KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PP & PL
BTKL PP KELAS II AMBON
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2015
Jl. Dewi Sartika, Karang Panjang Ambon Telp. (0911) 311377 Fax. (0911) 311377 E-mail :
[email protected] A M B O N 97122
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas II Ambon dapat menerbitkan Laporan Tahunan Tahun 2015. Laporan ini merupakan wujud pertanggung jawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BTKL PP
kelas
II
Ambon,
sebagaimana
yang
termuat
dalam
Permenkes
RI
Nomor2416/MENKES/PER/XII/2011 tentang petunjuk peleksanaan penetapan kinerja dan pelaporan akuntabilitas kinerja sebagai bentuk pertanggung jawaban pelaksanaan program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun 2015 dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan pada Rencana Aksi Program tahun 2015 – 2019 serta sebagai umpan balik untuk perbaikan dalam perencanaan tahun berikutnya. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi penyempurnaan LaporanTahunan BTKL PP Kelas II Ambon di tahun-tahun mendatang. Ambon, Maret 2016 Kepala BalaiBTKL PP Ambon
Nuryanto, SKM., MARS NIP 196307061987031008
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ..................................................................................................................
ii
Daftar Isi ............................................................................................................................
iii
Daftar Tabel...............................................................................................................
iv
Daftar Grafik.........................................................................................................................
v
Daftar Gambar .....................................................................................................................
vi
BAB I. Analisa Situasi Awal Tahun A. Hambatan tahun lalu..............................................................................................
2
B. Kelembagaan.........................................................................................................
3
C. Sumber daya..........................................................................................................
7
BAB II. Tujuan dan SasaranKerja A. Dasar hukum..........................................................................................................
19
B. Tujuan, sasaran dan indikator................................................................................
20
BAB III. Strategi Pelaksanaan A. Strategi pencapaian tujuan dan sasaran................................................................
23
B. Hambatan dalam pelaksanaan strategi..................................................................
24
A. Terobosan yang dilakukan.....................................................................................
24
BAB IV. Hasil Kerja
A. Pencapaian tujuan dan sasaran .............................................................................
27
B. Akuntabilitas kinerja ................................................................................................
59
BAB V. Penutup .................................................................................................................
63
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel .1
Distribusi SDM/ketenagaan BTKL PP Ambon berdasarkan bidang tugas Pokok dan fungsi....................................................................................... 4
Tabel.2 Jumlah Pejabat dan Staf Berdasarkan Golongan dan Jabatan Pegawai BTKL-PP AMBON................................................................................. Tabel.3
6
Produk Administrasi Kepegawaian Yang Dikelola Melalui SILK Untuk Kenaikan Pangkat, Pemindahan, Tugas Belajar Atau Ijin Tahun 20142015………………………………………………………...................... 10
Tabel .4
Distribusi SDM BTKL-PP AMBON Berdasarkan Pelatihan Tahun 2015........................................................................................................... 10
Tabel .5
Daftar Barang Bergerak dan Barang Tidak Bergerak Tahun 2015............................................................................................................ 13
Tabel .6
Daftar Realisasi Anggaran dan Pendapatan Tahun 2015 .……………… 14
Tabel .7
Realisasi PNBP Tahun 2015…………. ………………….. …………..... 15
Tabel .8
Realisasi Anggaran BTKL-PP AMBON Tahun 2015…………………... 16
Tabel .9
Indikator dan Target Pencapaian Sasaran Program Kegiatan BTKL-PP Ambon Tahun 2015…………………………………………. 21
Tabel .10
Program Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan BTKL-PP Kelas II Ambon, Seksi SE dan ADKL……………………… 28
Tabel .11
Hubungan Faktor Resiko Lingkungan Fisik Rumah Serta Perilaku Responden Dengan Kejadian Malaria ……………………………………………..
32
Tabel .12
Akses Air Minum Layak Di 8 Kabupaten / Kota……………………..
43
Tabel .13
Daftar Realisasi Program Kerja Seksi PTL Tahun 2015……………..
50
Tabel .14
Daftar Penilaian Kegiatan Seksi PTL Tahun 2015…………………..
53
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik .1
Komposisi Pegawai BTKL-PP AMBON Berdasarkan Jenis Kelamin … 9
Grafik .2
Jumlah Pegawai BTKL-PP Ambon Berdasarkan Golongan Ruang Gaji............................................................................................................. 5
Grafik .3
Produk Administrasi Kepegawaian Yang Dikelola Melalui SILK Untuk Kenaikan Pangkat, Pemindahan, Tugas Belajar Atau Ijin………… ........ 10
Garfik .4
Jumlah Sediaan Darah (Malaria) yang diperiksa Tahun 2015…………... 33
Grafik .5
Jumlah Responden Positif Malaria Berdasarkan Plasmodium.. ............... 34
Grafik .6
Jumlah Sampel Darah Jari Mikrofilaria… . ……………………………. 35
Grafik .7
Jumlah Responden TB Berdasarkan Kabupaten………………………… 36
Grafik .8
Gambar Tempolral Kejadian DBD di Kota Sorong..……………………. 36
Grafik .9
Kejadian DBD di Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2015..……………. 37
Grafik .10
Jumlah Responden Kajian DM Per Kabupaten.…………………………. 38
Grafik .11
Gambaran Kasus Malaria Tahun 2012-2014 Program Kerja BTKL-PP Kelas II Ambon . ………………………………………………………. 35
Grafik .12
Presentase Kualitas Air Bersih Berdasarkan Parameter…………………. 44
Grafik .13
Jumlah Sampel Kualitas Air Minum Berdasarkan Parameter...…………. 44
Grafik .14
Jumlah Sampel Limbah Cair Berdasarkan Parameter………...…………. 45
Grafik .15
Jumlah Sampel Udara Ambient Berdasarkan Parameter……...…………. 45
Grafik .16
Jumlah Sampel Udara Ruang Per Parameter……………….....…………. 46
Grafik .17
Jumlah Sampel Air Laut Per Parameter…………………….....…………. 46
Grafik .18
Jumlah Sampel Air Badan Air Per Parameter..…………….....…………. 47
Grafik .19
Realisasi Jumlah Rumah Sakit Yang Diberiksa Tahun 2015.....…………. 47
Grafik .20
Realisasi Jumlah Hotel Dirincikan Per Kabupaten………….....………….48
Grafik .21
Presentase Hotel Memenuhi Syarat dan Tidak Memenuhi Syarat..……….
Grafik .22
Jumlah Pasar Yang Di Periksa……………………………….....…………. 49
48
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar .1
Peta Pemeriksaan Sediaan Darah Malaria di Provinsi Maluku Tahun 2015…
30
Gambar .2
Peta Pemeriksaan Sediaan Darah Malaria di Provinsi Papua Tahun 2015…..
31
Gambar .3
Peta Pemeriksaan Sediaan Darah Malaria di Provinsi Papua Barat Tahun 2015 31
BAB I ANALISA SITUASI AWAL TAHUN Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Ambon merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan yang berada dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) secara adminiatrsi operasional kegiatan dibina dan bertanggung jawab kepada Ditjen PP dan PLyang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : Permenkes RI No. 2349/Menkes/Per/XI/2011 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis di bidang teknik kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit. Secara fungsional BTKL PP Kelas II ambon diarahkan untuk dapat menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit. Secara operasional berada dalam seksi surveilans epidemiologi dan analisa dampak kesehatan lingkungan dengan strategi penyelidikan epidemiologi – kajian faktor resiko – Analisa Dampak kesehatan lingkungan.Penyelidikan risiko
epidemiologi
diadakan
untuk
meningkatkan
kemampuan pencegahan,pengendalian dan penanganan faktor risiko terutama berkenaan dengan kajian faktor resiko kejadian penyakit seperti perilaku, kebiasaan serta lingkungantempat tinggal. Analisa dampak kesehatan lingkungan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan teknis pengamatan kualitas lingkungan terutama berkenaan dengan pengawasan–pemeriksaan– pengukuran faktor risiko penyakit seperti kualitas Air Minum/Bersih,udara,limbah dan sarana sanitasi. Seksi pengembangan teknologi dan laboratorium diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dalam pengembangan teknologi tepat guna dan uji petik kualitas lingkungan dengan cara pemeriksaan sampel air minum, air bersih, air badan air, air limbah, planton benthos, makanan dan lain-lain secara kimia fisika padat cair (KFPC), biologi klinik, dan fisika kimia gas udara (FKGU).Sub. Bagian tata usaha
diarahkan untuk meningkatkan pelayanan administrasi
operasional perkantoran . Laporan tahunan BTKL PP Kelas II Ambon memuat tentang gambaran pencapaian kegiatan lingkup surveilans epidemiologi dan analisis dampak kesehatan lingkungan, pengembangan teknologi laboratorium dan ketatausahaan selama tahun 2015.
A. Hambatan Tahun Lalu Pelaksanaan program/kegiatan pada tahun 2015 Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas II Ambon, semuanya berjalan dengan baik, walaupundalam pelaksanaan program/kegiatan tahun 2015 menemui berbagai hambatan dan kendala.Adapun hambatan-hambatan yang dihadapi tahun 2015 sebagai berikut : Masih Kurangnya sumber daya tenaga kesehatan Masih terdapat perbedaan data antara Provinsi dan Kota/Kabupaten Desa/Dusun – Puskesmas Biaya transportasi, Penginapan dan lama waktu dalam rangka pelaksanaan kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat masih kurang dan tidak sesuai dengan kondisi rill lapangan, karena kondisi lapangan yang berubah (jarak tempuh antara kota/kabupaten dan tempat yang di tuju sangat jauh), Kota/kabupaten/desa baru terjangkau dan pengaruh cuaca, iklim dan letak geografis, Belum terlaksananya kegiatan kajian/desiminasi dan informasi, penyehatan air bersih/air minum,kewaspadaan dini KLB dll di semua kabupaten dalam wilayah regional Provinsi Maluku, Papua dan Papua Barat. Masih terdapat kesulitan menemui penduduk desa/kelurahan karena berbagai alasan. Masih terdapat kegiatan yang tidak terlaksana Masih kurangnya ketersediaan peralatan, khususnya peralatan lapangan (peralatan tanggap darurat) untuk kejadian luar biasa dan bencana, serta peralatan laboratorium yang belum lengkap. Kondisi geografis yang menyebabkan belum semua wilayah kerja BTKL PP Ambon dapat dijangkau untuk pelaksanaan program. Adanya 4 kegiatan yang tidak terlaksana Jejaring kerja secara de facto sudah dilaksanakan namun secara yuridis formal belum semuanya di bakukan dalam bentuk kesepakatan bersama Pada tataran pelaksanaan kegiatan masih ditemukan kesulitan koordinasi karna masih adanya perbedaan persepsi, kedudukan tugas fungsi pengambilan keputusan tingkat pimpinan dalam wilayah administrasi Pemerintah. Frekwensi pertemuan tim jejaring surveilans dan ADKL belum maksimal di tingkat pembagian program.
Geografis wilayah Papua, Papua Barat dengan tingkat kesulitan cukup tinggi berpengaruh pada waktu penyelesaian kegiatan dilapangan dan oleh petugas yang secara tidak langsung berdampak pada realisasi cakupan kegiatan Dari 21 kabupaten/kota di provinsi Papua 11 Kabupaten/Kota belum dapat dilaksanakan kegiatan Akurasi data program dengan Data (Primer) masih perlu di konkritkan agar lebih sempurna Kecepatan dan ketepatan Gerak petugas dilapangan masih perlu dibenahi system kerjanya
Terhadap masalah-masalah yang dihadapi tersebut diatas, BTKL PP Ambon melakukan tindak lanjut sebagai berikut : Penguatan Surveilans Epidemiologi SKD – KLB tingkat Provinsi/Kota/Kabupaten Memberikan umpan balik laporan tertulis hasil kajian faktor risiko, kepada Kepala Dinas Provinsi dan Kota/Kabupaten untuk perbaikan capaian dan pelaporan Melakukan validasi data Melakukan pengambilan dan pemeriksaan laboratorium untuk sampel air (air minum, air minum dalam kemasan, air minum isi ulang, air bersih, air badan air, limbah cair, makanan,udara ambient, udara ruang, planton bentos,dll. Khusus untuk operasional kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat biaya transportasi dan penginapan perlu di kaji standart biaya khusus terhadap lamanya waktu kegiatan yang dipengaruhi oleh kondisi topografi, iklim/cuaca dan kendala transportasi sehingga bertambahnya jumlah hari kegiatan mengakibatkan pengeluaran melebihi pagu anggaran perjalanan dinas yang ditetapkan Melakukan pertemuan terpadu evaluasi program bidang BTKL PP Ambon dengan Dinas Provinsi, Kota/Kabupaten serta instansi pemerintah daerah maupun swasta dalam wilayah regional. Melakukan kegiatan lintas program dan lintas sektor dalam rangka membangun kemitraan dan pertukaran informasi untuk mendukung kegiatan. Mengikut sertakan para pegawai guna pengambangan sumber daya tenaga kesehatan dengan mengikuti kegiatan pelatihan/magang Perlunya penambahan jumlah sumber daya tenaga kesehatan
Perlunya penambahan peralatan lapangan (peralatan tanggap darurat) untuk kejadian luar biasa dan bencana serta peralatan laboratorium untuk menunjang kinerja petugas laboratorium Penguatan Surveilans Epidemiologi SKD – KLB tingkat Provinsi/Kota/Kabupaten Memberikan umpan balik laporan tertulis hasil kajian faktor risiko, kepada Kepala Dinas Provinsi dan Kab/Kota untuk perbaikan capaian dan pelaporan Melakukan validasi data Khusus untuk operasional kegiatan di Kabupaten Provinsi Papua dan Papua Barat biaya transportasi dan penginapan perlu di kaji standart biaya khusus terhadap lamanya waktu kegiatan yang dipengaruhi oleh kondisi topografi, iklim/cuaca dan kendala transportasi sehingga bertambahnya jumlah hari kegiatan mengakibatkan pengeluaran melebihi pagu anggaran perjalanan dinas yang ditetapkan Melakukan pertemuan terpadu evaluasi program bidang BTKL PP Ambon dengan Dinas Provinsi, Kab/Kota serta instansi pemerintah daerah maupun swasta dalam wilayah regional. B. Kelembagaan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas II Ambon merupakan Unit Pelaksanaan Teknik (UPT) di bidang teknis kesehatan lingkungan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor RI No. 2349/Menkes/Per/XI/2011.BTKL PP Ambon mempunyai tugas melaksanakan surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi,pendidikan
dan
pelatihan,pengembangan
model
dan
teknologi
tepat
guna,kewaspadaan dini dan penanggulangan Kejadian luar Biasa (KLB) dibidang pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra.
STRUKTUR ORGANISASI Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 2349 / MENKES / PER/ XI/ 2011 tanggal 22 November 2011. Struktur organisasi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas II Ambon adalah sebagai berikut :
Ka BTKL-PPM Ambon Nuryanto, SKM,MARS
Ka.Sub.bag Tata Usaha Semuel.Noija.S.Sos
Seksi Surveilans Epidemiologi dan ADKL
Seksi Pengembangan Teknologi & Laboratorium
Frederik Adriaansz, SKM
Chrestian Tanihatu, AMKL
INSTALASI
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
1. Visi Visi merupakan cara pandang jauh kedepan dimana kantor Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit akan di arahkan dan apa yang akan dicapai oleh organisasi ini dalam melaksanakan tugas dan kewenangan di bidang kesehatan lingkungan serta mengantisipasi tantangan kedepan untuk menuju kondisi yang diinginkan. Adapun Visi Kantor Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit adalah ― Menjadi sentra pengendalian penyakit dan faktor risiko. “
2. Misi Misi merupakan suatu yang harus dilaksanakan oleh instansi pemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan, maka BTKL PP kelas II Ambon memiliki Misi‖
Mewujudkan pelayanan kesehatan prima yang dapat menjangkau seluruh masyarakat‖, dengan : a. Mengendalikan faktor risiko dan pengendalian penyakit b. Mendorong tumbuhnya kemandirian masyarakat yang berwawasan kesehatan c. Menggalang Jejaring dan Kemitraan d. Mengembangkan teknologi dan penerapan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan e. Menyediakan informasi kesehatan lingkungan f. Meningkatkan sarana dan prasarana penunjang lapangan g. Meningkatkan profesionalisme SDM kesehatan lingkungan h. Meningkatkan pelayanan kesehatan lingkungan yang merata, bermutu dan terjangkau. Guna mewujudkan visi dan misi tersebut, akan dilakukan pula 9 (Sembilan) agenda prioritas Kabinet Kerja yang dikenal dengan NAWA CITA yaitu : 1. Menghadirkan kembali Negara untuk melingungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara 2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan 4. Menolak Negara lemah dengan melakukan reformasi system dengan penegakan hokum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia 6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar internasional 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sktor-sktor strategis ekonomi domestic 8. Melakukan revolusi karakter bangsa 9. Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi social Indonesia. Dalam melaksanakan tugasnya BTKL-PPAmbon menyelenggarakan yang meliputi : a. Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi b. Pelaksanaan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)
fungsi
teknis
c. Pelaksanaan Laboratorium Rujukan d. Pelaksanaan Pengembangan Model dan Teknologi Tepat Guna e. Pelaksanaan Uji Kendali Mutu dan kalibrasi f. Pelaksanaan penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB,Wabah dan bencana g. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan h. Pelaksanaan Kajian Pengembagan Teknologi Pemberantasan Penyakit Menular, Kesehatan lingkungan dan Kesehatan Matra i. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan BTKL-PPAmbon C. Sumber Daya Sumber
daya
yang
dimiliki
oleh
Balai
Teknik
Keserhatan
Lingkungan
dan
PengendalianPenyakit Kelas II Ambon mencakup : 1. Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia / keadaan pegawai BTKL-PPAmbon pada tahun 2015 sebanyak 56orang ( tenaga administrasi 13 orang dan tenaga teknik 33 orang), tenaga honorer 10 orang yang terbagi dalam bidang tugas pokok dan fungsi sebagai berikut : Tabel .1. Distribusi SDM/Ketenagaan BTKL PP Ambon Berdasarkan Bidang Tugas Pokok Dan Fungsi 1
Pejabat Struktural :
4 orang
Struktural eselon III
1 orang
Sturktural eselon IV
3 orang
2
Staf Bagian Tata Usaha
13 orang
3
Staf Seksi SE dan ADKL
12 orang
4
Staf Seksi PTL :
21 orang
a. Pejabat fungsional pranata laboratorium
9 orang
kesehatan
5
b. Pejabat fungsional umum
13 orang
Tenaga Honorer :
15 orang
Tenaga honorer satpam
6 orang
Tenaga Sopir
2 orang
Tenaga honorer pramu bakti
4 orang
Tenaga honorer pramu laboratorium
3 orang
Jumlah
65 Orang
Sumber : Laporan tahunan unit kepegawaian tahun 2015
Selanjutnya komposisi pegawai yang menduduki jabatan struktural, jabatan fungsional tertentu (JFT) dan jabatan fungsional umum (JFU) yang ada di lingkup BTKL-PP Ambon sebagai berikut : a) Struktural Eselon III
: 1 orang
b) Struktural Eselon IV
: 3 orang
c) Jabatan fungsional tertentu : 8 orang d) Jabatan fungsional umum : 36 orang Komposisi pegawai yang menduduki JFT Pranata Laboratorium Kesehatan (8orang) dan pejabat Struktural (4 orang) dan sisanya (36 orang) staf/jabatan fungsional umum. Tabel.2. Jumlah Pejabat Dan Staf Berdasarkan Golongan Dan Jabatan Pegawai BTKL-PP Ambon NO
GOLONGAN/RUANG
JUMLAH
KETERANGAN
1
IV/a
1
Struktural Eselon III
2
III/d
3
Struktural Eselon IV
3
III/c
6
JFT dan JFU
4
III/b
8
JFT dan JFU
5
III/a
19
JFT dan JFU
6
II/d
6
JFT dan JFU
7
II/c
5
JFT dan JFU
JUMLAH
48
Adapun komposisi pegawai berdasarkan jenis kelamin dan golongan sebagaimana terlihat pada grafik.Grafik. 1. Komposisi Pegawai BTKL PP-Ambon Berdasarkan Jenis Kelamin
Wanita Pria
56,3 %
43,7 %
Berdasarkan grafik tersebut diatas, dari jumlah 48 orang pegawai BTKL-PP Ambon terdiri atas 21 orang atau 43,7% yang berjenis kelamin wanita dan 27 orang atau 56,3% yang berjenis kelamin pria. Adapun jumlah pegawai berdasarkan golongan ruang gaji sebagaimana terlihat pada grafik. Grafik.2. Jumlah Pegawai BTKL-PP Ambon Berdasarkan Golongan Ruang Gaji Gol. IV Gol. III Gol. II
2% 23% 75%
Berdasarkan grafik tersebut diatas, dari jumlah 48 orang pegawai BTKL-PP Ambon golongan yang terbanyak adalah golongan III sebanyak 36 orang, diikuti golongan
II
sebanyak 11 orang dan golongan IV sebanyak 1 orang. Sebagai gambaran jumlah produk pengelolaan administrasi kepegawaian yang dapat diselesaikan dan dikelola melalui SILK berikut ini : Grafik 3Rekap Jumlah Pegawai BTKL-PP Ambon Berdasarkan Bagian
Subag Tata Usaha Seksi SE & ADKL Seksi PTL
14 21 13
Tabel.3. Produk Administrasi Kepegawaian Yang Dikelola Melalui SILK Untuk Kenaikan Pangkat, Pemindahan,Tugas Belajar Atau Ijin Tahun 2014-2015 No
Kegiatan
2014
2015
1
Kenaikan Pangkat
4
4
2
Pemindahan
-
1
3
Tugas Belajar
1
1
4
Ijin Belajar
-
4
5
Pensiun
-
1
5
11
Total
Dalam rangka meningkatkan kemampuan SDM yang ada di BTKL PP Ambon maka pada tahun 2015beberapa staf mengikuti Pelatihan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi BTKL PP Ambon yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
No
Tabel.4. Distribusi SDM BTKL PP Ambon Berdasarkan Pelatihan Tahun 2015 Kegiatan Jumlah SDM Yang Dibina
1
Jaminan Mutu Data Hasil Pengujian
1 Orang
2
Dklat Uji Profisiensi dan Pengolahan Data Hasil Uji Profisiensi Validasi Metode Analisis Mikrobiologi
1 Orang
Pelatihan Mengoptimalkan Manfaat Kaji Ulang Manajemen Untuk Kepentingan
2 Orang
3 4
2 Orang
5
6 7 8 9 10 11 12
13 14
Laboratorium Mengoptimalkan Sasaran Mutu Sebagai Sarana Peningkatan Sistem Manajemen Yang Efektif Kontrol Sampel dan Kontrol Chart Validasi Metoda dan Pengolahan data Hasil Validasi Metoda Pelatihan Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Parameter Limbah Insdutri Pelatihan Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Parameter Emisi gas Buang Pemahaman dan Penerapan SNI ISO/IEC 17025:2008 Pada Pengelolaan Lab Teknik Pengambilan Sampel Air, Udara dan Tanah Magang Peningkatan Kapasitas Petugas Lab dalam Pengamanan Kualitas Air Bersih/Minum dan Limbah Magang Peningkatan Kualitas SDM di Bidang Pengembangan TTG Pelatihan biosafety, biosecurity dan
2 Orang
2 Orang 2 Orang 1 Orang 2 Orang 2 Orang 3 Orang 4 Orang
3 Orang 1 orang
pemeriksan penyakit EID dengan metode PCR di Jakarta 15
Pelatihan
mikroskopis
filariasis
dan
1 orang
kesehatan
1 orang
kecacingan tahun 2015 di Jakarta 16
Pertemuan
lokakarya
lingkungan dan munas HAKLI ke IV di Jakarta 17
Kegiatan penguatan jejaring kerja SE
1 orang
berbasis laboratorium penyakit DBD di Kab.Sidoarjo Provinsi Jawa Timur 18
Workshop Petugas Pegelola DBD
1 orang
19
Simposium Arbovirosis
1 orang
20
Sosialisasi Sofware Pengendalian Vektor
1 orang
21
Pelatihan Teknis Penyehatan Air
1 orang
22
Peningkatan Kapasitas Tim Gerak Cepat
1 orang
Penanggulangan KLB
23
Pelatihan
Transmission
Assessment
1 orang
Survey (TAS) 24
Workshop Petugas Entomologi
25
Diklat Jabatan Fungsional Entomologi
2 orang
Kesehatan Ahli 26
Diklat Akutansi pemerintahan berbasis akrual
dan
aplikasi
system
1 orang
akutansi
berbasis akrual (SAIBA) T.A.2015 di Ambon 27
Pertemuan rangka
peningkatan pengadaan
SDM
dalam
barang/jasa
1 orang
di
lingkungan pemerintahan dan LPSE di lingkungan Kemenkes RI di Bogor 28
Rapat
koordinasi
paripurna
dan
1 orang
pencanangan komitmen anti korupsi di Jakarta. 29
penyusunan dan reviu laporan keuangan
1 orang
TA 2014 di Jakarta 30
pertemuan
penyusunan
pelaksanaan
1 orang
kegiatan BBTKL PP di Surabaya tahun 2015. 31
penyusunan RAK B/BTKL PP tahun 2015
1 orang
– 2019 di Jakarta 32
penyusunan pelaksanaan kegiatan BBTKL
1 orang
PP di Surabaya tahun 2015. 33
kegiatan penyusunan RAK B/BTKL PP
1 orang
tahun 2015 – 2019 di Jakarta. 34
penyusunan formasi PNS Kemenkes RI
1 orang
tahun 2015 gelombang I di Bandung 35
nasional
evaluasi
dan
perencanaan
1 orang
program PP&PL tahun 2015 di Bekasi 2. Sarana dan prasarana Kondisi sarana dan prasarana BTKL PP Ambon mencakup barang bergerak dan barang tidak bergerak pada akhir tahun 2015 adalah sebagai berikut : Tabel. 5. Daftar Barang Bergerak & Barang Tidak Bergerak Tahun 2015 No
Barang Bergerak Jenis Jumlah
Barang Tidak Bergerak Jenis
Jumlah
1
Kendaraan R-4
4 unit
Bangunan gedung kantor
3 unit
2
Kendaraan R-2
12 Unit
Bangunan gedung laboratorium parmanen
1 unit
3
Peralatan Mesin
1.602 unit Bangunan gedung instalasi lainnya (IPAL)
1 unit
4
Aset Lainnya
5 unit
800 M2
Tanah
Barang bergerak total 1567 unit. Jumlah Barang tidak bergerak sampai tahun 2015 sebanyak 16 unit. Kendaraan roda 4 untuk operasional kantor sebanyak 2 unit(terjadi penambahan satu unit kendaraan R- 4 di tahun 2014 untuk operasional surveilans penyehatan air dari SubDit. Penyehatan Air Direktorat Penyehatan Lingkungan) dan kendaraan struktural sebanyak 2 unit Tanah milik BTKL PP Ambon yang berlokasi di jalan kopertis desa Soya kecamatan Sirimau, telah ditempati ditahun 2015 guna pelaksanaan kegiatan operasional perkantoran dan laboratorium, dengan luas tanah 8000 M2 dan sudah di bangun 2 (dua) bangunan yaitu : Gedung laboratorium kimia biologi berlantai 3 dengan luasan 1,170 M2 dan gedung laboratorium kimia gas berlantai 2 (dua) dengan luasan 440 M2. Ditahun 2015 ada penambahan satu gedung instalasi lainnya (IPAL) dengan luasan 100 M2. Gedung BTKL PP Ambon berlantai dua. Luas gedung dan halaman 700 m2 antara lain luas gedung 375 m2 dan luas halamannya 325 m2, sudah tidak ditempati lagi dan tanah ini milik Dinas Kesehatan Provinsi Maluku. Sarana Listrik , Air dan Telepon o Daya listrik di BTKL PP Ambon sebesar, 6500 KWH
o Alat komunikasi telepon ada 1 unit yang juga digunakan sebagai jaringan facsimile serta jaringan internet, Server kesehatan. o Jaringan air untuk sementara masih memenuhi kebutuhan operasional Tabel.6. Daftar Realisasi Anggaran dan Pendapatan Tahun 2015
URAIAN
TA 2015 ANGGARAN REALISASI
% thd Anngg
PENDAPATAN PNBP Jumlah Pendapatan
106,757,000
227,862,537
213.44
106,757,000
227,862,537
213.44
BELANJA Belanja Operasional Belanja Pegawai
2,229,605,000
2,215,834,832
99.38
Belanja Barang Jumlah Belanja Operasional
5,380,641,000
4,708,395,977
87.51
7,610,246,000
6,924,230,809
90.99
Belanja Modal Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Gedung dan Bangunan
3,543,519,000
3,504,328,925
98.89
685,297,200
94.49
Jumlah Belanja Modal
4,268,812,000
4,189,626,125
98.15
11,879,058,000
11,113,856,934
93.56
JUMLAH BELANJA
725,293,000
3. Realisasi Anggaran Realisasi Belanja Negara pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 11.113.856.934 atau mencapai 93,56 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp. 11.879.058.000 (Alokasi Anggaran sebelum revisi sebesar Rp. 12.810.374.000).
Realisasi Pendapatan Negara pada TA 2015 adalah berupa Pendapatan Negara Bukan Pajak sebesar Rp. 227.862.537 atau mencapai 213,44 persen dari estimasi pendapatan – LRA sebesar Rp. 106.757.000. Laporan Realisasi Anggaran untuk Periode Berakhir 31 Desember 2015 Selama periode berjalan BTKL PP Ambon telah mengadakan revisi DIPA dari DIPA awal (perubahan pada jenis belanja barang dan belanja modal). Hal ini disebabkan oleh adanya program penghematan belanja perjalanan dinas dan adanya perubahan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan situasi serta kondisi pada saat pelaksanaan. Realisasi belanja TA 2015 mengalami kenaikan sebesar 10.45 persen dari tahun 2014 disebabkan adanya kenaikan pangkat, KGB, tunjangan istri/anak, tunjangan fungsional/tunjangan umum, pembayaran kenaikan gaji pokok baru tahun 2015 sesuai keputusan Presiden. Realisasi belanja barang periode Desember 2015 mengalami kenaikan sebesar 18.79 persen dari realisasi barang tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya belanja barang operasional, persediaan dan belanja perjalanan dinas. Realisasi belanja modal Peralatan dan Mesin periode Desember 2015 mengalami kenaikan sebesar 100 persen bila dibandingkan dengan realisasi belanja modal tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh penambahan gedung baru yang diikuti dengan penambahan peralatan dan mesin sebagai fasilitas gedung. Realisasi belanja modal gedung dan bangunan periode Desember 2015 mengalami penurunan sebesar 39.44 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Disebabkan menunggu revisi DIPA yang belum terealisasi. Realisasi pendapatan jasa TA 2015 mengalami kenaikan sebesar 5.07 persen dibandingkan tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pelayanan (jasa) pemeriksaan sampel air, udara dan makanan. Jumlah PNBP per bulan di tahun 2015 dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Tabel.7. Realisasi PNBP Tahun 2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Jumlah (Rp) 24,679,000 12,968,000 18,373,000 18,900,000 25,767,000 9,881,000 17,257,000 18,060,000
9 10 11 12
September Oktober November Desember Jumlah
13,006,000 28,782,000 9,496,750 134,496,400 331.666.150
Tabel diatas menunjukkan bahwa capaian pendapatan (PNBP) untuk bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2015 sebesar Rp. 227.862.537 atau mencapai 213,44% dan telah melebihi estimasi pendapatan sebesar Rp. 106.757.000.
Hal ini disebabkan karena
meningkatnya jumlah penerimaan sampel oleh kerjasama dari pelanggan baik dari Dinas Kesehatan Provinsi, Kota, Kabupaten dan instansi pemerintah lainnya maupun swasta. Jumlah pendapatan yang terbanyak di bulan Desember sebanyak Rp. 134,496,400 dan yang terkecil di bulan November sebanyakRp. 9,496,750.
Uraian
Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Anggaran (Rp)
Realisasi (Rp)
11,810,058,000 11,113,856,934
% Realisasi Anggaran
93.56
Lingkungan Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program PP dan PL
4.602.608.000
4.455.040.379
Dokumen perencanaan dan anggaran
174.970.000
124.355.700
71.36
Laporan keuangan
164.425.000
141.213.000
85.88
96.83
Laporan asset Negara (BMN) Layanan administrasi kepegawaian Jumlah SDM yang dibina Kegiatan kehumasan,protocol dan pemberitaan Akuntabilitas kinerja pemerintah Alat kesehatan Layanan Perkantoran Perangkat pengolah data dan komunikasi Peralatan dan fasilitas perkantoran Gedung dan bangunan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pembinaan Survailans, imunisasi, karantina dan kesehatan matra Investigasi dan penanggulangan KLB Provinsi yang melakukan pengautan kewaspadaan dini KLB Penyakit Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Kajian dan monitoring factor risiko sumber penular dan efektivitas intervensi DBD Kajian dan monitoring factor risiko sumber penular dab efektivitas intervensi malaria Jumlah lokasi survey penilaian mikrofilaria Pelaksanaan kegiatan surveilans/pengendalian vector Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kajian factor risiko kejadian TB Pengendalian Penyakit Tidak Menular Penduduk usia >15 th yang melakukan pemeriksaan gula darah Penyehatan Lingkungan Bahan kesehatan penyehatan lingkungan Alat kesehatan penyehatan lingkungan Kajian ADKL/ARKL Peta kualitas air minum TTG peningkatan kualitas sarana air minum Peta kualitas lingkungan pemukiman Peta kuaitas TTU RS yang melaksanakan pengelolaan limbah medis PNBP Dukungan manajemen dan pelaksanaan
26.850.000 53.700.000 451.790.000 34.550.000 4.000.000 1.005.630.000 3.146.115.000 148.500.000 582.700.000 725.293.000 503,900,000 5.234.346.000
23.436.700 46.159.300 405.172.400 0 1.925.000 1.022.170.000 3.043.217.254 148.380.925 578.145.000 685.297.200 474,273,550 4.801.109.255
87.29 86.18 89.93 0 48.13 98.69 96.78 119.075 99.22 94.49 94.12 92.22
28.776.000 260.832.000
21.615.000 249.952.600
75.11 95.96
59.026.000
43.600.750
74.22
597.871.000 247.422.000 264.758.000
533.660.850 221.911.800 210.675.300
90.84 89.72 79.72
130.300.000
125.834.800
99.50
200.000.000
181.832.900
95.86
907.961.000 1.571.470.000 81.545.000 496.947.000 33.500.000 98.496.000 90.954.000 164.488.000 98.100.000
892.432.455 1.515.373.400 68.375.000 438.541.400 33.200.000 74.380.250 87.582.000 102.220.750 93.275.200
98.29 96.43 85.57 88.31 99.10 75.69 96.29 62.14 97.06
17.900.000
15.340.200
85.70
tugas teknis lainnya pada program PP dan PL Akuntabilitas kinerja pemerintah Pelayanan kesehatan masyarakat 78.200.000 Pengendalian penyakit bersumber binatang Kajian dan monitoring factor risiko sumber penular dan efektivitas malaria (Belanja modal peralatan dan mesin)
77.935.000
Tabel.8. Realisasi Anggaran BTKL PP Ambon Tahuh 2015 Sumber : Data Laporan SAI BTKL PP Ambon Tahun 2015
99.66
BAB II TUJUAN DAN SASARAN KERJA A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah penyakit menular 2. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 Tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular 4. Kepmenkes No. 266/MENKES/SK/2004 Tentang Kriteria Unit Pelaksana Teknis Dibidang Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pemberantasan Penyakit Menular. 5. Kepmenkes 1251/Menkes/SK/VIII/2006 tentang Susunan dan Uraian Jabatan B/BTKL PPM 6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1460/MENKES/SK/X/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Kesehatan yang kemudian diperbaharui dengan peraturan Menteri Kesehatan RI no. 988/MENKES/PER/IX/2006 tentang petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan Departemen Kesehatan. 7. Kepmenkes Nomor 589/Menkes/SK/V/2007 tentang Tata Hubungan Kerja B/BTKL PP 8. Kep.Men LH No.5 Thn 2000 Tentang Laboratorium Lingkungan 9. Peraturan menteri Permberdayaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Pelaksana Teknis Kementerian dan Lembaga Pemerintah dan Non Pemerintah 10. PermenPAN dan RB No. 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan 12. Permenkes RI No. 2349/Menkes/Per/XI/2011 tentang organisasi dan tata kerja unit pelaksana teknis di bidang teknik kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit. 13. Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan 14. DIPA Satker BTKL PP Ambon Tahun Anggaran 2015
B. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR a. TUJUAN Terselenggaranya pengujian laboratorium dan pemantauan lingkungan sebagai faktor risiko penyakit potensiao wabah, penyakit menular/tidak menular prioritas untuk mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. b. SASARAN Sasaran Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan adalah menurunnya penyakit menular, penyakit tidak menular, dan peningkatan kualitas lingkungan Sasaran strategis BTKL PP Ambon dalam Rencana Aksi Kegiatan merupakan sasaran strategis dalam Renstra yang disesuaikan dengan Tupoksi adalah meningkatkan pengendalian penyakit yang ditandai dengan : a. Persentase Kab/Kota yang memenuhi kualitas kesehatan lingkungan sebesar 40% b. Kab/Kota
yang
mampu
melaksanakan
kesiapsiagaan
dalam
penanggulangan
kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah sebesar 100% c. Menurunnya prevalensi merokok pada usia ≤ 18 tahun sebesar 5,4% d. Meningkatnya surveilans berbasis laboratorium sebesar 50%. Sasaran Strategis meningkatkan kinerja masing-masing seksi adalah sebagai berikut : A. Meningkatkan kinerja Seksi Surveilans Epidemiologi dan ADKL A.1. Sasaran Strategis Surveilans Epidemiologi a) Terlaksananya kegiatan Surveilans Epidemiologi dan Desiminasi Informasi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak menular b) Terlaksananya kajian factor risiko dan perilaku terhadap penyakit menular dan tidak menular A.2. Sasaran Strategis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan a) Terlaksananya kajian kualitas lingkungan dan pengawasan sanitasi b) Terlaksananya kajian kualitas air c) Terlaksananya kajian identifikasi dan pengendalian vektor B. Sasaran StrategisPengembangan Teknologi Labolatorium a)
Terlaksananya kemampuan uji laboratorium penyakit potensial wabah, penyakit menular/penyakit tidak menular
b)
Terlaksananya kemampuan uji kendali mutu dan kalibrasi
c)
Terlaksananya jenis rancang bangun model dan TTG
C. Meningkatnya dukungan administrasi dan manajemen dengan : 1) Meningkatnya tenaga fungsional : a) Tenaga fungsional sanitarian b) Tenaga fungsional pranata laboratorium c) Tenaga fungsional epidemiolog kes d) Seluruh tenaga administrasi memiliki jabatan fungsional angka kredit/non angka kredit yang relevan dengan bidang tugasnya. 2) Terpenuhinya peralatan esensial dan sarana penunjang operasional 3) Meningkatnya kemampuan penyelenggaraan pelatihan teknis bidang PP & PL
c. INDIKATOR Yang merupakan indikator/ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Ambon untuk tahunanggaran 2015 adalah sebagai berikut : Tabel.9. Indikator dan Target Pencapaian Sasaran Program Kegiatan BTKL PP Ambon Tahun 2015 Sasaran Meningkatnya kemampuan pelaksanaan surveilans epidemiologi,kesehatan matra & penanggulangan KLB Menurunya Angka kesakitan dasn kematian serta risiko kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular
Indikator SDM survailans yang ditingkatkan 1. perannya Kajian bidang surveilans dan respon 2. KLB 3. Provinsi yang melakukan penguatan 4. Kewaspadaan dini KLB penyakit
1. Monitoring FR sumber penular dan efektivitas intervensi8 DBD 2. Monitoring FR sumber penular dan efektivitas intervensi malaria Jumlah lokasi survai penilaian 3. mikrifilaria
Target
4. Pelaksanaan kegiatan surveilans/ pengendalian vector Kajian FR kejadian TB, ISPA dan 5. Infeksi saluran pencernaan 6. Survailans FR penyakit Kusta kajian penyaklit Diabetes dan 7. penyakit akibat gangguan kecelakaan Meningkatnya jejaring kerja FR 8. penyakit menular dan tidak menular Peningkatan Laboratorium
Terlaksananya dukungan manajemen, administrasi, sarana prasarana untuk pelaksaan tugas teknis Lainnya
1. Uji sampel laboratorium Pemenuhan kebutuhan bahan & 2. media Reagen Peralatan laboratorium yang 3. memadai Terlaksananya dukungan 1. manajemen & Adminiatrsi 2. Meningkatnya sarana dan prasarana Pendukung
BAB III STRATEGI PELAKSANAAN A. Strategi Pencapaian Tujuan dan Sasaran Strategi Dalam rangka mencapai tujuan program/kegiatan oleh BTKL PP Ambon, terdapat beberapa strategi pencapain tujuan dan sasaran antara lain : 1.
Mengoptimalkan Surveilans Epidemiologi Penerapan sistem surveilans Epidemiologi yang efektif akan sangat bermanfaat dalam melaksanakan sistem Kewaspadaan Dini dan Upaya Penanggulangan FR penyakit menular/penyakit tidak menular maupun yang berpotensi wabah
2.
Mengoptimalkan ADKL Penerapan system Analisa Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL) yang sistimatis, terukur akan sangat bermanfaat dalam menganalisa dampak lingkungan terhadap kesehatan masyarakat dengan menetralisir tingkat kerugian akibat dampak. Fokus perhatian adalah tenaga yang trampil dengan denga fasilitas yang memadai untuk tindakan kajian, pemantauan, pengukuran parameter kualitas lingkungan sesuai Standar Baku Mutu
3.
Mengoptimalkan Fungsi Laboratorium Penerapan pola kerja cepat dan tepat sangat bermanfaat dalam menyajikan hasil uji laboratorium untuk ditindak lanjuti sesuai program di lapangan. Fokus perhatian adalah pranata laboratorium yang terampil dengan fasilitas memadai, ruang kerja cukup dan Sertifikasi Akreditasi Laboratorium Penguji.
4.
Memperbaiki Manajenem Program Manajamenen program merupakan alat dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Fokus perhatian adalah Keputusan dan Penyusunan Rencana secara tersistematis, berkelanjutan dengan skala priotitas jabgfka pendek, menengah dan panjang. Monitoring danEvaluasi terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) setiap kegiatan secara tertulis untuk dijadikan acuan sekaligus mutu pelayanan dapat ditingkatkan.
5.
Melengkapi Sarana Prasarana Keberhasilan program perlu ditunjang dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Fokus perhatian adalah pembangunan sarana fisik (kantor) termasuk laboratorium dan kendaraan operasional Roda 2 dan Roda 4 sesuai standar beserta pengandaan fasilitas kerja baru yang memadai sesuai tupoksi.
6.
Peningkatan Kulaitas SDM Perencanaan kebutuhan dan penempatan tenaga yang tepat, diikuti dengan kesempatan mengikuti studi lanjut atau diklat bersertifikasi bagi tenaga fungsional.
B. Hambatan Dalam Pelaksanaan Strategi Dalam pelaksanaan strategi ada beberapa hambatan yang dihadapi antara lain : 1. Kondisi cuaca/alam, letak geografis serta transportasi perjalanan. Sebagian besar wilayah Indonesia Timur dengan topografi dan geografi yang terdiri atas pegunungan dan lautan terkadang menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan,sehingga ada beberapa daerah yang menjadi wilayah kerja BTKL PP Ambon tidak dapat dijangkau dimana hal ini mengakibatkan adanya perubahan-perubahan jadwal kegiatan. 2. Mengingat wilayah kerja BTKL PP Ambon yang meliputi 3 (tiga) provinsi yaitu Maluku,Papua Dan Papua barat, dimana ada beberapa kegiatan yang seharusnya dilaksananakan pada beberapa daerah tersebut namun karena transportasi yang tidak menentu mengakibatkan wilayah tersebut belum dapat kami jangkau. C. Terobosan Yang Dilakukan Terobosan yang dilakukan oleh BTKL PP Ambon adalah sebagai berikut : 1. Melaksanakan Kajian,Desiminasi Informasi Dan Kemitraan Membangun komunikasi dengan berbagai lintas sektor yang ada baik itu di pemerintah setempat maupun dengan pihak swasta serta intitusi pendidikan yang ada di 3 (tiga) Provinsi yang menjadi wilayah kerja BTKL PP Ambon. Jumlah kegiatan desinfo dilakukan 19 kali di tahun 2015 hal ini dilakukan dalam rangka kewaspadaan dini, antisipasi maupun kesiapsiagaan menghadapi suatu kasus atau peristiwa penyakit menular maupun pencemaran lingkungan berdasarkan hasil suatu analisis surveilans epidemiologi faktor risiko maupun hasil analisis surveilans berbasis laboratorium.
Pada tahun 2015 seksi PTL melakukan kerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta dalam rangka pengujian sampel udara, air dan makanan yaitu : a. Pengujian dan Pengambilan Sampel Air Sungai, Air Laut dan Udara Ambien di Provinsi Maluku bekerjasama dengan Bapedalda Provinsi Maluku. b. Pengujian dan Pengambilan Sampel Air Sungai, Limbah Cair, Udara dan Kebisingan di lingkungan Bandara Patimura bekerjasama dengan Angkasapura Ambon. c. Pengujian dan Pengambilan Sampel Air Sungai, Limbah Cair, Udara dan Kebisingan di lingkungan Bandara Frans Kaisiepo bekerjasama dengan Angkasapura Biak. d. Pengujian dan Pengambilan Sampe Air Sungai, Air Bersih, Bentos Plangkton, dan Udara Ambien di beberapa ruas jalan di provinsi Maluku (Buru, Kepulauan Aru, Maluku Barat Daya, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Timur) bekerja sama dengan pihak swasta melalui program BPJN IX Ambon. e. Pengujian dan Pengambilan Sampe Air Sungai, Air Bersih, Bentos Plangkton, dan Udara Ambien di beberapa ruas jalan di provinsi Papua (Biak, Kepulauan Yapen dan Timika) bekerja sama dengan pihak swasta melalui program BPJN X Jayapura. f. Pengujian dan Pengambilan Sampe Air Sungai, Air Bersih, Bentos Plangkton, dan Udara Ambien di kawasan bandara di provinsi Papua (Bandara Timika, Pengunungan Bintang, Merauke, Wamena, Nabire, Numfor, dan Paniai) bekerja sama dengan pihak swasta melalui program Kementerian Perhubungan. g. Pengujian dan Pengambilan Sampe Air Bersih, Air Laut, dan Udara Ambien di kawasan Packing Plant Semen Gresik sorong bekerja sama dengan pihak swasta melalui program PT Semen Gresik. h. Pengujian sampel Air Minum dan Air Bersih dari dinas kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerja BTKL PP Ambon (Dinkes Kabupaten Buru, Kabupaten Maluku Tengah, Kota Tual, Kepulauan Aru, Maluku Tenggara Barat, Buru Selatan, Kota Ambon, Sorong Selatan, Fak-Fak, dan Kaimana)
1. Laboratorium BTKL PP Ambon telah terakreditasi
Melalui rapat Komite Akreditasi Nasional (KAN) tgl 13 Desember 2012, KAN memutuskan untuk memberikan akreditasi kepada BTKL PP Ambon sebagai Laboratorium Penguji dengan nomor akreditasi LP-672-IDN berlaku hingga 12 Desember 2016.Dengan ruang lingkup yang rekomendasikan antara lain : Pengujian Kimia untuk air minum, air bersih jenis pengujian yang diukur Seng (Zn), Besi (Fe), Tembaga (Cu), Nitrit (No2+2),Klorida (Cl), Kekeruhan. Pengujian Mikrobiologi untuk air minum, air bersih jenis pengujian yang diukur MPN Coliform dan MPN Coli Tinja dengan disesuaikan masing-masing spesifikasi, metode pengujian dan teknik yang digunakan. 2. Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi/Kota/Kabupaten dan KKP dengan melakukan pemeriksaan sampel rutin.
BAB IV HASIL KERJA A. PENCAPAIAN TUJUAN, SASARAN 1. Input Dalam rangka meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan melalui kegiatan yang telah dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan oleh seksi SE dan ADKL, PTL dan Sub.Bagian Tata Usaha sesuai tugas pokok dan fungsi secara sistematis, terarah dan terpadu sehingga visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai untuk tahun anggaran 2015. Realisasi belanja Negara sesuai DIPA BTKL PP Kelas II Ambontahun 2015, Realisasi Belanja Negara pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 11.113.856.934 atau mencapai 93,56 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp. 11.879.058.000 (Alokasi Anggaran sebelum revisi sebesar Rp. 12.810.374.000). Realisasi Pendapatan Negara pada TA 2015 adalah berupa Pendapatan Negara Bukan Pajak sebesar Rp. 227.862.537 atau mencapai 213,44 persen dari estimasi pendapatan LRA sebesar Rp. 106.757.000. disebabkan bertambahnya jumlah pemeriksaan sampel air dari pelangan baik swasta maupun instansi pemerintah, dan Pendapatan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah. 2. Output Adanya kerjasama dan dukungan dari berbagai instansi terkait dan masyarakat sehingga pelaksanaan kegiatan pada wilayah kerja di tahun 2015 dapat berjalan dengan baik. Adanya kerjasama dan dukungan yang baik dengan KPPN dan kanwil anggaran guna pelaksanaan konsultasi untuk menentukan metode yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan anggaran. 3. Hasil (Outcomes) Bentuk hasil yang dapat dilihat melalui kegiatan yang telah dilaksanakan selama tahun 2015 antara lain :
A. Seksi Surveilans Epidemiologi dan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (SE dan ADKL) Tabel.10.Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan BTKL PP Kelas II Ambon Seksi SE dan ADKL N o
KegIatan
Tahun 2015 Jumlah Kabupaten teridentifikasi 1 kasus penyakit potensial KLB Jumlah kabupaten yang 2 mendapatkan KFR DBD Jumlah kabupaten yang 3 mendapatkan KFR Malaria Jumlah kabupaten yang diamati 4 sumber penularan Malaria Jumlah kabupaten yang disurvey 5 filariasis Jumlah kabupaten yang 6 mendapatkan KFR DM Jumlah kabupaten yang 7 mendapatkan KFR TB Jumlah kabupaten yang teratasi 8 masalah penyakit malaria melalui identifikasi vektor Jumlah kabupaten yang teratasi 9 masalah penyakit
10 11
12 13
malaria melalui Pilot Projec Jumlah kabupaten yang mendapatkan KFR ADKL Jumlah kabupaten yang mendapatkan kajian akses sanitasi layak di penukiman Jumlah STTU/pasar/hotel yang dikaji kualitas Sanitasinya Jumlah RS yang diperiksa/diawasi pengolahan
Tahun 2014 Jumlah Penemuan Kasus Penyakit Dalam Rangka SKD – KLB
Jumlah Kajian Faktor Risiko Penyakit Malaria
Jumlah Kajian Faktor Risiko Filariasis Jumlah Kajian Faktor Risiko DM Jumlah Kajian Faktor Risiko TB Jumlah Kajian Faktor Risiko HIV/AIDS
Target 2015
Realisasi 201 201 5 4
9
9
3
2
2
0
3
3
3
4
4
0
3
3
4
3
3
3
3
3
1
1 Jumlah kabupaten yang teratasi masalah penyakit malaria melalui Pilot Projec
Jumlah Kajian Kualitas Lingkungan Pemukiman Jumlah Pengawasan Sanitasi TempatTempat Umum Jumlah Pengawasan Pemeriksaan
1
1
1
2
2
0
2
2
2
5
5
6
2
2
2
limbah cair Jumlah kajian monitoring sanitasi 14 & kualitas AB
Limbah Cair Rumah Sakit Jumlah Kajian Monitoring Sanitasi & Kualitas Air Bersih/Minum Jumlah Pengembangan Teknologi Tepat Guna Jamban Sehat
8
8
36
0
0
6
Sumber : Laporan Tahunan Seksi SE dan ADKL Tahun 2015
Terdapat 72 kegiatan pada Tahun Anggaran 2015, terlaksana 100% terdiri dari Survailans Epidemiologi 32 kegiatan, ADKL 21 kegiatan dan Desiminasi Informasi/Advokasi sebanyak 19 kali
(100%).
Alokasi
Anggaran
Seksi
SE
&
ADKL
Tahun
2015
Sebesar
Rp.2.206.846.000,terealisasi Rp.1.863.307.900 (84,43%). Lingkup Kegiatan Survailans Epidemiologi Meliputi: 1. Malaria (Kajian, Identifikasi dan Pengamatan Sumber Penularan) Jumlah sampel darah untuk pemeriksaan Mikroskopik sebanyak 3600 dengan rincian Provinsi Maluku 1800, Positif 49 (2,72%), Provinsi Papua 900, Positif 209 (23,2 %) dan Provinsi Papua Barat 900, Positif 219 (24,3%). Dari 477 Positif malaria jenis Plasmodium Vivax sebanyak 469 orang, 5 Falciparum, dan 1 sampel positif Mix.Jenis kelamin terbanyak menderita malaria adalah perempuan 60,6% dan laki-laki 39,4%. Hasil kajian faktor risiko yang berhubungan dengan kajian malaria (p<0,05) antara lain: penggunaan kelambu, penggunaan OAN, penggunaan kawat kasa, dan kerapatan dinding rumah.Kegiatan identifikasi vektor malaria/pengamatan sumber penularan malaria dilakukan di 8 kabupatensebanyak 30 desa/kelurahan di 3 provinsi wilayah regional yaitu Provinsi Papua Barat di Kabupaten Manokwari, Kabupaten Waropen/3 Desa, Kab.Sorong/2 Rw, Provinsi Papua di Kabupaten Timika/1 Desa, Provinsi Maluku di Kab. Malteng/3 Desa, Kab. Bursel/7 Desa, Kab. SBB/5 Lokasi dan Kab MTB.Dengan jumlah Breeding Place sebanyak 38.Hasil Identifikasi jentik Nyamuk Anopheles terdapat pada 10 Breeding Place. Kajian faktor risiko kejadian penyakit malaria dilaksanakan dalam dua kegiatan pengambilan pemeriksaan sampel darah dan kajian faktor risiko lingkungan.
a. Pemeriksaan sampel darah malaria per Provinsi 1) Provinsi Maluku
Peta Wilayah Kerja BTKL PP Ambon PETA PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH MALARIA DI PROVINSI Pada Propinsi Maluku MALUKU TAHUN 2015 Diperiksa: 500 Positif: 4 Negatif: 496 KAB. SBB KAB. BURU
KAB. MALTENG KAB. SBT
KAB. BURSEL
KOTA AMBON
Diperiksa: 500 Positif: 7 Negatif: 493 Diperiksa: 400 Positif: 9 Negatif: 391
KAB. MBD
KAB. MALRA KOTA T UAL
Diperiksa: 400 Positif: 29 Negatif: 371
KAB. KEP. ARU
N
KAB. MTB
W
E S
Gambar 1. Peta Pemeriksaan Sediaan Darah Malaria di Provinsi Maluku Tahun 2015 Gambar ini menunjukkan bahwa total sediaan darah yang diperiksa dalam kegiatan Kajian Faktor Risiko maupun Pengamatan Sumber Penularan Malaria di Provinsi Maluku adalah sebanyak 1800 sampel dengan jumlah yang positif sebanyak 49 sampel dan negatif sebanyak 1751 sampel.
2) Provinsi Papua PETA PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH MALARIA DI PROVINSI Peta Wilayah Kerja BTKL PP Ambon PAPUA TAHUN 2015 Pada Propinsi Papua
Diperiksa: 500 Positif: 125 Negatif: 375
SUPIO RI BIA K NUMFO R
YAPEN W A ROPE N
W ARO PEN
SARMI KO TA JAYAPURA JAYAP URA
PUNCAK JAYA NABIRE PANIA I
KEROM
TOLIKARA JAYAW IJ AYA YAHUKIMO
MIMIKA
P. BINT ANG
ASMAT
Diperiksa: 400 Positif: 84 Negatif: 316
BO VEN DIGO EL
MAPP I
N MERAUKE MERAUKE
W
E S
Gambar ini menunjukkan bahwa total sediaan darah yang diperiksa dalam kegiatan Kajian Faktor Risiko maupun Pengamatan Sumber Penularan Malaria di Provinsi Papua adalah sebanyak 900 sampel dengan jumlah yang positif sebanyak 209 sampel dan negatif sebanyak 691 sampel. 3.Provinsi Papua Barat.Gambar 3. Peta Pemeriksaan Sediaan Darah Malaria di Provinsi Papua Barat Tahun 2015 PETA PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH MALARIA DI PROVINSI PAPUA Peta Wilayah Kerja BTKL PP Ambon Pada Propinsi Papua BARAT TAHUN 2015Barat Diperiksa: 500 Diperiksa: 400 Positif: 188 Positif: 31 Negatif: 312 Negatif: 369 RAJ A A MP A T
SO RO N G KO TA S O RO NG
N MA NO K W A RI
SO RO N G S EL ATA N
TA MBRAU W
W
E S
TEL UK BI NTUN I
MA IBRA T
TEL UK W O N DA MA FAK -FAK
KA IM AN A
Gambar ini menunjukkan bahwa total sediaan darah yang diperiksa dalam kegiatan Kajian Faktor Risiko maupun Pengamatan Sumber Penularan Malaria di Provinsi Papua Barat adalah sebanyak 900 sampel dengan jumlah yang positif sebanyak 219 sampel dan negatif sebanyak 681 sampel. Tabel 11. Hubungan Faktor Risiko Lingkungan Fisik Rumah serta Perilaku responden dengan Kejadian Malaria No.
Lokasi
1.
Kab. Raja Ampat
2.
Kab. Maluku Tenggara
3.
Kota Jayapura
4.
Kab. MTB
5.
Kab. Sorong
6.
Kab. Bursel
7.
Kab. Timika
8.
Kab. SBB
Variabel a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e.
Dinding rumah tidak rapat Tdk memiliki plafon Tdk menggunakan kawat kasa Tdk menggunakan Kelambu Tdk menggunakan OAN Dinding rumah tidak rapat Tdk memiliki plafon Tdk menggunakan kawat kasa Tdk menggunakan Kelambu Tdk menggunakan OAN Dinding rumah tidak rapat Tdk memiliki plafon Tdk menggunakan kawat kasa Tdk menggunakan Kelambu Tdk menggunakan OAN Dinding rumah tidak rapat Tdk memiliki plafon Tdk menggunakan kawat kasa Tdk menggunakan Kelambu Tdk menggunakan OAN Dinding rumah tidak rapat Tdk memiliki plafon Tdk menggunakan kawat kasa Tdk menggunakan Kelambu Dinding rumah tidak rapat Tdk memiliki plafon Tdk menggunakan kawat kasa Tdk menggunakan Kelambu Dinding rumah tidak rapat Tdk memiliki plafon Tdk menggunakan kawat kasa Tdk menggunakan Kelambu Tdk menggunakan OAN Dinding rumah tidak rapat Tdk memiliki plafon Tdk menggunakan kawat kasa Tdk menggunakan Kelambu Tdk menggunakan OAN
Jumlah Responden 106 121 108 129 140 4 5 5 5 3 42 36 67 34 106 12 12 21 10 25 13 18 27 21 2 3 7 8 63 69 63 63 63 2 1 3 2 0
Hasil Uji Statistik Tdk ada hubungan Tdk ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan Tdk ada hubungan Tdk ada hubungan Tdk ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan Tdk ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan Tdk ada hubungan Tdk ada hubungan Ada hubungan Tdk ada hubungan Tdk ada hubungan Tdk ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan Tdk ada hubungan Tdk ada hubungan Tdk ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan Ada hubungan Tdk dpt dianalisis
Dari tabel di atas tampak bahwa berdasarkan hasil analisis statistik yang menguji hubungan antara variabel lingkungan fisik rumah dan perilaku responden, di Kabupaten Raja Ampat terdapat tiga variabel yang berhubungan dengan kejadian
malaria di daerah tersebut, antara lain variabel penggunaan kawat kasa, penggunaan kelambu dan penggunaan obat anti nyamuk (OAN). Sedang di Kabupaten Maluku Tenggara, variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah penggunaan kelambu dan obat anti nyamuk. Di Kota Jayapura, variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria antara lain kepemilikan plafon, penggunaan kawat kasa serta kelambu. Di Kabupaten MTB, variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah kepemilikan plafon. Di Kabupaten Sorong, variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria antara lain kerapatan dinding, kepemilikan plafon, penggunaan kawat kasa serta kelambu. Di Kabupaten Buru Selatan, variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah penggunaan kelambu. Di Kabupaten Timika, variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah kerapatan dinding, keberadaan plafon, penggunaan kawat kasa, penggunaan kelambu serta penggunaan obat anti nyamuk. Kabupaten SBB datanya tidak dapat dianalisis menggunakan chi-square karena jumlah kejadian malaria di bawah 5, yang tidak memungkinkan aplikasi SPSS menganalisis hubungan antar variabel-nya. 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0
3123
86.8 312 493 375 371 369 391 316 496 477 31 13.3 9 7 4 188 125 29 84
Positif Negatif
Grafik 4.Jumlah Sediaan Darah (Malaria) yang diperiksa Tahun 2015 Pada grafik 4 dapat dilihat bahwa penderita malaria positif terbanyak berada di Kabupaten Raja Ampat (188 orang), kedua yaitu Kota Jayapura sebanyak 125 orang, dan yang paling sedikit penderita positif malarianya adalah Kabupaten Maluku Tenggara (7 orang).
500 400 300 188 123 200 700 20 2511 3100 720 8400 400 0 0 100 0
469
98.5 51 1.1 0.2
P. Vivax P. Falciparum Mix
Grafik5.Jumlah Responden Positif Malaria Berdasarkan Plasmodium Dari grafik 5 dapat dilihat bahwa jenis plasmodium terbanyak secara keseluruhan adalah Plasmodium vivax (469 sampel) sedang yang paling sedikit adalah Plasmodium mix (1 sampel). Plasmodium mix pada hasil pemeriksaan ini adalah mix antara plasmodium vivax dan falsiparum.
Gambar 1.Kegiatan Pengambilan Sampel Darah Malaria Kegiatan Pengamatan Sumber Penularan/Identifikasi Vektor Malaria
2. Mikrofilariasis Kajian faktor risiko filariasis dilaksanakan dalam dua kegiatan pengambilan pemeriksaan sampel darah dan kajian faktor risiko lingkungan.Jumlah sampel darah untuk pemeriksaan mikroskopik sebanyak 1500 sampel.Berdasarkan hasil uji, tidak ada satupun sampel yang ditemukan positif. Kegiatan dilakukan di Kabupaten Biak, Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kabupaten Sorong. Faktor Lingkungan rumah memenuhi syarat: Kerapatan Dinding 444 (29,6%), Penggunaan kawat kasa 364 (24,3%), Penggunaan kelambu 1082 (72,1%) dan penggunaan OAN 276 (18,4%).
Jumlah Sampel Darah Jari Mikrofilaria yang Diperiksa per Kabupaten 1500
1500 1000 500 500 0 0
500 0
Kab. Kab. SBT Biak
500 0 Kab. Sorong
Positif Negatif 0 TOTAL
0 100 %
Grafik 6. Jumlah Sampel Darah Jari Mikrofilaria Grafik 6 menunjukkan bahwa dari 1500 sediaan darah yang diperiksa tidak ada satupun sampel yang ditemukan positif mikrofilaria, baik di Kabupaten Biak, Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kabupaten Sorong.
3. Kajian Faktor Risiko TB Kajian faktor risiko tuberkulosa dilakukan di 3 kabupaten Provinsi Maluku Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi PapuaKabupaten Jayapura, Provinsi Papua Barat Kabupaten Bintuni. Jumlah responden sebanyak 165 orang/rumah dan meliputi pemeriksaan terhadap faktor risiko perilaku dan lingkungan rumah penderita.Dengan jenis kelamin terbanyak lakilaki 58,2% dan Perempuan 41,8%. Faktor risiko lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat : lantai rumah 100%, Perilaku PHBS yang tidak baik: Batuk 67,4%, Riwayat Kontak dengan penderita 88,4%, kebiasan Merokok 78,3%.
a. Jumlah Penderita TB Paru per Kabupaten 150
138
100 50
2827
55 0
0
83.6
55 27
0
TB
16.4
Tidak TB
Grafik 7. Jumlah Responden TB berdasarkan Kabupaten Grafik 7 menunjukkan bahwa penderita TB terbanyak berada di Kabupaten Jayapura dan Bintuni sebanyak 55 orang, sedangkan Kabupaten Malteng penderita TB sebanyak 28 orang. 4. Kajian Faktor Risiko/Intervensi DBD Dilaksanakan di 2 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Maluku Tengah dan Kota Sorong. Gambaran Temporal Kejadian DBD di Kota Sorong 100 80 60 40 20 0
79.0 49 17 2 1 0
17 9 4 0
2 0
2 0
6 1
0
1 0
0
0
0
13
21.0
2014 2015
Grafik 8. Gambaran Temporal Kejadian DBD di Kota Sorong Menggambarkan kejadian DBD di Kota Sorong pada tahun 2014 s.d. bulan Juli 2015, dimana kejadian DBD terjadi berkisar dari bulan Januari sampai dengan Oktober dengan kasus terbanyak pada b ulan Juni, Maret dan April. dan tidak terjadi pada bulan November dan Desember. Kejadian DBD juga menurun jumlahnya pada tahun 2015.
Daerah yang terbanyak kasus DBD-nya adalah Kecamatan Malawei, dan yang paling rendah adalah Kecamatan Klaseman, Meranu, Remu dan Dom. Curah hujan relatif rendah yaitu berkisar antara 88 mm- 125 mm, kelembaban 82 – 85 % dan Suhu 27,3 – 27,8oC. 1) Situasi dan Perkembangan Kejadian DBD di Kabupaten Maluku Tengah 19
20
18 15 10
DBD 7
5
7 5
4
5
0 Jan
Peb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Grafik 9. Kejadian DBD di Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2015
Grafik ini menunjukkan kejadian DBD dimulai dari awal tahun dengan 4 kasus dan meningkatsecara signifikan pada bulan Mei dan Juni 2015 dengan 19 dan 18 kasus.Hal ini berkaitan dengan tingginya hari dan curah hujan, serta kelembaban udara pada bulan yang sama pada saat puncak kasus DBD. Hal lain yang berkaitan dengan kejadian DBD di Kabupaten Maluku Tengah adalah suhu udara dan kepadatan penduduk.
5.
Intervensi yang telah dilakukan dalam upaya penanganan Kejadian DBD di Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2015 Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah telah melaksanakan beberapa upaya dalam rangka menekan angka kejadian DBD diantaranya dengan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), gerakan 3M plus dan kegiatan Survei Jentik pada daerah-daerah potensial DBD dengan skala yang lebih kecil. Hasil kegiatan survei jentik pada 3 lokasi yang dilakukan, diperoleh hasil yaitu kelurahan Namaelo RT 12 dengan ABJ 40,9%, RT 04 dengan ABJ 52,3% dan Kelurahan Namasina RT 02 dengan ABJ 51,6%. Rata-rata ABJ dari ketiga lokasi ini masih berkisar di atas 50%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan oleh
petugas kesehatan maupun oleh masyarakat terutama peningkatan kualitas kebersihan pribadi maupun lingkungannya. 6.
Diabetes Melitus (Gula Darah) a. Jumlah Responden yang Diperiksa Kadar Gula Darah Kajian faktor risiko DM dilakukan di 3 Kabupaten di 3 provinsi, yang meliputi pemeriksaan sediaan darah serta penilaian terhadap faktor risiko perilaku maupun riwayat keluarga. Jumlah responden yang diperiksa dalam kegiatan Kajian Faktor Risiko Diabetes Melitus oleh BTKL PP Ambon selama Tahun 2015 yaitu sebanyak 1275 orang berlangsung diKabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Sorong dan Kota Jayapura.positif DM 7,4% (94 orang)dan yang ditemukan positif diabetes sebanyak 94 orang.
1500
1181
1000 500
401 24
0 Kab. MALRA
389 36
Kab. Sorong
391 34
Kota Jayapura
94
92.6 7.4
Tidak DM DM
TOTAL
%
Grafik 10. Jumlah Responden Kajian DM per Kabupaten Grafik 10 menunjukkan jumlah responden yang diperiksa per kabupaten dimana Kabupaten Sorong merupakan yang terbanyak respondennya menderita diabetes (36 orang). Dari 1275 orang, , terdiri dari perempuan 58,5% dan laki-laki41,5%. Riwayat Keluarga DM 42 orang (44,7% ), Obesitas (IMT) 52 orang (55,3%), Obesitas Sentral (Lingkar Perut) 66 orang (70,2%), aktifitas fisik berolah raga 65 orang (70,7%), Hipertensi 45 orang (48%) dan kebiasaan Merokok 27 orang (28,7%).
7.
SKD – KLB 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0
Kab. Maluku Tenggara
Kota Tual Kab. MTB
PROVINSI MALUKU
Kab. Kaimana
Kab. Kab. Manokwa Waropen ri
Kota Sorong
PROVINSI PAPUA BARAT
Kab. Nabire
Kab. Mimika
PROVINSI PAPUA
2012
581
0
0
915
6647
0
3875
25403
112792
2013
571
195
2333
622
4552
3415
2274
19139
93068
2014
327
149
1380
354
3450
2724
3936
23760
50029
Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kab/Kota
Grafik 11. Gambaran Kasus Malaria Tahun 2012 – 2014 Program Kerja BTKL PP Kelas II Ambon Penemuan Kasus potensial KLB/Wabah meliputi 9 kabupaten/kota di 3 provinsi: untuk KLB Malaria diProvinsi Maluku tercatat pada Tahun 2014 sebanyak 1856 kasus, dengan kasus terbanyak di Kabupaten MTB 1380. Provinsi Papua Barat tercatat 6528 dengan kasus terbanyak dikota Sorong 3450 kasus dan Provinsi Papua 77.725, dengan kasus terbanyak di Kabupaten Nabire 23.760 kasus. Jumlah plasmodium terbanyak adalah malaria vivax yang bersifat relaps. KLB DBD di Kaimana, Kota Sorong, dan Manokwari (Provinsi Papua Barat) serta Kabupaten Waropen, Nabire dan Mimika di Tahun 2014 tidak terjadi KLB. Sedangkan Provinsi Maluku di Tahun 2014 tercatat 4 kasus di Maluku Tenggara dan Kota Tual sebanyak8Kasus.Kasus Rabies tercatat diKabupaten MTB sebanyak 445 pada tahun 2014, kabupaten lain-lainnya tidak terjadi kasus. Cakupan Kegiatan Penemuan Kasus Penyakit Potensial KLB/Wabah Di 9 Kabupaten/Kota
Dalam
Wilayah
Kerja
BTKL
PP
Ambon
Tahun
2015.
Penanggulangan KLB/wabah penyakit menular diatur dalam UU No.4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular, Permenkes No 949 tahun 2004 tentang pedoman penyelenggaraan SKD KLB dan PP No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah pusat dan provinsi sebagai daerah otonom yang berpengaruh terhadap penyelenggaran penggulangan KLB/wabah serta peraturan terkait lainnya.
Hingga akhir tahun 2014 data kasus malaria yang diperoleh melalui kegiatan penemuan kasus potensial KLB/Wabah oleh BTKL PP Kelas II Ambon yang meliputi Sembilan Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi Maluku, Papua dan Papua Barat khususnya kasus penularan malaria terlihat bahwa Provinsi Papua masih merupakan daerah/wilayah dengan kasus malaria yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku dan Papua Barat. - Untuk Provinsi Maluku, Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2013 mencapai 2.333 kasus dan tahun 2014 di angka 1.380 kasus sedangkan untuk Provinsi Papua Barat, Kota Sorong merupakan Kabupaten dengan kasus yang dilaporkan cukup tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Kaimana dan Kabupaten Manokwari dimana tahun 2012 tercatat 6.647 kasus, tahun 2013 mencapai 4.552 kasus dan tahun 2014 diangka 3.450 kasus. Rekapan data Annual Parasite Incidence (API) pada sembilan Kabupaten/Kota yang diperoleh tergambar bahwa API untuk Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi Maluku dan Provinsi papua Barat cenderung mengalami penurunan di bandingkan tahun sebelumnya sedangkan untuk Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi Papua mengalami peningkatan di tahun 2014 untuk Kabupaten Waropen dan Nabire sedangkan untuk Kabupaten Mimika mengalami penurunan. Namun secara keseluruhan untuk sembilan Kabupaten/Kota tersebut merupakan wilayah endemis tinggi malaria dengan nilai API > 5. - Dari data yang diperoleh oleh BTKL PP Kelas II Ambon pada sembilan Kabupaten/Kota melalui kegiatan pengumpulan data penemuan kasus penyakit berpotensi KLB/Wabah di tiga provinsi tahun 2015 untuk kasus rabies yang dilaporkan hanya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan jumlah kasus pada tahun 2014 sebanyak 445 GHPR dengan jumlah kasus kematian sebanyak 2 kasus yaitu di Puskesmas Namtabung dan Puskesmas Romean sedangkan tahun 2013 dengan jumlah kasus 150 GHPR dan tahun 2012 sebanyak 297 GHPR. - Data cakupan imunisasi yang diperoleh pada sembilan Kabupaten/Kota diatas menunjukkan bahwa angka cakupan imunisasi polio I – IV secara Kabupaten/Kota untuk Kota Tual tahun 2014 mencapai 108% dari target 90%, Kabupaten Maluku Tenggara Barat mencapai 87,5% dari target 90%, Kabupaten Kaimana mencapai
356% dari target 90% dan Kabupaten Waropen 191% dari target 90%. Sedangkan untuk cakupan imunisasi campak untuk Kota Tual mencapai 96,40%, Kabupaten Maluku Tenggara Barat 85% dan Kabupaten Kaimana 90%. - Kasus keracunan pangan/makanan yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang diperoleh telah terjadi kasus keracunan pangan/makanan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 3 Januari 2014 dengan jumlah penderita 90 orang dan kasus kedua terjadi pada Pebruari 2014 di SMP Paulus dengan jumlah penderita 13 orang akibat keracunan nasi goreng dan seluruh penderita dinyatakan selamat atau dapat tertolong sehingga CFR = 0. - Berdasarkan data yang diperoleh oleh BTKL PP Kelas II Ambon di tahun 2014 di Kabupaten Waropen Provinsi Papua dilaporkan adanya kasus diare tersangka cholera dengan jumlah kasus seluruhnya 52 kasus dengan kasus tertinggi pada Puskesmas Khemon Jaya sebanyak 17 kasus, Puskesmas Demba 11 Kasus dan Puskesmas Inggerus sebanyak 10 kasus sedangkan untuk delapan Kabupaten/Kota lainnya tidak diperoleh data laporan adanya kasus.
Analisa Dampak Kesehatan Lingkungan Meliputi Kegiatan : 1. Pengawasan Pemeriksaan IPAL – RS Tabel 8.Jumlah IPAL – RS yang diperiksa tahun 2015 No
Nama Rumah Sakit
1 2 3 4
Memiliki IPAL Ya Tidak
IPAL Berfungsi Ya Tidak
RS Pertamina Sorong RSUD Dok II Jayapura RSUD Abepura RSUD Sele Be Solu Sorong 5 RS Kasih Herlina Sorong Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 5 RS yang memiliki IPAL hanya
Ket BUMN Pemda Papua Pemda Papua Pemda Kota Sorong Swasta 4 RS, diantaranya
RSPertamina memiliki IPAL dan berfungsi dengan baik,diikuti RSUD Dok II Jayapura, RS Abepura dan RSUD Sele Be Solu memiliki IPAL tetapi tidak berfungsi dengan baik.RS Kasih Herlina tidak memiliki IPAL.
Instalasi Pengolahan Limbah – RS yang diperiksa sebanyak 2 RS pemerintah di Kota Jayapura dan di Kota Sorong 2 RS pemerintah dan 1 RS Swasta. IPAL memenuhi syarat dan berfungsi baik sebanyak 3 RS, 1 RS memiliki IPAL tetapi berfungsi tidak baik sementara 1 RS swasta tidak memiliki IPAL. Hasil uji Laborotorium menunjukan pada titik Inlet – outlet IPAL RSUD Sele be Solu (Kota Sorong)unsure TSS, BOD, COD dan NH3 melebihi kadar maximum yang dianjurkan, demikian pula di RS swasta Kasih Herlina. 2.
Pengawasan Sarana Air Bersih a. Akses Cakupan Sarana Air Bersih Layak Tabel 10. Akses Sarana Air Bersih layak menurut jumlah dan jenis No Jenis Sarana Jumlah Kriteria MS % TMS % 1 SGL 1.066 531 49,8 535 50,2 2 Mata Air Terlindung 99 90 90,9 9 9,1 3 PAH 848 420 49,5 428 50,5 4 PP 6.306 6.306 100 0 0 5 Terminal Air 8 2 25 6 75 6 Sungai 5 1 20 4 80 Jumlah 8.332 7.350 88,2 982 11,8
Ket.
Tabel 10 menunjukkan bahwa sarana perpipaan 100% memenuhi syarat, diikuti Mata Air Terlindung 90,9% , sementara Sumur gali, PAH tidak memenuhi syarat 50,2% diikuti air sungai 80% dan Terminal air tidak memenuhi syarat 75%. Akses sarana air bersih layak di 8 Kabupaten/kota, tertinggi pada sarana perpipaan memenuhi syarat 100%, mata air 90,9%, SGL/PAH 49,5%. Selanjutnya pengguna sarana air bersih layak daritotal 104.817 penduduk hanya 27.810 (26,5%).
Tabel 12. Akses air minum layak di 8 Kab/Kota No
1 2 3 4 5 6
7 8
Kabupaten/Kota
Kota Tual Kab.Malra Kab.Yahukimo, Kec.Dekai Kab.Tolikara, Kec.Karubaga Kab.Supiori, Kec.Supiori timur Kab.Maibrat, Kec.Ayfat,Ayamaru dan Ayamaru tengah Kab.Tambrau Kab.Sarmi
Jumlah Penduduk 70.367 105.042 12.741
Akses Air Minum Layak 63.926 68.022 7.538
4.507
1.118
3.895
1.025
8.409
1.752
3.201 1.986
1.226 1.167
Keterangan % 90.84 Prov.Maluku 64,76 Prov.Maluku 59,16 Prov.Papua Barat 24,80 Prov.Papua Barat 26,31 Prov.Papua Barat 20,83 Prov.Papua
38,30 Prov.Papua 58,76 Prov.Papua Barat Jumlah 210.148 145.774 69,36 Tabel diatas menunjukkan bahwa akses air minum layak di 8 Kabupaten/kota ratarata 69,36%. Di rinci per kabupaten urutan 1 yaitu Kota Tual 90,84%, menyusul kabupaten Malra 64,70%, urutan ke 3 Kabupaten Yahukimo dan Sarmi 59,16% sedangkan sisanya 4 Kabupaten Akses Air Minum layak berkisar antara 20 s/d 38%. Akses air minum layak untuk 8 kabupaten rata-rata 69,36%, dengan rincian perkabupaten urutan satu Kota Tual (Maluku) 90,84%, Maluku Tenggara 64,76%, menyusul Kabupaten Yahokimo
(Papua) 59,16%, Kabupaten Sarmi (Papua)
58,76%. Sedangkan sisanya Kabupaten Tolikara, Supiori (Papua) dan Maybrat, Tambrau (Papua Barat) berkisar antara 20,83 s/d 38,30 % : tingkat risiko kontaminasi sarana dengan kriteria Amat Tinggi yaitu 90 – 100 % pada sumur gali dan air sungai.
3.
Hasil Uji Laborotorium Kualitas Air Bersih dan Air Minum 1) Kualitas Air Bersih (557 Sampel) a) Jumlah sampel diperiksa Per Parameter
158 Fisika 187
Kimia Bakteriologi
212
Update : Desember 2015 Grafik 12.Persentase Kualitas Air Bersih Berdasarkan Parameter Grafik diatas menunjukkan jumlah sampel yang diperiksa selama Tahun 2015, urutan pertama adalah parameter Kimia 212 sampel, diikuti parameter Fisika 187 sampel dan terakhir parameter Bakteriologi 158 sampel. Sebanyak 557 sampel yang diperiksa dengan rincian parameter kimia 212 – TMS 1,6%, parameter fisika 187–TMS5,7% dan parameter bakteriologi 158 – TMS 37,4%, sementara sampel air minum sebanyak 1275 sampel – parameter fisika 409–TMS0,5%, parameter kimia 410 – TMS 1,8% dan parameter bakteriologi 410 – TMS 21,9%. 2) Kualitas Air Minum (1275 Sampel) a) Jumlah sampel diperiksa Per Parameter
409
456
Fisika Kimia
410
Update : Desember 2015
Bakteriologi
Grafik 13.Jumlah Sampel Kualitas Air Minum Berdasarkan Parameter Grafik diatas menunjukkan jumlah sampel yang diperiksa selama Tahun 2015, urutan pertama adalah parameter Bakteriologi 456 sampel, diikuti parameter kimia 410 sampel dan terakhir parameter fisika 409 sampel. 4.
Hasil Uji Laborotorium Kualitas Limbah Cair, Udara Ambient, Udara Ruang a) Jumlah sampel Per Parameter Grafik 14. Jumlah Sampel Limbah Cair Berdasarkan Parameter 25
63
Fisika Kimia
67
Bakteriologi
Grafik diatas menunjukkan jumlah sampel yang diperiksa selama Tahun 2015, dengan rincian parameter Fisika 63 sampel, parameter kimia 67 sampel dan terakhir parameter Bakteriologis 25 sampel. 155 sampel diuji dengan perincian parameter fisika 63 – MS 74,6 %, parameter kimia 67 – MS 40,3% dan parameter bakteriologi 25 – MS 12%. Selanjutnnya sampel udara ambien sebanyak 342 sampel – parameter fisika 158– MS45,6%, parameter kimia 101 – MS 100% dan parameter bakteriologi 83– MS100%. Sampel udara sebanyak 29 sampel – parameter fisika 12 – TMS 8,3%, parameter kimia 9 – MS 100% dan parameter bakteriologi 8 – MS 100%. 3). Kualitas Udara Ambient (342 Sampel) a) Jumlah sampel Per Parameter
83
158
101
Fisika Kimia Bakteriologi
Update : Desember 2015
Grafik 15. Jumlah Sampel Udara Ambient Berdasarkan Parameter Grafik 15 menunjukkan jumlah sampel yang diperiksa selama Tahun 2015,
dengan rincian parameter Fisika 158 sampel, parameter kimia 101 sampel dan terakhir parameter Bakteriologis 83 sampel. a) Persentase kualitas udara ruang 3) Kualitas Udara Ruang (29 Sampel) b) Jumlah sampel per Parameter
8
12
FISIKA KIMA
9
BAKTERIOLOGI
Grafik 16. Jumlah Sampel Udara Ruang Per Parameter Grafik diatas menunjukkan jumlah sampel, parameter Fisika12 sampel, kimia 9 sampel dan Bakteriologi 8 sampel. 5.
Hasil Uji Laborotorium Air Laut, Air Badan Air 1). Kualitas Air Laut (215 Sampel) a) Jumlah Sampel Per Parameter
63
70 82
FISIKA KIMIA BAKTERIOLOGI
Update : Desember 2015 Grafik 17. Jumlah Sampel Air Laut Per Parameter
Grafik diatas menunjukkan jumlah sampel, parameter Fisika70 sampel, kimia 82 sampel dan Bakteriologi 63 sampel. 215 sampel air laut diuji dengan perincian parameter fisika 70 – MS 100%, parameter kimia 82 – MS 81,7% dan bakteriologi 82 – MS 80,9%, sementara 2). Kualitas Air Badan Air (79 Sampel) a) Jumlah Sampel Per Parameter
21
27
FISIKA KIMIA
31
BAKTERIOLOGI
Update : Desember 2015 Grafik 18. Jumlah Sampel Air Badan Air Per Parameter Grafik diatas menunjukkan jumlah sampel, parameterFisika 27 sampel, kimia 31 sampel dan Bakteriologi21 sampel. 79 sampel air badan air, parameter fisika 27 – MS 100%, parameter kimia 31 – TMS 22,5% dan parameter bakteriologi 31 – TMS 28,6%. 6.
Kualitas Lingkungan Pemukiman Pengawasan pemeriksaan rumah yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2015 dilaksanakan dikabupaten Kepulawaan Aru – 1 kelurahan dan kabupaten Manokwari -2 kelurahan, target yang ingin dicapai adalah 150 rumah penduduk.
150 100 50 0 JUMLAH
TARGET DIPERIKSA 150
REALISASI 106
Grafik 19. Realisasi Jumlah Rumah Yang Diperiksa Tahun 2015
Target rumah diperiksa sebanyak 150 – terealisasi 106 (70,7%) dengan rincian rumah MS diKabupaten Manokwari sebanyak 68 (64,2%), di Kabupaten Kepulauan Aru 38 (35,8%). Tingkat kepemilikan SAB pentingdi Manokwari 30%, Kepulauan Aru 4%, jamban 52%,SPAL 8% di Kabupaten Manokwari,sementara Kepulauan Aru jamban dan SPAL masing-masing 11 % dan 1% tingkat kepemilikan. Perilaku PHBS (membuang tinja, sampah,kebersihan rumah) diKepulauan Aru 80% dan Manokwari 21%. 7.
Pemeriksaan Sanitasi Tempat-Tempat Umum Sanitasi Hotel dan Pasar 1) Jumlah Hotel Yang Di Periksa Grafik 20. Persentase Hotel Dirinci PerKabupaten. 13
15 10 5
7
6 1
1
3
12
3
MALUKU TENGGARA
RAJA AMPAT
BINTANG 1
BINTANG 2
BINTANG 3
BINTANG 4
MELATI
PENGINAPAN
112
1
3
2
0 KOTA TUAL
KOTA JAYAPURA
MTB
Pada Grafik diatas bisa dilihat bahwa hotel berbintang ternyata telah memenuhi persyaratan sedangkan gread
melati dan penginapan ada yang
belum memenuhi persyaratan. Jumlah Hotel yang diperiksa Gread Bintang 14 hotel, Melati 20 sedangkan Penginapan 12, Di 5 Kota / kabupaten. 2) Cakupan Persentase Hotel Yang Memenuhi Syarat dan Tidak Memenuhi Syarat Yang diperiksa 20 15 10 5 0 BINTANG
MS 14
% 100%
TMS 0
% 0
MELATI
19
95%
1
5%
PENGINAPAN
2
17%
10
83%
Grafik 21.Persentase Hotel Memenuhi Syarat dan Tidak memenuhi Syarat. Pada grafik diatas menunjukan bahwa sebanyak 14 (100% ) hotel berbintang yang diperiksa memenuhi syarat,
sedangkan gread Melati 1 (5%) TMS,
sedangkan 19 (95%) MS. Kelompok Penginapan yang MS 2 (17%) sisanya 10 (83%) yang TMS. Sebanyak 14 Hotel berbintang yang diperiksa 100% MS, Hotel (Grade melati 5% TMS dari 19 Hotel, sementara penginapan sebanyak 12–83% TMS (10 penginapan).Mengacu pada PERMENKES No. 80/MENKES/PER/II/1990.tentang―Persyaratan Kesehatan Hotel―. 1) Pasar Yang Memenuhi Syarat dan Tidak Memenuhi Syarat Menurut Permenkes
Grafik 22.Jumlah Pasar yang diperiksa Grafik diatas menunjukan bahwa sebanyak 7 pasar di 5 Kota/Kabupaten yang diperiksa persyaratan sanitasi tidak memenuhi syarat. Skore hasil penilaian berkisar antara
3888
–
4973
tidak
memenuhi
Standar
KEMENKES
NO
519/MENKES/SK/VI/2008tentang Sanitasi Pasar Sehat dengan skore penilaian 6000. Pasar sebanyak 7 pasar yang diperiksa persyaratan sanitasinya – semuanya TMS.Kegiatan berlangsung di Kabupaten Raja Ampat, Kota Jayapura, Kabupaten Maluku Tenggara, Kota Tual dan MTB.
B. Seksi Pengembangan Teknologi dan Laboratorium Laboratorium berada dibawah seksi Pengembangan Teknologi dan Laboratrium yang memiliki 4 (Empat) instalasi yang terdiri dari Laboratorium Kimia Padat Cair Laboratorium Biologi Klinis Laboratorium Kimia Fisika Gas dan Udara Teknologi Tepat Guna Pada tahun 2015 seksi PTL melaksanakan beberapa program kerja sebagai berikut : Tabel. 13 Daftar Realisasi Program Kerja Seksi PTL Tahun 2015 Kode 2062.152 011 A
B
C
D
E
F
G
H
Program/Output/Suboutput/Kegi
Waktu
atan
Realisasi
Keterangan
Peta Kualitas Air Minum Kualitas Sumber Daya Manusia Surveilans dan Respons KLB Uji Petik Kualitas Air Bersih dan Air Minum Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku Uji Petik Kualitas Air Bersih dan Air Minum Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku Uji Petik Kualitas Air Bersih dan Air Minum Kabupaten Seram Bagian Timur Provinsi Maluku Uji Petik Kualitas Air Bersih dan Air Minum Kota Tual Provinsi Maluku Uji Petik Kualitas Air Bersih dan Air Minum Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku Uji Petik Kualitas Air Bersih dan Air Minum Kabupaten Buru Provinsi Maluku Uji Petik Kualitas Air Bersih dan Air Minum Kabupaten Kaimana Provinsi Papua Barat Uji Petik Kualitas Air Bersih dan Air Minum Kabupaten Fak-Fak
Maret 2015
Maret 2015
Agustus 2015 Maret 2015
Maret 2015
Mei 2015
-
Tidak Terlaksana
Juni 2015
I
J
K
L
M
N
O
P
012 A B
Provinsi Papua Barat Uji Petik Kualitas Air Bersih dan Air Minum Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat Uji Petik Kualitas Air Bersih dan Air Minum Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat Uji Petik Kualitas Air Bersih dan Air Minum Kota Jayapura Provinsi Papua Uji Petik Kualitas Air Bersih dan Air Minum Kabupaten Jayapura Provinsi Papua Uji Petik Kualitas Air Bersih dan Air Minum Kabupaten Nabire Provinsi Papua Uji Petik Kualitas Air Bersih dan Air Minum Kabupaten Biak Provinsi Papua Uji Petik Kualitas Air Bersih dan Air Minum Kabupaten Mimika Provinsi Papua Pemantauan dan Pengukuran Kualitas Udara Ambient Terkait Bencana Kabut Asap di Kota Ambon Peralatan Laboratorium Pengadaan Peralatan Laboratorium Kalibrasi Peralatan Laboratorium
Maret 2015
Maret 2015
Juni 2015
Juni 2015
Oktober 2015 Oktober 2015 Maret 2015
Nopember 2015
Juni 2015 Oktober 2015
013 a.
Bahan Media dan Reagensia Laboratorium Bahan Media dan Reagensia
Juni 2015
B
Glasswere Laboratorium
Juli 2015
2062.153 A
TTG Peningkatan Kualitas Sarana Air Minum dan Air Bersih Alat Penurun Kesadahan
Desember 2015
B
Model Pengolahan Air Besih
Desember
2015 2062.184. 012 A
Laboratorium Terakreditasi Uji Profisiensi
-
B
Surveilans Akreditasi
-
C
Kaji Ulang Manajemen
D
Pertemuan Teknis Laboratorium
E
Uji Banding Laboratoorium
2063.012 011
A B
C D
E
F G
Desember 2015 Mei, Juli, September 2015 -
Tidak dilaksanaka n karena tidak ada undangan uji profisiensi dari KAN Tidak ada kunjungan surveilans dari KAN
Tidak dilaksanaka n
Jumlah SDM Yang Dibina Pelatihan Tenaga Teknis Laboratorium Penunjang Akreditasi Jaminan Mutu Data Hasil Pengujian Dklat Uji Profisiensi dan Pengolahan Data Hasil Uji Profisiensi Validasi Metode Analisis Mikrobiologi Pelatihan Mengoptimalkan Manfaat Kaji Ulang Manajemen Untuk Kepentingan Laboratorium Mengoptimalkan Sasaran Mutu Sebagai Sarana Peningkatan Sistem Manajemen Yang Efektif Kontrol Sampel dan Kontrol Chart Validasi Metoda dan Pengolahan data Hasil Validasi Metoda
Juli 2015
1 Orang
Maret 2015
1 Orang
Juni 2015
2 Orang
Juni 2015
2 Orang
Mei 2015
2 Orang
Juli 2015
2 Orang
Nopember
2 Orang
2015 H
Pelatihan Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Parameter Limbah Insdutri Pelatihan Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Parameter Emisi gas Buang Pemahaman dan Penerapan SNI ISO/IEC 17025:2008 Pada Pengelolaan Lab Teknik Pengambilan Sampel Air, Udara dan Tanah
I
J
K
012
April 2015
1 Orang
Agustus
2 Orang
2015 Februari
2 Orang
2015 Februari
3 Orang
2015
Magang Laboratorium
A
Magang Peningkatan Kapasitas Maret 2015 Petugas Lab dalam Pengamanan Kualitas Air Bersih/Minum dan Limbah B Magang Peningkatan Kualitas April 2015 SDM di Bidang Pengembangan TTG Tabel 14. Daftar Penilaian Kegiatan Seksi PTL Tahun 2015 No 1
2
3
Unsur Penilaian Seksi PTL Rujukan Sampel 1. Laboratorium 2. Media 3. Reagen Kendali Mutu & Kalibrasi 1. Uji Mutu 2. Kalibrasi TTG 1. Model 8. Teknologi
4 Orang
3 Orang
Target
Capaian
1301 – 1600 >150 >150
2976 154 262
<21 <41
30 40
1 s/d 2 1 s/d 2
1 2
Sumber : Laporan tahunan Seksi PTL Tahun 2015
Pada tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 2015 jumlah sampel yang dianalisa pada seluruh instalasi yang ada di BTKL PP Ambon berjumlah 2976 sampel dengan rincian sebanyak 1460 sampel yang dianalisa secara fisika kimia dan sebanyak 1274 sampel yang dianalisa secara bakteriologi klinis, sebanyak 242
sampel yang dianalisa dilaboratorium Kimia Fisika Gas dan udara.Untuk Mediasebanyak 154 kalipembuatan/pemakaian dan reagensia sebanyak 262 kali. Peningkatan Kemampuan Uji Kendali Mutu dan Kalibrasi
a. Pengertian Kendali Mutu Data kualitas lingkungan yang dihasilkan dari laboratorium dapatdijadikan sebagai indikasi adanya pencemaran lingkunagn sekaligus sebagai alat bukti untuk penegakan hukum lingkungan maupun dalam membuat perencanaan
dan kebijakan dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Verifikasi data pengendalian mutu dapat dilakukan dengan cara : melakukan penghitungan alternatif; pembandingan dengan hasil sebelumnya yang serupa melakukan pengujian ulang; meninjau
dokumen,
rekaman
dan/atau
prosedur
terkait.
Beberapa hal yang merupakan komponen dari jaminan mutu hasil uji adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan Bahan Acuan Standar untuk Menguji Akurasi Hasil Pengujian. Bahan acuan merupakan bahan atau zat yang telah diuji sifat dan konsentrasinya melalui suatu proses yang dilakukan secara akurat. Bahan Acuan Bersertifikat (CRM) merupakan bahan acuan yang sifat dan konsentrasinya telah diuji dan diberi sertifikat dengan prosedur teknis yang telah baku dan dapat tertelusur ke dalam Satuan Internasional (SI) atau dokumen yang diterbitkan oleh badan tersertifikasi. Kegunaan bahan acuan adalah untuk pengujian akurasi. Pengujian akurasi dilakukan untuk mengukur kemampuan suatu metode analisa dalam memperoleh nilai yang sebenarnya (ketepatan pengukuran). Akurasi dinyatakan sebagai prosentase (%) perolehan kembali (recovery). Hasil pengujian Recovery = _________________ x 100 % Nilai sebenarnya
Pengujian akurasi digunakan untuk uji kompetensi laboratorium, uji kompetensi suatu metode pengujian, uji kompetensi seorang analis, uji kehandalan alat instrumen laboratorium dan untuk verifikasi kurva kalibrasi pengujian. 2. Pengujian
Ulang
untuk
Menguji
Presisi
Hasil
Pengujian.
Pengujian ulang dari suatu pengujian dilakukan untuk mengukur kemampuan suatu metode pengujian untuk menunjukkan kedekatan atau presisi dari suatu seri pengukuran yang diperoleh dari contoh uji yang homogen. Nilai presisi untuk dua kali pengulangan dinyatakan dalam RPD ( Relative Percent Difference) X1 – X2 RPD = ———— x 100 % Xrata-rata Pengujian lebih dari 2 kali (minimal 5 kali) dinyatakan dalam RSD ( Relative Standard Deviation) Sd RSD =———— x 100 % Xrata-rata 3. Pengujian Blanko. Blanko merupakan air destilasi bebas analit yang digunakan untuk kontrol kontaminasi mulai dari saat pengambilan contoh di lapangan, preparasi di laboratorium sampai pada saat pengukuran. Air destilasi yang digunakan harus memiliki nilai konduktifitas (DHL) kurang dari 2 µS/Cm. Blanko terdiri dari blanko sampling (blanko wadah, blanko alat, blanko lapangan, blanko perjalanan) dan blanko laboratorium Konsentrasi analit di dalam larutan blanko harusnya lebih kecil dari batas deteksi metode (MDL).Seandainya analit di dalam larutan blanko lebih besar dari MDL maka kemungkinan-kemungkinan yang menjadi sumber kontaminasi harus ditemukan dan ditindaklanjuti. 4. Kartu Kendali. Kartu kendali (control chart) merupakan suatu metode statistik untuk memantau performance alat, metode dan analis selama pengujian secara berkelanjutan. 5. Keikutsertaan dalam Kegiatan Uji Banding / Uji Profisiensi.
Uji banding antar laboratorium merupakan pengelolaan, unjuk kerja dan evaluasi pengujian atas bahan yang sama atau serupa oleh dua atau lebih laboratorium yang berbeda sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan terlebih dahulu. Uji Profisiensi merupakan salah satu cara untuk mengetahui unjuk kerja laboratorium pengujian dengan
cara
uji
banding
antar
laboratorium.
Secara umum uji banding antar laboratorium atau uji profisiensi dilakukan oleh laboratorium minimal sekali dalam setahun untuk semua parameter sesuai ruang lingkup pengujian, bila memungkinkan.Apabila hasil uji banding kurang memuaskan, maka laboratorium melakukan investigasi untuk mengevaluasi seluruh sumber daya termasuk penerapan sistem manajemen mutu laboratorium. Definisi Kalibrasi Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu Dengan kata lain: Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Tujuan Kalibrasi
Mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan/ditelusur sampai ke standar yang lebih tinggi/teliti (standar primer nasional dan / internasional), melalui rangkaian perbandingan yang tak terputus.
Menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional penunjukan suatu instrument ukur.
Menjamin hasil-hsil Internasional.
pengukuran sesuai dengan
standar
Nasional
maupun
Manfaat Kalibrasi
Menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesefikasinya
Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan di berbagai industri pada peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.
Bisa mengetahui perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur.
Sistem manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif, termasuk di dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua perangkat pengukuran.ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang efektif. Kalibrasi diperlukan untuk:
Perangkat baru
Suatu perangkat setiap waktu tertentu
Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)
Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah kalibrasi
Ketika hasil pengamatan dipertanyakan
Kalibrasi, pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu. Hasil kalibrasi harus disertai pernyataan "traceable uncertainity" untuk menentukan tingkat kepercayaan yang di evaluasi dengan seksama dengan analisis ketidakpastian. Pada tahun 2015 untuk teknologi tepat guna telah dilaksanakan pembuatan penurun Kesadahan pengelolaan air bersih sebanyak 2 buah alat dan 1 buah model alat pengolah air bersih. C.Layanan kantor Untuk unit perencanaan dan pelaporan, keuangan, kepegawaian, kearsipan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :
o Pelaksanaan kegiatan unit keuangan khususnya bendahara penerimaan dan pengeluan untuk realiasasi kegiatan dan anggaran serta penerimaan negara bukan pajak tahun 2015 dapat dilaksanakan dengan baik. Pembayaran gaji pegawai, kekurangan gaji, kenaikan pangkat dan gaji berkala, dll dapat terlaksana ditahun 2015. o Telah dilaksanakan pembuatan SPM dan disampaikan ke KPPN Ambon untuk proses pencairan dana (SPPD), disampaikannya laporan secara rutin per bulan/semester(laporan SAI dan SIMAK BMN dan rekon di KPPN Ambon juga rekon tingkat wilayah sampai pada tingkat PP dan PL). o Telah dilaksanakan kegiatan pelaporan keuangan (CALK) semesteran dan tahunan BTKL PP Ambon, penyusunan laporan triwulan, tahunan dan laporan kinerja dapat diselesaikan o Dilakukannya perbaikan pada rincian kegiatan (Revisi) yang terdapat pada POK RKAKL dan DIPA yang mengalami kesalahan sehingga kegiatan tersebut dapat direalisasikan o Telah dipersiapkannya usulan kegiatan untuk Tahun Anggaran 2016 di tingkat Seksi dan Sub Bagian yang kemudian dibahas dan dikaji untuk selanjutnya ditetapkan sebagai usulan resmi BTKL PP Ambon untuk Tahun Anggaran 2016, Program/kegiatan kantor BTKL PPM Ambon selama tahun 2015 dapat berjalan/terealisasi dengan baik sebesar Rp. 11.834.390.209 (94.77 %) dari total pagu sebesar Rp. 12.487.058.000,-. Dan untuk pencapaian PNBP selama tahun 2015 sebesar Rp. 216.858.600,-(264,46%) dan melebihi target sebesar Rp.82.000.000,- . 4.
Manfaat (Benefits) Kegiatan yang telah dilaksanakan seksi SE dan ADKL, PTL pada wilayah kerja BTKL PP Ambon diharapkan : o Dengan diketahuinya faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular yang ada di masyarakat serta kualitas lingkungan sebagai dampak dari penurunan kualitas lingkungan dapat dijadikan sebagai dasar/acuandalam pengambilan kebijakan dan menentukan program /kegiatan ditahun berikutnya. o Dengan selesainya kegiatan uji petik pengambilan sampel air minum dan air bersih,masyarakat dapat mengetahui Kualitas Air bersih dan air minum, dapat mengetahui persyaratan air bersih dan air minum serta cara pengolahan air bersih dan air minum untuk dapat dikonsumsi masyarakat.
5.
Dampak (Impact)
Dengan berhasilnya kegiatan program yang dilaksanakan oleh BTKL PP Ambon diharapkan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja dan sumber daya yang ada pada BTKL PP Ambon untuk lebih profesional. Dengan adanya kegiatan SE ADKL dan PTL akan memberi dampak terhadap perubahan didalam masyarakat khususnya perubahan perilaku
hidup sehat dan masyarakat dapat
mengetahui risiko dari faktor lingkungan terhadap suatu penyakit sehingga masyarakat dapat menjaga lingkungan dengan baik. Dengan adanya pengambilan sampel air bersih dan air minum diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi dalam menjaga sumber-sumber air yang ada dan dapat memahami akan syarat dan proses pengolahan air secara baik dan benar agar dapat dikonsumsi. B. Akuntabilitas Kinerja
PENGUKURAN KINERJA Pengukuran kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau target melalui indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja ini diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang dilakukan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Ambondalam kurun waktu Januari – Desember 2015. Adapun pengukuran kinerja yang dilakukan adalah dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh gambaran tingkat
keberhasilan pencapaian
masing-masing indikator. Berdasarkan
pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang akan datang agar setiap program/ kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna. Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Ambondalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Dalam rangka mencapai sasaran, perlu ditinjau indikatorindikator Organisasi yang telah ditetapkan. Sasaran Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
dan Pengendalian Penyakit Ambon adalah: ― Meningkatnya surveilans epidemiologi dan analisis dampak kesehatan lingkungan berbasis laboratorium ―. Penetapan Kinerja Balai Tenik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Ambon, terdapat
indikator kinerja output yaitu meningkatkan pemeriksaan laboratorium dan
lingkungan untuk penyakit menular/tidak menular prioritas dan faktor risiko lainnya indikator jumlah pemeriksaan laboratorium dan lingkungan untuk penyakit berpotensi, wabah, penyakit proiritas dan faktor risiko lingkungannya. Dengan demikian, Indikator pencapaian sasaran Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Ambon
yang digunakan dalam pengukuran kinerja tahun 2015
adalah sebagai berikut: a. Meningkatnya kinerja surveilans epidemiologi dengan : 1) Persentase kajian factor risiko penyakity malaria, 100% 2) Persentase kajian factor risiko penyakit filaria, 100% 3) Persentase kajian factor risiko HIV/AIDS, 100% 4) Persentase kajian factor risiko TB Paru 100% 5) Persentase kajian factor risiko Diabetes Melitus, 100% 6) Jumlah laporan dan desiminasi informasi surveilans epidemiologi sebanyak 5 laporan setiap kajian per kabupaten setiap tahun b. Meningkatnya kinerja analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL) dengan : 1) Persentase kualitas lingkungan dan pengawasan sanitasi pemukiman, 100% 2) Persentase kualitas lingkungan dan pengawasan sanitasi hotel, 100% 3) Persentase kualitas lingkungan dan pengawasan sanitasi pasar, 100% 4) Persentase kualitas lingkungan dan pengawasan sanitasi tempat wisata, 100% 5) Persentase kualitas lingkungan dan pengawasan sanitasi air minum isi ulang, 100% 6) Persentase kualitas lingkungan dan pengawasan sanitasi air bersih daerah pesisir, 100% 7) Persentase kualitas limbah Rumah Sakit, 100% 8) Persentase survey, edentifikasi dan pengendalian vector malaria, 100% 9) Jumlah laporan dan desiminasi informasi surveilans epidemiologi sebanyak 8 laporan setiap kajian per kabupaten setiap tahun
c. Meningkatnya kinerja pengembangan teknologi laboratorium (PTL) dengan : 1) Persentase uji laboratorium sampel darah malaria, 100% 2) Persentase uji laboratorium sampel darah filaria, 100% 3) Persentase uji laboratorium sampel darah HIV/AIDS, 100% 4) Persentase uji laboratorium sampel darah PTM/DM, 100% 5) Persentase validasi methode, 100% 6) Persentase kalibrasi peralatan lab, 100% 7) Persentase pengolahan limbah lab, 100% 8) Persentase pengolahan air bersih, 100% 9) Persentase clorin di fuser, 100% 10) Persentase uji banding, 100% 11) Jumlah laporan dan desiminasi informasi surveilans epidemiologi sebanyak 8 laporan setiap kajian per kabupaten setiap tahun d. Meningkatnya dukungan administrasi dan manajemen dengan : 1) Meningkatnya tenaga fungsional : a) Tenaga fungsional sanitarian b) Tenaga fungsional pranata laboratorium c) Tenaga fungsional epidemiolog kes d) Seluruh tenaga administrasi memiliki jabatan fungsional angka kredit/non angka kredit yang relevan dengan bidang tugasnya. 2) Terpenuhinya peralatan esensial dan sarana penunjang operasional 3) Meningkatnya kemampuan penyelenggaraan pelatihan teknis bidang PP & PL. Kinerja Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas II Ambon dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya untuk tahun 2015 diukur berdasarkan tingkat penggunaan anggaran dan tingkat pencapaian kegiatan fisik antara lain: Untuk pencapaian fisik terealisasi sebesar Rp. 4.189.626.125 atau Rp. 5.866.708.000,atau 98,15 % dari rencana anggaran sebesar Rp. 5.977.236.000,-. Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 realisasi belanja modal mengalami penurunan sebesar Rp.
2.396.239.000 atau 29,00 %, disebabkan karena penurunan pagu khususnya untuk belanja modal pembangunan gedung dan bangunan. Realisasi Belanja Negara pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 11.113.856.934 atau mencapai 93,56 persen dari alokasi anggaran sebesar Rp. 11.879.058.000 (Alokasi Anggaran sebelum revisi sebesar Rp. 12.810.374.000). Realisasi Pendapatan Negara pada TA 2015 adalah berupa Pendapatan Negara Bukan Pajak sebesar Rp. 227.862.537 atau mencapai 213,44 persen dari estimasi pendapatan – LRA sebesar Rp. 106.757.000.
BAB V PENUTUP Sebagai bahan pemikiran kita bersama dalam pengelolaan kualitas lingkungan dan peningkatan kesehatan lingkungan
BTKL PP Ambon dimasa yang akan datang perlu dipertimbangkan
beberapa hal berikut : 1. Peningkatan kinerja lebih ditingkatkan melalui kegiatan dengan hasil kegiatan yang lebih profesional, berhasil dan dapat diberdaya gunakan oleh masyarakat/orang banyak sehingga tujuan dan sasran program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dapat diwujudnyatakan. 2. Perlu adanya peningkatan kualitas SDM yang dimiliki terutama tenaga teknik yang berhubungan dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat melalui pelatihan khusus yang terstandarisasi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. 3. Peningkatan kerjasama dengan instansi lain, swasta, LSM maupun masyarakat secara menyeluruh dengan promosi tentang keberadaan, tugas, fungsi dan peran BTKL PP sebagai sentra layanan kesehatan lingkungan kepada masyarakat di lingkungan wilayah kerja. 4. Faktor penunjang lainnya berupa sarana dan prasarana, peralatan yang lebih memadai perlu juga untuk menjadi perhatian dalam upaya pengembangan BTKL PP sesuai rencananya menjadi BTKL PP dengan mutu pelayanan yang lebih maksimal dan dapat diberikan kepada masyarakan dengan cakupan wilayah yang lebih luas. 5. Dengan berbagai kegiatan yang telah dilakukan BTKL PP Ambon maka, diharapkan agar usulan-usulan kegiatan di tahun yang akan datang dapat menjangkau daerah-daerah wilayah kerja yang belum terjangkau oleh kegiatan seksi SE dan ADKL maupun seksi PTL. 6. Diharapkan agar kami dapat dilibatkan dalam, apabila ada kegiatan pelatihan kearsipan, keuangan, pelaporan, kepegawaian, SE dan ADKL, teknologi laboratorium, dan bersertifikat demi peningkatan sumber daya tenaga kesehatan. 7. Dengan berbagai kegiatan surveilans epidemiolgi dan analisis dampak kesehatan lingkungan serta pengembangan teknologi laboratorium yang telah dilaksanakan diwilayah kerja BTKL PP Ambon, serta bertambahnya sumber daya tenaga kesehatan, peralatan, gedung dan
bangunan kantor yang sudah ada, serta telah terakreditasinya laboratorium. Diharapkan agar ditahun 2015 BTKL PP kelas II Ambon dapai dinaikan ke kelas I, dan kedepan dapat membentuk, dan mendirikan pos pelayanan di wilayah kerja Provinsi Papua dan Papua Barat.
A. KAjian Faktor Risiko kejadian penyakit (Surveilans Epidemiologi) 1. Jumlah penemuan kasus penyakit dalam rangka SKD – KLB a. Tujuan : b. Defenisi Operasional : Jumlah kasus penyakit yang di temukan dan berpotensi menimbulkan KLB meliputi penyakit DBD, Malaria, Diare, Keracunan Makanan/Minuman, dan Rabies di suatu wilayah selama kurun waktu 1 tahun c. Hasil Kajian Kegiatan
dilaksanakan melalui Survei dan investigasi data epidemiologi penyakit di
masyarakat dan sarana kesehatan (Jumlah Penemuan Kasus Penyakit Dalam Rangka SKD – KLB)dapat terlaksana sesuai rencana terget pada 3 lokasi yaitu :
Provinsi Maluku Kabupaten Seram Bagian Barat
Teridentifikasi telah terjadi KLB malaria di Kabupaten SBB pada bulan April tahun 2012 bila dibandingkan dengan data bulan yang sama periode tahun sebelumnya maupun bulan sebelumnya periode yang sama. Kejadian peningkatan kasus mencapai puncak tertinggi juga ditahun 2012 pada bulan Juni hingga mencapai angka 1.141 kasus. Pertengahan tahun (bulan Juni) atau di akhir musim hujan merupakan waktu dimana kejadian kasus malaria bergerak menuju angka tertinggi. Grafik.IV.1. Tren Kasus Malaria di Kabupaten SBB Tahun 2010 sampai Tahun 2014 1200 1000 800 600 400 200 0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Tahun 2014 479 237 159 572 506 355 439 182 302 103 Tahun 2013 172 182 181 685 830 749 829 489 489 466 366 357 Tahun 2012 128 123 133 288 805 1141 980 896 896 755 473 456 Tahun 2011 193 141 179 122 122 140 119 151 182 167 232 149 Tahun 2010 799 246 217 331 314 309 356 177 182 193 240 144 Sumber Data Dinas kesehatan Raja Ampat (Laporan Kegiatan SKD KLB di Kabupaten SBB) Tahun 20l4
Tren kasus kejadian malaria di kabupaten SBB berdasarkan data diperoleh dari tahun 2010 sampai tahun 2014 menunjukkan tren yang hampir serupa dari tahun ke tahun yaitu terjadinya peningkatan kasus diawal tahun yang kemudian menurun dan meningkat lagi di petengahan tahun pada bulan April hingga Juni yang kemudian cenderung menurun dan stabil hingga pada akhir tahun. Provinsi Papua Kabupaten Jayapura dan Provinsi Papua Barat Kabuapten Sorong (SKD KLB penyakit berpotensi KLB/wabah) Hasil Kajian : Data kasus penyakit berpotensi KLB/wabah yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong meliputi penyait diare dan malaria tahun 2011 – 2013 sedangkan untuk kasus demam berdarah dan keracunan makanan/pangan tidak ada laporan kasus. Kasus Penyakit Diare Dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Grafik IV.2. Distribusi Kasus Diare Menurut Waktu Tahun 2011 -2013 di Kabupaten Sorong 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Jan Feb Ma Apr Me Jun Jul Ags Sep Okt No Des r i v Tahun 2013 2 7 9 10 5 4 2 1 9 6 2 2 Tahun 2012 7
12 13
1
1
2
9
4
7
3
1
0
Tahun 2011 5
8
2
0
0
2
7
11
4
1
1
15
Sumber : Data sekunder (laporan kegiatan SKD KLB Kab.Sorong Tahun 20l4)
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa kasus diare di Kabupaten Sorong pada tiga tahun terakhir mengalami trend peningkatan kasus terjadi pada bulan Januari s.d Maret dan bulan September kemudian cenderung menurun dan stabil hingga pada akhir tahun. ;Grafik IV.3.Distribusi Kasus Malaria Menurut Tempat tahun 2011 – 2013
250 200 150 100 50 0
M Sal Kl M M Kl Ai M ay Sal Se aw Se Be a Ka Kl Sa Kl ois ak as m ari a aw ge ati gu ra m wa ab yo ayi egi bo ou as at m ati t Sel m ur on k ot sa li n n w uk a… o
M or ai d
M au du s
Tahun 2013 23345 87 10234 35 39 72 85 78 41 51 79 39 30 33 21 41 Tahun 2012 19772 37 65 56 62 41 33 53 43 44 19 32 42 25 20 31 29 Tahun 2011 57 23 15 17 25 22 20 11 46 31 27 43 40 23 24 18 14 10
[ Sumber data sekunder (laporan kegiatan SKD KLB Kab Sorong) Tahun 20l4
Grafik diatas menunjukkan bahwa penyebaran kasus malaria di Kabupaten Sorong ditemukan pada 8 distrik yang ada dengan kasus tertinggi pada distrik Animas dengan jumlah kasus tahun 2011- 57 kasus, tahun 2012- l97 kasus dan tahun 2013- 233 kasus.
Masalah yang di hadapi : 1) Belum semua kabupaten dalam wilayah regional terlaksana kegiatan penemuan kasus penyakit dalam rangka SKD – KLB 2) Masih terdapat perbedaan data antara Desa – Puskesmas – Kab/Kota dan Propinsi 3) Biaya transportasi, Penginapan dan lama waktu dalam rangka pelaksanaan kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat masih kurang dan tidak sesuai dengan kondisi rill lapangan 4) Masih terdapat karancuan pemahaman sebagian pimpinan Dinkes Propinsi – Kabupaten – Kota terhadap kedudukan tugas dan fungsi BTKL PP Ambon dalam wilayah regional Propinsi Maluku, Papua dan Papua Barat. d. Usul Pemecahan Masalah : 1) Penguatan Surveilans Epidemiologi SKD – KLB tingkat Kab/Kota/Propinsi 2) Memberikan umpan balik laporan tertulis hasil kajian 76faktor risiko, kepada Kepala Dinas Propinsi dan Kab/Kota untuk perbaikan capaian dan pelaporan 3) Melakukan validasi data
4) Khusus untuk operasional kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat biaya transportasi dan penginapan perlu di kaji standart biaya khusus terhadap lamanya waktu kegiatan yang dipengaruhi oleh kondisi topografi, iklim/cuaca dan kendala transportasi sehingga bertambahnya jumlah hari kegiatan mengakibatkan pengeluaran melebihi pagu anggaran perjalanan dinas yang ditetapkan Melakukan pertemuan terpadu evaluasi program bidang SE & ADKL dengan Dinas Propinsi, Kab/Kota dalam wilayah regional. Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang 2. Jumlah Kajian Faktor Risiko Malaria dan Filariasis a. Tujuan Mengetahui gambaran faktor risiko kejadian Malaria dan Filariasis di tiga Kabupaten. b. Defenisi Operasional : Jumlah Kabupaten yang mendapatkan Kajian Faktor Risiko Penyakit Malaria dan Filariasis meliputi1). pengambilan dan pemeriksaan sampel darah secara laboratorium 2). Faktor lingkungan 3). Perilaku masyarakat selama kurun waktu 1 tahun.
c. Hasil Kajian Indikator persentase jumlah lokasi KFR penyakit malaria pada tahun 2014 telah mencapai target yaitu 3 Kabupaten terealisasi 100%, dan KFR penyakit filariasis telah mencapai target yaitu 4 Kabupaten terealisasi 100%. Hasil kajian pada masingmasing daerah kabupaten yang mendapat kajian dapat dilihat pada grafik dibawah ini Grafik.1. Sampel Darah Positif Malaria Per Kabupaten
250 200 150 100 50 0 Jumlah
Kab.Kep.Aru 217
Kab.Biak 200
Kab. Fak-Fak 200
Positif
51.9
21
10
Persentase
48.1
31
6
Jumlah sampel darah posotif malaria lebih dominan di Kabupaten Kepulauan Aru sebanyak 51.9 dengan persentase 48.1% dari 217 responden, diikuti Kabupaten Biak jumlah responden 200 yang positif malaria 21 dengan persentase 31% dan Kabupaten Fak-Fak 200 responden dengan jumlah positif malaria 10 dengan persentase 6 %.
Tabel.IV.2. Hasil Kajian Penyakit Malaria Tahun 2014Pada Daerah Kabupaten Gambaran faktor risiko penyakit malaria No
Lokasi
Karateristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Kelompok Umur
Lingkungan Fisik Rumah Menurut
Perilaku Sosial Budaya Menurut
Penggunaan
Kerapatan
Plafon
Penggunaan
Aktifitas di
Kawat Kasa
Dinding
Rumah
Kelambu
luar rumah
Rumah
1
2
Provinsi Papua
Terbanyak malaria perempuan 31 %,
Lebih banyak berusia produktif 27%, non
52 % rumah responden tidak memakai kawat
Kab. Biak
laki-laki 21 %.
produtif 25%.
kasa. Tidak memakai kawat kasa 86,6%, yang pakai 15,6%.
Provinsi Papua
Terbanyak laki-laki
Barat
10%, perempuan
Lebih banyak berusia produktif 66%, non
Kab.Fak-Fak
6%.
produtif 5.5%.
Terbanyak rapat 56,2%, tidak rapat 43,8%.
Yang ada 56,2%, tidak ada 43,8%.
Dominan yang
Yang aktif
tdk memakai
6,5% dan
kelambu 46%,
tidak aktif
Yang pakai 4%
45,5%.
Tidak pakai kelambu 62,5%, Yang
pakai 37,5%. 3
Provinsi Maluku Kab. Kepulauan Aru
Lebih banyak lakilaki 51,9%, 48,1% perempuan.
Usia produktif 60,6%, non produktif 39,3%.
Banyak tidak memakai kawat kasa 94,5%, yang
Tidak rapat 66,9%, yang rapat 33,1%.
pakai 5,5%.
Banyak tidak ada 90,5%, yang ada 9,4%.
Tidak pakai
Tidak aktif
51,1%, pakai
76%, yang
49%.
aktif 24%.
Sumber : Laporan Kegiatan Kajian Malaria Tahun 2014 (Seksi SE & ADKL)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada hubungan bermakna antara kejadian kawat/kasa pada kejadian kelambu dengan kejadian malaria dan penggunaan obat anti nyamuk (OAN) dan juga tempat perindukan nyamuk dengan malaria pada tiga lokasi kegiatan.
Tabel.IV.2. Hasil Kajian Kejadian Filariasis Pada Daerah Kabupaten
No
Lokasi
1 Provinsi Maluku Kab. Malra
500 Sampel.
2 Provinsi Papua Barat Kab. Bintuni
Hasil Kajian Gambaran faktor risiko kejadian Filaria Lingkungan Fisik Rumah Sosial Budaya Untuk kerapatan dinding rumah hanya sebesar 6,2% responden dgn kondisi rumah tidak rapat/terbuka, Untuk keberadaan plafon rumah masih 79,2 % responden yang belum memiliki plafon sesuai kriteria yg dipakai. Keberadaan kawat kasa pd ventilasi rumah di ketahui 98 % responden yg tdk mempunyai kawat/kasa pada ventilasi rumahnya.
Penggunaan kelambu masih terdapat 55,8% responden yg belum/tidak menggunakan kelambu. Untuk penggunaan OAN diketahui terdapat 73,8% responden yang tidak menggunakan OAN.
Untuk kerapatan dinging rumah di wilayah kerja puskesmas Bintuni & puskesmas Mainimeri diketahui sebanyak 239 orang (52,2%) memiliki dinding rumah yg rapat. Keberadaan plafon
Pengunaan kelambu sebanyak 20,8% tidak menggunakan kelambu dan 79,2% menggunakan kelambu. Penggunaan OAN sebanyak 59,8% responden menggunakan OAN dan hanya 40,2% tidak menggunakan OAN.
264 sampel
3 Kab. Raja Ampat
300 Sampel
4 Provinsi Papua Kab. Jayapura
500 Sampel
rumah diketahui sebanyak 179 responden (67,8%) tdk memiliki plafon dan hanya sebanyak 85 responden (32,2%) diketahui memiliki plafon rumah sesuai kriteria operasional penelitian. Penggunaan kawat kasa sebagian besar/sebanyak 166 responden (62,8%) tdk menggunakan kawat kasa & hanya 98 responden 37,2% yg menggunakan kawat kasa. Tempat perindukan nyamuk (rawa/logan) & hasil pemeriksaan laboratorium ada jentik 1,8% tidak ada jentik 98,2%,dan sekitar rumah dan sekitar rumah ada jentik1,2%,tdk ada jentik 98,8%. Hal ini memungkinkan tdk terjadi kejadian filariasis.
Penggunaan kelambu 23,6%, tdk
Kerapatan dinding rumah terdapat 38% dgn kondisi dinding rumah tdk rapat/ terbuka.Keberadaan plafon
Penggunaan kelambu masih terdapat 19% respoden yg belum/ tidak menggunakan kelambu. Penggunaan OAN terdapat 78% responden yg tidak menggunakan OAN.
rumah diketahui masih terdapat 52% responden belum memiliki plafon sesuai kriteria Keberadaan kawat kasa pada ventilasi rumah diketahui 60% responden tdk mempunyai kawat/kasa.
menggunakan kelambu 76,4%. Penggunaan OAN 17,2% sedangkan 82,2% tdk menggunakan OAN Hal ini memungkinkan tertularnya penyakit filariasis.
Sumber : Laporan Kegiatan Kajian Malaria Tahun 2014 (Seksi SE & ADKL)
Tabel diatas dapat diketahui bahwa kondisi rumah responden dilihat dari kerapatan atau kemudahan akses antara luar rumah dan bagian dalam rumah merupakan bagian yang memudahkan keluar masuknya
nyamuk serta melakukan aktifitas mengisap darah yang kemungkinan sekaligus menularkan penyakit yang salah satunya filariasis.Jika dilihat dari persentase hasil antara responden yang memiliki dinding rumah yang tidak rapat dan dinding rumah yang rapat maka potensi penularan berdasarkan kerapatan diding rumah cenderung terjadi pada responden dengan dinding rumah yang tidak rapat.Penggunaan kawat kasa, kelambu dan obat anti nyamuk merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi masuknya nyamuk atau serangga lainnya, mengurangi kontak manusia dengan nyamuk.
d. Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target indicator : Keberhasilan pencapaian indikator hingga memenuhi target melalui ketepatan waktu pengambilan s/d konfirmasi hasil laboratorium, kelancaran koordanisi petugas dilapangan dan pengertian yang baik oleh masyarakat saat pengambilan sampel darah e. Masalah yang di hadapi : 1) Belum semua kabupaten dalam wilayah regional terlaksana kegiatan kajian faktor risiko penyakit malaria 2) Masih terdapat perbedaan data antara Desa – Puskesmas – Kab/Kota dan Propinsi 3) Biaya transportasi, Penginapan dan lama waktu dalam rangka pelaksanaan kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat masih kurang dan tidak sesuai dengan kondisi rill lapangan 4) Masih terdapat kerancuan pemahaman sebagian pimpinan Dinkes Propinsi – Kabupaten – Kota terhadap kedudukan tugas dan fungsi BTKL PP Ambon dalam wilayah regional Propinsi Maluku, Papua dan Papua Barat. f. Usul Pemacahan Masalah : 1) Meningkatkan
komonikasi
antar
petugas
Desa/Puskesmas/Kab/Kota dengan petugas BTKL PP Ambon
malaria
tingkat
2) Memberikan umpan balik laporan tertulis hasil kajian faktor risiko, kepada Kepala Dinas Propinsi dan Kab/Kota untuk perbaikan capaian dan pelaporan 3) Melakukan validasi data 4) Khusus untuk operasional kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat biaya transport dan penginapan perlu di kaji standart biaya khusus terhadap lamanya waktu kegiatan yang dipengaruhi oleh kondisi topografi, iklim/cuaca dan kendala transportasi sehingga bertambahnya jumlah hari kegiatan mengakibatkan pengeluaran melebihi pagu anggaran perjalanan dinas yang ditetapkan 5) Melakukan pertemuan terpadu evaluasi program bidang SE & ADKL dengan Dinas Propinsi, Kab/Kota dalam wilayah regional. Pengendalian Penyakit Menular Langsung 3. Jumlah Kajian Faktor Risiko HIV/AIDS dan TB Tujuan a. Defenisi Operasional : - Jumlah kabupaten (SMU/SMK) yang mendapatkan Kajian Faktor Risiko Penyakit HIV/AIDS meliputi 1).Pengetahuan2).Penggunaan NAPZA selama kurun waktu 1 tahun. - Jumlah Kabupaten yang mendapatkan Kajian Faktor Risiko Penyakit TB meliputi 1). Wawancara/Pengisian Kwisioner 2). Tingkat risiko factor lingkungan tempat tinggal 3). Perilaku masyarakat selama kurun waktu 1 tahun b. Capaian Indikator :
Indikator persentase jumlah lokasi KFR penyakit HIV/AIDS pada tahun 2014 telah mencapai target yaitu 1Kabupaten terealisasi 100%, dan penyakit TB 2 Kabupaten terealisasi 100 %. Hasil Kajian : 1. Kasus HIV/AIDS Berdasarkan hasil kajian dapat diketahui bahwa pengetahuan anak sekolah SMK Yapis dan 2. Penyakit TB terlaksana di Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku. Tujuan Mengetahui factor risiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit tuberculosis. Hasil Kajian : Jumlah responden penyakit TB di Kota Ambon 335 orang dan di Kabupaten Maluku Tenggara 335 orang. Hasil kajian diketahui bahwa kelompok factor menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa yang terbanyak menderita TB Paru adalah perempuan 50,9% pada kelompok kasus dan 55,0% pada kelompok control di Kota Ambon Puskesmas Rijali dan Puskesmas Air Salobar dan 55,68% pada keolmpok kasus dan 58,92% pada kelompok kontrol di Kabupaten Maluku Tenggara Puskesmas Saumlaki, Puskesmas Rolulun dan Puskesmas Alusi. Faktor pengetahuan penyakit TB Paru di Kota Ambon untuk responden yang tidak tau pada kelompok kasus sebanyak 38,33% dan 33,93% pada kelompok
control.Di Kabupaten Maluku Tenggara yang tidak tau sebanyak 56,28% pada kelompok kasus dan pada kelompok control 50%. Faktor menurut jenis lantai rumah dengan kejadian TB Paru diketahui bahwa di Kota Ambon lokasi kegiatan untuk lantai rumah yang kedap air 94,02% tidak kedap air 5,98%. Kabupaten Maluku Tenggara lokasi kegiatan diketahui jenis lantai rumah kedap air sebanyak 67,0% dan tidak kedap air 33,0%. Faktor menurut jenis dinding rumah dengan kejadian TB Paru diketahui bahwa di Kota Ambon lokasi kegiatan untuk dinding rumah kedap air sebanyak 67,67% dan tidak kedap air 42,6%. Kabupaten Maluku Tenggara daelah kegiatan untuk jenis dinding kedap air sebanyak 57,4% dan tidak kedap air 42,6%. c. Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target indikator : Keberhasilan pencapaian hingga memenuhi target adalah ketepatan waktu pengisian kwisioner oleh anak sekolah, kelancaran koordinasi antar petugas dengan pihak sekolah.Kelancaran saat wawancara/pengisian kwisioner komunikasi yang baik antar petugas dan masyarakat yang berpengertian untuk memberikan informasi.
d. Masalah yang di hadapi : 1) Belum semua semua anak sekolah di kabupaten dalam wilayah regional terlaksannya kegiatan kajian faktor risiko penyakit HIV/AIDS dan TB 2) Masih terdapat perbedaan pemahaman kewenangan antara pihak Dinkes dengan KPAD setempat dalam kaitannya dengan penanggulangan HIV/AIDS di daerah, Masih terdapat kasus yang tidak terpantau oleh petugas
3) Biaya transportasi, Penginapan dan lama waktu dalam rangka pelaksanaan kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat masih kurang dan tidak sesuai dengan kondisi rill lapangan e. Usul Pemacahan Masalah : 1) Meningkatkan koordinasi antara pihak Dinkes, KPAD setempat dengan petugas BTKL PP Ambon 2) Memberikan umpan balik laporan tertulis hasil kajian 85 actor risiko, kepada Kepala Dinas ProvKab/Kota, KPAD, Pihak Sekolah untuk perbaikan capaian dan pelaporan 3) Khusus untuk operasional kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat biaya transport dan penginapan perlu di kaji standart biaya khusus terhadap lamanya waktu kegiatan yang dipengaruhi oleh kondisi topografi, iklim/cuaca dan kendala transportasi sehingga bertambahnya jumlah hari kegiatan mengakibatkan pengeluaran melebihi pagu anggaran perjalanan dinas yang ditetapkan 4) Melakukan pertemuan terpadu evaluasi program bidang SE & ADKL dengan Dinas Propinsi, Kab/Kota dalam wilayah regional.
Penyehatan Lingkungan 4. Jumlah Kajian Faktor Risiko DM a. Tujuan Mengetahui gambaran factor risiko penyakit diabetes pada masyarakat. b. Defenisi Operasional :
Jumlah Kabupaten yang mendapatkan Kajian Faktor Risiko Penyakit DM meliputi 1). pengambilan dan pemeriksaan sampel darah langsung di lapangan
2).
Pengetahuan masyarakat selama kurun waktu 1 tahun
c. Capaian Indikator : Indikator persentase jumlah lokasi KFR penyakit DM pada tahun 2014 telah mencapai target yaitu 3 Kabupaten terealisasi 100% Hasil Kajian : Berdasarkan hasil kajian menurut karateristik responden berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh subjek berjenis kelamin perempuan pada tiga lokasi kegiatan. Provinsi Papua Kabupaten Mimika wilayah kerja Puskesmas Timika (500 responden) 66,4% sementara laki-laki 33,6%, sebaran DM tipe2 berdasarkan umur dengan frekuensi DM terbanyak pada kelompok umur ≥ 40 tahun 55,6% dan Kabuapten Jayawijaya (500 responden) 50,4%, umur terbanyak 26-35 tahun sebanyak 30,2%. Factor risiko index masa tubuh dengan freuansi DM terbnanyak pada kelompokj dengan obesitas 69,4% di Kabupaten Mimika. Factor risiko (perilaku) riwayat keluarga DM di Kabupaten Mimika sebaran DM tipe 2 dengan frekuensi DM terbanyak pada kelompok dengan riwayat keluarga (DM) 55,6%. Berdasarkan kebiasaan berolahraga dengan frkuensi DM terbanyak pada kelompok kebiasaan beolahraga52,8%, berdasarkan tekanan darah dengan frekuensi DM sama pada kelompok hipertensi dan tidak hipertensi 50%, berdasarkan kebiasaan merokok terbanyak pada kelompok yang tidak merokok 88,9% . Kabuapetn Jayawijaya yang memiliki riwayat keluarga DM 8,8%, responden dinyatakan diabetes tidak memiliki riwayat keluarga/keturunan diabetes sebesar 4,8% dan yang memiliki
keluarga/keturunan diabetes sebesar 1,2 % dinyatakan diabetes, responden yang melakukamn olahraga dinyatakan diabetes 2,4% tidak melakukan olahraga 3,6% dinyakatan diabetes, perokok aktif yang dinyatakan diabetes 2,0% dan perokok pasif dinyatakan diabetes 4,0%. d. Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target indicator : Keberhasilan pencapaian indikator hingga memenuhi target melalui ketepatan waktu dan ketelitian saat pengembilan sampel darah langsung dilapangan oleh petugas dan pengertian yang baik oleh masyarakat saat pengambilan sampel darah e. Masalah yang di hadapi : 1) Belum semua kabupaten dalam wilayah regional terlaksannya kegiatan kajian faktor risiko penyakit DM 2) Masih terdapat perbedaan data antara Desa – Puskesmas – Kab/Kota dan Propinsi 3) Biaya transportasi, Penginapan dan lama waktu dalam rangka pelaksanaan kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat masih kurang dan tidak sesuai dengan kondisi rill lapangan 4) Masih terdapat kerancuan pemahaman sebagian pimpinan Dinkes Propinsi – Kabupaten – Kota terhadap kedudukan tugas dan fungsi BTKL PP Ambon dalam wilayah regional Propinsi Maluku, Papua dan Papua Barat. f. Usul Pemacahan Masalah : 1) Memberikan umpan balik laporan tertulis hasil kajian faktor risiko, kepada Kepala Dinas Propinsi dan Kab/Kota untuk perbaikan capaian dan pelaporan 2) Melakukan validasi data
3) Khusus untuk operasional kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat biaya transport dan penginapan perlu di kaji standart biaya khusus terhadap lamanya waktu kegiatan yang dipengaruhi oleh kondisi topografi, iklim/cuaca dan kendala transportasi sehingga bertambahnya jumlah hari kegiatan mengakibatkan pengeluaran melebihi pagu anggaran perjalanan dinas yang ditetapkan 4) Melakukan pertemuan terpadu evaluasi program bidang SE & ADKL dengan Dinas Propinsi, Kab/Kota dalam wilayah regional. 5. Jumlah Kajian Kualitas Lingkungan Pemukiman a. Tujuan
b. Defenisi Operasional : Jumlah Kabupaten yang mendapatkan Kajian Kualitas Lingkungan Pemukiman meliputi 1).Pengisian Kwesioner/wawancara 2).Pementauan Faktor lingkungan 3). Perilaku masyarakat selama kurun waktu 1 tahun c. Cara Pengukuran : Jumlah K. Kualitas Lingk. yang ditargetkan selama kurun waktu 1 tahun X 100% Jumlah K. Kualitas Lingk. Yang terealisasikan pada kurun waktu yang sama d. Capaian Indikator : Indikator persentase jumlah lokasi kajian kualitas lingkungan pemukiman pada tahun 2014 telah mencapai target yaitu 2 Kabupaten terealisasi 100% e. Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target indicator : Keberhasilan pencapaian indikator hingga memenuhi target melalui kerjasama antar petugas dengan pihak desa (tokoh masyarakat).
f. Masalah yang di hadapi : 1) Belum semua kabupaten dalam wilayah regional terlaksannya kegiatan kajian kualitas lingkungan pemukiman 2) Masih terdapat perbedaan data antara Puskesmas – Kab/Kota dan Propinsi tentang kualitas lingkungan pemukiman 3) Biaya transportasi, Penginapan dan lama waktu dalam rangka pelaksanaan kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat masih kurang dan tidak sesuai dengan kondisi rill lapangan 4) Masih terdapat kerancuan pemahaman sebagian pimpinan Dinkes Propinsi – Kabupaten – Kota terhadap kedudukan tugas dan fungsi BTKL PP Ambon dalam wilayah regional Propinsi Maluku, Papua dan Papua Barat. g. Usul Pemacahan Masalah : 1) Memberikan umpan balik laporan tertulis hasil kajian 89 actor risiko, kepada Kepala Dinas Propinsi dan Kab/Kota untuk perbaikan capaian dan pelaporan 2) Melakukan validasi data 3) Khusus untuk operasional kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat biaya transport dan penginapan perlu di kaji standart biaya khusus terhadap lamanya waktu kegiatan yang dipengaruhi oleh kondisi topografi, iklim/cuaca dan kendala transportasi sehingga bertambahnya jumlah hari kegiatan mengakibatkan pengeluaran melebihi pagu anggaran perjalanan dinas yang ditetapkan 4) Melakukan pertemuan terpadu evaluasi program bidang SE & ADKL dengan Dinas Propinsi, Kab/Kota dalam wilayah regional.
6. Jumlah Pengawasan Pemeriksaan Limbah Cair Rumah Sakit a. Pengertian : Jumlah Rumah Sakit yang mendapatkan Pengawasan Pemeriksaan Limbah Cair b. Defenisi Operasional : Jumlah Rumah Sakit yang mendapatkan Pengawasan dan Pemeriksaan Limbah Cair meliputi 1).Pengambilan pemeriksaan sampel 2). Pengawasan IPAL selama kurun waktu 1 tahun c. Cara Pengukuran : Jumlah Sampel Limbah Cair yang ditargetkan selama kurun waktu 1 tahun X 100% Jumlah Sampel Limbah Cair yang terealisasikan pada kurun waktu yang sama d. Capaian Indikator : Indikator persentase jumlah rumah sakit yang diperiksa limbah cair pada tahun 2014 hanya terealisir 2 rumah sakit ( 66,7% ) sisanya 1 rumah sakit yang tidak terealisir ( 23,3% ) e. Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target indikator : 1) Dua Rumah Sakit yang terealisir pemeriksaan sampel limbah cair di dasari atas kerjasama antar petugas BTKL PP Ambon dengan petugas Sanitarian rumah sakit 2) Satu rumah sakit yang tidak terealisir disebabkan oleh kurangnya koordinasi dalam pengajuan anggaran terkait dengan mekanisme revisi f. Masalah yang di hadapi :
1) Belum semua rumah sakit dalam wilayah regional terlaksannya kegiatan pengawasan pemeriksaan limbah cair 2) Anggaran tidak dapat di cairkan di kas negara 3) Biaya transportasi, Penginapan dan lama waktu dalam rangka pelaksanaan kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat masih kurang dan tidak sesuai dengan kondisi rill lapangan 4) Masih terdapat kerancuan pemahaman sebagian pimpinan Dinkes Propinsi – Kabupaten – Kota terhadap kedudukan tugas dan fungsi BTKL PP Ambon dalam wilayah regional Propinsi Maluku, Papua dan Papua Barat. g. Usul Pemacahan Masalah : 1) Meningkatkan koordinasi antar pengelola keuangan dan pemegang program sesuai penjadwalan 2) Meningkatkan koordinasi pengawasan IPAL Rumah Sakit antar petugas BTKL dengan pihak Rumah Sakit 3) Memberikan umpan balik laporan tertulis hasil pemeriksaan sampel berdasarkan konfirmasi laboratorium, kepada pihak rumah sakit 4) Khusus untuk operasional kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat biaya transport dan penginapan perlu di kaji standart biaya khusus terhadap lamanya waktu kegiatan yang dipengaruhi oleh kondisi topografi, iklim/cuaca dan kendala transportasi sehingga bertambahnya jumlah hari kegiatan mengakibatkan pengeluaran melebihi pagu anggaran perjalanan dinas yang ditetapkan 5) Melakukan pertemuan terpadu evaluasi program bidang SE & ADKL dengan Dinas Propinsi, Kab/Kota dalam wilayah regional.
7. Jumlah Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum a. Pengertian : Jumlah kabupaten yang mendapatkan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum b. Defenisi Operasional : Jumlah Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum meliputi hotel, tempat wisata, parameter lingkungan dan parameter kualitas air di suatu wilayah selama kurun waktu 1 tahun c. Cara Pengukuran : Jumlah TTU yang ditargetkan selama kurun waktu 1 tahun X 100% Jumlah TTU yang terealisasikan pada kurun waktu yang sama d. Capaian Indikator : Indikator persentase jumlah TTU yang diperiksa pada tahun 2014 hanya terealisir 6 TTU ( 75% ) sisanya 2 TTU yang tidak terealisir ( 25% ) e. Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target indicator : 1) Enam TTU
yang terealisir pemeriksaan sampel parameter lingkungan dan
parameter kualitas air di dasari atas kerjasama antar petugas BTKL PP Ambon dengan petugas Sanitarian kabupaten 2) Dua TTU yang tidak terealisir disebabkan oleh kurangnya koordinasi dalam pengajuan anggaran terkait dengan mekanisme revisi f. Masalah yang di hadapi : 1) Belum semua lokasi dalam wilayah regional terlaksannya kegiatan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum
2) Biaya trasportasi, Penginapan dan lama waktu dalam rangka pelaksanaan kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat masih kurang dan tidak sesuai dengan kondisi rill lapangan 3) Masih terdapat kerancuan pemahaman sebagian pimpinan Dinkes Propinsi – Kabupaten – Kota terhadap kedudukan tugas dan fungsi BTKL PP Ambon dalam wilayah regional Propinsi Maluku, Papua dan Papua Barat. g. Usul Pemacahan Masalah : 1) Meningkatkan koordinasi antar pengelola keuangan dan pemegang program sesuai penjadwalan 2) Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum tingkat Kab/Kota/propinsi 3) Memberikan umpan balik laporan tertulis hasil pemeriksaan sampel berdasarkan konfirmasi laboratorium, kepada pihak kab/kota 4) Khusus untuk operasional kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat biaya transport dan penginapan perlu di kaji standart biaya khusus terhadap lamanya waktu kegiatan yang dipengaruhi oleh kondisi topografi, iklim/cuaca dan kendala transportasi sehingga bertambahnya jumlah hari kegiatan mengakibatkan pengeluaran melebihi pagu anggaran perjalanan dinas yang ditetapkan 5) Melakukan pertemuan terpadu evaluasi program bidang SE & ADKL dengan Dinas Propinsi, Kab/Kota dalam wilayah regional.
8. Jumlah Kajian Monitoring Sanitasi & Kualitas Air Bersih/Minum
a. Tujuan Mengetahui gambaran umum tentang system pengelolaan dan kualitas air bersih/air minum b. Defenisi Operasional : Jumlah kabupaten yang mendapatkan Kajian Monitoring Sanitasi & Kualitas Air Bersih/Minum terdiri dari kualitas sanitasi sarana, kualitas air minum/bersih meliputi parameter fisika, kimia, bakteriologi.
c. Capaian Indikator : Indikator
persentase
jumlah
Kajian
Monitoring
Sanitasi
&
Kualitas
Air
Bersih/Minum yang diperiksa pada tahun 2014 hanya terealisir 37 kajian (93,3%) sisanya 2 kajian yang tidak terealisir (6,3% ) d. Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target indicator : 1) 37 Kajian Monitoring Sanitasi & Kualitas Air Bersih/Minum yang terealisir pemeriksaan sampel air bersih/minum di dasari atas kerjasama antar petugas BTKL PP Ambon dengan petugas Sanitarian kabupaten 2) 1 Kajian Monitoring Sanitasi & Kualitas Air Bersih/Minum yang tidak terealisir disebabkan oleh kurangnya koordinasi dalam pengajuan anggaran terkait dengan mekanisme revisi anggaran e. Masalah yang di hadapi : 1) Belum semua lokasi dalam wilayah regional terlaksannya kegiatan Kajian Monitoring Sanitasi & Kualitas Air Bersih/Minum
2) Biaya trasportasi, Penginapan dan lama waktu dalam rangka pelaksanaan kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat masih kurang dan tidak sesuai dengan kondisi rill lapangan 3) Masih terdapat kerancuan permasalahan sebagain pimpinan Dinkes Propinsi – Kabupaten – Kota terhadap kedudukan tugas dan fungsi BTKL PP Ambon dalam wilayah regional Propinsi Maluku, Papua dan Papua Barat. f. Usul Pemacahan Masalah : 1) Meningkatkan koordinasi antar pengelola keuangan dan pemegang program sesuai penjadwalan 2) Memberikan umpan balik laporan tertulis hasil kajian kepada Kepala Dinas Propinsi dan Kab/Kota untuk perbaikan capaian dan pelaporan 3) Khusus untuk operasional kegiatan di Kabupaten Propinsi Papua dan Papua Barat biaya transport dan penginapan perlu di kaji standart biaya khusus terhadap lamanya waktu kegiatan yang dipengaruhi oleh kondisi topografi, iklim/cuaca dan kendala transportasi sehingga bertambahnya jumlah hari kegiatan mengakibatkan pengeluaran melebihi pagu anggaran perjalanan dinas yang ditetapkan 4) Melakukan pertemuan terpadu evaluasi program bidang SE & ADKL dengan Dinas Propinsi, Kab/Kota dalam wilayah regional. 9. Jumlah Pengembangan Teknologi Tepat Guna Jamban Sehat a. 4Defenisi Operasional : Jumlah jamban sehat yang dibangun memenuhi persyaratan sanitasi di suatu wilayah selama kurun waktu 1 tahun
b. Capaian Indikator :
Indikator persentase jumlah jamban yang di bangun pada tahun 2014 telah mencapai target yaitu 6 sarana terealisasi 100% c. Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target indicator : Keberhasilan pencapaian indikator hingga memenuhi target melalui koordinasi terpadu dengan tokoh masyarakat menyangkut lokasi, proses penanganan oleh pihak ke III melalui Penunjukann Langsung sesuai Pelpres No. 70 tahun 2012 pengadaan barang dan jasa pemerintah d. Masalah yang di hadapi : 1) Belum
semua
lokasi
dalam
wilayah
regional
terlaksannya
kegiatan
Pengembangan Teknologi Tepat Guna Jamban Sehat
e. Pemacahan Masalah : 1) Meningkatkan koordinasi program kesehatan lingkungan antara petugas BTKL PP Ambon dengan pemegang program dalam wilayah regional
Melakukan pertemuan terpadu evaluasi program bidang SE & ADKL dengan Dengan terlaksananya kegiatan SE dan ADKL tahun 2013 diperolehnya data primer maupun data sekunder penyakit dan faktor risiko penyakit menular dan tidak menular yang akan menjadi evidenbase atau dasar pengambilan kebijakan di bidang kesehatan bagi pemerintah daerah setempat dan bagi BTKL PP Ambon.
B. Seksi Pengembangan Teknologi dan Laboratorium dengan hasil kegiatan dapat terlaksana dan terealisasi dengan baik dan dapat dilihat melalui : 1. Laboratorium BTKL PP Ambon di tahun 2012 sudah terakreditasi. 2. Hasil Pemeriksaan Sampel Triwulan IV Tahun 2014 BTKL PP Ambon sebagai institusi yang melaksanakan layanan laboratorium dibidang lingkungan menghasilkan/memiliki data kualitas lingkungan yang mencakup kualitas air (air bersih, air minum, limbah cair, air laut dan air badan air) serta kualitas udara yang diperoleh dari hasil pemeriksaan sampel air maupun udara dari konsumen dan program BTKL PP Ambon. Selama Triwulan IV pada instalasi layanan teknik juga menerima/ melakukan pengambilan sampel atas permintaaan pelanggan. Grafik 1. Distribusi jumlah sampel berdasarkan pemeriksaan laboratorium pada Triwulan IV tahun 2014
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bulan
Instalasi
Kimia Fisika Padat Cair Biologi & Klinik Udara Februari Kimia Fisika Padat Cair Biologi & Klinik Udara Kimia Fisika Padat Maret Cair Biologi & Klinik Udara Kimia Fisika Padat April Cair Biologi & Klinik Udara Kimia Fisika Padat Mei Cair Biologi & Klinik Udara Kimia Fisika Padat Juni Cair Biologi & Klinik Udara Januari
Jumlah Sampel Pasif Aktif
Keterangan
65 59 -
-
45 38 10
10 10 -
Total =
36 51 10
52 -
Total = 218
79 62 6
32 10 -
Total = 189
89 65 16
21 10 -
Total = 201
125 101 12
33 23 -
Total = 294
Total = 124 Sampel
113Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
Sampel
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Kimia Fisika Padat Cair Biologi & Klinik Udara Agustu Kimia Fisika Padat Cair s Biologi & Klinik Udara Septem Kimia Fisika Padat Cair ber Biologi & Klinik Udara Oktobe Kimia Fisika Padat Cair r Biologi & Klinik Udara Nopem Kimia Fisika Padat Cair ber Biologi & Klinik Udara Desem Kimia Fisika Padat Cair ber Biologi & Klinik Udara Jumlah Total Juli
40 62 99
45 41 -
Total = 287
86 82 65
36 37 -
Total = 306
70 51 9
25 12 -
Total = 167
84 12 0 13 32 44 12
24 8 5
Total
27 20 -
Total = 135
66 62 24
25 9 -
Total = 186
45 7
118
575
Sampel
Sampel
Sampel =
Sampel
Sampel
Sampel
254