PENGARUH HANDOUT BERGAMBAR DISERTAI PETA KONSEP DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP KOMPETENSI BELAJAR SISWA KELAS X SEMESTER II SMA KARTIKA 1-5 PADANG TAHUN AJARAN 2013/2014 Yuri Sasriyanti, Ramadhan Sumarmin dan Ade Dewi Maharani Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA STKIP PGRI Sumatera Barat Email:
[email protected] Abstrack The least of biology learning media at SMA Kartika 1-5 Padang cause the students’ low learning out cont of biology. The teacher should choose good method and interesting media by using picture Handout with map concept in Cooperative Learning Model Type Student Team Achievement Division (STAD). This is experiment research with Randomized Control Group Posttest Only Design. The population of the research is all of the students class X SMA Kartika 1-5 Padang which are registered at II semester year 2013/2014. Take of sampling uses Purposive Cluster Sampling. The result of this technique is got experiment class and control class includes that X 4 and X2. The result of the research is got score of experiment class 77.85 and control class 67.35. Average score is about affective, cognitive, and Psychomotor for X4 73% and X2 52%. This case can be concluded that picture Handout with map concept in cooperative learning model type STAD give effect toward the students’ biology score at class X SMA Kartika 1-5 Padang year 2013/2014. Key Word: Picture Handout, Map Concept, STAD, and Learning Competencies PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan kegiatan dalam pendidikan. Proses ini meliputi interaksi antara guru, materi pembelajaran dan siswa. Melalui penerapan model pembelajaran dan pemanfaatan sarana dan prasarana, seperti media dan penataan lingkungan belajar, sehingga terciptanya situasi yang memungkinkan terciptanya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Sebanyak apapun sarana dan prasarana, alat bantu maupun kurikulum akan kurang berarti jika guru tidak menjadikan proses pembelajaran sebagai hal yang bermakna. Guru harus mampu mengorganisasikan suatu materi pembelajaran melalui model dan metode yang cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Hal ini didukung oleh pendapat Roestiyah (2008:1), yaitu: Dalam proses pembelajaran guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif, efesien dan mengena pada tujuan yang diharapkan. Setelah satu langkah untuk memiliki strategi
itu adalah menguasai teknik–teknik penyajian atau kebiasaan disebut metode mengajar. Hasil pengamatan penulis selama melaksakan program pengalaman lapangan (PPL) pada bulan Desember sampai Mei tahun 2013, ditemukan bahwa metode yang diterapkan guru masih didominasi metode ceramah sehingga sulit bagi siswa untuk memahami pelajaran. Menurut Lufri (2007:34) metode ceramah memiliki beberapa kelemahan, yaitu kegiatan pengajaran menjadi verbal, tidak dapat mencakup berbagai tipe belajar, membosankan bagi anak didik bila terlalu lama, sukar mendeteksi atau mengontrol sejauh mana pemahaman anak didik, menyebabkan anak didik pasif. Tidak tersedianya bahan ajar membuat siswa sulit untuk melakukan proses pembelajaran. Guru hanya membagi siswa dengan kelompok berdasarkan teman sebangku membuat diskusi belum terstruktur. Diskusi yang belum terstruktur mempunyai kekurangan seperti siswa tidak aktif terlibat dalam diskusi. Hal ini disebabkan karena siswa yang terlibat dalam
1
diskusi tidak diberi tanggung jawab individual terhadap pertanyaan atau masalah yang akan diselesaikan secara kelompok. Selain itu, interaksi siswa masih monoton, anggota kelompok tidak bervariasi seperti kelompok mempunyai anggota dengan tingkat kemampuan akademis yang sama (homogen) dan tidak adanya persiapan siswa untuk belajar disekolah. Catatan siswa tidak lengkap membuat siswa kesulitan dalam mengulangi pelajaran di rumah. Guru biologi dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat, salah satunya penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Model ini pernah penulis terapkan pada saat pelaksanaan PPL dan menunjukan hasil yang positif dalam meningkatkan aktifitas belajar siswa. Siswa aktif dalam berdiskusi dan saling bekerjasama untuk melaksanakan diskusi dan aktifitas siswa menjadi meningkat. Kelebihan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) adalah guru mudah mengelola kelas dalam proses pembelajaran. Hasil observasi dan wawancara pada tanggal 15 Februari 2014 yang penulis lakukan dengan guru bidang studi biologi di SMA Kartika 1-5 Padang ibu Maidarni S.Pd, didapatkan informasi tentang pembelajaran biologi yang berlangsung saat ini diantaranya: 1) strategi pembelajaran yang diterapkan tidak bervariasi, 2) proses pembelajaran hanya terpusat pada guru, 3) nilai siswa dibawah KKM, 4) siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran, 5) catatan siswa tidak lengkap, 6) bahan ajar yang kurang lengkap dan kurang menarik, 7) materi kingdom plantae termasuk sulit bagi siswa. Karena materi kindom plantae memiliki cakupan materi yang luas, terdapat klasifikasian berdasarkan sifat hidup dan bentuk morfologi, proses metagenesis dari kindom plantae. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui dari nilai rata-rata semester 1 kelas X SMA Kartika 1-5 Padang tahun pelajaran 2012/2013 pada materi Kingdom Plantae untuk kelas X1 nilai rata-rata 46,16, X2 nilai rata-rata 51,30, X3 nilai rata-rata 61,84, X4 nilai rata-rata 61,31, X5 nilai ratarata 60,32, X6 nilai rata-rata 66,82, X7 nilai rata-rata 64,81, X8 nilai rata-rata 55,40, X9
nilai rata-rata 61,80, X10 nilai rata-rata 62,58, X11 nilai rata-rata 61,19. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut, diketahui bahwa banyak nilai siswa yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Siswa tuntas dalam belajar jika siswa tersebut mendapat nilai sama atau lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan di sekolah adalah 70. Kondisi ini mengindikasikan bahwa siswa belum menguasai materi yang diajarkan dengan baik. Mengatasi masalah tersebut dibutuhkan suatu pembelajaran yang dapat menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa secara aktif dalam memahami pembelajaran dan tidak terpusat lagi pada guru. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), membutuhkan perangkat, salah satunya adalah handout sebagai perangkat pendukungnya. Handout yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) adalah handout yang sudah diuji validitas dan praktikalitas oleh Nila Kusuma Wati. Hal ini didukung oleh Marlina, N (2011: 52) berjudul penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai handout terhadap hasil belajar dan aktifitas belajar siswa dapat disimpulkan bahwa: 1) penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai handout dapat meningkatkan aktivitas belajar. 2) hasil belajar biologi siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai handout lebih baik. Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh guru untuk memperkaya pengetahuan siswa. Penelitian yang telah di lakukan Paisal, A ( 2007 : 41) berjudul pengaruh pemberian handout dalam meningkatkan hasil belajar, disimpulkan bahwa peningkatan hasil yang dicapai oleh siswa yang direncanakan oleh guru terdapat perbedaan sebelum menggunakan handout dengan sesudah menggunakan handout dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Handout dapat dipadu dengan peta konsep, karena
2
dengan melengkapi peta konsep siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Menurut Yamin (2009:117), “Peta konsep menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk preposisi. Preposisi merupakan dua atau lebih konsep yang dihubungkan dengan kata-kata dalam suatu unit sistematik”. Menggunakan peta konsep dalam pembelajaran biologi merupakan suatu alternatif untuk mengubah cara belajar siswa dari belajar menghafal kedalam belajar bermakna. Dengan penyempurnaan peta konsep, siswa diharuskan membaca hal-hal yang penting dari pelajaran tersebut karena materi itu dibaca berulangulang sehinga siswa menjadi lebih memahami konsep-konsep yang ada dan mengerti hubungan antara suatu konsep dengan konsep yang lainnya. Hal ini didukung oleh Sujana, A (2005: 7) berjudul peta konsep (Concep Maps) dalam pembelajaran Sains, disimpulkan bahwa dari hasil rubrik penilaian peta konsep juga diperoleh hasil yang memuaskan. Dan berdasarkan wawancara dengan siswa, mereka merasa senang dan mudah belajar dengan menggunakan peta konsep. Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Handout Bergambar Disertai Peta Konsep Dalam Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisio (STAD) Terhadap Kompetensi Belajar Siswa Kelas X Semester II SMA Kartika 1-5 Padang Tahun Ajaran 2013/2014”. batasan masalah penelitian ini adalah. 1. Pengaruh Handout bergambar disertai peta konsep dalam model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada materi kingdom plantae meningkatkan nilai siswa yang dibawah KKM. 2. Kompetensi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada materi Kingdom Plantae. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah handout bergambar disertai peta konsep dalam model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada materi kingdom plantae berpengaruh terhadap
kompetensi belajar siswa kelas X semester II SMA Kartika 1-5 Padang? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan handout bergambar disertai peta konsep dalam model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) pada Materi Kingdom Plantae Terhadap Kompetensi Belajar Siswa Kelas X Semester II SMA Kartika 1-5 Padang tahun ajaran 2013/2014 Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Masukan bagi guru biologi dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran biologi SMA. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa lain untuk melakukan penelitian lanjutan.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan Bulan April, tahun pelajaran 2013/2014 di SMA Kartika 1-5 Padang. Desain penelitian ini adalah penelitian ekperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group Posttest Only Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Kartika 1-5 Padang yang terdaftar pada tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 9 kelas. Cara pengambilan sampel, teknik sampling yang digunakan adalah purposive Cluster sampling. Didapatkan hasil kelas X4 sebagai kelas ekperimen dan pengundian kedua didapatkan kelas X2 sebagai kelas kontrol. Kompetensi kognitif berupa kemampuan siswa dari tes hasil belajar. Lembaran soal tes dengan materi yang diberikan adalah materi saat dilakukan pada saat penelitian. Insrumen ranah afektif ini yang dinilai adalah sikap atau prilaku siswa selama pembelajaran berlangsung. Penilaian pada ranah psikomotor dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu pada publik penskoran, diakhir pembelajaran dengan mengacu pada tugas rumah berupa peta konsep.
3
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.HASIL a. Ranah Kognitif Hasil tersebut didapatkan dari tes akhir yang telah dilakukan pada siswa kelas X 4 dan X2 sebagai kelas sampel. Pada tes akhir digunakan 35 butir soal objektif yang diikuti oleh masing-masing 34 siswa. Dilihat pada nilai rata-rata kedua sampel adalah pada kelas ekperimen nilai rata-rata siswa 77,85 dan kelas kontrol 67,35. Diketahui nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelas ekperimen yang menggunakan media handout lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Untuk mengetahui normal atau tidaknya sebuah data maka dilakukan uji normalitas. Uji normalitas pada kelas ekperimen didapatkan L0=0,0644 dan Lt= 0,886. Pada kelas kontrol didapatkan L0=0,0733 dan Lt = 0,886. Data uji normalitas diperoleh bahwa Lo < Ltabel dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas pada kelas sampel menunjukan Fhitung = 0,78 dan Ftabel = 1,69 pada taraf 0,05 dengan dk 33,13 berarti Fhitung < Ftabel dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua sampel mempunyai varians homogen. Karena populasi berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen maka digunakan uji t. Pada taraf nyata 0,05 didapat ttabel 1,66 sedangkan thitung 3,69 berarti thitung > ttabel dengan demikian maka, hipotesis diterima. Apabila hipotesis diterima maka adanya pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. b. Ranah Afektif Hasil penelitian ranah afektif yang diamati oleh dua obsever untuk melihat aktifitas siswa dalam proses pembelajaran yang meliputi kategori sikap rentang 1-4 dengan skor maksimal 24 dan skor minimal 0
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1
2
3
4
5
6
Keterangan: 1. Antusias peserta didik dalam mengikuti pelajaran 2. Interaksi siswa dengan guru 3. Interaksi antar pesrta didik 4. Kerjasama kelompok 5. Aktifitas peserta didik dalam satu kelompok 6. Perserta didik merespon pertanyaan temannya. Gambar 1:Diagram Nilai Rata-Rata Ranah Afektif Kelas ekperimen
Kelas kontrol.
Bersadarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa ada perbedaan nilai Penilaian ranah afektif siawa oleh kedua obsever pada Pada kelas ekperimen dan kelas kontrol. Penilaian ranah efektif meliputi 6 aspek yaitu antusias siswa, interaksi siswa dengan guru, interaksi antar siswa, kerjasama kelompok, aktivitas siswa dan partisipasi. Nilai rata-rata ranah afektif kelas ekperimen hasilnya meningkat dibandingkan kelas kontrol. Pada proses kelas ekperimen menggunakan media dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD membuat siswa menjadi tidak bosan dan proses pembelajaran menjadi lebih terarah.
4
c.
Ranah Psikomotor Hasil penelitian pada ranah psikomotor adalah siswa diberikan tugas membuat peta konsep dengan melihat 5 aspek yaitu kesesuaian materi pada peta konsep, ketepatan kata penghubung pada peta konsep, hirarki peta konsep, hubungan antar konsep satu dengan konsep lain dan kerapian peta konsep. Dengan kategori 1-4, skor maksimal 20 dan skor minimum 0. 120 100 80 60 40 20 0
tidak binggung dalam membuat tugas di rumah dan siswa sudah mengerti dengan konsep-konsep yang telah dipelajari. 2.PEMBAHASAN Hasil nilai rata-rata pada kelas ekperimen siswa yang mendapatkan nilai yang tuntas pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor adalah 73%. Pada kelas kontrol siswa mendapatkan nilai yang tuntas adalah 52%. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain (2010:107) bahwa tingkat keberhasilan belajar mengajar dikatakan maksimal apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa, dikatakan dikatakan baik sekali apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa, dikatakan baik apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% dikuasai oleh siswa, dan dikatakan kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa. a.
1
2
3
4
Keterangan: 1. Kesesuaian materi pada peta konsep 2. Ketepatan kata penghubung pada peta konsep 3. Hirarki peta konsep 4. Hubungan antar konsep satu dengan konsep lainnya 5. Kerapian Gambar 2: Diagram Nilai Rata-Rata Ranah Psikomotor Kelas ekperimen
Ranah kognitif
5
Kelas kontrol
Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa pemahaman tugas rumah membuat peta konsep pada kelas ekperimen lebih tinggi di bandingkan kelas Kontrol. pada elas ekperimen penilaian ranah Psikomotor dengan rata-rata 94,61 dan kelas kontrol didapatkan nilai rata-rata 92,91. Hal ini terlihat bahwa proses pembelajaran pada kelas ekperimen lebih mudah dipahami siswa sehingga siswa
Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan terlihat bahwa hasil belajar biologi yang menggunakan handout bergambar disertai peta konsep dalam model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD lebih baik dari pada pembelajaran konvensional (pembelajaran yang didominasi metode diskusi dan tanya jawab) hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar biologi yang diperoleh dari kelas ekperimen dan kelas kontrol, dimana nilai rata-rata pada ranah kognitif pada kelas ekperimen 77,85 dan kelas kontrol 67,32. Hasil belajar siswa pada kelas ekperimen didukung oleh adanya bahan ajar, bahan ajar yang digunakan adalah handout bergambar disertai peta konsep. Dengan adanya handout tersebut membuat siswa termotivasi untuk belajar, karena adanya gambar-gambar yang sangat jelas sehingga konsentrasi siswa terfokus pada proses pembelajaran dalam model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achivemen Division (STAD). Hal ini dikatakan Paisal, A ( 2007 : 41) “Bahwa peningkatan hasil yang
5
dicapai oleh siswa yang direncanakan oleh guru terdapat perbedaan sebelum menggunakan handout dengan sesudah menggunakan handout dapat mempengaruhi hasil belajar siswa”. Sesuai dengan pendapat Prastowo (2012:81) dengan adanya handout akan memudahkan peserta didik saat mengikuti proses pembelajaran, serta melengkapi kekurangan materi, baik materi yang akan diberikan dalam buku teks maupun materi yang diberikan secara lisan oleh pendidik. Pada kelas kontrol nilai hasil belajar siswa dibawah rata-rata kelas ekperimen. Kelas kontrol menggunakan metode ceramah. Pada pembelajaran ini siswa cendrung pasif dan hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Hal ini terbukti pada saat guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menjawab pertanyaan siswa bingung dengan apa yang akan dijawab sehingga hasil belajar dibawah KKM. Hal ini didukung Lufri (2007 : 34) “metode ceramah memiliki beberapa kelemahan, yaitu kegiatan pengajaran menjadi verbal, tidak dapat mencakup berbagai tipe belajar, membosankan bagi anak didik bila terlalu lama, sukar mendeteksi atau mengontrol sejauh mana pemahaman anak didik, menyebabkan anak didik pasif’’. b. Ranah Afektif Penilaian ranah afektif ada 5 aspek yaitu: antusias peserta didik dalam mengikuti pelajaran, interaksi siswa dengan guru, interaksi antar peserta didik, kerjasama kelompok, aktifitas peserta didik dalam satu kelompok, partisipasi peserta didik dalam menyimpulkan pembahasan. Pada kelas ekperimen nilai ranah afektif siswa meningkat dibandingkan kelas kontrol. Pada kelas ekperimen antusias belajar siswa cukup tinggi dalam proses pembelajaran sehingga terjadinya interaksi antara siswa dengan guru dan interaksi antara siswa dengan teman kelompoknya sehingga terjadi kerjasama kelompok. Nilai ranah afektif kelas kontrol kurang meningkat, dalam proses pembelajaran kurang terlihatnya antusiassiswa dalam belajar sehinga kurang adanya interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antara siswa dengan siswa sehingga proses pembelajaran menjadi kaku. Dalam proses pembelajaran
siswa bingung menjawab pertanyaan yang diberikan guru dikarenakan siswa tidak paham dan sibuk meribut dan bermain hp di dalam kelas mengakibatkan proses pembelajaran menjadi terganggu sehingga nilai siswa di bawah KKM. Hal ini didukung oleh Depdiknas (2010:2) Ranah afektif menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Siswa yang tidak memiliki minat dalam proses pembelajaran tentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang memiliki minat dalam proses pembelajaran akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal guru harus memperhatikan karakteristik afektif siswa. Sejalan dengan pendapat Sudijono, A (2009:56) “ Peserta didik telah memiliki sistem nilai yang akan mengontrol tingkah lakunya untuk waktu yang cukup lama sehingga membentuk karakteristik afektif siswa”. Dalam meningkatkan karakteristik afektif siswa salah satunya menggunakan strategi yang bias membangkitkan ke aktifan siswa. c. Ranah Psikomotor Untuk membandingkan penilaian ranah psikomotor kelas ekperimen dan kelas kontrol dalam membuat tugas rumah berupa peta konsep. Menut Lufri (2007:142) kegunaan peta konsep supaya belajar lebih mudah dan bermakna bila konsep-konsep baru dikaitkan dengan konsep yang sudah ada. Penilaian peta konsep mempunyai 5 kriteria. Dari lima kriteria tersebut 4 diantaranya lebih terlihat peningkatan yaitu: kesesuaian materi, ketepatan kata penghubung, hirarki peta konsep dan kerapian peta konsep. Nilai rata-rata ranah psikomotor kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan kelas Kontrol. Kelas Ekperimen memiliki nilai ratarata psikomotor 94,61 dan kelas kontrol memiliki nilai rata-rata 92,91. Hal ini terlihat pada kelas ekperimen siswa lebih mudah membangun konsepnya dibandingkan kelas kontrol. Pada kelas kontrol siswa bingung dengan konsep apa yang akan di buat. Hal ini didukung Depdiknas (2010:2) “ Dalam melatih kemampuan psikomotor (skill) yang harus dilakukan agar pembelajaran membuahkan
6
hasil yang optimal salah satunya adalah memberi kesempatan untuk mencoba melakukan tugas dengan pengawasan, bimbingan dan memberi penilaian terhadap usaha peserta didik. Kompetensi utama pada psikomotor adalah kemampuan utama yang dimiliki seseorang agar tugas atau perkerjaan dapat diselesaikan dengan cara benar dan hasilnya optimal. Penilaian hasil psikomotor harus mencakup persiapan, proses dan produk”. Sejalan dengan pendapat Sudaryono (2012:49) “Ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) setelah menerima pengalaman belajar tertentu dapat diukur tes, melainkan tujuan belajar yang bersifat keterampiran dan produk dalam mengerjakan sesuatu”. Pada proses penelitian berlangsung juga ditemukan kendala, kendala tersebut antara lain yaitu pada saat memberikan penghargaan siswa banyak yang protes karena tidak kebagian penghargaan atau ingin ditukar dengan penghargaan yang lain. Dalam menuju duduk berdasarkan kelompok siswa meribut sehingga mengganggu kelas yang ada disebelahnya.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapatnya pengaruh handout bergambar disertai peta konsep dalam model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa kelas X SMA Kartika 1-5 Padang Tahun Pelajaran 2013/2014. Saran Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Handout bergambar disertai peta konsep dalam model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) diharapkan dapat digunakan oleh guru bidang studi Biologi pada khususnya dan guru bidang studi yang lain pada umumnya pada materimateri tertentu sebagai alternatif dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
2.
3.
Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) harus lebih efektif menggunakan waktu agar materi dapat diselesaikan tepat waktu. Kepada peneliti selanjutnya yang merasa tertarik dengan penelitian ini, penulis menyarankan untuk mengembangkan penelitian ini pada materi lain.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Depdiknas. 2010. Penilaian Ranah Afektif. http://www. docstoc.com/docs/2879709/5Panduan-Pemgembangan BahanAjar_ 270208. (Diakses tanggal 28 September 2013). Djamah, S B. Zain A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Padang: UNP Press. Marlina,
Paisal,
Biologi.
N. 2011. Penerapan Model Pembelajara kooperatif tipe STAD disertai handout terhadap hasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas VII dalam pembelajaran IPA- Biologi Di SMPN 3 Batang Kapas. Padang. Skripsi. A.
2007. Pengaruh Pemberian Handout Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa MTs Kelas VII. Sripsi ( Diakses 25 Februari 2014).
Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: DIVA Press. Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Rineka Cipta. Sudijono, A. 2004. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo Raja Persada
7
Sudjana, A. 2005. Peta Konsep (Concept Maps) Dalam Pembelajaran Sains: Studi Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar (SD). Skripsi (Diakes tanggal 25 Februari 2014) Yamin, M. 2009. Starategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: GP Press.
8