A. Latar Belakang Tata surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri dari sebuah bintang dan objek yang terikat oleh gaya gravitasi. Bumi adalah salah satu objek luar angkasa yang mengelilingi bintang, yaitu matahari, dan dikelilingi oleh bulan, satelit alami yang mengelilingi bumi. Tentunya pergerakan antara bumi, matahari, dan bulan menyebabkan fenomena alam yang dapat dilihat dengan pancaindra dan dapat memberikan dampak ke Bumi. “Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah.” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kbbi.web.id/fenomena, diakses pada tanggal 10 September 2015) “Alam adalah segala yang ada di langit dan di Bumi.” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kbbi.web.id/alam, diakses pada tanggal 10 September 2015) Dapat disimpulkan bahwa fenomena alam adalah segala hal yang dapat disaksikan dan dijelaskan secara ilmiah yang berada di langit dan di bumi. Sebagian besar fenomena alam yang terjadi di bumi dikarenakan pergerakan matahari, bumi dan bulan. Bulan adalah satelit alami yang mengelilingi bumi dalam jangka waktu 29,5 hari. Revolusi bulan dapat mengakibatkan kejadian fase-fase bulan (bulan baru, bulan mati, bulan sabit, dan bulan purnama) yang disebabkan oleh cahaya matahari kepada bulan. Bumi berputar pada porosnya yang memerlukan waktu 24 jam, dan mengakibatkan peristiwa-peristiwa seperti terjadinya siang dan malam. Bumi mengelilingi matahari memerlukan waktu 365,25 hari, dan mengakibatkan pergantian musim sepanjang tahun dan perubahaan penampakan rasi bintang. Bulan mengelilingi bumi dan bumi bersamasama mengelilingi matahari yang jika berada dalam satu garis lurus/sejajar akan mengakibatkan gerhana. Gerhana bulan terjadi apabila bulan berada dalam daerah bayangan bumi, sedangkan gerhana matahari terjadi jika bulan berada diantara matahari dan bumi dalam satu garis yang lurus yang menyebabkan bayangan bulan pada bumi.
1
Menurut http://www.mikirbae.com/2015/02/akibat-perputaran-bumidan-bulan.html, penyinaran matahari pada bagian permukaan bumi tertentu mengakibatkan pergantian suhu pada siang maupun malam. Pada siang hari, daratan lebih cepat panas dan lautan lebih lambat panas sehingga udara bergerak dari laut ke darat (angin laut). Pada malam hari, daratan lebih cepat dingin dan lautan lebih panas sehingga udara akan bergerak dari darat ke laut (angin darat). “Season is one of the four periods of the year. Each season – spring, summer, autumn, and winter – lasts about three months and brings changes in temperature, weather, and the length of daylight… The seasons change because the tilt of Earth’s axis causes places on earth to receive different amounts of sunlight during the year… Some regions do not have all four climatic seasons. In parts of the tropics, for example, temperatures change little. But the amount of rainfall varies greatly, so that these regions have a wet season and a dry season.” (World Book Inc., World Book S-Sn Volume 17, hal. 270-271) “Monsoon weather occurs in some parts of the tropics due to a seasonal change in the direction of the prevailing wind. During the winter, very dry air flows outward from high pressure in the continental interior. In summer, as the land warms, the high pressure gives way to low pressure.” (Smithsonian Institure, EARTH, hal. 463) Dapat disimpulkan bahwa Indonesia adalah daerah tropis yang terletak di garis lintang dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau adalah suatu jangka waktu tertentu, saat suatu daerah tidak menerima hujan dan mengalami masa kekeringan, sedangkan musim hujan adalah suatu jangka waktu tertentu saat suatu daerah banyak terjadi hujan. Saat musim dingin di belahan bumi selatan, udara yang kering berarah keluar dari udara tekanan tinggi yang dimulai dari bulan Mei ke bulan September. Saat musim panas di belahan bumi selatan, darat yang menghangat mengakibatkan udara tekanan tinggi kearah udara tekanan rendah, menyebabkan musim hujan yang mulai dari bulan Oktober ke April. Keseimbangan antara intensitas matahari dan curah hujan yang tinggi dari dua musim ini dengan rangkaian gunung berapi menyebabkan tanah di Indonesia, terutama di Jawa Tengah, memiliki banyak mineral
2
untuk
pertumbuhan
tanaman
pangan.
Namun,
pergantian
musim
menyebabkan hasil produksi tanaman pangan tidak konsisten karena kurang pengetahuannya petani terhadap pergantian musim. Pergantian musim secara konsisten terjadi karena bumi berotasi dengan kemiringan sebesar 23,5 derajat saat mengelilingi matahari yang menyebabkan perbedaan pancaran sinar matahari yang diterima oleh berbagai tempat di bumi. Jika pergantian musim terjadi secara konsisten, maka sangat menguntungkan para petani karena tanaman pangan yang ditanam membutuhkan keseimbangan antara air dan sinar matahari. Namun pergantian musim secara tidak konsisten yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh perubahan iklim yang terjadi di bumi, seperti El Nino, La Nina, Dipole Mode, Sirkulasi Monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis, dan suhu permukaan laut di Indonesia. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), perubahan iklim yang terjadi di Indonesia saat ini adalah El Nino, dimana suhu laut meningkat di daerah equator. El Nino ini menyebabkan musim kemarau yang lebih panjang daripada biasanya yang dapat menghasilkan gagal panen dan melemahnya ketahanan pangan. Dengan kekeringan yang dibawa oleh El Nino, kekeringan tersebut dapat memicu kebakaran hutan. Musim kemarau yang berkelanjutan tentu tidak baik untuk hasil produksi tanaman pangan, namun musim hujan berkelanjutan juga tidak baik. Jika musim hujan melebihi dari standarnya, maka hal tersebut dapat mengakibatkan banjir sehingga dapat mengakibatkan gagal panen. “People in India and elsewhere in Asia are dependent on the monsoon for growing their crops. If the monsoon is early, the fields may not be ready for planting, but if its late, planting is delayed and the crop yield is poor. This can be devastating for subsistence farmers… If they know when the rains will arrive, they also know the length of the growing season.” (Smithsonian Institure, EARTH, hal. 463) Bisa disimpulkan bahwa petani bergantung dengan musim untuk menanam tanaman pangan. Salah satu masalah yang para petani lalui
3
adalah mereka tidak mempunyai banyak pengetahuan mengenai kapan pergantian musim terjadi. Jika para petani menanam tanaman pangan tidak dengan perhitungan dan pengetahuan akan musim, maka hasil panen tidak maksimal dan bahkan akan mengalami kerugian / gagal panen. “Panen jagung kali ini menjadi waktu yang tak baik bagi petani karena pendapatan mereka mengalami penurunan” (Joesoef, Syarif M., http://www.metrosulawesi.com/article/empatbulan-buol-dilanda-kemarau, diakses pada tanggal 11 September 2015). Pada tanggal 1 September 2015, sekitar 1000 Hektar lahan jagung milik petani di empat desa (Desa Molangato, Desa Lilito, Desa Pionoto, dan Desa Umu) di Kecamatan Paleleh, Kabupaten Buol, mengalami gagal panen akibat musim kemarau yang melanda. Bahkan petani kacang tanah yang ada di desa tersebut juga mengalami penurunan produksi akibat hasil biji tanaman kacang mereka tidak maksimal. Upaya Kementerian Pertanian untuk mengatasi gagal panen disebabkan oleh musim kemarau 2015 adalah memberikan bantuan berupa solusi jangka pendek dan jangka panjang. Solusi jangka pendek tersebut berupa penyaluran pompa air sebanyak 21 ribu unit untuk seluruh Indonesia dan meminta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk membuat hujan buatan. Tidak ada hasil tertulis terhadap upaya tersebut, namun bantuan pompa air tersebut sangat bermanfaat bagi
warga-warga
untuk
mengatasi
kekeringan,
terutama
untuk
pertumbuhan tanaman pangan. Bantuan untuk solusi jangka panjang yang diberikan yakni membuat sumur dangkal dan membangun embun. (Biro Umum dan Humas). Menurut penulis, upaya Kementerian Pertanian tersebut sangat bermanfaat untuk para petani yang mengalami kekeringan pada lahan. Dan setidaknya para petani diberi pengetahuan mengenai pergantian musim dan petunjuk menanam bahan pangan yang baik pada musim tertentu.
4
Dengan pergantian musim yang sering terjadi, Jawa Tengah sebaiknya memproduksi tanaman pangan secara konsisten karena Jawa Tengah memiliki tanah yang subur yang dikelilingi oleh rantaian gunung berapi. Data Tabel Luas Panen dan Produksi Padi Sawa/Padi Ladang dan Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Padi Jagung Luas panen Produksi Luas panen Produksi Tahun (hektar) (ton) (hektar) (ton) 2009 1,725,034 9,600,045 661,706 3,057,845 2010 1,801,397 10,110,830 631,816 3,058,710 2011 1,724,246 9,391,959 520,145 2,772,575 2012 1,773,558 10,233,934 553,372 3,041,630 2013 1,845,447 10,344,816 532,061 2,930,911 Data berasal dari http://jateng.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/976 Berdasarkan data yang ada diatas, produksi tanaman pangan di Jawa
Tengah
kurang
konsisten.
Menurut
website
http://www.bimakini.com/index.php/opini/item/3601-kedudukan-matahariperubahan-musim-dan-aktivitas-petani, keterlambatan menanam tanaman dapat menyebabkan gagal panen. B. Nama Kegiatan Nama kegiatan yang akan dilaksanakan adalah “Buku Panduan Prediksi Musim Untuk Petani di Jawa Tengah Berdasarkan Observasi Matahari, Bulan dan Bintang” C. Tujuan Kegiatan Penulis dan kelompok berencana untuk mengadakan kegiatan pembelajaran kepada para petani cara memaksimalkan tumbuhan pangan dengan memprediksi pergantian musim. Selain itu, dengan adanya buku panduan ini, memprediksi musim akan lebih mudah bagi para petani,
5
sehingga gagal panen tidak akan terjadi dan produktivitas tanaman pangan akan stabil atau meningkat. D. Uraian Teknis
Gambar berasal dari http://www.lakeeriewx.com/Meteo241/ResearchTopicTwo/ProjectTwo. html Berdasarkan gambar di atas, musim yang berada di belahan bumi utara dengan belahan bumi selatan berbeda. Hal tersebut disebabkan oleh kemiringan bumi dengan 23,5 derajat sehingga intensintas matahari yang mencapai ke bumi berbeda. Setiap tanggal 21 bulan Juni, musim dingin sedang terjadi di belahan bumi selatan sedangkan musim panas sedang terjadi di belahan bumi utara. Ini juga berdampak dengan musim yang mendekati garis khatulistiwa.
Gambar berasal dari http://blog.thomsonreuters.com/index.php/tag/monsoon/
6
Berdasarkan gambar di atas, saat belahan bumi memiliki jarak yang dekat untuk mendapatkan sinar matahari, musim hujan terjadi karena sinar matahari menyebabkan daratan lebih panas daripada laut sekitarnya sehingga air laut berevaporasi dan berubah menjadi awan. Saat awan tersebut mencapai daratan yang hangat, air yang berevaporasi tersebut akan terkondensasi sebagai hujan. Saat belahan bumi memiliki jarak yang jauh untuk mendapatkan sinar matahari, musim kemarau terjadi karena daratan lebih dingin daripada laut disekitarnya. Ini menyebabkan angin yang kering pergi kearah lautan. Jawa Tengah berada di belahan bumi selatan yang terletak mendekati garis khatulistiwa, sehingga hanya mendapati dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Ada empat cara yang termudah untuk mengetahui kapan pergantian musim mulai. Empat cara tersebut adalah dengan menggunakan: 1. Suhu Matahari dari Bumi Tentunya, Matahari tidak melakukan hal yang signifikan karena jaraknya jauh sekali, yaitu 149 juta kilometer, namun perbedaan suhu batahari dapat dirasakan dari bumi. Menurut buku Weather Atlas oleh Keith Lye, area yang mendekati garis khatulistiwa mendapatkan kehangatan yang lebih banyak karena matahari berada di posisi yang tinggi. Menggunakan website http://www.accuweather.com/, penulis dapat mengetahui suhu saat awal musim kemarau di Jawa Tengah. Pada awal musim kemarau (yaitu bulan Mei), suhu udara di Jawa Tengah mencapai 33 derajat Celcius dengan suhu terendahnya yaitu 26 derajat Celcius. Namun pada awal musim hujan (yaitu bulan Oktober), suhu udara di Jawa Tengah mencapai 29 derajat Celcius dengan suhu terendahnya yaitu 25 derajat Celcius.
7
2. Fase-fase Bulan Salah satu cara untuk mengetahui pergantian musim yaitu dengan cara
menggunakan
kalender
hijriyah.
Kalender
hijriyah
ini
menggunakan fase-fase bulan untuk menghitung waktu. Fase-fase bulan yang bermulai dengan bulan baru dan berakhiri dengan bulan mati dalam jangka waktu 29,5 hari atau satu bulan di kalendar hijriyah.
Gambar berasal dari http://www.astalog.com/2628/fase-fasebulan.htm Berdasarkan gambar yang ada di atas, satu siklus bulan yang membutuhkan waktu 29,5 hari memiliki fase-fase bulan. Fase-fase bulan ini berdasarkan sinar matahari yang memantul ke bulan saat bulan mengelilingi bumi. Siklus bulan diawali dengan bulan baru. Selanjutnya bulan sabit muncul dan diikuti dengan bulan perempat. Bulan purnama pun akan terlihat selanjutnya dan prosesnya berlanjut secara kebalik sehingga menjadi bulan baru. Dapat disimpulkan bahwa siklus fase bulan yang dibutuhkan sehingga satu musim berakhir (6 bulan atau 182,6 hari) adalah 6,18 siklus fase-fase bulan dari bulan baru sampai bulan mati.
8
3. Posisi Matahari Melihat posisi matahari sedikit sulit dilakukan namun dapat melihat berbedaan antara musim kemarau dan musim hujan. “The height and length of the Sun’s path across the sky changes during the year. When a hemisphere is tilted towards the Sun, the sunrise occurs further to the east along the horizon, the Sun rises high in the sky and sets further to the west. It spends a long time in the sky and the days are long. When a hemisphere is tilted away from the Sun, the sunrise occurs further to the west, the Sun does not rise as high in the sky and sets further towards the east. It spends a much shorter time in the sky and the days are short.” (Franklin Watts, Earth, Moon & Sun, hal. 26) Dapat disimpulkan bahwa menggunakan posisi matahari, antara musim kemarau dan musim hujan akan terlihat. Saat musim hujan, belahan bumi memiliki jarak yang dekat untuk mendapatkan sinar matahari sehingga mengakibatkan terbitnya matahari terjadi jauh di timur, posisi matahari yang tinggi di langit dan terbenamnya matahari terjadi lebih ke barat. Saat musim kemarau, belahan bumi menjauh dari sinar matahari mengakibatkan terbitnya matahari akan terjadi lebih ke barat sedikit, posisi matahari yang tidak tinggi di langit dan juga terbenamnya matahari terjadi lebih ke timur sedikit. Berdasarkan informasi yang didapatkan, penulis menggunakan website http://star.gs/, untuk mengetahui data posisi matahari di Jawa Tengah saat awal musim kemarau (yaitu awal bulan Mei) dan awal musim hujan (yaitu awal bulan Oktober). Data Tabel Posisi Matahari Saat Musim Hujan di Jawa Tengah
Jam
Arah derajat
Derajat Ketinggian
06.00
74.4 Timur
176.5
07.00
71.6 Timur
162.3
08.00
67.2 Timur
148.3
09.00
59.9 Timur
135.0
9
Data Tabel Posisi Matahari Saat Musim Kemarau di Jawa Tengah Jam
Arah derajat
Derajat Ketinggian
06.00
92.1 Timur
172.1
07.00
90.2 Timur
157.3
08.00
88.1 Timur
142.4
09.00
85.3 Timur
127.5
Arah derajat menggunakan kompas dengan 0 derajat menghadapi Utara dan 90 derajat menghadapi Timur. Derajat ketinggian dengan 0 derajat menghadapi Barat di kaki langit. Berdasarkan tabel data yang ada diatas, dapat disimpulkan matahari berada lebih tinggi dan matahari terbit lebih ke timur saat musim kemarau jika dibandingkan dengan musim hujan. 4. Tampakan Rasi Bintang dari Bumi Karena penanaman tanaman pangan biasanya jauh dari kota dan polusi cahaya, bintang-bintang dapat dilihat dari Bumi jika cuacanya cukup baik.
Dengan
menggunakan
website
https://www.fourmilab.ch/cgi-
bin/Yoursky, penulis dapat mencari penampakan rasi bintang dari Jawa Tengah saat awal musim kemarau dan awal musim hujan.
10
a) Penampakan Rasi Bintang saat Awal Bulan Mei (Awal Musim Kemarau)
11
b) Penampakan Rasi Bintang saat Awal Bulan Oktober (Awal Musim Hujan)
Perbedaan antara penampakan rasi bintang saat awal musim kemarau (bulan Mei) dan penampakan rasi bintang saat awal musim hujan (bulan Oktober) adalah saat awal musim kemarau, konstelasi Pegasus yang berada di barat berubah ke timur saat awal musim hujan. Dapat disimpulkan bahwa penampakan rasi bintang berotasi karena bumi mengelilingi matahari, dan mengalami perbedaan pada penampakan rasi bintang saat mulainya musim kemarau dan mulainya musim hujan di Jawa Tengah. E. Penutup Perubahan musim adalah permasalahan yang terjadi di Indonesia yang mengganggu pertumbuhan tanaman pangan. Untuk mengurangi
12
dampak buruk dari perubahan musim, penulis dan kelompoknya menganjurkan sebuah solusi, yaitu buku panduan untuk prediksi musim berdasarkan observasi matahari, bulan dan bumi. Menurut penulis, solusi tersebut merupakan solusi yang termurah dan terefektif karena solusi tersebut tidak mengeluarkan banyak uang dari para petani. Selain itu, solusi tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang karena para petani akan selalu dapat melihat bagaimana cara untuk prediksi musim tanpa bantuan dari pihak lain. Jika dibandingkan dengan bantuan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) untuk memperingatkan para petani mengenai permusiman tidaklah efesien dan efektif dan bisa saja peringatan BMKG tidak merata disampaikan ke pelosok-pelosok, sehingga tidak semua petani dapat menerima informasi peringatan mengenai pergantian musim. Harapan yang ingin dicapai dari solusi yang dianjurkan oleh penulis dan kelompoknya adalah untuk hasil panen stabil dan lebih konsisten di Jawa Tengah karena persiapan yang cukup baik bagi petani yang membaca buku panduan mengenai prediksi musim.
13
DAFTAR PUSTAKA … . 2014. “The Suns Positions at All Over the World”. http://star.gs/cgibin/scripts/wsune.cgi?mon=May&day=1&year=2014&jwi=i&tiikiw=In donesia%2CJakarta&we=E&lg1=110.0000&ns=S&la1=7.5000&pm =p&hourj=7&minutej (diakses pada tanggal 12 September 2015) … . 2014. “The Suns Positions at All Over the World”. http://star.gs/cgibin/scripts/wsune.cgi?mon=Oct&day=1&year=2014&jwi=i&tiikiw=In donesia%2CJakarta&we=E&lg1=110.0000&ns=S&la1=7.5000&pm =p&hourj=7&minutej (diakses pada tanggal 12 September 2015) … . 2015. “Perubahan Musim di Indonesia”. http://idkf.bogor.net/yuesbi/eDU.KU/edukasi.net/Geografi/Unsur.Fisik/materi3.html
(diakses
pada tanggal 11 September 2015) AccuWeather,
Inc.
2015.
“Semarang
Month
Weather”
http://www.accuweather.com/en/id/semarang/208981/month/20898 1?monyr=5/01/2014 (diakses pada tanggal 13 September 2015) Ajim,
Nanam.
2015.
“Akibat
Perputaran
Bumi
dan
Bulan”
http://www.mikirbae.com/2015/02/akibat-perputaran-bumi-danbulan.html (diakses pada tanggal 12 September 2015) Astuti, Tri. 2015. Buku Pedoman Umum Pelajar RIPAL Rangkuman Ilmu Pengetahuan Alam Lengkap SD Kelas 4, 5, 6: Panduan Terpadu Pelajar Sistem Bimbel. Jakarta: Lembar Langit Indonesia Badan Pusat Statistik. 2014. “Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah/Padi Ladang dan Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah
Tahun
http://jateng.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/976
2013” (diakses
pada
tanggal 12 September 2015) Biro Umum dan Humas. 2015. “Tinjau Kekeringan di Banten, Mentan Bagikan
Pompa
Air.”
http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/infoaktual/content/156-tinjau-kekeringan-di-banten-mentan-bagikanpompa-air). (diakses pada tanggal 18 September 2015)
14
BMKG.
2015.
“Sejarah
Dampak
El
Nino
di
Indonesia”
http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/lain_lain/artikel/Sejarah_Dampa k_El_Nino_di_Indonesia.bmkg
(diakses
pada
tanggal
11
September 2015) BMKG. 2015. “Update Prakiraan Musim Kemarau 2015 Di Indonesia”. http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Informasi_Iklim/Prakiraan_Ikli m/Prakiraan_Musim.bmkg (diakses pada tanggal 11 September 2015) Cita, Akbar. 2008. “Mengapa Terjadi Perbedaan Musim di Bumi”. http://netsains.net/2008/12/mengapa-terjadi-perbedaan-musim-dibumi/ (diaskes pada tanggal 11 September 2015) Dhani, Macho. 2013. Kamus Super Lengkap IPA Sains SD Kelas 4, 5 dan 6: Jelas, Ringkas Padat dan Terarah. Jakarta: Lembar Langit Indonesia Fahriyadi, Noverius Laoli. 2015. “Hingga Agustus sudah 30.000 ha sawah gagal
panen”
http://industri.kontan.co.id/news/hingga-agustus-
sudah-30000-ha-sawah-gagal-panen (diakses pada tanggal 12 September 2015) Hapsari,
Irma.
2015.
“Fase-fase
http://www.astalog.com/2628/fase-fase-bulan.htm
Bulan”. (diakses
pada
tanggal 13 September 2015) Indonesia Food Technologists. 2013. “Hujan dan Kemarau Menurut Badan Meteorologi
Klimatologi
dan
Geofisika
(BMKG)”
http://www.ift.or.id/2012/11/hujan-dan-kemarau-menurut-badan.html (diakses pada tanggal 11 September 2015) Master,
Jina.
2012.
“Apakah
Tanah
Tropis
Subur”.
http://staff.unila.ac.id/janter/2012/07/17/apakah-tanah-tropis-subur/ (diakses pada tanggal 11 September 2015) Nur, Zulkifli M. 2015. “Kedudukan Matahari, Perubahan Musim, dan Aktivitas
Petani”
http://www.bimakini.com/index.php/opini/item/3601-kedudukan-
15
matahari-perubahan-musim-dan-aktivitas-petani
(diakses
pada
tanggal 12 September 2015) Nurhidayah,
Ria.
2013.
“Tanah
Indonesia
Subur,
Katanya”.
http://www.kompasiana.com/hereisnurhidayah/tanah-indonesiasubur-katanya_552e494f6ea834e83b8b4568 (diakses pada tanggal 11 September 2015) Selective
Asia.
2010.
“Indonesia:
Weather
&
When
http://www.selectiveasia.com/indonesia-holidays/weather
to
go”.
(diakses
pada tanggal 11 September 2015) Senjaya, Ridho. 2015. “SERUMPUN: 2013-2014 Petani Singkawang Gagal
Panen”
http://www.matakalbar.com/baca/882/2015-06-
10/serumpun.20132014.petani.singkawang.gagal.panen
(diakses
pada tanggal 11 September 2015) Walker, John. … . “Sky above 47N7E at Fri 2015 Sep 18 11:00 UTC” https://www.fourmilab.ch/cgi-bin/Yoursky (diakses pada tanggal 12 September 2015)
16