Bottom-Up Construction pada Gedung 48 Lantai dengan 5 Besmen Plaza Indonesia II – Jakarta Ir. Davy Sukamta – IP Utama HAKI
PENDAHULUAN Proyek Plaza Indonesia II adalah extension dari kompleks Plaza Indonesia dan hotel Grand Hyatt Jakarta. Pengembangan ini terdiri dari 2 tower, yaitu tower perkantoran (42 lantai) dengan podium 8 lantai dan 5 lapis besmen; dan tower hunian yang dinamakan “Keraton”, 48 lantai dengan podium 7 lantai dan 5 lapis besmen. Kedua tower akan mempunyai helipad. Apabila selesai dikerjakan, Keraton akan menjadi gedung tertinggi di Indonesia. Gambar 1 menunjukkan pandangan udara proyek tersebut.
Gambar 1 Kedua tower berikut podium dan besmen-nya dibangun di atas lahan yang sangat terbatas. Bangunan ini akan berdiri di antara gedung pertokoan Plaza Indonesia, EX Center dan Kedutaan Jepang (Gambar 2). Sehubungan dengan jarak tepi besmen yang sudah dekat dengan bangunan sekeliling, maka untuk pembangunan besmennya dipilih cara top-down construction. Karena masalah jadwal, dipilih juga metode bottom-up, dimana kelak pada saat pengerjaan besmen selesai, struktur atas akan mencapai lantai 10.
Gambar 2 Bangunan diantara EX dan Kedutaan Jepang
Seminar & Pameran HAKI 2008
– “Pengaruh Gempa dan Angin Terhadap Struktur”
1
KONDISI TANAH DASAR Berdasarkan hasil penyelidikan tanah yang telah dilakukan secara ekstensive, stratifikasi tanah dapat dibagi atas beberapa lapis sebagaimana diuraikan berikut. Lapisan paling atas berupa lapisan soft silty-clay tebal 6m dengan nilai SPT N=3, diikuti dengan 12m lapisan medium to hard clayey-silt (N=10~30), kemudian 12m lapisan medium to stiff silty clay (N=10~16). Berikutnya sedalam 52 m dijumpai lapisal silt-clay, konsistensi sedang sampai keras dengan nilai N berkisar antara 20-30m, dilanjutkan dengan 10m clayey-silt keras dan silty-sand padat (N=25) dan silty-clay keras dengan nilai N = 20~38, sampai akhir pengeboran di kedalaman 120m. Gambar 3 menunjukkan idealisasi profil tanah dengan deskripsi dan nilai SPT-nya[1].
PANDANGAN GEOTEKNIK Dalam perancangan besmen dalam, secara umum ada beberapa hal yang perlu ditinjau oleh perencana. Analisa struktur dinding penahan tanah harus dilakukan untuk tekanan air pori terdrainase dan bahaya kelongsoran global maupun bahaya heaving, piping dan deformasi yang terjadi pada setiap tahapan pelaksanaan harus ditinjau dengan seksama. Dalam hal besmen dalam, sekwen pekerjaan harus dimodelkan dengan benar karena diagram momen lentur dan gaya lintang hasil analisa senantiasa mengacu kepada sekwen ini.
Seminar & Pameran HAKI 2008
– “Pengaruh Gempa dan Angin Terhadap Struktur”
2
Gambar 3
PERANCANGAN BESMEN Dalam perancangan struktur bawah, sesuai dengan peraturan gempa di Indonesia, SNI 03-1726-2002, maka struktur bawah tidak boleh gagal lebih dahulu daripada struktur atas (Pasal 5.1.5). Khusus pada proyek ini, pemilik menginginkan bangunannya dirancang terhadap gempa 2500 tahun, hal mana menyebabkan dilakukannya studi Probabilistic Seismic Hazard Analysis untuk Jakarta disertai pembuatan Site Specific Response Spectra untuk lokasi proyek, hal mana sudah dibahas dalam beberapa makalah lain[2][3] sehingga tidak diuraikan lebih lanjut disini.
Seminar & Pameran HAKI 2008
– “Pengaruh Gempa dan Angin Terhadap Struktur”
3
Perancangan D-wall disesuaikan dengan sekwen pekerjaan yang diusulkan kontraktor. Karena D-wall sudah terpasang sejak tahun 1997, maka dilakukan pemeriksaan kekuatan penampangnya terhadap momen-momen yang terjadi. Lihat gambar 4 dan gambar 5. Tebal D-wall adalah 800 mm, panjang total 30 m. Deformasi lateral di muka tanah dirancang agar tidak melampaui 25 mm. Adjacent to Exist. Plz. Indo.
Adjacent to Existing Plaza Indonesia [Excavation depth = 16m]
0
-5
-5
-10
-10
-15
-15
Depth (m)
Depth (m)
0
-20
-20
1st Step -25
-25
-30
-30 Final Step -35
-35 -80
-60
-40
-20
0
20
40
60
0
80
10
20
30
40
50
D-Wall Horz. Defle ction (m m )
Envelope of D-Wall Bending Mom ent (ton.m /m )
Gambar 4
Adjacent to Jln. Thamrin [Excavation Depth = 14.5m]
Adjacent to Jln. Thamrin 0
-5
-5
-10
-10
-15
-15
Depth (m)
Depth (m)
0
-20
-20
-25
-25
-30
-30
-35 -80
-60
-40
-20
1st Step
Final Step
-35 0
20
40
60
80
Envelope of D-Wall Bending Mom ent (ton.m /m )
0
10
20
30
40
50
D-Wall Horz. Deflection (m m )
Gambar 5
Seminar & Pameran HAKI 2008
– “Pengaruh Gempa dan Angin Terhadap Struktur”
4
MASALAH YANG DIHADAPI Selain masalah geoteknik dan teknik pondasi yang umum harus dihadapi dalam merancang sebuah besmen dalam, khusus pada proyek Plaza Indonesia II ada beberapa hal spesifik yang perlu dihadapi : a. Proyek ini terletak di lokasi bekas lahan parkir yang relatif sempit, dengan ruang kerja yang sangat terbatas. b. Pada lokasi tersebut sudah berdiri eX-Center, dimana sebagian gedungnya bertumpu pada D-Wall yang ada. c. Besmen berdekatan dengan gedung Plaza Indonesia / Hotel Grand Hyatt, dengan tipe pondasinya berupa soil-supported mat untuk bagian podiumnya. d. Besmen berdekatan dengan gedung Kedutaan Besar Jepang. e. Tender design-construct dilakukan pada tahun 2006, dengan target mulai pekerjaan pada kwartal ke-4 tahun 2006 dan bagian retail (podium block) 7 lantai harus siap dibuka pada akhir tahun 2008. Dengan demikian waktu pelaksanaan menjadi satu parameter yang harus dipertimbangkan dengan seksama.
SOLUSI TERHADAP MASALAH Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, maka sistem besmen untuk Plaza Indonesia II dirancang dengan pendekatan-pendekatan sbb; a. Penggunaan lantai beton sebagai strut yang sangat kaku akan mampu mengurangi deformasi lateral D-Wall yang akan terjadi, dan dengan demikian pengaruh galian terhadap bangunan sekitar dapat diminimalkan sebesar-besarnya. b. Lantai beton yang mulai dicor adalah lantai B-1, kemudian lantai 1 sambil melakukan penggalian ke bawah dengan secara simultan. c. Lantai 1 dirancang untuk menerima beban hidup 2 ton/m2, agar dapat menampung bahan bangunan dan digunakan untuk manuver alat-alat berat. Urutan pekerjaan diuraikan pada bagian proses pelaksanaan. d. Untuk menahan beban sementara yang berat (5 lantai besmen + 10 lantai gedung), digunakan king-post berupa infil steel tube, dengan beton mutu 55 Mpa dan tabung baja yang dibuat dari pelat jenis ASTM Grade 50. King-post ini ditahan oleh bored-pile diameter 1.8 m yang mempunyai daya dukung ijin 1500 ton.
PROSES PELAKSANAAN SsangYong Engineering Construction Co.Ltd. adalah kontraktor utama pada proyek ini, dimana perusahaan Korea tersebut bekerja sama dengan DavySukamta & Partners memenangkan tender rancang-bangun untuk struktur bangunan proyek ini. Struktur menara diganti dari struktur konstruksi baja menjadi struktur konstruksi beton, kecuali untuk bagian podium. Akibat penambahan berat sendiri struktur, maka diperlukan fondasi tambahan. Pekerjaan fondasi dimulai pada bulan September 2006 dan selesai pada bulan Desember 2006. Pekerjaan besmen dan 10 lantai kedua menara selesai pada bulan Oktober 2007. Pekerjaan struktur atas selanjutnya relatif dapat dilakukan dengan mudah, dengan kecepatan konstruksi sekitar 1 minggu per lantai. Hambatan yang dijumpai selama proses pelaksanaan adalah banyaknya perubahan setempat yang diminta oleh Owner. Pada saat tulisan ini dibuat, struktur menara perkantoran sudah mencapai lantai 40, sedangkan menara hunian mencapai lantai 41.
Seminar & Pameran HAKI 2008
– “Pengaruh Gempa dan Angin Terhadap Struktur”
5
Pada saat pelaksanaan, monitoring terhadap posisi D-Wall dan settlement yang terjadi dimonitor dengan ketat. Hasil pemantauan inclinometer yang dipasang di belakang DWall disajikan pada Gambar 6, sedangkan pengamatan terhadap penurunan gedung disajikan pada Gambar 7 dan Tabel 1. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pergerakan D-Wall umumnya lebih kecil daripada prediksi semula, sedangkan penurunan yang terjadi berbeda secara mencolok dengan prediksi, hal mana seringkali dijumpai untuk proyek-proyek besar di Jakarta.
IB-3
IA-1
Gambar 6
Seminar & Pameran HAKI 2008
– “Pengaruh Gempa dan Angin Terhadap Struktur”
6
IA-1 Residential
R-5 R-6 R-2
Legenda : O-2
: Inklinometer
O-5
IB-3
: Settlement marker di corewall L1 : Settlement marker di kolom L1
O-6 Office
Gambar 7 - Lokasi inklinometer dan settlement marker yang ditinjau
Tabel 1 Penurunan bangunan (settlement marker) dalam mm Residential
R-2
R-5
R-6
26-Apr-07
-
-
-
27-Nov-07
5
8
9
11-Feb-08
8
11
12
01-Apr-08
8
13
14
02-Jun-08
9
15
18
Office
O-2
O-5
O-6
26-Apr-07
-
-
-
07-Jan-08
6
5
6
01-Apr-08
7
11
10
02-Jun-08
7
12
12
Seminar & Pameran HAKI 2008
– “Pengaruh Gempa dan Angin Terhadap Struktur”
7
Pelaksanaan bottom-up memerlukan perancangan yang sangat rinci, mulai dari urutan pekerjaan penggalian, detail dudukan pelat besmen pada king-post, bagaimana pelaksanaan pengecoran kolom komposit, dan sambungan tulangan balok yang melewati kolom komposit. Plaza Indonesia II direncanakan selesai dibangun pada bulan September 2009. Sebagian gambar-gambar pada makalah ini didapatkan dari staff SsangYong dan staff Plaza Indonesia, untuk itu kami sampaikan terima kasih atas bantuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[3]
SOFOCO, Soil Investigation Report Plaza Indonesia Extension Project Phase 2, September 1995. Perancangan Tahan Gempa Gedung 48 Lantai Plaza Indonesia, Davy Sukamta, Seminar HAKI 2007. Wayan Sengara,” Site Specific Response Spektra dan Analisis Dinamik Untuk Kota Jakarta”, Konstruksi Tahan Gempa di Indonesia, Seminar HAKI 2007, Jakarta, SEE-1
Seminar & Pameran HAKI 2008
– “Pengaruh Gempa dan Angin Terhadap Struktur”
8