BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Rasio Profitabilitas 2.1.
Pengertian dan Unsur-unsur Laporan Keuangan
Pada umumnya, setiap perusahaan membuat laporan keuangan sebagai bentuk pertangungjawaban manajemen atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan
selama
suatu
periode
tertentu
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan dengan perusahaan. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2005:121) bahwa: Laporan keuangan adalah merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan ini menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban. Chairul Marom (2004:2) juga menyatakan bahwa “Laporan keuangan adalah produk dari manajemen dalam rangka mempertanggungjawabkan (stewardship) pengguna sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya”. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah alat komunikasi yang dapat memberikan informasi mengenai aktivitas perusahaan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Selanjutnya
menurut Kieso et.al. (2008:6) bahwa “Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak di luar
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Laporan keuangan yang sering disajikan adalah neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas serta laporan ekuitas pemilik atau pemegang
saham”.
Pengertian tersebut menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah alat komunikasi yang dapat memberikan informasi mengenai aktivitas perusahaan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Setelah mengemukakan tentang berbagai uraian pengertian laporan keuangan tersebut, selanjutnya diuraikan berbagai unsur yang termasuk dalam laporan keuangan. Dimana secara umum unsur utama dari laporan keuangan terdiri dari (Djarwanto, 2004:5): 1.
Neraca (Balance Sheet) Neraca, yang disebut juga laporan posisi keuangan, memberikan informasi
tentang jenis serta jumlah aktiva dan pasiva perusahaan. Aktiva terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap, sedangkan pasiva terdiri dari kewajiban dan kekayaan pemegang saham. Neraca menunjukkan posisi keseimbangan antara aktiva dengan kewajiban ditambah kekayaan pemegang saham. Chairul Marom (2004:10) menyatakan bahwa: “Neraca menggambarkan posisi keuangan yang berupa aktiva, kewajiban, dan ekuitas suatu unit usaha pada suatu saat tertentu. Aktiva disajikan sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi dengan seluruh kewajiban perusahaan”. Menurut S. Munawir (2003:13) menyatakan bahwa: “Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu tahun akhir fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet”.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya menurut Sofyan Syafri Harahap (2005:10) bahwa “Laporan neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban dan modal pada suatu saat tertentu.
Laporan ini bisa disusun setiap saat dan merupakan opname posisi
keuangan pada saat itu”. Dengan demikian dari berbagai rumusan tersebut, secara garis besar dapat dinyatakan bahwa neraca merupakan suatu laporan yang pada dasarnya menyajikan dan menunjukkan informasi tentang keadaan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini mencakup posisi aktiva (harta kekayaan), kewajiban, modal dan informasi mengenai sifat dan jumlah investasi. 2.
Laporan Laba-Rugi (Income Statement) Pada dasarnya, laporan laba-rugi merupakan ringkasan dari pendapatan
dan biaya suatu perusahaan pada periode tertentu, misalnya satu bulan, satu tahun. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa laporan laba rugi berisi uraian pendapatan dan pengeluaran pada periode waktu tertentu, serta dapat menunjukkan besarnya laba (atau kerugian) yang dihasilkan oleh perusahaan dari hasil operasional dan aktivitas lainnya.
Pada umumnya, unsur-unsur pokok yang terdapat pada
laporan laba rugi adalah pendapatan (penerimaan), harga pokok penjualan, laba kotor, beban operasi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum, bunga pinjaman dan pajak penghasilan), dan laba bersih. Selanjutnya menurut Kieso et.al. (2008:3),
laporan laba rugi sering
digunakan untuk:
Universitas Sumatera Utara
a.
Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diketahui dengan menganalisis dan mengevaluasi pendapatan dan beban yang terdapat pada laporan laba rugi. b. Memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan Informasi mengenai kinerja perusahaan di masa lalu dapat digunakan untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan. c. Membantu menilai risiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas di masa depan. Informasi tentang berbagai komponen laba, pendapatan, dan beban memperlihatkan kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas di masa depan”. Menurut S. Munawir (2003:26) bahwa “Laporan rugi laba merupakan
suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu”. Pada dasarnya alasan utama pentingnya perhitungan laba rugi adalah bahwa laporan laba rugi dapat menyediakan informasi kepada investor dan kreditur yang dapat membantu meramal jumlah, waktu dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. Ramalan yang akurat atas arus kas masa depan membantu investor untuk menilai kelayakan ekonomi perusahaan dan kreditur untuk menentukan kemungkinan dari pembayaran kembali kalinya terhadap perusahaan. Kedua, perhitungan laba rugi membantu pemakai menentukan resiko tingkat ketidakpastian dari kegagalan mencapai suatu arus tertentu. Selain itu juga digunakan oleh pihak lain seperti pelanggan untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan memberikan barang dan jasa yang dibutuhkan. Demikian juga serikat pekerja berguna untuk menelaah secara cermat sebagai dasar untuk pembahasan mengenai tingkat gaji yang diterima, serta bagi pemerintah untuk merumuskan pajak, kebijakan fiskal dan moneter. Dengan demikian laporan laba rugi disusun sedemikian rupa dengan maksud untuk menggambarkan keberhasilan/kegagalan operasi perusahaan dalam
Universitas Sumatera Utara
upaya mencapai tujuan selama periode tertentu, yang diukur dengan membandingkan pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. 3.
Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) Laporan arus kas adalah sumber informasi tentang penerimaan dan
pengeluaran kas dari semua aktivitas yang dilakukan perusahaan selama satu periode, baik dari aktivitas operasi, investasi, maupun pendanaan. Informasi ini sangat penting untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan kas serta mengetahui bagaimana kebijakan entitas dalam mengelola (menggunakan) dana kasnya. Menurut Harnanto (2002:130), “Laporan arus kas menjelaskan perubahanperubahan yang terjadi pada kas dan setara kas (investasi sementara dan sangat likuid yang dengan mudah dapat dikonversikan menjadi kas) dalam suatu periode akuntansi”. Untuk dapat dikatakan setara kas, suatu item harus memenuhi dua kriteria sebagai berikut: (1) dapat dengan mudah dikonversikan menjadi kas, dan (2) pendek tanggal jatuh temponya, sehingga kecil tingkat risiko terjadinya perubahan nilai sebagai akibat dari perubahan suku bunga. Chairul Marom (2004:16) menyatakan bahwa, “Laporan arus kas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan
kebutuhan
perusahaan
dalam
memanfaatkan
dana
tersebut,
yang
diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi, investasi dan pendanaan”.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Henry Simamora (2005:27) “Laporan arus kas adalah memperlihatkan arus masuk kas (cash inflows), yaitu penerimaan-penerimaan, dan arus keluar kas (cash outflows) dari sebuah entitas selama periode tertentu”. Pengertian di atas mengartikan bahwa laporan arus kas memperlihatkan sumber-sumber arus kas masuk serta penggunaan arus kas keluar sepanjang tahun selama satu periode akuntansi. Arus kas tersebut dibuat (dilaporkan) dalam tiga kelompok berdasarkan jenis aktivitasnya, yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.
Kas bersih dari masing-masing aktivitas
dijumlahkan dan direkonsiliasikan dengan saldo kas pada awal tahun, sehingga diperoleh saldo kas akhir tahun. Laporan ini disusun dari perbandingan neraca awal serta akhir, dan juga dikaitkan dengan laporan operasi periode tersebut. Laporan ini mencerminkan keputusan tentang sumber dan penggunaan dana, yaitu komitmen dana untuk investasi dalam aktiva atau untuk membayar kembali kewajiban, atau meningkatkan dana melalui pinjaman tambahan atau dengan mengurangi investasi aktiva.
Salah satu sumber dana utama adalah operasi yang menguntungkan
dimana pendapatan melebihi biaya dan beban. Sebaliknya, operasi yang tidak menguntungkan merupakan suatu penggunaan dana.
2.2.
Manfaat Analisa Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan suatu alat yang sangat penting bagi
manajemen untuk mengambil keputusan-keputusan intern perusahaan.
Para
manajer memanfaatkan informasi akuntansi untuk membantu mereka dalam
Universitas Sumatera Utara
mengevaluasi operasi yang sedang berjalan dan merencanakan operasi mendatang. Misalnya, dengan membandingkan hasil kegiatan yang lalu dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, akan ditemukan cara memacu aktivitas ke arah yang menguntungkan dengan meniadakan hal-hal yang merugikan. Pihak ekstern yang ingin mengikuti perkembangan suatu perusahaan memerlukan
gambaran
mengenai
perusahaan.
Para
penanam
modal
memanfaatkan informasi mengenai posisi keuangan dan prospek perusahaan pada masa yang akan datang.
Bank dan pemasok perlu menilai sehat tidaknya
keuangan perusahaan sebelum pinjaman kredit diberikan. Karyawan dan serikat kerja berkepentingan pada stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Sedangkan lembaga
pemerintah
berkepentingan
mengetahui kemampuan perusahaan
membayar pajak. Dengan demikian, laporan keuangan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (baik pihak internal maupun eksternal) sebagai dasar untuk mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan masing-masing pihak. Menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam Chairul Marom (2004:16) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan ini adalah: 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai peruabahn dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.
Universitas Sumatera Utara
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dicantumkan oleh Sofyan Syafri Harahap (2005:134) mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah “Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Dengan demikian secara umum bahwa laporan keuangan bertujuan untuk memberikan berbagai informasi penting tentang berbagai hal yang menyangkut atau terkait dengan pos-pos yang mempengaruhi kemajuan dan perkembangan suatu perusahaan, serta sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi bagi para pemakai laporan keuangan tersebut.
2.3.
Pengertian Likuiditas Analisis dan penafsiran posisi keuangan jangka pendek adalah penting, baik bagi
pihak manajemen maupun pihak-pihak di luar perusahaan seperti kreditur (terutama kreditur jangka pendek) dan pemilik perusahaan. Bank-bank komersial dan kreditur jangka pendek lainnya sangat menaruh perhatian pada tingkat keamanan bagi kreditkredit jangka pendeknya, manajemen berkepentingan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal kerja, dan pemegang saham beserta kreditur jangka panjang berkepentingan untuk mengetahui prospek pembayaran dividen dan bunga. Menurut Suad Husnan (2003:195) bahwa “Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi (jangka
Universitas Sumatera Utara
pendek)”. Tagihan seorang pemberi kredit jangka panjang, misalnya pemilik obligasi, sebaliknya bersifat jangka panjang, dan karenanya ia akan lebih berminat terhadap kemampuan aliran kas untuk melunasi hutang dalam jangka panjang. Pemilik obligasi mungkin akan menilai struktur modal perusahaan, sumber-sumber dana dan penggunaan dana, profitabilitas selama beberapa periode dan proyeksi profitabilitas di masa yang akan datang.
2.4.
Rasio-Rasio Likuiditas Pada umumnya perhatian pertama dalam analisis keuangan adalah rasio
likuiditas, yaitu rasio yang memperlihatkan hubungan (perbandingan) antara kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Tujuannya untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dari rasio likuiditas ini dapat diketahui apakah perusahaan mampu memenuhi kewajibannya yang akan segera jatuh tempo. Jenis-jenis rasio yang tergolong dalam rasio likuiditas sebagai berikut: a.
Rasio Lancar (Current Ratio) Current ratio atau rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan
untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio lancar menunjukkan apakah tuntutan dari kreditur jangka pendek dapat dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi aktiva lancar dalam periode yang sama dengan jatuh temponya utang. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadi masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang memiliki rasio lancar terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan.
Menurut Erich A. Helfert
Universitas Sumatera Utara
(2003:96), “Rasio yang paling umum digunakan untuk menaksir risiko hutang yang disajikan dalam neraca adalah rasio lancar. Rasio ini menghubungkan aktiva lancar terhadap kewajiban lancar untuk mencoba memperlihatkan keamanan klaim pemberi hutang jika ada kegagalan”.
Current ratio dapat dihitung dengan rumus: Aktiva Lancar Rasio Lancar = Kewajiban Lancar
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2005:301): Rasio lancar dapat dibuat dalam bentuk beberapa kali atau dalam bentuk persentase. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100 % ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau di atas 100 %. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar. 26) b.
Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test) Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya paling
rendah, sering mengalami fluktuasi harga, dan sering menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, dalam perhitungan rasio cair (quick ratio), nilai persediaan dikeluarkan dari aktiva cair. Aktiva Lancar - Persediaan Rasio Cepat = Kewajiban Lancar
26)
Sofyan Syafri Harahap, Op.Cit, hal. 301.
Universitas Sumatera Utara
Quick ratio or acid test lebih baik dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, karena dalam perhitungannya semua unsur-unsur persediaan dikurangkan atau dianggap tidak digunakan untuk membayar utang jangka pendek. c.
Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas adalah perbandingan antara aktiva lancar yang benar-benar likuid
(yaitu dana kas) dengan kawajiban jangka pendek. Rasio kas dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kas dan bank + Surat Berharga Rasio Kas
= Kewajiban lancar
Dari rumus tersebut terlihat bahwa persediaan dan piutang dagang yang kurang likuid harus dikeluarkan dari aktiva lancar, sehingga pembayaran kewajiban jangka pendek hanya bersumber dari kas dan setara kas (efek-efek).
2.5.
Pengertian Profitabilitas Menurut
Bambang Riyanto (2005:331)
menyatakan bahwa
rentabilitas
(profabilitas) yaitu: Rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales, return on total assets, return on net worth dan lain sebagainya) atau menggambarkan kemampuan perubahan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti
Universitas Sumatera Utara
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya”.
Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham (2005:57) mengatakan bahwa “rasio profitabilitas adalah Memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen seperti ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan dari pendapatan investasi. Freddy Rangkuti (2004:77) mendefinisikan rasio keuntungan (profitability ratio) sebagai berikut: “Rasio keuntungan adalah ukuran untuk mengetahui seberapa jauh efektifitas manajemen dalam mengelola perusahaannya. Efektifitas manajemen meliputi kegiatan fungsional manajemen, seperti keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, dan operasional”. Dari defenisi di atas dapat dinyatakan bahwa rentabilitas/profitabilitas merupakan suatu rasio keuangan yang menunjukkan hasil akhir dari seluruh kebijakan perusahaan, khususnya kebijakan keuangan yang bertumpu pada pendayagunaan seluruh sumberdaya secara efektif dan efisien dan juga menunjukkan pengaruh secara keseluruhan dari likuiditas, pengelolaan aktiva maupun solvabilitas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba semaksimal mungkin.
2.6.
Rasio-Rasio Profitabilitas Menurut Sofyan Syafri Harahap (2005:304) bahwa “Rasio rentabilitas atau
disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya”.
Universitas Sumatera Utara
Rasio keuntungan (kemampulabaan) akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan. Rasio keuntungan (kemampulabaan) yang umum digunakan yaitu: a.
Gross Profit Margin Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor
dari setiap rupiah penjualan yang berfungsi untuk mengendalikan dan menutupi biayabiaya produksi, biaya operasi, biaya modal, pajak penghasilan dan biaya-biaya lain. Secara internal dalam suatu perusahaan, bahwa marjin kotor akan mencerminkan hubungan antara harga, volume dan biaya, sehingga setiap perubahan dalam harga jual produk, tingkat biaya produksi produk dan volume dalam bauran produk akan mengakibatkan perubahan dalam marjin kotor. Selain itu dalam organisasi perdagangan atau jasa, marjin kotor dapat dipengaruhi oleh kombinasi perubahan dalam harga yang dibebankan untuk produk dan jasa yang diberikan, harga yang dibayarkan untuk barang yang dibeli dari luar, biaya jasa yang diberikan oleh sumber internal dan eksternal serta setiap perubahan volume dalam bauran produk/jasa perusahaan. Demikian juga secara eksternal, perbedaan tingginya rasio marjin laba kotor antar perusahaan dapat disebabkan oleh tepat tidaknya lokasi perusahaan, tepat tidaknya produk yang dihasilkan perusahaan, tepat tidaknya teknologi yang digunakan perusahaan, komposisi aktiva tetap, struktur modal yang dimiliki, cakap tidaknya manajemen perusahaan dan kondisi persaingan. Selain itu kondisi dunia usaha dalam bentuk inflasi, resesi dan sebagainya juga turut berpengaruh terhadap tinggi rendahnya rasio margin laba kotor perusahaan. Secara sederhana rasio marjin laba kotor dapat dirumuskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Laba Kotor Gross Profit margin =
x 100 % Penjualan Bersih
b.
Net Profit Margin Hubungan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan menunjukkan
kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan sampai cukup berhasil dalam memulihkan/mengendalikan harga pokok barang dagangan/jasa, beban operasi, penyusutan, bunga pinjaman dan pajak.
Rasio ini juga menunjukkan kemampuan
manajemen untuk menyisihkan marjin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemiliki perusahaan yang tetap menyediakan modalnya dengan suatu resiko. Secara sederhana marjin laba bersih dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) Net Profit Margin =
x 100 % Penjualan Bersih
c.
Operating Profit Margin Rasio ini menunjukkan laba operasi sebelum bunga dan pajak (net operating
income) laba usaha, yang dihasilkan setiap rupiah penjualan.
Oleh karena itu total
penjualan sama dengan jumlah unit penjualan dikali dengan harga jual per unit dan beban pokok penjualan sama dengan jumlah unit penjualan dikali dengan beban pokok penjualan per unit.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya marjin laba operasi yaitu: jumlah unit produk yang dijual, rata-rata harga jual produk per unit, beban manufaktur atau beban perolehan produk/beban produksi perusahaan, kemampuan dalam mengawasi beban umum dan administrasi (beban operasi) serta kemampuan dalam mengawasi beban dalam memasarkan serta mendistribusikan produk perusahaan. Dengan demikian seluruh faktor tersebut akan berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan rasio marjin laba operasi. Oleh karena itu marjin laba operasi menunjukkan besarnya biaya operasi dan biaya produksi dan bermanfaat sebagai ukuran keseluruhan atas keberhasilan kegiatan operasi perusahaan. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Usaha Operating Profit Margin =
x 100 % Penjualan Bersih
d.
Basic Earning Power Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari
jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio semakin baik. Rasio ini sangat berguna untuk membandingkan perusahaan yang satu dengan yang lain meskipun kondisi perpajakan dan leverage keuangannya berbeda. Semakin besarr hasilnya, maka akan semakin baik. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Sebelum Bunga dan Pajak Basic Earning Power =
x 100 % Total Aktiva
Universitas Sumatera Utara
e.
Total Asset Turn Over Menurut Erich A. Helfert (2005:78) bahwa rasio ini menunjukkan “Besarnya
komitmen aktiva tercatat yang diperlukan untuk mendukung tingkat penjualan tertentu, atau sebaliknya, jumlah penjualan yang dihasilkan oleh setiap dolar aktiva”. Oleh karena itu perputaran total aktiva menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan tertentu. Semakin tinggi rasio perputaran total aktiva berarti semakin efisien penggunaan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan. Penjualan Bersih Total Assets Turn Over =
x 100 % Total Aktiva Rata-rata
f.
Return on Equity (ROE) Rasio return on equity memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola
modal sendiri secara efektif, serta mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal atau pemegang saham perusahaan. Tinggi rendahnya rasio ini dipengaruhi oleh beberapa komponen, yaitu: marjin laba bersih, perputaran total aktiva dan pengganda ekuitas. Pada komponen yang pertama hal ini sudah diuraikan pada rasio marjin laba bersih.
Dimana apabila marjin laba
menunjukkan rasio yang akan rendah akan turut mengurangi rendahnya rasio ROE. Hal ini berarti bahwa setiap periode kemampuan untuk menghasilkan laba bersih semakin
Universitas Sumatera Utara
rendah apabila nilai penjualan bersih tidak berubah atau kenaikkannya lebih kecil dibanding kenaikan biaya. Pada rasio perputaran total aktiva juga turut mendorong rendahnya nilai ROE. Hal ini disebabkan oleh penggunaan aktiva dalam proporsi yang lebih besar dibandingkan periode sebelumnya dalam menghasilkan penjualan. Hal ini berarti bahwa total aktiva lebih banyak diinvestasikan (ditanam) untuk memperoleh penjualan dan sedikit dioperasikan untuk modal kerja maupun nilai biaya modal yang tinggi. Demikian juga pada faktor pengganda ekuitas yang berasal dari rasio antara total aktiva dengan ekuitas pemegang saham. Dimana faktor ini merupakan alat ukur lain dari pengungkit keuangan yang nilanya sama dengan 1 + rasio hutang terhadap ekuitas. Oleh karena itu semakin tinggi nilai penggandaan dari rasio hutang dan ekuitas maka semakin tinggi pula rasio ROE. Semakin besar hasilnya maka rasio semakin baik. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih Setelah Pajak Return on equity =
x 100 % Rata-rata Modal Sendiri
g.
Return on Total Asset Return on total asset yang sering disebut juga return on investment adalah
pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Return on assets (ROA) dipengaruhi dua faktor, yaitu laba bersih dan total aktiva. Dimana secara teoritis untuk meningkatkan ROA dapat dilakukan dengan meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
laba bersih setelah pajak dan mengurangi total aktiva yang diinvestasikan (ditanamkan) perusahaan, dengan rumus sebagai berikut: Laba Bersih Setelah Pajak Return on assets
=
x 100 %
Total Aktiva Rata-rata
2.7.
Penelitian Terdahulu Panggabean (2008) melakukan penelitian pada PT. Pelindo I (Persero) Medan
dengan perumusan masalah bahwa terjadinya penurunan likuiditas dan rentabilitas modal sendiri pada tahun 2006 dibanding tahun 2005. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan deduktif.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa likuiditas
perusahaan pada tahun 2006 mengalami penurunan. Rasio lancar menurun dari 507,79 % pada tahun 2005 menjadi 282,05 % pada tahun 2006. Rasio cepat menurun dari 503,99 % pada tahun 2005 menjadi 279,65 % pada tahun 2006. Rasio kas menurun dari 449,65 % pada tahun 2005 menjadi 214,97 % pada tahun 2006. Penyebab penurunan likuiditas perusahaan adalah penurunan laba bersih dari Rp. 176.540.216.579 pada tahun 2005 menjadi Rp. 176.110.353.116 pada tahun 2006.
Sedangkan penurunan laba bersih
disebabkan peningkatan biaya operasional dengan jumlah yang cukup besar. Perusahaan telah mengeluarkan kas yang lebih besar pada tahun 2006 untuk membiayai biaya operasionalnya, sehingga likuiditas perusahaan mengalami penurunan. Rasio rentabilitas perusahaan mengalami penurunan, kecuali rasio perputaran total aktiva. Rasio operating profit margin menurun dari 51,48 % pada tahun 2005 menjadi 44,67 % pada tahun 2006. Net profit margin menurun dari 34,49 % pada tahun 2005 menjadi 29,93 % pada tahun 2006. ROA menurun dari 19,18 % pada tahun 2005 menjadi 17,24 % pada tahun 2006. ROE menurun dari 23,31 % pada tahun 2005 menjadi 21,19 % pada tahun 2006.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan perputaran total aktiva meningkat dari 0,56 kali pada tahun 2005 menjadi 0,58 kali pada tahun 2006.
Penurunan ratio rentabilitas modal sendiri (ROE) bukan
disebabkan penurunan
perputaran modal kerja, karena perputaran modal kerja
perusahaan justru mengalami peningkatan.
Dari data yang diperoleh, penurunan
rentabilitas modal sendiri disebabkan penurunan laba bersih serta peningkatan modal sendiri. Hasil penelitian Sitompul (2007) melakukan penelitian pada PT. BRI Cabang Sidikalang dengan perumusan masalah bahwa menurunnya tingkat likuiditas pada tahun 2006 dibanding tahun 2005. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan deduktif.
Penelitian tersebut menyimpulkan rasio likuiditas PT. BRI Cabang
Sidikalang pada tahun 2006 mengalami penurunan.
Rasio likuiditas bank yang
mengalami penurunan adalah: quick ratio dari 23,53 % pada tahun 2005 menjadi 14,32 % pada tahun 2006, banking ratio dari 167,22 % pada tahun 2005 menjadi sebesar 149,72 % pada tahun 2006, assets to loan rasio dari 86,88 % pada tahun 2005 menjadi 81,09 % pada tahun 2006,
loan to deposit ratio dari 113,18 % pada tahun 2005 menjadi
89,99 % pada tahun 2006. liquidity risk ratio dari 18,76 % pada tahun 2005 menjadi 12,07 % pada tahun 2006.
Sedangkan kas rasio meningkat dari 492,78 % pada tahun
2005 menjadi 637,76 % pada tahun 2006. disebabkan
Likuiditas bank mengalami penurunan
peningkatan deposit maryarakat pada bank tidak cukup untuk membiayai
peningkatan penyaluran kredit. Peningkatan penyaluran kredit pada tahun 2006 mencapai Rp. 285.296.000, sementara maryarakat hanya sebesar
peningkatan sumber pembiayaan kredit dari deposit Rp. 249.108.000. Penurunan likuiditas juga disebabkan
penggunaan yang relatif besar untuk membeli aktiva tetap pada tahun 2006. Jumlah penggunaan kas untuk membiayai pembelian aktiva tetapnya mencapai Rp. 150.000.000, atau dengan persentase 309,64 % dari tahun sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya hasil penelitian Ginting (2010) melakukan penelitian pada PT. Kurnia Aneka Gemilang Tanjung Morawa dengan perumusan masalah bahwa Menurunnya rentabilitas modal sendiri pada tahun 2007 dibanding tahun 2006. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan deduktif. Hasil penelitian bahwa Gross profit margin menurun dari 30,59 % pada tahun 2006 menjadi 21,43 % pada tahun 2007. Operating profit margin menurun dari 22,28 % pada tahun 2006 menjadi 13,22 % pada tahun 2007. Sedangkan net profit margin menurun dari 6,56 % pada tahun 2006 menjadi 4,30 % pada tahun 2007. Basic earning power menurun dari 6,90 % pada tahun 2006 menjadi 5,66 % pada tahun 2007. Perputaran total aktiva meningkat dari 0,37 kali pada tahun 2006 menjadi 0,53 kali pada tahun 2007. Return on assets (ROA) menurun dari 2,45 % pada tahun 2006 menjadi 2,27 % pada tahun 2007. Sedangkan return on equity (ROE) menurun dari 2,75 % pada tahun 2006 menjadi 2,50 % pada tahun 2007. Harga pokok penjualan pada tahun 2007 mengalami peningkatan. Setiap penjualan Rp. 100 pada tahun 2006 mempunyai beban pokok sebesar Rp. 69,41, sedangkan pada tahun 2007 beban pokok atas penjualan Rp. 100 meningkat menjadi Rp. 78,57. Peningkatan biaya usaha yang lebih besar dibanding peningkatan laba kotor. Biaya usaha meningkat sebesar Rp. 62.544,200. sedangkan peningkatan laba kotor hanya sebesar Rp. 26.766.445. 2.8.
Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian
terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut: Profitabilitas: * Return on asset Rasio Likuiditas: * Rasio Lancar
Profitabilitas: * Return on equity
Universitas Sumatera Utara
Likuiditas mempunyai hubungan yang cukup erat dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba (profitabilitas), karena likuiditas menunjukkan tingakt ketersediaan modal kerja yang dibutuhkan dalam aktivitas operasional. Adanya modal kerja yang cukup memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara maksimal dan tidak mengalami kesulitan akibat krisis keuangan.
Akan tetapi, modal kerja yang
berlebihan justru menunjukkan adanya dana yang tidak produktif perusahaan melepaskan untuk memperoleh keuntungan.
dan terkesan
Idealnya, modal kerja
perusahaan seharusnya tersedia dalam jumlah yang cukup untuk membiayai berbagai kegiatan perusahaan, yang berarti tidak terdapat kekurangan atau kelebihan modal kerja, sehingga profabilitas perusahaan menjadi maksimum. 2.9.
Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih diuji kebenarannya. Berdasarkan
konsep dan teori sebagai mana penulis kemukakan diatas, maka penulis akan mengemukakan hipotesis penelitian yakni: 1.
Rasio lancar berpengaruh nyata terhadap return on asset.
2.
Rasio lancar berpengaruh nyata terhadap return on equity.
Universitas Sumatera Utara