebut Gapura, jalan Dusun, rumah warga, dan fasilitas-fasilitas umum. b. Persawahan, perkebunan, lahan peternakan dan lainnya yang berhubungan dengan mata pencaharian warga sebagai usaha pemenuhan kebutuhan ekonomi warga. Aktivitas masyarakat dalam bekerja sebagai petani c. Tempat-tempat yang digunakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan jiwanya dalam hal ini berhubungan dengan keyakinan atau hal-hal yg bersifat religius yaitu masjid, dan lain-lain. d. Kegiatan masyarakat seperti posyandu.
101
PEDOMAN WAWANCARA Wawancara kepada Masyarakat Dusun Sumberejo Nama
:
Pekerjaan
:
a) Bagaimana perasaan anda tinggal di daerah rawan bahaya atau dekat dengan Gunung Merapi? b) Bagaimana cara anda menyesuaikan kehidupan di lereng Merapi? c) Apa alasan anda memilih bertempat tinggal di Dusun Sumberejo? d) Kebiasaan apa saja yang anda lakukan di dalam pekerjaan anda? e) Dalam pekerjaan tersebut darimana anda belajar untuk melakukan pekerjaan itu? f) Apakah hasil dari pekerjaan tersebut sudah memenuhi kebutuhan perekonomian anda? g) Apakah anda merasa nyaman tinggal di lereng Merapi? h) Apa alasan anda? i) Usaha apa yang anda lakukan dalam mengatasi rasa kegelisahan dengan adanya kemungkinan erupsi merapi yang sewaktu-waktu dapat terjadi ? j) Bagaimana upaya anda ketika Gunung Merapi sedang dalam keadaan berbahaya? k) Adakah pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo? l) Apakah dengan hal itu anda lebih merasa tenang tinggal di sini? m) Bagaimana kehidupan sosial anda dengan masyarakat lainnya ? 102
n) Adakah kegiatan yang bersifat sosial di Dusun Sumberejo ini ? o) Bagaimana partsisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan tersebut ? p) Bagaimana usaha anda dalam menghadapi pasca erupsi tahun 2010 ? Wawancara kepada Kepala Dusun Sumberejo 1. Apa saja pekerjaan masyarakat di Dusun Sumberejo? 2. Apa saja kegiatan masyarakat didalam pekerjaannya tersebut? 3. Darimana masyarakat belajar dalam pekerjaannya tersebut? 4. Bagaimana perasaan masyarakat tinggal di daerah rawan bahaya atau dekat dengan Gunung Merapi? Mengapa ? 5. Bagaimana cara masyarakat menyesuaikan kehidupan di lereng Merapi? 6. Apa alasan anda memilih bertempat tinggal di Dusun Sumberejo? 7. Usaha apa yang masyarakat lakukan dalam mengatasi rasa kegelisahan dengan adanya kemungkinan erupsi merapi yang sewaktu-waktu dapat terjadi ? 8. Bagaimana upaya masyarakat ketika Gunung Merapi sedang dalam keadaan berbahaya? 9. Adakah pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo 10. Bagaimana kehidupan sosial di masyarakat Dusun Sumberejo? 11. Apa saja kegiatan sosial di Dusun Sumbrejo? 12. Bagaimana partisipasi masyarakat disini? Wawancara dengan Kepala Desa Kaliurang: 1. Bagaimana keadaan masyarakat khususnya Dusun Sumberejo?
103
2. Pendidikan mitigasi bencana apakah benar hanya untuk Kepala Dusun dan di
adakan di Balai Desa? PEDOMAN DOKUMENTASI
a. Dokumentasi foto lingkungan masyarakat dari pintu masuk ke Dusun atau di sebut Gapura, jalan Dusun, rumah warga, dan fasilitas-fasilitas umum. b. Dokumentasi foto persawahan, perkebunan, lahan peternakan dan lainnya yang berhubungan dengan mata pencaharian warga sebagai usaha pemenuhan kebutuhan ekonomi warga. c. Dokumentasi foto tempat-tempat yang digunakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan jiwanya dalam hal ini berhubungan dengan keyakinan atau hal-hal yg bersifat religius yaitu masjid, dan lain-lain. d. Arsip profil Desa
104
LAMPIRAN 3. CATATAN LAPANGAN DAN HASIL DOKUMENTASI
105
Lampiran 1. Catatan Lapangan
CATATAN LAPANGAN I Hari/Tanggal : Kamis, 16 April 2015 Waktu
: 10.35 WIB
Materi
: Observasi materi syarat dasar alamiah (perekonomian)
Deskripsi Pengamatan Syarat dasar alamiah adalah yang berupa kebutuhan biologis seperti pemenuhan kebutuhan makan, minum, menjaga stamina, menjadikan lebih berfungsi organ-organ tubuh manusia. Dalam penelitian ini syarat dasar alamiah terfokus pada bagaimana cara atau kebiasaan yang menjadi pedoman masyarakat Dusun Sumberejo dalam hal pemenuhan kebutuhan perekonomian. Kebutuhan perekonomian disini dapat mencakup pekerjaan dan mata pencaharian warga, sehingga hasil dari pekerkjaan tersebut dapat memenuhi kebutuhan untuk makan, minum, atau disebut sebagai kebutuhan biologis warga. Sebelum pintu masuk Dusun atau disebut gapura Dusun Sumberejo di sekeliling jalan sudah nampak pohon-pohon salak serta kandang ternak warga yang dijadikan sumber mata pencaharian warga. Pada jam-jam seperti ini sebagian besar masyarakat sedang melakukan aktifitas di tempat kerja. Peneliti melihat aktifitas masyarakat yang sedang melakukan panen padi, mencari rumput atau 106
sering disebut ngarit, dan memetik salak. Sebagian besar subyek yang ditemukan oleh peneliti adalah perempuan atau ibu-ibu. Peneliti menjumpai beberapa ibu-ibu sedang menggendong tanaman padi yang sudah diambil padinya atau masyarakat jawa menyebutnya damen, adapula beberapa ibu-ibu yang menggunakan sepeda motor untuk membawa hasil mencari rumput tersebut. Tanaman padi tersebut digunakan masyarakat untuk memberi makan hewan ternak mereka. Selain pada sektor pertanian peneliti juga banyak menjumpai kandang-kandang hewan ternak seperti sapi dan kambing. Beberapa warga lakilaki atau bapak-bapak terlihat juga sedang melakukan aktifitas di kebun salak sedang menyiangi pohon salak atau warga menyebutnya matun. Masyarakat Dusun Sumberejo sangat giat dalam bekerja. Selain kegiatan tersebut ada pula beberapa warga yang sedang mengeringkan padi mereka sebelum di giling agar menjadi beras Hasil observasi lapangan pada hari Kamis, 16 April 2015 peneliti mendapatkan data tentang aktifitas masyarakat sehari-hari. Aktifitas tersebut diantaranya kegiatan dalam pertanian, peternakan hingga pada kegiatan-kegiatan masyarakat lainnya.
CATATAN LAPANGAN II Hari/Tanggal : Jum’at, 17 April 2015 Waktu
: 9.12 WIB
Materi
: Observasi materi syarat kejiwaan
107
Dalam penelitian ini syarat kejiwaan terkait dengan ketentraman dan kenyamanan masyarakat tinggal di daerah rawan bahaya, berdasarkan observasi yang peneliti lakukan terlihat masyarakat tetap merasa nyaman dan aman tinggal di lereng Merapi. Pada waktu penelitian cuaca sedang hujan, bagi masyarakat yang tidak terbiasa tinggal di lereng Merapi ada rasa takut adanya kemungkinan bahaya yang ditimbulkan dari hujan yang deras tersebut, yaitu banjir lahar dingin.
CATATAN LAPANGAN III Hari/Tanggal : Sabtu, 18 April 2015 Waktu
: 13.05 WIB
Materi
: keadaan sosial masyarakat Pada saat observasi lapangan berlangsung peneliti mengamati bagaimana
kehidupan masyarakat sehari-hari. Hubungan antar masyarakat sangat harmonis, masyarakat satu dengan masyarakat lainnya saling beramah tamah selayaknya warga yang hidup di pedesaan yang masih kental dengan norma-norma kehidupan di dalamnya. Hal ini terlihat ketika salah satu warga pulang dari sawah, di depan rumah ada beberapa warga sedang duduk-duduk, mereka saling menyapa dan bercanda. Terlihat sekali kedekatan dan keharmonisan antar masyarakat.
CATATAN LAPANGAN IV Hari/Tanggal : Kamis, 23 April 2015 Waktu
: 9.00 WIB
108
Pada observasi lapangan hari ini peneliti ikut serta dalam kegiatan masyarakat yaitu kegiatan posyandu. Kegiatan Posyandu di Dusun Sumberejo dilaksanakan di rumah salah satu kader posyandu. Partisipai dari ibu-ibu yang mempunyai anak balita sangat bagus. Kehadiran dalam kegiatan ini semua ibu-ibu yang mempunyai balita hadir semua. Saat kegiatan berlangsung keaktifan ibu-ibu dalam kegiatan penyuluhan sangat baik.
CATATAN LAPANGAN V Hari/Tanggal : Sabtu, 25 April 2015 Waktu
: 11.21 WIB Peneliti mengamati aktivitas masyarakat Dusun Sumberejo, beberapa
bapak-bapak terlihat sedang membangun rumah dan beberapa ibu-ibu sedang membersihkan dan menimbang buah salak yang akan dijual. Peneliti berkeliling Dusun Sumberejo, di beberapa rumah warga terdapat kebun salak yang membuat Dusun tersebut nampak banyak perkebunan salak. Pada ujung selatan Dusun Sumberejo peneliti melihat hamparan sawah dimana sawah tersebut kebanyakan ditanami padi dan beberapa sawah juga di tanami salak. Peneliti berjalan menyusuri jalan setapak dan keadaan persawahan masyarakat tumbuh dengan subur. CATATAN LAPANGAN VI Hari/Tanggal : Minggu, 26 April 2015 Waktu
: 10.03 WIB
109
Pada saat peneliti mengamati Dusun Sumberejo dan sekitarnya peneliti melihat aktivitas masyarakat setempat yang sedang bekerja di sawah yaitu sedang memanen padi. Adapula masyarakat yang sedang membuahi bunga salak atau masyarakat menyebutnya ngembangi salak. beberapa masyarakat jga nampak sedang membersihkan dahan salak atau matun. Nampak seorang ibu-ibu yang sedang membersihkan salak yang hendak dijual.
110
Lampiran 2. Dokumentasi Foto
Gambar 1. Pintu masuk (gapura) Dusun Sumberejo sebagai pintu akses masyarakat
Gambar 2. Jalan Dusun Sumberejo sebagai akses masyarakat dan jalur evakuasi
Gambar 3. Rumah warga Dusun Sumberejo sebagai kebutuhan primer masyarakat tempat tinggal masyarakat
Gambar 4. Perkebunan salak masyarakat Dusun Sumberejo sebagai sumber dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat
111
Gambar 5. Buah Salak hasil perkebunan masyarakat Dusun Sumberejo sebagai sumber pemenuhan syarat dasar alamiah (perekonomian) masyarakat
Gambar 6. Hewan ternak masyarakat Dusun Sumberejo sebagai penunjang pemenuhan syarat dasar alamiah (perekonomian) masyarakat
Gambar 7. Kandang peternakan masyarakat Dusun Sumberejo yang dijadikan tempat tinggal hewan ternak sebagai penunjang pendapatan perekonomian masyarakat
Gambar 8. Aktivitas masyarakat Dusun Sumberejo sebagai peternak yaitu pulang mengarit atau merumput untuk pemenuhan syarat dasar alamiah
112
Gambar 9. Kegiatan Posyandu masyarakat Dusun Sumberejo sebagai bentuk partisipasi sosial masyarakat
Gambar 11. Aktivitas masyarakat menjemur hasil panen padi untuk pemenuhan syarat dasar alamiah (perekonomian)
Gambar 12. Aktivitas masyarakat Dusun Sumberejo sebagai bentuk kehidupan sosial masyarakat
Gambar 13. Sawah masyarakat Dusun Sumberejo tempat mata pencaharian masyarakat sebagai pemenuhan syarat dasar alamiah
113
LAMPIRAN 4. HASIL WAWANCARA, REDUKSI DATA, DISPLAY DATA DAN KEABSAHAN DATA
114
Lampiran 1. Hasil Wawancara
Wawancara kepada Masyarakat Dusun Sumberejo Nama
: Suharti
Pekerjaan
: Petani
a. Bagaimana perasaan anda tinggal di daerah rawan bahaya atau dekat dengan Gunung Merapi? Mengapa ? Seneng, mboten pripun-pripun mpun biasa tinggal teng mriki mbak dadose mboten pripun-pripun seneng mawon. (senang, tidak gimana-gimana sudah biasa tinggal disini mbak jadinya tidak gimana-gimana senang aja) b. Bagaimana cara anda menyesuaikan kehidupan di lereng Merapi? Kulo asli penduduk mriki mbak dadose menyesuaikan diri ne geh namung nderek tiang sepuh zaman riyen ket kulo cilek ngantos wis gadah putra. Kulo geh mung nderek rencang-rencang. Nek masalah pekerjaan niku mriki kan katah geh mbak lahan karang tiang gunung geh menyesuaikane nipun dados petani nopo buruh nopo peternak ngoten. (saya asli penduduk sini mbak jadi menyesuaikan diri hanya mengikuti orangtua zaman dulu dari saya kecil sampai sekarang saya sudah punya anak. Selain itu mengikuti teman-teman. Masalah pekerjaan itu, disini kan banyak lahan karena orang gunung jadi menyesuaikan diri dalam pekerjaan dengan menjadi petani atau buruh atau peternak) c. Apa alasan anda memilih bertempat tinggal di Dusun Sumberejo?
115
Mriki tempat kelahiran kulo mbak dados geh teng mriki kulo bertempat tinggal (disini tempat kelahiran saya mbak, jadi disinilah saya bertempat tinggal) d. Kebiasaan apa saja yang anda lakukan di dalam pekerjaan anda? Teng saben geh sak gawen-gawen mbak, geh ngarit, ngembangi salak, matun salak,nek sawah sing setunggal ditanduri pari geh matun, ngrabuk ngoten mbak. (di sawah ya apa saja pekerjaannya, ngrumput, membuahi bunga salak, menyiangi pohon salak, kalo sawah yang satunya sedang ditanami padi ya menyiangi rumput liar, memupuk) e. Dalam pekerjaan tersebut dari mana anda belajar untuk melakukan pekerjaan itu? Mboten enten sing ngajari mbak mpun saget kiambak (tidak ada yang mengajari mbak sudah bisa sendiri) f. Apakah hasil dari pekerjaan tersebut sudah memenuhi kebutuhan perekonomian anda? Alhamdulilah geh mpun cekap kangge kebutuhan mben dinten (alhamdulilah sudah bisa mencukuoi kebutuhan sehari-hari) g. Usaha apa yang anda lakukan dalam mengatasi rasa kegelisahan dengan adanya kemungkinan erupsi merapi yang sewaktu-waktu dapat terjadi ? Berdoa, nyuwun kaleh Gusti Allah mugi-mugi diparingi keslametan (berdoa, meminta kepada Tuhan semoga diberikan keselamatan)
116
h. Bagaimana upaya anda ketika Gunung Merapi sedang dalam keadaan berbahaya? Siap-siap ngungsi mawon mbak nek enten perintah ken ngungsi.(siap-siap ngungsi aja mbak kalo ada perintah dari pemerintah disuruh ngungsi) i. Adakah pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo? Mboten enten, Balai Desa sing ngadakke mbak (tidak ada, Balai Desa yang mengadakan) j. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat di sini ? Sae mbak mriki kehidupane sosial kaleh masyarakat mriki, mboten pripunpripun sami guyup rukun. (baik mbak, disini kehidupan sosial dengan masyarakat disini tidak gimmana-gimana semua guyup rukun) k. Adakah kegiatan yang bersifat sosial di Dusun Sumberejo ini ? enten mbak mriki katah kegiatan enten mujadahan, sholawatan, arisan (ada mbak disini banyak kegiatan ada mujadahan, sholawatan, dan arisan) l. Bagaimana partsisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan tersebut ? Partisipasi warga teng mriki alhamdulilah gampang mbak, sebagian sing mboten nderek kegiatan mangkeh geh ujung-ujunge nderek, tiang sing mboten sami nderek kegiatan biasane dijarke mawon nopo-nopo geh urip teng deso ki bebarengan arep urip dewe sue-sue mboten gadah tonggo. (partisipasi warga disini alhamdulilah gampang mbak, sebagian yang tidak ikut kegiatan nanti juga ujung-ujungnya ikut. Orang yang tidak ikut kegiatan biasanya dibiarkan saja ada apa-apa hidup di Desa itu kebersamaan, mau hidup sendiri lama-lama nanti tidak punya tetangga) 117
m. Bagaimana usaha anda dalam menghadapi pasca erupsi tahun 2010 ? Nenggo mawon mbak nganti awu ne resik, terus niku pohon salak nipun di babati. (Nunggu saja mbak sampai abunya bersih, terus pohon salaknya dibersihkan) Wawancara kepada Masyarakat Dusun Sumberejo Nama
: Marjuni
Pekerjaan
: Petani
n. Bagaimana perasaan anda tinggal di daerah rawan bahaya atau dekat dengan Gunung Merapi? Mengapa ? Tenang saja mbak tinggal disini o. Bagaimana cara anda menyesuaikan kehidupan di lereng Merapi? Caranya ya bisa sendiri saja mbak, mengalir sendiri, dari kecil tinggal disini menyesuaikannya juga sudah dari kecil. Ikut-ikut orangtua saja gimana caranya hidup di gunung itu. p. Apa alasan anda memilih bertempat tinggal di Dusun Sumberejo? Sejak kecil sudah disini mbak, saya asli kelahiran sini orangtua asli sini istri juga dapat disini. q. Kebiasaan apa saja yang anda lakukan di dalam pekerjaan anda? Di sawah ya biasanya macul (nyangkul), ngrawat salak, atau tanaman yang disawah kalo lagi tanam padi ya ngrus padi.
118
r. Dalam pekerjaan tersebut darimana anda belajar untuk melakukan pekerjaan itu?1 Kalo masalah ngerawat salak saya bisa sendiri mbak tanpa ada yang ngajarin, keterampilan itu mengalir sendiri seperti kalo ada bunga salak yang sudah mekar ya langsung saya kembangi (membuahi) itu bisa saya kerjakan tanpa ada yang ngajarin. Pada awalnya ya Cuma liat orang tua kalo pas disawah atau liat teman mengerjakan itu terus saya praktikkan sendiri s. Apakah hasil dari pekerjaan tersebut sudah memenuhi kebutuhan perekonomian anda? Sudah cukup mbak. t. Usaha apa yang anda lakukan dalam mengatasi rasa kegelisahan dengan adanya kemungkinan erupsi merapi yang sewaktu-waktu dapat terjadi ? Berdoa saja mbak semoga dijauhkan dari marabahaya. u. Bagaimana upaya anda ketika Gunung Merapi sedang dalam keadaan berbahaya? Sekarang ikut pemerintah saja mbak kalo situasinya gawat disuruh ngungsi ya ngungsi saja. Sekarang lebih enak apa-apa bisa dipantau gunung juga kita bisa tau statusnya bagaimana waspada atau siaga. Jadi kalo masih pada status aman belum disuruh ngungsi ya tenang saja melakukan aktifitas, tapi kalo status gunung meningkat paling ya siap-siap saja barang-banrang yang penting dijadikan satu, kalo ngungsi tinggal bawa. v. Adakah pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo? 119
Ada tapi dib alai Desa w. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat di sini ? Bagus mbak semua masyarakatnya hidup dengan rukun x. Adakah kegiatan yang bersifat sosial di Dusun Sumberejo ini ? Kegiatan disini banyak ada kerja bakti, pengajian arisan macul, arisan rumah y. Bagaimana partsisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan tersebut ? Partisipasi masyarakatnya bagus z. Bagaimana usaha anda dalam menghadapi pasca erupsi tahun 2010 ? Terima Kalo disini yang bapak-bapak seperti saya dulu nambang pasir mbak, dan babat salak biar salaknya bisa tumbuh lagi. Nunggu pulih itu yaa dua tahun lebih, selama itu kerja apa saja yang penting bisa dapat uang buat kebutuhan sehari-hari.
Wawancara kepada Masyarakat Dusun Sumberejo Nama
: Poniyem
Pekerjaan
: Petani
a. Bagaimana perasaan anda tinggal di daerah rawan bahaya atau dekat dengan Gunung Merapi? Mengapa ? Pasrah mawon mbak sak umpami taseh di sukani dalan, nopo umur panjang mesti geh kaleh Gusti Allah diparingi dalan keslametan. Bencana niku enten teng pundi-pundi dados nek sampun wayahe dipundut geh enten mawon 120
jalane gusti Allah. Dados tenang mawon teng mriki, tidak takut, santai mawon ngoten (pasrah saja mbak kalo seumpama masih diberi jalan atau diberi umur panjang pasti Allah membeikan jalan keslamatan. Bencana itu ada dimanamana jadi kalo sudah waktunya dipanggil oleh Tuhan pasti ada jalan. Jadi tenang saja disini, tidak takut, dan santai saja begitu). b. Bagaimana cara anda menyesuaikan kehidupan di lereng Merapi? Geh nderek rencang mawon kaleh tiang sepuh riyen pripun,mpun ket alit teng mriki dadose menyesuaikan diri geh saking alit mboten pripun-pripun saget kiambak ngalir kimbak ngoten. (Ikut teman dan orangtua dulu gimana, dari kecil sudah disini jadi menyesuaikan dirinya dari kecil gak gimana-gimana bisa sendiri mengalir sendiri) c. Apa alasan anda memilih bertempat tinggal di Dusun Sumberejo? Alasanipun kulo teng mriki geh mpun tempat kelahiran kulo tumpah darah kulo teng mriki mbak (alasannya saya disini adalah tempat kelahiran saya tumpah darah saya disini mbak) d. Kebiasaan apa saja yang anda lakukan di dalam pekerjaan anda? Liane ngurusi salak geh ngarit mbak, kangge tabungan niki sapine. Niki sapine mboten kagungane kiambak, kulo naming buruh gadoh mawon mbak.
121
Selain ngurus salak ya merumput mbak, buat tabungan. Tapi ini sapinya bukan milik saya, punya orang lain, dan saya hanya gadoh (buruh) saja mbak e. Dalam pekerjaan tersebut darimana anda belajar untuk melakukan pekerjaan itu? Sinau kiambak mbak, ndelengke tiang sepuh riyen pripun nek teng saben, riyen kulo alit mpun biasa bantu tiang sepuh teng saben, saking tiang sepuh niku kulo saget sakniki ngurus sawah. (Belajar sendiri mbak, lihat orangtua dulu gimana kalo disawah, dulu sejak saya kecil sudah biasa bantu orangtua di sawah, dari orangtua niku sekarang saya bisa mengurus sawah) f. Apakah hasil dari pekerjaan tersebut sudah memenuhi kebutuhan perekonomian anda? Sampun cekap mbak ,saking hasile salak. selain niku geh ngarit kangge tabungan, niki mboten sapi ne kiambak mbak kulo namung gadoh. Sudah cukup mbak, selain ngurus salak ya ngarit (merumput) mbak, buat tabungan. Tapi ini sapinya bukan milik saya, punya orang lain, dan saya hanya gadoh (buruh) saja mbak g. Usaha apa yang anda lakukan dalam mengatasi rasa kegelisahan dengan adanya kemungkinan erupsi merapi yang sewaktu-waktu dapat terjadi ? Saget kiambak mbk, ket riyen kulo alit mpun biasa teng mriki ngadepi bahaya. Tiang sepuh kolu riyen geg ngajari nek enten nopo-nopo mlayu 122
ngungsi golek panggonan sing aman. Riyen ngungsi kiambak mbak evakuasi sendiri, gendong gombalan mlayu sak playu-playune. Nek sakniki (Bisa sendiri mbak, daridulu sejak saya kecil sudah disini menghadapi bahaya. Orangtua saya mengajarkan kalo ada apa-apa lari ngungsi cari tempat yang aman. Dulu ngungsi sendiri evakuasi sendiri, gendong pakaian lari kemana saja) h. Bagaimana upaya anda ketika Gunung Merapi sedang dalam keadaan berbahaya? Geh nek ndalu niku mboten saget sare mbak mpun teng dalem ndongo nyenyuwun kaleh Gusti Allah mugi-mugi mboten enten nopo-nopo, tiang kakung sami tetek teng mergi niku, mangek nek enten nopo-nopo geh teko nderek mawon kaleh rencang-rencang. Nek sakniki mpun kepenak Merapi dereng njebluk mawon mpun ken ngungsi dadose aman saking bahaya. (Kalo malam tidak bisa tidur mbak, di rumah berdoa meminta kepada Tuhan semoga tidak ada apa-apa. Para bapak berjaga-jaga di jalan nanti kalo ada apa-apa ikut teman-teman. Kalo sekarang sudah enak Merapi belum meletus sudah disuruh ngungsi jadi aman dari bahaya) i. Adakah pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo? Riyen geh enten mbak, sakniki mpun mboten enten (Dulu ada mbak, kalo sekarang sudah tidak ada) j. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat di sini ? Teng mriki sekeco mbak, gotong royonge bagus. Teng mriki geh enten arisan pacul kaleh arisan omah mbak. 123
(Disini bagus mbak, gotong royongnya bagus. Disini juga ada arisan pacul dan arisan rumah mbak) k. Adakah kegiatan yang bersifat sosial di Dusun Sumberejo ini ? Katah mbak teng mriki kerja bakti, selasa bersih, arisan, pengajian sholawatan (Banyak mbak disini ada kerja bakti, selasa bersih, arisan, pengajian sholawatan) l. Bagaimana partsisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan tersebut ? Sae mbak teng mriki masyarakate partisipasine, meh sedoyo nek enten kegiatan nunopo mawon nderek (Bagus mbak disini masyarakatnya partisipasinya, hamper semua kalo ada kegiatan apa saja mengikuti) m. Bagaimana usaha anda dalam menghadapi pasca erupsi tahun 2010 ? Geh sabar mawon mbak, niko bar erupsi niko sedoyo wit salak kulo ambruk mbak, dadose geh wangsul saking ngungsi niku mboten gadah nopo-nopo tapi geh Alhamdulillah jenenge rejeki geh mbak enten mawon. Bantuan saking pemerintah geh katah Alhamdulillah saget mbantu. Reiyen geh babati salak niko ben resik saget tukul maleh salaknipun. Nenggo kaleh tahunan mbak gek saget opek maleh (Ya sabar saja mbak, itu habis erupsi semua pohon salak tumbang mbak, jadi pulang ngungsi tidak punya apa-apa tapi Alhamdulillah namanya rejeki ada saja. Bantuan dari pemerintah banyak Alhamdulillah bisa bantu. Dulu
124
ya membersihkan pohon salak yang tumbang biar bisa tumbuh lagi salaknya. Nunggu dua tahunan baru bisa mendapatkan hasilnya)
Wawancara kepada Masyarakat Dusun Sumberejo Nama
: Suyatmi
Pekerjaan
: Petani
a. Bagaimana perasaan anda tinggal di daerah rawan bahaya atau dekat dengan Gunung Merapi? Mengapa ? Sudah biasa tinggal disini, kalo disini jauh dari polusi tidak seperti di kota, jauh dari keramaian dan yang aneh-aneh jadi rasanya tentram b. Bagaimana cara anda menyesuaikan kehidupan di lereng Merapi? Dulu belum kayak gini mbak, kami belajar menghadapi bahaya Gunung Merapi dari orang tua. Orang tua dulu mengajarkan kalo Merapi lagi mau meletus di suruh tenang berdoa dan menyiapkan barang-barang berharga. Sejak kecil kan sudah disini jadi tahu gimana caranya menghadapi bahaya terus kalo merapi sudah meletus kami warga disini semua berhamburan lari kemana saja nyari tempat yang aman tanpa adanya pemandu yang penting menyelamatkan diri itu saja c. Apa alasan anda memilih bertempat tinggal di Dusun Sumberejo? Tempat kelahiran saya mbak d. Kebiasaan apa saja yang anda lakukan di dalam pekerjaan anda? Ya disawah ngembangi (membuahi), ngarit (merumput) apa saja lah mbak pekerjaan di sawah dikerjain. 125
e. Dalam pekerjaan tersebut darimana anda belajar untuk melakukan pekerjaan itu? Ngarang mawon mbak, naluriah belajar sendiri (Ngarang saja mbak, naluriah belajar sendiri) f. Apakah hasil dari pekerjaan tersebut sudah memenuhi kebutuhan perekonomian anda? Alhamdulilah mpun saget nyekapi kebutuhan bendintenipun kangge tumbas janganan lawuh mbak (Alhamdulilah sudah bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk beli sayur, lauk dan lain-lainnya mbak) g. Usaha apa yang anda lakukan dalam mengatasi rasa kegelisahan dengan adanya kemungkinan erupsi merapi yang sewaktu-waktu dapat terjadi ? Siap tidak siap banyak temannya jadi ya sudah tenang saja mbak toh banyak temannya kok. h. Bagaimana upaya anda ketika Gunung Merapi sedang dalam keadaan berbahaya? Kalo disuruh ngungsi ya ngungsi saja mbak. i. Adakah pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo? Ada mbak tapi dulu j. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat di sini ? Bagus mbak disini k. Adakah kegiatan yang bersifat sosial di Dusun Sumberejo ini ? Ada pengajian ada kerja bakti, bersih-bersih arisan 126
l. Bagaimana partsisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan tersebut ? Partisipasinya bagus mbak m. Bagaimana usaha anda dalam menghadapi pasca erupsi tahun 2010 ? Dulu ya habis ngungsi itu bersih-bersih rumah, sawah yang kena abu Wawancara kepada Masyarakat Dusun Sumberejo Nama
: Ambarwati
Pekerjaan
: Petani
a. Bagaimana perasaan anda tinggal di daerah rawan bahaya atau dekat dengan Gunung Merapi? Mengapa ? Tenang saja mbak b. Bagaimana cara anda menyesuaikan kehidupan di lereng Merapi? Ikut-ikut suami, sama lihat teman-teman disini bagaimana, lama-lama bisa menyesuaikan diri hidup di deket gunung toh ada suami juga disini tetangga-teangga tenang-tenang saja jadi gampang menyesuaikan diri c. Apa alasan anda memilih bertempat tinggal di Dusun Sumberejo? Saya disini ikut suami mbak d. Kebiasaan apa saja yang anda lakukan di dalam pekerjaan anda? Merawat salak,padi cabe e. Dalam pekerjaan tersebut darimana anda belajar untuk melakukan pekerjaan itu? Belajar sendiri mbak sama dulu liat orangtua belajar dari orangtua
127
f. Apakah hasil dari pekerjaan tersebut sudah memenuhi kebutuhan perekonomian anda? Sudah cukup mbak g. Usaha apa yang anda lakukan dalam mengatasi rasa kegelisahan dengan adanya kemungkinan erupsi merapi yang sewaktu-waktu dapat terjadi ? Berdoa saja mbak semoga aman, kalo terpaksanya ngungsi ya ngungsi saja ikut yang diatas h. Bagaimana upaya anda ketika Gunung Merapi sedang dalam keadaan berbahaya? Kalo disuruh ngungsi ya ngungsi saja mbak i. Adakah pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo? Ada mbak di Balai Desa j. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat di sini ? Bagus mbak disini k. Adakah kegiatan yang bersifat sosial di Dusun Sumberejo ini ? Ada mbak, ada pengajian, sholawatan, arisan kerja bakti bersih-bersih l. Bagaimana partsisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan tersebut ? Bagus mbak rame-rame mengikuti kegiatan m. Bagaimana usaha anda dalam menghadapi pasca erupsi tahun 2010 ? Dulu pas erupsi ya sedih mbak apa-apa rusak sawah ambruk kabeh (roboh semua) jadi ya mulai dari nol lagi babati pohon salak nunggu sampai tumbuh lagi gitu 128
Wawancara kepada Masyarakat Dusun Sumberejo Nama
: Darwiyanto
Pekerjaan
: Petani
a. Bagaimana perasaan anda tinggal di daerah rawan bahaya atau dekat dengan Gunung Merapi? Mengapa ? Geh tenang mawon mbak. (Tenang saja mbak) b. Bagaimana cara anda menyesuaikan kehidupan di lereng Merapi? Geh riyene namung nderek tiang sepuh mawon mbak,carane geh nderek mawon, mpun ket alit dadose geh mpun ngalir kiambak mawon (dulu hanya mengikuti orangtua saja mbak, caranya ya ikut saja sudah dari kecil jadinya sudah mengalir sendiri) c. Apa alasan anda memilih bertempat tinggal di Dusun Sumberejo? Tumpah darah kulo mbak mriki niku, kulo nek ken pindah ken teng pundi papan mboten saget mbak mpun teng mriki mawon. (Tumpah darah saya disini, saya kalau disuruh pindah tempat saya gak bisa mbak sudah disini saja) d. Kebiasaan apa saja yang anda lakukan di dalam pekerjaan anda? Geh ngarit ngurusi salak nopo mawon mbak sak gawen-gawen, petani geh teng saben mbak, kulo nek ken teng koto mboten saget, mboten sesuai pekerjaanipun, mangkeh palah mboten saget nyambut damel
129
(Ya merumput ngurus salak apa saja pekerjaannya, petani ya di sawah mbak, saya kalau disuruh ke kota tidak bisa, tidak sesuai pekerjaannya, nanti tidak bisa bekerja) e. Dalam pekerjaan tersebut darimana anda belajar untuk melakukan pekerjaan itu? Sinau kiambak mbak nderek tiang sepuh (Belajar sendiri mbak ikut orangtua) f. Apakah hasil dari pekerjaan tersebut sudah memenuhi kebutuhan perekonomian anda? Geh alhamdulilah mbak mpun cekap nek kangge tiang alit koyo kulo geh nek saking saben niku geh mpun nyekapi kebutuhan mbak (Ya Alahamdulilah sudah cukup mbak kalau buat orang kecil seperti saya kalau hasil dari sawah sudah mencukupi kebutuhan mbak) g. Usaha apa yang anda lakukan dalam mengatasi rasa kegelisahan dengan adanya kemungkinan erupsi merapi yang sewaktu-waktu dapat terjadi ? Geh namung ngibadah e mboten kesupen nyenyuwun kalih Gusti Allah mugi-mugi diparingi slamet dunyo akhirat (Ya beribadah nya jangan lupa meminta kepada Tuhan semoga diberi keslamatan dunia akhirat) h. Bagaimana upaya anda ketika Gunung Merapi sedang dalam keadaan berbahaya? Geh seumpami situasinipun gawat ken ngungsi geh ngungsi mawon mbak 130
(Kalau seumpama situasinya gawat disuruh ngungsi ya ngungsi saja mbak) i. Adakah pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo? Enten teng Balai Desa (Ada di Balai Desa) j. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat di sini ? Sae mbak (Bagus mbak) k. Adakah kegiatan yang bersifat sosial di Dusun Sumberejo ini ? Enten mbak (Ada mbak) l. Bagaimana partsisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan tersebut ? Geh alhamdulilah mriki sae mbak (Ya Alhamdulilah disini bagus mbak) m. Bagaimana usaha anda dalam menghadapi pasca erupsi tahun 2010 ? Geh sing legowo mbak mpun nate kejadian juga, pas erupsi niko geh sagete mung sabar kaleh sabar mbak (Yang sabar saja mbak sudah pernah kejadian juga, waktu erupsi itu bisa nya ya sabar dan sabar mbak)
131
Wawancara kepada Masyarakat Dusun Sumberejo Nama
: Suharni
Pekerjaan
: Petani
a. Bagaimana perasaan anda tinggal di daerah rawan bahaya atau dekat dengan Gunung Merapi? Biasa saja mbak dan agak was-was juga b. Bagaimana cara anda menyesuaikan kehidupan di lereng Merapi? Siap setiap saat untuk mengepak berkas-berkas yang penting jika terjadi sesuatu c. Apa alasan anda memilih bertempat tinggal di Dusun Sumberejo? Ikut suami d. Kebiasaan apa saja yang anda lakukan di dalam pekerjaan anda? Merawat salak e. Dalam pekerjaan tersebut darimana anda belajar untuk melakukan pekerjaan itu? Bisa sendiri mbak ikut temen-temen disini f. Apakah hasil dari pekerjaan tersebut sudah memenuhi kebutuhan perekonomian anda? Belum sih mbak kebutuhannya banyak apalagi buat sekolah anak kalau cumin ngandelin dari sawah gak cukup. Tapi sekarang ya Alhamdulilahh sedikit-sedikit bisa tercukupi. Sekarang ini ada kerjasama ekspor salak ke Cina, pengurusnya Kelompok Tani ketuanya
132
Bapak Agus Jrakah. Kalo di sini pak Sumadi, itu giliran mbak setiap penduduk dapet jatah sendiri mbak waktu nya per RT. g. Usaha apa yang anda lakukan dalam mengatasi rasa kegelisahan dengan adanya kemungkinan erupsi merapi yang sewaktu-waktu dapat terjadi ? Mendekatkan diri kepada yang kuasa mbak, disini kan ada mujadahan setiap hari Senin dua minggu sekali juga ada sedusun tiap malam Sabtu jadi lumayan bisa menengkan hati mbak kalo pas was-was gitu. h. Bagaimana upaya anda ketika Gunung Merapi sedang dalam keadaan berbahaya? Ngungsi saja mbak i. Adakah pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo? Tidak ada mbak cuma pas Merapi Siaga itu ada buat latihan ngungsi j. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat di sini ? Baik mbak k. Adakah kegiatan yang bersifat sosial di Dusun Sumberejo ini ? Ada mbak banyak kerja bakti, gotong royong, pengajjian sholawatan arisan. Arisan pacul dan arisan rumah sangat membantu kalo pas ada gawe (pekerjaan), arisan pacul itu kita anggota arisan akan membantu mencangkul sawah atau kebun dari orang yang mendapat arisan, tanpa dibayar. Kalo arisan rumah, kita masok semen tiga sak tiap arisan sama tenaga membangun rumah atau kandang bagi yang mendapat jatah arisan. Bulan l. Bagaimana partsisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan tersebut ? Baik mbak mendukung masyrakatnya 133
m. Bagaimana usaha anda dalam menghadapi pasca erupsi tahun 2010 ? Setelah erupsi itu apa-apa kan rusak pohon salak pada rusak, bersihin pohon itu mbak biar pohonnya tumbuh lagi salaknya bisa tumbuh lagi.
Wawancara kepada Masyarakat Dusun Sumberejo Nama
: Sujiyati
Pekerjaan
: Ibu Rumah tangga/ Petani
a. Bagaimana perasaan anda tinggal di daerah rawan bahaya atau dekat dengan Gunung Merapi? Mengapa ? Seneng, ayem biar dekat Gunung Merapi geh tetep tentrem (Senang, tenang biar dekat dengan Gunung Merapi tetap tentram). Sudah biasa disini enak jauh dari polusi dari yang aneh-aneh jadi tentram b. Bagaimana cara anda menyesuaikan kehidupan di lereng Merapi? Ikut kegiatan sini mbak pkk dan lain-lain lama-lama hafal kehidupan disini. c. Apa alasan anda memilih bertempat tinggal di Dusun Sumberejo? Ikut suami mbak saya aslinya Godean tapi dapat suami disini ya ikut suami kesini. d. Kebiasaan apa saja yang anda lakukan di dalam pekerjaan anda? Ngerawat salak mbak, ya babat salak ngembangi (membuahi) salak, mupuk (memupuk) terus kalo mangsane (waktunya) panen geh panen. Biasanya bulan Desember panen raya, panen raya itu pas salak banyak-banyaknya jadi hasil panennya banyak.
134
e. Dalam pekerjaan tersebut darimana anda belajar untuk melakukan pekerjaan itu? Belajar dari suami, terus dari penyuluhan-penyuluhan dari Dinas Pertanian tentang cara ngrawat salak. Yang dapat penyuluhan itu Bapak-bapak kelompok tani mbak tapi nanti terus diajarkan ke masyarakat lain. Disini juga ada kerjasama ekspor salak kok mbak ke Cina, ada juga yang mau ke Eropa tapi yang di Eropa itu masih rencana. Lumayan kalo ada kerjasama gitu harganya lebih tinggi kisarannya seribu sampai dua ribu rupiah per kilo nya. f. Apakah hasil dari pekerjaan tersebut sudah memenuhi kebutuhan perekonomian anda? Kurang mbak jika dilihat dari biaya pendidikan anak itu belum mencukupi dari hasil salaknya tadi. g. Usaha apa yang anda lakukan dalam mengatasi rasa kegelisahan dengan adanya kemungkinan erupsi merapi yang sewaktu-waktu dapat terjadi ? Mengungsi saja mbak. h. Bagaimana upaya anda ketika Gunung Merapi sedang dalam keadaan berbahaya? Ngungsi mbak. i. Adakah pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo? Ada mbak untuk semua rakyat j. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat di sini ? Rukun, kompak, selalu kompak. k. Adakah kegiatan yang bersifat sosial di Dusun Sumberejo ini ? 135
Ada mbak banyak ya kerja bakti, gotong royong, pengajian, sholawatan juga ada. l. Bagaimana partsisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan tersebut ? Bagus mbak. m. Bagaimana usaha anda dalam menghadapi pasca erupsi tahun 2010 ? Usahanya ya nunggu sampai pulih saja mbak, apa-apanya kan rusak ya nunggu saja.
Wawancara kepada Masyarakat Dusun Sumberejo Nama
: Sukirno
Pekerjaan
: Petani
a. Bagaimana perasaan anda tinggal di daerah rawan bahaya atau dekat dengan Gunung Merapi? Mengapa ? Seneng mbak (Senang mbak) b. Bagaimana cara anda menyesuaikan kehidupan di lereng Merapi? Harus bisa mengimbangi lingkungan mbak, ya disini kan gunung ya menyesuaikan saja jadi orang Gunung itu gimana. Bekerja ya jadi petani saya kalo untuk bekerja di luar wilayah sini tidak bisa mbak c. Apa alasan anda memilih bertempat tinggal di Dusun Sumberejo? Kelahiran di sini mbak, sudah dari kecil disini d. Kebiasaan apa saja yang anda lakukan di dalam pekerjaan anda? Mencangkul, merawat tanaman salak.
136
e. Dalam pekerjaan tersebut darimana anda belajar untuk melakukan pekerjaan itu? Naluri sendiri mbak dan dari orangtua f. Apakah hasil dari pekerjaan tersebut sudah memenuhi kebutuhan perekonomian anda? Dereng (belum) mbak. g. Usaha apa yang anda lakukan dalam mengatasi rasa kegelisahan dengan adanya kemungkinan erupsi merapi yang sewaktu-waktu dapat terjadi ? Berdoa saja mbak semoga aman h. Bagaimana upaya anda ketika Gunung Merapi sedang dalam keadaan berbahaya? Berkumpul sama tetangga yang lain berjaga-jaga kalau ada apa-apa mbak i. Adakah pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo? Pendidikan mitigasi bencana ada tapi hanya untuk pak Kadus (kepala Dusun), Pak RT, Pak Rw aja bukan untuk semua warga. Itu di balai Desa j. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat di sini ? Bagus mbak k. Adakah kegiatan yang bersifat sosial di Dusun Sumberejo ini ? Ada mbak l. Bagaimana partsisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan tersebut ? Bagus mbak partisipasinya. m. Bagaimana usaha anda dalam menghadapi pasca erupsi tahun 2010
137
Dulu sehabis erupsi itu pohon salak kan rusak semua beralih pekerjaan mbak jadi penambang pasir sama batu di kali Krasak deket situ buat nyambung hidup. Wawancara dengan Kepala Dusun: 1. Apa saja pekerjaan masyarakat di Dusun Sumberejo? Pekerjaan warga kebanyakan dan hampir semua jadi petani. Tapi ada juga yang jadi polisi, TNI, dan guru. Yang pasti semua warga disini semuanya petani, bisa jadi itu kerjaan pokok ataupun sambilan. 2. Apa saja kegiatan masyarakat didalam pekerjaannya tersebut? Ya kalo yang nanem salak itu disawah ya ngembangi
salak, memupuk,
memangkas dahan-dahan yang perlu dipangkas, kalo ada buah salak yang sudah waktunya di panen ya manen salak mbak. Kalo petani yang nanem padi atau sayuran ya di sawah ngurusin tanaman itu. 3. Darimana masyarakat belajar dalam pekerjaannya tersebut? Sebagai petani masyarakat tidak membutuhkan pelajaran yang khusus, masyarakat dalam bidangnya sudah bisa sendiri tanpa perlu belajar. Masyarakat juga bisa dalam pekerjaan tersebut secara sendiri berjalan begitu saja. Selain itu masyarakat juga mengamati, melihat bagaimana orangtuanya dulu bekerja sehingga tanpa belajar cukup melihat dan membantu orangtuanya bekerja sudah bisa. Pada dasarnya pekerjaan merawat salak, padi dan lainnya kan mudah mbak. 4. Bagaimana perasaan masyarakat tinggal di daerah rawan bahaya atau dekat dengan Gunung Merapi? Mengapa ? 138
Biasa saja mbak, senang-senang saja tinggal disini tetap nyaman. Cumin kalo pas gunung ada gejala mau meletus agak panik, tapi sekarang sudah lebih mudah karena pemerintah banyak membantu. 5. Bagaimana cara masyarakat menyesuaikan kehidupan di lereng Merapi? Menyesuaikan kehidupan disini bagi masyarakat asli penduduk asli sudah dari dulu mungkin belajar dari orangtua dan masyarakat sekitar. 6. Apa alasan anda memilih bertempat tinggal di Dusun Sumberejo? Alsannya ya karena disini sudah menjadi tumpah darah dan tempat kelahiran masyarakat jadi masyarakat memilih bertempat tinggal disini mbak 7. Usaha apa yang masyarakat lakukan dalam mengatasi rasa kegelisahan dengan adanya kemungkinan erupsi merapi yang sewaktu-waktu dapat terjadi ? Setiap orang punya cara sendiri mbak mengatasi rasa kegelisahan tapi pada umumnya masyarakat ya berdoa kepada Allah 8. Bagaimana upaya masyarakat ketika Gunung Merapi sedang dalam keadaan berbahaya? Ya kalo sudah waktunya ngungsi ya ngungsi aja mbak daripada terkena bahaya 9. Adakah pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo Ada mbak di Balai Desa 10. Bagaimana kehidupan sosial di masyarakat Dusun Sumberejo?
139
Kehidupan sosial disini baik mbak warga sini semuanya saya rasa baikbaik saja kehidupan sosialnya. Masyarakat 11. Apa saja kegiatan sosial di Dusun Sumbrejo? Kegiatan sosial disini banyak, masyarakat juga memiliki partisipasi yang tinggi pada setiap kegiatan seperti gotong royong, kerja bakti, pengajian, arisan pacul dan arisan rumah. Arisan pacul itu bisa meringankan warga yang lagi punya pekerjaan di sawah yang mengharuskan dicangkul. Jadi arisan pacul ini anggotanya akan bantu macul di tempat anggota tadi. Kalo arisan rumah setorannya semen tiga sak kalo gak ya uang yang penting sama dengan harga semen tiga sak tadi, dan tenaga untuk membangun apa saja yang lagi ingin dibangun sama yang dapat arisan tadi 12. Bagaimana partisipasi masyarakat disini? Partisipasi
masyarakat
pada
setiap
kegiatan
semuanya
aktif
berpartisipasi, sebagi contoh pada saat kerja bakti masyarakat disini ikut serta semua mbak. Wawancara dengan Kepala Desa: 1. Bagaimana keadaan masyarakat khususnya Dusun Sumberejo?
Dusun Sumberejo itu terdiri dari 112 KK, dan jumlah jiwanya ada 383 jiwa dengan jumlah warga laki-laki 199 dan perempuannya 184 2. Pendidikan mitigasi bencana apakah benar hanya untuk Kepala Dusun dan di adakan di Balai Desa?
140
Memang pendidikan mitigasi bencana itu diselenggarakan di Balai Desa bekerjasama dengan BPPD dan Tim siaga bencana Desa untuk kaderkader Desa. Untuk tiap Dusun yang mengikuti pendidikan ini adalah Kepala Dusunnya, sedangkan yang untuk semua warganya itu adalah kegiatan simulasi bencana pada saat Merapi dalam keadaan bahaya
Reduksi Data, Display & Kesimpulan Wawancara Masyarakat Dusun Sumberejo dalam Penelitian Budaya Belajar pada Masyarakat Lereng Merapi
1. Apa pekerjaan anda? SH
: Petani dan Ibu rumah tangga
MR
: Petani
PN
: Petani
SY
: Petani dan Ibu rumah tangga
AM
: Petani dan Ibu rumah tangga
DR
: Petani dan Peternak
SR
: Petani dan Ibu rumah tangga
SJ
: Petani dan Ibu rumah tangga
SK
: Petani dan Peternak
Kesimpulan : dari hasil wawancara tentang apa pekerjaan masyarakat Dusun Sumberejo dapat disimpulkan bahwa hamper semua masyarakat bekerja sebagai petani. Selain sebagai petani masyarakat perempuan
141
sekaligus menjadi ibu rumah tangga dan masyarakat laki-laki mempunyai pekerjaan sambilan sebagai peternak. 2. Bagaimana perasaan anda tinggal di daerah rawan bahaya atau dekat dengan Gunung Merapi? Mengapa ? SH
: Seneng, mboten pripun-pripun mpun biasa tinggal teng mriki mbak dadose mboten pripun-pripun seneng mawon. (senang, tidak gimana-gimana sudah biasa tinggal disini mbak jadinya tidak gimana-gimana senang aja)
MR
: Tenang saja mbak tinggal disini
PN
: Pasrah mawon mbak sak umpami taseh di sukani dalan, nopo umur panjang mesti geh kaleh Gusti Allah diparingi dalan keslametan. Bencana niku enten teng pundi-pundi dados nek sampun wayahe dipundut geh enten mawon jalane gusti Allah. Dados tenang mawon teng mriki, tidak takut, santai mawon ngoten. (pasrah saja mbak kalo seumpama masih diberi jalan atau diberi umur panjang pasti Allah membeikan jalan keslamatan. Bencana itu ada dimana-mana jadi kalo sudah waktunya dipanggil oleh Tuhan pasti ada jalan. Jadi tenang saja disini, tidak takut, dan santai saja begitu).
SY
: Sudah biasa tinggal disini, kalo disini jauh dari polusi tidak seperti di kota, jauh dari keramaian dan yang aneh-aneh jadi rasanya tentram
AM
: Tenang saja mbak 142
DR
: Geh tenang mawon mbak. (Tenang saja mbak)
SR
: Biasa saja mbak dan agak was-was juga
SJ
: Seneng, ayem biar dekat Gunung Merapi geh tetep tentrem (Senang, tenang biar dekat dengan Gunung Merapi tetap tentram). Sudah biasa disini enak jauh dari polusi dari yang aneh-aneh jadi tentram
SK
: Seneng mbak (Senang mbak)
Kesimpulan : dari hasil wawancara tersebut tentang bagaimana perasaan masyarakat bertempat tinggal di daerah rawan bahaya dapat disimpulkan bahwa masyarakat merasa nyaman, tentram dan tidak ada perasaan takut tinggal di lereng Merapi. Hal tersebut dikarenakan masyarakat sudah terbiasa menghadapi keadaan Gunung Merapi. 3. Bagaimana cara anda menyesuaikan kehidupan di lereng Merapi? SH
: Kulo asli penduduk mriki mbak dadose menyesuaikan diri ne geh namung nderek tiang sepuh zaman riyen ket kulo cilek ngantos wis gadah putra. Kulo geh mung nderek rencang-rencang. Nek masalah pekerjaan niku mriki kan katah geh mbak lahan karang tiang gunung geh menyesuaikane nipun dados petani nopo buruh nopo peternak ngoten.(saya asli penduduk sini mbak jadi menyesuaikan diri hanya mengikuti orangtua zaman dulu dari saya kecil sampai sekarang saya sudah punya anak. Selain itu mengikuti teman-teman. Masalah pekerjaan itu, disini kan banyak lahan
143
karena orang gunung jadi menyesuaikan diri dalam pekerjaan dengan menjadi petani atau buruh atau peternak) MR
: Caranya ya bisa sendiri saja mbak, mengalir sendiri, dari kecil tinggal disini menyesuaikannya juga sudah dari kecil. Ikut-ikut orangtua saja gimana caranya hidup di gunung itu.
PN
: Geh nderek rencang mawon kaleh tiang sepuh riyen pripun,mpun ket alit teng mriki dadose menyesuaikan diri geh saking alit mboten pripun-pripun saget kiambak ngalir kimbak ngoten.(Ikut teman dan orangtua dulu gimana, dari kecil sudah disini jadi menyesuaikan dirinya dari kecil gak gimana-gimana bisa sendiri mengalir sendiri)
SY
: Dulu belum kayak gini mbak, kami belajar menghadapi bahaya Gunung Merapi dari orang tua. Orang tua dulu mengajarkan kalo Merapi lagi mau meletus di suruh tenang berdoa dan menyiapkan barang-barang berharga. Sejak kecil kan sudah disini jadi tahu gimana caranya menghadapi bahaya terus kalo merapi sudah meletus kami warga disini semua berhamburan lari kemana saja nyari tempat yang aman tanpa adanya pemandu yang penting menyelamatkan diri itu saja
AM
: Ikut-ikut suami, sama lihat teman-teman disini bagaimana, lamalama bisa menyesuaikan diri hidup di deket gunung toh ada suami juga disini tetangga-tetangga tenang-tenang saja jadi gampang menyesuaikan diri
144
DR
: Geh riyene namung nderek tiang sepuh mawon mbak,carane geh nderek mawon, mpun ket alit dadose geh mpun ngalir kiambak mawon (dulu hanya mengikuti orangtua saja mbak, caranya ya ikut saja sudah dari kecil jadinya sudah mengalir sendiri)
SR
: Siap setiap saat untuk mengepak berkas-berkas yang penting jika
terjadi sesuatu SJ
: Ikut kegiatan sini mbak pkk dan lain-lain lama-lama hafal
kehidupan disini. SK
: Harus bisa mengimbangi lingkungan mbak, ya disini kan gunung ya menyesuaikan saja jadi orang Gunung itu gimana. Bekerja ya jadi petani saya kalo untuk bekerja di luar wilayah sini tidak bisa mbak
Kesimpulan : dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa cara masyarakat menyesuaikan diri hidup di lereng Merapi adalah dengan mengikuti, mencontoh dan melihat bagaimana orangtua serta masyarakat sekitarnya bertindak dan berperilaku dalam kehidupan di lereng Merapi. Selain orantua dan masyarakat sekitar kegiatan di masyrakat juga berpengaruh untuk penyesuaian hidup di masyarakat. 4. Apa alasan anda memilih bertempat tinggal di Dusun Sumberejo? SH
: Mriki tempat kelahiran kulo mbak dados geh teng mriki kulo
bertempat tinggal (disini tempat kelahiran saya mbak, jadi disinilah saya bertempat tinggal) 145
MR
: Sejak kecil sudah disini mbak, saya asli kelahiran sini orangtua asli sini istri juga dapat disini.
PN
: Alasanipun kulo teng mriki geh mpun tempat kelahiran kulo tumpah darah kulo teng mriki mbak (alasannya saya disini adalah tempat kelahiran saya tumpah darah saya disini mbak)
SY
: Tempat kelahiran saya mbak
AM
: Saya disini ikut suami mbak
DR
: Tumpah darah kulo mbak mriki niku, kulo nek ken pindah ken teng pundi papan mboten saget mbak mpun teng mriki mawon.(Tumpah darah saya disini, saya kalau disuruh pindah tempat saya gak bisa mbak sudah disini saja)
SR
: Ikut suami
SJ
: Ikut suami mbak saya aslinya Godean tapi dapat suami disini ya ikut suami kesini.
SK
: Kelahiran di sini mbak, sudah dari kecil disini
Kesimpulan : dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa alasan masyarakat bertempat tinggal di lereng Merapi atau Dusun Sumberejo karena masyarakat sebagian besar merupakan penduduk asli dan Dusun Sumberejo merupakan tempat kelahiran masyarakat. Adapun sebagian masyarakat yang merupakan masyarakat pendatang, masyarakat tersebut adalah masyarakat perempuan yang ikut dengan suami yang merupakan penduduk Dusun Sumberejo. 5. Kebiasaan apa saja yang anda lakukan di dalam pekerjaan anda? 146
SH
: Teng saben geh sak gawen-gawen mbak, geh ngarit, ngembangi salak, matun salak,nek sawah sing setunggal ditanduri pari geh matun, ngrabuk ngoten mbak.(di sawah ya apa saja pekerjaannya, ngrumput, membuahi bunga salak, menyiangi pohon salak, kalo sawah yang satunya sedang ditanami padi ya menyiangi rumput liar, memupuk)
MR
: Di sawah ya biasanya macul (nyangkul), ngrawat salak, atau tanaman yang disawah kalo lagi tanam padi ya ngurus padi.
PN
: Liane ngurusi salak geh ngarit mbak, kangge tabungan niki sapine. Niki sapine mboten kagungane kiambak, kulo naming buruh gadoh mawon mbak.Selain ngurus salak ya merumput mbak, buat tabungan. Tapi ini sapinya bukan milik saya, punya orang lain, dan saya hanya gadoh (buruh) saja mbak
SY
: Ya disawah ngembangi (membuahi), ngarit (merumput) apa saja lah mbak pekerjaan di sawah dikerjain
AM
: Merawat salak,padi cabai
DR
: Geh ngarit ngurusi salak nopo mawon mbak sak gawen-gawen, petani geh teng saben mbak, kulo nek ken teng koto mboten saget, mboten sesuai pekerjaanipun, mangkeh palah mboten saget nyambut damel. (Ya merumput ngurus salak apa saja pekerjaannya, petani ya di sawah mbak, saya kalau disuruh ke kota tidak bisa, tidak sesuai pekerjaannya, nanti tidak bisa bekerja)
SR
: Merawat salak 147
SJ
: Ngerawat salak mbak, ya babat salak ngembangi (membuahi) salak, mupuk (memupuk) terus kalo mangsane (waktunya) panen geh panen. Biasanya bulan Desember panen raya, panen raya itu pas salak banyak-banyaknya jadi hasil panennya banyak.
SK
: Mencangkul, merawat tanaman salak.
Kesimpulan : dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kebiasaan yang masyarakat laukakan dalam pekerjaan adalah merawat salak. Merawat salak tersebut terdapat bagian-bagian yang diantaranya adalah membuahi bunga salak, menyiangi pohon salak, merabuk serta memanen salak. Selain merawat pohon salak masyarakat juga merawat tanaman lainnya seperti padi dan sayur-sayuran. Masyarakat juga mempunyai kebiasaan merumput atau masyarakat menyebutnya ngarit untuk hewan ternak. 6. Dalam pekerjaan tersebut darimana anda belajar untuk melakukan pekerjaan itu? SH
: Mboten enten sing ngajari mbak mpun saget kiambak(tidak ada yang mengajari mbak sudah bisa sendiri)
MR
: Kalo masalah ngerawat salak saya bisa sendiri mbak tanpa ada yang ngajarin, keterampilan itu mengalir sendiri seperti kalo ada bunga salak yang sudah mekar ya langsung saya kembangi (membuahi) itu bisa saya kerjakan tanpa ada yang ngajarin. Pada awalnya ya Cuma liat orang tua kalo pas disawah atau liat teman mengerjakan itu terus saya praktikkan sendiri 148
PN
: Sinau kiambak mbak, ndelengke tiang sepuh riyen pripun nek teng saben, riyen kulo alit mpun biasa bantu tiang sepuh teng saben, saking tiang sepuh niku kulo saget sakniki ngurus sawah. (Belajar sendiri mbak, lihat orangtua dulu gimana kalo disawah, dulu sejak saya kecil sudah biasa bantu orangtua di sawah, dari orangtua niku sekarang saya bisa mengurus sawah)
SY
: Ngarang mawon mbak, naluriah belajar sendiri (Ngarang saja mbak, naluriah belajar sendiri)
AM
: Belajar sendiri mbak sama dulu liat orangtua belajar dari orangtua
DR
: Sinau kiambak mbak nderek tiang sepuh (Belajar sendiri mbak ikut orangtua)
SR
: Bisa sendiri mbak ikut temen-temen disini
SJ
: Belajar dari suami, terus dari penyuluhan-penyuluhan dari Dinas Pertanian tentang cara ngrawat salak. Yang dapat penyuluhan itu Bapak-bapak kelompok tani mbak tapi nanti terus diajarkan ke masyarakat lain. Disini juga ada kerjasama ekspor salak kok mbak ke Cina, ada juga yang mau ke Eropa tapi yang di Eropa itu masih rencana. Lumayan kalo ada kerjasama gitu harganya lebih tinggi kisarannya seribu sampai dua ribu rupiah per kilo nya.
SK
: Naluri sendiri mbak dan dari orangtua
Kesimpulan: kesimpulan dari wawancara tentang bagaimana masyarakat belajar dengan pekerjaan mereka adalah dengan belajar sendiri atau
149
disebut otodidak, selain itu masyarakat juga belajar dari orangtua atau keluarga dan masyarakat sekitar. 7. Apakah hasil dari pekerjaan tersebut sudah memenuhi kebutuhan perekonomian anda? SH
: Alhamdulilah geh mpun cekap kangge kebutuhan mben dinten (alhamdulilah sudah bisa mencukuoi kebutuhan sehari-hari)
MR
: Sudah cukup mbak.
PN
: Sampun cekap mbak ,saking hasile salak. selain niku geh ngarit kangge tabungan, niki mboten sapi ne kiambak mbak kulo namung gadoh. Sudah cukup mbak, selain ngurus salak ya ngarit (merumput) mbak, buat tabungan. Tapi ini sapinya bukan milik saya, punya orang lain, dan saya hanya gadoh (buruh) saja mbak
SY
: Alhamdulilah mpun saget nyekapi kebutuhan bendintenipun kangge tumbas janganan lawuh mbak (Alhamdulilah sudah bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk beli sayur, lauk dan lainlainnya mbak)
AM
: Sudah cukup mbak
DR
: Geh alhamdulilah mbak mpun cekap nek kangge tiang alit koyo kulo geh nek saking saben niku geh mpun nyekapi kebutuhan mbak (Ya Alahamdulilah sudah cukup mbak kalau buat orang kecil seperti saya kalau hasil dari sawah sudah mencukupi kebutuhan mbak)
150
SR
: Belum sih mbak kebutuhannya banyak apalagi buat sekolah anak kalau cumin ngandelin dari sawah gak cukup.Tapi sekarang ya Alhamdulilahh sedikit-sedikit bisa tercukupi. Sekarang ini ada kerjasama ekspor salak ke Cina, pengurusnya Kelompok Tani ketuanya Bapak Agus Jrakah. Kalo di sini pak Sumadi, itu giliran mbak setiap penduduk dapet jatah sendiri mbak waktu nya per RT.
SJ
: Kurang mbak jika dilihat dari biaya pendidikan anak itu belum mencukupi dari hasil salaknya tadi.
SK
: Dereng (belum) mbak.
Kesimpulan : dari hasil wawancara dapat ditarik kesimpulan bahwa dari hasil pekerjaan masyarakat yaitu sebagai petani sudah dapat mencukupi kebutuhan pokok masyarakat. Namun ada beberapa masyarakat yang masih belum tercukupi kebutuhan lainnya dari hasil pertanian tersebut, kebutuhan lainnya yang dimaksud adalah biaya pendidikan anak. 8. Usaha apa yang anda lakukan dalam mengatasi rasa kegelisahan dengan adanya kemungkinan erupsi merapi yang sewaktu-waktu dapat terjadi ? SH
: Berdoa, nyuwun kaleh Gusti Allah mugi-mugi diparingi
keslametan (berdoa, meminta kepada Tuhan semoga diberikan keselamatan) MR
: Berdoa saja mbak semoga dijauhkan dari marabahaya.
PN
: Saget kiambak mbk, ket riyen kulo alit mpun biasa teng mriki ngadepi bahaya. Tiang sepuh kolu riyen geg ngajari nek enten 151
nopo-nopo mlayu ngungsi golek panggonan sing aman. Riyen ngungsi kiambak mbak evakuasi sendiri, gendong gombalan mlayu sak playu-playune. (Bisa sendiri mbak, daridulu sejak saya kecil sudah disini menghadapi bahaya. Orangtua saya mengajarkan kalo ada apa-apa lari ngungsi cari tempat yang aman. Dulu ngungsi sendiri evakuasi sendiri, gendong pakaian lari kemana saja) SY
: Siap tidak siap banyak temannya jadi ya sudah tenang saja mbak toh banyak temannya kok.
AM
: Berdoa saja mbak semoga aman, kalo terpaksanya ngungsi ya ngungsi saja ikut yang diatas
DR
: Geh namung ngibadah e mboten kesupen nyenyuwun kalih Gusti Allah mugi-mugi diparingi slamet dunyo akhirat (Ya beribadah nya jangan lupa meminta kepada Tuhan semoga diberi keslamatan dunia akhirat)
SR
: Mendekatkan diri kepada yang kuasa mbak, disini kan ada mujadahan setiap hari Senin dua minggu sekali juga ada sedusun tiap malam Sabtu jadi lumayan bisa menengkan hati mbak kalo pas was-was gitu.
SJ
: Mengungsi saja mbak.
SK
: Berdoa saja mbak semoga aman
Kesimpulan : dari hasil wawancara kesimpulannya adalah usaha masyarakat dalam mengatasi
rasa kegelisahan dengan adanya
kemungkinan erupsi merapi yang sewaktu-waktu dapat terjadi adalah 152
dengan berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu kegiatan keaagamaan yang diadakan di Dusun juga dapat meminimalisir rasa kekhawatiran masyarakat. 9. Bagaimana upaya anda ketika Gunung Merapi sedang dalam keadaan berbahaya? SH
: Siap-siap ngungsi mawon mbak nek enten perintah ken ngungsi. (siap-siap ngungsi aja mbak kalo ada perintah dari pemerintah disuruh ngungsi)
MR
: Sekarang ikut pemerintah saja mbak kalo situasinya gawat disuruh ngungsi ya ngungsi saja. Sekarang lebih enak apa-apa bisa dipantau gunung juga kita bisa tau statusnya bagaimana waspada atau siaga. Jadi kalo masih pada status aman belum disuruh ngungsi ya tenang saja melakukan aktifitas, tapi kalo status gunung meningkat paling ya siap-siap saja barang-banrang yang penting dijadikan satu, kalo ngungsi tinggal bawa.
PN
: Geh nek ndalu niku mboten saget sare mbak mpun teng dalem ndongo nyenyuwun kaleh Gusti Allah mugi-mugi mboten enten nopo-nopo, tiang kakung sami tetek teng mergi niku, mangek nek enten nopo-nopo geh teko nderek mawon kaleh rencang-rencang. Nek sakniki mpun kepenak Merapi dereng njebluk mawon mpun ken ngungsi dadose aman saking bahaya.(Kalo malam tidak bisa tidur mbak, di rumah berdoa meminta kepada Tuhan semoga tidak ada apa-apa. Para bapak berjaga-jaga di jalan nanti kalo ada 153
apa-apa ikut teman-teman. Kalo sekarang sudah enak Merapi belum meletus sudah disuruh ngungsi jadi aman dari bahaya) SY
: Kalo disuruh ngungsi ya ngungsi saja mbak.
AM
: Kalo disuruh ngungsi ya ngungsi saja mbak
DR
: Geh seumpami situasinipun gawat ken ngungsi geh ngungsi mawon mbak (Kalau seumpama situasinya gawat disuruh ngungsi ya ngungsi saja mbak)
SR
: Ngungsi saja mbak
SJ
: Ngungsi mbak.
SK
: Berkumpul sama tetangga yang lain berjaga-jaga kalau ada apa-
apa mbak Kesimpulan : dari hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya masyarakat ketika Gunung Merapi dalam bahaya adalah mengungsi. 10. Adakah pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo? SH
: Mboten enten, Balai Desa sing ngadakke mbak (tidak ada, Balai Desa yang mengadakan)
MR
: Ada tapi dibalai Desa
PN
: Riyen geh enten mbak, sakniki mpun mboten enten (Dulu ada mbak, kalo sekarang sudah tidak ada)
SY
: Ada mbak tapi dulu
AM
: Ada mbak di Balai Desa
DR
: Enten teng Balai Desa (Ada di Balai Desa) 154
SR
: Tidak ada mbak cuma pas Merapi Siaga itu ada buat latihan
ngungsi SJ
: Ada mbak untuk semua rakyat
SK
: Pendidikan mitigasi bencana ada tapi hanya untuk pak Kadus (kepala Dusun), Pak RT, Pak Rw aja bukan untuk semua warga. Itu di balai Desa
Kesimpulan: kesimpulan dari hasil wawancara tetang adanya pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo tersebut memang ada namun tidak untuk semua masyarakat melainkan untuk aparat dan tokoh masyarakat di Dusun Sumberejo, dan kegiatan pendidikan tersebut dilakukan di Balai Desa Kaliurang. 11. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat di sini ? SH
: Sae mbak mriki kehidupane sosial kaleh masyarakat mriki, mboten pripun-pripun sami guyup rukun.(baik mbak, disini kehidupan sosial dengan masyarakat disini tidak gimmana-gimana semua guyup rukun)
MR : Bagus mbak semua masyarakatnya hidup dengan rukun PN
: Teng mriki sekeco mbak, gotong royonge bagus. Teng mriki geh enten arisan pacul kaleh arisan omah mbak. (Disini bagus mbak, gotong royongnya bagus. Disini juga ada arisan pacul dan arisan rumah mbak)
SY
: Bagus mbak disini
AM : Bagus mbak disini 155
DR : Sae mbak (Bagus mbak) SR
: Baik mbak
SJ
: Rukun, kompak, selalu kompak.
SK
: Bagus mbak
Kesimpulan: dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kehidupan sosial di Dusun Sumberejo berjalan dengan baik. 12. Adakah kegiatan yang bersifat sosial di Dusun Sumberejo ini ? SH
: enten mbak mriki katah kegiatan enten mujadahan, sholawatan,
arisan (ada mbak disini banyak kegiatan ada mujadahan, sholawatan, dan arisan) MR : Kegiatan disini banyak ada kerja bakti, pengajian arisan macul, arisan rumah PN
: Katah mbak teng mriki kerja bakti, selasa bersih, arisan,
pengajian sholawatan (Banyak mbak disini ada kerja bakti, selasa bersih, arisan, pengajian sholawatan) SY
: Ada pengajian ada kerja bakti, bersih-bersih arisan
AM : Ada mbak, ada pengajian, sholawatan, arisan kerja bakti bersihbersih DR
: Enten mbak (Ada mbak)
SR
: Ada mbak banyak kerja bakti, gotong royong, pengajjian sholawatan arisan. Arisan pacul dan arisan rumah sangat membantu 156
kalo pas ada gawe (pekerjaan), arisan pacul itu kita anggota arisan akan membantu mencangkul sawah atau kebun dari orang yang mendapat arisan, tanpa dibayar. Kalo arisan rumah, kita masok semen tiga sak tiap arisan sama tenaga membangun rumah atau kandang bagi yang mendapat jatah arisan. Bulan SJ
: Ada mbak banyak ya kerja bakti, gotong royong, pengajian, sholawatan juga ada.
SK
: Ada mbak
Kesimpulan : kegiatan yang bersifat sosial di Dusun Sumberejo diantaranya kerja bakti, gotong royong, pengajjian sholawatan, arisan, arisan rumah, dan arisan pacul. 13. Bagaimana partsisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan tersebut ? SH
: Partisipasi warga teng mriki alhamdulilah gampang mbak, sebagian sing mboten nderek kegiatan mangkeh geh ujung-ujunge nderek, tiang sing mboten sami nderek kegiatan biasane dijarke mawon nopo-nopo geh urip teng deso ki bebarengan arep urip dewe sue-sue mboten gadah tonggo. (partisipasi warga disini alhamdulilah gampang mbak, sebagian yang tidak ikut kegiatan nanti juga ujung-ujungnya ikut. Orang yang tidak ikut kegiatan biasanya dibiarkan saja ada apa-apa hidup di Desa itu kebersamaan, mau hidup sendiri lama-lama nanti tidak punya tetangga)
MR : Partisipasi masyarakatnya bagus
157
PN
: Sae mbak teng mriki masyarakate partisipasine, meh sedoyo nek enten kegiatan nunopo mawon nderek (Bagus mbak disini masyarakatnya partisipasinya, hamper semua kalo ada kegiatan apa saja mengikuti)
SY
: Partisipasinya bagus mbak
AM : Bagus mbak rame-rame mengikuti kegiatan DR : Geh alhamdulilah mriki sae mbak (Ya Alhamdulilah disini bagus mbak) SR
: Baik mbak mendukung masyrakatnya
SJ
: Bagus mbak.
SK
: Bagus mbak partisipasinya.
Kesimpulan : partisipasi masyarakat terhadap kegiatan di Dusun Sumberejo berjalan dengan baik, masyarakat mengikuti setiap kegiatan dan berpartisipasi dengan baik. 14. Bagaimana usaha anda dalam menghadapi pasca erupsi tahun 2010 ? SH
: Nenggo mawon mbak nganti awu ne resik, terus niku pohon salak nipun di babati. (Nunggu saja mbak sampai abunya bersih, terus pohon salaknya dibersihkan)
MR : Kalo disini yang bapak-bapak seperti saya dulu nambang pasir mbak, dan babat salak biar salaknya bisa tumbuh lagi. Nunggu pulih itu yaa dua tahun lebih, selama itu kerja apa saja yang penting bisa dapat uang buat kebutuhan sehari-hari.
158
PN
: Geh sabar mawon mbak, niko bar erupsi niko sedoyo wit salak kulo ambruk mbak, dadose geh wangsul saking ngungsi niku mboten gadah nopo-nopo tapi geh Alhamdulillah jenenge rejeki geh mbak enten mawon. Bantuan saking pemerintah geh katah Alhamdulillah saget mbantu. Reiyen geh babati salak niko ben resik saget tukul maleh salaknipun. Nenggo kaleh tahunan mbak gek saget opek maleh (Ya sabar saja mbak, itu habis erupsi semua pohon salak tumbang mbak, jadi pulang ngungsi tidak punya apa-apa tapi Alhamdulillah namanya rejeki ada saja. Bantuan dari pemerintah banyak Alhamdulillah bisa bantu. Dulu ya membersihkan pohon salak yang tumbang biar bisa tumbuh lagi salaknya. Nunggu dua tahunan baru bisa mendapatkan hasilnya.
SY
: Dulu ya habis ngungsi itu bersih-bersih rumah, sawah yang kena abu
AM : Dulu pas erupsi ya sedih mbak apa-apa rusak sawah ambruk kabeh (roboh semua) jadi ya mulai dari nol lagi babati pohon salak nunggu sampai tumbuh lagi gitu DR : Geh sing legowo mbak mpun nate kejadian juga, pas erupsi niko geh sagete mung sabar kaleh sabar mbak (Yang sabar saja mbak sudah pernah kejadian juga, waktu erupsi itu bisa nya ya sabar dan sabar mbak)
159
SR
: Setelah erupsi itu apa-apa kan rusak pohon salak pada rusak, bersihin pohon itu mbak biar pohonnya tumbuh lagi salaknya bisa tumbuh lagi
SJ
: Usahanya ya nunggu sampai pulih saja mbak, apa-apanya kan rusak ya nunggu saja.
SK
: Dulu sehabis erupsi itu pohon salak kan rusak semua beralih pekerjaan mbak jadi penambang pasir sama batu di kali Krasak deket situ buat nyambung hidup.
Kesimpulan : usaha masyarakat setelah pasca erupsi tahun 2010 dari wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat berusaha untuk menstabilkan kehidupan mereka dengan beralih profesi yang mulanya sebagai petani salak dikarenakan pohon salak rusak masyarakat beralih pekerjaan sebagai penambang batu dan pasir di sungai. Selain itu masyarakat juga berusaha memulihkan perekonomian mereka dengan membersihkan serta memangkas pohon salak agar dapat tumbuh kembali.
160
DISPLAY DATA PENELITIAN BUDAYA BELAJAR PADA MASYARAKAT LERENG MERAPI Gambar 3. Display Data Syarat Kebutuhan Hidup (Syarat Dasar Alamiah, Syarat Kejiwaan, dan Syarat Dasar Sosial)
Syarat Dasar Alamiah
Syarat Kejiwaan
Masyarakat Dusun Sumberejo memenui kebutuhan syarat dasar alamiah dari hasil bertani. Masyarakat bekerja sebagai petani salak dan petani padi ataupun sayuran. Dengan hasil tersebut kebutuhan syarat dasar almiah masyarakat sudah
Syarat kejiwaan yaitu perasaan tentram jauh dari kegelisahan dan kekhawatiran masyarakat didapatkan dari adanya kebiasaan hidup di lereng Merapi yang menyebabkan masyarakat mengetahui gejala alam yang ada dan
Pembelajaran dari orangtua ke anak, otodidak, dan belajar dari masyarakat
Kebiasaan, pengalaman sejak kecil dari orangtua.
Budaya Belajar pada 161 Masyarakat
Syarat Dasar Sosial
Syarat dasar sosial masyarakat sudah terpenuhi. Hal tersebut dengan adanya interkasi sosial antar masyarakat yang baik serta partisipasi masyarakat pada setiap kegiatan Dusun yang baik
Orangtua/ keluarga, masyarakat sekitar dan kegiatan sosial masyarakat
KEABSAHAN DATA A. Aspek Syarat Dasar Alamiah Pertanyaan wawancara: 1. Apa pekerjaan anda? 2. Kebiasaan apa saja yang anda lakukan di dalam pekerjaan anda? 3. Dalam pekerjaan tersebut darimana anda belajar untuk melakukan pekerjaan itu? 4. Apakah hasil dari pekerjaan tersebut sudah memenuhi kebutuhan perekonomian anda? No 1.
Kesimpulan Hasil Wawancara
Hasil Observasi (Catatan Lapangan)
Hasil Hasil wawancara dengan Dokumentasi Kadus &Kades
Kesimpulan
Dari hasil wawancara
Hasil observasi lapangan
Pekerjaan warga
Pekerjaan
tentang apa pekerjaan
pada hari Kamis, 16 April
kebanyakan dan hampir
masyarakat
masyarakat Dusun
2015 peneliti mendapatkan
semua jadi petani. Tapi
Dusun
Sumberejo dapat
data tentang aktifitas
ada juga yang jadi polisi,
Sumberejo
disimpulkan bahwa hampir
masyarakat sehari-hari.
TNI, dan guru. Yang pasti
adalah sebagi
semua masyarakat bekerja
Aktifitas tersebut
semua warga disini 162
sebagai petani. Selain
disimpulkan bahwa
semuanya petani, bisa jadi
sebagai petani masyarakat
diantaranya kegiatan dalam
itu kerjaan pokok ataupun
perempuan sekaligus
pertanian, peternakan
sambilan.
menjadi ibu rumah tangga
hingga pada kegiatan-
dan masyarakat laki-laki
kegiatan masyarakat
mempunyai pekerjaan
lainnya.
petani.
sambilan sebagai peternak. 2.
Dari hasil wawancara
Pada saat peneliti
Ya kalo yang nanem salak
Kebiasaan
tersebut dapat disimpulkan
mengamati Dusun
itu disawah ya ngembangi
masyarakat
bahwa kebiasaan yang
Sumberejo dan sekitarnya
salak, memupuk,
dalam
masyarakat laukakan dalam
peneliti melihat aktivitas
memangkas dahan-dahan
pekerjaannya
pekerjaan adalah merawat
masyarakat setempat yang
yang perlu dipangkas,
adalah merawat
salak. Merawat salak
sedang bekerja di sawah
kalo ada buah salak yang
tanaman yaitu
tersebut terdapat bagian-
yaitu sedang memanen
sudah waktunya di panen
salak dan
bagian yang diantaranya
padi. Adapula masyarakat
ya manen salak mbak.
tanaman lainya
adalah membuahi bunga
yang sedang membuahi
Kalo petani yang nanem
seperti padi dan
salak, menyiangi pohon
bunga salak atau
padi atau sayuran ya di
sayuran. Dalam
163
salak, merabuk serta
masyarakat menyebutnya
sawah ngurusin tanaman
merawat poohon
memanen salak. Selain
ngembangi salak. beberapa
itu.
salak tersebut
merawat pohon salak
masyarakat jga nampak
ada beberapa
masyarakat juga merawat
sedang membersihkan
kegiatan yang
tanaman lainnya seperti padi
dahan salak atau matun.
diantaranya
dan sayur-sayuran.
Nampak seorang ibu-ibu
adalah
Masyarakat juga mempunyai yang sedang membersihkan
memupuk,
kebiasaan merumput atau
memangkas
salak yang hendak dijual.
masyarakat menyebutnya
dahan salak
ngarit untuk hewan ternak.
yang sudah tua, membuahi bunga salak, dan ,memanen salak,
3.
kesimpulan dari wawancara
Sebagai petani masyarakat Masyarakat
tentang bagaimana
tidak membutuhkan
belajar dalam
masyarakat belajar dengan
pelajaran yang khusus,
hal
pekerjaan mereka adalah
masyarakat dalam
pekerjaannya
164
dengan belajar sendiri atau
bidangnya sudah bisa
disebut otodidak, selain itu
sendiri tanpa perlu belajar. belajar sendiri
masyarakat juga belajar dari
Masyarakat juga bisa
atau otodidak.
orangtua atau keluarga dan
dalam pekerjaan tersebut
Masyarakat juga
masyarakat sekitar.
secara sendiri berjalan
belajar dari
begitu saja. Selain itu
orangtua.
masyarakat juga mengamati, melihat bagaimana orangtuanya dulu bekerja sehingga tanpa belajar cukup melihat dan membantu orangtuanya bekerja sudah bisa. Pada dasarnya pekerjaan merawat salak, padi dan lainnya kan mudah mbak. 165
dengan cara
B. Aspek Syarat Dasar Kejiwaan Pertanyaan wawancara: 1.
Bagaimana perasaan anda tinggal di daerah rawan bahaya atau dekat dengan Gunung Merapi? Mengapa ?
2.
Bagaimana cara anda menyesuaikan kehidupan di lereng Merapi?
3.
Apa alasan anda memilih bertempat tinggal di Dusun Sumberejo?
4.
Usaha apa yang anda lakukan dalam mengatasi rasa kegelisahan dengan adanya kemungkinan erupsi merapi yang sewaktuwaktu dapat terjadi ?
5.
Bagaimana upaya anda ketika Gunung Merapi sedang dalam keadaan berbahaya?
6.
Adakah pendidikan mitigasi bencana di Dusun Sumberejo?
166
No
Kesimpulan Hasil Wawancara
Hasil Observasi (Catatan Lapangan)
1.
2.
Hasil Dokumentasi
Hasil wawancara dengan Kadus &Kades
Dari hasil wawancara tersebut
Dalam penelitian ini syarat
Masyarakat disini
tentang bagaimana perasaan
kejiwaan terkait dengan
biasa saja mbak,
masyarakat bertempat tinggal
ketentraman dan
senang-senang saja
di daerah rawan bahaya dapat
kenyamanan masyarakat
tinggal disini tetap
disimpulkan bahwa masyarakat tinggal di daerah rawan
nyaman. Cumin
merasa nyaman, tentram dan
kalo pas gunung
bahaya, berdasarkan
tidak ada perasaan takut tinggal observasi yang peneliti
ada gejala mau
di lereng Merapi. Hal tersebut
lakukan terlihat masyarakat
meletus agak
dikarenakan masyarakat sudah
tetap merasa nyaman dan
panik, tapi
terbiasa menghadapi keadaan
aman tinggal di lereng
sekarang sudah
Gunung Merapi.
Merapi. Pada waktu
lebih mudah karena
penelitian cuaca sedang
pemerintah banyak
hujan, bagi masyarakat yang
membantu.
Dari hasil wawancara tersebut
tidak terbiasa tinggal di
Menyesuaikan
dapat disimpulkan bahwa cara
lereng Merapi ada rasa takut
kehidupan disini
167
Kesimpulan
Masyarakat tetap merasa nyaman, tentram meskipun bertempat tinggal di lereng Merapi yang merupakan daerah rawan bahaya.
Cara masyarakat
masyarakat menyesuaikan diri
adanya kemungkinan bahaya
bagi masyarakat
hidup di lereng Merapi adalah
yang ditimbulkan dari hujan
asli penduduk asli
dengan mengikuti, mencontoh
yang deras tersebut, yaitu
sudah dari dulu
dan melihat bagaimana
banjir lahar dingin.
mungkin belajar
orangtua serta masyarakat
dari orangtua dan
sekitarnya bertindak dan
masyarakat sekitar.
menyesuaikan diri adalah dengan belajar dari orangtua, keluarga dan masyarakat
berperilaku dalam kehidupan sekitar.
di lereng Merapi. Selain orantua dan masyarakat sekitar kegiatan di masyrakat juga berpengaruh untuk penyesuaian hidup di masyarakat. 6.
Dari hasil wawancara dapat
Alsannya ya karena Alasan masyarakat
disimpulkan bahwa alasan
disini sudah
masyarakat bertempat tinggal
menjadi tumpah
di lereng Merapi atau Dusun
darah dan tempat 168
bertempat tinggal di lereng Merapi
Sumberejo karena masyarakat
kelahiran
sebagian besar merupakan
masyarakat jadi
penduduk asli dan Dusun
masyarakat
Sumberejo merupakan tempat
memilih bertempat
kelahiran masyarakat. Adapun
tinggal disini mbak
sebagian masyarakat yang
adalah tempat tersebut merupakan tanah kelahiran, selain itu karena perkawinan.
merupakan masyarakat pendatang, masyarakat tersebut adalah masyarakat perempuan yang ikut dengan suami yang merupakan penduduk Dusun Sumberejo. 4.
Dari hasil wawancara
Setiap orang punya
kesimpulannya adalah usaha
cara sendiri mbak
masyarakat dalam mengatasi
mengatasi rasa
rasa kegelisahan dengan
kegelisahan tapi
adanya kemungkinan erupsi
pada umumnya 169
Untuk mengatasi rasa kegelisahan masyarakat Dusun Sumberejo berdoa
merapi yang sewaktu-waktu
masyarakat ya
dapat terjadi adalah dengan
berdoa kepada
berdoa dan mendekatkan diri
Allah
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu kegiatan keaagamaan yang diadakan di Dusun juga dapat meminimalisir rasa kekhawatiran masyarakat.
5.
6.
Upaya masyarakat
Dari hasil wawancara tersebut
Ya kalo sudah
dapat ditarik kesimpulan
waktunya ngungsi
bahwa upaya masyarakat
ya ngungsi aja
ketika Gunung Merapi dalam
mbak daripada
bahaya adalah mengungsi.
terkena bahaya
adalah mengungsi
kesimpulan dari hasil
Memang
Pendidikan
wawancara tetang adanya
pendidikan mitigasi 170
ketika dalam keadaan bahaya
pendidikan mitigasi bencana di
bencana itu
Dusun Sumberejo tersebut
diselenggarakan di
memang ada namun tidak
Balai Desa
untuk semua masyarakat
bekerjasama
melainkan untuk aparat dan
dengan BPPD dan
tokoh masyarakat di Dusun
Tim siaga bencana
Sumberejo, dan kegiatan
Desa untuk kader-
pendidikan tersebut dilakukan
kader Desa. Untuk
di Balai Desa Kaliurang.
tiap Dusun yang mengikuti pendidikan ini adalah Kepala Dusunnya, sedangkan yang untuk semua warganya itu adalah kegiatan 171
mitigasi bencana dilakukan di tingkat pemerintah Desa yang dilaksanakan di Balai Desa Kaliurang
simulasi bencana pada saat Merapi dalam keadaan bahaya
C. Aspek Syarat Dasar Sosial Pertanyaan Wawancara: 1. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat di sini ? 2. Adakah kegiatan yang bersifat sosial di Dusun Sumberejo ini ? 3. Bagaimana partsisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan tersebut ?
172
No
1.
Kesimpulan Hasil Wawancara
Hasil wawancara dengan Kadus &Kades Kehidupan sosial
Kehidupan
dapat disimpulkan bahwa lapangan berlangsung
disini baik mbak
masyarakat sudah
kehidupan sosial di
peneliti mengamati
warga sini
baik dilihat dari
Dusun Sumberejo
bagaimana kehidupan
semuanya saya
interaksi
berjalan dengan baik.
masyarakat sehari-hari.
rasa baik-baik saja
masyarakat dengan
Hubungan antar masyarakat
kehidupan
masyarakat
sangat harmonis,
sosialnya.
lainnya
masyarakat satu dengan
Masyarakat juga
masyarakat lainnya saling
sadar pentingnya
beramah tamah selayaknya
bersosialisasi
warga yang hidup di
dengan masyarakat
pedesaan yang masih kental
sekitar sehingga
dengan norma-norma
nampak kehidupan
kehidupan di dalamnya. Hal
sosial disini
ini terlihat ketika salah satu
berjalan dengan
Dari hasil wawancara
Hasil Observasi (Catatan Lapangan) Pada saat observasi
173
Hasil Dokumentasi
Kesimpulan
sosial
warga pulang dari sawah, di
baik.
depan rumah ada beberapa warga sedang duduk-duduk, mereka saling menyapa dan bercanda. Terlihat sekali kedekatan dan keharmonisan antar masyarakat.
2.
Kegiatan yang bersifat
Kegiatan sosial
sosial di Dusun
disini banyak,
Sumberejo diantaranya
masyarakat juga
kerja bakti, gotong
memiliki
royong, pengajjian
partisipasi yang
sholawatan, arisan,
tinggi pada setiap
arisan rumah, dan arisan
kegiatan seperti
pacul
gotong royong, 174
Kegiatan sosial di masyarakat sudah ada diantaranya gotong royong, kerja bakti, pengajian, arisan pacul dan arisan rumah. Kegiatan tersebut berjalan dengan baik di Dusun Sumberejo
kerja bakti, pengajian, arisan pacul dan arisan rumah. Arisan pacul itu bisa meringankan warga yang lagi punya pekerjaan di sawah yang mengharuskan dicangkul. Jadi arisan pacul ini anggotanya akan bantu macul di tempat anggota tadi. Kalo arisan rumah setorannya 175
semen tiga sak kalo gak ya uang yang penting sama dengan harga semen tiga sak tadi, dan tenaga untuk membangun apa saja yang lagi ingin dibangun sama yang dapat arisan tadi
3.
Partisipasi masyarakat
Partisipasi
terhadap kegiatan di
masyarakat pada
Dusun Sumberejo
setiap kegiatan
berjalan dengan baik,
semuanya aktif
masyarakat mengikuti
berpartisipasi, 176
Partisipasi masyarakat terhadap kegiatan masyarakat sudah baik
setiap kegiatan dan
sebagai contoh
berpartisipasi dengan
pada saat kerja
baik.
bakti masyarakat disini ikut serta semua mbak.
177