BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakekatnya adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan
berkualitas pendidikan
sumber
baik
daya manusia,
yaitu
secara pisik maupun
itulah kita ingin mewujudkan
pembangunan
yang
bersama-sama
dapat membangun
manusia
psikhis.
yang
Melalui
manusia-manusia
dirinya
sendiri
bertanggung jawab atas pembangunan
dan
bangsa.
Karena itu sepantasnyalah pembangunan di bidang pendidik
an
ini
negara
terus dilanjutkan agar
pembangunan
ini juga tetap dilaksanakan dan
bangsa
dan
berjalan
sesuai
Usaha pembangunan di bidang pendidikan ini
menca-
dengan yang diharapkan.
kup semua jenis dan jenjang dari pendidikan itu Masing-masing akan
jenjang
dan jenis
pendidikan
memberikan kontribusi tersendiri untuk
sendiri. diharapkan
pembangunan
bangsa.
Sekolah dasar merupakan salah satu jenjang dikan
tentang
yang
sangat strategis
berbagai
kepribadian,
untuk
pengetahuan dan
memberikan
teknologi,
menanamkan nilai-nilai dan untuk
mencapai
wawasan
membentuk
juga
pendidikan
pendi
merupakan
jenjang
dasar
yang
tinggi.
Karena peranannya yang demikian penting
lebih
itulah,
pendidikan
dasar
pengelolaan
khususnya sekolah dasar
ini
menuntut
yang profesional dari semua pihak yang
kait. Juga, karena peranan pentingnya itu pulalah tentang
dengan
sekolah dasar sering dilontarkan.
masih
tingginya tingkat mengulang
Ini
terkritik
ditandai
kelas,
yaitu
sebanyak 2.559.068 murid tahun 1988/1989, 2.602.249 tahun 1989/1990
dan 2.537.879 pada tahun 1990/1991
RI,
:
1991
37), dan rendahnya
persentase
(Depdikbud murid
yang
melanjutkan studinya ke sekolah lanjutan tingkat pertama. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor (Vembriarto,
1990
: 42), diantaranya adalah :
Karena masih menganggap bahwa lulus dari pendi dikan di sekolah dasar pun dianggap cukup, mereka tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan pendidikan, mereka merasa tidak mempunyai kemampuan akademik
yang memadai untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama, dan kadang-kadang tidak ada seko lah di daerah mereka bertempat tinggal.
Lebih bahwa
sampai
lanjut
Ace Suryadi
saat
ini mutu guru
(1992),
mengemukakan,
sekolah
dasar,
berjumlah lebih kurang 1,15 juta orang, cukup
yang
mengkhawa-
tirkan. Hal ini cukup beralasan, karena kenyataanya masih
banyak kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang dari
para
guru sekolah dasar
tersebut.
ditemui
Seperti
yang
diungkapkan
oleh Mohammad Ansyar (1994:47),
"...
bahwa
salah
realitas dalam pendidikan
kita
yang
sukar
peran
guru
dalam
satu
diingkari
dewasa
ini adalah ciutnya
proses pengembangan potensi pribadi peserta didik. Hampir tidak
ada peran yang berarti, kecuali
sebagai
pembekal
informasi bagi para peserta didik". Selanjutnya dikemukakan bahwa diantara kelemahan-kelemahan guru sekolah dasar
dalam mengajar di kelas, hanya sekedar memberikan
infor
masi {information given) saja. Dengan
mereka
belum
mampu
mengajar
menampilkan
yang
optimal
dan
untuk
kata lain,
mengembangkan
meningkatkan
kemampuan
efektivitas
belajar mengajar di kelas (Ansyar, 1992 : 25, Raka 1991).
yang
Namun demikian, kelemahan-kelemahan guru
disebutkan di atas itu hendaknya jangan
Joni, seperti
ditimpakan
kepada para guru sekolah dasar semata tanpa memperhatikan sejauh nana pembinaan yang mereka dapatkan. Lebih harian
Kompas (Februari 1994) juga mengupas bahwa
banyak
sekolah-sekolah dasar yang belum memiliki
dan
prasarana yang memadai terutama
pada
lanjut masih sarana
daerah-daerah
yang jauh dari ibu kota, serta kesempatan bagi
guru-guru
untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya juga terbatas
dan
kurang. Dengan kondisi seperti ini sangat
apabila masih terdapat kendala-kendala dalam mutu
proses
pendidikan harian
belajar
secara
mengajar secara
umum.
Demikian
khusus
juga
mutu
pendidikan tidak akan
tidak
diperhatikan.
Guru
meningkat
membutuhkan
peningkatan dan
halnya
Media Indonesia (Februari 1994), yang
bahwa
beralasan
dengan
menyatakan jika
pembinaan
kontinyu dari atasannya dan atau dari pihak lain,
pun usaha untuk mengembangkan dirinya dapat pula kan secara pribadi.
mutu
guru yang
walau-
dilaku
Menyadari
adanya
pentingnya
peranan sekolah
beberapa tantangan baik kualitas
dasar
lulusan
gurunya, pemerintah Indonesia sebenarnya telah
dan
maupun
melakukan
pembenahan untuk meningkatkan kualitas sekolah dasar itu. Diantara
usaha yang ditempuh pemerintah
sekolah
dasar
itu sekaligus
jenjang
pendidikan
kualitas
yang lebih tinggi
untuk
kualitas
pendidikan secara
pada
berturut-
turut ialah ditetapkannya Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional
didikan
Nomor 2 tahun 1989. Undang-undang sistem
nasional itu memperkenalkan dan
didikan, enam
yaitu suatu sistem
tahun
menengah
mengatur
penyelenggaraan
di sekolah dasar dan tiga tahun
pertama.
penyelenggaraan
Sistem pendidikan ini
yang lebih terpadu
pen
pen
pendidikan di
sekolah
menuntut
dibandingkan
cara
dengan
sistem penyelenggaraan pendidikan sebelumnya dimana
pada
sistem pendidikan yang lama, kedua lembaga pendidikan itu pengelolaanya secara terpisah. Dengan demikian sistem ini diharapkan
mampu
meningkatkan
kemudahan
murid
untuk
melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama. Lebih jauh pemerintah Indonesia juga mencanangkan wajib belajar sembilan tahun, yang secara tidak langsung murid dasar dituntut kemampuannya untuk dapat menggapai
sekolah pendi
dikan yang lebih tinggi.
Guna menjabarkan pelaksanaan Undang-undang
Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989, terutama pasal 13 tentang pendidikan dasar, pemerintah Indonesia mengeluar-
kan
Peraturan
Pemerintah Nomor 28
Tahun
1990
tentang
pendidikan
dasar yang mengatur secara
mendetail
lenggaraan
pendidikan pada jenjang itu. Dengan
peraturan
pemerintah ini, para penyelenggara
mempunyai
pedoman
pendidikan
di
yang
sekolah.
jelas
untuk
Lahirnya
penye lahirnya
pendidikan
menyelenggarakan
kedua
peraturan
ini
merupakan sejarah baru dan sangat berarti untuk pendidik an
dasar di Indonesia sebagai langkah yang
pasti
untuk
menata dan meningkatkan kualitas pendidikan dasar berlandaskan peraturan yang lebih jelas.
Selanjutnya, guru
yang
1989/1990
guna meningkatkan kualifikasi
akan mengajar di sekolah dasar,
pemerintah
Pendidikan
Indonesia
membuka
sejak
tahun
program
baru
Guru Sekolah Dasar (PGSD) dengan masa
dikan dua tahun di Institut Keguruan dan Ilmu
pendi
Pendidikan
(IKIP) Negeri se Indonesia dan di Fakultas Keguruan
Pendidikan seluruh
(FKIP)
Indoneisa.
di
Universitas-universitas
Disamping itu
pemerintah
sebagian langkah
dimana
dasar
SPG
Indonesia
pada tahun-tahun sebelumnya,
adalah
materi
guru
lulusan
di
SPG. Dengan
tingkat
sekolah
Ini
calon
adalah
suatu
sekolah
dasar
guru
tambahan
Institut/Universitas
dasar
Guru
mengintegrasikan
maju untuk meningkatkan kualitas
pendidikan calon
yang lain dengan IKIP.
Ilmu
negeri
mengalihfungsikan tugas sebagian Sekolah Pendidikan (SPG) menjadi sekolah menengah umum dan
calon
diharapkan
ajar dan metodologi pengajaran di
lebih
sekolah
dua ini,
tahun para
menguasai
sekolah
dasar
yang
pada akhirnya akan meningkatkan kualitas
pendidikan
di sekolah dasar pada umumnya.
Usaha
peningkatan kreativitas dan kemampuan
guru
sekolah dasar, Pemerintah juga memacu karir mereka dengan menerbitkan Keputusan Menteri Pendayagunaan dan
Aparatur
Negara Nomor 26/MENPAN/1989 yang mengatur tentang point
bagi
guru sekolah dasar
untuk
kredit
kenaikan
pangkat
mereka. Dalam peraturan pemerintah itu guru sekolah dasar
yang
akan
syarat
naik pangkat harus terlebih
kredit
point
yang
dahulu
diwajibkan,
memenuhi
mencakup
empat
kelompok kegiatan, yaitu pertama pendidikan, yang meliputi
mengikuti
kedinasan
pendidikan formal
serta
maupun
latihan-latihan
memperoleh ijazah, diploma
atau
surat
tanda tamat belajar, kedua, proses belajar mengajar
bimbingan
proses
dan
penyuluhan yang meliputi
belajar
penyuluhan, melaksanakan
: melaksanakan
mengajar atau memberikan
melaksanakan
tugas di daerah
tugas khusus di sekolah,
bangan
profesi
yang meliputi membuat
bidang
pendidikan,
menemukan teknologi
atau
bimbingan
dan
tepencil
dan
ketiga,
karya tepat
pengem
ilraiah
di
guna
di
bidang pendidikan, membuat alat peraga, menciptakan karya seni
dan
berpartisipasi dalam
keempat, kegiatan penunjang
meliputi
melaksanakan
pengembangan
kurikulum,
proses belajar mengajar yang
pengabdian pada masyarakat,
partisipasi dalam berbagai jenis kegiatan yang pendidikan (MENPAN, 1989 : 1-26).
ber
mendukung
Meskipun peraturan pemerintah ini dianggap
kurang
realistik (Tilaar, 1992 : 46), bagaimanapun juga peratur an ini memacu para guru sekolah dasar untuk lebih mempunyai aktivitas yang pada gilirannya akan
kan
kemampuan
banyak
meningkat
mereka dalam mengajar, baik secara
lang-
sung ataupun tidak langsung. Apabila dibandingkan peraturan
kenaikan pangkat sebelumnya,
dimana
dengan kenaikan
pangkat guru sekolah dasar hanya tergantung pada
datang-
nya waktu (empat tahun), peraturan kenaikan pangkat
baru
jelas lebih menantang untuk perbaikan kualitas
guru
ini
sekolah dasar.
Sebagai konsekuensi logis tugas guru sekolah dasar
yang lebih berat ini, pemerintah Indonesia
kesejahteraan kolah dasar,
mereka dengan menaikkan gaji guru-guru se termasuk juga guru-guru sekolah menengah dan
perguruan tinggi,
Nomor
naikan upaya
yang ru,
dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah
51 tahun 1992 tentang gaji pegawai
Meskipun
memperhatikan
negeri
kenaikan gaji ini senantiasa diikuti
harga-harga barang kebutuhan
pokok
sipil.
oleh
sehari-hari,
pemerintah ini harus dianggap sebagai suatu
usaha
sangat positif untuk peningkatan kesejahteraan yang
pada
akhirnya
diharapkan
dapat
ke
gu
berpengaruh
positif dalam bidang pendidikan.
Usaha-usaha
yang telah dan sedang dilakukan
pemerintah guna meningkatkan kualitas pendidikan yang
diuraikan
di
atas baru dalam
bentuk
oleh
seperti
usaha
bersifat makro, namun demikian perbaikan kualitas
yang
pendi-
8
dikan itu sebenarnya tidak hanya diraih dengan
perbaikan
struktur pendidikan dan manajenem dari atas saja.
Perba
ikan
karena
pendidikan
kualitas
belajar atas,
dapat pula diraih
dari
bawah,
pendidikan lebih banyak ditentukan oleh
mengajar di kelas. Senada dengan Sutjipto
kualitas
mengatakan bahwa riset
pendidikan
bisa
diraih dari
proses
pernyataan
di
untuk
perbaikan
level
mikro
di
sekolah. Namun demikian, dia menambahkan bahwa riset pada level ini kurang menantang sebab kebijaksanaan-kebijaksanaan pendidikan senantiasa datangnya dari atas (Sutjipto, 1991
: 1). Apa yang dikatakan Sutjipto memang
dan
kalaupun
pada
ada penelitian-penelitian
tingkat sekolah,
faatkan
untuk
yang
beralasan dilakukan
hasil penelitian itu belum
pengambilan
diman-
kebijaksanaan-kebijaksanaan
dalam perbaikan pendidikan di sekolah. Hal ini juga dapat
dipahami belum
karena dimungkinkan
memenuhi
penelitian-penelitian
standard yang
baku,
sehingga
itu
hasilnya
belum dapat dipertanggungjawabkan.
Memang,
beberapa
usaha
makro
(pendekatan
dari
atas) untuk peningkatan kualitas pendidikan telah dilaku kan oleh pemerintah Indonesia, namun demikian hasil
dari
pendekatan itu sangat sulit diukur sejauhmana keberhasilannya.
Oleh karena itu dipandang perlu adanya
kualitas kat
pendidikan melalui pendekatan mikro dari
sekolah,
beralasan,
perbaikan
lebih khusus lagi tingkat kelas.
karena
kualitas
pendidikan
pada
Hal
ting ini
dasarnya
ditentukan oleh proses belajar mengajar yang
berlangsung
di
dikemukakan
kelas.
Kalau dikaitkan dengan apa
yang
Mohammad Ansyar pada uraian terdahulu, dimana
kebanyakan
guru-guru sekarang dalam melaksanakan tugas hanya sekedar memberikan infornasi, hal ini menunjukkan belum nya
pelaksanaan
tersebut.
kemampuan profesional
dari
Praktek pengajaran yang mereka
para
dimana
masih
memakaikan
cara
mengajar
guru merupakan pusat informasi.
masih
profesional,
kebanyakan guru-guru sekolah dasar yang
sekarang
guru
lakukan
belum menggambarkan sikap seorang guru yang dimana
optimal-
mengajar
tradisional,
Kreativitas
dan
partisipasi dari pada murid-murid masih rendah/diabaikan. Kenyataan
ini memberikan gambaran bahwa
kelemahan-kelemahan
mengajar olah
dalam
pelaksanaan
yang dilaksanakan para guru di
masih
terdapat
proses
belajar
kelas.
semua kegiatan masih berpusat pada guru,
Seolahsedangkan
peran siswa sebagai anggota dari organisasi dimana proses belajar
mengajar berlangsung hanyalah sebagai
pelaksana
dari apa yang direncanakan guru.
Pelaksanaan
proses
belajar mengajar
yang
baik,
memang memerlukan beberapa persyaratan. Di samping tersedianya sarana dan prasarana yang dapat menunjang
kelan
caran proses tersebut, faktor lain yang sangat menentukan adalah
faktor kepemimpinan dari guru itu
sendiri
tercipta dan tersedianya suatu iklim yang kondusif, menunjang kelancaran proses tersebut (Suharsimi A. 30,
Sahertian,
1990 : 15).
serta
guna 1990 :
10
Pentingnya peranan pemimpin dan kepemimpinan dalam suatu
yang
organisasi
dapat dilihat dari
beberapa
pendapat
dikemukakan oleh para ahli. Menurut Thomas, Day
Lord seperti dikutip Hoy dan Miskel (1987 : 252)
kepemimpinan
sebagai konsep kunci didalam
meningkatkan
organisasi
sekolah. Demikian
juga
(1985 : 2) yang menyatakan bahwa tanpa
pinan,
tujuan
akan
organisasi tidak akan dapat
menimbulkan
bekerja Keith
kekacauan karena
(Oteng Sutisna, 1985
:
255)
kepemim
dicapai
Lebih
dan orang
lanjut
mengemukakan
bahwa kepemimpinan dapat mengubah potensi menjadi taan.
dan
dengan
masing-masing
untuk mencapai tujuan pribadinya. Davis
melihat
memahami
Lipham
dan
Kepemimpinan yang dimaksud dalam hal ini
kenyatentunya
kepemimpinan yang efektif.
Upaya
kepemimpinan yang efektif diperlukan
mengarahkan, menggerakkan, dan mengendalikan
untuk
pelaksanaan
tugas-tugas organisasi (sekolah/kelas) agar proses
bela
jar mengajar yang dilaksanakan dapat menjadi efektif
dan
terarah kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Begitu
pentingnya peranan kepemimpinan
tersebut,
maka mengadakan studi tentang perilaku kepemimpinan guru,
iklim
organisasi kelas dan dihubungkan
belajar
kualitas kan.
siswa,
dengan tujuan
akhir
dengan
untuk
perilaku
peningkatan
pendidikan menjadi sangat penting dan
dibutuh-
11
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1.
Batasan Masalah
Perilaku
faktor, dalam dari
baik
belajar
siswa dipengaruhi
oleh
yang bersifat internal (yang
datang
diri) maupun yang bersifat eksternal (yang luar diri --
input).
instrumental input
dan
banyak
dari datang
environmental
Secara skematik, faktor-faktor yang
mempengaruhi
perilaku belajar tersebut digambarkan sebagai berikut :
Guru, Metoda, Teknik, Media, Bahan/sumber - IQ
R
- bakat
A
- motivasi
W
- minat - kema-
I
tangan
N
- kesiapan - sikap
P
INSTRUMENTAL INPUT
1 ^-
^
PERILAKU BELAJAR
M
HASIL • BELAJAR
t
U
- kebiasaan T
ENVIRONMENTAL INPUT
- dll
Sosial, Fisik, Kultural, Dll
Gambar 1 : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Belajar (dimodifikasi dari : Abin Syamsuddin Makmun, 1986)
Gambar
di
atas menunjukkan bahwa,
secara
garis
besar perilaku belajar siswa dipengaruhi oleh tiga faktor utama,
yaitu
potensinya), bahan/sumber, fisik,
:
raw
(siswa
dengan
segala
instrumental input (guru,
metode,
teknik,
dll),
kultural,
dll).
dan
input
environmental
input
(sosial,
12
Dalam
mempengaruhi instumental
konteks penelitian ini, faktor-faktor
yang
perilaku
sisi
belajar akan
dilihat
dari
input (yaitu aspek guru, khususnya
kepemimpinannya)
dan
environmental input
mengenai
(yaitu
aspek
lingkungan sosial, khususnya mengenai iklim organisasi). Karena faktor kepemimpinan guru dan iklim
organi
sasi kelas juga merupakan variabel yang ikut mempengaruhi kualitas belajar dan mengajar di kelas, perbaikan
dap kepemimpinan dan iklim organisasi nakan
terha
kelas dapat
digu
untuk memprediksi perbaikan kualitas pendidikan
di
masa-masa yang akan datang.
Penciptaan iklim organisasi kelas yang baik, yaitu iklim yang menunjang terlaksananya proses belajar
menga
jar yang efektif, peranan kepemimpinan guru jelas
sangat
menentukan.
Guru
dengan
masing-masing
keunikan
kekomplekannya serta gaya kepemimpinan yang
dan
berbeda-beda
akan memberikan warna tersendiri terhadap iklim organisa
si
kelas
Stringer bahwa
yang
tercipta. Hasil
(1968)
penelitian
yang dikutip oleh
Steers
gaya kepemimpinan atau manajemen
satunya
faktor
Dengan
iklim belajar
bagi
satu-
iklim
1985 : 128).
mengetahui
organisasi
dan
mengemukakan
merupakan
penentu yang paling penting
organisasi (Steers,
Litwin
kelas
perilaku
yang
kepemimpinan
sebenarnya
dan
guru,
perilaku
siswa, maka perbaikan kualitas pendidikan
diraih dengan dasar tersebut.
dapat
13
Berdasarkan beberapa alasan di atas, beralasan
untuk
perilaku sekolah
mengatakan
kepemimpinan dasar
bahwa
adalah sangat
penelitian
tentang
guru, iklim organisasi
penting dilakukan
dalam
kelas
rangka
di
membantu
peningkatan kuliatas pendidikan. Penelitian
ini
akan
mengarah
pada
3
komponen
besar, yaitu : (1) Perilaku kepemimpinan guru, (2)
organisasi belajar
kelas,
siswa.
dan (3)
hubungannya
Secara skematik, kaitan
dengan antar
Iklim
prilaku variabel
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Kepemim pinan gu ru (VI)
1 Prilaku =»
Bel.Sis
wa (V3)
t
Iklim or
ganisasi kls (V2)
Gambar
2
:
Kaitan
Variabel
Penelitian
Berdasarkan pada beberapa pokok permasalahan
dinyatakan lahan sesuai
dalam uraian terdahulu, bahwa dalam
diharapkan para siswa dapat berbuat dan dengan harapan-harapan
sekolah.
yang
persekobertindak
Harapan-harapan
sekolah itu berkisar pada keterlibatan siswa dalam proses belajar
mengajar
dan
penyelesaian
tugas-tugas
yang
14
diberikan
oleh
guru kepada para
siswanya.
Cara
siswa
merespon terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilaksa nakan
dan penyelesaian tugas-tugas inilah
yang
disebut
perilaku belajar. Terdapat berbagai variasi dalam
pakan perilaku belajar siswa. Ada siswa yang nya
secara
aktif,
ada yang
memberi
penam-
menanggapi-
tanggapan
secara
pasif/permisif, dan ada pula cara penanggapan siswa
yang
belum dapat dikatakan aktif tetapi tidak pula pasif, atau lebih
cocok
dengan
dikatakan kombinasi antara
perilaku
Yamamoto
pasif.
Perilaku
(dalam Uzer Usman, 1991)
perilaku
seperti
ini
disebutnya
aktif
menurut
keaktifan
insidental.
Dalam
penampakan
prilaku belajarnya
itu,
berada dalam suatu suasana hubungan tertentu dengan
personil dengan
disebut kelas
suasana dan
dalam
sekolah terutama dengan guru. Suasana guru itu berada dalam suatu iklim
para
hubungart
tertentu
dengan iklim organisasi kelas. Iklim
siswa
yang
organisasi
ini tidak lain adalah hal-hal yang dijumpai
dalam
hubungan yang ada antara guru dengan para
siswa
siswa
latar
organisasi
dengan sesamanya.
belakang masalah,
Seperti
bahwa
yang
dikemukakan
sekolah
termasuk
sosial yang memberikan pelayanan kepada
pafa
langganan atau kliennya, dalam hal ini adalah para siswa nya. Dalam memberikan pelayanan ini, perilaku kepemimpin an guru dimungkinkan memberikan warna terhadap iklim yang tercipta dalam kelas serta terhadap perilaku belajar para siswanya. Warna yang tercipta dalam suasana hubungan atau
15
iklim organisasi kelas ini kemungkinan juga akan berpengaruh terhadap perilaku belajar siswa. Rumusan Masalah
Berdasarkan
pemikiran
dan
pembatasan
masalah
seperti di ataslah uraian ini akan merupakan suatu kajian tentang
perilaku
kepemimpinan
guru,
iklim
kelas
dan
>agaimana hubungannya dengan pola prilaku belajar para siswanya.
Karena
studi ini
dilaksanakan
pada
Sekolah
•asar di Kecamatan Tilatang Kamang, maka rumusan masalah-
ya
adalah : "Kepemimpinan guru, iklim organisasi
kelas
an • hubungannya dengan pola prilaku belajar siswa pada ekolah Dasar di Kecamatan Tilatang Kamang".
Kepentingan pembahasan selanjutnya, srsifat
teoritis
maupun yang
bersifat
baik
yang
praktis
dalam
Ldang pendidikan pada umumnya dan bidang studi
rasi
pendidikan
pada khususnya, maka
adminis-
rumusan
masalah
>kok seperti di atas dapat diturunkan ke dalam berbagai isalah sebagai berikut
:
Bagaimana hubungan kepemimpinan guru (VI) dengan iklim organisasi kelas (V2) pada sekolah dasar di
kecamatan
Tilatang Kamang?
Bagaimana hubungan kepemimpinan guru (VI) prilaku
belajar
siswa
(V3) pada
kecamatan Tilatang Kamang?
sekolah
dengan dasar
di
16
3. Bagaimana hubungan iklim organisasi kelas (V2)
dengan
prilaku belajar siswa (V3) pada sekolah dasar di kecamatan Tilatang Kamang?
4. Bagaimana
hubungan antara kepemimpinan guru (VI)
iklim
organisasi kelas (V2) dengan
siswa
(V3) pada sekolah dasar di
perilaku
dan
belajar
kecamatan
Tilatang
Kamang?
C. Anggapan Dasar dan Hipotesis
Anggapan
dasar yang mendasari pengembangan
studi
ini adalah sebagai berikut :
a. Keberhasilan besar
pencapaian tujuan
pengajaran,
sebagian
ditentukan oleh guru sebagai pemimpin di
(pemimpin perilaku
kelas
pengajaran). Oleh karena itu, kualitas kepemimpinan
guru
secara
langsung
dan
maupun
tidak langsung mempengaruhi iklim organisasi kelas dan
perilaku
belajar
murid-murid
(Suharsimi
Arikunto,
1990)
b. Proses iklim
belajar mengajar yang efektif sosio-emosional yang baik dalam
hubungan
mempersyaratkan arti
terdapat
inter-personal yang baik antara guru
dengan
peserta didik dan antara peserta didik. Guru menduduki posisi
terpenting bagi
emosional yang baik itu
terbentuknya
iklim
sosio-
(Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi,
1991).
c. Suasana sosio-emosional mempunyai
(iklim)
dalam
pengaruh yang cukup besar
kelas
terhadap
akan proses
17
belajar mengajar, kegairahan peserta didik efektivitas tercapainya Ahmadi,
d. Gaya
tujuan pengajaran
(Ahmad Rohani dan
Abu
1991).
kepemimpinan
atau
manajemen
merupakan
satu-
satunya faktor penentu yang paling penting bagi organisasi
(Litwin & Stringer (1968)
dalam
iklim Steers,
1987).
Berdasarkan asumsi dan permasalahan yang dikemuka
kan pada bagian terdahulu, berikut ini dirumuskan bebera pa hipotesis penelitiannya.
1. Terdapat
hubungan yang berbarti
antara
kepemimpinan
guru dengan iklim organisasi kelas.
2. Terdapat
hubungan
yang berarti
antara
kepemimpinan
guru dengan perilaku belajar siswa.
3. Terdapat hubungan yang berarti antara iklim organisasi kelas dengan prilaku belajar siswa.
4. Terdapat
hubungan
yang berarti
antara
kepemimpinan
guru dan iklim organisasi kelas dengan prilaku belajar siswa.
D. Tujuan Penelitian dan Keluaran yang Diharapkan
Sejalan
yang
dengan rumusan dan pertanyaan
dikemukakan di atas, maka secara umum
penelitian kualitas
ini adalah untuk dapat
pendidikan
melalui
penelitian
tujuan
membantu
tingkat
mikro,
dari
peningkatan khususnya
18
melalui
perilaku
kepemimpinan guru,
iklim organisasi
kelas, serta pola prilaku belajar siswa. Dari hasil analisis
ini
nantinya
dapat
diungkapkan
usaha
mendorong guru-guru agar dapat menerapkan perilaku
studi untuk
kepe
mimpinan yang efektif, menciptakan iklim organisasi kelas
yang baik/kondusif, yang dapat membangkitkan aktif
siswa dalam proses pengajaran dan
partisipasi
nantinya
akan
menunjang efektivitas proses belajar mengajar yang dilak sanakan .
Sedangkan tujuan khususnya adalah :
1. Untuk dapat mengetahui hubungan
fungsional
kepemimpinan yang diterapkan guru
perilaku
dalam penciptaan
iklim organisasi kelas.
2. Untuk dapat mengetahui hubungan kepemimpinan
yang
diterapkan
fungsional guru
dengan
perilaku perilaku
belajar siswa.
3. Untuk dapat organisasi
mengetahui derajat kelas
yang
keterhubungan
memberikan
pengaruh
iklim positif
dalam pembentukan prilaku belajar siswa yang menunjang pencapaian tujuan pendidikan secara optimal.
4. Untuk dapat kepemimpinan
organisasi
memberikan
gambaran
guru
menunjang
yang
tentang
perilaku
penciptaan
yang kondusif dan membentuk
pola
iklim
prilaku
belajar yang aktif dari siswa yang menunjang pencapai an tujuan pendidikan secara optimal.
19
E. Kegunaan Penelitian
Apabila
tujuan-tujuan penelitian
terhadap
iklim
organisasi kelas yang tercipta atas dasar perilaku
mimpinan
guru
terbentuknya hasil-hasilnya ikut
dan
yang
memberikan
pengaruh
kepe
terhadap
pola prilaku belajar siswa yang baik,
maka
akan dapat bermanfaat untuk hal-hal
ber-
:
1. Sebagai dalam
bahan
masukan bagi guru-guru
menerapkan
membentuk
perilaku
sekolah
kepemimpinan
pola prilaku belajar siswa
dasar
agar
yang
dapat
menunjang
pencapaian tujuan secara maksimal.
2. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dan
penilik
selaku pemimpin dan pembina guru-guru, sehingga tek
prak-
supervisi yang dilaksanakan dapat lebih
terfokus
pada perbaikan proses belajar mengajar, yang
akhirnya
menunjang pencapaian tujuan pendidikan secara khusus. 3. Sebagai
bahan masukan bagi lembaga pendidikan
tenaga
kependidikan yang berfungsi mempersiapkan calon
guru,
khususnya PGSD yang mencetak calon guru SD untuk
mem
berikan
yang
pengetahuan
mendukung
organisasi
pencapaian
tentang gaya
tujuan
kepemimpinan
secara
optimal,
kelas yang kondusif serta prilaku
siswa yang positif.
iklim
belajar
20
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Untuk kejelasan pengertian dan menghindarkan salah tafsir
dari pada istilah yang dipergunakan
dalam
topik
penelitian ini, berikut akan diberikan rumusannya. 1. Kepemimpinan Guru.
Berpijak dari pengertian kepemimpinan seperti yang dikemukakan
1992),
oleh
Terry
"proses dalam
Koontz &
(1977), dan Oteng
mempengaruhi usaha
O'Donnel
ke
(dalam
Sutisna
(1983),
kegiatan seseorang
arah pencapaian
Blanchard,
atau
tujuan
yaitu
kelompok
dalam
situasi
tertentu". Konsep ini selanjutnya merupakan pedoman dalam membahas
masalah-masalah kepemimpinan
dangkan
mengenai
digunakan
batasan
perilaku
selanjutnya.
Se-
kepemimpinan
adalah pembagian yang secara
umum
yang
digunakan,
gaya kepemimpinan otokratis, demokratis dan laizes-faire. Seperti dinyatakan oleh Musaazi (1988), bahwa secara umum
pola kepemimpinan yang otokratis bercirikan antara lain : lebih berpegang kepada peraturan dan pedoman
yang
berlaku,
adanya tekanan-tekanan, ketat,
gainya.
Pada
cirinya
antara lain adalah mengutamakan
keterlibatan
memberi
pola kepemimpinan yang
anggota,
menjalankan
pelaksanaan
dan
demokratis,
seba ciri-
musyawarah
tugas
dengan
pelayanan, fleksibel, dsb. Sedangkan
dan jiwa
pada
pola
kepemimpinan yang 1aizes-faire. ciri-cirinya antara
lain
kurang
tegas,
situasi tanpa tujuan
adanya
keyakinan,
tidak
adanya
yang
jelas,
kepercayaan
tidak
terhadap
21
pemimpin seperti .dari
dan terhadap diri sendiri,
Konsep-konsep
yang dikemukakan di atas akan dicoba
guru
yaitu
dsb.
dalam
guru-guru
pelaksanaan sekolah
tugas-tugas
dasar
di
melihatnya mengajarnya,
kecamatan
Tilatang
Kamang Kabupaten Agam Sumatera Barat.
2.
Iklim Organisasi Kelas Batasan
tentang iklim organisasi kelas dalam
hal
ini adalah segala situasi (yang bukan pisik) yang
muncul
akibat
murid
dengan
murid atau hubungan antar murid yang menjadi ciri
khusus
dari
hubungan antara guru dan murid dan
kelas
Adapun di
dan mempengaruhi
proses
belajar
mengajar.
dimensi-dimensi dari pada iklim organisasi
sini
(1979),
sesuai dengan apa yang yang
dikemukakan
mengemukakan bahwa ada tiga
kelas
oleh
Moos
dimensi
umum
yaitu dimensi hubungan (relationship), dimensi pertumbuh-
an
pribadi (personal growth),
sistem
dan
dan
dimensi
perubahan (system maintenance
pemeliharaan and
change).
Adapun dimensi iklim menurut Halpin dan Croft (Hoy,
1985)
dibaginya atas dua kutub ekstrim dalam satu garis
konti-
num,
antara
yakni iklim terbuka dan iklim tertutup.
iklim
terbuka
lain,
yaitu
paternal. nakan Moos,
dan tertutup tersebut masih :
autonomous,
controlled,
Dalam penelitian ini,
Di ada
dimensi
familiar,
dimensi iklim yang
tidak terlepas dari dimensi yang dikemukakan Halpin, dan Croft di atas.
dan
digu oleh
3. Perilaku Belajar Siswa
Konsep perilaku belajar yang dimaksud dalam
litian
ini adalah bentuk keterlibatan
siswa
dalam
mengikuti kegiatan
atau
belajar
pene
partisipasi
mengajar
yang
diselenggarakan oleh guru dalam kelas. Secara umum
peri
laku
kutub
belajar siswa ini dikelompokkan ke dalam dua
ekstrim,
yaitu
: aktif dan pasif. Namun,
diantara
dua
kutub
ekstrim tersebut ada perilaku belajar
yang
tidak
dapat
dikatakan aktif maupun pasif, tetapi berada
dalam
garis
kontinum
perilaku
di antara kedua kutub
belajar
tersebut.
itu menurut K. Yamamoto
Ketiga
yang
dikutip
oleh Uzer Usman dikelompokkan atas : (a) keaktifan inten-
sional, (b) keaktifan insidental, dan (c) pasif. Perilaku
belajar
aktif
kreatif
dan
mengajar.
para
kritis
dalam
menunjukkan
mengikuti
kegiatan
sikap belajar
Perilaku belajar pasif adalah perilaku
siswa
belajar
adalah perilaku yang
yang
tidak memberikan sedang
respon
berlangsung.
terhadap Sedangkan
dimana
kegiatan perilaku
belajar insidental adalah perilaku belajar yang menunjuk kan keaktifan sewaktu-waktu.
Guna keperluan penelitian ini, data tentang laku
belajar
belajar
siswa
yang
dimaksudkan
dari kelompok kelas yang tampak
adalah sewaktu
peri
perilaku proses
belajar mengajar sedang berlangsung, bukan perilaku siswa perindividu.