BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Political Connection Political Connection Bukti nyata bahwa Potical Connection mempunyai power dalam dunia bisnis ditunjukan dengan tiga sumber potensi manfaat dari koneksi politik yaitu: akses istimewa ke kredit, diskon pajak, dan kekuatan pasar. Faccio, (2010) menemukan bahwa perusahaan yang terhubung dengan Political Connection memang memiliki leverage yang lebih tinggi (misalnya, akses khusus terhadap kredit), tarif pajak yang lebih rendah (yaitu, diskon pajak) , dan pangsa pasar yang lebih besar (yaitu, kekuatan pasar). Namun perlu diketahui terlebih dahulu kategori perusahaan yang mempunyai Political Connection. (Faccio, 2006) mengatakan perusahaan mempunyai Political Connection jika salah satu dari pemegang saham besar perusahaan atau pejabat atas adalah: a. Anggota parlemen perusahaan dapat dihubungkan melalui anggota parlemen dalam dua cara. Pertama, setidaknya satu pejabat utama mereka dapat duduk di parlemen nasional. Kedua, perusahaan diklasifikasikan sebagai terhubung saat setidaknya satu pemegang saham besar adalah anggota parlemen. Pemegang saham besar didefinisikan sebagai orang langsung atau tidak langsung mengendalikan setidaknya 10 persen suara pemegang saham. b. Seorang menteri atau kepala negara ada tiga jenis koneksi dengan menteri atau kepala negara: sebagai pejabat, sebagai pemegang saham besar, atau melalui keluarga. Seorang kerabat mungkin pasangan, anak, saudara, atau orang tua. c. Terkait erat dengan seorang pejabat tinggi. Koneksi jenis ini terjadi ketika seseorang yang adalah seorang kepala negara atau perdana menteri (atau salah satu kerabat mereka) juga seorang eksekutif puncak atau pemegang saham besar perusahaan; Ketika seorang menteri pemerintah atau anggota parlemen adalah seorang eksekutif
puncak atau pemegang saham besar perusahaan; ketika pemegang saham besar atau pejabat tinggi adalah teman dari seorang menteri atau anggota parlemen; ketika pemegang saham besar atau pejabat tinggi adalah seorang politisi di negara lain, atau ketika pemegang saham besar atau pejabat tinggi yang diketahui terkait dengan partai politik. 2.1.2 Cost of Debt Sumber pendanaan perusahaan ada dua jenis yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal. (Myers et al., 2006) menyatakan bahwa pendanaan internal berasal dari retained earnings sedangkan pendanaan eksternal berasal dari penerbitan saham, penerbitan obligasi, dan pinjaman bank. Untuk memperoleh sumber dana tersebut, terdapat biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sebagai kompensasi bagi penyedia modal. Cost of debt dapat didefinisikan sebagai tingkat pengembalian yang dibutuhkan oleh kreditor saat melakukan pendanaan (Fabozzi, 2007). Menurut Fortin dan Pittman (2004) cost of debt dihitung dari besarnya beban bunga yang dibayarkan oleh perusahaan dalam periode satu tahun dibagi dengan jumlah rata-rata pinjaman jangka panjang dan jangka pendek yang berbunga selama tahun tersebut. Beberapa penelitian sebelumnya mengunakaan yield spread sebagai proksi untuk menghitung cost of debt. Yield spread diperoleh dari selisih ratarata tertimbang yield to maturity (YTM) antara firm's outstanding debt dengan treasury bond (Anderson et al., 2003, dan Elyasiani et. al., 2010). Cost of debt menunjukkan besarnya biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan apabila perusahaan menggunakan dana yang berasal dari pinjaman. Perusahaan dapat memperoleh pendanaan dari kreditur melalui pinjaman bank maupun obligasi. Cost of debt yang berasal dari pinjaman bank merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan. Cost of debt dari obligasi adalah tingkat pengembalian hasil yang diinginkan (required of return) investor yang digunakan untuk sebagai tingkat diskonto dalam mencari nilai obligasi. 2.1.3 Board independence
Board independence atau dewan komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, dan pemegang saham mayoritas, serta bebas dari hubungan bisnis dan/atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006). Gani (2005) komisaris independen merupakan anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan (tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan) yang dipilih secara transparan dan independen, memiliki integritas dan kompetensi yang memadai, bebas dari pengaruh yang berhubungan dengan kepentingan pribadi atau pihak lain, serta dapat bertindak secara objektif dan independen dengan berpedoman pada perinsip-perinsip good corporate governance
(transparency,
accountability,
responsibility,
fairness).
Istilah
board
independence pada one-tier board system sama dengan istilah komisaris independen dalam two-tier board system. 2.1.4 Managerial ownership Managerial ownership juga merupakan upaya yang bisa ditempuh untuk mengurangi konflik antara principal dan agent. Manajerial ownership adalah shareholder yang merupakan perusahaan pihak internal yang ikut aktif dalam kegiatan operasional perusahaan ownership (Hanafi, 2004). Menurut Wahidahwati (2002) managerial adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan, misalnya direktur dan komisaris. Manajer yang memiliki sejumlah saham di perusahaan dapat diartikan bahwa manajer tersebut merangkap juga sebagai pemegang saham didalam perusahaan (Jensen, dan Meckling, 1976). Jensen dan meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial mampu meredakan konflik antara shareholder dengan management karena manajer yang memiliki sebagian kecil saham perusahaan memiliki insentif untuk menanggung konsekuensi dan keuntungan perusahaan. Dengan kepemilikan saham manajer bertindak sebagai pihak pengelola dan
pemilik perusahaan sehingga akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya. Hal ini akan berdampak baik kepada perusahaan serta memenuhi keinginan dari para pemegang saham. Namun disisi lain, managerial ownership akan menyebabkan timbulnya konflik antara shareholder dan kreditur (Jensen dan Meckling, 1976). Shuto dan Kitagawa (2010) menyatakan bahwa konflik tersebut medorong shareholder-manager untuk mengambil keputusan yang menguntungkannya namun memberikan beban terhadap kreditur. Shareholder memiliki insentif untuk mengambil alih kekayaan kreditur melalui investasi dan keputusan keuangan yang bertujuan untuk mengurangi jumlah hutang perusahaan. Board yang juga berkedudukan sebagai shareholder akan melakukan pengelolaan perusahaan yang cenderung mementingkan kepentingan shareholder daripada kepentingan kreditur. 2.2 Penelitian Terdahulu Shailer dan Wang (2014) studi mereka mengkaji dampak kepemilikan pemerintah pada cost of debt perusahaan yang terdaftar Cina. Mereka menemukan bahwa perusahaan-perusahaan di bawah kendali pemerintah memiliki cost of debt yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan di bawah kendali pribadi, dan bahwa kepemilikan pemerintah paling menguntungkan ketika perusahaan menunjukkan kesulitan keuangan, memiliki kontrol pemegang saham tinggi. Bliss dan Gul (2012) Perusahaan Political Connection di Malaysia terkait dengan suku bunga yang lebih tinggi yang dibebankan oleh pemberi pinjaman dibandingkan dengan perusahaanperusahaan non-Political Connection. Para penulis ini berpendapat bahwa ini adalah karena kontrak yang efisien pada bagian dari pemberi pinjaman yang menganggap perusahaan perusahaan ini untuk menjadi lebih berisiko, dan memberikan bukti dari alasan ini bahwa perusahaan Political Connection: a. memiliki leverage yang lebih tinggi, b. lebih mungkin untuk melaporkan kerugian, dan
c. lebih cenderung memiliki ekuitas negatif Shaw (2012) Penelitian yang berjudul “CEO Incentives and Cost of debt” ini menghasilkan beberapa penemuan menarik yaitu opsi dan saham yang dimiliki CEO berperngaruh terhadap cost of debt, variabel kontrol size dan board independence tidak berpengaruh sedangkan investment opportunity set tidak berpengaruh. Dalam penelitiannya peneliti menggangap bahwa board independence tidak berpengaruh signifikan karena hanya sebagai pelengkap dan syarat corporate governance dan kinerja nya tidak berdampak pada perusahaan secara signifikan. Shuto dan Kitagawa (2010) Dalam penelitian ini menemukan bahwa managerial ownership berpengaruh postif signifikan terhadap cost of debt, dan managerial ownership mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap cost of debt ketika potential agency cost yang besar, selain itu penelti ini menemukan firm size berpengaruh negatif signifikan karena menganggap perusahaan yang besar pun akan mengalami resiko yang besar pula apabila terjadi kesulitan dalam keuangan. Mobarak dan Purbasari (2006) Pengaruh political connection sangat signifikan dalam izin impor barang lokal. Di negara berkembang, politisi berkuasa lebih tertarik dalam melindungi kepentingan bisnis individu tertentu "yang terhubung" kepada mereka , bukan industri secara keseluruhan. 2.3 Kerangka Pikiran dan Hipotesis 2.3.1 Hipotesis 1 Penggunaan liabilitas akan meningkatkan nilai perusahaan, namun perusahaan akan membatasi jumlah liabilitasnya dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan (financial distress). Liabilitas tentunya akan menuntut pengembalian perusahaan kepada kreditur. Tingkat pengembalian yang diberikan perusahaan inilah yang akan menjadi cost of debt (biaya utang) bagi perusahaan. Cost of debt suatu perusahaan dengan
perusahaan lainnya tentu berbeda. Tapi apakah perbedaan ini juga di sebabkan adanya political connection dalam suatu perusahaan. Dari penelitian (Bliss dan Gul, 2012) Perusahaan Political Connection di Malaysia memiliki suku bunga yang lebih tinggi yang dibebankan oleh pemberi pinjaman dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan nonPolitical Connection. Para penulis ini berpendapat bahwa ini adalah karena kontrak yang efisien pada bagian dari pemberi pinjaman yang menganggap perusahaan perusahaan ini menjadi lebih berisiko. (Shailer dan Wang, 2014) studi mereka mengkaji dampak kepemilikan pemerintah pada cost of debt perusahaan yang terdaftar Cina. Mereka menemukan bahwa perusahaan-perusahaan di bawah kendali pemerintah memiliki cost of debt yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan di bawah kendali pribadi. Dengan dasar ini peneliti menyusun hipotesis yang pertama apakah political connection perusahaan berpengaruh terhadap suku bunga pada debt di perusahaan indonesia. Hypothesis 1. Political connection berpengaruh positif terhadap cost of debt perusahaan 2.3.2 Hipotesis 2 Lorca et.al (2011) menyatakan bahwa corporate governance yang kuat dapat mengurangi cost of debt. Board independence merupakan salah satu karakteristik dewan yang dapat mempengaruhi integritas laporan keuangan yang dijadikan sebagai dasar kreditur untuk menentukan cost of debt. Board independence dinilai lebih mendorong perusahaan untuk menghasilkan laporan keuangan yang kredibel dibandingkan dengan dewan lainnya. Perusahaan dengan proporsi board independence yang besar akan meningkatkan integritas laporan keuangan sehingga menurunkan cost of debt. Pemantuan dan pengendalian yang efektif dalam pembuatan laporan keuangan akan meningkatkan integritas laporan keuangan. Selain itu dalam penelitian Bliss dan Gul (2012) menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara tingkat bunga dibebankan pada utang untuk PCON (Political Connection) yang memiliki proporsi lebih tinggi direktur independen pada komite audit mereka dan ini meringankan risiko yang dirasakan sehingga suku bunga yang dikenakan lebih rendah untuk
perusahaan-perusahaan ini. Dapat disimpulkan bahwa adanya board independence mempengaruhi besar kecilnya cost of debt di berbagai negara namun apakah hal ini juga terjadi dalam perusahaan-perusahaan di Indonesia terlebih dalam perusahaan yang memiliki adanya pengaruh political connecction board di dalamnya atau board independence hanya sebagai syarat dan pemanis dalam jajaran board director. Oleh karena itu dapat dikembangkan hipotesis yang kedua yaitu: Hypothesis 2. Board independence berpengaruh negatif terhadap cost of debt perusahaan yang mempunyai political connection 2.3.3 Hipotesis 3 Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan manajer dengan pemegang saham. Kepemilikan manajerial dalam perusahaan akan cenderung untuk berusaha untuk meningkatkan kinerjanya untuk kepentingannya saham dan untuk kepentingannya sendiri. Kreditur yang rasional akan menuntut tingkat bunga yang lebih tinggi pada perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang tinggi. Hal tersebut dilakukan kreditur untuk perlindungan apabila manajer mengambil tindakan yang hanya menguntungkan shareholder. Penelitian yang dilakukan oleh Shuto dan Kitagawa (2010), Tanaka (2011) dan Nejadmalayeri dan Singh (2012) membuktikan bahwa managerial berpengaruh positif signifikan terhadap cost of debt. Hal ini mendukung pandangan bahwa kreditur mempertimbangkan unsur managerial ownership terhadap penentuan cost of debt. Oleh karena itu di kembangkan hipotesis yang ketiga yaitu Hypothesis 3. Managerial ownership berpengaruh positif terhadap cost of debt perusahaan yang mempunyai political connection 2.3.4 Kerangka Pemikiran Penelitian : Skematis kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan:
Gambar 1.1 Kerangkan Pemikiran Penelitian
POLITICAL CONNECTION
COST OF DEBT
MANAGERIAL OWNERSHIP
BOARD INDEPENDENCE VARIABEL KONTROL
LEVERAGE ROA SIZE SALES GROWTH TANGIBLE ASSET INTENSITY