BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana dan terus-menerus dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Kartasasmita, 1994). Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata material maupun spiritual berdasarkan Pancasila. Pelaksanaan pembangunan mencakup aspek kehidupan bangsa, yaitu aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara berencana, menyeluruh, terarah, bertahap dan berkelanjutan untuk memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju. Pembangunan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya terjadi dalam bidang industri dan perdagangan. Dimana, barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dengan negara lain dapat dengan mudah melewati batas-batas negara. Adanya keterbatasan dan kelangkaan sumber daya juga menjadi pendorong dilakukannya aktivitas perdagangan melewati batas-batas wilayah tertentu yang dikenal dengan kegiatan ekspor dan impor. Pada saat negara tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan, maka negara tersebut akan mengimpor dari negara lain. Sedangkan negara yang memasok komoditas tertentu atas negara lain yang membutuhkan cenderung melakukan kegiatan ekspor.
Pertumbuhan ekspor suatu negara merupakan sumber penting bagi negaranegara sedang berkembang
(Anthony, et al., 2012). Ekspor adalah
kegiatannmenjual barang dan jasa dari dalam negeri menuju kenluar negeri yang berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi sebuah negara yang sedang berkembang. Dengan adanya ekspor maka akan memberikan pemasukan berupa devisa bagi negara yang selanjutnya digunakan untuk membiayai kebutuhan impor maupun pembangunan dalam negeri. Selain itu, ekspor juga dapat menambah kenaikan pendapatan, dan menambah lapangan pekerjaan. Maka dari itu, kegiatan ekspor lebih memberikan nilai tambah bagi suatu negara dibandingkan dengan kegiatan impor. Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang membuat Indonesia sangat mengandalkan sektor industrinya. Sektor industri memberikan sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) dan memberikan peluang kerja yang sangat besar bagi penduduk di Indonesia, selain itu sektor industri dalam prosesnya mempergunakan berbagai input baik dari sektor pertanian maupun sektor-sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri. Keterkaitan antar sektor ini tentu menjadi hal yang sangat baik, karena ini akan mendorong pertumbuhan sektor-sektor lainnya dan pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi (Purnomo, 2008:139). Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sektor industri yang berkembang sangat pesat, hal ini membuat Provinsi Bali memiliki karakteristik perekonomian
yang sangat spesifik bila dibandingkan
dengan provinsi lainnya di Indonesia, hal tersebut tidak terlepas dari keterbatasan
sumber daya yang ada di Provinsi Bali. Maka dari itu, perkembangan sektor industri di Provinsi Bali masih berbasis pada industri kecil dan menengah. Selain itu juga dikarenakan Bali belum memiliki faktor-faktor yang mendukung industri besar seperti di pulau Jawa. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah Provinsi Bali lebih mengembangkan sektor industri kecil dan menengah, khususnya industri kerajinan (Bali Export, 2011:07). Industri kerajinan merupakan sub sektor industri dan termasuk komoditas unggulan ekspor sekaligus merupakan komoditas yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total ekspor non migas di Provinsi Bali yaitu sebesar 44% (Disperindag Provinsi Bali, 2014). Oleh sebab itu, komoditas hasil kerajinan yang diekspor oleh Provinsi Bali merupakan primadona di pasar internasional. Hal tersebut tidak terlepas dari hasil kreativitas para seniman dan pengerajin di Pulau Dewata yang menyebabkan industri kerajinan sangat diminati oleh pencinta seni maupun wisatawan mancanegara. Hal ini memberikan arti bahwa kontribusi pada pertumbuhan ekspor dari sub sektor industri masih sangat besar, sehingga apabila kinerja dari sektor industri kerajinan mengalami gangguan, maka secara tidak langsung perekonomian di Provinsi Bali juga akan ikut mengalami gangguan. Seperti dikutip dari harian Tribun Bali (2014) industri kecil dan kerajinan rumah tangga mampu menopang sekitar 80 persen dari total ekspor non migas di Provinsi Bali setiap tahunnya. Kegiatan yang mampu menyerap ratusan ribu tenaga kerja itu menjadi prioritas pembangunan Bali, disamping sektor pertanian dan pariwisata. Ketiga sektor prioritas itu saling terkait satu sama lainnya, dengan harapan mampu meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat Bali.
(Ketut Teneng, 2014). Pada saat ini pemerintah Provinsi Bali
semakin
menggalakkan program pembangunan kegiatan ekonomi berdasarkan ketersediaan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang potensial pada sektor industri. Industri kerajinan yang berbahan baku dari bambu merupakan salah satu industri potensial yang sangat mudah dikembangkan di Provinsi Bali. Bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah iklim basah sampai iklim kering (Departemen Kehutanan & Perkebunan, 1999).
Bambu termasuk keluarga
rumput-rumputan dan merupakan tumbuhan paling besar di dunia. Ada lebih dari 1200 spesies bambu dan kebanyakan terdapat di Asia termasuk di Indonesia (Lopez dan Shanley, 2004). Menurut Berlian dan Rahayu (1995) di Indonesia terdapat lebih kurang 125 jenis bambu dan sudah menyebar di kawasan Nusantara termasuk di Provinsi Bali. Beberapa jenis bambu tertentu mempunyai manfaat atau nilai ekonomis tinggi seperti bambu apus, bambu ater, bambu andong, bambu betung, bambu kuning, bambu hitam, bambu talang, bambu tutul, bambu cendani, bambu perling, bambu batu, bambu sian, bambu tali dan bambu pagar (Berlian dan Rahayu, 1995). Selain itu, bambu merupakan tanaman yang mudah dikembangkan karena tanaman bambu mampu beranak dan bertahan hingga 40 tahun. Disamping itu, bambu adalah tanaman yang tahan dengan penyakit. Bambu merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi kehidupan. Semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, kelopak, bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan.
Tanaman bambu menjadi salah satu alternatif penggunaan kayu di hutan yang semakin terbatas ketersediaannya. Duryatmo (2000) mengatakan bahwa manfaat tanaman ini sangat beragam, setidaknya ada 600 jenis barang kebutuhan manusia berbahan baku bambu. Di desa-desa pemanfaatan bambu sering kali terlihat pada perlengkapan rumah tangga, alat pertanian dan alat musik khas seperti seruling dan juga angklung. Namun, sekarang manfaat bambu semakin berkembang menjadi berbagai macam keperluan industri, salah satunya banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuat kerajinan seperti kerajinan mebel, tempat koran, bakul, topi berbentuk kerucut, dompet dan hiasan untuk kamar tamu rumah. Kerajinan bambu merupakan salah satu dari 17 komoditi kerajinan skala rumah tangga yang diekspor oleh Provinsi Bali. Produk hasil kerajinan berbahan baku dari bambu yang diekspor kebanyakan merupakan jenis perabotan rumah tangga seperti kursi, lemari, meja, tempat tidur, rak, hiasan untuk ruang tamu rumah maupun hotel. Selain itu, ekspor kerajinan bambu banyak diminati oleh konsumen dari berbagai negara terutama wisatawan asing asal Amerika Serikat, Jepang, Australia dan Singapura (Antara News, 2014). Selain laku dipasar ekspor kerajinan bambu
juga banyak dijual di pasar oleh-oleh
maupun toko-toko
disekitar tempat wisata yang ada di Bali. Hal ini turut mendongkrak penjualan kerajinan bambu selain dibidang eskpor.
Gambar
1.1 Perkembangan Nilai Ekspor Kerajinan Bambu Provinsi Bali Tahun 1994-2014.
Sumber : Disperindag Provinsi Bali, 2015
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa perkembangan nilai ekspor kerajinan bambu menunjukkan trend pertumbuhan yang positif. Rata-rata perkembangan nilai ekspor
kerajinan bambu Provinsi Bali tahun 1994-2014 adalah sebesar
25,23 persen. Nilai ekspor kerajinan bambu tertinggi terjadi pada tahun 2014 yakni sebesar 232,03 persen atau meningkat dari 9.486.096 US $ pada tahun 2013 menjadi 31.497.099 US $ pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa krisis ekonomi global yang masih dirasakan masyarakat dunia tidak berpengaruh terhadap perdagangan luar negeri terutama barang kerajinan berbahan baku dari bambu tetap mengalir ke pasaran ekspor. Meningkatnya ekspor kerajinan bambu tersebut sejalan dengan penelitian dari Sihono (2008) yang menyatakan bahwa
perekonomian Indonesia terutama dalam hal perdagangan ke luar negeri (ekspor) mampu bertahan saat krisis global melanda negara-negara Eropa. Ekspor kerajinan asal Provinsi Bali merupakan primadona di pangsa pasar internasional, hal ini dapat dilihat dari realisasi ekspor kerajinan yang cukup besar. Ini memberikan arti bahwa industri kerajinan sangat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di Provinsi Bali. Pasar kerajinan provinsi Bali masih sangat bergantung dengan industri pariwisata. Jika pariwisata maju, maka industri kerajinan akan ikut terdongkrak karena melalui pariwisata maka produkproduk ekspor Provinsi Bali lebih mudah diterima oleh masyarakat mancanegara. Informasi serta kesan yang didapat oleh wisatawan mancanegara terhadap produk ekspor Provinsi Bali menjadi satu sarana promosi tidak langsung ke pasar internasional. Promosi tidak langsung yang dimaksud adalah apabila kunjungan wisatawan mancanegara mengalami peningkatan maka akan turut memberikan peluang kepada para pelaku usaha dibidang pariwisata. Karena setiap wisatawan yang datang pasti akan membelanjakan uangnya demi suatu produk yang berada di negara yang dikunjunginya. Maka dari itulah meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara sangat berpengaruh terhadap industri kerajinan di
Provinsi Bali terutama dalam bidang ekspor (De Kadt, 1979).
Gambar 1.2 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Provinsi Bali Tahun 1994-2014.
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2015
Gambar 1.2 menunjukkan bahwa rata-rata perkembangan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Provinsi Bali tahun 1994-2014 adalah sebesar 7,34 persen.
Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 46,74 persen atau mengalami peningkatan dari 995.272 orang pada tahun 2003 menjadi 1.460.420 orang pada tahun 2004. Penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara terbesar terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar minus 22,60 persen hal ini disebabkan karena terjadinya Bom Bali yang menyebabkan banyak negara mengeluarkan kebijakan travel warning bagi warganya yang ingin berkunjung ke Bali. Ekspor kerajinan bambu selain dipengaruhi oleh jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Bali juga tidak terlepas dari kondisi
perekonomian. Inflasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kondisi perekonomian suatu negara (Totonchi, 2011: 459). Pada saat terjadi inflasi maka harga barang-barang secara terus-menerus akan mengalami kenaikan, begitu juga berdampak terhadap bahan baku untuk membuat kerajinan itu sendiri. Dengan meningkatnya inflasi maka biaya produksi barang ekspor akan semakin tinggi sehingga membuat eksportir kurang maksimal dalam berproduksi hal ini mengakibatkan daya saing untuk barang ekspor menjadi berkurang karena harga barang ekspor semakin mahal dan berdampak terhadap menurunnya ekspor.
Gambar 1.3
Perkembangan Tingkat Inflasi di Provinsi Bali Tahun 1994-2014.
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2015
Gambar 1.3 menunjukkan bahwa rata-rata perkembangan tingkat inflasi Provinsi Bali tahun 1994-2014 adalah sebesar 0,05 persen.Tingkat inflasi tertinggi
terjadi pada tahun 1998, yaitu sebesar 75,11 persen yang disebabkan oleh krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada akhir tahun 1997. Selain dipengaruhi oleh kondisi perekonomian ekspor juga dipengaruhi oleh satuan mata uang. Kurs merupakan salah satu satuan mata uang yang dipakai untuk melakukan transaksi dalam perdagangan internasional. Mata uang yang dipakai dalam penelitian ini adalah kurs dollar Amerika Serikat yaitu US$ karena kurs dollar Amerika Serikat merupakan salah satu mata uang internasional karena sifatnya yang convertible sejalan dengan menanjaknya posisi Amerika Serikat di dalam perekonomian dunia, selain itu dollar Amerika diterima oleh siapa pun sebagai alat pembayaran. Nilai mata uang suatu negara terhadap nilai mata uang negara lain relatif tidak stabil atau bersifat fluktuatif. Ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi arus modal atau investasi dan pedagangan Internasional. Bagi negara yang banyak mengimpor bahan baku industri seperti halnya Indonesia akan mengalami dampak dari ketidakstabilan kurs ini, yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga barang-barang di Indonesia mengalami peningkatan. Dengan melemahnya rupiah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri menurun.
Gambar 1.4
Perkembangan Nilai Kurs Dollar Amerika Serikat Tahun 1994 - 2014.
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015
Gambar 1.4 menunjukkan bahwa perkembangan nilai kurs dollar Amerika Serikat terhadap rupiah mengalami fluktuasi. Rata-rata kurs dollar Amerika Serikat terhadap rupiah dari tahun 1994-2014 adalah sebesar Rp. 8.302. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 1997 dan 1998 yang mencapai 95,13 persen dan 72,58 persen. Hal tersebut dikarenakan adanya krisis moneter di Indonesia menyebabkan nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap rupiah menguat mencapai Rp. 8.025. Selanjutnya pada tahun 2007 hingga tahun 2011 nilai tukar dollar terhadap rupiah cenderung stabil yaitu rata-rata sebesar Rp. 9.566. Dan pada tahun 2012 hingga tahun 2014 nilai tukar dollar terhadap rupiah kembali menguat yaitu rata-rata sebesar Rp.11.433.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut: 1) Apakah kunjungan wisatawan, inflasi dan kurs dollar Amerika Serikat secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor kerajinan bambu Provinsi Bali tahun 1994 -2014? 2) Bagaimanakah pengaruh kunjungan wisatawan, inflasi dan kurs dollar Amerika Serikat secara parsial terhadap nilai ekspor kerajinan bambu Provinsi Bali tahun 1994-2014? 3) Variabel manakah diantara kunjungan wisatawan, inflasi dan kurs dollar Amerika Serikat yang berpengaruh dominan terhadap nilai ekspor kerajinan bambu Provinsi Bali tahun 1994 -2014?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah, sebagai berikut: 1) Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh kunjungan wisatawan, inflasi dan kurs dollar Amerika Serikat secara simultan terhadap nilai ekspor kerajinan bambu Provinsi Bali tahun 1994-2014. 2) Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh kunjungan wisatawan, inflasi dan kurs dollar Amerika Serikat secara parsial terhadap nilai ekspor kerajinan bambu Provinsi Bali tahun 1994-2014.
3) Untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang berpengaruh dominan terhadap nilai ekspor kerajinan bambu Provinsi Bali tahun 1994-2014.
1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi ataupun pengetahuan
bagi
penelitian-penelitian
mendatang,
terutama
yang
berkaitan dengan pengaruh kunjungan wisatawan, inflasi dan kurs dollar Amerika Serikat secara simultan maupun parsial terhadap nilai ekspor kerajinan bambu Provinsi Bali tahun 1994-2014. 2) Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengusahapengusaha yang bergelut di bidang ekspor dan juga sebagai masukan bagi Pemerintah dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan perdagangan internasional terutama dibidang ekspor kerajinan bambu.
1.5 Sistematika penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dibagi atas 5 (lima) Bab yaitu : Bab I
Pendahuluan Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, kegunaan penelitian, dan sistematika penyajian penulisan.
Bab II
Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Pada bab ini duiraikan teori dan materi yang relevan yang mendukung dalam pemecahan masalah. Teori perdagangan internasional, konsep ekspor, konsep wisatawan, konsep inflasi, konsep kurs valuta asing, dan hipotesis penelitian.
Bab III Metode Penelitian Dalam bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab ini diawali dengan menguraikan gambaran umum wilayah, gambaran umum ekspor kerajinan bambu, dan
pembahasan hasil
perhitungan statistik yang meliputi analisis regresi linier berganda, uji asumsi klasik, uji F, uji t dan standardized coefficients beta. Bab V
Simpulan dan Saran Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan saran-saran yang dipandang perlu berdasarkan atas kesimpulan yang dilakukan.