BIOAKUSTIK LUMBA-LUMBA JANTAN HIDUNG BOTOL (Tursiops aduncus ) PADA KOLAM KARANTINA, TAMAN SAFARI INDONESIA, CISARUA BOGOR
PRATIWI DWI WULANDARI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Bioakustik LumbaLumba Jantan Hidung Botol (Tursiops aduncus) Pada Kolam Karantina, Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor. adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2016
Pratiwi Dwi Wulandari NIM C54110072
ABSTRAK PRATIWI DWI WULANDARI. Bioakustik Lumba-Lumba Jantan Hidung Botol (Tursiops aduncus) Pada Kolam Karantina, Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor. Dibimbing oleh SRI PUJIYATI. Bioakustik adalah ilmu yang menggabungkan biologi dan akustik yang biasanya merujuk pada penelitian mengenai produksi suara, dispersi melalui media elastis, dan penerimaan pada hewan, termasuk manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur, menganalisis, membedakan karakteristik suara Lumba-lumba dan mendeteksi suara klik (click) yang di timbulkan oleh Lumbalumba. Lumba-lumba jantan (Tursiops aduncus) yang dipelihara di Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor memiliki nilai intensitas terendah sebesar 18,76 dB dan tertinggi adalah sebesar 32,02 dB dengan persentase 100 % . Dengan rata-rata parameter yang terukur yaitu salinitas sebesar 30 ‰ dan suhu 23°C, dengan kedalaman kolam 4,5 meter. Range frekuensi suara klik dengan nilai intensitas tertinggi yaitu sebesar 32,02 dB dengan suara klik 3 sesudah makan pada hari ke 2 yang terdapat pada range frekuensi yaitu 14221 – 15100 Hz. Range frekuensi suara klik lumba-lumba jantan (Tursiop aduncus) di Taman Safari yaitu pada frekuensi 13211- 15245 Hz. Posis lumba-lumba sebelum makan cenderung berada di permukaan kolam dan lumba-lumba selalu berada di dasar kolam pada saat setelah makan. Kata kunci: Bioakustik, Lumba-Lumba jantan hidung botol (Tursiops aduncus), Frekuensi, Intensitas ABSTRACT PRATIWI DWI WULANDARI. Bioacoustic Bottlenose Male Dolphins (Tursiops aduncus) At the pool Quarantine, Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor. Guided by SRI PUJIYATI . Bioacoustics is combines biology science and acoustics usually refers to a study on sound production, dispersion through elastic media, and reception in animals, including humans. this research to measure, analyze, distinguish characteristics sound of a dolphin and detect a clicking sound (click) caused by dolphins. Male dolphins (Tursiops aduncus) that maintained at Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor has the lowest intensity value amounting to 18,76 dB and the highest amounted to 32,02 dB with percentage 100%. average parameters measurable salinity of 30 ‰, temperature 23° C and depth pool 4.5 meter. Range frequency click sound with the highest intensity value that is equal to 32,02 dB with a clicking sound 3 after eat on day 2 the range frequency 14221 – 15100 Hz. Click sound range frequency of male dolphins (Tursiop aduncus) in Taman Safari have frequency 13211- 15245 Hz. Position before eat dolphin was in the surface and dolphins are in the bottom of the pool at the time after eating. Keywords: Bioacoustic, Male dolphins bottlenose (Tursiops aduncus), Frequency, Intensity
BIOAKUSTIK LUMBA-LUMBA JANTAN HIDUNG BOTOL (Tursiops aduncus ) PADA KOLAM KARANTINA, TAMAN SAFARI INDONESIA, CISARUA BOGOR
PRATIWI DWI WULANDARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu Teknologi dan Kelautan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
Judul Skripsi : Bioakustik Lumba-Lumba Jantan Hidung Botol (Tursiop aduncus) Pada Kolam Karantina, Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor. Nama : Pratiwi Dwi Wulandari NIM : C54110072
Tanggal Lulus: 16 FEBRUARI 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah Bioakustik Lumba-Lumba Jantan Hidung Botol (Tursiop aduncus) Pada Kolam Karantina, Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana pada Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesemapatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1
2 3 4 5 6
Ibu Dr Ir.Sri Pujiyati M.Si selaku komisi pembimbing yang telah memberikan nasihat, masukan dan pengarahan dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini, serta bapak Dr. Henry M. Manik, MT selaku pemeriksa (GKM), Dr Ir Totok Hestirianoto M.Sc selaku penguji tamu dalam penulisan skripsi ini. Bapak Prof. drh Dondin Sajuthi, MST, PhD selaku koordinator kerjasama IPB-Taman Safari Indonesia yang telah memberi ijin penelitian Kedua Orang tua saya Tri Sumanto dan Rukiyati dengan motivasi, nasehat, terus mendukung, dan mendoakan serta terus menyemangati penulis. Saudara dan saudari penulis yaitu Panji Nugroho Prasetyo dan Puspa Kitri Wulansari, yang selalu mengingatkan penulis dan memberi semangat kepada penulis. Muhammad Zainuddin Lubis S.Ik selaku teman penelitian yang selalu memberi motivasi, nasehat, dan terus mendukung serta terus menyemangati penulis. Semua Dosen Ilmu dan Teknologi Kelautan yang baik secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis mencapai studinya. . Bogor, Februari 2016
Pratiwi Dwi Wulandari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
xii xii xii 1
Tujuan Penelitian METODE
3 4
Bahan Alat Parameter Lingkungan Pengambilan Data Suara Lumba-lumba Pengolahan dan Analisis Data Suara Lumba-lumba HASIL DAN PEMBAHASAN
4 4 6 6 7 8
Parameter Lingkungan Karakteristik Suara Lumba-lumba Tingkah Laku Lumba-lumba SIMPULAN DAN SARAN
8 8 23 26
Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
26 26 26
LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
28 30
DAFTAR TABEL 1 Alat dan Bahan Penelitian
4
DAFTAR GAMBAR 1 Lumba-Lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus) (Jefferson et al. 1993) 2 Mekanisme Produksi dan Penerimaan Suara Pada Lumba-Lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus) 3 Set Alat Perekaman Suara (a) Hidrofon, (b) Headphone, (c) catu daya/baterai, dan (d) laptop untuk data logging dan data processing 4 Sketsa Penelitian Pada Lumba-Lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus) Pada saat di Penangkaran/Kolam 5 Diagram Alir Penelitian 6 Diagram Alir Pengolahan Data 7 Spektrum Suara yang di Hasilkan Sesudah Makan 8 Hubungan frekuensi terhadap intensitas sebelum makan hari ke 1 9 Hubungan frekuensi terhadap intensitas sesudah makan hari ke 1 10 Hubungan frekuensi terhadap intensitas sebelum makan hari ke 2 11 Hubungan frekuensi terhadap intensitas sesudah makan hari ke 2 12 Hubungan frekuensi terhadap intensitas sebelum makan hari ke 3 13 Hubungan frekuensi terhadap intensitas sesudah makan hari ke 3 14 Grafik frekuensi dengan anti-log suara klik sebelum makan hari ke 1 15 Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sebelum makan hari ke 1. 16 Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sebelum makan hari ke 1 17 Grafik frekuensi dengan anti-log suara klik sebelum makan hari ke 2 18 Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sebelum makan hari ke 19 Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sebelum makan hari ke 2 20 Grafik frekuensi dengan anti-log suara klik sebelum makan hari ke 3 21 Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sebelum makan hari ke 3 22 Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sebelum makan hari ke 3 23 Grafik frekuensi dengan anti-log suara klik sesudah makan hari ke 1 24 Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sesudah makan hari ke 1 25 Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sesudah makan hari ke 1 26 Grafik frekuensi dengan anti-log suara klik sesudah makan hari ke 2 27 Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sebelum makan hari ke 2 28 Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sesudah makan hari ke 2
2 3 4 5 6 7 9 9 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 15 16 16 17 17 18 18 19 19
29 Grafik frekuensi dengan nilai anti-log suara klik sesudah makan hari ke 3 30 Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sesudah makan hari ke 3 31 Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sesudah makan hari ke 3 32 Hubungan frekuensi terhadap intensitas sebelum makan hari ke 1,2 ,3 dan sesudah makan hari ke 1, 2, 3. 33 Posisi Lumba-lumba di kolam karantina pada hari ke 1 34 Posisi Lumba-lumba di kolam karantina pada hari ke 2 35 Posisi Lumba-lumba di kolam karantina pada hari ke 3
20 20 21 22 23 24 25
DAFTAR LAMPIRAN 36 Lampiran 1 Alat dan Bahan yang di gunakan saat penelitian 37 Lampiran 2 Syntax matlab perekaman suara lumba-lumba
28 29
PENDAHULUAN Bioakustik merupakan ilmu yang menggabungkan biologi dan akustik, ilmu ini sudah lama berkembang sejak tahun 1980. Bioakustik biasanya merujuk pada penelitian mengenai produksi suara, dispersi melalui media elastis, dan penerimaan pada hewan, termasuk manusia. Hal ini melibatkan neurofisiologi dan anatomi untuk produksi dan deteksi suara, serta hubungan sinyal akustik dengan medium dispersinya. Temuan pada bidang ini memberikan bukti bagi kita tentang evolusi mekanisme akustik, dan evolusi hewan yang dapat di terapkan dalam ilmu akustik (Simmonds dan MacLennan 2005). Bagian dari suara yang paling dikenal adalah frekuensi, yaitu jumlah getaran gelombang suara tiap detik. Suara terdiri dari campuran bermacam-macam frekuensi, oleh karena itu suara dikatakan mempunyai kualitas dan warna yang bersifat karakteristik. Suatu besaran yang sangat erat hubungannya dengan frekuensi adalah panjang gelombang (λ). Panjang gelombang adalah jarak antara dua muka gelombang yang terdekat untuk perpindahan dan kecepatan partikel yang sama dalam suatu bidang medan bunyi datar. Jika frekuensi (f) dan kecepatan rambat gelombang c diketahui, maka panjang gelombang dapat ditentukan dengan rumus (Ackerman 1988).
………………………………..(1) Lumba-lumba Hidung Botol termasuk jenis mamalia yang memiliki kepekaan pendengaran yang baik. Hal itu disebabkan oleh sistem jaringan indera pendengaran yang baik. Lumba-lumba dapat mendengar suara dengan frekuensi 1-150 kHz, sensitivitas yang tinggi ini sangat diperlukan untuk echolocation (Cahill 2000). Suara klik umumnya digunakan untuk tujuan ekolokasi, sementara suara ledakan-berdenyut dan peluit memainkan peran utama dalam komunikasi intern dan antar kelompok (Azzolin et al. 2013). Adapun macam suara yang dihasilkan oleh lumba-lumba yang telah dikategorikan yaitu, (1) Suara klik ekolokasi digunakan untuk memantau lingkungan, mangsa dan predator deteksi, (2) Suara yang kuat dan (3) Suara tonal (sering disebut peluit) yang digunakan untuk komunikasi (Cook et al. 2004). Suara klik umumnya digunakan untuk tujuan ekolokasi, sementara suara yang kuat (seperti ledakan) dan peluit mempunyai peran utama dalam komunikasi individu dan antar kelompok (Azzolin et al. 2013). Peluit yang terus menerus, memberikan sinyal frekuensi (Papale et al. 2013), dengan berbagai lebar pancaran 800 Hz dan 28,5 kHz (Janik 2009) sering terdapat komponen harmonik (Papale et al. 2013). Seekor lumba-lumba memulai interaksi dengan pemberian sinyal, dengan informasi, dalam pita frekuensi tertentu. Sumber sinyal kemudian bergantung pada sumber untuk mendengar dan bereaksi terhadap suara. Pendengaran pada Lumba-lumba berkisar dari sekitar 50 Hz-150 kHz, dengan variasi tambahan di antara spesies (Janik 2009). Kolam karantina Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor merupakan kolam yang digunakan untuk mamalia laut lumba-lumba (Tursiops aduncus) yang sudah tidak mampu lagi untuk melakukan kegiatan seperti atraksi dan berinteraksi dengan pengunjung. Lumba-lumba yang terdapat di kolam karantina Taman Safari Indonesia sudah memiliki ukuran bobot badan dan usia yang sangat
2 maksimum dan dapat dibilang tidak produktif. Tetapi kolam karantina tetap dilakukan kontrol suhu dan salinitas serta pemberian pakan. Klasifikasi Lumba-lumba hidung botol adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mamalia Ordo : Cetacea Subordo : Odonticeti Famili : Delphinidae Genus : Tursiops Spesies : T. Anduncus
Gambar 1 Lumba-lumba hidung botol (Tursiops aduncus) Mamalia laut yang mampu melakukan echolocation yaitu kemampuan yang luar biasa untuk membedakan detail objek dengan baik. Hal ini diduga karena tulang pada tengkoraknya telah tersusun untuk membentuk pemantulan parabolik yang memfokuskan suara di dahi (Cahill 2000). Melon, organ tubuh berlilin yang berbentuk lensa dan terletak di dahi, memfokuskan suara yang dihasilkan di nasal plugs sehingga suara tersebut akan dipancarkan ke arah yang dikehendaki oleh mamalia laut. Pada saat bersamaan, gelombang suara pantulan dari objek yang kembali akan disalurkan melalui fatty channel, yang berisi minyak dan terletak di rahang bawah, hingga mencapai inner ear (Cahill 2000). Penyaluran suara dapat dibuat lebih tepat dan teliti dengan bantuan buih yang bergelembung (Evans, 1966). Mekanisme produksi dan penerimaan suara pada Lumba-lumba hidung botol (Tursiops aduncus) dapat dilihat pada Gambar 2.
3
Gambar 2. Mekanisme Produksi dan Penerimaan Suara pada Lumba-lumba hidung botol (Tursiops aduncus) (Janik 2009). Penelitian tentang suara lumba-lumba pernah dilakukan oleh (Evan 1966), (Cook et al. 2004) dan (Azzolin et al. 2013). Ketiga peneliti tersebut pernah melakukan penelitian tentang distribusi lumba-lumba di lautan pasifik dan melakukan penerapan ilmu bioakustik ke arah spektrum suara serta membedakan setiap spesies dari tinggi rendahnya frekuensi. Penelitian ini diharapkan dapat menganalisis tentang spektrum suara dengan menggunakan metode bioakustik, dan medeteksi suara klik (click) yang di timbulkan oleh Lumba-lumba hidung botol (Tursiops aduncus). Pengetahuan yang semakin baik tentang lumba-lumba diharapkan akan membawa dampak positif bagi masyarakat luas , mahasiswa, pelajar peneliti maupun masyarakat secara umum yang bertujuan membangun minat guna untuk melestarikan dan memanfaatkan berbagai potensi fauna yang telah dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang ada di Negara Republik Indonesia. Tujuan Penelitian 1
Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: menganalisis karakteristik suara suara klik (click) Lumba-lumba Jantan hidung botol (Tursiops aduncus) pada kolam karantina.
4
METODE Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2015. Kegiatan pengambilan data dilaksanakan di Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor. Tahapan selanjutnya yaitu pengolahan data akan dilakukan di laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan (AIK) Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK, IPB yang bertempat di water tank. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam metode penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Alat dan Bahan Penelitian No 1
Alat Dolphin EAR 100 hydrophone nomor seri DE989505
Fungsi Merekam suara lumba-lumba
2 3
Hydrofone SQ03 Kamera Underwater Gopro Hero 3+
4
Wavelab.6 (www.steinberg.net) dan Matlab.R2008b (www.mathworks.com)
Merekam suara Mengambil gambar dibawah air Software untuk pengolahan suara
Bahan 2 ekor Lumbalumba Jantan hidung botol
Bahan yang digunakan adalah 2 ekor Lumba-lumba Jantan hidung botol (Tursiops aduncus) pada kolam karantina di taman safari Indonesia. Gambar 3 adalah satu set alat perekam suara.
Gambar 3 Set alat perekam suara, (a) Hidrofon, (b) Headphone, (c) catu daya/baterai, dan (d) laptop untuk data logging dan data processing.
5
Panjang = 6,5 meter Lebar = 4,5 meter Dalam = 4,5 meter
Gambar 4 Sketsa penelitian pada Lumba-lumba Jantan hidung botol (Tursiops aduncus) pada saat di penangkaran/kolam. Gambar 4 adalah sketsa penelitian pada penangkaran/ kolam karantina lumba-lumba di Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor yang memiliki kedalaman kolam 4,5 meter, panjang kolam 6,5 meter dan lebar kolam 4 meter dengan bahan 2 ekor lumba-lumba jantan hidung botol (Tursiops aduncus). Pada proses pengambilan data, hidrofon diletakkan di dalam kolam pada posisi 1,5 meter dari permukaan air kolam dan posisi camera underwater pada kedalaman 3 meter dari permukaan kolam. Perekaman hidrofon dilakukan berbarengan dengan perekaman tingkah laku dengan menggunakan camera underwater. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
6
Studi Literatur
Pengamatan Lumba-lumba pada kolam karantina
Perekaman data suara lumba-lumba sebelum dan sesudah makan Camera Underwater Pengolahan data
Analisis data lumba-lumba yang berkaitan dengan tingkah laku dan pergerakan. Gambar 5 Diagram alir penelitian
Pengambilan Data Suara Lumba-lumba Proses perekaman data Lumba-lumba hidung botol (Tursiops aduncus) menggunakan komputer untuk mencatat data. Saat proses perekaman dimulai, dibiarkan beberapa detik untuk merekam, kemudian hidrofon (Lampiran 1) dimasukkan melalui lubang pada kolam penangkaran Lumba-lumba yang sudah disediakan. Proses perekaman dilakukan selama ± 5 menit. Kegiatan pengambilan dan perekaman data dilaksanakan di Taman Safari Indonesia , Cisarua Bogor dengan mengambil data pada kolam karantina Selama 2 Bulan. Perekaman suara lumba-lumba dilakukan dengan menggunakan hidrofon kemudian di salurkan ke amplifier, setelah itu dilakukan verifikasi suara dengan menggunakan seaphone. Proses perekaman menggunakan perangkat lunak Wavelab versi 6 (www.steinberg.net). Data hasil suara rekaman disimpan dalam bentuk *.wav. Target data yang akan diambil untuk analisis, yakni sebanyak 3 kali pengamatan. Saat bersamaan juga dilakukan pengamatan video untuk mengetahui tingkah laku lumba-lumba dengan menggunakan kamera underwater (Lampiran 1).
7 Pengolahan dan Analisis Data Suara Lumba-lumba Pengolahan data akustik menggunakan perangkat lunak wavelab 6, suara yang dihasilkan lumba-lumba akan dirubah dengan metode Fast Fourier Transform (FFT). Fungsi umum dari Transformasi Fourier adalah mencari komponen frekuensi sinyal yang terpendam oleh suatu sinyal dalam domain waktu yang penuh dengan noise (Krauss et al., 1995). dan sebaliknya, sebuah transformasi fourier mengubah waktu (atau ruang) dengan frekuensi. Transformasi fourier banyak digunakan untuk aplikasi di bidang teknik, sains, dan matematika (D. Potts, dan M. Tasche 2001). Sebaran per satuan waktu dapat dilihat menggunakan perangkat lunak Wavelab 6 (www.steinberg.net),dan data FFT disimpan dalam bentuk .txt. Setelah proses tersebut maka data tersebut diolah dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel (www.microsoftoffice.com) lalu diolah dengan menggunakan perangkat lunak Matlab r2008 (www.mathworks.com) untuk menghasilkan figure (Lampiran 2). Data hasil perekaman suara lumba-lumba di interpretasikan ke dalam bentuk grafik frekuensi dan echo level. Grafik yang dihasilkan kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan pengamatan visual. Pengamatan visual dapat dilakukan dengan melihat tingkah laku lumba-lumba yang diamati dengan menggunakan metode perekaman video menggunakan kamera underwater pada saat perekeman suara lumba-lumba. Hal ini bertujuan untuk melihat reaksi lumba-lumba terhadap benda atau instrument yang ada disekitarnya dengan mengamati tingkah laku lumba-lumba dan dapat melihat kondisi kesehatan dari lumba-lumba dari hari kehari selama proses penelitian/ proses pengambilan suara. Gambar 6 adalah Diagram alir perekaman suara.
Gambar 6 Diagram alir pengolahan data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Suara lumba-lumba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suara yang berasal dari tengkorak lumba-lumba. Menurut Winn (1991), suara merupakan hal yang sangat penting terhadap tingkah laku saat berkomunikasi untuk beberapa jenis ikan dan menurut Pratt (1975) Ikan dapat mengeluarkan beragam amplitude suara untuk melakukan komunikasi dalam pertukaran informasi. Informasi yang dibawa dari sinyal-sinyal suara menjelaskan mengenai keadaan bahaya yang mengancam dan keadaan agresif untuk menakuti musuh. Suara juga dihasilkan dari dampak tingkah laku lainnya seperti saat makan, bergerak, menghindari musuh, dan reproduksi (seksualitas dan fase pembesaran) (Popper and Plat 1993). Data rekaman suara Lumba-lumba Hidung Botol (Tursiops aduncus) memiliki tiga tipe suara yang berbeda. Ketiga tipe suara ini dapat dibedakan hanya dengan menggunakan pendengaran normal. Ketiga tipe suara tersebut klik (click), siul (whistle) dan lengking (burst). Pada pengambilan data suara lumba-lumba dilakukan pada tanggal dan minggu yang berbeda. Proses perekaman suara lumbalumba dilakukan sebanyak 3 kali perekaman. Karakteriktik suara lumba-lumba Suara yang dihasilkan lumba-lumba dibagi menjadi tiga kategori. (1) Suara click yang digunakan dalam echolocation (Nachtigall, 1980 in Leatherwood dan Reevers, 1990) (2) suara berpulsa yang memancar yang sering digambarkan sebagai squawks, yelps, barks dan lain-lain.(Caldwell dan Caldwell, 1967 in Leatherwood dan Reevers, 1990). (3) whistle yaitu suara ber-band sempit dengan frekuensi termodulasi. Dalam Leatherwood dan Reeves (1990), whistle berfungsi untuk komunikasi. Hasil dari penelitian ini berupa grafik intensitas suara terhadap frekuensi. Frekuensi berupa 5200-22000 Hz. Data yang di tampilkan pada Gambar 8 yaitu ping 62 Lumba-lumba dapat mengeluarkan beragam amplitude suara untuk melakukan komunikasi dalam pertukaran informasi. Tabel 3 menunjukkan kisaran frekuensi suara yang dihasilkan dari beberapa jenis mamalia laut.
Gambar 7 Spektrum suara yang di hasilkan sebelum makan
9 Pada Gambar 7 merupakan contoh spektrum suara yang diproses menggunakan perangkat lunak Wavelab 6 yang digunakan adalah hasil perekaman suara lumba-lumba jantan hidung botol (Tursiops aduncus). Warna spektrum yang terlihat lebih cerah merupakan sinyal atau pusat suara dari lumba-lumba. Dengan color bar yang di tunjukan dengan semakin cerah (high) merupakan sumber suara atau pusat suara. Tingginya nilai intensitas linear dengan cerahnya warna yang dihasilkan pada spektrum suara dari lumba-Lumba. Sisi atas dan bawah merupakan suara yang bersumber sama dengan satu sama lain , tetapi hasil tampilan berikut merupakan tampilan yang dikeluarkan secara streo pada
perangkat lunak wavelab 6. Frekuensi lumba-lumba yang berbeda-beda pada saat sebelum pemberian makan hari ke 1 (Gambar 8). Gambar 8 Hubungan frekuensi terhadap intensitas sebelum makan hari ke 1 Berdasasarkan Gambar 8 merupakan hubungan frekuensi terhadap intensitas lumba-lumba jantan pada kolam karantina sebelum makan pada hari ke 1 dengan maksimum frekuensi 21.963,87 Hz. Pada data frekuensi lumba lumba jantan sebelum makan hari ke 1 pada klik 1 di tunjukan oleh grafik berwarna merah, klik 2 ditunjukan berwarna biru. Data frekuensi sebelum makan klik 3 diberi warna hijau dan pada klik 4 di tandai oleh warna hitam. Pada hari ke 1 sebelum makan memiliki intensitas 28.01 dB dan range waktu 75-80 ms pada puncak tertinggi pada range frekuensi 14000-15000 Hz. . Frekuensi lumba-lumba yang berbeda-beda pada saat sesudah pemberian makan hari ke 1 (Gambar 9).
10 Puncak tertinggi pada frekuensi 14000-15000 Hz dengan nilai intensitas 21.20 dB pada 80-90 ms
Gambar 9 Hubungan frekuensi terhadap intensitas sesudah makan hari ke 1 Berdasasarkan Gambar 9 di atas yang merupakan hubungan frekuensi terhadap intensitas lumba-lumba jantan pada kolam karantina sesudah makan pada hari ke 1 dengan maksimum frekuensi 21.963,87 Hz. Pada data frekuensi lumba lumba jantan sesudah makan hari ke 1 pada klik 1 di tunjukan oleh grafik berwarna merah, klik 2 ditunjukan berwarna biru. Data frekuensi sesudah makan klik 3 diberi warna hijau dan pada klik 4 di tandai oleh warna hitam. Pada hari ke 1 sesudah makan memiliki intensitas 21.20 dB dan range waktu 80-90 ms pada puncak tertinggi pada range frekuensi 14000-15000 Hz. . Frekuensi lumba-lumba pada saat sebelum pemberian makan hari ke 2 (Gambar 10). Puncak teritinggi pada frekuensi 14000-14150 Hz dengan nilai intensitas 28.82 dB pada 65-70 ms
Gambar 10 Hubungan frekuensi terhadap intensitas sebelum makan hari ke 2 Berdasasarkan Gambar 10 di atas yang merupakan hubungan frekuensi terhadap intensitas lumba-lumba jantan pada kolam karantina sebelum makan pada hari ke 2 dengan maksimum frekuensi 21.963,87 Hz. Pada data frekuensi lumba lumba jantan sebelum makan hari ke 2 pada klik 1 di tunjukan oleh grafik berwarna merah, klik 2 ditunjukan berwarna biru. Data frekuensi sesudah makan klik 3 diberi warna hijau dan pada klik 4 di tandai oleh warna hitam. Pada hari ke
11 2 sebelum makan memiliki intensitas 28.82 dB dan range waktu 65-70 ms pada puncak tertinggi pada range frekuensi 14000-14150 Hz. Frekuensi lumba-lumba pada saat sesudah pemberian makan hari ke 2 (Gambar 11). Puncak tertinggi pada frekuensi 14200-15100 Hz dengan nilai intensitas 32.02 dB pada 71-78 ms
Gambar 11 Hubungan frekuensi terhadap intensitas sesudah makan hari ke 2 Berdasasarkan Gambar 11 di atas yang merupakan hubungan frekuensi terhadap intensitas lumba-lumba jantan pada kolam karantina sesudah makan pada hari ke 2 dengan maksimum frekuensi 21.963,87 Hz. Pada data frekuensi lumba lumba jantan sesudah makan hari ke 2 pada klik 1 di tunjukan oleh grafik berwarna merah, klik 2 ditunjukan berwarna biru. Data frekuensi sesudah makan klik 3 diberi warna hijau dan pada klik 4 di tandai oleh warna hitam. Pada hari ke 2 sebelum makan memiliki intensitas 32.02 dB dan range waktu 71-78 ms pada puncak tertinggi pada range frekuensi 14200-15100 Hz. Frekuensi lumba-lumba pada saat sebelum pemberian makan hari ke 3 (Gambar 12). Puncak tertinggi pada frekuensi 14500-14800 Hz dengan nilai intensitas 30 dB pada 74-80 ms
Gambar 12 Hubungan frekuensi terhadap intensitas sebelum makan hari ke 3
12 Berdasasarkan Gambar 12 di atas yang merupakan hubungan frekuensi terhadap intensitas lumba-lumba jantan pada kolam karantina sebelum makan pada hari ke 3 dengan maksimum frekuensi 21.963,87 Hz. Pada data frekuensi lumba lumba jantan sebelum makan hari ke 2 pada klik 1 di tunjukan oleh grafik berwarna merah, klik 2 ditunjukan berwarna biru. Data frekuensi sesudah makan klik 3 diberi warna hijau dan pada klik 4 di tandai oleh warna hitam. Pada hari ke 2 sebelum makan memiliki intensitas 30 dB dan range waktu 74-80 ms pada puncak tertinggi pada range frekuensi 14500-14800 Hz. Frekuensi lumba-lumba pada saat sesudah pemberian makan hari ke 3 (Gambar 13). Puncak tertinggi pada frekuensi 14200-15100 Hz dengan nilai intensitasa 31 dB pada 70-80 ms
Gambar 13 Hubungan frekuensi terhadap intensitas sesudah makan hari ke 3 Berdasasarkan Gambar 13 di atas yang merupakan hubungan frekuensi terhadap intensitas lumba-lumba jantan pada kolam karantina sesudah makan pada hari ke 3 dengan maksimum frekuensi 21.963,87 Hz. Pada data frekuensi lumba lumba jantan sesudah makan hari ke 3 pada klik 1 di tunjukan oleh grafik berwarna merah, klik 2 ditunjukan berwarna biru. Data frekuensi sesudah makan klik 3 diberi warna hijau dan pada klik 4 di tandai oleh warna hitam. Pada hari ke 2 sebelum makan memiliki intensitas 31 dB dan range waktu 70-80 ms pada puncak tertinggi pada range frekuensi 14200-15100 Hz. Berikut grafik frekuensi dengan nilai anti log suara klik lumba-lumba pada saat sebelum makan hari ke 1 (Gambar 14), Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sebelum makan hari ke 1 (Gambar 15) dan Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sebelum makan hari ke 1 (Gambar 16).
13 800 782,82
Anti-log 103
750 700 650
647,08 638,05
600
654,60 654,30 649,61 648,29 635,15 626,77 619,44
649,89 645,24 637,82
594,75
585,31
550 500 6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
22.000
Frekuensi (Hz) Gambar 14 Grafik frekuensi dengan nilai anti-log suara klik sebelum makan hari ke 1 Persentase (%) Intensitas Maksimal
100
100
95 90 85 83 80
83 82
81
84 83 84
82
83 81 79
76
75
80
75
70 -
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
Frekuensi ( Hz ) Gambar 15 Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sebelum makan hari ke 1
14 100
100 90 80
84 83 84 81 83
83 81 82
83 82 76
79 80
75
mV 104 , %, kHz
70 60
Frekuensi (kHz)
50
Intensitas (mV)
40
Persentase (%)
30 20 10
7
8
9
21 19 20 17 18 16 14 15 12 13 10 11
-
Gambar 16 Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sebelum makan hari ke 1 Pada Gambar 14, 15 dan 16 merupakan grafik frekuensi suara klik lumbalumba sebelum makan hari ke 1 melepaskan suara klik dengan frekuensi 7 kHz dan 14 kHz. Sub frekuensi suara yang dihasilkan dari gambar diatas yaitu 7 kHz, 10 kHz, dan 14 kHz. Frekuensi 7 kHz memiliki nilai anti-log yaitu 647,08 x103 dengan persentase yaitu 83 % dan frekuensi 14 kHz memiliki nilai anti-log 782,82 x103. Frekuensi sub frekuensi 10 kHz memiliki nilai 649,89 x103 , dan 14 kHz dengan nilai anti-log 782,82 x 103. Persentase intensitas maksimum di frekuensi 14 kHz dapat terlihat persentase yang ditunjukan yaitu sebesar 100% dan persentase minimum yaitu 75% di frekuensi 13 kHz. hal ini menunjukkan suara klik yang dihasilkan lumba-lumba pada saat sebelum makan pada hari ke 1 memiliki fluktuasi tinggi yaitu berada pada frekuensi 14 kHz. Berikut grafik frekuensi dengan nilai anti log suara klik sebelum makan hari ke 2 (Gambar 17), Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sebelum makan hari ke 2 (Gambar 18) dan Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sebelum makan hari ke 2 (Gambar 19).
15 340
Anti-log 103
320 300 280 260 240 220 6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
22.000
Frekuensi (Hz) Gambar 17 Grafik frekuensi dengan nilai anti-log suara klik sebelum makan hari ke 2
Persentase Intensitas Maksimal
100%
100%
95% 91%
90%
89%
85%
85% 83%
83% 83% 80%
80%
81%
75%
70% 6.000
80% 79%
79% 79% 79%
74%
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
Frekuensi (Hz) Gambar 18 Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sebelum makan hari ke 2
22.000
16 100,00
100 90
90,91 88,88 84,8483,14 83,21 82,86 80,35
80
81,31 79,8979,42 79,2178,9879,29 74,11
mV 104 , %, kHz
70 60
Frekuensi (kHz)
50
Persentase(%)
40
Intensitas (mV)
30 20 10
7
8
9
21 19 20 17 18 16 14 15 12 13 10 11
0
Gambar 19 Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sebelum makan hari ke 2 Pada Gambar 17, 18 dan 19 merupakan grafik frekuensi suara klik lumbalumba sebelum makan hari ke 1 melepaskan suara klik dengan frekuensi 7 kHz dan 14 kHz. Sub frekuensi suara yang dihasilkan dari gambar diatas yaitu 7 kHz, 10 kHz, dan 14 kHz. Frekuensi 7 kHz memiliki nilai anti-log yaitu 647,08 x103 dengan persentase yaitu 83 % dan frekuensi 14 kHz memiliki nilai anti-log 782,82 x103. Frekuensi sub frekuensi 10 kHz memiliki nilai 649,89 x103 , dan 14 kHz dengan nilai anti-log 782,82 x 103. Persentase intensitas maksimum di frekuensi 14 kHz yaitu 100% dan persentase minimum yaitu 75% di frekuensi 13 kHz. hal ini menunjukkan suara klik yang dihasilkan lumba-lumba pada saat sebelum makan pada hari ke 1 memiliki fluktuasi tinggi yaitu berada pada frekuensi 14 kHz. Berikut grafik frekuensi dengan nilai anti log suara klik sebelum makan hari ke 3 (Gambar 20), Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sebelum makan hari ke 3 (Gambar 21) dan Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sebelum makan hari ke 3 (Gambar 22).
17
Anti-log 103
350
344,38
336,26335,69 329,47332,25332,05
330
310,48311,98
310
302,32299,70303,09 297,04
290
281,89 275,58 273,24
270 250 7.000
9.000
11.000
13.000
15.000
17.000
19.000
21.000
Frekuensi (Hz) Gambar 20 Grafik frekuensi dengan anti-log suara klik sebelum makan hari ke 3
Persentase Intensitas Maksimal
100% 95% 90% 85% 80% 75% 6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
22.000
Frekuensi (Hz)
Gambar 21 Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sebelum makan hari ke 3 100 90
mV ,104 %, Hz
80
100,00 95,6796,4896,4297,6497,48 90,1690,59 87,79 88,01 87,03 86,25 81,8680,0279,34
70
Frekuensi
60
Intensitas (mV) Persentase (%)
50 40 30 20 10
7
8
9
20 21 17 18 19 14 15 16 13 12 10 11
-
Gambar 22 Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sebelum makan hari ke 3
18 Pada Gambar 20, 21 dan 22 merupakan grafik frekuensi suara klik lumbalumba sebelum makan hari ke 3 melepaskan suara klik dengan frekuensi 7 kHz dan 14 kHz. Sub frekuensi suara yang dihasilkan dari gambar diatas yaitu 7 kHz, 9 kHz, 11 kHz dan 14 kHz. Frekuensi 7 kHz memiliki nilai anti-log yaitu 329,47 x103 dengan persentase yaitu 95 %, frekuensi 9 kHz memiliki nilai anti-log sebesar 332.05 dengan presentase 96%, pada frekuensi 11 kHz memiliki nilai antilog yaitu 335,69 dengan persentase 97% dan frekuensi 14 kHz memiliki nilai antilog 344,38 x103 dengan persentase 100%. Persentase intensitas maksimum di frekuensi 14 kHz yaitu 100% dan persentase minimum yaitu 79% di frekuensi 21 kHz. hal ini menunjukkan suara klik yang dihasilkan lumba-lumba pada saat sebelum makan pada hari ke 2 memiliki fluktuasi tinggi yaitu berada pada frekuensi 14 kHz. Berikut grafik frekuensi dengan nilai anti log suara klik sesudah makan hari ke 1 (Gambar 23), Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sesudah makan hari ke 2 (Gambar 24) dan Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sesudah makan hari ke 2 (Gambar 25). 710 700
696,6
Anti-log 103
690 680 670
676,5
671,9
665,8
660
666,6
662,2
650
648,7
647,8
642,0
640
637,1637,1
634,7
630 620 6.000
674,5
636,8 626,4
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
Frekuensi ( Hz )
Gambar 23 Grafik frekuensi anti-log suara klik sesudah makan hari ke 1
22.000
19
99,00% 98,00% 97,00% 96,00% 95,00% 94,00% 93,00% 92,00% 91,00% 90,00% 89,00% 6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
22.000
Frekuensi ( Hz)
Gambar 24 Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sesudah makan hari ke 1 100,00 96,83 96,45 95,70 100 97,1295,58 95,0693,12 93,0091,41 92,16 91,4691,46 91,12 89,92 90 80
mV 104 , %, kHz
Persentase Intensitas Maksimal
100,00%
70 60 Frekuensi (kHz) 50 Persentase (%)
40 30 20 10
7
8
9
19 20 21 16 17 18 15 14 13 10 11 12
Intensitas (mV)
0
Gambar 25 Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sesudah makan hari ke 1 Pada Gambar 23, 24 dan 25 merupakan grafik frekuensi suara klik lumbalumba sesudah makan hari ke 1 melepaskan suara klik dengan frekuensi 7 kHz dan 14 kHz. Sub frekuensi suara yang dihasilkan dari gambar diatas yaitu 7 kHz dan 14 kHz. Frekuensi 7 kHz memiliki nilai anti-log yaitu 676,50 x104 dengan persentase yaitu 97% dan frekuensi 14 kHz memiliki nilai anti-log 696,6 x104. Persentase intensitas maksimum di frekuensi 14 kHz yaitu 100% dan persentase minimum yaitu 89% di frekuensi 21 kHz. hal ini menunjukkan suara klik yang dihasilkan lumba-lumba pada saat sebelum makan pada hari ke 1 memiliki fluktuasi tinggi yaitu berada pada frekuensi 14 kHz. Berikut grafik frekuensi
20 dengan nilai anti log suara klik sesudah makan hari ke 2 (Gambar 26), Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sesudah makan hari ke 2 (Gambar 27) dan Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sesudah makan hari ke 2 (Gambar 28). 490,00 474,86 450,00
410,00
330,00
290,00 6.000
381,38 376,89
375,52
370,00
362,40
351,23 337,05 335,57 334,99 326,32 313,59 8.000
10.000
12.000
315,80 314,58
14.000
16.000
18.000
20.000
304,24 22.000
Frekuensi (Hz)
Gambar 26 Grafik frekuensi dengan anti-log suara klik sesudah makan hari ke 2 Persentase (%) Intensitas Maksimal
Anti-log 103
434,95
100%
100,00%
95% 91,60%
90% 85% 80%
76,32%
75% 70% 65% 60% 6.000
80,31% 79,37%
79,08% 73,96% 70,98%
70,67%
70,55% 68,72% 66,50% 66,25%
66,04%
8.000
10.000
64,07% 12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
22.000
Frekuensi ( Hz)
Gambar 27 Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sesudah makan hari ke 2
21 100,00 91,60
100 90
mV 104 , %, kHz
80
79,08
73,96 70,98 70,67 70,55 68,72 66,04 70
80,31 79,37
76,32
66,50 66,25
64,07
60 47,49 43,50 38,14 37,69 37,55 36,32 40 35,73 35,12 33,50 33,71 33,56 32,63 31,58 31,46 31,36 30 21 18 19 20 17 16 20 15 12 13 14 11 10 8 9 10 7 50
Frekuensi (kHz) Intensitas (mV) Persentase (%)
0
Gambar 28 Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sesudah makan hari ke 2 Pada Gambar 26, 27 dan 28 merupakan grafik frekuensi suara klik lumbalumba sesudah makan hari ke 2 melepaskan suara klik dengan frekuensi 7 kHz , 10 kHz, dan 14 kHz. Sub frekuensi suara yang dihasilkan dari gambar diatas yaitu 7 kHz dan 14 kHz. Frekuensi 7 kHz memiliki nilai anti-log yaitu 337,05 x104 dengan persentase yaitu 70% dan frekuensi 14 kHz memiliki nilai anti-log 474,86 x104. Persentase intensitas maksimum di frekuensi 14 kHz yaitu 100% dan persentase minimum yaitu 64% di frekuensi 21 kHz. hal ini menunjukkan suara klik yang dihasilkan lumba-lumba pada saat sebelum makan pada hari ke 1 memiliki fluktuasi tinggi yaitu berada pada frekuensi 14 kHz. Berikut grafik frekuensi dengan nilai anti log suara klik sesudah makan hari ke 3 (Gambar 29), Grafik frekuensi dengan persentase intensitas maksimal suara klik sesudah makan hari ke 3 (Gambar 30) dan Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sesudah makan hari ke 3 (Gambar 31).
22 650 624,07 600
Anti-log 103
550 500 450 419,38
400 350 300 6.000
382,12 379,30 374,45
356,06 348,89 344,22 338,77 337,80 345,68
342,66 340,31 337,29 326,25 8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
22.000
Frekuensi (Hz)
Gambar 29 Grafik frekuensi dengan anti-log suara klik sesudah makan hari ke 3 Persentase (%) Intensitas Maksimal
100%
100%
95% 90% 85% 80% 75% 70% 67%
65% 61% 61% 60%
60% 55% 50% 6.000
55% 55% 54% 8.000
55% 52%
10.000
12.000
14.000
16.000
57% 54% 54%
18.000
56% 55%
20.000
22.000
Frekuensi (Hz)
Gambar 30 Grafik Frekuensi dengan persentase intensitas maksimum sesudah makan hari ke 2
23 100,00
100
mV 104 , %, kHz
80
60
67,20 62,41 61,2360,7860,00 55,1657,0554,2854,1355,9055,39 54,5354,9154,05 52,28
38,2137,9337,45 40 34,0334,27 33,7332,62
20 7
8
9
41,94 34,4235,6133,8833,7834,8934,57
Frekuensi (kHz) Intensitas (mV) Persentase (%)
20 21 17 18 19 16 15 13 14 10 11 12
-
Gambar 31 Grafik frekuensi dengan mV, % dan Hz suara klik sesudah makan hari ke 3 Pada Gambar 29, 30 dan 31 merupakan grafik frekuensi suara klik lumbalumba sesudah makan hari ke 3 melepaskan suara klik dengan frekuensi 7 kHz , 11 kHz, dan 14 kHz. Sub frekuensi suara yang dihasilkan dari gambar diatas yaitu 7 kHz dan 14 kHz. Frekuensi 7 kHz memiliki nilai anti-log yaitu 340,31 x104 dengan persentase yaitu 55% dan frekuensi 14 kHz memiliki nilai anti-log 624,07 x104. Persentase intensitas maksimum di frekuensi 14 kHz yaitu 100% dan persentase minimum yaitu 52% di frekuensi 10 kHz. hal ini menunjukkan suara klik yang dihasilkan lumba-lumba pada saat sebelum makan pada hari ke 1 memiliki fluktuasi tinggi yaitu berada pada frekuensi 14 kHz. Menurut (Freitas et al. 2015) suara klik lumba-lumba hidung botol (Tursiop aduncus) menghasilkan suara klik pada rentang frekuensi 14.000 Hz 15.000 Hz, dengan range intensitas yaitu 20-25 dB, hal ini dapat menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan di taman safari cisarua bogor memiliki range frekuensi dan intensitas yang sama. Menurut (Wahlberg et al. 2011) menjelaskan tentang besarnya nilai intensitas dari suara klik yang dihasilkan dengan menggunakan indeks pengiriman suara 3dB, hasil yang didapat bahwa suara klik dari lumba-lumba hidung botol (Tursiop aduncus) memiliki nilai intensitas yang lebih tinggi yaitu 29 dB dibandingkan tursiop truncatus 26 dB. Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yaitu (Freitas et al. 2015 dan Wahlberg et al. 2011) menunjukkan bahwa nilai range intensitas (dB) dan range Frekuensi serta persentase yang dihasilkan memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan di penangkaran pada penelitian ini.
24
Puncak tertinggi pada frekuensi 14200-15000 Hz dengan nilai intensitas 30 dB pada ke 70-75ms
Gambar 32 Hubungan frekuensi terhadap intensitas sebelum makan hari ke 1,2 ,3 dan sesudah makan hari ke 1, 2, 3. Berdasarkan (Gambar 32) grafik hubungan frekuensi terhadap intensitas lumba-lumba jantan sebelum dan sesudah makan dengan maksimum frekuensi 21.963,87 Hz. Pada data frekuensi lumba lumba jantan pada kolam karantina sebelum makan hari ke 1 di tunjukan oleh grafik berwarna biru muda. Data frekuensi klik lumba lumba jantan pada kolam karantina sebelum makan hari ke 2 berwarna merah. Data frekuensi klik lumba-lumba jantan pada kolam karantina sebelum makan hari ke 3 diberi biru. Data frekuensi klik lumba-lumba jantan pada kolam karantina sesudah makan hari ke 1 di tandai dengan warna kuning. Data frekuensi klik lumba-lumba pada kolam karantina sesudah makan hari ke 2 di beri warna hitam. Data frekuensi klik lumba-lumba pada kolam karantina sesudah makan hari ke 3 di beri warna hijau. Nilai intensitas tertinggi diperoleh oleh garis berwarna hijau, hitam dan kuning yaitu sesudah makan hari ke 1, sesudah makan hari ke 2 dan sesudah makan hari ke 3 dengan nilai intensitas sebesar 30 dB pada range frekuensi yaitu 14200-14600 Hz pada range waktu yaitu sekitar ke 70-75 ms. Nilai intensitas awal dan akhir beserta range intensitas dapat dilihat pada tabel 2. Intensitas lumba-lumba klik 4 memiliki intensitas awal yang lebih tinggi 25,63 dB dan intensitas awal yang rendah pada klik 1 yaitu 23,59 dB. Intensitas akhir yang terendah pada suara klik 3 yaitu 23,77 dB dan intensitas akhir tertinggi yaitu 25,15 dB pada klik 4. intensitas lumba-lumba klik 1 memiliki intensitas awal yang lebih tinggi 25,73 dB dan intensitas awal yang rendah pada klik 3 yaitu 24,83 dB. Sedangkan pada suara lumba lumba klik 2 memiliki intensitas awal 24,22 dB. Intensitas akhir 23,57 dB, dan pada suara lumba lumba klik 3 memiliki intensitas awal 23,83 dB. Nilai minimum yaitu 24,77 dB. Pada klik 4 nilai intensitas awal memiliki nilai 25,79 dB dan intensitas minimum memiliki 25,10 dB. Klik 1 memiliki intensitas awal 19,84 dB dan pada intensitas akhir adalah 19,82 dB. Pada suara lumba-lumba klik 2 memiliki intensitas awal 20,23 dB dan intensitas akhir 19,58 dB. Pada klik 3 intensitas awal 20,82 dB dan intensitas akhir 19,20 dB
25 Tingkah laku lumba-lumba Posisi lumba-lumba di kolam karantina pada hari ke 1 saat sebelum pemberian makan pukul 07:00 WIB, pada menit ke 1 lumba-lumba terlihat sedang berenang dan cenderung berada di permukaan kolam. Pada menit ke 2 lumbalumba masih dengan posisi menit ke 1, menit 3 lumba-lumba terlihat keduanya saling berenang menuju permukaan kolam, menit ke 4 dan menit ke 5 terlihat posisi lumba-lumba keduanya berada di permukaan. Pada sesudah makan pukul 12.00 WIB terlihat pada menit ke 1 lumba-lumba keduanya berada di dasar kolam, menit ke 2 posisi lumba-lumba terlihat 1 lumba-lumba berada di dasar kolam dan 1 lagi berada di permukaan, menit ke 3,4 dan ke 5 kedua lumba-lumba berada di kolom kolam. Sehingga posisi lumba-lumba sebelum makan hari ke 1 cenderung berada di permukaan kolam, sedangkan sesudah makan cenderung berada di kolom kolam (Gambar 33). Menit ke
Sebelum makan
Sesudah makan
1
2
3
4
5
Gambar 33 Posisi Lumba-lumba di kolam karantina pada hari ke 1 Posisi lumba-lumba di kolam karantina pada hari ke 2 saat sebelum pemberian makan pukul 07:00 WIB, pada menit ke 1 lumba-lumba terlihat 1 ekor
26 berada di dasar kolam dan 1 ekor berada di permukaan kolam. Pada menit ke 2 lumba-lumba masih dengan posisi menit ke 1, menit 3 lumba-lumba terlihat keduanya saling berenang menuju permukaan kolam, menit ke 4 dan menit ke 5 terlihat posisi lumba-lumba keduanya berada di permukaan. Pada sesudah makan pukul 12.00 WIB terlihat pada menit ke 1 lumba-lumba 1 ekor berada di dasar kolam dan 1 ekor lagi berada di permukaan kolam, menit ke 2, dan ke 3 posisi lumba-lumbasama seperti posisi pada menit ke 1, menit ke 4 dan ke 5 kedua lumba-lumba berada di kolom kolam. Sehingga posisi lumba-lumba sebelum makan hari ke 1 cenderung berada di permukaan kolam, sedangkan sesudah makan cenderung berada di kolom kolam (Gambar 34). Menit ke
Sebelum makan
Sesudah makan
1
2
3
4
5
Gambar 34 Posisi Lumba-lumba di kolam karantina pada hari ke 2 Posisi lumba-lumba di kolam karantina pada hari ke 3 saat sebelum pemberian makan pukul 07:00 WIB, pada menit ke 1 lumba-lumba terlihat 1 ekor berada di dasar kolam dan 1 ekor berada di permukaan kolam. Pada menit ke 2,3,4 dan 5 lumba-lumba keduanya berada pada permukaan kolam Pada sesudah makan pukul 12.00 WIB terlihat pada menit ke 1 lumba-lumba 1 ekor berada di
27 dasar kolam dan 1 ekor lagi berada di permukaan kolam, menit ke 2, 3, 4, dan 5 kedua lumba-lumba berada di kolom kolam. Sehingga posisi lumba-lumba sebelum makan hari ke 1 cenderung berada di permukaan kolam, sedangkan sesudah makan cenderung berada di kolom kolam (Gambar 35). Menit ke
Sebelum makan
Sesudah makan
1
2
3
4
5
Gambar 35 Posisi Lumba-lumba di kolam karantina pada hari ke 3 Posisi Lumba-lumba cenderung berada di pemukaan kolam ± 2 meter dari permukaan kolam (Gambar 33,34,dan 35). Posisi lumba-lumba dan tingkah laku lumba-lumba sangat berpengaruh terhadap nilai intensitas dan frekuensi yang dihasilkan (Lubis et al 2016a, dan Lubis et al 2016b). Menurut (Papale et al. 2013) karakteristik suara lumba-lumba di Samudera Atlantik dan di Laut Mediterania menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara besarnya suara yang dihasilkan oleh lumba lumba hidung botol dari dua populasi dan suara yang dikeluarkan. Frekuensi rata-rata dari lumba-lumba hidung botol di daerah selatan barat samudra hindia memiliki frekuensi <1 kHz dan rata-rata lumbalumba hidung botol mempunyai distribusi frekuensi yang menunjukkan pola yang sama, dengan puncak frekuensi antara 5 dan 7 kHz (Gridley et al.2012), sedangkan dalam penelitian ini sendiri memiliki puncak frekuensi Antara 2 KHz – 22 KHz. Menurut (Lammers et al. 2003) suarayang diperoleh lumba-lumba yaitu
28 dengan kisaran 20 KHz , hal ini menunjukkan bahwa frekuensi maksimal dari lumba-lumba hidung botol yaitu 20 KHz dan penelitian di taman safari ini menunjukkan frekuensi maksimal berbeda 2000 Hz dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Lammer et al. 2003) . Intensitas pada hari ke 3 sebelum dan sesudah makan lebih tinggi dikarekan suhu dan salinitas yang ada di kolam karantina lebih tinggi dibandingkan dengan suhu dan salinitas hari sebelumnya. Lumba-lumba disaat hari ketiga mengalami pemberian pakan sebanyak 2 kali pada pagi hari dan tidak seperti biasanya dilakukan di hari ke 1 dan ke 2 sesudah makan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian yang telah di lakukan lumba-lumba jantan hidung botol (Tursiop aduncus) yang dipelihara di Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor memiliki range frekuensi suara klik yang berbeda satu sama lain dengan nilai intensitas tertinggi yaitu pada suara klik 3 dengan persentase maksimal 100 % saat sesudah makan pada hari ke 2. Posisi lumba-lumba sebelum makan cenderung berada di permukaan kolam dan lumba-lumba selalu berada di dasar kolam pada saat setelah makan. Posisi lumba-lumba berpengaruh terhadap nilai frekuensi dan intesitas yang dihasilkan dari lumba-lumba jantan (Tursiop aduncus). Hasil ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk pembuatan manipulasi suara lumba-lumba dengan menggunakan alat akustik pasif. Saran Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi untuk riset/penelitian ke depannya lebih baik lagi dengan melakukan penelitian secara in situ di perairan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Ackerman, E. 1988. Ilmu Biofisika. Airlangga University Press. Surabaya. Hal 610, 734-736 Azzolin, M. Papale, E., Lammers, M. O. Gannier, A., & Giacoma, C. 2013. Geographic variation of whistles of the striped dolphin (Stenella coeruleoalba) within the Mediterranean Sea. J. Acoust. Soc. Am, 134, 694. Cahill, T. 2000. Dolphins National Geografic Society. Washington DC. Cook,M. L.H.,L. S. Sayigh, J. E. Blum and R. S.Wells. 2004. Signature whistle production in undisturbed free-ranging bottlenose dolphins (Tursiops truncatus). Proceedings of the Royal Society, Series B271;1043–1049. Corkeron Peter J. & Van Parijs Sofie M. 2001. Vocalizations of eastern Australian Risso’s dolphins, Grampus griseus. NRC Research Press website. Evans, W. E. 1966 Vocalizations among marine mammals. Marine Bioacoustics 2, 159–185. Freitas M.D, Jensen F.H, Tyne J, Bejder L, and Madsen P.T 2015. Echolocation parameters of Australian humpback dolphins (Sousa sahulensis) and IndoPacific bottlenose dolphins (Tursiops aduncus) in the wild. J. Acoust. Soc. Am. 137 (6).
29 Finneran, J. J. 2003. Whole-lung resonance in a bottlenose dolphin (Tursiops truncatus) and a white whale (Delphinapterus leucas). J. Acoust. Soc. Am , 114, 529-535. Gridley . T, Berggren. P, Cockcroft Victor. G, Janik. V.M. 2012.’Whistle vocalizations of Indo-Pacific bottlenose dolphins (Tursiops aduncus) inhabiting the south-west Indian Ocean’. J. Acoust. Soc. Am. 132 (6). Janik, Vincent M. 2009.Acoustic communication in delphinids. Advances in the Study of Behavior 40 .: 123-157 Janik, V. M., and Slater, P. J. 1998. Context-specific use suggests that bottlenose dolphin signature whistles are cohesion calls, Animal Behav. 56, 829–838. Jefferson, T.A; S. Leatherwood, dan M.A.Webber. 1993. FAO Spesies Identification Guide Marine Mammals of The World. UNEP-FAO. Rome. Krauss,T.P.,L. Shure and J.N.Little 1995. Signal Processing Toolbox: For Use with Matlab. The Mathworks, Inc. Lammers, Marc O. and Whitlow W. L. Au. 2003.’The broadband social acoustic signaling behavior of spinner and spotted dolphins’. J. Acoust. Soc. Am. 114 (3). Leatherwood, S dan R.R Reevers. 1990. The Bottlenose Dolphin. Academic Press, Inc. San Diego, California, United States of America. Hal. 199-231. Lubis, M.Z, Pujiyati.Sri, Hestirianoto.Totok. 2016a.Bioacoustic Characteristic of Male Dolphins Bottle Nose (Tursiops aduncus ). International Journal of Scientific Engineering and Technology ISSN:2277-1581,Volume No.5 Issue No.1, pp: 44-49 Lubis, M.Z, Pujiyati.Sri, Hestirianoto.Totok, Wulandari P.D. 2016b. Bioacoustic Characteristics of Whistle Sounds and behaviour of male Indo-Pacific bottlenose dolphins (Tursiops aduncus) in Indonesia. International Journal of Scientific and Research Publications, ISSN 2250-3153, Volume 6, Issue 2 Papale, E. Azzolin, M., Cascão, I., Gannier, A., Lammers, M. O., Martin, V. M. & Giacoma, C. 2013. Macro-and micro-geographic variation of short-beaked common dolphin’s whistles in the Mediterranean Sea and Atlantic Ocean. Ethology Ecology & Evolution, (ahead-of-print), 1-13. Popper, A.N. dan C.Plat. 1993. Inner Ear and Lateral Line P. 116 – 117. In David H. Evans. (ed). The Physiology of Fishes. CRC Press. Boca Raton. Pratt, M. 1975. Better Angling With Simple Science: The White Friars Press. London. Simmonds J. & MacLennan D. 2005. Fisheries Acoustics: Theory and Practice, second edition. Blackwell. Wahlberg, W, Jensen Frants H. Soto N.A , Beedholm K, Bejder L, Oliveira C, Rasmussen M and Malene S. 2011. Source parameters of echolocation clicks from wild bottlenose dolphins (Tursiops aduncus and Tursiops truncatus). J. Acoust. Soc. Am. 130 (4). Winn, H.E. 1991. Acoustic Discrimination By The Road FishWith Comments On Signal System. P 361 – 381. In Howard E. Winn. Dan Bori J. Olla. (ed) Behavior of Marine Animals Vol 2: Vertebrates. Plenum Press. New York
30 Lampiran 1 Alat dan bahan yang digunakan saat penelitian
PC/ Laptop Asus intel Corei3, dan Headphone
Camera Underwater Go Pro Hero 3+
Dolphin EAR 100 hydrophone nomor seri DE989505
31 Lampiran 2 Syntax Matlab Perekaman Suara Lumba-lumba clear all clc [y, fs, nbits] = wavread('suara_klik.wav'); pwd; disp('Playing at the original sample rate.'); sound(y, fs); specgram(y); disp('Hit any key to continue ...'); pause Y = fft(y); plot(abs(Y)); axis([0 length(Y)/2, 0 max(abs(Y))]) x = b1(:,2); y = b1(:,3); Y = 10*(log(y)); y1 = s1(:,3); Y1 = 10*(log(y1)); y2 = s2(:,3); Y2 = 10*(log(y2)); y3 = s3(:,3); Y3 = 10*(log(y3)); y4 = s4(:,3); Y4 = 10*(log(y4)); A= load ('klik 1 hari ke 1 sebelum makan.txt'); f = A(:,1); i = A(:,2); B= load ('klik 2 hari ke 1 sebelum makan.txt'); f1 = B(:,1); i1 = B(:,2); C= load ('klik 3 hari ke 1 sebelum makan.txt'); f2 = C(:,1); i2 = C(:,2); D= load ('klik 4 hari ke 1 sebelum makan.txt'); f3 = D(:,1); i3 = D(:,2); plot(f,i,'r','LineWidth',2) hold on plot(f1,i1,'b','LineWidth',2) hold on plot(f2,i2,'g','LineWidth',2) hold on plot(f3,i3,'k','LineWidth',2) hold on grid on xlabel 'frekuensi(Hz)' ylabel 'Intensitas(dB)' title 'Grafik hubungan waktu terhadap intensitas pada lumba-lumba jantan pada kolam karantina ' legend 'Data fekuensi suara derust, click dan peluit lumba-lumba jantan pada kolam karantina'
32 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 20 Februari 1993 dari Ayah Tri Sumanto dan Ibu Rukiyati. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2011 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bogor. Tahun 2011, penulis lulus dari SMAN 1 Bogor dan melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di jurusan Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN tertulis. Selama berkuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) periode 2013/2014 hingga periode 2014/2015 dan penulis mengikuti kegiatan pelatihan dan seminar diantaranya: [1] finalis PIMNAS 2013 dalam kegiatan PKM-P dengan judul ‘Studi Bioakustik Terhadap Gerak Ikan Guppy (Poecilia reticulate), Sebagai Diversifikasi Umpan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) untuk menunjang Bidang Perikanan Tangkap’ [2] Seminar kewirausahaan oleh Bank Mandiri Indonesia Februari 2015, [3] Seminar pasar modal SPM syariah, Jakarta 30 Mei 2015, [4] Publikasi buku dengan judul ‘Male Indo-Pacific Bottlenose Dolphins at Captive in Indonesia’ Publisher LAP LAMBERT Academic Publishing (German) Edisi 2016. [5] Accept Publication in Internasional Journal of Scientific and Research Publication, volume 6 issue 2, February 2016 ‘Bioacoustic Characteristics of Whistle Sound and Behaviour of male Indo-Pacific bottlenose dolphins (Tursiops aduncus) in Indonesia’ Dalam rangka menyelesaikan studi dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menyusun skripsi dengan judul “Bioakustik Lumba-Lumba Jantan Hidung Botol (Tursiops aduncus) Pada Kolam Karantina, Taman Safari Indonesia, Cisarua Bogor.“