perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Berdasarkan bukti nyata yang sesuai dengan realita bahwa ternyata prestasi atlet-atlet renang di SMK Negeri 1 Geger masih jauh jika dibandingkan dengan atlet di sekolah-sekolah yang sederajat dengan SMK Negeri 1 Geger Kabupaten Madiun untuk prestasi para atlet renang. Di SMK Negeri 1 Geger Kabupaten Madiun penulis selaku pembimbing dari mata pelajaran olahraga merasa perlu untuk mengadakan pembinaan pada olahraga renang. Atlet yang ada di SMK Negeri 1 Geger Kabupaten Madiun pada cabang olahraga pada nomor renang dan pada khususnya renang gaya bebas yang berjarak 50 meter untuk putera agar bisa lebih eksis pada kompetisi setingkat regional lebih jauh lagi setingkat propinsi maupun setingkat nasional . Oleh karena itu penulis merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi renang siswa SMK Negeri 1 Geger Kabupaten Madiun disamping untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan dan sebagai pelatihan bagi para siswa SMK Negeri 1 Geger Kabupaten Madiun serta untuk meningkatkan prestasi pada khususnya di bidang renang . Kurang adanya pembinaan yang sistimmatis, yaitu mulai dari pemantuan bakat atlet renang SMK Negeri 1 Geger Kabupaten Madiun. Untuk menentukan bakat prestasi seseorang ini sangat sulit terutama bagi yang memantau bakat dikarenakan untuk olahraga renang diperlukan pengetahuan yang cukup mendalam untuk olahraga renang itu sendiri. Untuk itu maka pendapat dari seorang ahli olahraga (Sugiyanto, 1998:368) untuk pemandu bakat harus mempunyai pengetahuan yang seperti dikatakannya yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Hakikat prestasi olahraga, dimana setiap cabang olahraga memiliki
karakteristiknya
masing-masing. 2. Profil olahragawan yang bisa berprestasi pada setiap cabang olahraga. 3. Pengetahuan tentang genetika. 4. Pengetahuan tentang hakekat perkembangan gerak. 5.
Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian di
bidang
olahraga. 6. Pengetahuan tentang penelitian olahraga. Pengetahuan yang tertulis diatas sangat diperlukan untuk nanti digunakan membuat prediksi. Untuk prestasi antara atlet yang satu dengan atlet yang lain adalah tidak sama, masing-masing atlet memiliki masa emas. Tergantung atas diri atlet itu sendiri, intensitas latihan, niat untuk penampilan yang lebih baik, prasarana dan sarana dan itu perlu disadari . Pembinaan cabang olahraga memang belum mampu untuk menimbulkan dan melakukan inovasi dan difusi metode latihan. Inovasi dan difusi tentang metode latihan ini bisa dilakukan melalui dua pendekatan. Pertama dengan mendifusikan penemuan-penemuan metode baru hasil penelitian ilmiah dan kedua menerapkan metode latihan yang relevan, selaras dengan perkembangan pemanfaatan bidang ilmu dan teknologi. Kendala yang menyebabkan tersendatnya pembinaan cabang olahraga renang adalah kurangnya pelatih yang menerapkan ilmu keolahragaan yang semakin kompleks. Pembinaan atlet yang menuju suatu prestasi puncak atau pelatihan yang sesuai dengan perencanaan tentang program latihan adalah suatu usaha yang dilaksanakan secara terprogram. Hasil perlombaan renang yang dicapai oleh para atlet tidak semata-mata dimungkinkan oleh sarana yang ada dan juga bukan hasil jerih payah perorangan, akan tetapi juga peranan dari usaha yang direncanakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berdasarkan penelitian ilmiah, pendekatan ilmiah dan teknologi. Penerapan teori dan teknologi ke dalam olahraga semakin dirasakan manfaatnya terutama bagi olahraga prestasi dalam penampilan puncak. Seorang pelatih harus tahu dan mampu merencanakan tentang program latihan yang benar, tepat dan efisien, setelah mendapatkan para atlet yang merupakan obyek dari suatu program yang terencana. Oleh karena itu metode latihan untuk kekuatan otot lengan, untuk mencapai tujuan utama dalam latihan, yaitu untuk memperbaiki prestasi tingkat trampil maupun unjuk kerja dari si atlet, diarahkan untuk mencapai tujuan umum latihan. Tujuan yang utama ini dinyatakan dalam istilah yang lebih umum dengan harapan akan lebih mudah untuk dapat memahami konsep ini secara keseluruhan . Sistim energi yang diperlukan dalam renang gaya bebas unsur yang paling dominan adalah kekuatan, khususnya kekuatan otot lengan. Kekuatan Eksplosif adalah kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis yang mengakibatkan pengeluaran kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang secepat-cepatnya.
(Ismaryati ,2008:59). Hal ini terlihat saat
gerakan menarik dan mendorong air secara cepat, yang membutuhkan unsur kekuatan eksplosif pada otot lengan begitu dominan dan yang selaras dengan gerakan sehari-hari kita. Gerakan menarik dan mendorong air merupakan teknik dasar yang harus dikuasai perenang, karena dengan gerakan menarik dan mendorong air dengan cepat, perenang mendapat tenaga dorongan atau penggerak yang baik disamping sebagai pengaturan keseimbangan tubuh. Peningkatan kecepatan renang dipengaruhi oleh kualitas otot yang dimiliki perenang. Untuk memperoleh hasil kecepatan renang yang maksimal, tentunya diperlukan kekuatan otot lengan dan semua kelompok otot yang mendukung gerakan renang. Dari sekian banyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelompok otot yang berperan dalam gerakan – gerakan renang diantaranya yaitu otot lengan , bahu, perut dan tungkai. Oleh karena itu pemberian latihan khusus pada otot tersebut perlu mendapat perhatian yang lebih, dengan tidak meninggalkan latihan bagi kelompok otot pendukung yang lainnya. Ada berbagai macam metode latihan yang dapat diterapkan dalam melatih kekuatan otot lengan, diantaranya dengan metode latihan kekuatan otot lengan dengan mengunakan stability ball hops, wheelbarrow drill dan plyo push-Ups dengan mengetahui per satu menit mampu melakukan berapa kali. Untuk mengetahui kecepatan berrenang dengan jarak tempuh 50 meter dengan kriteria perrepetisi 5 set adalah dengan berrenang secepat-cepatnya dengan jarak 20 meter dengan ketentuan mulai start lalu berrenang dengan tanpa kecepatan lima kali kayuh kemudian berrenang dengan kecepatan penuh berjarak 20 meter, itu satu kali repetisi kemudian istirahat 30 detik dan diulang 5 kali. Latihan ini diarahkan kepada si testi agar terbisaa merubah bentuk energi. Kerja otot yang ada dalam gerakan manusia ini terjadi pemindahan sesuatu energi yaitu energy potensial, energi kimia dirubah menjadi energi kinetic, energi mekanik
sedangkan
pemindahannya dilakukan oleh serabut-serabut otot rangka yang mengubah energy kimia ATP menjadi energi mekanik dan energi kontraksi otot. Sistim anaerobic berfungsi untuk mempertahankan tingkat ATP yang memadai dalam sel otot. Sistim energi anaerobic yang tidak membutuhkan akan oksigen dapat berfungsi dalam tenaga dan kecepatan (Pate R. Cleanaghan.Mc,1993 : 242 ). Untuk menimbulkan daya ledak atau Explosive kekuatan maka diadakan berrenang dengan cara seperti tersebut diatas bertujuan untuk pemindahan dari kecepatan yang tinggi ke gerakan interval aktif yang berguna untuk mengatasi kelelahan setelah seluruh tenaga dikeluarkan. Yang diambil oleh penulis adalah termasuk sesuatu kegiatan latihan yang ajarannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengarah pada Plyometrics oleh karena itu mengadakan latihan dengan menggunakan metode latihan yang tertulis diatas adalah bagian dari suatu rangkaian dari Plyometrics . Plyometriks mengacu pada suatu kegiatan yang ditandai dengan kontraksi otot yang kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis dan merupakan suatu latihan yang memiliki ciri khusus yaitu konteraksi otot yang sangat kuat yang merupakan respon dari pembebanan atau suatu regangan yang sangat kuat dan cepat dari otot –otot yang terlibat didalamnya atau bisa juga disebut reflek regangan atau juga reflek Muscle splide .
Peningkatan prestasi olahraga di Indonesia kurang melaju dengan cepat pada khususnya renang ini disebabkan yang tertulis diatas dan yang paling perlu adalah tentang keakuratan dalam menentukan intensitas latihan, dosis latihan, metode eksercise yang di capai untuk memenuhi kebutuhan akan latihan renang. Dari berbagai fenomena yang telah diuraikan diatas, maka untuk menentukan intensitas latihan fisik yang tepat, serta selaras dengan perkembangan ilmu dan teknologi perlu pemanfaatan metode latihan yang tepat, akurat sesuai dengan fungsi dan manfaat, serta yang paling tepat harus tahu penerapan efektif dan efisien bagi diri si atlet itu sendiri karena selain untuk prestasi juga menyehatkan dari diri siatlet itu sendiri.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Penerapan metode yang tepat, menentukan durasi latihan, menetapkan waktu pemulihan dan mengadakan evaluasi secara berturut-turut untuk mewujudkan tujuan daripada latihan tersebut. Latihan renang yang sering dilakukan oleh para pelatih bisaanya mengacu pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengalaman selama menjadi atlet bahkan tidak didasarkan pada perkembangan ilmu keolahragaan, sehingga peningkatan hasil menjadi lambat dan kurang akurat. Kelemahan-kelemahan yang terjadi tersebut menjadi suatu ganjalan bagi olahraga di Indonesia maka harus dicarikan jalan keluarnya atau pemecahannya, sehingga peningkatan hasil latihan dapat dicapai lebih cepat dan akurat. Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Penggunaan metode latihan yang tepat dan akurat serta cara penyusunan tentang
waktu kerja otot dan interval otot terhadap peningkatan
kecepatan renang gaya bebas dengan jarak 50 meter pada siswa putera SMK Negeri 1 Geger. 2. Penerpan ketiga metode latihan yaitu : Stability ball hops, Wheelbarrow drill dan Plyo push-ups terhadap kekuatan otot ditinjau dengan 50 meter dengan berrenang gaya bebas. 3. Penyusunan program latihan yang menekankan pada rasio kerja otot dan waktu istirahat terhadap program latihan, interval aktif 5 meter kemudian 20 meter rasio otot kembali kerja. 4. Penerapan metode latihan antara whell barrow drill, stability ball hops dan plyo push up berpengaruh pada kecepatan renang 50 meter gaya bebas. 5. Perbedaan antara ketiga metode latihan terhadap kemampuan berrenang dengan menggunakan gaya bebas dengan berjarak 50 meter ditinjau dari kemampuan otot mengadakan kontraksi .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Penerapan untuk ketiga metode pada kekuatan otot lengan yang baik, kekuatan otot lengan sedang dan kekuatan otot lengan kurang baik terhadap program latihan renang 50 meter rasio kerja otot.
C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini dibatasi permasalahan sebagai berikut : 1. Perbedaan pengaruh metode latihan dengan menggunakan metode latihan kekuatan otot lengan yaitu whellbarrow drill, stability ball hops dan plyo push up terhadap peningkatan prestasi berrenang 50 meter. 2. Perbedaan pengaruh antara ketiga metode latihan jika ditinjau dari peningkatan prestasi renang 50 meter gaya bebas. 3. Perbedaan pengaruh antara ketiga metode latihan antara kekuatan otot lengan baik, kekuatan otot lengan sedang dan kekuatan otot lengan kurang baik terhadap peningkatan prestasi renang 50 meter gaya bebas. 4. Perbedaan antara sebelum diadakan pelatihan tentang metode latihan kekuatan otot lengan dengan setelah mendapat pelatihan dengan menggunakan metode latihan kekuatan otot lengan ditinjau dari kemampuan berrenang 50 meter gaya bebas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, maka perlu dirumuskan permasalahanpermasalahan sebagai berikut: 1 . Adakah perbedaan pengaruh Metode latihan Whellbarrow drill, Stability ball hops dan Plyo push ups, terhadap peningkatan prestasi berrenang 50 meter gaya bebas ? 2. Adakah perbedaan pengaruh untuk peningkatan prestasi berrenang gaya bebas 50 meter antara yang memiliki kekuatan otot lengan baik, kekuatan otot lengan sedang dan kekuatan otot kurang baik ? 3.
Adakah
pengaruh
interaksi
metode
latihan
whellbarrow
dril,
stability
ball
hops dan plyo push ups jika diterapkan kepada testi yang memiliki kekuatan otot
lengan
baik,
kekuatan
otot
lengan
sedang dan
kekuatan
kurang baik ?
E. TUJUAN PENELITIAN
commit to user
otot
lengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Tujuan Umum Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode latihan dengan menggunakan, whellbarrow drill, stability ball hops dan plyo push ups terhadap kekuatan otot lengan ditinjau dari peningkatan prestasi berrenang gaya bebas dengan jarak 50 meter pada siswa putra jurusan otomotif,
SMK Negeri 1 geger ditinjau dari berrenang dengan
menggunakan gaya bebas dengan cara 50 meter berrenang.
2. Tujuan Khusus Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dirumuskan, maka secara terperinci tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : a. Perbedaan pengaruh antara metode latihan Whellbarrow drill, Stability ball hops dan Plyo push up terhadap kekuatan otot lengan ditinjau
dari
peningkatan prestasi berrenang 50 meter gaya bebas. b.Perbedaan pengaruh peningkatan prestasi berrenang 50 meter gaya
bebas antara
siswa yang mempunyai kekuatan kekuatan otot lengan baik, kekuatan otot lengan sedang dan kekuatan otot lengan kurang baik. c. Ada pengaruh interaksi antara ketiga metode latihan kekuatan otot
lengan
terhadap peningkatan prestasi berrenang 50 meter gaya bebas. F. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya teori dan metode latihan serta menambah pemahaman mengenai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peran fisik yang terkait dengan kemampuan berrenang limapuluh meter dengan kecepatan yang maksimal dan semoga menambah baik itu pembendaharaan akan latihan untuk atlet renang SMK Negeri 1 Geger Kabupaten Madiun. Instruktur renang bisa menggunakan akan latihan Plyometrik dengan menggunakan metode latihan Wheelbarrow drill, Stability ball hops dan Plyo push ups dengan berrenang limapuluh meter dengan ketentuan yaitu 25 meter dengan kekuatan yang maksimal kemudian dengan interval sebanyak 5 kali kayuhan dan sisa 25 meter yang kedua dengan kecepatan dengan maksimal. Metode latihan yang tepat dan efisien akan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan ilmu keolahragaan di SMK Negeri 1 Geger Kabupaten Madiun, Jawa Timur
pada khususnya, di Indonesia pada umumnya. Penelitian ini dapat dipakai sebagai
pedoman untuk membuat program latihan Plyometrik
yang bertujuan untuk meningkatkan
explosive kekuatan ( daya ledak ) dalam usaha meningkatkan prestasi pada cabang olahraga air, khususnya renang.
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. KAJIAN TEORI
1. Cabang Olahraga Renang Renang adalah salah satu jenis olahraga yang mampu meningkatkan kesehatan seseorang yang juga merupakan olahraga tanpa gaya gravitasi bumi (non weight barring).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berrenang terbilang minim risiko untuk cidera fisik karena pada saat berrenang ditahan oleh air atau mendapat daya apung. Selain itu berrenang merupakan olahraga yang paling dianjurkan bagi mereka yang kelebihan berat badan ( obesitas ), seperti pada ibu hamil, atau yang sedang mengalami cidera pada persendian tulang (arthritis). Berrenang memiliki banyak manfaat yang dapat dirasakan apabila kita melakukan dengan benar dan rutin. Dalam renang untuk rekreasi, orang bisaanya menggunakan gaya dada karena gerakan gaya dada bukan gerakan yang anatomis gerakanya tidak sesuai dengan gerakan sehari-hari yang sudah terbiasa dilakukan seperti gerakan orang berjalan seperti pada gaya bebas. Gerakan gaya dada hampir keseluruhan gerakannya tidak mencerminkan gerakan yang anatomis melainkan gerakan mekanis dan gerakan ini yang bisa dijadikan untuk santai. Sebelum berrenang dianjurkan melakukan gerakan pemanasan yang bertujuan untuk mencegah cidera dikarenakan seluruh otot beradaptasi dengan air, otot sekaligus juga berfungsi untuk meningkatkan suhu dan kardiorespirasi secara bertahap, setelah selesai melakukan olahraga renang diharapkan juga diadakan pendinginan (cholling swim) secara perlalahan-lahan selama lima menit. a. Hakekat Olahraga Renang Banyak orang telah mengetahui bahwa olahraga berrenang merupakan olahraga yang sangat berguna bagi kebugaran tubuh, itu dikarenakan seluruh organ baik yang kelihatan oleh visual kita maupun yang tidak kelihatan oleh visual kita dikarenakan semua bergerak mulai dari kardiovaskular, respirasi dan organ-organ yang sangat vital lainya. Oleh karena itu renang sangat berguna bagi antibodi kita dan sekarang tidak hanya orang yang pingin belajar dan berlatih berrenang saja melainkan renang sekarang sudah menjadi kebutuhan dan terapi bagi orang-orang yang sakit terutama pada bagian muscullar. Untuk mengetahui itu alangkah baiknya kalau kita tahu terlebih dahulu tentang belajar gerak karena ini penting sekali untuk langkah selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Didalam belajar gerak, materi yang dipelajari adalah pola-pola gerakan ketrampilan tubuh misalnya gerakan-gerakan dalam olahraga dan proses belajarnya meliputi pengamatan gerakan untuk bisa mengerti prinsip bentuk gerakannya, kemudian menirukan dan mencoba melakukannya berulang kali, untuk kemudian menerapkan pola-pola gerak yang dikuasai didalam kondisi-kondisi tertentu yang dihadapi. (Sugiyanto ,1998:268). Akhirnya diharapkan perenang bisa menciptakan gerakan-gerakan yang lebih efisien untuk menyelesaikan tugas-tugas gerakan renang tertentu. Pergerakan ritmis dari renang menempatkan sebuah perubahan tidak hanya pada jantung dan paru-paru, dimana membantu membangun daya tahan fisik akan tetapi secara nyata pada keseluruhan kelompok-kelompok otot utama tubuh. Selain mengembangkan kekuatan dan daya tahan, berrenang juga memberi tekanan pada tendon, ligament dan persendian tubuh, didalam renang banyak terjadi momentum (pergerakan pengalihan) dibandingkan dengan olahraga yang lain. Kekuatan berrenang seperti sebuah pembentuk aerobic pada level pemula dan lanjutan. (Katz Jane, Ed. D ,1987:87) mengatakan, “ Renang yang meningkatkan rata-rata VO2 max hingga 14 persen hanya dalam waktu 7 minggu”. Diantara para atlet, perenang handal hampir pada satu tingkat lebih tinggi dibanding pelari, peski lintas alam, dan atlet sepeda. Bersamaan mempunyai efek latihan yang bisa mengkondisikan otot-otot bagian atas menjadi bagus dan hal ini tidak didapat dari berlari dan olahraga yang lainnya. Karena otot tungkai terutama hanya untuk mengambang di air dan hanya sedikit membantu untuk proses perpindahan kedepan, tidak untuk dorongan, seorang perenang mengandalkan lengannya secara efisien dan efektif sehingga gerakanya lebih mudah untuk membelah air menuju garis finis. Faktanya, studi menunjukkan bahwa diantara perenang professional, sekitar 80 persen gerakan maju datang dari lengan dan bahu. Berrenang yang paling efektif untuk mengembangkan otot-otot dada dan abdominal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikarenakan pernafasan yang terkontrol sehingga secara lebih lanjut bisaa mengkondisikan otototot pernafasan dan memperbaiki kapasitas vital untuk suatu ukuran paru-paru yang menampung oksigen dan dipergunakan untuk bernafas. Angka kecelakaan yang rendah pada para perenang berhubungan dengan daya apung yang hanya didapat di air, yang menahan tubuh ke atas dan melepaskan tekanan. Berrenang tidak menyebabkan beban pada tulang belakang, pinggul,
lutut
dan
persendian
hal
ini
sangat menguntungkan untuk orang dengan masalah lutut atau punggung dikarenakan tekanan untuk penyangga badan berkurang, orang-orang ini dapat bekerja lebih lama dan lebih keras selama berrenang dibanding selama melakukan jenis latihan yang lain. Berrenang juga efektif untuk menjaga keadaan kardiovaskular dan respirasi dan sekaligus memperbaiki kemampuan aerobic untuk para atlet selain dari cabang olahraga renang . Untuk memulai program berrenang, pertama harus menemukan kolam yang cocok. Untuk di Madiun, ada lebih dari 10 buah kolam renang pribadi dan umum. Meskipun perenangperenang kompetisi lebih suka untuk berlatih di kolam ukuran olimpiade, banyak perenang pemula yang kalau melihat kolam ukuran 50 m merasa takut dan minder. Di banyak kasus, kebanyakan kolam- kolam yang ada di Madiun kurang lebih hanya 25m (atau 25 yard) ini bagus untuk latihan stroke dikarenakan pemantauan bisa lebih jelas dan bagi yang salah sejak dini sudah bisa terdeteksi sedangkan untuk latihan daya tahan itu sebaiknya kita gunakan kolam yang lebih panjang dan untuk pembalikan gunakan kolam yang berukuran sangat pendek kurang lebih dari 20m dengan demikian maka atlet akan berputar haluan secara lebih sering. Kolam seharusnya mempunyai selokan untuk mengurangi daya kerja otot terhadap ombak yang menerpa perenang sedangkan garis yang dicat di dasar untuk membimbing agar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perenang lebih mudah sampai dan untuk pembalikan perenang. Temperature ideal untuk berlatih adalah sekitar 80 derajat F ; di air yang lebih hangat, anda akan menghabiskan terlalu banyak energi untuk membuang panas tubuh yang dihasilkan sewaktu latihan. Latihan yang memuaskan hanya dengan berrenang dengan putaran yang terusmenerus dengan jarak yang cukup jauh, jika senang melakukan hal tersebut maka latihan renang itu termasuk latihan untuk daya tahan tubuh. Tapi banyak orang kehilangan minat atau gagal untuk memperbaiki inti latihan jika mereka mengulanginya dari minggu ke minggu. Salah satu cara untuk memvariasi sebuah program tentang latihan renang menurut Kate Jane, Ed. D adalah sebuah teknik pelatihan yang cocok bagi perenang dari semua level. Istirahat yang diperlukan antara masing-masing putaran atau satu set putaran, bisaanya untuk satu menit atau kurang dari satu menit, jadi didapat recoveri oksigen tanpa turunnya detak jantung terlalu rendah dari kisaran normal. Dengan merubah jarak dan frekuensi periode istirahat ini, anda dapat mengkontrol akan kemajuan para atlet renang. Memonitor detak jantung selama waktu istirahat diantara putaran-putaran itu dan bagaimanapun, jangan gunakan target yang sama dengan detak jantung ketika berrenang dan pada saat melakukan latihan di darat. Penelitian menunjukkan bahwa detak jantung tetap secara alami lebih rendah ketika berrenang dibanding ketika berlatih di darat. Hal ini disebabkan karena jantung tidak bekerja dengan keras untuk menjaga temperature tubuh secara stabil. Katz Jane, Ed. D (1987: 89 ) Untuk berrenang, kurangi usia anda dengan 205, bukan 220, dan kalikan hasilnya dengan 65% dan 85% untuk menentukan target kekuatan rata-rata jantung. Karena air secara terus menerus membasuh dan mendinginkan pada saat berrenang, dan keringat tidak bisa keluar sama sekali tidak seperti kita berlatih didarat. Pastikan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengganti hilangnya cairan ini dengan minum 1 atau 2 gelas air sebelum berrenang, tiap 2030 menit selama latihan dan lagi setelah selesai. Anggapan umum bahwa makan sebelum berrenang dapat menyebabkan kram perut; belum ada penelitian yang membuktikan hal tersebut. Dalam satu penelitian, perenang menikmati makan pada interval 1,5 sampai 3 jam sebelum latihan yang berat. Tidak ada satupun perenang yang dilaporkan mual atau kram perut selama berrenang atau sesudahnya. Jika seorang pemula mendapat pelajaran berrenang akan berguna bagi fungsi organ baik luar maupun dalam dan bahkan perenang lanjutan akan mendapat keuntungan dari latihan teknik mereka. Sebuah gerakan tidak efisien membuat perenang menjadi sulit. Gerakan lembut membuat berrenang tidak hanya latihan yang sempurna tapi juga sebuah jalan untuk bersantai atau rekreasi. Pada hakekatnya renang adalah olahraga yang melombakan kecepatan atlet dalam gaya renang , gaya renang yang diperlombakan adalah gaya bebas, gaya dada, gaya kupu-kupu dan gaya punggung. Perenang yang memenangkan dalam lomba renang adalah perenang yang menyelesaikan jarak lintasan yang tercepat. Dan kesemuanya peraturan pertandingan diatur oleh Federasi Renang Internasional (FINA) dan untuk mempersatukan atlet renang seluruh Indonesia maka namanya (PRSI) ini adalah induk organisasi pada cabang olahraga renang di Indonesia.
1) Prinsip-Prinsip Dasar Latihan Renang Pada dasarnya latihan renang harus dalam kondisi pikiran tenang tanpa tekanan dari manapun dan harus fress atau dalam keadaan yang gembira baik lahir maupun batin. Pertamatama yang harus diperhatikan dalam latihan berrenang, si atlet harus penyesuaian dengan air
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terlebih dahulu dan harus bisa mengapung di air kemudian ada proses tersendiri, proses tersebut dibagi menjadi empat kurun waktu. Adapun proses tersebut yaitu : 1. Kebisaaan di dalam air. 2. Latihan renang 3. Latihan ke gaya renang. 4. Si Atlet harus kreatif dalam gerakan renang. (Mielke Wilhelm, 1997 : 18). Oleh karena itu bagi pemula yang sedang belajar berrenang usahakan harus kenali sifat-sifat air, dimana sifat air yang paling menonjol dia menekan keatas apabila berat jenis benda yang berada di dalam kolam itu lebih rendah dengan berat jenis air, dan apabila volume air semakin banyak maka otomatis badan atau tubuh terasa lebih ringan dan memudahkan untuk berrenang. Apabila sudah tahu dan mengerti tentang sifat air yang menonjol yaitu akan menekan keatas berarti harus menguasai pada diri sendiri dan jangan panik apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, berat jenis air di kolam lebih besar daripada berat jenis tubuh manusia apabila tetap dalam keadaan rileks dan itu membantu untuk ke permukaan kolam. (Sukintoko dan Sukarno, 1983 ; 72). Perubahan yang stabil karena tekanan air yang keatas maka pada latihan renang yang selanjutnya harus tanpa tekanan ( perintah ), itu nanti sudah otomatis akan mendapat perintah sendiri dari alat respirasi yang dimiliki sudah dengan sendirinya dan seperti tahu kapan waktu untuk ambil nafas dan kapan menyelam lagi kecuali bagi yang sudah terbisaa di air. Kebisaaan di dalam air kebanyakan dihubungkan juga dengan pengalaman pertama tentang mengapung dan mendorong, diperlukan juga untuk mengatasi situasi untuk maju ke depan agar lebih mudah cepat sampai ke tempat tujuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Suatu perluasan latihan pada bentuk-bentuk dasar untuk bergerak maju kedepan dan ini yang dikatakan latihan yang sesungguhnya dengan mencoba untuk bergerak kedepan dan tentunya dengan salah satu gaya berrenang. Perkembangan kemampuan gerak terjadi sejalan dengan pertumbuhan fisik yang ditandai dengan semakin besar dan semakin panjang ukuran anggota badan kita akan semakin berpengaruh untuk peningkatan dan penguasaan gerak yang akan semakin mudah untuk menimbulkan pindah tempat dari suatu tempat dimana melakuakan start hingga sampai ke tempat yang telah ditentukan. (Sugiyanto, 1998: 54 ). Dan ini tentunya harus dilakukan oleh mereka yang mempunyai rasa percaya diri yang kuat, penguasaan diri dan sudah bisaa di air. Latihan berrenang itu tidak bisa hanya sekali saja namun harus dengan terusmenerus dan akan membawa akibat yaitu menimbulkan perluasan gerak.
a) Prinsip Daya Mengapung . Sebuah kapal yang bermuatan ringan akan lebih mudah ditarik dan di dorong dengan kapal yang bermuatan berat apabila berada di dalam air dengan ciri-ciri yang sama persis, mempunyai ukuran yang sama, bentuk yang sama yang membedakan adalah jumlah volume muatannya ini antara kapal yang bermuatan ringan dengan kapal yang bermuatan lebih berat akan sangat mudah sekali dan terasa ringan untuk mendapat gaya tarik ataupun gaya dorong tentunya kapal yang bermutatan ringan. (Sukintoko dan Sukarno, 1983 ; 86).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bila seorang masuk kedalam air maka seperti hukum Archimedes bila sebuah benda berada di dalam air, ia akan mendapat tekanan keatas yang besarnya sama dengan berat air yang dipindahkan oleh benda tersebut. (Imam hidayat, 1997:166). Demikian juga apabila ada perenang dengan ukuran tinggi badan yang sama dengan keadaan seluruh organ tubuhnya sama namun yang membedakan hanya berat tubuh otomatis juga akan berpengaruh pada berat jenis. Demikian pula apabila ada dua perenang yang satu sudah terbisa dengan latihan yang intensitasnya setiap hari latihan namun mempunyai berat tubuh yang berat dengan seorang perenang yang memiliki berat tubuh ringan namun dia tidak biasa di kolam maka secara otomatis kardiovaskular, perkembangan muscullar, kapasitas alat respirasi bisa menampung oksigen sampai berapa miligram dan ini sangat mempengaruhi tentang apa yang dikatan daya apung. Karena semua faktor ini apabila berbicara pada olahraga aquatik semua berhubungan dengan air ini sudah tentu harus mengenal sifat air yang mempunyai tekanan ke atas apabila berat jenis air lebih besar dengan berat jenis suatu benda yang berada di air akan mempunyai daya apung tersendiri demikian juga dengan perenang apabila perrenang sudah memiliki berat jenis yang lebih ringan dengan berat jenis air sudah barang tentu mendapat daya apung. Maka si Atlet harus memiliki, kebisaan di air , mempunyai ukuran tubuh yang ideal, mempunyai mutu dari perkembangan maskullar yang baik, jaringan lemak yang terkendali dan kapasitas paru-paru yang kuat untuk menahan nafas.
(Sukintoko dan Sukarno
1983 ; 73). b) Prinsip Dorongan dan Tarikan dalam Berrenang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sewaktu sudah berada di dalam kolam yang dipikirkan adalah bagaimana caranya bisa berpindah tempat dari ujung kiri ke ujung kanan padahal apa yang dimiliki semua sama dengan atlet renang. Untuk itu perlu kiranya tahu prinsip tentang dorongan dan tarikan.
Gambar 1. Dorongan dan Tarikan Sumber: Sukintoko dan Sukarno (1983,77 )
Dorongan ialah kekuatan yang mendorong perenang untuk maju, yang timbul karena gerakan tarikan, dorongan dari tangan dan dibantu oleh gerakan kaki. (Sukintoko dan Sukarno 1983 ; 77).
Untuk maju kedepan terutama di renang, seperti bentuk jarum yang ujungnya meruncing bagian yang lain membesar dan itu sangat menguntungkan di karenakan hambatan di air hanya pada ujungnya saja. Otomatis hambatan didalam airpun kecil lebih mudah untuk cepat sampai ketempat yang dituju (Agus Supriyanto dan Sugiyanto, 2005:6 ). Untuk itu proses didalam berrenang yang banyak hambatanya yaitu pada awal kita memasukan bagian dari ujung tangan dan untuk mengurangi dari pada hambatan tersebut tangan harus diruncingkan pada prinsipnya ujung tangan ini harus dibuat sama seperti dengan jarum yang dibuang ke air hanya ujungnya saja membelah hambatan di air. Pada saat masuk ke air tubuh ini harus meruncing seperti jarum untuk bagian depannya yaitu adalah bagian ujung tangan kita. Kaki menyesuaikan dengan gaya yang akan dipakai agar hambatan air yang menerpa kita tidak terlalu banyak dan bisa untuk membelah air.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan pada olahraga renang fungsi untuk tarikan dan dorongan adalah untuk berpindah tempat dari awal dia mengadakan start sampai ke tempat tujuan. Yang paling penting untuk mencapai ke tempat tujuan energi yang digunakan tidak terlampau berlebihan. Tarikan dan dorongan ini harus diawali dengan ujung jari-jari
harus
masuk
terlebih
dahulu dan
mempunyai prinsip harus selalu membentur hambatan air oleh karena itu agar hambatan air tidak terlampau besar harus dibuat seruncing mungkin kemudian ditarik dan didorong untuk mencapai ke garis finis. Untuk itu maka harus tahu tentang prinsip tarikan dan dorongan untuk mencapai garis finis yang lebih cepat dan tidak terlampau mengeluarkan energi yang berlebih tarikan dan dorongan ini harus dengan menarik dan mendorong air sekuat tenaga dan air yang ditarik dan didorong sebanyak mungkin untuk bisa mencapai pada garis finis lebih awal. c)
Prinsip
Keteraturan
dalam
Penggunaan
Tarikan
dan
Dorongan
dalam
Olahraga Renang. Prinsip ini dapat disebut sebagai prinsip kontinyunitas gerakan dimana tarikan dan dorongan yang teratur adalah lebih baik dan efektif dari pada penggunaan yang tidak teratur untuk mendorong maju. (Agus Supriyanto dan Sugiyanto,2005: 9). Untuk membiasakan tarikan dan dorongan agar lebih teratur biasanya harus dikasih isyarat dengan berbentuk bunyi-bunyian atau hanya dengan peluit. Kalau ini sudah terbiasa maka nanti otot akan lebih leluasa untuk mengadakan kontraksi otot terutama otot lengan yang digunakan untuk menarik dan mendorong air. Pada dasarnya keteraturan dalam tarikan dan dorongan ini hanya untuk jalan menuju kedepan agar lebih konstan dan pengaturan nafas pada alat respirasi agar bisa tetap terjaga. Untuk melatih tarikan dan dorongan ini biasanya waktunya hanya dengan stopwatch yang diatur oleh pelatih. Apabila sudah terbiasa untuk teratur dan tetap terjaga baik (konstan) maka tentang ritme dari tarikan dan dorongan akan dipercepat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lagi oleh pelatih dan itu perlu penyesuaian terhadap, alat respirasi, kardiovaskular dan kontraksi otot yang semakin dipercepat lagi. Jadi pada prinsipnya untuk keteraturan tarikan dan dorong apabila waktunya sudah konstan dan kecepatannya sudah konstan bisa untuk menambah laju perpindahan dan akan menimbulkan si atlet untuk sampai digaris finis akan lebih awal. Untuk itu perlu prinsip keteraturan tarikan dan dorongan ini jangan sampai dilupakan apabila sudah menangani atlet renang. d) Prinsip Individual yang Harus Dipunyai oleh Atlet Renang. Atlet adalah pribadi yang unik karena dia harus bisa untuk menempatkan dirinya sebagai mahluk sosial dan sebagai mahluk Individual yang dituntut oleh pribadinya sebagai atlet dan kemungkinan besar juga dituntut oleh clubnya , daerahnya dan dituntut oleh negaranya untuk menjadi juara. Pada atlet renang dimana harus bisa membawa dirinya untuk berbaur dengan masyarakat, teman sejawatnya ( teman clubnya ) dan pelatih, pada saat latihan dituntut harus keluar dari prinsip mahluk sosial harus mampu menunjukan kepada pelatih dan rekanrekanya dan ini merupakan proses untuk mendapatkan pengakuan dari teman seorganisasi, teman sejawat, di karena harus menunjukan sifat keprofesionalannya. Husein Argasasmita, Junusul Hairy, Mulyana, Muslim, Ria
Lumintuarso dan
Sugiyanto (2007:47 ) mengatakan bahwa atlet merupakan individu yang unik dan tidak ada dua individu yang tepat sama di dunia ini. Hal ini mengandung konsekuensi terhadap bagaimana mereaksi beban latihan padahal beban latihan yang sama tidak akan direaksi sama oleh para atlet yang berbeda. Demikian juga pada bidang prestasi harus dituntut profesional, tetapi tanpa melupakan unsur displin. Ingat bahwa atlet renang yang satu dengan yang lain adalah berbeda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hal ini mengandung konsekuensi terhadap atlet renang harus bisa membedakan kapan sewaktu prinsip individu harus ditempatkan dan kapan prinsip sosial harus terlihat. e) Prinsip Pemindahan Momentum ( Penekanan Bagian Tubuh
yang Perlu untuk
Mendapat Kekuatan ) Sangat mudah untuk memindahkan momentum dari satu bagian tubuh kebagian tubuh yang lain . Prinsip ini banyak sekali digunakan dalam gerakan renang. Momentum yang timbul oleh karena tarikan dan dorongan gerakan seluruh anggota badan termasuk kaki si perenang akan menimbulkan tubuh si perenang maju atau meloncat lebih jauh. Secara populer, Momentum adalah besar gaya dorong dari suatu benda atau bisaa dikatakan kekuatan gerak jadi momentum dari suatu benda itu diperoleh apabila benda yang dimaksud itu bergerak dengan kecepatan tertentu. (Imam Hidayat (1997 : 23) Prinsip itu juga berlaku pada saat recovery ( istirahat aktif ) yang dikatakan recovery ini pada saat penekanan yang sudah harus mulai dan dirubah,
pada saat inilah
pemindahan momentum terjadi misalkan pada gaya kupu-kupu, gaya bebas dan gaya punggung yang nampak jelas gerakannya dan paling banyak untuk pemindahan momentum. Dalam gaya punggung yang perlu kita soroti adalah gerakan lengan kalau gerakan kaki hanya berpindah dari kanan kekiri untuk tendangan kepakannya namun kalau gerakan lengan kanan dan lengan kiri pada saat melingkar dan waktu masuk ke air tangan harus dilipat dan didorong kedepan dan pada saat itulah terjadi perpindahan momentum. Dalam gaya kupu-kupu pada saat lengan menarik air ini momentum pertama kali pada saat tubuh sudah mulai terangkat keatas disini terjadi perpindahan momentum dan pada saat kepala mulai diterjunkan kedalam air dan gerakan tubuh dan pinggang harus lentur gerakan kaki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hanya menyeimbangkan dari gerakan punggung dan terjadilah disitu gerakan kaki yang dikatakan dolpin kick , pada pemula untuk gerakan ini yang paling sulit dilakukan karena terjadi perpindahan momentum yang sedimikian berat dan begitu banyak. f) Prinsip Hukum Kwadrat Teoritis Seorang perenang melempar tangannya masuk ke air sebanyak 2 kali dari kecepatan sebelumnya ini akan timbul hambatan maju sebanyak 4 kali. (Sukintoko dan Sukarno ,1983 ; 73). Hambatan badan yang timbul di air berubah kira-kira kwadrat dari kecepatan, suatu penggunaan yang praktis dan langsung dari hukum ini dalam renang ialah dalam kecepatan masuknya recovery lengan dalam air. Bila seorang perenang melemparkan tangan masuk ke dalam air 2 kali kecepatan sebelumnya, ini akan menimbulkan hambatan maju sebanyak 4 kali. Karena itu recevery yang terburu-buru, tidak hanya mengganggu ritme, tetapi juga menambah hambatan untuk maju, jadi cenderung untuk mengerem perenang dan memperlambat renangnya. Kecepatan recovery lengan harus sama dengan kecepatan tangan pada waktu menarik. Bila seorang perenang menarik tanganya sebanyak 2 kali akan menimbulkan dorongan maju sebanyak 4 kali, bila ia menggunakan mekanika gaya yang sama.
Merupakan
hukum
physiologis bahwa keluarnya tenaga dari suatu otot kira-kira pangkat 3 dari kontraksi otot, artinya kecepatan tarikan tangan 2 kali, tenaga yang dibutuhkan menjadi 8 kali. Jadi walaupun tarikan tangannya lebih cepat memamng menambah dorongan untuk maju tetapi juga secara tidak sebanding akan menambah kebutuhan tenaga dan konsumsi oksigen. Ini menjelaskan mengapa perenang memutar lenganya begitu cepat akan menjadi lelah. g)
Prinsip
Hukum
Aksi
dan
Reaksi
yang
Dipakai
dalam
(Recovery)
commit to user
Pemulihan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar.2. Pemulihan dan Siku yang baik Sumber. Sukintoko dan Sukarno (1983:82.83 )
Pemulihan atau istirahat pada gerakan tangan dari ketiga gaya, yaitu gaya crawl, gaya punggung, gaya kupu-kupu dilakukan diluar air sedangkan untuk gaya dada dilakukan di dalam air. Suatu pemulihan yang salah bias menyebabkan putusnya ritme pada tarikan dan dorongan seorang perenang. Salah satu factor nyata bahwa pemulihan yang salah atau jelek dapat merusak gaya dari perenang yaitu penambahan hambatan pada depan dan hambatan di ekor. (Agus Supriyanto, Sugiyanto 2005: 11). Bila pemulihan tangan dilakukan dengan gerakan persendian yang luas dengan arah yang berlawanan dengan jarum jam, reaksinya ialah dengan memukulkan tungkai kaki dengan arah kedalam air. Pada gaya crawl contoh yang bisa dilhat dengan jelas.
2) Pengaruh Renang terhadap Pertumbuhan Tubuh a) Pengaruh terhadap Peredaran Darah Pate R. Clenaghan Mc. (1993:238) mengatakan, “Orang-orang yang darahnya hemoglobin normal yaitu sebanyak (12- 17 gram (g) hemoglobin per 100 ml darah, Sedangkan pada atlet (15-23 gram (g) Hemoglobin per 100 ml darah oksigen kapasitas darahnya membawa oksigen 25-30 ml oksigen per 100 ml darah hampir semua darah banyak mengandung oksigen”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Apabila seluruh anggota tubuh ini bergerak maka organ yang bagian dalam terutama yang sangat vital untuk peredaran darah itu sudah dengan otomatis ikut bergerak dengan sendirinya dengan semakin cepat sampai di otak. Dalam cabang olahraga renang yang paling banyak berperan untuk peredaran darah dan mengedarkan darah keseluruh bagian tubuh kita adalah jantung. Cabang olahraga yang lain semua ada alasnya sedangkan renang tidak ada dan alasnya hanya air padahal kalau didalam air kita mengenal tentang berat jenis. Apabila sering berlatih renang pada masa pertumbuhan sudah tentu akan memacu pertumbuhan terutama jantung yang berperan dalam peredaran darah otomatis akan menjadi lebih banyak memompa darah keseluruh otot. Apabila perenang membutuhkan sekali dalam memompa darah orang bisa memompa 2 sampai 4 kali. Itu perbandingan alat pemompa darah antara perenang dengan orang awam.
b) Pengaruh terhadap Pernafasan dan Kardiovaskuler Menahan sesuatu gerakan didalam air yang lebih lama harus ada pertukaran udara yaitu udara yang kita hirup yaitu oksigen dan udara yang kita keluarkan yaitu carbondioksida apalagi dengan jarak yang cukup panjang ini harus menambah oksigen yang kita hirup dan itu berpengaruh pada organ dalam kita yang begitu vital pada khususnya untuk pernafasan yaitu pada respirasi . Pada olahraga renang dimana yang paling vital adalah pada sistim kardiorespirasi dan kontrasi otot apabila orang yang normal mampu sampai tiga kali kayuhan dia menghemat nafas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berbeda dengan seorang atlet renang yang mampu menahan nafas sampai 10 kali kadang-kadang ada yang sampai jarak 25 meter untuk menghemat nafas, ini otomatis akan berpengaruh pada sistim respirasi, kardiovaskular. Seorang ahli kesehatan menyatakan : - Olahraga memperbesar semua arteri koronaria yang memberi makan
jantung.
- Olahraga meningkatkan peredaran darah kolateral. - Olahraga menurunkan kosentrassi lemak darah. - Olahraga melatih jantung untuk mengambil oksigen yang berasal dari
darah
yang lebih efisien. - Olahraga menurunkan tekanan darah. (Gabe Mirkin, dan Marshall Hoffman ,1984:21). Pada paru-paru seorang atlet renang
mampu mengeluarkan dan menyimpan oksigen lebih
banyak jika dibandingan dengan orang yang normal yang berarti olahraga renang memperbaiki akan kapasitas peralatan respirasi seorang ahli pada bidang kesehatan menyatakan : Jumlah normal oksigen yang ditransper dari paru-paru kejaringan oleh setiap 100 ml darah kira-kira 5 ml sedangkan jumlah normal karbondioksida yang ditransper dari jaringan ke paru-paru kira-kira 4 ml. Rasio pengeluaran karbondioksida atas ambilan oksigen disebut rasio pertukaran respirasi (R). (Guyton ,1987: 370) R = kecepatan pengeluaran karbondiaksida Kecepatan ambil oksigen sudah otomatis pada paru-paru volume oksigen semakin banyak dan ini berpengaruh pada hidup kita.
c) Pengaruh terhadap Psikologis ( Kejiwaan )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari aspek psikologis renang memiliki nilai yang khas dan sangat luas cakupannya. Dengan berrenang dapat memupuk keberanian dan perasaan mampu serta percaya pada diri sendiri disamping untuk membangkitkan suasana kegembiraan
yang
tidak
dijumpai
pada
aktivitas jasmani yang lainnya. Persentuhan dengan air merupakan pengalaman fisik yang membangkitkan respon kejiwaan rasa air yang hangat atau sebaliknya menimbulkan kesan yang khas yang secara langsung memperoleh tanggapan dari saraf.
b. Gaya pada Olahraga Renang Renang bukan saja merupakan olahraga, tetapi merupakan sarana untuk mengisi waktu yang senggang. Selain dapat berrenang demi kesenangan diri sendiri, dapat pula untuk melatih pernafasan dan merupakan olahraga yang paling baik untuk usia pertumbuhan dikarenakan seluruh organ pada tubuh kita ikut beraktifitas dan renang termasuk olahraga yang sangat baik banyak tujuan dari beberapa olah raga yang lain semuanya ada pada olahraga renang. Banyak hewan berrenang karena mereka memang dibekali kemampuan ( naluri ) untuk itu oleh alam. Umumnya ajing dan kucing dapat berrenang meskipun belum pernah belajar berrenang hanya dengan mengandalkan naluri . Demikian juga dengan manusia banyak orang berrenang dikala sedang libur atau sesekali dikolam renang, sedangkan yang lain lagi berrenang secara teratur tiap sepanjang tahun dan adalagi yang lebih khusus berlatih untuk mengikuti pertandingan. Tetapi apapun alasannya berrenang itu adalah mempunyai tujuan untuk bersenang-senang dan untuk berrenang tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diperlukan biaya yang terlampau tinggi cukup hanya dengan baju renang dan karcis untuk masuk ke kolam renang ataupun air di alam. Zaman dahulu renang tidak digolongkan pertandingan dalam olimpiade Yunani tetapi banyak perenang-perenang diantara mereka sesuai dengan apa yang di temukan dari legenda, berrenang dianggap sebagai sesuatu kemahiran. Berrenang mulai dikenalkan pada olimpiade 1896 dan hanya dikhususkan untuk kaum laki-laki saja kemudian pada abad 1912 mulai dipertandingkan para kaum wanita dan mulai dari sini inilah maka berrenang sudah mulai bertambah semarak. Untuk prestasi bahwa ternyata banyak rekor-rekor dunia yang tercipta oleh perenang –perenang yang baru. Secara umum ada empat macam gaya dalam olahraga renang yang pertama adalah gaya dada (breast stroke), gaya bebas (crowl stroke), gaya kupu-kupu (butterfly stroke), dan gaya punggung (back crawl) akan dijelaskan dari masing-masing gaya. 1) Gaya Dada (Breast stroke).
Gambar.3. Tarikan Lengan dan bentuk kaki Sumber. David G T (2007:100.101)
Renang gaya dada sering disebut renang gaya katak. Sebutan ini dikarenakan renang gaya dada ini mirip dengan katak berrenang. Gaya dada merupakan sesuatu gaya untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertandingan yang paling kuno dan merupakan gaya yang paling banyak mengalami perkembangan. Dimulai dari gerakan cara berrenang katak yaitu gaya dada yang gerakan kakinya dengan tiga fase :1. kedua kaki lurus , 2. lutut ditarik kesamping, 3. kedua kaki dibentangkan kesamping selebar mungkin kemudian rapat kedua kaki itu sampai lurus. Dorongan atau luncuran ke depan diperoleh dari gerakan merapatkan kedua kaki dengan kuat sampai kaki lurus. Disamping gerakan lengan dibuka 45 derajat kemudian dipukulkan sampai keras hingga membentuk gelembung air dan posisinya rapat dan kembali lurus. (Sukintoko dan Sukarno ,1983:107-118). 2) Gaya Punggung (Back crawl). Gaya Punggung mulai dikenal sejak tahun 1912 ketika pertandingan renang dibagi atas tiga kelas dalam kompetisi nasional dan internasional yaitu gaya dada, gaya punggung dan gaya bebas. Prinsip-prinsip mekanis yang mempengaruhi renang gaya bebas sama prinsp-prinsip yang berlaku dengan gaya yang lain. Adapun uraian-uraian tentang gaya punggung dapat di bagi menjadi beberapa bagian diantaranya ; 1. Posisi badan 2. Gerakan Kaki 3. Gerakan Lengan 4. Gerakan pengambilan nafas 5. Koordinasi gerakan keseluruhan a) Posisi Badan .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Posisi badan pada gaya punggung tidak penuh horisontal, tetapi harus diubah dengan pertimbangan bahwa posisi tersebut akan menyebabkan kaki-kaki dalam suatu posisi yang terlalu tinggi untuk dapat melakuakan tugas secara efektif untuk itu posisi badan miring sehingga membentuk sudut 45 derajat dan kaki bisa bekerja secara efektif dan efisien untuk mengadakan pukulan ke atas dan kaki gerakanya harus lentur apalagi pada pergelangan kaki.
Gambar. 4. Posisi badan dalam gaya punggung Sumber. David G T (2007:44)
b) Gerakan Kaki . Gerakan kaki gaya punggung serupa dengan gerakan kaki gaya bebas tetapi dalam keadaan terbalik. Perenang dapat melakukan latihan dengan gerakan kaki dan kedua lengan terlentang lurus jadi satu antara kanan dan kiri berada diatas kepala. Metode ini membantu untuk mengembangkan posisi badan yang baik. Ketika ia meletakkan lengan-lengannya diatas kepala, ia harus merentangkan siku-sikunya tanpa mengankat belikat dalam sesuatu gerakan merentang. Ketika perenang berbaring di air menggerakan kakinya, ia harus berusaha membiarkan ujung kakinya mengaduk kepermukaan air pada pukulan keatas tanpa betul-betul memecah kepermukaan itu. Ketika kaki pada kedalam terbesarnya, kaki itu harus mencapai 18 sampai 24 inchi di bawah permukaan air. Kepalanya harus ditahan kebelakang air kedua telinga terendam tetapi wajahnya tidak. Hasil luncuran dorongan dari gerakan kaki gaya punggung terjadi pada pukulan keatas seperti gaya bebas. Pada pukulan kaki ke atas lutut agak ditekkuk dan pukulan ke
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bawah lutut lurus dan disarankan tidak boleh keluar dari permukaan air karena akan berpengaruh pada laju untuk ke depan dan gerakan ini kurang efektif. (Sukintoko dan Sukarno,1983:118-132).
Gambar. 5. Posisi gerakan kaki Sumber. Sukintoko dan Sukarno (1983:120.121 )
c) Gerakan Lengan. Di dalam proses gerakan lengan gaya punggung ada tiga fase, seperti pada gaya bebas (crawl) namun cuma dibalik : a. Menarik. b. Mendororn c. Recovery. Adapun gerakan menarik dimulai dari tangan masuk ke dalam air siku-siku ditarik ke bawah sampai 65 derajat kemudian telapak tangan menghadap ke atas kemudian ditarik sampai pada posisi setengah lingkaran. Sesudah itu gerakan mendorong diakhir dengan gerakan dari seperempat lingkaran tadi didorong sampai tangan pada posisi lurus menghadap ke atas. Kemudian gerakan istirahat pada saat tangan berada di atas dan mulai masuk ke air dan yang masuk diawali dengan ujung jari-jari. Pola masuk lengan kedalam air kemudian mendorong dan menarik air ini seperti pada gambaran membentuk huruf “ S “ datar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar. 6. Gerakan lengan pada gaya punggung Sumber. Sukintoko dan Sukarno (1983:124 )
d) Gerakan Pengambilan Nafas. Perenang gaya punggung karena kepalanya ada diluar air sepanjang waktu, mempunyai problem pernafasan yang berbeda di saat pengambilan nafas pada renang gaya bebas, gaya dada, dan gaya kupu-kupu . Cara yang baik untuk pengambilan napas gaya punggung ialah mengambil napas pada saat istirahat dari satu lengan kelengan yang lainnya. Jelasnya demikian, mengambil napas melalui mulut dan hidung sedalam-dalamnya pada saat tangan yang satu mulai keluar dari permukaan air dan tangan yang lain mulai masuk ke air. Demikian juga sewaktu mengeluarkan nafasnya. (Sukintoko dan Sukarno ,1983:118-132).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar. 7. Serangkaian gerakan gaya punggung Sumber. Sukintoko dan Sukarno (1983:130 )
3) Gaya Kupu-Kupu (Butterfly stroke). Gaya kupu-kupu menyerupai gaya bebas dalam hal lengan dan kaki bekerja sempurna, dengan ciri khas yang nyata bahwa kedua lengan pada gaya kupu-kupu ini bergerak secara bersamaan demikian juga kedua kakinya. Gaya kupu-kupu pertama diperkenalkan sebagai suatu bentuk gaya dada yang menggunakan gerakan kaki dengan gaya dada dan dengan tarikan tangan kupu-kupu.
Gambar. 8. Serangkaian gerakan lengan kupu Sumber. Sukintoko dan Sukarno (1983:139
Kecepatan kaki kupu-kupu (dolphin kick) itu pada suatu saat akan mendongkorak gaya bebas yang selama ini menduduki posisi yang paling atas tentang kecepatannya. Tetapi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemungkinan terjadinya hanya sedikit dikarenakan mekanisme gerakan dari lengan untuk mendorong akan menjadi perbedaan yang menyolok berarti hanya pada tenaga dorong. Gaya kupu-kupu banyak gerakan yang sama dengan gaya bebas ialah penggunaan kelompok – kelompok otot dan mekanika gerakannya. Sehingga gerakan para perenang yang telah menguasai gaya bebas lebih dengan mudah mempelajari gaya kupu-kupu. Gerakan gaya kupu-kupu dapat dibagi menjadi : a. Posisi badan b. Gerakan Kaki. c. Gerakan Lengan. d. Gerakan Pernafasan . e. Gerakan Keseluruhan. Dalam gaya kupu-kupu terdapat lebih banyak gerakan badan ke atas dan ke bawah dari pada gerakan yang ada pada gaya lain. Gerakan ini bukanlah suatu gerakan yang dipaksa, tetapi hasil dari tiga factor yang utama : 1. Gerakan menjejakan kaki ke bawah memaksa pinggul naik ke atas. 2. Gerakan istirahat pada lengan cenderung menarik kepala ke bawah. 3. Bagian pertama dari tarikan lengan dan bahu otomatis mendorong kepala akan naik ke atas.
Gambar. 9. Serangkaian gerakan dolpin kick Sumber. Sukintoko dan Sukarno (1983:136-137 )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gerakan naik turun dari badan akan merugi apabila tidak diikuti dengan kedua kaki yang pergerakan mulai dari pinggul hingga ke bawah dan itu yang dinamakan dari gerakan ( dolphin kick ) dengan hitung 2 besar ,1 kecil hingga sampai jarak yang ditentukan . (Sukintoko dan Sukarno ,1983:132-145). 4) Gaya Bebas (Crowl Stroke) Berjarak 50 Meter Stroke Crowl (gaya bebas ) ini meniru cara berrenang seekor binatang oleh karena itu disebut crawl artinya merangkak. Aslinya adalah apa yang dinamakan “renang anjing “, (dog –style). Menurut Sukintoko dan Sukarno (1986 : 86 ) bahwa,” Gaya bebas adalah suatu gaya yang bisaanya dipakai dalam perlombaan, sedang mekanika renang gaya bebas itu timbul dengan sendirinya namun melalui suatu pemahaman yang penuh teliti dan harus melalui sesuatu pengajaran yang baik “. Gerakan gaya crowl pertama-tama ditemukan oleh Richard Cvill ia meniru gaya ini dari bangsa pribumi kepulauan Polynesia gerakan yang pertama adalah gerakan gaya crawl Australia yaitu dengan gerakan kaki dua namun yang bisa digunakan adalah gerakan berrenang gaya crawl Amerika yaitu diwujudkan dengan dua gerakan lengan dan enam gerakan kaki (Sixbeat stroke) dikembangkan lagi di Jepang dengan delapan gerakan kaki dua gerakan tangan. Pada gaya bebas terdapat banyak variasi menurut (Agus Supriyanto dan Sugiyanto ,2005:18) ada 4 macam variasi yaitu :
1. Versi Standard : - Dalam versi ini perenang menggunakan empat pukulan gerakan
kaki dengan
ketentuan dua pukulan kebawah dengan tungkai dan satu gerakan lengan. 2. Gaya Tenaga :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Adalah suatu tipe yang agresif dari gaya bebas, setiap lengan memasukan dengan jalan seperti orang menombak dan tanpa adanya luncuran pengaruh dari pola ini secara keseluruhan sangat berlebihan dalam pengunanan tenaga sebab smua gerakan diluar control. 3. Gaya Meluncur : - Gaya ini sering digunakan perenang yang mempunyai berat badan yang ringan sehingga memungkinkan perenang untuk meluncur didalam air tanpa mengalami kesukaran. Yang perlu diperhatikan ialah pada saat perenang sudah meluncur dan ketika memasukan tangan di dalam air tangan tidak segera mengadakan aksi yaitu menarik dibiarkan terlebih dahulu sampai lurus sehigga tangan yang satunya menyusul baru diadakan aksi.
4. Gaya Tenaga dengan enam pukulan : - Gaya ini sama dengan uraian yang kedua perenang
mengunakan bahu dan
lengan dengan penuh semangat tarikan dimulai selekasnya dan seketika itu membengkokan siku yang satunya tetap dengan satu kali tarikan dengan enam pukulan kaki. Renang untuk kebugaran, langkah paling efisien adalah gaya bebas. Sedikit energi yang dikeluarkan dalam melakukan gaya bebas namun hasilnya begitu memuaskan asalkan dengan gaya yang benar, dan konstan. Gerakan yang berkelanjutan menghasilkan irama yang pas untuk sebuah latihan aerobic. Sedikit waktu yang dihabiskan dengan meluncur dalam gaya bebas dibandingkan dengan gerakan samping dan gerakan dada. Tidak seperti gaya kupu-kupu, gaya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bebas tidak membutuhkan ledakan energi yang dapat melelahkan perenang. Gerakan gaya bebas melibatkan 3 dasar: menendang, bernafas dan gerakan lengan. Gambar dibawah ini menunjukkan bagaimana berrenang dengan betul dengan menggunakan gaya bebas, sehingga dapat memperbaiki teknik. Dengan gerakan lebih sedikit perputaran, sehingga dapat jarak lebih jauh dengan mengeluarkan tenaga lebih sedikit.
Gambar 10. Gerakan gaya bebas
a) Tendangan Mengepak Sebuah tendangan mengepak yang baik seharusnya “menebus air” bukan percikan air. Untuk menyelesaikannya, tenaga tendangan dengan otot pinggul dan paha, bukan betis dan pergelangan kaki. Tekuk sedikit lutut anda untuk menyeimbangkan gerakan dari pangkal paha pada tendangan ke bawah dan jaga pergelangan kaki agar tetap fleksibel. Pergerakan kaki harus menendang ke dalam-sekitar 12 sampai 18 inci- untuk membuat kestabilan di air.
Gambar 11. Gerakan tendangan mengepak tanpa berjalan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 12. Gerakan tendangan mengepak dengan berjalan.
b) Bernafas Karena hal ini melibatkan koordinasi kepala, bahu, lengan dan pernafasan, bernafas sering menjadi aspek paling sulit untuk menguasai gaya bebas. Sebuah cara yang baik untuk bernafas sempurna adalah berlatih di air setinggi pinggang. Tempatkan wajah dan bahu pada air sehingga batas air tepat di bawah alis. Hembuskan napas pelan-pelan ke dalam air. Di waktu bersamaan, putar kepala, ke kanan dan tarik lengan keluar air seperti pada gambar. Ketika sudah selesai satu putaran, kepala harus berputar, menoleh secukupnya untuk menarik napas. Pastikan untuk tidak menahan napas, dan menarik napas secara konstan kemudian hembuskan kedalam air hingga habis ulangi pergerakan ini sesuai dengan hentakan kaki dan tarikan tangan.
Gambar 13 . Gerakan ambil nafas dan buang nafas di dalam air Sumber: David G. Thomas. MS. (2007:14)
c) Tarikan dan Dorongan Tangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk membuat langkah gaya bebas paling efisien, lengan harus menyapu membelah air dalam bentuk S, hal ini akan mendorong air yang tenang, bukan air yang sudah bergerak ke belakang dan mengurangi dorongan langkahnya.
Gambar. 14. Tarikan dan Dorongan Sumber: David G. Thomas. MS. (2007:14)
Kayuhan tangan boleh kanan dan boleh kiri dari posisi meluncur kedua tangan terjulur ke depan telapak tangan sekitar 6 inchi dibawah permukaan air. Telapak tangan dan lengan harus lemas dan jari – jari lurus posisi jari-jari semua tertutup kemudian tekuk salah satu tangan ke dalam dan jari-jari menghadap ke bawah dan keluarkan sekitar 45 derajat. Tekuk sedikit siku pada saat memutar tangan sehingga telapak tangan sedikit menghadap keluar pertahankan tangan untuk menuju gerakan selanjutnya yaitu putar gerakan telapak tangan anda sedikit keluar sehingga telapak tangan berputar miring sejauh 10 inchi sampai 12 inchi kemudian dorong sampai tangan dalam kedaan lurus dan talapak tangan posisi menghadap ke atas. Selama sebuah langkah dengan lengan kanan, tangan seharusnya bergerak dalam bentuk lengkung S yang berlangsung di bawah sisi kanan wajah, melewati dada dan keluar di sisi kanan tubuh. Jika yang melakukan hal ini secara benar, maka tidak akan rata di air. Tubuh akan berguling dari sisi ke sisi sehingga akan berrenang dari bahu kanan ke bahu kiri, dimana tidak hanya memperbaiki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
langkahnya tetapi juga menyebabkan daya angkat yang lebih. (David G. Thomas. MS, 2007 :13 ).
Gambar 15. Gerakan tarik tangan didalam gaya bebas
5) Perkembangan Gaya Bebas a) Masa Alamiah Mekanisme gerakan renang mengacu pada kehidupan hewan, misalnya gaya renang anjing, katak dan ikan pendekatan ilmunya masih mengacu pada belantara yang gelap sehingga dalam olahraga renang pada masa alamiah masih bersifat naluri untuk mencoba mempertahankan hidup dan berrenang dianggap sebagai olahraga yang paling menakutkan maka dari itu dengan perkembangan jaman, renang mulai sudah banyak yang bisa namun dengan gaya yang hanya terbatas seperti gaya hewan disekeliling mereka. Dari waktu ke waktu perkembangan renang sudah mengacu pada cara dengan malakukan gerak yang efektif namun menimbulkan laju dari perpindahan tempat yang semakin jauh. (Imam Hidayat, 1997;171). b) Masa Tradisional Mekanisme gerakannya masih berdasarkan pada sesuatu perkembangan yang empiris, manusia sudah terbisaa didarat dan kalau bergerak menonolak kakinya pada tanah. Di air
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
analoginya begitu juga menolak di air kakinya seperti mendayung dan pendekatan teoritisnya berdasarkan hukum Newton ke-III yaitu asas aksi-reaksi setiap mengayuh air gerakan majunya karena menolak air ke belakang. Resistence gerakan atau drag dari air merupakan gerakan tumpuan untuk menolak oleh karena itu mekanisme gerakan ini disebut “ Drag Population “. (Imam Hidayat , 1997;171) c) Massa Lift Theori (Tahun 1970 – sampai sekarang ) Pada tahun 1971 J.E Consilman dan Ronald brown memperkenalkan porpursive force yang disebut “ lift propulsion “ pendekatan teorinya berdasarkan prinsip bernoille yang penerpanya menggunaakan pada sayap pesawat terbang dan pada baling-baling pesawat dan kapal laut. Untuk menanggulangi pola gerakan yang merugikan pada pola –pola sebelum gerakan (pola Lift ) yaitu pada masa almaniah, dan masa tradisional yaitu telapak tangan bukan bergerak seperti mendayaung namun menyisir atau swepiing. (Imam Hidayat, 1997;172 ).
Gambar 16. Teori Lift
Dengan menyisir mekanisme gerakan disini memanfaatkan daya angkat seperti pada pesawat terbang atau baling-baling pada kapal laut. Arus angin pada bagian conex (cembung) dan concave ( cekung ) menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan statis, sehingga terjadi daya angkat lift. Agar dapat menyisir air ke berbagai arah, maka tangan bergerak melengkung untuk memanfaatkan daya angkat yang sebesar-besarnya, gerakan dapat dianalogi
commit to user
seperti gerakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
baling-baling pada pesawat terbang jadi apabila tangan satu di depan tangan yang lainberada dibelakang dan gerakannya harus selalu berlawanan.
c. Prestasi Renang Gaya Bebas Prestasi renang jarak pendek atau renang 50-100 meter adalah terletak pada kecepataan renang atau berrenang dengan secepat-cepatnya. Dalam membahas renang lima puluh meter khususnya dalam hal prestasi tidak bisa lepas dari factor tentang belajar gerak dan bisa diartikan sebagai tingkat kualitas kemampuan gerak tubuh yang dicapai melalui belajar dan berlatih agar peningkatan kemampuan gerak merupakan perwujudan dari peningkatan efisiensi dan efektifitas gerakan menurut pakar olahraga (Sugiyanto dkk; 1998:359) agar dapat berrenang dengan baik. Berrenang bukan hanya untuk mempertahankan agar tubuh ini mengapung namun dari daya apung itu harus bisa berpindah tempat dan itu yang dikatakan berrenang. Kecepatan untuk maju didalam renang adalah hasil dari dua kekuatan menurut (Agus Supriyanto dan Sugiyanto, 2004:1) mengatakan terdapat dua kekuatan yaitu 1. Kekuatan yang cenderung untuk menahannya, ini disebut hambatan atau tahanan yang disebabkan oleh air yang harus didesaknya atau harus dibawanya. 2. Kekuatan yang mendorongnya untuk maju ini berasal dari gerakan kaki dan gerakan tangan. Oleh karena itu dengan berrenang gaya bebas dengan posisi badan tertelungkup sambil mengkayuh kaki secara beraturan, tangan menyisir mulai dari masuk air sampai pada dorongan dan koordinasi ambil nafas harus efisien dan benar. Renang pertandingan menjadi popular pada abad ke 19 dan ini terdiri dari 34 macam acara bagi setiap gaya yang diperlombakan dan berdasarkan kelompok umur tertentu. Renang merupakan acara yang populer dalam olimpiade musim panas . Untuk prestasi renang para atlet kita masih sangat jauh jika dibanding dengan atlet renang dunia, alit renang kita hanya bisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbicara hingga tinggkat SEA GAME, ASIAN GAME, untuk olimpiade tahun 1999 untuk gaya bebas 100 meter putra juaranya dipegang oleh seorang atlet berkebangsaan rusia yaitu Alexander Popov catatan waktunya adalah 48,82 per detik sedang perenang Indonesia jauh dibawahnya. Dari informasi PRSI meresmikan hanya 29 atlet yang ikut ke SEA GAMES ke 2009 dan yang meraih prestasi adalah pada gaya bebas Akbar Nasution, di gaya bebas putri 100 meter adalah Kania Dewi itulah prestasi atlet Renang di Indonesia. Di Palembang adalah sejarah yang tak pantas dilupakan oleh masysrakat indonesia pada umumnya dan para masyarakat untuk pecinta renang pada khususnya karena baru satu bulan yang lalu tepat pada bulan november tahun 2011 telah terjadi sesuatu prestasi yang membanggakan pada bidang renang karena renang di indonesia sudah mulai membaik dengan diwujudkan oleh para atlet muda Indonesia pada bidang renang dengan meraih 6 medali emas, 8 perak dan 10 perunggu ini membuat jajaran tim renang indonesia boleh berbangga hati dengan atlet mudanya dan atas nama atlet renang yaitu I Gede Siman Sudartawa menjadi bintang tim Indonesia melalui nomor spesialisasinya 50 m, 100 m dan 200 m gaya punggung dan nomor estafet gaya bebas. Tim estafet Indonesia yang mempersembahkan emas terakhir untuk kontingen
Merah
Putih
adalah
I Gede Siman
Sudartawa (gaya punggung), Indra Gunawan (gaya dada), Gleen Victor Susanto (kupu-kupu) dan perenang terkahir gaya bebas, Triady Fauzi.
d. Untuk Meningkatkan Prestasi Atlet Renang Untuk meningkatkan prestasi dalam hal berrenang kita tidak boleh melupakan unsur kemampuan fisik dan bakat seseorang (Soekidjo Notoatmodjo ,2010:69) bakat kemampuan tiap individu untuk melakukan sesuatu dimana masa untuk pengasahan kemampuan tersebut ( latihan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
) adalah sangat minim sekali sedangkan untuk unsur dari kemampuan fisiknya bisa diolah dengan jalan melakukan dengan metode drill (Sugiyanto, 1998:362)
mengatakan bahwa,
“Pengulangan-pengulangan gerakan sebanyak mungkin dalam waktu yang ditentukan, atau lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaiakan tugas gerak tertentu juga merupakan indikator untuk mecapai prestasi belajar gerak”. Ada beberapa hal yang perlu untuk mendapat perlakuan seperti yang telah dinyatakan oleh beliau diantaranya meliputi : a.Mengayun kaki. b.Mengayuh tangan. c.Koordinasi tangan dan kaki. d.Menghemat bernafas. e.Kordinasi tangan, kaki,dan bernafas.
f.Renang kaki saja posisi badan miring. g.Pada saat mengambil Start. h.Pada saat mencapai garis Finish. i.Pada saat Pembalikan. Empat factor yang berpengaruh pada gaya bebas yaitu, ayunan tangan, ayunan kaki, latihan pernafasan dan berputar haluan, empat factor itu yang menjadi sub latihan: 1) Drill ayunan tangan. 2) Drill ayunan kaki. 3) Latihan Pernafasan. 4) Berputar haluan dalam gaya bebas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Drill Ayunan Tangan Posisi badan tetap tertelungkup sama seperti pada gaya bebas namun tangan diberi pemberat sama dengan menggunakan pedle, untuk ukuran dibuat lebih besar 3 cm dari ukuran tangan, dibuat dari plastik atau fiber yang sedikit agak keras. Penggunaanya kaki tidak usah dikepakan dan kedua lutut menggepit dari pelampung kemudian tangan digerakan menyisir dari tangan lurus kemudian dibengkokkan sampai posisi siku berada di kududukan 40 derajat tapak tangan menghadap ke dada baru didorong ke belakang jauh sampai tangan lurus kembali pada posisi tapak tangan menghadap ke atas sedang ambil nafasnya harus ganjil hitungan 3, 5, 7dan 9 dengan tujuan agar tetap seimbang antara kanan dan kiri, untuk 1 setnya adalah kalau jaraknya 50 meter harus diberi 5 kali melakukan dengan jarak 25 meter . 2) Drill Ayunan Kaki Pada drill ayunan kaki dimana posisi badan tetap mengambang di air dalam keadaan tertelungkup berarti menghadap ke dasar kolam kemudian tangan ditaruh ke depan lurus dan dijadikan satu kemudian posisi badan sama dengan keadaan sewaktu meluncur. Untuk gerakan ayunan kaki ini jarak lebih panjang akan lebih baik untuk daya tahan otot tungkai kaki. Untuk atlet yang sedang mengejar prestasi sebaiknya tendangan mengepak bukan hanya sekedar bisa jalan saja namun harus diberi dengan kaki katak (fin) untuk kelenturan dari pergerakan dari pangkal paha dan pangkal pergelangan kaki sedangkan untuk gerakan ambil nafas sewaktu pergerakan kaki mengepak sedang berjalan yaitu dengan kedua siku dari tangan ditekuk ke belakang sampai membentuk sudut hingga 90 derajat lalu kepala ditengokan sedikit hingga bebas dari permukaan air dan kemudian mengambil nafas. Gerakan kaki adalah seperti ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a)
digilib.uns.ac.id
Kaki-kaki pada jarak maksimumnya (kira-kira 18 inchi ) kaki kiri ada pada dasar pukulan ke bawah dan kaki kanan pada puncak pukulan ke atas.
b) Kaki kiri, tanpa menekuk lutut, mulai bergerak ke atas dengan rileks. Perenang agar didalam melakukan gerakan kaki yang ke atas harus lurus, karena bila kakinya menekuk pada lutut, pada saat gerakan ke atas kaki itu akan menimbulkan kekuatan negative yang akan menahan perenang. Kaki kanan memulai pukulan ke bawah dengan mendorong ke belakang dengan punggung telapak kaki dan diikuti sedikit tekukan pada lutut bukan berarti lutut ditekuk tertekuk karena gerakan berasal dari pangkal paha. c) Kaki kiri terus ke atas, masih tanpa membengkokan pada lutut. Kaki kanan mulai ke bawah dengan kuat dan paha dipaksa juga bergerak ke bawah sehingga lutut sampai lurus. d) Kaki kiri mendekati akhir dari gerakan ke atas dan mulai menekuk lutut dan dilakukan bila kaki kanan hampir selesai pukulan ke bawahnya. e) Paha kiri mulai ke bawah, lutut ditekuk dan kaki kiri terus ke atas, kaki kanan selesai pada pukulan ke bawah lutut kaki kanan yang lurus. f) Kaki kiri dengan lutut ditekuk siap memulai dengan pukulan ke bawah lutut kaki kanan yang lurus akan mulai dengan pukulan ke atas. g) Kaki kiri sekarang ada dalam fase mendorong dalam pukulanya, kaki kanan meneruskan pukulan ke atas dengan lurus dan rileks. Dari semua latihan drill tangan dan kaki ditujukan untuk memperoleh kekuatan kekuatan kontraksi otot, baik tangan maupun kaki dan apabila gerakan pengulangan ini terus dilakukan secara kontinyu nantinya bisaa menimbulkan gerakan yang tanpa disadari yang ditimbulkan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suatu stimulus dalam hal ini dikatakan gerak reflek. Pada renang terdapat lebih dari satu gerakan yaitu gerak kaki dan gerak tangan yang nantinya akan timbul gerak reflek intersegmental yaitu gerak yang tanpa disadari dan terjadi akibat latihan yang kontinyu dan melibatkan lebih dari satu anggota tubuh. (Sugiyanto, 1998:251)
3) Latihan Pernafasan Pernafasan sebaiknya dikordinasikan dengan gerakan tangan, tolehan kepala dan hembuskan nafas pada saat kepala berada didalam air lalu ambil nafas pada saat tangan berada pada tarikan tangan sampai pada saat tangan sudah lurus untuk melakukan dorongan ini berarti termasuk ke pemulihan dan untuk menjaga
kesetabilan
harus bernafas
kanan
dan kiri.
(David G. Thomas, 2007:16). Pernafasan dikoordinasikan dengan gerakan tangan, tolehkan kepala ke kanan dan ke kiri pada kayuhan sudah mencapai pada hitungan 2, 5. Untuk hitungan harus ganjil untuk mendapatkan ayunan pada saat ambil nafas itu bergantian untuk tangan kanan dan kiri sehingga menimbulkan keseimbangan pada saat kepala menoleh ke kanan dan kiri setiap ambil nafas. Penghirupan nafas pada
hitungan kedua atau kelima menunjukan bahwa mengambil nafas
selama pertengahan ke 2 dari gerakan mengayuh, dan bukan pada waktu gerakan pemulihan. Pada hitungan ke 3 atau kelima, tangan menyelesaikan gerakan mengayuh telapak tangan tetap di dalam air, dan bahu berputar agar lengan dapat terangkat untuk gerakan pemulihan.
Jika
menunggu sampai tangan sudah di atas air dalam gerakan pemulihan, beban tambahan yang diakibatkan oleh tangan yang sudah tidak didukung daya apung tersebut akan memaksa untuk mendapatkan daya apung tambahan dengan mendorong air ke bawah menggunakan tangan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terjulur kedepan, supaya mulut tetap terangkat. Sehingga tangan depan menjadi terlalu dalam sewaktu kayuhan berikutnya dilakukan. Akibatnya akan kehilangan koordinasi dan daya dorong. Putar kepala kembali kedalam air pada hitungan empat atau satu harus mulai penghembusan nafas pada saat wajah sudah di dalam air, tapi ada cara lain untuk menghembuskan nafas. Lebih disukai untuk menghembuskan nafas pada waktu mengngayuh dengan tangan bukan sisi pernafasan. Dan adalagi yang lebih menyukai untuk menghembuskan nafas hanya sedikit udara pada waktu mengayuh dengan tangan sisi bukan pernafasan tersebut, menahan nafas sampai sesaat sebelum wajah menembus ke permukaan untuk pengambilan nafas ke berikutnya. Kemudian sebagian
besar udara dihembuskan
sekuatnya pada saat mulut mulai naik menembus ke permukaan metode yang ini sering disebut sebagai metode ledakan dan memiliki manfaat berupa bersihnya mulut dari air yang tersisa sehingga semakin kecil kemungkinan untuk menelan air waktu menghirup udara. 4) Berputar Haluan dalam Gaya Bebas Berputar haluan adalah cara untuk menghemat waktu dan mempercepat agar sampai di garis finis terlebih dahulu dan merupakan kunci keberhasilan dari setiap perenang apalagi dengan cara jungkir balik. (David G. Thomas, 2007:25 ) Prinsip pembalikan adalah seperti melempar bola tennis ke tembok, lempar dengan keras dan bola itu akan kembali kepadamu dengan keras pula. (Agus Supriyanto dan Sugiyanto, 2005:104). Berrenang disebuah kolam atau tempat yang terbatas yang lainnya membutuhkan suatu cara untuk berputar haluan pada saat akan mencapai ujung kolam yang ditentukan karena ketentuan untuk renang prestasi berputar haluan untuk jarak dengan ketentuan kolam yang dipakai untuk pertandingan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ada dua cara didalam Renang gaya bebas yaitu : a) Dengan cara Terbuka. b) Dengan cara Tertutup (jungkir balik). a) Demi
keamanan
dalam
melakukan
cara
terbuka,
penting
sekali
untuk
memperkirakan jarak antara dinding kolam. Ada dua pilihan Yaitu yang pertama kita mengangkat kepala sedikit untuk memperkirakan apakah jarak sudah memadai untuk kita berbalik arah untuk cara ini bisaanya tidak ada garis pembatas di dasar kolam jarak dengan dinding kolam bisaanya 5,6,dan 7 kaki diberi garis yang membujur antara dinding kolam kemudian dengan berjarak 5,6 dan 7 digambar garis T atau garis silang. Kemudian tangan yang satu menepel dinding di ikuti oleh kedua kaki kemudian berbalik arah dengan hentakan atau daya ledak dari kedua kaki kemudian meluncur berbalik arah. b) Dengan cara tertutup ( jungkir balik ). Karena cara berputar yang seperti ini dengan cara tertutup bisaanya digunakan dalam hal berbagai macam pertandingan baik tingkat dunia, nasional dan regional menggunakan cara seperti ini dan kolam harus dirancang untuk pertandingan yang lokasi untuk pertandingan maximal 50 m dan minimal 25 m perlintasan harus diberi gambar t dan pada dinding masing-masing lintasan diberi di tiap salah satu dindingnya diberi gambar (+) yang berguna sebagai pembatas untuk mengadakan berputar haluan. Dengan cara setelah sampai pada garis T posisi tangan harus berada di samping kiri dan kanan kepala dijulurkan kedepan terus berputar menuju kebawah seperti orang jungkir balik kemudian kaki menyetuh ke dinding kemudian dihentakan dari dinding
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kearah depan, itulah yang harus diperhatikan untuk apabila menuju kearah prestasi lebih baik kembali.
Gambar: 17. Mekanisme berbalik dengan cara tertutup Sumber : David G. Thomas (2007:29)
2. Prinsip-Prinsip untuk Melatih Atlet di dalam Latihan Renang. Setiap kejadian didalam kehidupan ini merupakan gejala alam yang selalu mengikuti atau prinsip yang mendasari terjadinya hubungan sebab akibat atau aksi
dan
reaksi
oleh
karena itu seorang pelatih harus mampu untuk menciptakan sebuah metode latihan. Untuk menciptakan sebuah metode latihan ini di tuntut harus mengetahui dan faham betul tentang apa itu olahraga renang, memiliki jiwa seni, dan merupakan seorang praktisi dalam menciptakan gerakan yang efisien namun tidak menyalahi aturan-aturan dalam renang, harus tahu dan faham benar akan karakter dari masing-masing anak didiknya. Karena latihan renang merupakan sesuatu perencanaan, strategi, dimana untuk mencapai suatu tujuan latihan yaitu prestasi yang membanggakan. Latihan dikatakan baik dan tepat kalau seluruh rencana latihan tersebut harus mempertimbangkan faktor-faktor penentu untuk dapat mencapai tujuan dari latihan itu. Adapun faktor-faktor itu antara lain yaitu : a. Bakat, materi untuk setiap atlet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Kemampuan atlet sewaktu diadakan latihan tersebut. c. Tersedianya sarana, prasarana, serta dana. d. Data tentang lingkungan atlet ( iklim, masyarakat ). e. Waktu yang tersedia dalam suatu latihan. Agar keseluruhan dari faktor-faktor ini bisa dipenuhi dan bisa berfungsi secara efektif maka dari ke lima faktor tersebut juga menutut sesuatu keterampilan dasar. Ketrampilan itu antara lain cara membina anak sehingga bisa displin, mengorganisasikan dari sekumpulun siswa renang yang menjadi tanggung jawab dari seorang pelatih dan tiap individu yang berlainan dan dituntut harus tahu dari masing-masing karakter, memberikan materi tentang gerakan renang yang betul, stroke, drill kaki, drill tangan kelentukan pinggan, mengevaluasi dan menganalisa. Untuk mengevaluasi tentang perkembangan renang sesudah mendapat perlakuan didalam latihan harus diciptakan suasana kompetisi dan pemenangnya diberi reward. Dengan jalan ini otomatis si perang akan berusaha untuk memenangkan suatu pertandingan dan tiap perenang ada persaingan itu yang menimbulkan perkembangan secara sehat dan cepat.
a. Sistim Energi Bagi Atlet Renang Energi adalah daya untuk melakukan kerja dimana Energi itu dibagi menjadi dua yaitu Energi potensial dan Energi kenetik. Dalam olah raga kita sering melihat pemindahan Energi potensial ke Energi kenetik itu sangat cepat. Energi tidak dapat diciptakan dan dirusak tetapi bisa berubah bentuk. (Pate R. Cleanaghan. M.c,1984:135 )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam rangka menentukan bagaimana energi dihasilkan didalam otot, kita harus mempertimbangkan beberapa factor yang sangat penting. Apakah udara dalam bentuk okigen diperlukan dalam bentuk olahraga yang dilakukan oleh atlet maka kita menggunakan system aerobic apabila bentuk olahraga yang akan dilakukan dengan menggunakan sprint dalam jarak pendek maka berarti kita mengatakan sistim energi yang akan dikeluarkan adalah sistim Anaerobik. Apabila olahraga yang dihasilkan adalah asam-laktat dengan menggunakan Anaerobik latat maka kita harus katakan tentang system energi tersebut adalah Laktat. Sehingga ada tiga macam sistim energi yang ada pada tubuh kita dan salah satunya sistim energi dengan menggunaka udara/oxygen yang bisa disebut dengan sistim energi Aerobik sedang yang dua tanpa menggunakan sistim tanpa oxygen yang sering disebut Anaerobik. Didalam Anaerobic ini ada dua macam sistim yaitu sistim energi Anaerobik Alaktat yaitu sistim penyimpanan dan permulaan yang tidak memerlukan oxigen dan tanpa menghasilkan asam laktat dan yang kedua adalah sistim energi Anaerobik Latat yaitu sistim ini tak memerlukan oksigen akan tetapi menghasilkan asam laktat. ( IAAF, 1993:20).
b. Sumber Energi bagi Atlet Renang Peni K.S. Mutalib (1993 : 12) menyatakan di dalam tubuh terdapat suatu zat kimia yang membuat otot dapat berkontraksi atau berrelaksasi. Zat tersebut adalah Adenosin trifosfat atau ATP. Zat ini merupakan suatu senyawa yang selama aktifitas otot diubah menjadi Adenosin difosfat atau ADP. Secara sekematis proses tersebut bisa digambarkan sebagai berikut : ATP
ADP + Energi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bagaimanapun jumlah ATP di dalam otot terbatas, dan jika terjadi sesuatu,sumber energi ini akan segera habis. Untunglah ada sejumlah sistim bantuan didalam otot yang secara konstan membentuk kembali ATP dari ADP yang sudah ada sehingga jumlah ATP tetap cukup bagi otot untuk melanjutkan aktifitas tersebut. Sistim bantuan yang pertama adalah keratin fosfat, kretain fosfat adalah zat yang ada dalam jumlah kecil yang dapat dengan sangat cepat mengubah kembali ADP menjadi ATP. Secara skematis bisa dilihat bahwa : Kreatin Fosfat + ADP
Kreatin + ATP.
Akan tampak bahwa sistim bantuan ini juga dapat menawarkan solusi yang tahan lama. Setelah periode waktu yang sangat pendek dan praktis seluruh kretin fosfat yang ada diubah menjadi keratin. Saat itu penyediaan energy dari sumber ini tak lagi mungkin. Penyediaan jumlah ATP yang langsung tersedia adalah cukup untuk kira-kira 1-2 detik aktifitas maksimum, dan jumlaah keratin fosfat habis setelah kira-kira 6-8 detik. Suatu solusi yang tahan lama, tidak dibatasi waktu, diberikan oleh sistim bantuan yang membakar bahan makanan. Membakar berarti : oksidasi terhadap bahan makanan, terutama karbohidrat dan lemak. Zat-zat ini bersama-sama dengan zat bergizi yang lain dimasukkan dan disimpan dalam depot untuk dipakai pada saat diperlukan. Gudang lemak, dipandang sebagai penyedia energi, praktis tak terbatas. Hal ini tak berlaku pada karbohidrat seperti gula, tepung dan glukusa. Zat-zat ini disimpan sebagai Glikogen, terutama dalam hepar dan otot-otot. Jumlah yang disimpan mungkin sangat berfariasi tetapi umumnya cukup untuk paling kurang 1 jam Eksersi maksimum. Pembakaran lemak disajikan secara sistimatis bisa dilihat seperti ada diskema beriut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lemak + oksigen + ADP
karbon dioksida + ATP + air
Karbon dioksida yang terbentuk dengan cara ini dihembuskan keluar lewat paru-paru. Pembakaran karbohidrat agak lebih kompleks dan ada dua reaksi yang berurutan yang secara sistimatis bisa dilihat sebagai berikut : Fase 1 : glukosa + ADP
laktat + ATP.
Fase 2 : laktat + oksigen + ADP
Karbon dioksida + ATP + air
Untuk fase 1 adalah sistim energi tanpa oksigen sedangkan untuk fase yang ke 2 adalah sitem dengan mengunakan oksigen. Latat ( juga disebut asam latat ) yang terbentuk sebagi hasil antara pada latihan yang ringan langsung diubah pada fasse ke 2 sehingga hasil akhirnya adalah : glukosa+oksigen+ADP
karbon dioksida+ ATP+ air.
Pada perlakuan yang selama ini dilakukan dengan cara berrenang gaya bebas 25 meter dengan ketentuan 5 kayuhan dengan berrenang yang menggunakan sistim energi aerobic dan 20 meter dengan menggunakan sistim anaerobic ini diharapkan agar para testi sudah terbisaa untuk merubah sistim energi yang ada dan pada kompetisi untuk peningkatan prestasi diharapkan untuk berusaha dengan sekuat kemapuananya untuk berlomba pada urutaan yang pertama.
1) Produksi ATP
Gambar . 18 : Pecahnya ATP selama kontraksi otot berubah menjadi ADP
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Pate R. Clenaghan Mc . (1993 : 237)
Kontraksi otot disertai dengan pecahnya ATP. ATP setiap saat disebut tenaga peredaran sel, terdapat dalam serabut otot dan sebagai sumber tenaga mendadak untuk kegitan otot. Seperti diperlihatkan dalam gambar 9 tiap molekul ATP berisi dua ikatan fosfat energi tinggi. Ikatan kimia ini menggambarkan kembali suatu pusat energi potensial yang dapat diubah menjadi energi kinetik. Selama kontraksi serabut otot dengan energi tinggi dari banyak molekul ATP dipecah. Proses ini sering disebut proses untuk memperbanyak ATP sedangkan pecahan-pecahan dari ikatan ini mempermudah suatu kegiatan enzim yang terletak pada ujung jembatan persimpangan miosin. Apabila ATP dipecah energi disimpan dalam ikatan-ikatan kimia yang berguna untuk menggerakan jembatan persimpangan miosin. Gerakan pada jembatan miosin inilah yang menyebabkan serabut-serabut otot menghasilkan suatu tegangan dan memendek. Jadi kontraksi otot melibatkan perubahan bentuk dari energi kimia berubah bentuk menjadi energi mekanik jadi ATP bisa diperbanyak dengan adanya proses ini yang digunakan untuk menambah bahan bakar gerakan tubuh manusia. Jadi fosfat keratin yang berisi pengikat fosfat energi tinggi dapat memberi tenaga untuk memperbaharuhi ATP dan ATP Fosfat organic. (Pate R. Clenaghan Mc, 1993 : 237).
2) Sistim Energi An-Aerobik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar. 19. Sistimmatis Energi An-Aerobic Sumber : Pate R. Clenaghan Mc. (1993:238)
Dalam kegiatan berolahraga seringkali diminta untuk terus menerus untuk berlatih dalam kurun waktu yang cukup lama. Dalam keadaan yang demikian
lorong
untuk
metabolisme untuk sistim energi an-aerobic dimana dari sistim energi itu tadi yang lorongnya menggunakan karbohidrat yang tersimpan yang akan membentuk glikogen, sebagai bahan pokonya untuk kontraksi. Sistim Energi An-aerobic meliputi suatu rangkain reaksi kimia yang melepaskan energi dari molekul glikogen. Energi ini digunakan untuk memperbaharui ATP, yang sebaliknya digunakan dalam kontraksi otot. Sistim Energi An- Aerobic, termasuk fosfat kreatin dan saluran glikolitik yang tanpa oksigen dapat berfungsi dalam tenaga untuk kecepatan yang tinggi tetapi menunjukan kapasitas yang terbatas. (Pate R. Clenaghan Mc, 1993:238). Proses Resintesis ATP dari Glikolisis An –aerobic adalah : ( C6H2O6 )n (glikogen)
3 ATP
2C3H6O3 + energi (asam laktat )
3 ADP+3Pi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selama latihan, penggunaan ATP dari glikolisis Anaerobic sebenarnya kurang dari 3 mole ATP seperti tampak pada contoh diatas . Alasannya adalah selama latihan berat, otot dan darah hanya mampu mengumpulkan 60- 70 gram asam laktat sebelum timbul kelelahan. Apabila seluruh 180 glikogen bisa dipecahkan secara An-aerob selama latihan maka akan terbentuk asam laktat 180 gram asam latat dapat dibentuk.
3) Sistim Fosfat Kreatin
Fosfat keratin menurut Pate R. Clenaghan Mc adalah suatu zat seperti ATP yang berisi tentang fofat energi tinggi. Tidak seperti ATP, Fosfat keratin tidak digunaka secara langsung untuk menggerakan kontraksi otot akan tetapi digunakan untuk memperbaharui ATP. Karena berada di dalam serabut otot oleh karena itu dibutuhkan hanya reaksi kimia tunggal untuk memindahkan pengikat energi ke ATP , sistim fosfat kreatin dapat berfungsi dengan cepat. Dengan demikian tenaga dari sistim fosfat kreatin sangat tinggi untuk sistim ini sangat berguna untuk membangkitkan kegiatan fisik yang jangka nya tidak lama namun memerlukan intensitas yang begitu maksimal. Sangat cocok apabila digunakan untuk olahraga yang menggunakan kecepatan.
c. Latihan untuk Atlet Renang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
M. Furqon (1995 : 3) mengatakan bahwa, “Latihan adalah suatu proses yang direncanakan dalam kurun waktu tertentu atlet itu bias mengembangkan stantdard penampilan yang makisimal ”. Latihan atau Training bisa dilihat dari tingkat begitu banyak olahragawan yang mencapai mutu prestasi yang luarbisa. Sebelumnya sangat sulit untuk dibayangkan oleh atlet renang dan sekarang telah menjadi hal yang lumrah atau sudah bisa. Surve membuktikan dengan adanya sejumlah olahragawan yang kini terus meningkat dikarenakan adanya latihan yang kontinyu dan itu merupakan suatu proses dimana antara yang satu dan yang lain saling keterkaitan tentang sistim energi baik itu tentang ketrampilan gerak, dan segala yang mendukung akan peningkatan suatu prestasi yang ditinjau dari prestasi yang terdahulu . Tujuan utama dari latihan atau training adalah untuk membantu atlet untuk meningkatkan ketrampilan dan prestasi yang semaksimal mungkin. Untuk mencapai itu ada empat aspek yang harus diperhatikan dan perlu mendapat perhatian khusus yang meliputi : 1. Latihan fisik 2. Latihan teknik 3 .Latihan tatik 4 .Latihan mental
1) Latihan Fisik (Physical Training) Dengan latihan yang kontiyu atau tetap latihan (berolahraga) akan memperkuat seluruh anggota tubuh maupun faal organisme. (Engkos Kosasih, 1993:21). Proses kerja yang harus dilakukan secara sistimatis, berulang-ulang dan jumlah beban yang diberikan semakin hari semakin meningkat. Penting diketahui bahwa pertumbuhan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sel-sel otot, membutuhkan latihan dalam waktu yang lama. Dengan melakukan kegiatan latihan yang sistimmatis dan kontinyu, melalui pengulangan yang konstan organ mekanis neurophysiologis akan menjadi lebih baik. Perkembangan kondisi fisik yang menyeluruh amatlah penting, oleh karena tanpa kondisi fisik yang baik seorang atlet tidak akan bisa mengikuti latihan –latihan dengan sempurna. Meningkatnya kemampuan fisik dengan pertumbuhan dan perkembangan akan menghasilkan kelebihan mekanik dan berbagai ketrampilan olahraga renang, sedangkan berat tubuh meningkatkan kapasitas kerja otot dengan demikian persilangan otot yang semakin kuat dan seimbang, demikian juga pada mitochondria akan semakin meningkat untuk kapasitas bahan baku sehingga keluaran energinya semakin banyak volumenya maka akan semakin kuat penampilan perenang dan semakin baik pula. Faktornya yang tergantung pada kekuatan secara progresif akan tergantung pada perkembangan fisiknya. Beberapa komponen fisik yang perlu diperhatikan untuk dikembangkan adalah ; daya tahan kardiorespirasi, daya tahan otot berkontraksi, daya tahan kekuatan, kelentukan, kecepatan, kelincahan, serta kekuatan, komponen-komponen yang tersebut diatas yang perlu diperhatikan oleh seorang atlet. Selain itu pada tahap pengaturan program latihan fisik bisa dikembangkan secara berikut : a) Pada tahap pertama bisa mencakup persiapan untuk fisik umum yang meliputi, daya tahan otot, daya tahan kardiorespirasi, daya tahan kekuatan ini bisa dikembangkan melalui renang yang bertujuan untuk memperkuat daya tahan misalkan dengan berrenang jarak jauh mulai dari 500 meter - 2000 meter dengan stroke . b) Pada tahap kedua ini mencakup latihan fisik untuk peralihan sistim energi dari Aerobic menjadi Anerobic bisa disebut ( energi split ), daya tahan kecepatan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelentukan, kelincahan serta kekuatan ini bisa dikembangkan melalui renang endurence 500 meter kemudian iterval dengan waktu sampai berapa waktu yang ditempuh untuk menyelesaikan 500 meter kemudian disambung dengan renang jarak pendek
apabila
ada
target
untuk 50 meter berarti harus
berrenang dengan 25 meter sprint dan istirahat sesuai dengan waktu yang ditempuh untuk 25 meter dilakukan per 1 set adalah 4 kali melakukan. 2) Latihan Teknik Definisi Latihan teknik Pola-pola gerakan yang khusus untuk suatu cabang olahraga dan telah dikembangkan selama berpuluh-puluh tahun dari pelaksanaan
kompetisi dalam
upaya memperbaiki penampilan si atlet . (M. Furqon, 1995:107). Andi Suhendro (2002:35) mengatakan,” Latihan teknik adalah latihan yang ditekankan pada upaya menyempurnakan teknik-teknik dasar gerakan yang diperlukan dalam cabang olahraga tertentu yang diperlukan oleh atlet tersebut. Latihan teknik ini juga diperlukan untuk mengembangkan kebisaaan motorik dan neutromuskular dan juga latihan ini sudah mengarah kepada kekhususan untuk melahirkan teknik gerakan olahraga tertentu ”. Teknik merupakan blok-blok dari bangunan dasar dari tingginya prestasi dan merupakan cara yang paling efisien dan sederhana dalam memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dan masih dibenarkan dalam lingkup peraturan olahraga. (IAAF , 1993:115) Yang dimaksud latihan teknik adalah suatu bentuk usaha memperbaiki teknik-teknik gerakan yang diperlukan, seperti gerakan ambil nafas, tarikan dan dorongan, pukulan kaki, proses pembalikan bagi seluruh gaya berrenang. Untuk mampu melakukan itu semua dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cepat dan benar perlu dengan latihan secara terus-menerus agar pada waktu yang dibutuhkan gerakan seperti pembalikan, ambil nafas, tarikan dan dorongan secara betul serta kepakan kaki ini ototmatis akan keluar dengan sendirinya untuk itu latihan teknik adalah sebuah latihan yang sangat mendasar pada olahraga pada cabang apapun. Atau bisa dikatakan suatu latihan yang khusus guna membentuk dan memperkembangkan kebisaaan-kebisaaan motorik atau perkembangan neourovaskuler. Kesempurnaan teknik dasar dari suatu gerakan renang adalah sangat tidak mudah untuk di kuasai dikarenakan adalah didalam berrenang tumpuan hanya pada air berarti non gravitasi dan gerakan pada olahraga berrenang keselurahan gaya harus berprinsip seperti pada jarum oleh karena itu diperlukan latihan yang terus menerus untuk mendapat gaya apung dan kesempurnaan gerak. Oleh karena itu gerak-gerak dasar
setiap
bentuk teknik
sangat diperlukan dalam olahraga berrenang haruslah dilatih dan dikuasai secara sempurna seperti gaya bebas, gaya punggung, gaya kupu-kupu dan gaya dada. 3) Latihan Taktik Menurut Djoko Pekik Irianto (2002:90) untuk, ” Memenangkan pertandingan diperlukan cara secara sportif, sebab terkandang suatu tim memiliki keunggulan fisik dan teknik namun tidak menerapkan cara bertanding yang baik maka akan berakhir dengan kekalahan “. Andi Suhendro (2002:35) mengatakan,” Latihan taktik latihan yang dilakukan untuk memupuk serta mempertajam dari interprestasi para atalit”. Latihan taktik harus dilakukan untuk dan terus menerus dilakukan untuk menghasilkan agar siatlet bisa berpikir untuk mengadakan pola-pola tertentu untuk lajunya semakin cepat. Latihan tatik adalah untuk menumbuhkan perkembangan interpretive atau daya tafsir pada atlet. Teknik-teknik gerakan yang telah dikuasai dengan baik, kini haruslah dituangkan dan diorganisir dalam salah satu gaya yang tekniknya sudah diberikan, bentuk-bentuk tatik tentang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyimpanan oksigen, bentuk luncuran, bentuk tarikan dan dorongan, bentuk kepakan kaki dan bentuk kelentukan tubuh ini harus diorganisasikan sehingga muncul sesuatu tatik yang baru untuk berrenang dengan secepat-cepatnya guna mencapai garis finis yang lebih awal. 4) Latihan Mental ( Psycological training ) Perkembangan atlet tidak kurang penting dari perkembangan ketiga factor tersebut diatas sebab betapa sempurna perkembangan fisik, dan tatik, apabila mental tidak ikut berkembang prestasi tinggi tidak mungkin dicapai . Menurut Sugiyanto (1998;299) mengatakan ,” Mental adalah pikiran jadi kemampuan mental juga kemampuan untuk berpikir ”. Didalam kemampuan mental ini termasuk juga kemampuan imajinasi. Fungsi mental erat hubungannya dengan fungsi fisik dan fungsi emosi dengan demikian kemampuan mental juga berpengaruh terhadap terciptanya sesuatu gerakan yang efisien. Latihan-latihan mental yang lebih menekankan pada perkembangan kedewasaan ( maturitas ) atlet serta perkembangan emosional misalnya semangat bertanding, sikap pantang menyerah, meskipun berada dalam situasi stress, sporttifitas, percaya diri kejujuran dan sebagainya. Latihan mental ini bisa dikembangkan melalui latihan uji coba dengan club yang lain, kompetisi renang, dan pemberian pedoman kepada atlet tentang cara bagimana mengatasi suatu kekalahan, dan mengatasi perasaan yang berbunga-bunga karena pada saat pertandingan penampilanya mencapai pada puncak performance supaya tidak sampai larut kedalam kegembiraan. d. Program Latihan Untuk Atlet Renang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sugiyanto (2007:68) mengatakan, “ Dengan program latihan dimungkinkan seorang pelatih melakukan tugasnya secara teratur dan
sistimmatis terencana untuk mencapai sasaran
latihan melalui tahap-tahap yang di inginkan “. Dalam perencanaan latihan olahraga renang untuk prestasi dikenal beberapa tahapan latihan dalam hal ini yang harus dipunyai oleh seorang pembina, instruktur, guru renang adalah beberapa dari masing–masing program latihan diantaranya adalah: 1. Program latihan jangka panjang . 2. Program latihan jangka menengah. 3. Program latihan jangka pendek.
1) Program Latihan Jangka Panjang untuk Atlet Renang Latihan merupakan proses jangka panjang, diperlukan waktu bertahun-tahun untuk menciptakan atlet yang berprestasi baik tingkat nasional ataupun internasional. (Sugiyanto, 2007:68). Latihan merupakan proses jangka panjang, diperlukan latihan secara berkelanjutan tidak ada latihan langsung bertanding dan menang diperlukan bertahun-tahun antara 7-12 tahun ( pemula mulai mengenal air ) dimulai dari usia dini dari atlet renang baru kenal dengan air sampai dengan masa emasnya atau usia klimaks prestasi. Proses
pencapaian prestasi tinggi dengan
waktu singkat atau pendek hanya dapat dicapai oleh atlet yang memiliki bakat istimewa itupun seribu satu karena tidak ada sang juara itu bukan dilahirkan namun dengan berlatih secara kontinyu dan displin disamping talenta atlet. Atlet yang dilatih secara Spartan mungkin dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mencapai prestasi tinggi namun hanya bertahan dalam jangka waktu yang pendek oleh karena droup out oleh karena cedera atau dikarbit (burn out ). 2) Tahapan Dasar untuk Seorang Atlet Renang Pemula Latihan pada usia dini berupa latihan-latihan dasar sebagai fundamental yang kuat untuk mencapai prestasi puncak pada usia emasnya. Latihan dasar merupakan tuntutan mutlak agar atlet dapat menggunakan potensi untuk menjadi juara waktu yang diperlukan minimal 3 tahun dengan tujuan : a. Menumbuhkan rasa senang terhadap air atau adaptasi sehingga si atlet sudah terbiasa dan mampu untuk mengatasi jika terjadi dengan hal yang tidak diinginkan. b. Memberikan pengayaan gerak melalui olahraga renang biarpun itu masih dalam taraf pemula seperti diberi games polo air hanya di tempat yang dangkal ini bertujuan untuk memberikan gerakan berrenang dengan benar. c. Meningkatkan kondisi umum : kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelenturan dan koordinasi ( tidak dengan latihan beban yang berat ) d. Penguasan teknik dasar yang benar sesuai dengan olahraga renang. e. Memberikan latihan ketrampilan dasar berrenang. f. Pengembang daya intektual atau kecerdasan. g. Menanamkan sikap mental untuk mendukung prestasi puncak, displin, tekun, tabah, kemauan keras, semangat tinggi , keberanian, sosial, perhatian, dan konsentrasi tinggi . 3) Tahapan Menengah untuk Atlet Yunior pada Renang
commit to user
Formatted: Indent: Left: 0.69", Hanging: 0.2", Tab stops: 0.89", Left
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Latihan pada tahapan ini merupakan kelanjutan pembinaan tahapan dasar. Usia atlet pada tahapan ini merupakan usia puberitas, sehingga mudah goyah. Isi dan arahan tahapan menengah yaitu : a.
a. Meningkatkan kondisi fisik sesuai dengan kebutuhan olahraga renang.
b.
b. Meningkatkan konsep gerak sesuai dengan olahraga renang.
c.
Formatted: Indent: Left: 0.5", No bullets or numbering, Tab stops: 0.3", Left
Meningkatkan kemampuan koordinasi gerak yang komplit mulai gerakan kepakan
kaki, ambil nafas, tarikan dan dorongan tangan. d. Melatih teknik dengan taraf kesulitan lebih tinggi dari teknik dasar stroke dari gaya bebas, kupu-kupu, punggung dan dada mulai dari tarikan tangan, kepakan kaki, kelentukan punggung. e. Meningkatkan ketrampilan atau skill. f.
Memberikan
ilmu
dan
taktik
untuk
mengembangkan
daya
piker
dan
kreatifitas. g. Menanamkan hidup sehat. h. Menanamkan rasa percaya diri.
4) Tahapan Lanjut Untuk Atlet Senior pada Renang Tujuan latihan pada tahap ini untuk mencapai prestasi setinggi mungkin dan mempertahankan prestasi puncak selama mungkin oleh karena itu dalam aktivitas
pada
olahraga renang selalu terjadi kebutuhan yang komplek dan terkait antara satu dengan yang lain maka terjadilah inter-relasi dari kebutuhan dari masingmasing unsur terutama pada kondisi fisik sebab hubungan yang signifikan adalah pada kontraksi otot. Oleh karena itu pada latihan untuk atlet yang sudah senior latihannya harus terfokus pada
commit to user
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.79" + Indent at: 1.04"
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
salah satu gaya yang menjadi spesialis untuk atlet renang dan ditambah dengan
latihan
pengembangan unsur-unsur kondisi fisik terutama pada kecepatan menurut (Mochamad Sajoto ,1998:58) mendefinisikan tentang kecepatan kemampuan seorang dalam melakukan gerakan berkesinambungan, dalam bentuk yang sama dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Sedangkan menurut U. Jonath, E. Haag, R. Krempel (1986:102) berpendapat bahwa secara psikologis dapat diartikan kemampuan yang berdasar atas kemudahan bergerak untuk proses sistim syaraf dan otot penggerak dalam waktu-waktu tertentu. M. Furqon H
(1995:62) kecepatan adalah : Kualitas kondisional yang
memungkinkan seorang atlet untuk bereaksi secara cepat bila dirangsan untuk melakukan gerakan secapat mungkin. Andi Suhendro (2002:420) bahwa kecepatan adalah: Hasil gerak yang diakibatkan oleh kontraksi otot. Hal ini menunjukan bahwa tipe otot yang dimiliki menentukan kemampuan dan pengembangan kecepatan individu. Pada manusia terdapat dua tipe otot yaitu: (1) otot merah ( slow twitch fibers) dan (2) otot putih (fast twitch fibers). Otot merah memiliki banyak pembuluh kapiler dan berisikan mitokondria dan juga berisi banyak miglobin sehingga otot tersebut memiliki kapasisitas aerobic dan tidak mudah mengalami kelelahan. Sedangkan otot putih memiliki banyak kapasitas glycotik enzymes yang tinggi sehingga otot tersebut sangat cocok untuk olahraga yang menggunaka gerak cepat. Dalam hal ini otot putih lebih cepat mengalami tingkat kejenuhan dibandingkan dengan otot merah. Jadi pengembangan untuk latihan kecepatan dan segala unsur yang mendukung segala unsur pada gerakan renang bisa dikembang seperti dibawah ini : 1. Kecepatan dengan daya tahan menjadi daya tahan kecepatan ( speed endurence ) misalkan dengan pemberian pada beban perlawanan untuk atlet renang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Kecepatan dan kekuatan menjadi kekuatan kecepatan ( kekuatan) misal dengan pemberian latihan beban pada atlet renang, beban yang harus diberikan kepada atlet. Untuk melatih jarak cepatnya harus diberi fin pada kaki dan pedle pada tangan. Untuk jarak 200 meter kegunaannya untuk jarak target pada renang 100 meter jadi perbandingannya antara jarak target dan jarak latihan harus 1 : 2 . 3. Unsur – unsur fisik yang lain yang merupakan pengembamgan dari unsur fisik yang lain seperti pengubahan dari sistim energi An aerob menjadi sistim energi Aerob misalkan perenang berrenang dengan jarak 100 meter kemudian tiap 8 kayuhan berrenang dengan santai yaitu menggunakan sistim Aerob kemudian berrenang dengan secepat mungkin sampai pada jarak 50 meter yaitu dengan sistim energi An-aerob kemudian untuk 50 meter yang kedua sama dengan 50 meter yang pertama dan kemudian beristirahat selama waktu yang ditempuh dengan jarak 100 meter. Ini baru 1 set kemudian diulangi lagi sampai 5 set pengulangan.
( 21 tahun keatas ) nasional
thp latihan tingkat tinggi kompetisi internasional
……………………….…..…… Sekolah /cllub renang cabang Club (15-17 thn )
Prestasi Tinggi
akhir dari sebuah prestasi
tahap
…………….…………………..... awal pada latihan pada Olahraga pilihan
Spesialisasi sekolah / penjas (8-14 tahun ) pengembangan
tahap dasar Pembinaan multilateral
kegembiraan berrenang –rohani-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sosial
Gambar 20. Tahapan usia atlet Sumber, Sugiyanto ( 2007 : 69 )
e. Program Latihan Jangka Menengah untuk Atlet Renang Program jangka menengah adalah suatu program yang disusun berdasarkan pada tiap tahap latihan sehingga setiap klub mempunyai tahap atlet dengan lapisan yang jelas. (Sugiyanto, 2007:70). Progam yang dirancang disesuaikan dengan tahap latihan atlet masuk ke klub renang sehinnga setiap kelompok latihan atau club renang memiliki batasan atau lapisan tentang atlet renang yang jelas diklasifikasikan berdasarkan mulai latihan renang sehingga kalau demikian bahwa latihanlah yang memberi batasan-batasan yang jelas. Dengan menggunakan tahapan ini dapat dibedakan antara yang pemula, yunior, dan senior, tahap yang lebih awal merupakan sebuah batu loncatan untuk menuju ke tahap yang berikutnya. Tahap jangka menengah ini juga merupakan dasar menyusun dalam penyelenggaraan kompetisi dapat disesuaikan dengan tahaptahap pembinaannya. Pada tahap ini masih di program oleh pelatih masih bersifat kebersamaan, sosial, jadi tidak ada seorang atlet renang yang memliki sifat individual dan pada pengenalan aturan renang yang masih sederhana. Sedang pada tahap lanjutan atlet renang sudah mengikuti suatu pertandingan yang resmi. Untuk tahap program latihan jangka menengah bisaanya atlet renang di beri dengan drill yang bersifat pembetualan gaya disamping itu si atlet disuruh mencari dengan cara sendiri untuk cepat sampai ke garis finis tanpa meninggalkan apa yang telah diberikan oleh pelatih dan harus sesuai aturan pada PRSI.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Program Latihan Jangka Pendek untuk Atlet Renang Program jangka pendek biasanya diimplemntasikan dalam program tahunan (sebuah periodesasi) atau program latihan tahunan. Program jangka pendek inilah yang menjadi ujung didalam program latihan secara keseluruhan. Dalam program jangka pendek yang dikenal dengan periodesasi yang dibagi menjadi beberapa periode latihan yaitu : periode persiapan, periode kompetisi, dan periode transisi. Bompa (1986:102) menyatakan bahwa periode persiapan ini seseorang berusaha untuk mengembangkan kerangka umum fisiknya, teknik, tatik dan persiapan psikologisnya untuk menghadapi pertandingan. Periode persiapan dibagi menjadi dua fase yaitu pra kompetisi dan fase kompetisi utama (main compotesion). Sebagai priodesasi dapat dilihat sewaktu akan fase persiapan yang dipersiapkan adalah daya tahan fisik, daya tahan kekuatan dan yang terpenting adalah daya tahan untuk kardiorespirasi adalah persiapan untuk umum kemudian menuju kepersiapan yang lebih khusus. Dan yang harus dipersiapkan dalam renang dengan daya tahan fisik, drill kaki dengan beban( menggunakan kaki katak atau fin), drill tangan dengan beban (menggunakan peadle), renang sprint kemudian untuk kekuatan seluruhnya latihan dengan berbeban terbalik. Untuk menyempurnakan gaya rangkaian dari diagram dibawah ini ada priodesasi mulai dari satu siklus besar dalam satu tahun bisa itu terdiri dari satu puncak dan bisa itu juga terdiri dari dua puncak dan dapat pula dari tiga puncak.
Tabel 1 Program Latihan Jangka pendek PERSIAPAN
KOMPETISI Main
TRANSISI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Persiapan Umum
Persiapan Khusus
a.Renang daya tahan kecepatan
1.Daya tahan
b.Drill ayunan kaki c.Drill ayunan tangan
a. renang sprint 25 m ulangi 4 kali. Baru satu set b.Renang interval 1 menit
2.Daya tahan sprint sampai jarak kolam
kecepatan
ulangi 5 kali.
a.Drill
kayuhan
tangan
dibebani ulangi 8kali .
3.Kekuatan b. Drill kepakan kaki berban ulangi sebanyak 8 kali
digilib.uns.ac.id
Pre Kompetisi
a.Sprintjarakpendek. b.Kombinasi dengan gerakan renang gaya yang lain. c.Pengambilan waktu H-7hari. d.pengambilan waktu H-1. a.Sprintjarakpendek. b.Kombinasi dengan gerakan renang gaya yang lain. c.Pengambilan waktu H-7hari. d.pengambilan waktu H-1.
a.Sprintjarakpendek. b.Kombinasi dengan gerakan renang gaya yang lain. c.Pengambilan waktu H-7hari. d.pengambilan
Kompetisi
Hasil selama
Evaluasi dan
latihan
regenerasi gerakan
Hasil selama
Evaluasi dan regenerasi
latihan
gerakan
Hasil selama
Evaluasi dan regenerasi
latihan
gerakan
waktu H-1.
1) Periode Persiapan Periode persiapan adalah awal periode dimana memerlukan waktu yang paling panjang dari periode yang lain. Pada periode persiapan program latihan untuk atlet renang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dikembangkan melalui pengembangan volume latihan yang bergerak dengan presentase yang semakin naik lebih dahulu daripada intensitas latihan, volume untuk renang semakin ditingkatkan dan mencapai puncaknya pada pertengahan fase persiapan khusus dan kemudian menurun sampai pada periode kompetisi dan transisi . Sedangkan intensitas latihan meningkat pelan-pelan dibawah garis volume pada persiapan umum pada persiapan khusus pertengahan dimana volume mulai menurun, garis intensitas meningkat sehingga menjadi sama dan kemudian lebih tinggi dari pada garis volume. Isi latihan pada fase persiapan umum cenderung berisi mengenai teknik dasar untuk berrenang atau perbaikan teknik tentang gerakan tangan yaitu yang meliputi gerakan tarikan dan dorongan, kelentukan, pengambilan nafas. Pembinaan kondisi fisik diarahkan pada kondisi otot pada tangan, kaki, pinggang dan seluruh tubuh, pembinaan kondisi fisik juga diarahkan pada cardiovascular dan alat respirasi. Fase persiapan umum merupakan fase yang mendasari fase-fase selanjutnya. Pada fase persiapan khusus, isi latihan mulai mengarah pada pembangun otot khusus yang harus sesuai dengan gerakan olahraga renang.
2) Periode Kompetisi Periode kompetisi atau pertandingan menurut Bompa (1990:82) yang diterjemahkan oleh Sarwono menyatakan menyempurnakan semua factor latihan berarti memberikan kepada atlet untuk memperbaiki performance sekaligus supaya dapat bertanding yang sangat bagus dan sukses pada pertandingan itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada periode kompetisi volume latihan semakin menurun, namun intensitas latihan semakin mendekati puncak. Ini berarti bahwa latihan berroreantasi pada kompetisi yang dihadapi oleh atlet renang biasanya hanya diberikan untuk sprint traning sesuai jaraknya sampai 5 kali kemudian baru sprint untuk menuju ke sprint pendek diselingi dengan istirahat yang berjarak ¼ ½ ini, dari jarak yang ditentukan dilomba itu sesuai dengan jarak yang ditempuh dan itu yang dijadikan istirahat kemudian sprint sampai 5 kali atau 8 kali. Pada fase prekompetisi, atlet sering mengadakan uji coba sehingga kematangan masa pertandingan semakin meningkat dan juga menimbulkan rasa percaya diri semakin meningkat atau semakin tebal. Fase ini menjadi pengantar kekompetisi utama dimana semua kemampuan fisik, mental, teknik, dan taktik para atlet dimunculkan secara optimal pada kompetisi utama.
3) Periode transisi Djoko Pekik Irianto ( 2002:108) periode transisi adalah: Untuk mempertahankan kualitas fisik, teknik dan tatik serta mengembalikan kondisi olahragawan dan bentuk latihannya bukan cabang olahraga yang ditekuninya. Periode transisi merupakan suatu periode yang terpendek, dimana atlet diberi kesempatan untuk melakukan regenerasi dari gerakan selain olahraga renang misalnya polo air jadi beban latihan yang telah dilaksanakan selama pada masa fase sebelumnya untuk paling lama 3 kali latihan. Isinya latihan bisaanya pada latihan istirahat aktif dengan melakukan kegiatan gerak yang menyenangkan yang bukan cabang olahraganya.
Persiapan Pers. Umum
Pers. Khusus
Kompetisi Pre. Kompetisi
Transisi
Main. Komp
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Ket. Volume : ---------------------
digilib.uns.ac.id
intensitas :
Gambar 21 : Volume dan Intensitas Latihan Sumber : Teori Kepelatihan dasar ,( 2007;79 )
a) Siklus Mikro Secara etimologis, istilah mikro diambil dari bahasa yunani berarti kecil sedangkangkan istilah latin siklus adalah serangkaian fenomena yang terjadi secara teratur pada suatu program. Sugiyanto (2007:72) mengatakan,” Siklus mikro adalah bagian dalam periode dan fase latihan yang diimplementasikan dalam program latihan mingguan, siklus mikro ini sesuai dengan periode fase dalam periodesasi dalam latihan” . Dalam diagram periodesasi siklus mikro dapat dinotasikan pada bagian atas latihan sebagai berikut : Pebruari
Maret
April
Persiapan Persiapan Umum
Mei
Juni
Kompetisi Per Khusus
Pre Komp
Juli Transisi
Main Komp
Fisik Teknik Taktik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mental
Gambar 22. Periodesasi dengan kerangka waktu (bulan dan Minggu ) Sumber :, Teori Kepelatihan dasar ,( 2007;79 )
Dari gambar diatas bisa lihat pada bulan pebruari terdapat 4 minggu yaitu minggu pertama sampai minggu ke 4. Ini berarti bahwa bulan januari terdapat sampai 4 mikro. Sedangkan periode persiapan dimulai pada bulan pebruari sampai bulan april minggu ke dua. Pada dasarnya siklus mikro (program Latihan mingguan ) terdiri dari sisi latihan atau latihan harian . Program latihan mingguan disusun setiap minggu dengan mempertimbangkan beberapa hal. Program latihan mingguan bermanfaat untuk menentukan jumlah hari latihan perminggu (frekunsi
latihan ). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun program latihan perminggu adalah sebagai berikut :
1. Usia kronologis dan usia perkembangan adalah merupakan unsur yang harus diperhatikan dalam proses berlatih terutama mental. 2. Periode dan fase ini harus sesuai dengan intensitas latihan 3. Pengaturan beban latihan ini disesuaikan dengan tingkat usia.
Untuk memberikan ilustrasi beban latihan selama 7 minggu dapat dilihat pada Heavy
*
Medium
*
Ligth Rest
*
* Ming 1 ,
Ming 2,
Ming 3,
* Ming 4,
Ming 5,
Ming 6,
Ming 7
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 23. Ilustrasi Beban Latihan Selama 7 Minggu Sumber : Sugiyanto ( 2007;74 )
Dan per minggu ada 3 hari latihan untuk perminggu,1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, pada hari pertama dan kedua.
Heavy
*
*
Medium Ligth Rest
*
*
*
Ming 1,
Ming 2,
Ming 3,
Ming 4,
Ming 5,
* Ming 6,
Ming7
Gambar 24. Grafik Latihan Beban Perminggu Sumber : Sugiyanto ( 2007;74)
Dari contoh gambar diatas menunjukan contoh beban latihan mingguan bagi atlet renang yang belum berpengalaman. Bagan latihan diatas menunjukan latihan pada periodesasi persiapan dengan frekuensi 4 hari latihan perminggu. Sedangkan bagan bawah menunjukan periode kompetisi dengan atlet bagi atlet renang yang sama 4 hari latihan. Gambar. 6 menunjukan beban latihan mingguan bagi atlet yang sudah berpengalaman. Bagan yang paling atas menunjukan latihan pada periode persiapan dengan frekunsi 3 hari latihan perminggu. Bagan dibawahnya menunjukan periode persiapan untuk atlet yang sama dengan frekuensi latihan 3 hari perminggu. Untuk masing-masing bagan dengan wujud latihannya adalah, untuk minggu 1, 2, 3, 4, 5 diberi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk driil kaki, tangan, kelentukan pinggang, kaki dan tangan kemudian memasuki jam latihan terakhir baru di adakan sprint, dan untuk minggu ke 6, 7 diadakan untuk daya tahan kecepatan. Sedangkan bagan yang paling bawah menunjukan atlet yang sudah berpengalaman pada periode kompetisi dengan frekuensi latihan 4 hari perminggu :
Heavy
*
Medium
*
*
Light
*
*
*
Rest
* Ming 1,
Ming 2,
Ming 3,
*
Heavy
Ming 4,
Ming 5,
*
Ming 6,
Ming 7
*
*
Medium *
Light
*
*
Rest Ming 1,
Heavy Medium
Ming 2,
Ming 3,
Ming 4,
Ming 5,
* *
Ming 6,
Ming7
* *
Light
*
*
*
Rest Ming 1,
Ming 2,
Ming 3,
Ming 4,
Ming 5,
Ming 6, Ming 7
Gambar. 25. Beban Latihan dalam Satu Minggu untuk Atlet . Sumber : Sugiyanto ( 2007;75)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selanjutnya rancangan beban latihan untuk atlet renang dalam satu minggu tersebut perlu di implementasikan dalam program latihan mingguan dengan pola yang telah ditentukan . b) Sesi Latihan Renang Sesi latihan adalah beban latihan yang diberikan kepada atlet dalam satu pertemuan yang terdiri dari satu atau lebih unit latihan (Sugiyanto ,2007: 76). Unit –unit latihan bisa berupa, unit latihan teknik untuk berrenang yang efisien, unit latihan fisik untuk atlet renang, unit latihan mental untuk atlet renang, atau gabungan dari beberapa unit latihan tersebut. Penyusunan
sesi
latihan
untuk
atlet
renang
harus
berdasarkan
gambar sesi latihan bisa diatur sebagaimana yang disampaikan secara berurutan dan cara tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pemanasan 2. Daya tahan fisik 3. Daya tahan kecepatan 4. Latihan mental, taktik dan teknik 5. Penenangan Formatted: Indent: Left: 0.98", No bullets or numbering
1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Koordinasi Teknik untuk berrenang
Kekuatan, Kecepatan, Kekuatan
Daya Tahan Kecepatan, Daya tahan Kecepatan
Kondisioning
Daya Tahan Umum
Gambar 26. Urutan beban untuk atlet renang pada sesi latihan. Sumber : Husein Argasasmita, Junusul Hairy, Mulyana, Muslim, Ria Lumintuarso dan Sugiyanto ( 2007;77 )
Dalam program latihan jangka pendek atau periodisasi terdapat tujuan yang sangat penting yaitu pemuncakkan prestasi untuk kecepatan berrenang. Pemuncakan prestasi yang disebut “peaking” merupakan suatu target latihan atau bisa disebut “ macrocycle swim “. Pemuncakan yang merupakan suatu periodisasi itu dapat terdiri dari target pencapaian prestasi berrenang dalam suatu periodisasi itu dapat terdiri dari satu makro ( satu puncak /mono cycle) dan bisa juga terdiri dari dua makro , atau bisa juga triple cycle.
Untuk mencapai tujuan utama dalam latihan, yaitu untuk memperbaiki prestasi tingkat trampil maupun unjuk kerja dari si atlet, diarahkan oleh pelatih untuk mencapai tujuan umum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
latihan. Tujuan yang utama ini dinyatakan dalam istilah yang lebih umum dengan harapan pembaca akan dapat memahami konsep ini secara keseluruhan . Renang gaya bebas unsur yang paling dominant adalah kekuatan dari kaki, tangan, kwalitas alat respirasi dan kardiovaskullar. Hal ini terlihat saat gerakan menarik dan mendorong air secara cepat, yang membutuhkan unsur kekuatan otot lengan begitu dominant dan yang searah dengan gerakan sehari-hari pada kita oleh karena itu didalam gaya bebas sering disebut dengan gaya anatomi dikarenakan gerakan sama dengan gerakan orang berjalan. Gerakan menarik dan mendorong air merupakan teknik dasar yang harus dikuasai perenang, karena dengan gerakan menarik dan mendorong air dengan cepat, perenang mendapat tenaga pendorong atau penggerak yang baik disamping sebagai pengaturan keseimbangan tubuh. Peningkatan kecepatan renang dipengaruhi oleh kwualitas otot yang dimiliki perenang. Untuk memperoleh hasil kecepatan renang yang maksimal, tentunya diperlukan kekuatan otot lengan dan juga semua kelompok otot yang mendukung gerakan renang. Dari sekian banyak kelompok otot yang berperan dalam gerakan – gerakan renang otot yaitu otot lengan, bahu, perut dan tungkai. Oleh karena itu diatas sudah diketahui tentang sekumpulan otot yang terakum menjadi satu pada otot lengan.
4) Metode Latihan untuk Renang Pada dasarnya latihan ini adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatan kekuatan otot sebagai reaksi dari beberapa bentuk latihan tahanan yang disebabkan oleh penyesuaian diri otot yang dilatih dan sistim saraf yang mengaturnya menurut (Pate R. Cleanaghan. M.c, 1993: 322 ). Untuk metode latihan ini banyak gerakan dari rangsangan peregangan otot secara mendadak supaya terjadi kontraksi yang lebih kuat sehingga dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meningkatkan daya esplosive kekuatan (daya ledak pada otot peregangan dan kekuatan kontraksi ). Latihan plyometrik adalah suatu metode untuk mengembangkan daya ledak ( Explosive kekuatan ), merupakan suatu komponen yang penting dalam dunia olahraga untuk prestasi. (Radcliffe dan Farentinos, 1985:1). Edward
Rahantokman
B.
(1988;123)
menyatakan
tentang
daya
ledak
anaerobic(plyometric) adalah,” Kontraksi dalam waktu yang singkat dan dengan intensitas yang terbatas dan terjadi dalam keadaan tanpa oksigen”. Husein Argasasmita, Junusul Hairy, Mulyana, Muslim, Ria Lumintuarso dan Sugiyanto (2007:62) metode latihan untuk kekuatan kecepatan dan beban utama adalah dirinya sendiri adalah plyometrics. Maka dari itu, dari beberapa metode latihan yang sesuai dengan cirri-ciri yang dikemukakan oleh beberapa ahli semua ada pada cirri-ciri untuk ke tiga metode latihan yang sesuai dengan inti dari penelitian ini. Ketiga metode latihan itu antara lain :
a) Wheelbarrow drill Pada gerakan Wheelbarrow drill menciptakan sesuatu lompatan yang dengan cepat dan itu terjadi pada seluruh otot lengan sehingga
mengakibatkan daya kontraksi yang
mengakibatkan gerak reflek renggangan atau disebut sebagai PLYOMETRIK oleh sebab itu penulis mengambil metode ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Gambar 27. Bentuk latihan Wheelbarrow drill Sumber: Lee Brown (1998 :139)
Latihan ini adalah untuk menciptakan daya ledak pada kekuatan otot lengan termasuk pada latihan plyometrics. Cara melakukan : 1. Dua orang yang mempunyai tujuan yang sama dan hanya bisa dilakukan tiga orang oleh tiga orang. 2. Yang satu memegang pada bagian tulang kering pada kaki testi. 3.
Yang
lain
tidur
tertelungkup
sambil
mengangkat
badan
dengan
tumpuan
kedua tangan. 4. Yang tidur tertelungkup tangan diluruskan sampai kedua siku lurus. 5. Kemudian berjalan hingga jarak yang telah ditentukan untuk kembali.
6.
Kasih
tanda
5
meter
dari
tangan
sipelaku
yang
sedang
melakuakan
wheelbarrow drill. 7.
Tanpa
berhenti
dengan
menggunakan
ukuran
waktu
standard
selama
90
detik mampu melakukan berapa kali dan diulangi sesuai dengan prosedur latihan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Stability ball hops Stability ball hops ialah salah satu bentuk latihan dari plyometrik yang terfokus pada otot lengan yang akan menimbulkan sesuatu kestabilan- kesetabilan gerak, baik itu dalam pernafasan renang maupun untuk menambah kecepatan. Pada gerakan stability ball hops menciptakan sesuatu lompatan yang berada pada lengan dengan cepat berpindah kekanan dan kekiri itu merupakan cara yang sangat baik, efektif dan efisien dan itu mengakibatkan daya kontraksi
pada sekumpulan otot yang ada pada otot lengan dan telapak tangan yang
mengakibatkan gerak reflek renggangan yang semakin lama menggunakan metode latihan ini akan menimbulkan suatu kecepatan gerakan pada lengan oleh sebab itu penulis mengambil metode latihan dengan latihan yang seperti ini.
Gambar 28. Bentuk latihan Stability Ball Hops Sumber :Lee brown (1998:138)
Latihan ini berfungsi untuk menanbah tenaga kontraksi segerombolan otot lengan dan untuk menambah tenaga ledak. Cara melakukan : 1.Harus dengan bantuan bola medicine. 2.Si testi tidur tertelungkup. 3.Bola ditaruh pada kura-kura kaki si Testi. 4.Tangan si testi diluruskan sampai keadan siku lurus. 5.Kemudian dengan hentakan lalu melompat kekanan dan kekiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6.Tanda berhenti diukur dengan menggunakan standard waktu selama 90 detik mampu melakukan berapa kali diulangi sebanyak sesuai dengan prosedur latihan. Bahan yang digunakan: 1. Bola medicine 2. Stop watch 3. Permukaan tananh yang datar c)
Plyo Push ups
Plyo push ups ialah sesuatu latihan yang berfungsi sebagai pengukur kekuatan otot lengan, bahu, telapak tangan dan ujung jari-jari yang terangkum menjadi satu sebagai tumpuan, gaya ini sangat berbeda pada metode latihan 1 dan 2 untuk gaya push ups ini terfokus pada kekuatan otot lengan sedangkan bahu dan telapak tangan hanya berfungsi sebagai penyangga dan didalam melakukan tidak berpindah tempat berarti hanya bagian lengan bawah dan atas saja yang paling dominant. Sekumpulan otot lengan, bahu dan otot pada bagian telapak tangan setelah melakukan push up yang nanti berguna bagi daya tahan otot sewaktu diperlukan untuk aktifitas renang.
Gambar 7 bentuk metode latihan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 29 .Bentuk latihan Plyo Push Ups Sumber: Lee Brown ,(1998:140)
Latihan ini berfungsi untuk menambah dan untuk mengetahui kekuatan daya kontraksi otot dan untuk mengetahui kekuatan otot lengan . Cara melakukan : 1. Testi tidur tertelungkup dengan tangan di samping. 2. Kaki testi lurus kebelakang yang menjadi tumpuhan jari-jari kaki. 3. Kemudian tangan testi diluruskan sampai kedua tangan testi lurus dan siku tidak di tekuk. 4. Badan testi harus lurus hingga membentuk 40 derajat. 5.
Lalu
turunkan
hingga
tangan
sampai
tertekuk
usahakan
badan
jangan
sampai menyentuh tanah. 6. Lakukan berulang kali hingga batas yang telah di tentukan.
Bahan Yang digunakan : 1. Permukaan tanah yang datar. 2. Stop watch untuk mengukur waktu dengan waktu yang telah ditentukan. 3.Bendera
untuk
tada
dimulai
dari
perlakuan
dan
sampai
diakhiri
perlakuan. Seluruh metode latihan ini adalah merupakan metode Plyometrik dinama hanya menggunakan beban utama adalah badan dari si atlet sendiri yang bertujuan untuk menghubungkan kekuatan maksimal yang telah dimiliki si atlet ke dalam aplikasi gerakan cepat dan kuat sesuai dengan sifat (karakter) dari cabang olah raga renang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2 Perbedaan Metode Latihan dan Peningkatan Energi % PENINGKATAN Metote DEFINITIONS
ATP-PC &
LA & 02
O2
20
10
70
10
50
40
Latihan LA
1. Interval training
2.Repetision swimming
Latihan berrenang dengan daya tahan menggunakan durasi dan dilakukan kurang lebih 60-80 % dan berjarak menengah kegunaanya untuk mengukur daya tahan kardiovaskular tentang denyut nadi dan respirasi tentang vo2 max Berrenang dengan latihan dengan jarak yang telah ditentukan dan hitung kecepatanya itulah waktu untuk selang repetision. ( Repetision =Pengulangan dengan prosedur yang sama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
).
3. Permainan kecepatan
Kecepatan digabung dengan beberapa unsur yang bisa mendukung dari penampilan atlet.
20
40
40
3. Kekuatan Otot Lengan Berdasarkan sistim energinya, renang gaya bebas merupakan olahraga gerak cepat yang didalamnya didominasi oleh unsur kondisi fisik yang disebut kekuatan.
Menurut (Harsono. 1988: 172), menyatakan bahwa, “ Kekuatan atau Strength adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap sesuatu tahanan”. Dalam renang karena adanya gaya-gaya diluar yang mempengaruhi seperti pada tekanan air ini ototmatis akan berpengaruh terhadap gaya yang berasal dari dalam tubuh si atlet seperti pada otot-otot. Dalam dunia olahraga dibedakan istilah kekuatan yakni ada kekuatan absolute dan kekuatan relative sedangkan definisi dari kekuatan absolut yaitu berat badan maksimum pada seseorang atlet mampu menggerakkan secara bebas berat badannya sedangkan kekuatan relative adalah selalu dikaitkan dengan 1 kg dari berat badan . Maka menurut M. Foqron yaitu : Kekuatan Relatif = kekuatan maksimum Berat badan Dalam cabang olahraga renang yang berperannan penting adalah kekuatan absolut dikarenakan ada gaya diluar yang mempengaruhi selain gaya dari dalam atlet itu sendiri yakni otot-otot yang dominan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kekuatan Maksimum adalah kekuatan tertinggi yang mungkin dapat dihasilkan oleh otot-otot pada suatu saat menurut (M Furqon, 1995:46). Untuk menimbulkan kontraksikontraksi otot lengan yang menimbulkan efek regangan yang bisa menimbulkan daya ekspolsive kekuatan maka diberikan metode latihan seperti Plyometriks yang penekananya pada otot lengan dan banyak dibutuhkan oleh cabang olahraga yang predominan terhadap kontraksi otot yang kuat dan cepat. Kedua unsur ini saling mempengaruhi antara otot yang kuat mempunyai kekuatan yang besar hampir dapat dipastikan mempunyai nilai kekuatan yang besar. Meningkatkan kemampuan, kekuatan dan kecepatan atau peningkatan pelatihan kekuatan dan kecepatan dilakukan secara simultan. Pelaksanaan pelatihan mengembangkan kekuatan otot lengan dan yang perlu diperhatikan adalah titik berat latihan yang ingin ditingkatkan, latihan yang dilakukan tidak boleh hanya menekankan pada beban, akan tetapi harus pada kecepatan mengangkat, mendorong, atau menarik beban. Oleh karena harus mengangkat, menarik dan mendorong dengan cepat, maka dengan sendirinya berat bebanya tidak seberat untuk latihan kekuatan. Akan tetapi tidak boleh jika terlalu ringan sehigga otot tidak merasakan rangsangan beban . Dasar untuk menambah dan mengembangkan daya ledak secara sederhana ada tiga macam rancangan, yaitu : 1. Menambah kekuatan dan jarak waktu konstan. 2. Menambah jarak tindakan kekuatan dengan menjaga kekuatan dan waktu konstan. 3. Mengurangi waktu atau kecepatan gerak dengan menjaga kekuatan dan
jarak
konstan. Pengembangan daya ledak yang khusus ada dua komponen yaitu ; penambahan kekuatan untuk menambah daya gerak dan menambah kekuatan untuk mengurangi waktu dan dibikin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan sesingkat-singkatnya di tujukan untuk mengatasi tekanan atau beban yang lebih rendah dari pada tekanan maksimum.
Jadi didalam kekuatan ada dua unsur yang penting yaitu ; a.Kekuatan otot untuk menggerakan tenaga maksimal. b.Kecepatan otot dalam menggerakan tenaga yang maksimal untuk mengatasi tahanan. a) Otot Lengan yang Dominan untuk Bekerja pada Renang Gaya Bebas
Gambar: 30. Otot lengan yang dominan untuk berrenang Sumber: Satimin Hadiwidjaya, (2003 : 104-158).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Otot yang perlu digunakan dalam berrenang pada khususnya gaya bebas dan otot lengan adalah musculus bicep flexor cubity terletak di permukaan lengan bagian dalam, muclus brachioradialis, yang membujur dari pangkal pergelangan sampai kepada siku bagian belakang, musculus flexor digitorum sublimes, pada bagian bawah musculus brachioridalis yang membujur dari pangkal pergelangan sampai siku. Musclus extensorcarpiradialis longus ,muscles aductor pollitis brivies dan muscles extensor carpiulnaris, musculus triceps brachi yang terletak yang membujur dari arah bawah siku sampai ke bagian punggung. Sedangkan untuk menarik air dan mendorong air yang paling dominan adalah seluruh otot yang berada di pergelangan dan tapak tangan dan otot tersebut adalah sebagai berikut: - musculus flexoris carpi radialis yang membujur pada posisi bagian pergelangan dari kanan kekiri, seluruh dari musculus digitorummanus 1sampai dengan 5, dan muscles lumbricalis 1 sampai dengan 5 yang berada diantara jari-jari pada tangan. Disamping otot-otot lengan yang dominant untuk bekerja pada gerakan renang gaya bebas ada segerombolan otot yang juga penting dan berada didaalam , otot tersebut ialah cephalic vein, didalam yang berfungsi untuk menyalurkan perintah dan letaknya ada dibagian dalam otot dan hanya sebatas siku. Radial vein yang berarah ke bawah dan medical vein yang berarah keatas dan yang terakhir yang bisa menggerakan tangan karena stimulus yang didapat dari otot yang sebelumnya yaitu Bracial vein. Seluruh otot ini perlu energi untuk berkontraksi untuk itu perlu kiranya untuk mengetahui energi apa yang patut un tuk berrenang dengan kecepatan penuh dengan jarak 50 meter ,untuk itu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebelum penulis membahas ke yang lebih jauh lagi perlu kiranya untuk untuk membahas tentang kontraksi. (Satimin Hadiwidjaya, 2003 : 98-158). b) Energi untuk Kontraksi Otot sangat baik bagi Perenang Energi yang diperlukan untuk mempertahankan tegangan selama kontraksi otot sama dengan seperlimaratus kali energi yang diperlukan pada kekuatan keseluruhan otot. Ini dimungkinkan akibat dari ATP ase miosin otot yang sangat lambat dan juga lebih sedikit filament miosin yang berada pada otot lengan. Oleh karena itu penghematan penggunaan energi ini sangat penting bagi keseluruhan fungsi tubuh dan secara singkat bahwa kontraksi otot berlangsung pada saat terjadi kontak antara aktin dan myosin dan bersama dengan itu terjadi penguraian adenosine tri phosphate (ATP ) yang tadinya terikat pada myosin (aktivitas ATP – PC myosin ). Dalam keadan istirahat, kontak antara myosin dihambat oleh troponin, implus, implus listrik yang tiba melalui serabut saraf motorik menyebabkan keluarnya ion Ca
++
dari retikum sarikoplasmik .
Kadar ion Ca
++
pada
sarkoplasma meningkat dari < 0,2 uM dalam keadaan istirahat menjadi rata-rata 10 uM dan peningkatan ion Ca++ pada troponin menghilangkan hambatan tersebut sehingga terjadi kontak antar aktin dan myosin –untuk itu otot berkontraksi. Bila rangsangan saraf terhenti, ion Ca ++ kembali masuk kedalam retrikum sarkoplasmik, suatu proses transport aktif yang membutuhkan energi dari hidrolis ATP (aktivitas CaMg –ATP –PC , dan pompa kalsium ), dan otot kembali dalam keadaan isthirahat. Patut dicatat bahwa 30-50 % energi yang disebabkan oleh otot yang berkontraksi berhubungan dengan pergerakan ion Ca kembali kedalam reticulum sarkoplasmik .( Guyton Arthur C,1987:117)
commit to user
++
dari dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar : 31. Mekanisme tentang Kontraksi otot Sumber, Guyton Arthur C, (1987:105)
c) Peranan Kekuatan Otot Lengan dalam Renang Gaya Bebas Gerakan terjadi karena adanya stimulus gerak. Stimulus gerak dihantarkan oleh syaraf ke setiap unit gerak pada otot. Otot berkontraksi, dan kemudian mengerakan tulang-tulang yang berporos pada persendian. Untuk berkontraksi otot diperlukan energi. Energi dihasilkan dari berfungsinya sistim suplai. Fungsi pencernaan berfungsi untuk memproses makanan menjadi sari-sari yang siap untuk diangkut oleh peredaran darah ke sistim penggerak tubuh yang aktif. Fungsi peredaran darah juga berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru dan diteruskan kedalam otot nanti bersama-sama dengan sari-sari makanan digunakan oleh otot untuk berkontraksi. Itulah mekanisme dari proses otot bisa membuat energy dan gerakan sebagaimana bisaanya menjadi baik apabila kapasistas dan mutu dari bahan makanan. Bagaimana perannan otot didalam gerakan manusia terutama pada gerakan untuk menopang tubuh sehingga bisa mengapung diatas air. Menurut Sugiyanto (1998:86) menyatakan bahwa,” Tugas menopang tubuh bisa dibedakan berdasarkan sifat hidangan tumpuannya, yaitu menopang tubuh pada permukaan yang padat dan menopang tubuh pada permukaan yang cair. Untuk tugas menopang pada permukaan yang cair adalah dengan mengapung”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada renang gaya bebas kayuhan tangan merupakan hal yang sangat penting selain tendangan mengepak pada kaki semuanya tidak akan cepat sampai ke jarak yang telah ditentukan jika hanya digunakan kayuhan kaki. Pada kayuhan lengan pada prinsipnya harus seperti pada kincir air dan harus kiri kanan dan masuk kedalam air dalam keadaan dan jangkuan lengan harus sejauh mungkin dan mengarah kedepan dan lengan harus dalam keadan lurus porposive forcenya yang terjadi jika masuk kedepan dengan keadaan lurus. Arahnya diagonal dan masih bisa ditingkatkan efektifitasnya dengan memanipulasi pada sikap tangan dan itu harus bergantian antara yang kiri dengan yang kanan dan harus mendekati pada garis horisontal. Pola gerak yang demikian ternyata masih ada kerugiannya dari mekanisme gerak lengan yang lurus akan memperbesar drag sehinnga susah menghimpun kecepatan gerak, bila kecepatan gerak kurang, maka frekunsi juga kayuhan juga akan berkurang, bila frekuensi berkurang maka kecepatan kan berkurang juga. Seperti kita ketahui kecepatan renang ditentukan oleh kekutan otot lengan, frekunsi kayuhan, panjang kayuhan. Jadi kayuhan renang harus mempunyai kekuatan otot lengan karena sangat dominan karena pola gerakanya yang seperti ini mempunyai kerugian : a.
Telapak tangan saat didepan memang mengkayuh air yang diam tetapi
pada gerakan selanjutnya telapak tangan harus mengkayuh air yang bergerak ( kebelakang ) jadi kayuhan selanjutnya ini terjadi pada air yang bergerak, lebihlebih kalau frekuensinya tinggi kayuhan selanjutnya akan mengalami selip. b.a. Saat telapak tangan menekan air kebelakang, terjadi
pusara( wake)dibagian
belakang sehingga menimbulkan hambatan ( drag ).
commit to user
Formatted: Indent: Left: 1", No bullets or numbering, Tab stops: 0.79", Left + 0.89", Left + Not at 1"
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
Pada bagian depan dari telapak tangan terjadi cekungan (curvature) air, dan ruangan yang kosong ini yang menyebabkan terjadinya suction of force memperberat gerakan mendayung. Untuk menanggulangi kerugian-kerugian yang terdapat pada hal tersebut gerakan tangan
bukan hanya mendayung namun menyisir ( sweeping ), dengan menyisir mekanisme gerakan memanfaatkan daya angkat seperti pada baling-baling pesawat terbang. Arus angin pada bagian convex ( cembung ) dan cekung yang menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan yang statis, sehingga terjadi daya angkat. Agar dapat menyisir air ke berbagai arah, maka tangan bergerak melengkung untuk memanfaatkan tekanan air yang ke segala penjuru arah dan gerakan ini bisa dianalogikan seperti gerakan baling-baling. Itulah peranannya otot lengan dengan menyisir ke dalam air maka perlu kiranya untuk mendapatkan tambahan latihan untuk menambah daya tarik dan daya dorong sehingga bisa dengan cepat untuk sampai ke jarak yang telah ditentukan oleh karena itu kekuatan otot lengan sangat penting untuk dapatnya mempercepat dari gerakan laju badan si perenang.
Gambar 32. Gerakan tangan yang sedang menyisir air di dalam gaya bebas.
B.Penelitian yang Relevan
commit to user
Formatted: Indent: Left: 0.24", Hanging: 0.51", No bullets or numbering, Tab stops: 0.79", Left + Not at 1"
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Heri Pendianto dengan judul Pengaruh Latihan Interval Anaerobe dan Kekuatan Lengan terhadap Peningkatan Kecepatan 100 Meter Gaya Bebas jenis Eksperiment Latihan Interval Anaerob jarak Tempuh Renang 25 Meter, 50 Meter dan Kombinasi Jarak Tempuh Renang 25-50 Meter pada Usia 8-12 Tahun Perenang Putra Tirta Dharma dan Almagari Surakarta. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui (1) perbedaan pengaruh antara latihan interval anaerob jarak tempuh 25 meter, 50 meter dan kombinasi jarak tempuh renang 25-50 meter terhadap peningkatan kecepatan renang 100 meter gaya bebas, (2) perbedaan peningkatan kecepatan renang 100 meter gaya bebas yang memiliki kekuatan lengan tinggi dan rendah, (3) pengaruh interaksi antara interval An-aerob dan kekuatan lengan terhadap peningkatan kecepatan berrenang 100 meter gaya bebas. Hasil dari penilitian ini adalah sebagai berikut: (1) Ada perbedaan yang signifikan antara latihan interval aerob jarak tempuh 25 meter, 50 meter dan kombinasi jarak tempuh 25-50 meter terhadap peningkatan kecepatan renang 100 meter gaya bebas, ( F0 = 11,4248 > Ft = 3,32 ), Pengaruh latihan interval An-aerob kombinasi jarak tempuh 25-50 meter lebih baik dari pada latihan interval An-aerob jarak tempuh 25 meter dan 50 meter, (2) Ada perbedaan peningkatan kecepatan renang 100 meter gaya bebas yang signifikan antara perenang yang memiliki kekuatan lengan tinggi dan rendah, ( F0 = 5,1962 > Ft = 4, 17 ) . Hasil peningkatan kecepatan renang 100 meter gaya bebas pada perenang yang memiliki kekuatan lengan tinggi lebih baik dari pada perenang yang memiliki kekuatan lengan rendah, (3). Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara latihan interval An-aerob dan kekuatan lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 100 meter gaya bebas, ( F0 = 7.0338 > Ft = 3,32 ).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan kerangka berpikir sebagai berikut : a. Perbedaan Pengaruh antara Metode Latihan , Whell barrow drill, Stability Ball hops dan Plyo push ups Latihan dengan meggunakan metode latihan, whellbarrow drill, Stability Ball haps dan Plyo push ups adalah suatu metode latihan yang memiliki kesamaan sasaran latihannya adalah untuk memperkuat kekuatan otot lengan. Juga mempunyai perbedaan diantara ketiga metode latihan yang sedang penulis kaji dan diteliti, perbedaan itu antara lain : 1. Tujuan melakukan dari ke tiga metode latihan , 2. Mekanisme dalam melakukan satupersatu dari metode latihan, 3. Sasaran pada kekuatan otot lengan yang ditujukan untuk masing-masing metode latihan. b. Perbedaan Pengaruh Peningkatan Kecepatan Berrenang 50 Meter Gaya Bebas antara Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Lengan Baik, Kekuatan Otot Lengan Sedang dan Kekuatan Otot Lengan Kurang Baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kekuatan lengan yang merupakan salah satu unsur yang dominan dalam gerakangerakan renang, oleh karena itu perlu kiranya gerakan kekuatan otot lengan diberi nilai tambah yang mengacu pada explosivitas guna untuk mendukung laju perpindahan tempat dari jarak yang telah di tentukan. Karena kekuatan otot lengan adalah sebagai sumber utama untuk dijadikan atau memperoleh kekuatan. Power adalah gabungan dari kecepatan dan kekuatan yang merupakan salah satu kondisi fisik dan dapat disebut sebagai bagian penting dari semua gerakan aktifitas olahraga. Kekuatan lengan yaitu sekumpulan otot pada lengan yang memiliki kecepatan dan kekuatan apabila diajak bekerja, otomatis otot tersebut akan berkontraksi dan masing-masing mempunyai kecepatan dan kekuatan yang berbeda. Tinggi, sedang dan rendahnya kekuatan otot lengan yang dimiliki oleh seorang perenang tentunya akan berpengaruh terhadap kecepatan reaksi otot lengan yang bersangkutan. Dari penuturan diatas adalah merupakan dasar bahwa kekuatan otot lengan yang tinggi, sedang dan rendah mempunyai tingkat perbedaan dan pengaruh yang berbeda terhadap kecepatan renang 50 meter gaya bebas . c. Pengaruh Interaksi antara Ketiga Metode Latihan, Kekuatan Otot Lengan Baik, Kekuatan Otot Lengan Sedang dan Kekuatan Otot Lengan Kurang Baik terhadap Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Peningkatan kecepatan renang 50 meter gaya bebas yaitu peningkatan kemampuan perenang untuk melakukan gerakan menarik dan mendorong air dengan cepat dimana hasil penghitungannya dimulai dari start sampai dengan finish. Dalam melatih untuk meningkatkan kecepatan renang 50 meter gaya bebas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu metode latihan untuk meningkatkan kecepatan dan kekuatan perenang pada khususnya. Begitu banyak metode latihan tentang kekuatan otot lengan dan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dipilih oleh penulis yaitu : 1. Whellbarrow Drill, 2. Stability Ball Hops, 3. Plyo Push Ups. Jika ditinjau dari penerapan, pelaksanaan, tujuan pelaksanaan , sasaran yang dituju memiliki persamaan antara metode latihan untuk meningkatkan kekuatan otot lengan. Seluruh metode latihan yang dipilih oleh penulis adalah ciri-ciri latihan eksplosife kekuatan dan merupakan gerakan plyometrik. Sasaran, tujuan dan penerapan dari ketiga metode latihan tersebut adalah : 1. Latihan dengan menggunakan metode latihan yaitu whellbarrow drill yang mempunyai kekuatan otot lengan tinggi, sedang dan kurang baik mempunyai peningkatan kecepatan untuk renang 50 meter gaya bebas . 2. Latihan dengan menggunakan metode latihan yaitu stability ball hops yang mempunyai kekuatan otot lengan baik, sedang dan kurang baik mempunyai peningkatan kecepatan berrenang 50 meter gaya bebas . 3. Latihan dengan metode latihan yaitu plyo push ups yang mempunyai kekuatan otot lengan tinggi, sedang dan kurang baik mempunyai peningkatan kecepatan berrenang 50 meter gaya bebas. Dari ketiga kelompok masing-masing diberi perlakuan dengan menggunakan metode latihan kekuatan otot lengan, masing-masing kelompok perenang dapat meningkatkan prestasi untuk renang gaya bebas 50 meter ditinjau dari kecepatan berrenang gaya bebas 50 meter, maka dapat diduga terdapat hubungan yang saling berpengaruh antara metode latihan, Whellbarrow Drill, Stability Ball Hops, Plyo Push Ups, dengan kekuatan otot lengan ditinjau dari kecepatan berrenang 50 meter gaya bebas .
D. Perumusan Hipotesis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir dapat disusun hipotesis sebagai berikut ; 1. Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan Whell barrow drill, Stability Ball Hops dan Plyo Push Up terhadap kekuatan otot lengan ditinjau dari kecepatan berrenang 50 meter gaya bebas. 2.
Ada perbedaan peningkatan kecepatan berrenang 50 meter gaya bebas antara yang mempunyai kekuatan otot lengan baik, kekuatan otot lengan sedang dan kekuatan otot lengan kurang baik.
3. Ada pengaruh interaksi antara ketiga metode latihan dengan kekuatan otot lengan terhadap peningkatan kecepatan berrenang 50 meter gaya bebas.
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengambilan data tentang renang ini dilaksanakan dilokasi kolam renang Banyu Biru yang terletak di desa Pagotan Kabupaten Madiun untuk pelaksanaan treatment (perlakuan) terhadap renang dengan menggunakan metode latihan, kekuatan otot lengan yaitu dengan Whell barrow drill, Stability Ball Hops dan Plyo Push Up kemudian berrenang 25 meter dengan kecepatan sampai digaris finis kemudian berrenang secara santai kembali ke posisi start dan interval selama 45 detik, ini baru satu kali repetisi, dan harus diulang dengan hal yang sama seperti yang pertama selama 4 kali repetisi. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 18 kali pertemuan dengan perincian sebagai berikut, tiap satu minggu dua kali pertemuan hari senen dan hari rabu berarati ada 9 minggu dan penelitian ini akan dimulai minggu petama April sampai awal Juni 2011. Dalam penelitian ini variabel terkait yaitu peningkatan kecepatan akibat perlakuan dari penelitian dengan ketiga metode latihan terhadap kekuatan otot lengan dengan jarak tempuh 50 meter.
B. Metode Penelititan
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperiment faktorial. Menurut Sudjana (2002:109),”Eksperiment yang hampir atau semua taraf sebuah factor dikombinasikan atau disilangkan semua taraf tiap factor lainnya yang ada dalam ekspsriment “.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan desain Faktorial 3x3. (Sudjana, 2002: 221) yang bertujuan untuk membandingkan tiga perlakuan yang berbeda kepada subjek.
2. Desain Penelitian Data dalam penelitian ini disusun suatu kerangka dengan menggunakan desain rancangan factorial 3 x 3 : TABEL 3 RANCANGAN PENELITIAN FACTORIAL 3 X 3
VARIABLE MANIPULATIF
METODE LATIHAN
METODE I
METODE 2
METODE 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
VARIABELE ATRIBUTIF STABILITY BALL HOPS (A1)
WHELLBARROW DRILL (A2)
PLYO PUSH UPS
a1 b1 (10)
a2 b1
a3 b1
(10)
(10)
KEKUATAN OTOT LENGAN SEDANG
a1 b2
a2 b2
a3 b2
(B2)
(10)
(10)
(10)
KEKUATAN OTOT LENGAN KURANG BAIK
a1 b3
a2 b3
a3 b3
(B3)
(10)
(10)
(10)
KEKUATAN OTOT LENGAN BAIK
(A3)
(B1)
Keterangan : a1 b1
: Latihan dengan menggunaka metode latihan stability ball hops dengan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik.
a2 b1
: Latihan dengan menggunaka metode latihan whellbarrow drildengan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik.
a3 b1
: Latihan dengan menggunaka metode latihan plyo push ups dengan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a1 b2
digilib.uns.ac.id
: Latihan dengan menggunaka metode latihan stability ball hops dengan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang.
a2 b2
: Latihan dengan menggunaka metode latihan whellbarrow drill dengan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang.
a3 b2
: Latihan dengan menggunaka metode latihan plyo push ups dengan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang.
a1 b3
: Latihan dengan menggunaka metode latihan stability ball hops dengan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan kurang baik.
a2 b3
: Latihan dengan menggunaka metode latihan whellbarrow drill dengan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan kurang baik.
a3 b3
: Latihan dengan menggunaka metode latihan plyo push ups dengan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan kurang baik.
(10)
: Jumlah sampel tiap sel.
Rancangan penelitian yang telah dipilih cukup memadai untuk pengujian hipotesis penelitian dan hasil penelitian dapat digenerlisasikan ke populasi, maka dilakukan validasi terhadap hal-hal atau variable dalam penelitian ini.
C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas (independent) dan satu variabel terikat (dependent) dengan rincian yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Variabel Bebas (Independent)
a. Variable bebas Manipulatif yaitu metode latihan yang mempunyai 3 taraf yaitu : Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.98" + Tab after: 1.23" + Indent at: 1.23", Tab stops: 0.98", List tab + 1.08", List tab
1. Motode latihan stability ball haps 2. Metode latihan whell barrow drill 3. Metode latihan plyo push ups b.
Variable bebas Atributit yaitu kekuatan otot lengan dalam penelitian ini
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.98" + Tab after: 1.23" + Indent at: 1.23"
ada 3 taraf yaitu : 1.
Kekuatan otot lengan baik
2.
Kekuatan otot lengan sedang
3.
Kekuatan otot lengan kurang baik
Formatted: Indent: Left: 0.59", Hanging: 0.39", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1" + Tab after: 1.25" + Indent at: 1.25"
2. Variable Terikat (Dependent )
Dalam penelitian ini variabel terikat adalah peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter .
D. Definisi Operasional
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk memberikan penafsiran yang sama antara variable-variabel dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi oprasional dari masing-masing variable penelitian sebagai berikut : 1. Metode Latihan Stability Ball Hops Metode latihan Stability ball hops yaitu siswa putra yang mempunyai kekuatan otot lengan baik, sedang dan kurang baik diberi perlakuan yang sama dengan tidur tengkurap dan kura-kura kaki ditaruh diatas bola medicine kemudian kedua tangan diluruskan sampai siku lurus dan keduatangan berpindah secara serempak kekanan kekiri sekali melompat kekiri dihitung satu dan diberi waktu Sembilan puluh detik mampu melakukan berapakali perpindahan dan itu diulang sesuai dengan prosedur yang diadakan selama 18 kali pertemuan. Dan untuk tes pengukurannya dengan berrenang 50 meter harus dengan kecepatan penuh dengan menggunakan gaya bebas.
2. Metode Latihan Whellbarrow Drill Metode latihan whellbarrow drill yaitu siswa putra yang mempunyai kekuatan otot lengan baik, sedang dan kurang baik diberi perlakuan yang sama dengan ketentuan yaitu harus tiga testi. Untuk testi yang pertama memegang kaki testi yang kedua dan yang dipegang adalah pada bagian tulang kering kedua kaki dan diusahakan kedua tangan harus lurus kemudian diusahakan berjalan dengan satu tangan dan bergantian seperti lazimnya orang berjalan, setiap kali ganti tangan diberi sedikit lompatan dan kemudian diberi jarak sesuai dengan ketentuan yang ada. Untuk testi yang ketiga adalah sebagai timer untuk latihan Whellbarrow Drill untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menentukan hingga batas waktu yang telah ditentukan, kemudian tes pengukuran dengan berrenang dengan 50 meter harus dengan kecepatan penuh dengan menggunakan gaya bebas. 3. Metode Latihan Plyo Push Ups Metode latihan plyo push ups siswa putra yang mempunyai kekuatan otot lengan baik, sedang dan kurang baik diberi perlakuan yang sama yaitu dengan ketentuan si testi tidur dengan tengkurap dan kedua tangan diletakan disamping dada posisi kaki rapat dan lurus kemudian angkat badan dengan kedua tangan hingga tangan mencapai pada keadaan yang betul-betul lurus dan gerakan ini diulangi berkali-kali hingga batas waktu yang ditentukan pada latihan plyo push ups dan kemudian setelah melakukan plyo push ups diadakan tes pengukuran dengan berrenang dengan 50 meter harus dengan kecepatan penuh dan menggunakan gaya bebas.
4. Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Yang dimaksud dengan kecepatan renang adalah kecepatan berrenang yang diperoleh dengan menggunakan sesuatu kecepatan yang penuh, dan menimbulkan pada otot lengan dan otot tungkai apa yang dinamakan daya ledak. Kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan
seseorang atlet untuk
berreaksi secara cepat bila dirangsang untuk melakukan gerakan secepat mungkin menurut, (M. Furqon H, 1995:62). Dimana penghitungan dimulai sejak aba-aba start dikumandangkan yaitu dengan aba ,” Ya” seorang timer mulai menghitung sampai memasuki garis finis dan alat yang digunakan untuk mengukur adalah stopwatch, alat untuk mengukur waktu kecepatan, dengan sangat teliti tingkat kekeliruannya sekitar 0, 01 detik.
Pengambilan waktu yang dicatat merupakan kecepatan
berrenang bagi siswa dan merupakan catatan waktu yang maksimal. Dengan diadakan latihan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan menggunakan metode latihan Stability ball hops, whellbarrow drill dan plyo push ups ini diharapkan terjadi kekuatan stroke-kekuatan stroke sehingga mengakibatkan gerakan dari rangsangan peregangan otot secara mendadak supaya terjadi kontraksi yang lebih kuat sehingga dapat meningkatkan daya esplosive kekuatan (daya ledak pada otot peregangan dan kekuatan kontraksi ).
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra SMK Negeri 1 Geger jurusan Otomotif 1 dan 2 sebanyak 70 orang dan yang bisa renang dengan gaya bebas adalah 45 orang . 2. Sampel Teknik sampling yang digunakan adalah Sampling acak atau Sampling Peluang (Sudjana, 2005 : 167 ) . Seluruh populasi sebanyak 70 testi, diambil semua dan diberi kesempatan peluang yang sama (Chance) untuk melakukan berrenang dengan gaya bebas kemudian muncul yang bisa berrenang dengan gaya bebas 45 testi dan diambil kemudian dilakukan tes dari masing-masing metode latihan. Sehingga ada 45 testi dilakukan tes lagi untuk mengetahui ke 45 testi tadi mempunyai tentang kualitas kekuatan otot lengan dan masuk ke dalam kelompok otot lengan yang kurang, sedang dan baik dengan menggunakan sebuah alat yaitu expanding dinamometer dari sini bisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilhat yang masuk kelompok otot lengan yaitu 15 testi yang memiliki kemampuan kekuatan otot lengan baik , 15 testi yang memiliki kemampuan kekuatan otot lengan sedang dan 15 testi yang memiliki kemampuan kekuatan otot lengan kurang baik kemudian diundi antara yang memiliki kemampuan otot kekuatan otot lengan baik , kemampuan kemampuan otot lengan sedang dan kemampuan otot lengan kurang baik yang akan mendapat giliran terdahulu untuk melaksanakan ketiga metode latihan tersebut kemudian dilakukan test renang dengan acuan 25 meter melaksanakan renang dengan gaya bebas dengan kecepatan yang penuh kemudian 25 meter untuk kembali ke start dengan renang santai itu 1 kali repetisi dan diulangi setiap kali pertemuan ada petambahan repetisi. Di tujukan agar lebih banyak pola-pola gerakan yang berwujud kecepatan yang digabung menjadi satu dengan non sklik agar memberikan kwalitas dan daya tahan kecepatan menurut (M. Furqon, 1995:71)
F. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan variabel maka instrument yang digunakan adalah 1. kekuatan menarik dan mendorong diberi perlakuan dengan tiga metode latihan dan 2. kecepatan renang . 1. Data kekuatan otot lengan diukur dengan tiap 1 sampel melakukan 2 kali tarikan dan diambil yang terbaik dengan menggunakan sebuah alat Expanding Dynamometer (Ismariyati 2008:117) dan ini berlaku untuk ketiga metode penelitian. Dari situ dapat diketahui mana yang memiliki kemampuan kekuatan otot lengan baik, sedang dan kurang baik. 2.Data kecepatan renang 50 meter gaya bebas .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan petunjuk tes renang (Syaifuddin diambil
Azwar,
1997:
118).
Data
kecepatan
tentang
tes
dari renang
dua kali yaitu masa pre test dan post test . Petunjuk pelaksanaan
instrument data keseluruhan bisa dilihat pada lampiran.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analis data yang digunakan adalah teknik analisa variaan
(ANAVA)
dengan rancangan factorial 3x3 pada buku Desain dan Analisis Eksperimen, (Sudjana. 113 ; 2002). Desain factorial 3x3 untuk rumus ANAVA yaitu : Y ijk
=
µ
+
Ai
+
Bj
dengan = i
=
1, 2, 3, ...., a
j
=
1, 2, 3, ...., b
k
=
1, 2, 3, ...., n
+
Abij +
э k ( ij )
Dimana : Y ijk
= Variabel respon hasil observasi ke- k yang terjadi karena pengaruh bersama taraf ke j faktor B.
µ
= rata-rata yang sebenarnya ( Berharga konstan ).
Ai
= efek taraf ke i faktor A.
Bj
= Efek taraf ke j faktor B.
ABij
= efek interaksi antara taraf ke i faktor A dan taraf ke j taraf B.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Ck ( ij )
digilib.uns.ac.id
= efek unit eksperiment ke k dalam kombinasi perlakuan (ij).
Untuk memenuhi asumsi dalam teknik anava, maka dilakukan uji normalitas (uji lilliefors ) dan uji Homogenitas varians ( dengan uji Bartlet ) ( Sudjana, 2002; 261 ). Urutan langkah-langkah analisis data penelitian ini adalah :
1.
Pengujian Prasyarat Analisis Sebelum dilakukan analisis data dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas (
Uji Liliefors ) dan uji Homogenitas varians (dengan uji Bartlet ). Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian tersebut berasal dari sampel berdistribusi normal aatau tidak. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi pada tiap-tiap kelompok homogen atau tidak.
a) Uji Normalitas Data Uji normalitas berdistribusi frekuensi populasi penelitian ini menggunakan metode Liliefors menurut Sudjana (2002;466 ) adapun prosedur pengujian normalitas tersebut sebagai berikut: 1) Pengamatan X1, X2, ......................, Xn dijadikan bilang baku Z1, Z2, ......., Zn dengan rumus : Zi = X1 - X S Keterangan :
X
= Rata-rata
Xi
= Nilai variabel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
S
digilib.uns.ac.id
= Simpang baku
2) Untuk setiap bilangan baku ini juga menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (zi) = P (z ≤ zi). 3) Selanjutnya dihitung proporsi Z₁, Z₂ , ......... Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi , jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka banyaknya Z₁, Z₂, .........Zn ≤ Z₁
S (Zi) =
n 4) Hitung selisih F (Z₁ ) – S ( Zi ) kemudian ditentukan harga mutlaknya. 5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Harga
terbesar ini merupakan L hitung . Kesimpulan : Sampel berasal dari populasi yang distribusi normal.
b) Uji Homogenitas Variansi Populasi Uji homogenitas variansi populasi dilakukan dengan uji Bartlet. Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut : 1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom-kolom kelompok sampel ; dk ( n-1 ); 1/dk ; SD ₁² , dan (dk) log SD²₁. 2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel, dengan rumus : SD²
= (n-1) SD₁²
........ (1)
(n-1 ) B = Log SD₁² ( n – 1 ) 3) Menghitung X² , dengan rumus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
X² = ( Lн ) B – ( n-1 ) Log Sdi ................ (2) Dengan ( Ln 10 ) = 2,3026 Hasilnya ( X² hitung ) kemudian dibandingkan dengan X² tabel pada taraf signifikan α = 0,05 dan dk ( n-1 ).
4) Apabila X² hitung < X ² tabel, maka Ho diterima. Kesimpulan variansi yang kelompok-kelompok sampel yang berasal dari populasi yang memiliki variansi yang homogen. Sebaliknya apabila X²hitung > X² tabel , maka Ho di tolak, artinya varians sampel bersifat tidak homogen.
2. Uji Hipotesis Langkah-langkah melakukan uji hipotessis adalah sebagai berikut : a) Anava rancangan factorial 3x3 1) Metode axbxc untuk perhitungan anava dua faktor. Tabel .4 Daftar Anava Desaian Eksperiment Factorial A, B, C. Untuk Observasi Tiap Sel. Sumber variasi
DK
JK
KT
F
Rata-rata
1
Ry
R
A
a-1
Ay
A
A/B
B
b-1
By
B
B/E
AB
(a-1) (b-1)
ABy
AB
AB/E
Ab (n-1)
Ey
E
Perlakuan :
Kekeliruan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan :
digilib.uns.ac.id
A = Taraf faktorial A B = Taraf faktorial B C = Taraf faktorial C
A B = Interaksi antara kelompok A dengan Kelompok B n
= Jumlah sampel
2) Kriteria Pengujian Hipotesis Jika F ≥ F ( 1- α ) ( v₁ - v₂ ), Maka hipotesis nol diterima, Dengan demikian dk pembilang v₁ ( k-1 ) dan dk penyebut v₂ = ( n₁ + ... nk – k ), α = taraf signifikan untuk pengujian hipotessis. b) Uji Rentang Newman- Keuls Menurut Sudjana ( 2004 : 36 ) langkah-langkah untuk melakukan uji Newman- Keulus adalah sebagai berikut : 1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya, dan yang
paling kecil sampai
kepada nilai yang terbesar. 2) Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJK, disertai dk-nya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk tiap perlakuan dengan rumus : Sy = RJKe ( Kekeliruan ) n RJK ( kekeliruan ) juga didapat dari hasil rangkuman ANAVA. 4) Tentukan taraf signifikan α, lalu digunakan daftar rentang student. Untuk uji Newmankelus, diambil v = dk dari RJK ( kekeliruan ) dan p = 2, 3, ..k. Harga-harga yang didapat dari badan daftar sebanyak ( k -1 ) untuk v dan p supaya di catat. 5) Kalikan harga-harga yang dicatat di titik (...) diatas masing-masing dengan Sy, dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang signifikan yang terkecil ( RST ). 6) Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari p-k selisih Rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk p = (k-1), dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-rata terbesar kedua rata-rata terkecil dengan RST untuk p = ( k-1 ), selisih rata-rata terbesar kedua dan rata-rata terkecil dengan RST untuk p = ( k-2 ), dan seterusnya. Dengan jalan begini, semuanya akan ada ½ k ( k-1 ) pasagan yang harus dibandingkan. Jika selisih yang didapat lebih besar dari RST-nya masing-masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara rata-rata perlakuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir renang gaya bebas 50 meter. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.
A. Diskripsi Data Deskripsi hasil analisis data hasil tes prestasi renang gaya bebas 50 meter yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan disajikan sebagai berikut:
Tabel 5. Deskripsi Data Prestasi Renang Gaya Bebas 50 meter Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan dan Kekuatan Otot Lengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Perlakuan
Kekuatan Otot Lengan
Baik Latihan ball hops
stability Sedang
Kurang
Baik Latihan wheelbarrow drill Sedang
Kurang
Baik Latihan plyo push ups Sedang
Kurang
digilib.uns.ac.id
Statistik
Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD Jumlah Rerata SD
Hasil Tes Awal
Hasil Tes Akhir
Peningkatan
328,36 65,67 8,90 333,76 66,75 8,38 342,34 68,47 3,75 312,68 62,54 2,31 311,28 62,26 6,94 363,69 72,74 7,46 340,23
263,48 52,70 7,16 260,73 52,15 6,39 303,35 60,67 2,09 230,52 46,10 2,03 259,63 51,93 3,66 293,93 58,79 7,12 264,58
64,88 12,98 2,84 73,03 14,61 2,07 38,99 7,80 2,65 82,16 16,43 3,26 51,65 10,33 3,41 69,76 13,95 3,24 75,65
68,05 4,56 331,69 66,34 2,01 375,32 75,06 6,25
52,92 2,93 243,60 48,72 0,85 305,13 61,03 4,95
15,13 2,72 88,09 17,62 2,62 70,19 14,04 2,47
Gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata prestasi renang gaya bebas 50 meter maka dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Prestasi Renang 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
Pretest Posttest
SBH (A1) 66.96 55.17
WD (A2) 65.84 52.27
PPU (A3) 69.82 54.22
POL B (B1) 65.42 50.57
POL S (B2) 65.12 50.93
POL K (B3) 72.09 60.16
Kelompok Gambar 23. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Prestasi Renang gaya bebas 50 meter Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan dan Kekuatan Otot Lengan SBH
= Kelompok latihan stability ball hops
WD
= Kelompok latihan wheelbarrow drill
PPU
= Kelompok latihan plyo push ups
POL B
= Kelompok kekuatan otot lengan baik
POL S
= Kelompok kekuatan otot lengan sedang
POL K
= Kelompok kekuatan otot lengan kuran
= Hasil tes akhir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
= Hasil tes awal Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang berbeda. Nilai peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter masing-masing sel (kelompok perlakuan) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel
6 .
Nilai Peningkatan Prestasi Renang Gaya Bebas 50 meter Masing-Masing Sel (Kelompok Perlakuan)
1
A1B1 (KP1)
Rerata Peningkatan Prestasi Renang gaya bebas 50 meter (Detik) 12,98
2
A1B2 (KP2)
14,61
3
A1B3 (KP3)
7,80
4
A2B1 (KP4)
16,43
5
A2B2 (KP5)
10,33
6
A2B3 (KP6)
13,95
7
A3B1 (KP7)
15,13
8
A3B2 (KP8)
17,62
9
A3B3 (KP9)
14,04
No
Kelompok Perlakuan (Sel)
Nilai rata-rata peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang dicapai tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut: Peningkatan Prestasi Renang 18.00 16.00 14.00 12.00 Rerata 10.00 Peningkatan 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
commit to user
A1B A1B A1B A2B A2B A2B A3B A3B A3B 1 2 3 1 2 3 1 2 3 (KP1 (KP2 (KP3 (KP4 (KP5 (KP6 (KP7 (KP8 (KP9 ) ) ) ) ) ) ) ) ) Kelompok Rerata 12.98 14.61 7.80 16.43 10.33 13.95 15.13 17.62 14.04
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 16. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Prestasi Renang Gaya Bebas 50 meter Pada Tiap Kelompok Perlakuan Keterangan : KP1 = Kelompok siswa dengan kekuatan otot lengan baik yang mendapat perlakuan metode latihan stability ball hops KP2 = Kelompok siswa dengan kekuatan otot lengan sedang yang mendapat perlakuan metode latihan stability ball hops KP3 = Kelompok siswa dengan kekuatan otot lengan kurang yang mendapat perlakuan metode latihan stability ball hops KP4 = Kelompok siswa dengan kekuatan otot lengan baik yang mendapat perlakuan metode latihan wheelbarrow drill KP5 = Kelompok siswa dengan kekuatan otot lengan sedang yang mendapat perlakuan metode latihan wheelbarrow drill KP6 = Kelompok siswa dengan kekuatan otot lengan kurang yang mendapat perlakuan metode latihan wheelbarrow drill KP7 = Kelompok siswa dengan kekuatan otot lengan baik yang mendapat perlakuan metode latihan plyo push ups KP8 = Kelompok siswa dengan kekatan otot lengan sedang yang mendapat perlakuan metode latihan plyo push ups KP9 = Kelompok siswa dengan kekuatan otot lengan kurang yang mendapat perlakuan metode latihan plyo push ups peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter berdasarkan kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 7 . Nilai Peningkatan Prestasi Renang Gaya Bebas 50 meter Masing-Masing Kelompok Metode Latihan
Latihan Stability ball hops
Rerata Peningkatan Prestasi Renang 11,79
Latihan Wheelbarrow drill
13,57
Latihan plyo push ups
15,60
Metode Latihan
Jika antara kelompok siswa yang mendapat latihan wheelbarrow drill, latihan stability ball hops dan latihan plyo push ups dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan latihan plyo push ups memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang paling besar dibandingkan latihan yang lain. Gambaran perbandingan nilai rata-rata peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang dicapai tiap kelompok metode latihan disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
Rerata Peningkatan
Peningkatan Prestasi Renang
16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 Stability Ball Hops
Wheelbarrow Drill
Plyo Push Ups
Kelompok Latihan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 25. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Prestasi Renang gaya bebas 50 meter Pada Tiap Kelompok Metode Latihan
Peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter berdasarkan kelompok klasifikasi tingkat kekuatan otot lengan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8 . Nilai Peningkatan Prestasi Renang Gaya Bebas 50 meter MasingBerdasarkan Klasifikasi Kekuatan Otot Lengan Klasifikasi Kekuatan Otot Lengan Baik
Rerata Peningkatan Prestasi Renang 14,85
Sedang
14,18
Kurang
11,93
Masing Kelompok
Jika antara kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik, sedang dan kurang dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang paling tinggi, selanjutnya kekuatan otot lengan sedang. Siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter 0.67 detik yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang, dan 2.92 detik lebih tinggi jika dibandingkan dengan kekuatan otot lengan kurang. Sedangkan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter 2.26 detik lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan kurang. Gambaran perbandingan nilai rata-rata peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang dicapai tiap kelompok siswa berdasarkan klasifikasi kekuatan otot lengan dapat dilihat pada histogram berikut:
Peningkatan Prestasi Renang
Rerata Peningkatan
16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kategori Kekuaatan Otot Lengan
Gambar 18. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Prestasi Renang gaya bebas 50 meter Pada Tiap Kelompok Berdasarkan Klasifikasi Kekuatan Otot Lengan.
B. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut: Tabel 9 . Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kelompok
N
M
SD
Lhitung
Ltabel 5%
Kesimpulan
KP1
5
12,976
2,837
0,1549
0,337
Berdistribusi Normal
KP2
5
14,606
2,067
0,1793
0,337
Berdistribusi Normal
KP3
5
7,798
2,649
0,1207
0,337
Berdistribusi Normal
KP4
5
16,432
3,263
0,1131
0,337
Berdistribusi Normal
KP5
5
10,330
3,407
0,1066
0,337
Berdistribusi Normal
Perlakuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KP6
5
13,952
3,241
0,2365
0,337
Berdistribusi Normal
KP7
5
15,130
2,724
0,1483
0,337
Berdistribusi Normal
KP8
5
17,618
2,621
0,1881
0,337
Berdistribusi Normal
KP9
5
14,038
2,470
0,1474
0,337
Berdistribusi Normal
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP1 diperoleh nilai Lo = 0.1549. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0.337. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada KP1 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada sampel KP2 diperoleh nilai Lo = 0.1793, yang ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.337. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada KP2 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP3 diperoleh nilai Lo = 0.1207. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.337. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada KP3 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada
KP4 diperoleh nilai Lo = 0.1131. Di mana nilai tersebut
lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.337. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada KP4 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP5 diperoleh nilai Lo = 0.1066. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.337. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada KP5 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP6 diperoleh nilai Lo = 0.2365, yang ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.337. Dengan demikian dapat disimpulkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa sampel pada KP6 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada
KP7 diperoleh nilai Lo = 0.1483. Di mana nilai tersebut
lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.337. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada KP7 berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP8 diperoleh nilai Lo = 0.1881. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.337. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada KP8 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Adapun
dari
hasil uji normalitas yang dilakukan
pada KP9 diperoleh nilai Lo = 0.1474, yang ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.337. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada KP9 juga berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Bartlet. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut: Tabel 10 . Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ∑ Kelompok
Ni
SD2gab
χ2o
χ2tabel 5%
Kesimpulan
9
5
8.054
1.526
15.507
Varians homogen
Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2o = 1.526. Sedangkan dengan K - 1 = 9 – 1 = 8, angka χ2tabel 5% = 15.507, yang ternyata bahwa nilai χ2o = 1.526 lebih kecil dari χ2tabel 5% = 15.507. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara kelompok dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai langkah-langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis varians dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab II.
Tabel 11. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Metode Latihan (A1, A2 dan A3) Sumber
dk
JK
A
2
108,5653
54,283
Kekeliruan
36
289,9482
8,054
Variasi
RJK
Fo 6,7397
Ft 3,26
Tabel 12. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Kekuatan Otot Lengan (B1, B2 dan B3) Sumber
dk
JK
B
2
70,1542
35,077
Kekeliruan
36
289,9482
8,054
Variasi
RJK
Fo 4,3552
Ft 3,26
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor Sumber
dk
JK
Perlakuan
1
8388,6080
8388,608
A
2
108,5653
54,283
6,7397
3,26
B
2
70,1542
35,077
4,3552
3,26
AB
4
184,0461
46,012
5,7128
2,80
Kekeliruan
36
289,9482
8,054
Total
45
9041,3218
Variasi
RJK
Fo
Ft
Rata-rata
Tabel 14. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians KP
A1B3
A2B2
A1B1
A2B3
A3B3
A1B2
A3B1
A1B2
A3B2
Rerata
7,798
10,330
12,976
13,952
14,038
14,606
15,130
16,432
17,618
A1B3
7,798
-
A2B2
10,330
A1B1
12,976
A2B3
13,952
A3B3
14,038
A1B2
14,606
A3B1
15,130
A1B2
16,432
A3B2
17,618
2,532 -
*
5,178
*
6,154
*
6,240
*
6,808
*
*
RST
7,332
*
8,634
*
9,820
*
3,6299
*
6,102
*
7,288
*
4,3660
2,646
3,622
3,708
4,276
4,800
-
0,976
1,062
1,630
2,154
3,456
4,642
4,8102
-
0,086
0,654
1,178
2,480
3,666
5,1275
-
0,568
1,092
2,394
3,580
5,3686
-
0,524
1,826
3,012
5,5717
-
1,302
2,488
5,7367
-
1,186
5,8763
-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan ; Yang bertanda * signifikan pada P 0,05. Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut: a.1.Pengujian Hipotesis I Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa antara latihan stability ball hops, latihan wheelbarrow drill dan latihan plyo push ups memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas yang berbeda. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 6.740 > Ftabel = 3.26. Dengan demikian hipotesa nol (H0) ditolak. Yang berarti hipotesis yang menyatakan bahwa latihan stability ball hops, latihan wheelbarrow drill dan latihan plyo push ups memiliki peningkatan yang berbeda dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata latihan plyo push ups memiliki peningkatan yang paling baik dibandingkan latihan stability ball hops dan latihan wheelbarrow drill. Siswa yang mendapatkan latihan stability ball hops memiliki rata-rata peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter sebesar 11.79 detik, siswa yang mendapatkan latihan wheelbarrow drill memiliki rata-rata peningkatan sebesar 13.57 detik, sedangkan siswa yang mendapatkan latihan plyo push ups memiliki rata-rata peningkatan sebesar 15.60 detik.
commit to user
Formatted: Indent: Left: 0.01", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.39" + Tab after: 0.64" + Indent at: 0.64", Tab stops: 0.26", List tab + Not at 0.64"
perpustakaan.uns.ac.id
b.2.
digilib.uns.ac.id
Pengujian Hipotesis II Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kekuatan otot lengan
baik memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang berbeda dengan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang dan kurang. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 4.355 > Ftabel = 3.26. Dengan demikian hipotesa nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik, sedang dan kurang memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang berbeda dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang maupun kurang. Setelah diperbandingkan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang juga memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan kurang. Siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik memiliki rata-rata peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter sebesar 14.85 detik, siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang memiliki rata-rata peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter sebesar 14.18 detik, sedangkan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan kurang memiliki rata-rata peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter sebesar 11.93 detik.
Kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang paling tinggi, selanjutnya kekuatan otot lengan sedang. Siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter 0.66 detik yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang, dan 2.92 detik lebih tinggi jika dibandingkan dengan kekuatan otot lengan kurang.
commit to user
Formatted: Indent: Left: 0.01", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.39" + Tab after: 0.64" + Indent at: 0.64", Tab stops: 0.26", List tab + Not at 0.64"
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter 2.26 detik yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan kurang. c.3. Pengujian Hipotesis III Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara latihan stability ball hops, whell barrow drill dan kekuatan otot lengan sangat bermakna. Karena Fhitung = 5.713 > Ftabel = 2.80. Dengan demikian hipotesis nol ditolak. Yang berarti terdapat interaksi yang signifikan antara jenis metode latihan dan kekuatan otot lengan.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu : 1. Ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian. Faktor utama yang meliputi : a. Perbrdaan Pengaruh metode latihan stability ball hops, wheelbarrow driil dan plyo push ups. b. Perbedaan pengaruh tentang tinkat kekuatan otot lengan baik itu kekuatan otot lengan baik, kekuatan otot lengan sedang dan kekuatan otot lengan kurang baik. 2. Ada Interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi dengan dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut:
commit to user
Formatted: Indent: Left: 0.01", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.39" + Tab after: 0.64" + Indent at: 0.64", Tab stops: 0.26", List tab + Not at 0.64"
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. a. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Stability Ball Hops, Whellbarrow Drill dan Plyo Push Ups terhadap Prestasi Renang Gaya Bebas 50 Meter Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan latihan stability ball hops, latihan wheelbarrow drill dan latihan plyo push ups terhadap peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter. Kelompok siswa yang mendapat latihan stability ball hops mempunyai peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang mendapat latihan wheelbarrow drill. Latihan stability ball hops mengembangkan kondisi fisik yang sesuai dengan karakteristik kebutuhan fisik prestasi renang gaya bebas 50 meter. Pelaksanaan latihan stability ball hops pada penelitian ini yaitu melakukan latihan menggunakan alat (beban) berupa bola medicine yang dilakukan dengan cepat dan eksplosif. Dalam latihan ini otot-otot atlet dituntut untuk bekerja melawan beban yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus dengan cepat. Latihan dengan stability ball hops ini dapat meningkatkan kekuatan otot sekaligus kecepatan gerak otot. Latihan stability ball hops merupakan latihan yang menjembatani antara kecepatan dan kekuatan. Kebutuhan kekuatan cukup dominan dalam nomor renang gaya bebas 50 meter, karena tipe gerakan renang adalah cepat dan eksplosif. Latihan stability ball hops memiliki karakteristik yang sesuai dengan tipe kerja dalam renang gaya bebas 50 meter. Dengan demikian latihan ini sangat baik untuk meningkatkan kemampuan renang gaya bebas 50 meter, karena kekuatan yang eksplosif lebih diperlukan dalam renang gaya bebas 50 meter. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa latihan plyo push ups memiliki rata-rata peningkatan persentase prestasi renang gaya bebas 50 meter 3.80 detik lebih tinggi dibandingkan stability ball hops dan 2.02 detik lebih tinggi dibandingkan dengan latihan wheelbarrow drill.
commit to user
Formatted: Indent: Left: 0.26", Line spacing: single, No bullets or numbering, Tab stops: Not at 1.14"
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan latihan wheelbarrow drill memiliki rata-rata peningkatan persentase prestasi renang gaya bebas 50 meter 1.78 detik lebih tinggi dibandingkan stability ball hops .
b.1.
Perbedaan Pengaruh Kekuatan Otot Lengan Baik, Sedang dan Kurang Terhadap
Peningkatan Prestasi Renang Gaya Bebas 50 Meter Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa dengan kekuatan otot lengan baik dan kekuatan otot lengan kurang terhadap peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter. Pada kelompok siswa dengan kekuatan otot lengan baik mempunyai peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter lebih baik dibanding kelompok siswa dengan kekuatan otot lengan kurang. Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa dengan kekuatan otot lengan baik dan kekuatan otot lengan kurang terhadap hasil prestasi renang gaya bebas 50 meter. Pada kelompok siswa dengan kekuatan otot lengan baik mempunyai peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter lebih baik dibanding kelompok siswa dengan kekuatan otot lengan sedang maupun kurang. Pada kelompok siswa kekuatan otot lengan baik memiliki potensi yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang maupun kurang. Siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik juga mempunyai peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter lebih baik dibanding kelompok siswa dengan kekuatan otot lengan kurang.
commit to user
Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.26", Numbered + Level: 2 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Tab after: 1.4" + Indent at: 1.4", Tab stops: 0.26", List tab + Not at 1.14" + 1.4"
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kekuatan otot lengan merupakan komponen penting untuk pembentukan kekuatan dan unsur penting untuk melakukan tolakan pada renang gaya bebas 50 meter. Hasil latihan kekuatan otot lengan dipengaruhi oleh tingkat kemampuan kekuatan otot lengan yang telah dimiliki sebelumnya. Kekuatan otot lengan merupakan modalitas untuk memperoleh ayunan lengan yang baik. Siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik memiliki potensi terbentuknya dayungan dan dorongan yang lebih baik, dari pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan kurang. Dasar kekuatan otot lengan yang dimiliki siswa dapat lebih dikembangkan untuk mendukung gerakan renang gaya bebas 50 meter. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik 0.66 detik yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang, dan 2.92 detik lebih tinggi jika dibandingkan dengan kekuatan otot lengan kurang. Sedangkan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter 2.26 detik yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan kurang. c. Pengaruh Interaksi Antara Metode Latihan dengan Kekuatan Otot Lengan Dari tabel ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi yang nyata. Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 15. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B Terhadap Prestasi Renang Gaya Bebas 50 Meter. Faktor
A = Metode Latihan Taraf
A1
A2
A3
Rerata
│A1 – A2│
│A1 – A3│
│A2– A3│
B=Kekuatan Otot
B1
12,98
16,43
15,13
14,846
3,46
2,15
1,30
Lengan
B2
14,61
10,33
17,62
14,185
4,28
3,01
7,29
B3
7,80
13,95
14,04
11,929
6,15
6,24
0,09
Rerata
11,793
13,571
15,595
13,653
1,78
3,80
2,02
│B1 – B2│
1,63
6,10
2,49
1,778
│B1 – B3│
5,18
2,48
1,09
2,92
│B2 – B3│
6,81
3,62
3,58
Berdasarkan hasil analisis data, dua faktor variabel penelitian yang diteliti memiliki pengaruh interaksi yang signifikan terhadap peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter . Interaksi antara dua faktor penelitian yaitu metode latihan dan taraf kekuatan otot lengan dapat dilihat pada gambar berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
1
2
3
A1
12.98
14.61
7.80
A2
16.43
10.33
13.95
A3
15.13
17.62
14.04
20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
1
2
3
B1
12.98
16.43
15.13
B2
14.61
10.33
17.62
B3
7.80
13.95
14.04
Gambar 27. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Prestasi Renang Gaya Bebas 50 Meter. Keterangan : : A1 = Latihan stability ball hops. : A2 = Latihan wheelbarrow drill : A3 = Latihan plyo push ups : B1 = Kekuatan otot lengan baik : B2 = Kekuatan otot lengan sedang : B3 = Kekuatan otot lengan kurang baik Atas dasar gambar di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai prestasi renang gaya bebas 50 meter adalah tidak sejajar dan bersilangan. Garis peningkatan prestasi antar kelompok memiliki suatu titik
commit to user
perubahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertemuan atau persilangan. Antara jenis latihan dan kekuatan otot lengan memiliki titik persilangan. Berarti terdapat interaksi yang signifikan diantara keduanya. Gambar tersebut menunjukkan bahwa kekuatan otot lengan berpengaruh signifikan terhadap penggunaan metode latihan. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata ada interaksi antara metode latihan dengan kekuatan otot lengan, hal ini terlihat bahwa arah perubahan peningkatan prestasi tidak sejajar dan memiliki titik pertemuan. Siswa dengan kekuatan otot lengan kurang memiliki peningkatan prestasi yang baik, jika mendapat latihan, sedangkan siswa dengan kekuatan otot lengan baik memiliki peningkatan prestasi yang lebih tinggi, jika mendapat latihan. Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai kekuatan otot lengan memiliki pengaruh interaksi terhadap hasil latihan. Ternyata siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang dengan latihan stability ball hops, memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kekuatan otot lengan baik dan kurang. Siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang besar jika dilatih dengan latihan wheelbarrow drill. Siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang besar jika dilatih dengan latihan plyo push ups.
Keefektifan penggunaan metode latihan dipengaruhi oleh klasifikasi kekuatan otot lengan yang dimiliki siswa. Siswa dengan kekuatan otot lengan sedang lebih cocok jika mendapatkan latihan plyo push ups dan stability ball hops, sedangkan siswa dengan kekuatan otot lengan baik lebih cocok jika mendapatkan latihan wheelbarrow drill.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a.1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan stability ball hops, wheelbarrow drill dan plyo push ups terhadap prestasi renang gaya bebas 50 meter. Pengaruh metode latihan plyo push ups untuk peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter ternyata lebih baik dari pada latihan stability ball hops dan latihan wheelbarrow drill. b.2. Ada perbedaan peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang signifikan antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik, sedang dan kurang baik. Peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik lebih baik dari pada yang memiliki kekuatan otot lengan sedang dan kekuatan otot lengan kurang baik. c.3. Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara metode latihan dan kekuatan otot lengan terhadap prestasi renang gaya bebas 50 meter. 1.a. Latihan stability ball hops lebih cocok bagi siswa dengan kekuatan otot lengan sedang. 2.b. Latihan wheelbarrow drill lebih cocok bagi siswa dengan kekuatan otot lengan baik. 3.c. Bagi siswa dengan kekuatan otot lengan kurang baik lebih baik jika mendapatkan latihan plyo push ups.
B. Implikasi
Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang luas jika di kaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut : 1. Secara umum dikatakan bahwa metode latihan stability ball hops,
metode latihan
whellbarrow drill dan plyo push ups dengan kekuatan otot lengan merupakan
commit to user
Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.26", Numbered + Level: 2 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Tab after: 1.36" + Indent at: 1.36", Tab stops: Not at 1.36"
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
variable-variabel yang mempengaruhi peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter. 2. Metode latihan stability ball hops, metode latihan whellbarrow drill dan plyo push ups, ketiganya ternyata memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan prestasi renang gaya bebas 50 meter. Ketiga metode latihan tersebut dapat digunakan dalam usaha untuk meningkatkan prestasi renang gaya bebas 50 meter. 3. Metode latihan plyo push ups ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan prestasi renang gaya bebas 50 meter. Kebaikan metode latihan plyo push ups ini dapat dipergunakan sebagai solusi bagi pengajar dan pelatih dalam upaya meningkatkan prestasi renang gaya bebas 50 meter. 4. Kekuatan otot, khususnya kekuatan otot lengan merupakan variable penting yang berpengaruh terhadap prestasi renang gaya bebas 50 meter. Tingkat kekuatan otot lengan yang dimiliki oleh perenang menentukan peningkatan hasil prestasi renang gaya bebas 50 meter. 5. Berkenaan dengan penerapan metode latihan stability ball hops,
metode latihan
whellbarrow drill dan plyo push ups untuk dapat meningkatkan prestasi renang gaya bebas 50 meter, masih ada factor lain yaitu kekuatan otot lengan. Hasilnya menunjukkan bahwa perbedaan peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang sangat signifikan antara kelompok kekuatan otot lengan baik, kekuatan otot lengan sedang dan kekuatan otot lengan kurang baik dan itu ditunjukan oleh kekuatan otot lengan baik sedangkan untuk metode latihan dalah metode latihan plyo push ups. Hal ini mengisyaratkan kepada para pelatih dan pengajar untuk selalu memperhatikan akan ketiga factor yaitu kekuatan otot lengan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka diberikan saran-saran sebagaiberikut : 1. Pelatih dan pengajar renang menggunakan metode latihan stability ball hops, metode latihan whellbarrow drill dan metode latihan plyo push ups. 2. Pelatih dan pengajar renang hendaknya memperbanyak latihan plyo push ups untuk meningkatkan prestasi renang gaya bebas 50 meter. 3. Agar prestasi renang gaya bebas 50 meter lebih bisa maksimal maka kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai hendaknya ditingkatkan hingga kategori baik. 4. Agar peningkatan prestasi lebih efektif, penerapan metode latihan stability ball hops, metode latihan whellbarrow drill dan plyo push ups Untuk
meningkatkan
prestasi
renang
gaya
bebas
50
meter
hendaknya
mempertimbangkan kemampuan kekuatan otot yang telah dimiliki. 5. Kepada para pelaku olahraga dapat memperdalam dan mengembangkan penelitian lebih lanjut dari implikasi dan saran yang telah dipaparkan untuk kemajuan olahraga yang tiada henti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN STABILITY BALL HOPS, WHEELBARROW DRIIL DAN PLYO PUSH UPS TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT LENGAN DITINJAU DARI PRESTASI RENANG GAYA BEBAS 50 METER (Studi
Eksperimen pada Siswa Putera Jurusan Otomotif SMK Negeri 1 Geger Madiun)
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan NOVI ARIJANTO TRISMINARWAN NIM : A 120809116
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN STABILITY BALL HOPS, WHEELBARROW DRIIL DAN PLYO PUSH UPS TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT LENGAN DITINJAU DARI PRESTASI RENANG GAYA BEBAS 50 METER (Studi
Eksperimen pada Siswa Putera Jurusan Otomotif SMK Negeri 1 Geger Madiun)
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Diajukan NOVI ARIJANTO TRISMINARWAN NIM : A 120809116
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN STABILITY BALL HOPS, WHEELBARROW DRIIL DAN PLYO PUSH UPS TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT LENGAN DITINJAU DARI PRESTASI RENANG GAYA BEBAS 50 METER (Studi
Eksperimen pada Siswa Putera Jurusan Otomotif SMK Negeri 1 Geger Madiun)
Disusun Oleh : NOVI ARIJANTO TRISMINARWAN NIM : A 120809116
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing:
Dewan Pembimbing:
Jabatan
Pembimbing I
Nama
Prof. Dr. Sugiyanto NIP. 194911081976091001
Pembimbing II Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr. AIFO. NIP. 19480531197603 1 001
Tanda Tangan
Tanggal
_________
_______
_________
Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Pasca sarjana UNS
Dr. Agus Kristiyanto, M. Pd. NIP:commit 196511281990031001 to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN STABILITY BALL HOPS, WHEELBARROW DRIIL DAN PLYO PUSH UPS TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT LENGAN DITINJAU DARI PRESTASI RENANG GAYA BEBAS 50 METER (Studi
Eksperimen pada Siswa Putera Jurusan Otomotif SMK Negeri 1 Geger Madiun)
Disusun Oleh : NOVI ARIJANTO TRISMINARWAN NIM : A 120809116 Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji : Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.
Sekretaris
Prof. Dr. Kiyatno, dr.,PFK.,M.Or.,AIFO
……………..
…………
Anggota Penguji
1. Prof. Dr. Sugiyanto
……………..
…………
……………..
…………
2. Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr.,AIFO
……………..
Tanggal .………..
Mengetahui
Ketua Program Studi Dr. Agus Kristiyanto, M. Pd. Ilmu Keolahragaan NIP. 19651128 199003 1 001
……………..
…………..
Direktur Program Pascasarjana
……………..
……………
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP. 19610717 198601 1 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Novi Arijanto Trisminarwan
NIM
:
Jurusan / Program
: Program Study Ilmu Keolahragaan
A 120809116
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul : PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN STABILITY BALL HOPS, WHEELBARROW
DRIIL DAN PLYO PUSH UPS TERHADAP PENINGKATAN
KEKUATAN OTOT LENGAN
DITINJAU DARI PRESTASI RENANG GAYA
BEBAS 50 METER ( Studi Eksperimen pada Siswa Putera Jurusan Otomotif Smk Negeri 1 Geger Madiun ), adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya sendiri diberi tanda citasi dan ditunjukan pada daftaar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti peryataan saya ini tidak benar, maka saya ini bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta,
2012
Pembuat Pernyataan
Novi Arijanto Trisminarwan
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“ Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata, “ Jadilah !” Maka terjadilah dia ”. ( Q.S. Yậ sin: 82 )
“ Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantalah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk ”.
( Q.S. An Nahl : 125 )
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan Kepada :
1. Kedua Orang Tuaku. 2. Istriku Tercinta yang selalu mendampingiku. 3. Anak-anaku tersayang. 4. Seluruh Keluarga dan Kerabatku. 5. Kepada semua pihak yang telah membantu saya dan semua pembaca. 6. Serta Almamater tercinta.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat-Nya, sehinngga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Penyelesaian tesis mengalami berbagai kesulitan dan hambatan, berkat bantuan dari berbagai pihak, maka berbagai kesulitan dan hambatan yang timbul dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini diucapkan terimakasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi MS. Selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof.
Dr. Ir. Ahmad Yunus,
MS, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka menulis tugas akhir. 3. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan arahan, serta bimbingan dalam penyusunan tesis. 4. Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan arahan, serta bimbingan dalam penyusunan tesis. 5. Prof. Dr. Sugiyanto selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan, saran dan koreksi dalam menyusun tesis. commit vii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Prof. Dr Muchsin Doewes, dr, AIFO. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan, saran dan koreksi dalam menyusun tesis . 7. Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Geger Kabupaten Madiun yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di SMK Negeri 1 Geger Kabupaten Madiun. 8. Tim Penguji tesis yang telah memberikan penilaian dan koreksi akhir tesis ini. 9. Para Siswa SMK Negeri 1 Geger Kabupaten Madiun atas kerelaan dan keikhlasannya menjadi sampel penelitian ini. 10. Teman-teman yang dengan sukarela telah membantu pelaksanaan tesis ini. 11. Kepada Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan balasan-Nya kepada mereka dengan yang lebih baik. Amin.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb.
Surakarta,
Penulis.
commit viii to user
2012.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………………
I
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………..
ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….
iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….….
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………
1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………………
6
C. Pembatasan Masalah ………………………………………………
8
D. Perumusan Masalah………………………………………………..
9
E. Tujuan Penelitian ………………………………………………….
10
F. Manfaat Penelitian............................................................................
11
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS ………………………………..
12
A. Kajian Teori………………………………………………………..
12
1. Cabang Olahraga Renang.................................................................
12
a. Hakekat OlahragaRenang.........................................................
13
1) Prinsip-Prinsip Dasar Renang..……………………………
18
a) Prinsip Daya Mengapung.……………………………… 20 b) Prinsip Dororngan dan Tarikan dalam Berenang………. 21
commit ix to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Prinsip Keteraturan dalam Penggunaan Tarikan dan Dorongan dalam Olahraga Renang…………………. ... 23 d) Prinsip Individual yang harus Dipunyai oleh Atlet Renang……………………………………………….. … 24 e) Prinsip Pemindahan Momentum (Penekanan Bagian Tubuh yang perlu untuk mendapat Power )…………… 25 f) Prinsip Hukum Kwadrat Teoritis………………………. 26 g) Prinsip Hukum Aksi dan Reaksi yang Dipakai dalam Pemulihan ( recovery )……………………………………… 27 2) Pengaruh Renang terhadap Pertumbuhan ………………… 28 a) Pengaruh terhadap Peredaran Darah…………………… 28 b) Pengaruh terhadap Pernafasan dan Kardiovaskuler …… 29 c) Pengaruh terhadap Psikologis ( Kejiwaan ) …………… 30 b. Gaya pada Olahraga Renang ………………………………… 31 1) Gaya Dada ( Breast Stroke )……………………………… 32 2) Gaya Punggung ( Back Crawl )………………………………. 33 a) Posisi Badan ………………………………………….. 33 b) Gerakan Kaki ………………………………………… 34 c) Gerakan Lengan………………………………………. 35 d) Gerakan Pengambilan Nafas …………………………. 36 commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Gaya kupu-kupu ( Butterfly Stroke )……………………… 37 4) Gaya Bebas ( Crowl Stroke ) jarak 50 meter ……………. 39 a) Tendangan mengepak …………………………………. 42 b) Bernafas ……………………………………………….. 42 c) Tarikan dan Dorongan Tangan ……………………….. 43 5) Perkembangan gaya Bebas……………………………….. 45 a) Masa Alamiah ………………………………………….. 45 b) Masa Tradisional…………………………………………45 c) Masa Lift theory ( tahun 1970- sampai sekarang ) ……..46 c. Prestasi Renang Gaya Bebas …………………………………. 47 d.Untuk Meningkatkan Prestasi Atlet Renang ………………….. 49 1) Drill Ayunan Tangan ……………………………………… 50 2) Drill Ayunan Kaki ………………………………………… 51 3) Latihan Pernafasan ………………………………………… 53 4) Berputar Haluan dalam Gaya Bebas ………………………. 54 2. Prinsip-Prinsip untuk Melatih Atlet didalam Latihan Renang………. 56 a. Sistim Energi Bagi Atlet Renang ………………………………... 58 b. Sumber Energi Bagi Atlet Renang ……………………………
59
1) Produksi ATP ………………………………………………
61
2) Sistim Energi An-Aerobik …………………………………..
62
commitxito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Sistim Fosfat Kreatin………………………………………..
64
c. Latihan untuk Atlet Renang …………………………………….
64
1) Latihan Fisik ( Physical Training ) ………………………….
65
2) Latihan Teknik ………………………………………………
67
3) Latihan Taktik ……………………………………………….
68
4) Latihan Mental ( Psycological Training ) …………………… 69 d. Program Latihan untuk Atlet Renang …………………………… 70 1) Program Latihan Jangka Panjang untuk Atlet Renang ……… 71 2) Tahapan Dasar untuk Seorang Atlet Renang Pemula………... 71 3) Tahapan Menengah untuk Atlet Yunior pada Renang ………. 72 4) Tahapan Lanjut untuk Atlet Senior pada Renang …………… 73 e. Program Latihan Jangka Menengah untuk Atlet Renang ……….
76
f. Program Latihan Jangka Pendek untuk Atlet Renang …………… 77 1) Periode Persiapan …………………………………………… 79 2) Periode Kompetisi …………………………………………..
80
3) Periode Transisi ……………………………………………..
80
a) Siklus Mikro …………………………………………
81
b) Sesi Latihan Renang …………………………………
85
4) Metode Latihan untuk Renang ………………………….
89
commitxii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Wheelbarrow drill……………………………………..
90
b) Stabilty Ball Hops …………………………………….
91
c) Plyo Push Ups …………………………………………
92
3. Kekuatan Otot Lengan ………………………………………..
95
a) Otot Lengan yang Dominan untuk Bekerja pada Renang Gaya Bebas……………………………………..
98
b) Energi untuk Kontraksi Otot sangat baik bagi Perenang ..
100
c) Peranan Kekuatan Otot Lengan dalam Renang Gaya Bebas……………………………………………….. 101 B. Penelitian yang Relevan …………………………………………… 104 C. Kerangka Berpikir ………………………………………………… 106 a. Perbedaan Pengaruh antara Metode Latihan, Whell barrow drill, Stability Ball Hops dan Plyo Push Ups ……………………
106
b. Perbedaan Pengaruh Peningkatan Kecepatan Berenang 50 Meter Gaya Bebas antara Siswa yang Memiliki Kekuatan Otot Lengan Baik, Kekuatan Otot Lengan Sedang dan Kekuatan Otot Lengan Kurang Baik ………………….........
106
c. Perbedaan Interaksi antara Ketiga Metode Latihan Kekuatan Otot Lengan Baik, Kekuatan Otot Lengan Sedang dan Kekuatan Kurang Baik terhadap Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas ….......................................... commit toxiii user
107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Perumusan Hipotesis ……………………………………………. BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………
109 110
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………
110
1. Tempat Penelitian ……………………………………………..
110
2. Waktu Penelitian……………………………………………….
110
B. Metode Penelitian…………………………………………………
111
1. Jenis Penelitian ………………………………………………… 111 2. Desain Penelitian……………………………………………….. 112 C. Variabel Penelitian ……………………………………………….. 114 1. Variabel Bebas ( Independent ).... …………………………….. 114 2. Variabel Terikat ( Dependent )…………………………………
115
D. Definisi Operasional ………………………………………………. 115 1. Metode Latihan Stability Ball Hops ……................................. 115 2. Metode Latihan Whellbarrow Drill…………………………… 116 3. Metode Latihan Plyo Push Ups……………………………….. 116 4. Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas…………117 E. Populasi dan Sampel ……………………………………………… 118 1. Populasi ………………………………………………………… 118 2. Sampel………………………………………………………….. 118
commit xiv to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Teknik Pengumpulan Data………………………………………… 119 G. Teknik Analisis Data ……………………………………………… 120 1. Pengujian Prasyarat Analisis……………………………………. 121 a) Uji Nomarlitas ……………………………………………….. 121 b) Uji Homogenitas……………………………………………… 122 2. Uji Hipotesis ……………………………………………………. 123 a) Anava Rancangan Faktorial 3x3…………………………….
123
b) Uji Rentang Newman-Keuls ………………………………..
124
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi ………………………………………………………….. 126 B. Pengujian Persyaratan Analisis …………………………………… 134 1. Uji Normalitas …………………………………………………… 134 2. Uji Homogenitas ………………………………………………… 136 C. Pengujian Hipotesis ……………………………………………….
137
a. Pengujian Hipotesis I …………………………………………… 139 b. Pengujian Hipotesis II …………………………………………..
140
c. Pengujian Hipotesis III ………………………………………….
141
D. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………………. 141 a. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Stability Ball Hops, Wheel barrow Drill dan Plyo Push Ups terhadap Prestasi Renang Gaya commit xv to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bebas 50 meter ……………………………………………………. 142 b. Perbedaan Pengaruh Kekuatan Otot Lengan Baik, Sedang dan Kurang Baik terhadap Peningkatan Prestasi Renang Gaya Bebas 50 Meter ………………………………………………………….. 144 c. Pengaruh Interaksi Antara Metode Latihan dengan Kekuatan Otot Lengan ……………………………………………………… 145 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……………………… 150 A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 150 B. Implikasi …………………………………………………………….. 151 C. Saran ………………………………………………………………… 152 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 154 LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………………... 158
commit xvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
HALAMAN Tabel 1.
Program Latihan Jangka pendek …………………………………..78
Tabel 2.
Perbedaan Metode Latihan dan Peningkatan Energi ………………95
Tabel 3.
Rancangan Penelitian Desain Faktorial 3x3 ……………………...112
Tabel 4.
Daftar Anava Desaian Eksperiment Factorial A, B, C………………….123
Tabel 5.
Deskripsi Data Prestasi Renang Gaya Bebas 50 meter Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan dan Kekuatan Otot Lengan. …………………………………………..127
Tabel 6.
Nilai Peningkatan Prestasi Renang Gaya Bebas 50 meter Masing-Masing Sel
Tabel 7.
(Kelompok Perlakuan)...................................129
Nilai Peningkatan Prestasi Renang Gaya Bebas 50 meter Masing-MasingKelompokMetode Latihan………………………...131
Tabel 8.
Nilai Peningkatan Prestasi Renang Gaya Bebas 50 meter Masing- Masing Kelompok Berdasarkan Klasifikasi Kekuatan OtotLengan…………………………………………………………………132
Tabel 9.
Rangkuman Hasil Uji Normalitas …… ………………………….134
Tabel 10.
Rangkuman Hasil Uji Homogenitas …….………………………..136
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 11.
digilib.uns.ac.id
Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Metode Latihan (A1, A2 dan A3) ...................................................137
Tabel 12.
Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Kekuatan Otot Lengan (B1, B2 dan B3) …………………………………….137
Tabel 13.
Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor …………………..138
Tabel 14.
Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians……………………………………….....138
Tabel 15.
Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan
B Terhadap Prestasi
Renang Gaya Bebas 50 Meter........................................................146
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar
1.
Dorongan dan Tarikan …………………………………………21
Gambar
2.
Pemulihan dan Siku yang Baik ………………………………...27
Gambar
3.
Tarikan Lengan dan Bentuk Kaki pada Gaya Dada…………... 32
Gambar
4.
Posisi Badan pada Gaya Punggung…………………………….34
Gambar
5.
Posisi Gerakan Kaki …………………………………………... 35
Gambar
6.
Gerakan Lengan pada Gaya Punggung………………………... 36
Gambar
7.
Serangkaian Gerakan Pada Gaya Punggung…………………... 37
Gambar
8.
Serangkaian Gerakan Lengan pada Gaya Kupu………………. 37
Gambar
9.
Serangkaian Gerakan pada Dolphin Kick…………………….. 39
Gambar 10.
Gerakan Gaya Bebas …………………………………………. 41
Gambar 11.
Gerakan Tendangan Mengepak tanpa Berjalan ………………. 42
Gambar 12.
Gerakan Tendangan Mengepak dengan Berjalan……………... 42
Gambar 13.
Gerakan Ambil Nafas dan Buang Nafas ……………………... 43
Gambar 14.
Tarikan dan Dorongan………………………………………… 44
Gambar 15.
Gerakan Tarik Tangan didalam Gaya Bebas …………………. 45
Gambar 16.
Teori Lift……………………………………………………….46
xix commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 17.
Mekanisme Berbalik dengan cara Tertutup…………………… 56
Gambar 18.
Proses Pecahan ATP selama Kontraksi Otot berubah menjadi ADP ……………………………………………………61
Gambar 19.
Sistimatis Energi Sistim An-aerobic …………………………….62
Gambar 20.
Tahapan Usia Atlet ……………………………………………...75
Gambar 21.
Volume dan Intensitas Latihan ………………………………….81
Gambar 22.
Periodesasi dengan Kerangka Waktu …………………………...82
Gambar 23.
Ilustrasi Beban selama 7 Minggu ……………………………….83
Gambar 24.
Grafik Latihan Beban Perminggu ………………………………84
Gambar 25.
Beban Latihan dalam Satu Minggu untuk Atlet Senior…………85
Gambar 26.
Urutan Beban Pada Sesi Latihan ………………………………..87
Gambar 27.
Bentuk metode latihan Wheelbarrow Drill………………………... 90
Gambar 28.
Bentuk Metode Latihan Stability Ball Hops……………………….91
Gambar 29.
Bentuk Metode Latihan Plyo Push Ups …………………………93
Gambar 30.
Otot Lengan yang Dominan Untuk Renang……………………..98
Gambar 31.
Mekanisme tentang Kontraksi Otot…………………………….101
Gambar 32.
Gerakan Tangan yang sedang Menyisir Air di dalam Gaya Bebas …………………………………………………………..104
xx commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 33.
digilib.uns.ac.id
Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Prestasi Renang gaya bebas 50 meter Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan dan Kekuatan Otot Lengan
Gambar 34.
…………………………………………….........128
Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Prestasi Renang Gaya Bebas 50 Meter Pada Tiap Kelompok Perlakuan..............130
Gambar 35.
Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Prestasi Renang Gaya Bebas 50 Meter Pada Tiap Kelompok Metode Latihan…………………………………………………132
Gambar 36.
Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Prestasi Renang Gaya Bebas 50 Meter Pada Tiap Kelompok Berdasarkan Klasifikasi Kekuatan Otot Lengan……………………………..133
Gambar
37.
Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Prestasi Renang Gaya Bebas 50 Meter.....................................................147
xxi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Setting Pelaksanaan Latihan dengan Menggunakan Metode Latihan Whellbrrow Drill, Stability Ball Hops dan Plyo Push Ups …………………………………….........................................158
Lampiran 2.
Program Latihan ………………………………………………….161
Lampiran 3.
Grafik Peningkatan Beban Latihan untuk Tiap Minggu …………162
Lampiran 4.
Tes Pengukuran untuk Kekuatan Otot Lengan …………………..163
Lampiran 5.
Uji Reliabilitas dengan Anava …………………………………...171
Lampiran 6.
Tabel Kerja Untuk Menghitung Reliabilita Hasil Tes Akhir Peningkatan Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas …………175
Lampiran 7.
Program Latihan Setiap Kali Pertemuan …………………………180
Lampiran 8.
Sekedul Perencanaan Pelaksanaan Latihan ……………………... 198
Lampiran 9.
Anatomi Latihan ………………………………………………… 199
Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir …………………….. 200 Lampiran 11. Rekapitulasi Tes Awal dan Tes Akhir Renang 50 Meter Gaya Bebas Klasifikasi Kekuatan Otot Lengan beserta Pembagian Sampel ke Sel-sel …………………………………………………202 Lampiran 12.
Rekapitulasi Data Tes Awal dan Akhir Renang 50 Meter
xxii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gaya Bebas pada Kelompok Metode Latihan Stability Ball Hops ………………………………………………………..204 Lampiran 13. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Akhir Renang 50 Meter Gaya Bebas pada Kelompok Metode Latihan Whellbarrow Drill……………………………………………………………….205 Lampiran 14. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Akhir Renang 50 Meter Gaya Bebas pada Kelompok Metode Latihan Plyo Push Ups……………………………………………………………….205 Lampiran 15. Uji Normalitas Data pada Kelompok Perlakuan Metode Latihan Stability Ball Hops Kategori Kekuatan Otot Lengan Tinggi……..207 Lampiran 16. Uji Normalitas Data pada Kelompok Perlakuan Metode Latihan Stability Ball Hops Kategori Kekuatan Otot Lengan Sedang……208 Lampiran 17. Uji Normalitas Data pada Kelompok Perlakuan Metode Latihan Stability Ball Hops Kategori Kekuatan Otot Lengan Kurang Baik ………………………………………………………209 Lampiran 18. Uji Normalitas Data pada Kelompok Perlakuan Metode Latihan Whellbarrow Drill pada Kategori Kekuatan Otot Lengan Tinggi…210 Lampiran 19.
Uji Normalitas Data pada Kelompok Perlakuan Metode Latihan Whellbarrow Drill pada Kategori Kekuatan Otot Lengan Sedang…211
xxiii commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 20.
digilib.uns.ac.id
Uji Normalitas Data pada Kelompok Perlakuan Metode Latihan Whellbarrow Drill pada Kategori Kekuatan Otot Lengan Kurang Baik……………………………………………………...…212
Lampiran 21.
Uji Normalitas Data pada Kelompok Perlakuan Metode Latihan Plyo Push Ups pada Kategori Kekuatan Otot Lengan Baik………..213
Lampiran 22.
Uji Normalitas Data pada Kelompok Perlakuan Metode Latihan Plyo Push Ups pada Kategori Kekuatan Otot Lengan Sedang…….214
Lampiran 23.
Uji Normalitas Data pada Kelompok Perlakuan Metode Latihan Plyo Push Ups pada Kategori Kekuatan Otot Lengan Kurang baik ………………………………………………….…….215
Lampiran 24.
Data Normalitas tentang Kelompok Perlakuan, Mean, Standard Deviasi dan L. Hitung, L Tabel 5 %. ……………………………....216
Lampiran 25.
Analisis Varians, Uji Homogenitas dengan Uji Barllet dan Uji dan Rentang Newman Keuls ……………………………………….219
Lampiran 26.
Perlakuan Pada Testi ……………………………………………….223
xxiv commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK NOVI ARIJANTO TRISMINARWAN. A. 120809116. Perbedaan Pengaruh
Metode
Latihan, Stability Ball Hops, Wheelbarrow Drill dan Plyo Push Ups, terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Lengan ditinjau dari Prestasi Renang Gaya Bebas 50 Meter. Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perbedaan pengaruh Metode latihan Whellbarrow drill, Stability ball hops dan Plyo push ups, terhadap peningkatan kekuatan otot lengan ditinjau dari kecepatan berenang 50 meter gaya bebas, (2) perbedaan peningkatan kecepatan berenang 50 meter gaya bebas antara yang memiliki kekuatan otot baik, sedang dan kurang baik, (3) pengaruh interaksi metode latihan Whellbarrow drill, Stability ball hops dan, Plyo push ups dengan yang memiliki kekuatan otot lengan baik, sedang, kurang baik terhadap peningkatan kecepatan berenang 50 meter gaya bebas. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen Faktorial. Rancangan penelitian ini dengan menggunakan faktorial 3x3. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa putra jurusan otomotif SMK Negeri 1 Geger Kabupaten Madiun dengan menggunakan kolam renang “ Banyu Biru “ Kabupaten Madiun, keseluruhan siswa yang diambil hanya yang bisa renang gaya bebas 50 meter yang berjumalah 45 siswa. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan Sampling acak atau Sampling Peluang. Teknik analisis datanya dengan menggunakan ANAVA. Sebelum menguji dengan ANAVA Rancangan Faktorial 3x3, terlebih dahulu uji prasyarat analisis data dengan menggunakan uji normalitas sampel (uji Lilliefors dengan α = 0,05 % ) dan Uji homogenitas varians ( Uji Barllet dengan α = 0,05 % ). Kesimpulan penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diperoleh sebagai berikut: (1). Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan stability ball hops, wheelbarrow drill dan plyo push ups terhadap peningkatan kekuatan otot lengan ditinjau dari peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter.
xxv commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengaruh metode latihan plyo push ups lebih baik dari pada latihan stability ball hops dan latihan wheelbarrow drill dimana plyo push ups memiliki rata-rata peningkatan persentase prestasi renang gaya bebas 50 meter 3.80 detik lebih tinggi dibandingkan stability ball hops dan 2.02 detik lebih tinggi dibandingkan dengan latihan wheelbarrow drill. Metode latihan wheelbarrow drill memiliki rata-rata peningkatan persentase prestasi renang gaya bebas 50 meter 1.78 detik lebih tinggi dibandingkan stability ball hops. (2) Ada perbedaan peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter yang signifikan antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik, sedang dan kurang. Peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik lebih baik dari pada yang memiliki kekuatan otot lengan sedang maupun kurang. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan ratarata peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter pada siswa yang memiliki kekuatan otot lengan baik 0.66 detik yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang, dan 2.92 detik lebih tinggi jika dibandingkan dengan kekuatan otot lengan kurang baik. Sedangkan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan sedang memiliki peningkatan prestasi renang gaya bebas 50 meter 2.26 detik yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kekuatan otot lengan kurang baik. (3) Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara metode latihan dan kekutan otot lengan terhadap prestasi renang gaya bebas 50 meter dimana latihan stability ball hops lebih cocok bagi siswa dengan kekuatan otot lengan sedang, metode latihan wheelbarrow dril lebih cocok bagi siswa dengan kekutan otot lengan baik sedangkan siswa yang memiliki kekutan otot kurang baik lebih cocok mendapat metode latihan plyo push ups.
xxvito user commit
perpustakaan.uns.ac.id
Kata-kata kunci :
digilib.uns.ac.id
Metode Latihan Stability Ball Hops, Wheelbarrow Drill dan Plyo Push Ups, Prestasi renang gaya bebas 50 meter, Kekuatan Otot Lengan.
commit to user xxvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
NOVI ARIJANTO TRISMINARWAN. A. 120809116. The Diffrent Effect Of Stability Ball Hops, Whellbarrow Drill and Plyo Push Ups Practicing Methods Toward The 50 Metres Free Style Swimming Achievement Based On The Arm Muscle Power . Thesis. Surakarta. Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University, November 2011 The research aim is to know (1) the differences of the Whellbarrow drill, Stability ball hops, Plyo push ups practice method toward the speed of 50 metres free style swimming, (2) The differences of 50 metres free style swimming speed raise between good middle and less muscle power .(3) The influence of the interaction between Whellbarrow drills, Stability ball hops and Plyo push ups practicing method and the good, midlle and less muscle power toward the raise of the 50 metres free style swimming speed. The research using experiment method. The design of the research using Factorial 3x3 design. The subject nale students of the automotive , SMK Negeri 1 Geger, kabupaten Madiun using the “ Banyu Biru “ swimming pool. All students capable only in 50 metres free style swimming. The sampling tecnique using purposive random sampling normality test (liliefors’ test with α =0,05 %) and variants homoginity test ( Barllets test with α = 0,05 % ) is conducted before The factorial 3x3 design anava test. The research found: (1) There is significant effect between Stability ball hops, Wheel barrow drill and Plyo push ups practise methods and the achievement of 50 metres free style swimming. Plyo Push ups effect is better than Stability ball hops and Wheelbarrow drill method which Plyo Push ups has 03. 80 seconds average on the 50 metres free style swimming higher Than Stability ball hops and 02. 02 second higher than Wheelbarrow drill. Wheelbarrow drill has the averange percentage achievement on 50 metres free style 01. 78 second higher than Stability ball hops . (2) There is significant difference on 50 metres free style achievement between students, whose have the power muscle good, middle and less. commit to user xxviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
The 50 metres free style achievement is better on students whose have good muscle power than middle and less muscle power students. The date analysis found that good muscle power students is 0. 66 seconds better than middle muscle power students and 02. 92 seconds better than less muscle power students. The middle muscle power students achieve 02. 26 second better than less muscle power students on 50 metres free style. (3)There is significants interaction influence between practise method and muscle power on 50 metres fre style achievement. The Stability ball hops suitable toward the students whose have midlle muscle power, Whellbarrow drill is more suitable toward the students whose have good muscle power and less muscle power students is suitable with the plyo push ups.
Key Words
: Stability ball hops, Wheelbarrow drill and Plyo push ups practising methods, the 50 metres free style swimming achievement, arm muscle power.
commit to user xxix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user