PROCEEDING BOOK “SCIENTIFIC ANNUAL MEETING Forum Kedokteran Islam Indonesia (FOKI)” 2016
BIOMEDICAL SCIENCE
Pengaruh Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) Terhadap Viabilitas, Motilitas Dan Konsentrasi Spermatozoa Mencit Jantan Balb/c Yang Diberi Paparan Asap Rokok Wening Maulita*, Ria Dewi Pranastuti*, Imada Khoironi*, Israhnanto Isradji^, Chodidjah# *Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang ^Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang #Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang Corresponding Authors: Wening Maulita, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang Email:
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan: Lebih dari seperempat penduduk Indonesia memiliki kebiasaan merokok. Konsumsi rokok dapat menurunkan kualitas spermatozoa. Daun katuk merupakan tanaman yang dapat dikonsumsi dan banyak tumbuh di Indonesia. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa daun katuk memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap kualitas spermatozoa mencit BALB/c yang diberi paparan asap rokok. Metode: Penelitian eksperimental post test only control group design menggunakan 28 ekor mencit (Mus musculus) jantan BALB/c dibagi secara acak menjadi 3 kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol yang masing-masing kelompok terdiri dari 7 sampel. Kelompok kontrol tidak diberikan paparan asap rokok maupun ekstrak daun katuk. Kelompok kedua diberikan paparan asap rokok tanpa pemberian ekstrak daun katuk, kelompok ketiga dan keempat diberikan paparan asap rokok dan ekstrak daun katuk masing-masing dengan dosis 3 mg/ml dan 6 mg/ml. Perlakuan ini dilakukan selama 35 hari. Data diuji dengan One Way Anova. Hasil: viabilitas spermatozoa kelompok dosis 6 mg/ml sama dengan kelompok normal (p= 0.807). Motilitas spermatozoa kelompok dosis 6 mg sama dengan kelompok normal (p=0,172),kelompok dosis 3mg/ml sama dengan kelompok asap rokok (p=0,599). Konsentrasi spermatozoa berbeda bermakna pada semua kelompok, yang tertinggi pada kelompok normal (20,79), diikuti kelompok dosis 6 mg/ ml (16,80), kelompok dosis 3mg/ml(10,28) dan terendah pada kelompok asap rokok (5,48). Simpulan: Disimpulkan bahwa ekstrak daun katuk berpengaruh signifikan terhadap kualitas spermatozoa mencit yang dipapar asap rokok. Pemberian ekstrak daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr.) berpengaruh meningkatkan motilitas, viabilitas dan konsentrasi spermatozoa mencit yang telah dipapar asap rokok. Kata kunci : ekstrak daun katuk, asap rokok, viabilitas spermatozoa, motilitas spermatozoa, konsentrasi spermatozoa
PENDAHULUAN Paparan rokok memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas sperma, yaitu dapat menurunkan persentase dari motilitas sperma, viabilitas sperma, dan keutuhan tudung akrosom, namun meningkatkan persentase dari abnormalitas sperma (Fitriani et al., 2010). Pemaparan asap rokok akan menurunkan rata-rata jumlah spermatozoa hidup. Kematian spermatozoa diduga disebabkan oleh senyawa radikal bebas yang merusak DNA sehingga terjadi apoptosis (Moustafa et al., 2004). Radikal bebas yang terkandung di dalam asap rokok dapat menurunkan kesuburan pria dengan menurunkan motilitas dan presentase sel spermatozoa normal. Paparan asap rokok yang terus-menerus ini dapat berujung pada infertilitas (Nadeem et al., 2012). Daun katuk merupakan tanaman yang dapat dikonsumsi yang banyak tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Daun katuk diketahui mengandung karotenoid, vitamin E, vitamin C, protein, dan komponen sterol (Subekti et al., 2008). Flavonoid dari daun katuk juga memiliki kemampuan sebagai antioksidan yang kuat (Zuhra et al., 2008). Alfa tokoferol (vitamin E), beta karoten (pro vitamin A) dan asam askorbat (vitamin C) merupakan antioksidan vitamin, sedangkan flavonoid merupakan senyawa yang dapat menggantikan vitamin E (Rohmatussolihat, 2009). Selain memiliki efek anti inflamasi, daun katuk juga berfungsi sebagai antioksidan (Lee et al., 2011). Saat ini, lebih dari seperempat penduduk Indonesia memiliki kebiasaan merokok. Proporsi perokok saat ini dengan umur ≥ 10 tahun sebesar 29,3 %. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi perokok setiap hari pada lakilaki dan perempuan terpaut jauh yaitu 47,5% banding 1,1%, dengan rata-rata batang rokok yang dihisap setiap
2
ISBN: 978-602-1145-33-3
hari per orang di Indonesia sebanyak 12,3 batang yaitu setara dengan satu bungkus (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa asap rokok memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas spermatozoa (Aditama, 1992). Berdasarkan uraian latar belakang ini, penulis ingin membuktikan apakah daun katuk dapat mempengaruhi kualitas spermatozoa mencit jantan yang diberi paparan asap rokok sebagai radikal bebas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang manfaat antioksidan dalam daun katuk untuk mempertahankan kualitas spermatozoa terhadap paparan radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun katuk terhadap kualitas spermatozoa mencit BALB/c yang diberi paparan asap rokok. hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan bagi penelitian selanjutnya serta memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengaruh daun katuk terhadap kualitas sperma. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian post test only control group design. Subyek penelitian adalah mencit jantan strain BALB/c yang berumur 8-12 minggu dengan berat badan antara 20-30 gram, dan bergerak aktif. Jumlah sampel penelitian adalah 28 ekor dengan tiap kelompok perlakuan 7 ekor yang di ambil secara random. Mencit dibagi secara acak menjadi 4 kelompok. Kelompok A : yaitu kelompok kontrol yang diberi perlakuan berupa pemberian pakan minum standar. Kelompok B : yaitu kelompok yang diberi perlakuan berupa pemberian pakan minum standar, paparan asap rokok 2 batang/ hari. Kelompok C : yaitu kelompok yang diberi perlakuan berupa pemberian pakan minum standar, paparan asap rokok 2 batang/ hari bersama dengan pemberian ekstrak daun katuk dengan dosis sebesar 3 mg/ml. Kelompok D : yaitu kelompok yang diberi perlakuan berupa pemberian pakan minum standar, paparan asap rokok 2 batang/ hari bersama dengan pemberian ekstrak daun katuk dengan dosis sebesar 6 mg/ml. Perlakuan setiap hari sebanyak satu kali selama 35 hari. Pengamatan viabilitas spermatozoa Pada hari ke-36 dilakukan pengambilan sperma dari epididimis mencit. Pemeriksaan viabilitas spermatozoa dilakukan dengan pewarnaan giemsa dan diamati dengan mikroskop pembesaran 400 kali dihitung spermatozoa yang mati (berwarna) dan dalam 100 sperma. Nilai dinyatakan dalam prosentase. Pengamatan motilitas spermatozoa Motilitas spermatozoa adalah persentase spermatozoa yang bergerak maju dengan kriteria A adalah jumlah spermatozoa maju cepat menuju depan dan B adalah jumlah spermatozoa maju lambat menuju ke depan menurut kriteria WHO 1992 Pemeriksaan dilakukan pada semua lapang pandang sampai 100 spermatozoa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x dan menentukan jumlah spermatozoa kriteria A dan kriteria B. Selanjutnya, nilai yang diperoleh dinyatakan dalam presentase: Rumus % motilitas =
kriteria seperma progresif (A+B) 100 ekor spermatozoa
x 100%
Pengamatan konsentrasi spermatozoa Penghitungan konsentrasi spermatozoa dapat dilakukan dengan menggunakan metode hemositometer yaitu dengan menggunakan bilik hitung dan pengamatan mikroskop dengan perbesaran 400x untuk menghitung jumlah sel sperma dalam satuan juta/cc pada bilik kotak sedang, kemudian dikonversikan kedalam rumus untuk menemukan konsentrasi dalam satuan milliliter. Jumlah sperma = (n*p)/v bilik hitung Keterangan: n = jumlah spermatozoa P = faktor pengenceran V = volume
PROCEEDING BOOK “SCIENTIFIC ANNUAL MEETING Forum Kedokteran Islam Indonesia (FOKI)” 2016
HASIL PENELITIAN Pengamatan viabilitas spermatozoa Tabel 1. Hasil Rerata Spermatozoa Viabel
Tabel 1. menunjukkan nilai rerata persentase spermatozoa viabel kelompok kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Nilai rerata viabilitas terendah terdapat pada kelompok tanpa pemberian ekstrak daun katuk. Data diuji normalitas untuk mengetahui distribusi data secara merata dengan menggunakan uji SaphiroWilk. Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan didapatkan hasil signifikan p > 0,05 yang berarti sampel tersebut terdistribusi secara normal. Uji selanjutnya dilakukan Levene Test. Berdasarkan hasil uji Levene Test didapatkan hasil signifikasi sebesar 0,991 yang berarti varian data adalah homogen. Data berdistribusi normal dan varian data homogen, maka selanjutnya dilakukan uji Anova untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan bermakna antar kelompok. Uji Anova didapatkan hasil signifikasi p = 0,000, yang berarti hipotesis terbukti dan terdapat kelompok yang berbeda secara signifikan, maka untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda perlu dilakukan uji Post Hoc. Tabel 2. Hasil Uji Post Hoc
*Signifikan p<0,05
Pengamatan motilitas spermatozoa Tabel 3. Hasil rata-rata motilitas spermatozoa (%)
Uji normalitas dari hasil penelitian dilakukan menggunakan Shapiro-Wilk dan didapatkan sebaran data dari semua kelompok normal (p>0,05) kemudian dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan Levene Test dan diperoleh data homogen dengan p = 0,114 (p>0,05), sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal dan homogen, karena syarat uji parametrik terpenuhi maka uji selanjutnya menggunakan Oneway Anova dan dilanjutkan dengan Post Hoc LSD. Uji Oneway Anova didapatkan hasil signifikansi p = 0,003 yang berarti terdapat kelompok yang berbeda secara signifikan. Maka, untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda, perlu dilakukan uji Post Hoc untuk kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Hasil Post Hoc dari semua kelompok seperti pada tabel 4: Tabel 4. Uji Post Hoc motilitas spermatozoa
*signifikan
ISBN: 978-602-1145-33-3 Pengamatan konsentrasi spermatozoa Tabel 5. Rerata konsentrasi spermatozoa pada kelompok (10
/ml)
6
Hasil perhitungan konsentrasi spermatozoa seperti yang terlihat pada tabel menunjukkan rerata konsentrasi terendah ditemukan pada kelompok 2 yaitu kelompok yang diberikan asap rokok dan tanpa diberi ekstrak daun katuk dengan rerata 5.48 sedangkan rerata konsentrasi spermatozoa tertinggi mendekati normal ditemukan pada kelompok 4 yaitu kelompok dengan pemberian ekstrak daun katuk dosis 6 mg/ml dengan rerata 16.80. Perbedaan rerata persentase konsentrasi spermatozoa setiap kelompoknya perlu diketahui dengan melakukan uji statistik yang didahului dengan uji normalitas dan uji homogenitas untuk menentukan uji yang dilakukan parametrik atau non parametrik. Uji normalitas dilakukan dengan metode Shapiro-Wilk. Hasil pengujian data pada keempat kelompok yang hasilnya menunjukkan bahwa data rerata persentase konsentrasi spermatozoa pada seluruh kelompok berdistribusi normal dengan nilai P> 0.05. Adapun hasil uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 2. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas dengan Levene Test dan hasilnya dapat dilihat pada lampiran 2. Berdasarkan hasil uji homogenitas diperoleh nilai p=0.444 (P>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa data rerata konsentrasi spermatozoa pada seluruh kelompok mempunyai variasi data yang homogen. Sebaran data normal dan variasi data homogen, sehingga dilakukan uji parametrik dengan One Way Anova. Hasil uji One Way Anova didapatkan harga p=0.000 (p<0.05). Hal ini menunjukkan ada perbedaan rerata persentase konsentrasi spermatozoa diantara keempat kelompok, selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antara 2 kelompok dilakukan uji Post Hoc Test LSD. Tabel 6. Hasil Uji Post Hoc Tests
PEMBAHASAN Viabilitas spermatozoa Membran sel pada spermatozoa hidup bersifat impermeabel terhadap giemsa sehingga giemsa tidak mudah masuk ke dalam membran sel spermatozoa. Jika terjadi peroksidasi lipid pada membran sel maka akan terjadi perubahan permeabilitas membran sel (Setiati et al., 2009). Membran sel akan menjadi lebih permeabel sehingga giemsa mudah masuk dan spermatozoa terpulas warna merah pada bagian kepala. Hasil penelitian menunjukkan kelompok B, yang hanya diberi paparan asap rokok, memiliki rerata viabilitas terendah, ini membuktikan bahwa pada paparan asap rokok mampu menurunkan jumlah spermatozoa yang hidup. Asap rokok yang mengandung banyak radikal bebas akan meningkatkan kadar stress oksidatif. Stress oksidatif kemudian akan memicu terjadinya peroksidasi lipid, karena radikal bebas yang terlalu tinggi dalam tubuh itu akan berikatan dengan lipid membran sel. Jika membran sel rusak, maka radikal-radikal bebas akan masuk ke dalam sel dan merusak DNA sehingga sel mengalami apoptosis. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Unitly et al. (2014), yang dalam penelitiannya menunjukkan bahwa asap rokok dapat menurunkan kualitas spermatozoa meliputi penurunan konsentrasi, viabilitas dan peningkatan abnormalitas spermatozoa. Penurunan jumlah viabilitas spermatozoa ini diduga akibat radikal bebas yang terkandung dalam asap rokok. Kematian sel disebabkan oleh kerusakan DNA yang terjadi akibat tekanan oksidatif yang meningkatkan pembentukan ROS sehingga merusak DNA yang kemudian menyebabkan apoptosis. Kerusakan DNA yang disebabkan oleh radikal bebas tersebut yang menyebabkan banyak ditemukannnya spermatozoa yang mati setelah diberi paparan asap rokok (Moustafa et al., 2004). Penurunan viabilitas spermatozoa secara langsung menurunkan kualitas spermatozoa, sehingga dibutuhkan
PROCEEDING BOOK “SCIENTIFIC ANNUAL MEETING Forum Kedokteran Islam Indonesia (FOKI)” 2016
antioksidan untuk menangkal adanya radikal bebas. Daun katuk diketahui memiliki kemampuan antioksidan. Lee et al., (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa daun katuk memiliki kapasitas antioksidan tertinggi dari enam tanaman di Malaysia yang diteliti. Daun katuk mengandung senyawa flavonoida jenis flavanon (Zuhra et al. 2008). Flavonoid bekerja melawan radikal bebas dengan mengikat zat peroksidan (Hariyatmi 2004). Flavonoid juga dapat menggantikan vitamin E (Rohmatussolihat, 2009). Selain itu, daun katuk juga diketahui mengandung karotenoid, vitamin E, vitamin C, protein, dan komponen sterol (Subekti et al., 2008). B-karoten, vitamin C dan vitamin E merupakan antioksidan mikronutrien yang utama. B-karoten merupakan scavengers (pemulung) oksigen tunggal. Vitamin C bekerja sebagai reduktir yang akan mendonorkan satu elektron membentuk semidehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif dan selanjutnya mengalami reaksi disproporsionasi membentuk dehidroaskorbat. Dehidroaskorbat akan terdegradasi membentuk asam oksalat dan asam treonat. Peranannya sangat penting dalam menjaga integritas membran sel (Suhartono et al., 2007). Vitamin E yang larut dalam lemak merupakan antioksidan yang melindungi membran sel dari oksidasi oleh radikal bebas dengan menyumbangkan atom H (Hariyatmi, 2004). Protein dan lipid adalah senyawa utama penyusun membran sel (Salisbury dan Ross, 1995). Salah satu jenis lipid yang umum dijumpai adalah sterol (Beck, 1980). Hasil penelitian didapatkan bahwa pemberian ekstrak daun katuk pada perlakuan dosis 6 mg/ml menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan terhadap kelompok kontrol sehingga dosis 6 mg/ml mampu memperbaiki viabilitas hingga mencapai jumlah normal. Pada perlakuan dengan dosis 3 mg/ml didapatkan perbedaan yang signifikan dengan kelompok yang dipapar asap rokok saja, sehingga pemberian dosis 3 mg/ml sudah mampu menunjukkan perbaikan viabilitas spermatozoa, namun belum dapat memperbaiki hingga mencapai normal. Perlakuan dengan dosis 6 mg/ml mampu meningkatkan rerata persentase viabilitas lebih tinggi dibanding dengan dosis 3 mg/ml. Hal itu membuktikan bahwa semakin besar dosis yang diberikan semakin baik untuk memperbaiki kualitas spermatozoa. Antioksidan pada ekstrak daun katuk berfungsi untuk memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas yang diakibatkan asap rokok. Mekanisme menetralisir radikal bebas oleh antioksidan yaitu dengan cara menerima atau mendonorkan sebuah elektron untuk menghasilkan molekul yang lebih stabil (berpasangan) (Best, 2004). Dengan kestabilan elektron, maka radikal bebas tidak akan berikatan dengan lemak yang berada di membran sel, sehingga peroksida lipid dapat terhindari sehingga tidak terjadi kerusakan DNA yang dapat menyebabkan apoptosis. Motilitas spermatozoa Berdasarkan hasil analisis rerata motilitas spermatozoa yang paling rendah adalah kelompok yang diberi paparan asap rokok. Ini membutikan bahwa pemaparan asap rokok selama 35 hari dapat menurunkan motilitas spermatozoa secara signifikan. Hal ini disebabkan karena sumber radikal bebas yang berasal dari paparan asap rokok menyebabkan terjadinya proses peroksidasi pada spermatozoa yang akan diikuti oleh perubahan struktur pada membran plasma. Rusaknya membran plasma mitokondria mengakibatkan terganggunya metabolisme sel spermatozoa (Tremellen, 2008) karena energi motilitas spermatozoa disuplai dalam bentuk ATP yang disintesis oleh mitokondria pada leher spermatozoa, sehingga apabila terjadi kerusakan pada membran mitokondria akan menganggu motilitas spermatozoa (Aryosetyo, 2009). Spermatozoa yang bergerak lambat tidak mampu membuahi sel telur, sehingga diperlukan antioksidan yang bertindak sebagai “pemangsa” radikal bebas untuk melindungi spermatozoa. Hal ini relevan dengan pendapat Agarwal dan Sushil (2005) yang menyatakan bahwa asap rokok dapat membahayakan motilitas spermatozoa yang dalam penelitian ini dibuktikan dengan motilitas spermatozoa terendah dikelompok 2. Potensi ekstrak daun katuk dalam memproteksi spermatozoa dari efek radikal bebas karena keberadaan tannin, vitamin C, vitamin E, beta karoten dan flavonoid. Tannin dan flavonoid adalah senyawa dari polifenol. Tannin memiliki aktivitas penangkap radikal bebas (Molyneux, 2004), sedangkan flavonoid memiliki kemampuan untuk merubah atau mereduksi radikal bebas dan juga sebagai anti radikal bebas (Giorgi, 2000). Vitamin E megendalikan peroksida lemak dengan menyumbangkan hidrogen ke dalam reaksi yang mampu mengubah radikal peroksil (hasil peroksidasi lipid) menjadi radikal tokoferol yang kurang reaktif, sehingga tidak mampu merusak rantai asam lemak dan selanjutnya melindungi sel dari kerusakan, dan karena membran sel terproteksi maka energi yang dibutuhkan oleh spermatozoa untuk bergerak akan tetap tercukupi (Winarsi, 2007; Hernandez et al., 2010). Vitamin C dan beta karoten berperan sebagai antioksidan dengan cara mengikat radikal lipid yang terbentuk
6
ISBN: 978-602-1145-33-3
pada proses peroksidasi lipid, sehingga mencegah terjadinya reaksi berantai. Akibatnya jumlah radikal bebas yang terbentuk mudah ditekan, proses peroksidasi lipid selanjutnya dapat digagalkan sehingga mencegah keruskan membran spermatozoa lebih lanjut (Suryohudoyo, 2000). Keberadaan zat-zat aktif antioksidan inilah yang membantu melindungi kerusakan sel spermatozoa dari stress oksidatif yang disebabkan oleh munculnya radikal bebas dari paparan asap rokok. Semakin banyak kandungan dosis antioksidan yang diberikan maka semakin besar aktivitas antioksidannya. Hal ini sesuai dengan penelitian, pada kelompok 3 yaitu kelompok yang diberi ekstrak daun katuk dosis 3 mg/ml belum mampu meningkatkan motilitas spermatozoa secara bermakna, sedangkan pada kelompok 4 yaitu kelompok yang diberi ekstrak daun katuk dosis 6 mg/ml sudah mampu meningkatkan motilitas spermatozoa secara bermakna dan hampir mendekati kelompok normal. Kelemahan pada penelitian ini adalah sarana serta fasilitas yang kurang memadahi sehingga kandang mencit tidak disediakan secara individual melainkan berdasarkan kelompok mencit sehingga konsumsi asar rokok tiap mencit mungkin berbeda Konsentrasi spermatozoa Peningkatan rerata konsentrasi spermatozoa pada kelompok yang diberikan ekstrak daun katuk disebabkan karena daun katuk bersifat sebagai antioksidan kuat untuk melawan radikal bebas seperti flavonoid, karotenoid, vitamin C, dan vitamin E (Wang dan Lee 1997; Subekti et al., 2008; Zuhra et al., 2008; Panjaitan et al., 2005). Flavonoid yang terkandung didalam daun katuk ini efektif mencegah terjadinya stress oksidatif dengan mereduksi radikal hidroksil, superoksida, dan radikal peroksil. Kemudian Vitamin E dalam daun katuk berperan sebagai antioksidan dan melindungi kerusakan membran biologis akibat radikal bebas. Vitamin E dapat menetralisir gugus hidroksil, superoksida, dan radikal hidrogen peroksida (Agarwal and Sushil., 2005). Daun katuk di sisi lain juga mengandung tujuh senyawa aktif yang dapat merangsang sintesis hormon steroid dan senyawa eukasinoid yang dapat merangsang sel-sel Leydig untuk mengeluarkan hormon testosteron yang berperan dalam proses spermatogenesis, sehingga jumlah spermatozoa akan meningkat (Mustikasari et al., 2013). Sehingga ekstrak daun katuk terbukti dapat meningkatkan konsentrasi spermatozoa. KESIMPULAN Pemberian ekstrak daun katuk berpengaruh terhadap kualitas spermatozoa mencit jantan yang dipapar asap rokok. Pemberian ekstrak daun katuk dapat meningkatkan viabilitas, motilitas dan konsentrasi spermatozoa mencit BALB/c jantan yang diberi paparan asap rokok. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek toksik pemberian ekstrak daun katuk pengaruhnya terhadap organ lain. DAFTAR PUSTAKA Aditama, T., Y., 1992, Rokok dan Kesehatan, UI, Jakarta, 3-5 Agarwal, A., Sushil, A.P., 2005, Oxidative stress and antioxidants in male infertility: a difficult balance, IJRM, Vol 3, No.1, 1-8 Aryosetyo, L., 2009, Hubungan antara Jumlah Leukosit dengan Morfologi Spermatozoa pada Pasien Infertilitas di rumah sakit Dokter Kriadi, Fakultas Kedokteran Unair Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Beck, James S. 1980. Biomembrans. Fundamentals in relation to human biology. Hemisphere Publishing Coorporation. Washington New York London. pp. 114-121 Best, B, 2004, General Antioxidants Actions, Journal Chemistry and Biochemistry Free Radical Fitriani, Eriani, K., Sari, W., 2010, The Effect of Cigarettes Smoke Exposured Causes Fertility of Male Mice (Mus musculus), Jurnal Natural, Vol. 10, No.2.
PROCEEDING BOOK “SCIENTIFIC ANNUAL MEETING Forum Kedokteran Islam Indonesia (FOKI)” 2016
Giorgi, P., 2000, Flavonoid an Antioxidant, Jaournal National Product, 63, 1035-1045 Hariyatmi. 2004. Kemampuan vitamin e sebagai antioksidan Terhadap radikal bebas pada lanjut usia. Jurnal MIPA vol 14 No.1.Surakarta. UMS Hernandez, M.C.R., Mendez, A., Zamorano, R., Ramirez, D., 2010, Detection of the Free Radicals Produced by {beta}-amyloid and its Effects on the Acetylcholinesterase Activity, FASEB J, 24:760, 4 Molyneux, P., 2004, The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicryl-hydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity, Songklanakarin Journal of Science and Technology, 26, 211-219 Moustafa, M. H., Sharma, R. K., Thornton, J., Mascha, E., Abdel-Hafez, M. A., Thomas, A. J., Agarwal, A., 2004, Relationship between ROS production, Apoptosis and DNA Denaturation in Spermatozoa from Patients Examined for Infertility, Human Reproduction Vol. 19, No.1 pp. 129-138 Mustikasari, D.R., Tjandrakirana., Qomariyah, N., 2013, Pengaruh pemberian Filtrat Daun katuk terhadap Konsentrasi dan Morfologi Normal Spermatozoa Mencit (Mus musculus) yang Terpapar Asap Rokok, LenteraBio, vol.2, 155-158 Naadem, F., Fahim, A., Bugti, S., 2012, Effect of cigarette smoking on male fertility, TUBITAK, 42, 14001405 Lee, K. H., Padzil, A. M., Syahida, A., Abdullah, N., Zuhainis, S. W., Maziah, M., Sulaiman, M. R., Israf, D. A., Shaari, K., Lajis, N. H., 2011, Evaluation of anti-inflamatory, antioxidant and anti-nociceptive activities of six Malaysian medicinal plants, JMPR, 5(23), 5555-5563 Panjaitan, Budhi Prasetyo, Leenawaty Limantara, 2005, Peranan Karotenoid Alami dalam mengkal radikal bebas didalam tubuh.Program Magister Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana. Rohmatussolihat, 2009, Antioksidan, Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia, BioTrends, Vol.4, No.1 Salisbury, Frank B. dan Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. Terjemahan. ITB. Bandung. Hal. 316 dan 156-160 Setiati, S., Harimurti, K., Govinda R, Arya., 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, 1, Interna Publishing, Jakarta, 759-760 Subekti, S., Sumarti, S.S., Murdiati, T. B., 2008, Pengaruh Daun Katuk (Sauropus androgynus L. Merr) dalam Ransum terhadap Fungsi Reproduksi pada Puyuh, JITV 13(3): 167-173 Suhartono E, Fachir H & Setiawan B. 2007. Kapita Sketsa Biokimia Stres Oksidatif Dasar dan Penyakit. Universitas Lambung Mangkurat,Banjarmasin: Pustaka Benua. Suryohudoyo, P., 2000, Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler, Jakarta : CV, Sagung seto Tremellen, K. 2008. Oxidative Stress and Male Infertility—A Clinical Perspective. Hum Reprod Update 14(3): 243-258. Unitly, A.J.A., Kusumorini, N., Agungpriyono, S., Satyaningtijas, A.S., Boediono, A. 2014. Perubahan Kualitas Spermatozoa dan Jumlah Sel-sel Spermatogenik Tikus yang Terpapar Asap Rokok, Jurnal Kedokteran Hewan, Vol. 8 No. 2. Wang PH, dan SS Lee, 1997, Active Chemical constituents from Sauropus androgynus. J.Chin.Chem.Soc., 44(2): 145-149 Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Yogyakarta: Kanisius, 13-15, 77-81 Zuhra, Cut Fatimah, Tarigan, B. T., Sihotang, H., 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr.), Jurnal Biologi Sumatera, hlm 7-10, Vol. 3, No 1