PENGOPTIMUMAN PERTUMBUHAN Ganoderma lucidam ASAL BAI\YUMAS (84) PADA BEBERAPA MEDIUM BIBIT
KHUSNUL '), NUNIEK INA RATNANINGTYAS2), NURAENI EKOWATI2)
rAlumni Program Studi 52Ilmu Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Jenderal Soedirman, Furwokerto. Program Studi 52 Ilmu Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Jenderal Soedirma4 Purwokerto. Jl. Dr. Supamo Kampus Karangwangkal PO Box 130 Purwokerto 53123 Indonesia Email : ikhwan_sidik27 @y ahoo.com
tDosen
ABSTRAK Ganoderma lucidum (Curtis : Fries) sering disebut juga Lingzhi merupakan salah satu jenis jamur medicinol yang mengandung nutrisi penting bagi tubuh manusia. Jamur ini sudah banyak dibudidayakan di Indonesia, salah satunya adalah G.lucidura asal Banyumas (84). Kunci keberhasilan budidaya jamur G.lucidum adalah bibit dan medium tanam, sedangkan faktor yang mempengaruhi kualitas bibit di antaranya jenis medium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui l) pengaruh jenis medium padat untuk F0 dan Fl dari jenis serealia yang digunakan terhadap pertumbuhan miselium G. Lucidum 84, 2) mengetahui jenis medium F0 dan Fl yang memiliki pertumbuhan miselium terbaik. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAt). Parameter yang diukur meliputi parameter utama yaitu laju pertumbuhan miselium G. lucidum B4 pada medium padat dan medium bibit. Parameter pendukungnya adalah kualitas pertumbuhan miselium pada medium bibit, nilai proksimat jenis serealia yang digunakan untuk medium bibit, bobot kering jamur 84 dari medium padat. Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis medium padat (F0) serta medium serealia (Fl) yang digunakan sebagai bibit siap tanam dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihasilkan. Medium padat (F0) dari jenis Potato Dextrose Yeast Agar (PDYA) dan Medium bibit (Fl) dari bahan millet mempunyai pertumbuhan miselium yang terbaik.
Kata kunci ; Ganoderma lucidum, medium padat (F0) dan medium bibit (F1).
PENDAIIULUAN Ganoderma lucidum adalah jamur berkhasiat obat dan telah diketahui nilai manfaatnya. Secara
umum dilaporkan bahwa ekstrak Ganoderma lucidum (G. lucidum) bersifat anti-tumor
atau
menghambat pertumbuhan sel tumor (Hikino dan Mizuno, 1989). Kim et al., (1996)juga menyatakan bahwa beberapa jamur yang salah satunya G. lucidurn, mempunyai aktivitas menghambat pertumbuhan
Helicobacter pylori yang berasosiasi dengan lambung manusia sebagai penyebab beberapa penyakit lambung, misalnya gastritis. Penggunaan obat berbahan baku dari G. lucidum di Cina sudah sejak 2000
tahun yang lalu. Pada tahun 1970 jamur ini berhasil dibudidayakan di Cina dan Jepang dalam skala
bio.unsoed.ac.id
laboratorium. Pada tahun 1975 diproduksi secara komersial di Jepang, kemudian disusul oleh Taiwan
dan Malaysia berturut-turut pada tahun 1980 dan 1983. Beberapa jenis G. lucidum juga dapat ditemukan di berbagai tempat di Indonesia, jamur ini dapat ditemukan mulai dari ketinggian 300 m di
atas permukaan laut (dpl) hingga dataran tinggi. Petani Indonesia mulai budidaya jamur dan ikut bermain di pasar jamur internasional pada tahun 1970-an (Souraeid4 2010). Para petani dalam melakukan budidaya G. lucidum pada umumnya tidak memperhatikan bibit
yang digunakan, orientasinya lebih banyak berdasar pada produktivitas jamur yang ditanam, dengan mengandalkan bibit yang tersedia di pasaran yang masih kurang baik pertumbuhan miseliumnya. Hal
ini mengakibatkan kurang optimr:rnnya
pengembangan produksi G. lueidum, yang mana sampai saat
ini permintaan masyarakat tentang jamur semakin meningkat (Parjimo dan Andoko,2007), maka perlu adanya pengoptimuman dalam pembuatan bibit jamur
ini. Tahapan pembuatan bibit jamur
pada
umumnya dikenal dengan pembuatan biakan mumi (F0), yaitu hasil isolasi tubuh buah jamur yang diinokulasikan pada medium padat (agar) dengan nutrisi sintetis maupun semi-sintetis. Miselium tersebut kemudian dikembangkan ke tahap selanjutnya yaitu menjadi
(Fl)
dengan memindahan
miselium jamur dari medium padat ke medium alami (umumnya serealia) yang kaya nutrisi dan digunakan sebagai bibit induk.
G, lucidum yang digunakan pada penelitian ini adalah G. lucidun asal Banyumas @4) koleksi Dr. Nuniek Ina Ratnaningtyas M.S. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis medium padat untuk F0 dan
Fl
dari jenis serealiayangdigunakan terhadap pertumbuhan miselium G. Lucidum
84, serta mengetahui jenis medium F0 dan F1 yang memiliki pertumbuhan miselium terbaik.
BAHAN DAN METODA
A.
BAHAN Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari 2014 sampai April 2014, di Laboratorium
Mikologi dan Fitopatologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat G. luci&nn @4), medium padat
Potato Dextrose Agar (Merck), Potato Dextrose Yeast Agar (Merck), Malt Extract Yeast Agar
(Merck)
dan
Malt Extract Agar (Merck), membran selofaq biji millet var. KING, biji sorgum var.
SIR/ (Sari Farm), biji jagung var. BIMA-[0 (PT. Tossa Agro),
dedak, kapur (CaCO:), kapas,
kertas label, spiritus, alkohol 70o/o, gas, air, bahan untuk analisis proksimat.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa autoklai cawan petri, tabung reaksi, jarum ose, Laminar
Air Flow,
penangffi air, gelas ukw, hot plate,
stirrer, kompor
gas, gunting,
penggaris berskala, timbangan, sprayer, sarung tangan, korarq karet gelang lampu spiritus, rak
bio.unsoed.ac.id
inkubasi, alat tulis, kamer4 dan alat-alat untuk analisis proksimat.
B. METODE 1. Pengoptimuman
pertumbuhan miselium jamur pada medium padat (F0)
a. Cara kerja Medium PDA dibuat dengan mencampurkan 39 gram PDA instan ke dalam 1000 ml akuades. Medium PDYA dibuat dengan cara yang sama seperti pembuatan pDA tetapi ditambahkan 2 g ekstrak yeast. Medium MEA dibuat dengan mencirmpur 20 g ekstrak malt,lT g agar dengan 1000 ml akuades. Medium
MEYA dibuat dengan ffixa yang sama seperti pembuatan
MEA tetapi ditambahkan 2 g ektrak yeast. Semua medium agar dibuat secara aseptis pensterilan panas lembap bertekanan menggunakan autoklaf
(lzfc,l
dengan
atmo selama 20 menit).
Formula dan cara pembuatan medium merujuk pada Stamets (2000).
Tiap-tiap medium agar diambil 10
ml
dengan cara dicairkan terlebih dahulu dan
dituangkan ke dalam cawan petri. Setelah memadat, pada permukaan medium agar diberi lapisan
membran selofan steril. Pada bagian tengah dari tiap medium agar kemudian diinokulasikan I potongan bor gabus inokulum isolat jamur
84
hasil peremajaan dengan ukuran diameter 0,5 cm
dan diinkubasi selama 7 hari pada suhu ruang. Selama masa inkubasi berlangsung setiap 24 jam
sekali dilakukan pengukuran pertumbuhan radial koloni jamur pada setiap menggunakan penggaris. Data yang diperoleh digrrnakan untuk menentukan
perlakuan kecepatan
pertumbuhan koloni miselium jamur. Pada akhir masa inkubasi, membran selofan diangkat dari
medium agar, biomasa miselium yang tumbuh dilepas penempelannya pada membran selofan dengan cara pencucian, kemudian dikeringkan dan ditimbang hingga diperoleh bobot kering konstan.
b.
RancanganPercobaan
Pengoptimuman pertumbuhan miselium dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak
Iuci&nn asal Banyumas
(84)
Lengkap (RAl), dengan perlakuan berupa isolat jamur
G.
dan beberapa medium agar yang berbed4 sebagai berikut
AGP : Jamur G. lucidum asal Banyumas @4) pada medium pDA AGPY : Jamu G. luci&nn asal Banyumas (84) pada medium pDyA AGM : Jamur G. lucidwn asal Banyumas @4) pada medium MEA AGMY
: Jamur G. lrcidum asal Banyumas (Ba) pada medium
MEYA
Masing-masing perlakuan dilakukan 6 kali ulangan sehingga diperoleh jumlah seluruhnya
bio.unsoed.ac.id
24 untt percobaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (uji F) dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil pada tingkat kesalahan 5o/o dan 1% (Steel dan Torrie, 1991).
2.
Pengoptimuman pertumbuhan miselium
a.
Cara kerja
jamur
pada medium bibit (F1)
Medium serealia dengan bahan dasar tiaptiap jenis biji yang digunakan berdasarkan metode Sumiati et al. (2006) dengan mencampur 84o/o
biji, l% kapur (caco3), l%
rypsum (CaSO4), 14Vo dedak halus, dan sedikit vitamin B kompleks, ditambah air hingga kelembapan mencapai 60%. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam botol saus berukuran diameter
l0 cm panjang 20 cm, diisi
sampai penuh ke permukaan atas campuran tersebut dan dipadatkan
dengan cara menekan seluruh permukaan atas campuran tersebut hingga sedalam
5 cm
dari
permukaan atas botol (mencapai kepadatan sedang) untuk selanjutnya ditutup kapas dan kenas
koran serta diikat dengan karet. Medium bibit tersebut dibuat secara aseptis dengan proses sterilisasi. Pensterilan dilakukan secara panas lembap bertekanan menggunakan autoklaf (1210C,
1
atm, selama 20 menit). Kemudian didinginkan selama 12 jan. Setelah medium bibit disterilisasi dimasukan ke dalam ruang inokulasi yang sudah dalam keadaan steril. Medium bibit yang sudah
jadi kemudian diinokulasi dengan
I
potong inokulum isolat jamur B4 hasil pengujian pada
medium agar dengan ukuran panjang 3,5 cm dan lebar 1,5 cm yang dipersiapkan, dengan cara meletakkan potongan inokulum tersebut dipermukaan atas medium bibit tanpa dibenamkan. Proses inkubasi adalah proses untuk menumbuhkan miselium yang telah diinokulasi. Setiap
bagian luar medium bibit diberi garis longitudinal yang membagi
4
(empat) bagran secara
seimbang. Medium bibit ditata mendatar didalam lemari inkubasi. Miselium pada medium akan tumbuh memenuhi medium dalam waktu Zs.3}hart.
b.
Rancangan Percobaan Pengujian
ini
menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL), dengan perlakuan berupa isolat jamur G. lucidum asal Banyumas 84 dan jenis medium yang berbed4 sebagai berikut:
BGM : Jamur G. lucidum asal Banyumas 84 pada medium millet BGS : Jamur G.lucidum asal Banyumas 84 padamedium sorgum
BGJ
BGJ2
: Jamur G. lucidurn asal Banyumas : Jamur G. luci&trn asal Banyumas
84 pada medium jagung ukuran (a lzmm) 84 pada medium jagung ukuran (o 6 mm)
Masing-masing perlakuan dilakukan 5 kali ulangan sehingga diperoleh jumlah seluruhnya
bio.unsoed.ac.id
24 umt percobaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (uji F) dan dilanjutkan denganUjiBedaNyataTerkecilpadatingkatkesalahan 5Yodanl%(SteeldanTorrie, 1991).
HASIL DAI{ PEMBAHASAII
1.
Pengoptimuman pertumbuhan miselium G. lucidum asal banyumas (84) pada medium padat (F0) yang siginifikan pada Berdasarkan hasil rerata laju pertumbuhan miselium, terjadi perbedaan
medium dali PDYA semua perlakuan yang diujikan. (Gambar 1). Perlakuan AGPY yang merupakan medium yang lain yaitu menunjukkan rerata laju pertumbuhan miselium yang lebih tinggi daripada Analisis Ragam. sebesar 0,544 mm/hari. Data yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan perlakuan yang Hasil analisis ragam terhadap laju pertumbuhan miselium tersebut menunjukkan bahwa diujikan berpengaruh sangat nyata. Hal ini menunjukkan bahwa G. lucidum B4 yang ditumbuhkan Pengaruh pada jenis medium padat yang berbeda dapat memengaruhi laju pertumbuhan miseliumnya. pada medium padat (Gambar antara perlakuan terhadap rerata laju pertumbuhan miselium G. lucidwn
2) dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Gambar 1)'
Uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan AGPY memiliki kemampuan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Hal ini memperlihatkan bahwa G. Iucidum 84 yang ditumbuhkan pada medium pDyA pertumbuhan miseliumnya lebih cepat dibandingkan dengan pada medium lain. pertumbuhan pada medium MEYA tidak berbeda nyata dengan pertumbuhan medium pDA. Kecenderungan yang terjadi adalah laju pertumbuhan miselium dari G. Iucidum B4
berlangsung lambat pada medium MEA. Perbedaan pertumbuhan miselium dari beberapa medium tersebut dipengaruhi oleh perbedaan kandungan nutrisi pada masing-masing medium.
Laju pertumbuhan miselium ditunjukkan dengan jumlah pertambahan panjang miselium pada medium padat di dalam cawan per hari. Laju pertumbuhan juga berhubungan dengan bobot biomassa miselium yang terbentuk, hal tersebut mengekspresikan kualitas pertumbuhan miseliumnya. Bobot biomassa miselium G. Iucidum kering yang ditanam pada keempat medium uji menunjukkan medium
pDyA mampu menghasilkan bobot yang paling tinggi dibandingkan dengan medium lainnya yaitu 0,728 g. Bobot biomassa miselium G. Irci&an kering pada medium PDA, MEYA dan MEA secara berturut-turut adalah 0,677,0,533 dan 0,473 g.
Medium PDYA sebagai medium yang memiliki rerata laju pertumbuhan miselium tertinggi dan bobot miselium keringnya terbanyak, hal tersebut dikarenakan medium untuk pertumbuhan miselium lebih lengkap kandungan nutrisinya apabila dibandingkan medium IvIEA dengan pertumbuhan
bio.unsoed.ac.id
miselium yang lambat dan bobot miselium kering paling kecil, hal tersebut dikarenakan dengan adanya penambahan yeast sebagai sumber nitrogen tambahan. Bilgrami dan Verma (1981) menyatak'an Yeast
juga mengandung bermacam asam amino yang jumlahnya hampir separuh dari massany4
serta
terdapat riboflavin, tiamin, niasin dan mineral. Kandungan
malt pada medium MEA dengan laju
pertumbuhan miselium yang terlambat disebabkan jamur tidak mampu menggunakan sumber karbon berupa maltosa secara optimal karena keterbatasan enzim yang
dimiliki. Adanya beberapa
kasus jamur
yang tidak dapat menggunakan maltosa dengan baik dapat disebabkan oleh keterbatasan enzim yang jika salah untuk merubah maltosa ke dalam glukosa. Menurut Moore dan Landencker (1996)'
dimiliki
pertumbuhan dan satu komponen esensial dalam jumlah yang tidak mencukupi pada medium maka jumlah berlebih. metabolisme jamur akan terhambat meskipun sumber nutrisi yang lain tersedia dalam pada Matsuura (1999) juga menyatakan bahwa penyerapan nutrisi dan tingkat kandungan nutrisi jamrn medium dapat menjadi pembatas dalam pertumbuhan miselium. Nutrisi tersebut masuk ke dalam dengan mekanisme absorbsi melalui dinding selnya. 0.700
o.ooo N ALUE t._ * .E 0.500 f;
I
o.+oo
.3 E 0.300
s.E
p-
tV
I
0.200
o.too 0.000
AGP
T""T'" AGPY
AGM
T AGMY
Jenis perlakuan pada medium Padat
Gambar 1. Histogram hasil Uji Beda Nyata Terkecil terhadap laju pertumbuhan miselium G. lucidum 84 padamedium Padat.
Gambar 2. Miselium G. htcidum 84 hari ke-7 padabeberapa medium padat Keterangan:
AGP
AGPY
AGM AGMY
Jamur Jamur Jamur Jamur
G. lucidumasal Banyumas (B4) G. lucidumasal Banyumas (B4) G. lucidum asal Banyumas (B4) G. tucidum asal Banyumas (84)
padamedium PDA padamedium PDYA
bio.unsoed.ac.id
pada medium MEA
padamediumMEYA
paling Secara umum diketahui bahwa medium PDYA merupakan medium padat (F0) yang yang mendukung untuk pertumbuhan somatik G. lucidum, dilihat dari laju pertumbuhan miseliumnya
lebih cepa! serta memiliki bobot biomassa miselium kering yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengujian tahap medium lainnya, sehingga medium ini dipergunakan sebagai medium inokulum untuk berikutnya.
Z,
pengoptimuman pertumbuhan miselium G. lacidwn asal Banyumas @4) pada medium bibir (F1) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa pertumbuhan miselium G.
Iuci&,m pada medium bibit menunjukkan perlakuan BGM mampu tumbuh paling baik dengan rerata laju pertumbuhan miselium 1,596 nrmlminggu, sedangkan pertumbuhan miselium yang paling lambat terdapat pada perlakuan BGS dengan rerata laju pertumbuhan miselium 1,541 mm/minggu. Hal pada medium tersebut menunjukkan bahwa G. lucidum B4 yang diujikan mampu tumbuh dengan baik dengan bahan dari
biji millet,
sedangkan pada medium sorgum pertumbuhannya lambat. Data
selengkapnya dapat dilihat pada (Gambar 3).
1.620 [\rALUEl
3-
Ifi
ITI}: Jenis perlakuan Pada medium bibit
Gambar 3. Histogram hasil uji Beda Nyata Terkecil terhadap laju pertumbuhan miselium G' lueidwn B4 pada medium bibit (F1). Keterangan;
BGM BGS BGJ BGJ2
G. lucidum asal Banyumas 84 G. lucidum asal Banyumas 84 G. lucidum asal Banyumas 84 G. lucidum asal Banyumas 84
pada medium
Millet
padamedium Sorgum pada medium Jagung ukuran (o 12 mm) pada medium Jagung ukuran (o 6 mm)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata jenis medium bibit terhadap laju pertumbuhan miselium G. lucidum 84. Hal ini menunjukkan bahwa
bio.unsoed.ac.id
yang digunakan memengaruhi kemampuan pertumbuhan miselium G. lucidurn. Pengaruh tersebut terjadi karena adanya perbedaan kandungan nutrisi darijenis serealia yang digunakan. Pengaruh antata
perlakuan terhadap rerata pertumbuhan miselium G. lucidum pada medium bibit diketahui dengan
Uji
BedaNyata Terkecil (BNT) dengan hasil (Gambar 3). Hasil uji BNT menunjukkan bahwa laju pertumbuhan miselium dari G. lucidum 84 paling tinggi
jaeung terjadi pada perlakuan BGM (medium dad biji millet). Perlakuan BGJ2 (medium dari biji ukuran o 6 mm) tidak berbeda nyata dengan BGJ (medium dari biji jagung ukuran o 12 mm). Laju pertumbuhan miselium paling rendah terjadi pada perlakuan BGS (medium dari
biji sorgum). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa medium serealia dari jenis millet lebih sesuai untuk pertumbuhan miselium G. lucidurn daripada medium serealia dari sorgum dan jagung. Faktor yang memengaruhi perhrmbuhan pada medium bibit di antaranya kandungan nutrisi dari
biji
serealia yang diujikan. Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa
biji millet
mengandung
karbohidrat sebanyak 7l,l3yo, protein sebanyak 1l,54Yo dan kandungan lemak sebanyak 4,06Yo. Data selengkapnya dapat dilihat pada (Tabel 1).
Tabel
1.
Hasil analisis proksimat terhadap millet, sorgum dan jagung Jumlah kadar proksi mat (%) Jenis serealia
Protein
Lemak
Air
5,07
13,07
7,53
73,07
Jagungukurans6mm
6,9
L2,71
I1,67
67,12
Millet
4,06
10,12
11,54
71,13
Sorghum
3,94
12,02
8,61
73,85
Jagung ukuran
s l?mm
Karbohidrat
Laju pertumbuhan tertinggi dan G. lucidwn 84 terjadi pada biji millet yang menunjukkan bahwa komposisi nutrisi terutama karbohidrat, protein dan lemak pada jenis serealia tersebut sesuai dengan kebutuhan nutrisi dari G. Iucidum. Subowo dan Nurhasanah (2000) menyatakan bahwa
biji millet
mengandung pati yang mudah diurai menjadi gula. Selanjutnya gula akan diurai menjadi glukosa dan
fruktosa. Menurut Cochrane (1958), glukosa merupakan sumber karbon paling baik untuk pertumbuhan miselium. Di antara gula dan heksosq glukosa merupakan sumber energl paling efektif.
Faktor yang memengaruhi pertumbuhan miselium, menurut Sanchita (2006), yaitu ukuran dan tekstur
biji
yang digunakan, bibit jamur yang dibuat menggunakan medium berupa bebijian yang
berukuran kecil memberikan hasil yang lebih baik daripada bila menggunakan bebijian berukuran besar. Hal tersebut sebanding dengan hasil penelitian yaitu biji millet yang berukuran lebih kecil
bio.unsoed.ac.id
memiliki pertumbuhan miselium yang paling baik. Ukuran biji sorgum dan jagung yang relatif lebih besar daripada biji millet serta teksturnya yang keras kemungkinan menjadi penyebab lambatnya pertumbuhan G. lucidum yang diuji.
Laju pertumbuhan miselium isolat G. lucidum pada medium serealia juga sebanding dengan hasil pengamatan terhadap kualitas pertumbuhan miselium (Gambar 4 dan Tabel 2). Pertumbuhan miselium yang lebat terjadi pada biji millet. Pertumbuhan miselium isolat G. lucidum 84 pada medium serealia sorgum tidak sebaik pada medium millet dan jagung. Mentrut Sastre-Ahuatzi et al.
semacam
(2D07),lnl
itu kemungkinan terjadi karena enzim protease dari isolat G. lucidum yang rendah pada
medium sorgum. Tabel 2. Kualitas pertumbuhan miselium G. /acidnre asal Banlumas 84 pada medium bibit (F1)
Kualitas pertumbuhan miselium
Perlakuan
#
BGM BGS
#
BGJ
j--H
BGJ2
#
Keterangan:
++ +t-r .{-#
:tumbuh tipis merata = tumbuh sedang tidak merata = tumbuh sedang merata
+l-{_++=tumbuhlebat
Gambar 4. Miselium G. lucidum asal Banyumas 84 pada medium bibit
(Fl).
Keterangan;
BGM BGS BGJ BGJ2
G. lucidum asal Banyumas G. lucidum asal Banyumas G. lucidum asal Banyumas G, lucidum asal Banyumas
84 pada medium Millet 84 pada medium Sorgum 84 pada medium Jagung ukuran (o 12 mm) 84 pada medium Jagung ukuran (o 6 mm)
KESIMPULAN
bio.unsoed.ac.id
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Jenis medium padat serta medium serealia yang digunakan sebagai bibit siap tanam mempengaruhi kualitas bibit yang dihasilkan.
2. Medium
padat dari jenis Potato dextrose yeast agar (PDYA) dan Medium bibit dari bahan millet
mempunyai pertumbuhan miselium yang terbaik
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Laboratorium Mikologi dan Fitopatologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman atas fasilitas yang telah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA Bilgrami, K. S., and R. N., Verma. 1981. Physiolog't af Fungi. Vikas Publishing House PVT.Ltd, New
Cochrane. V. W. 1958.
Pltysiolog offunqt. John Wiley and
Sons Inc. Publisher, New York.
Hikino, H. dan T. Mizuno. 1989. Hypoglycemic actions of some heteroglycans of Ganoderma lucidum fruit bodies. Planta Medtca 55:423-428.
Matsuur4 S. 1999. Growth and Colony Patteming of Filamentous Fungi. School of Hight-Technologt for Hwnan Welfare 4:315-320. Moore, E dan Landecker. 1996. Fundamentals
of
The Fungi Four edition. Prentice-Hall lnc, New
Jersey.
Parjimo, H. dan A. Andoko. 2007. Budidaya Jamur. Agro Media Pustaka" Jakarta.
Sanchita, S. 2006. Training Report on Mushroom Cultivation. Patna Woman's College. Training Institute ICAR Research Complex for Eastern Regron. Patna.
M., M. Tellez-Tellez D. Diaz-Gordines, A.M. Minteel-Gonzales, R. Dias, and C. Sanches. 2007. Mycelial growth of strains of Pleurotus ostreatus developed on agar and its
Sastre-Ahuatzi,
correlation with the productivity in pilot production form. Brazilian Journal of Microbiologt
38:3 Souraeid4 H. 2010. Usaha Budidaya Jamu Ling Zhi (Ganoderma luci&nn) di CV. Agro Mandiri Kaliurang Yogyakarta. Laporan Tugas Akhir. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirmarq Purwokerto.
Steel, R.E.D.,
ffid J.H.Tonie.
1991.
hinsip dan Prosedur Statistika
Suatu Pendekatan Biometrik.
Gramedia Pustaka Utam4 Jakarta Stamets, P. 2000. GrowingGourmet and Medicinal Mushroom.Ten Speed Press, Toronto.
bio.unsoed.ac.id
Subowo, Y.B. dan Nurhasanah. 2000. Produksi Jamur Kuping (Auricularia polytrieha) Menggunakan berbagai Media dan Umur BibiL Jwnal Bialogi Indonesia aa-45.
(\:
Sumiati,
8., E. Suryaningsih, dan Puspitasari. 2006. Perbaikan Produksi Jamur Tiram dengan Modifikasi Bahan Baku Utama Media Bibit. Hort. 16 (2) :119-128.
I
10