BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan dituntut untuk dapat melaporkan seluruh aktivitasnya
selama satu periode dalam suatu laporan yang diterbitkan di akhir periode tersebut. Laporan tersebut, yang biasa disebut sebagai Laporan Tahunan, secara umum mengandung informasi-informasi finansial terkait kinerja perusahaan, mulai dari berapa jumlah aset perusahaan, berapa besar cost yang dikeluarkan oleh perusahaan, berapa besar pendapatan yang diperoleh, dan lain sebagainya. Pihak internal (manajemen) dan pihak eksternal (stakeholders, khususnya investor) perusahaan akan menggunakan laporan keuangan tersebut untuk mengevaluasi kinerja dan mengambil keputusan di masa datang. Seiring berjalannya waktu, stakeholders mulai menginginkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi nonfinansial terkait kinerja dan aktivitasnya secara periodik. Hal tersebut didorong oleh meningkatnya kesadaran stakeholders mengenai banyaknya informasi penting perusahaan yang tidak bisa diungkapkan hanya dengan informasi finansial (Adams et al., 2011). Oleh karena itu, informasi finansial dianggap tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan stakeholders akan informasi untuk pengambilan keputusan. Beberapa eksekutif perusahaan menganggap bahwa informasi nonfinansial dapat mengukur long-term value suatu entitas secara lebih baik dibandingkan informasi finansial (Eccles dan Saltzman,
1
2011; PricewaterhouseCoopers, 2012;). Pengungkapan informasi nonfinansial juga dapat mendukung dan memperkuat nilai guna informasi finansial dalam pengambilan keputusan. Permintaan stakeholders tersebut menjadi salah satu faktor pendorong perkembangan model pelaporan tahunan perusahaan. Mulai dari laporan tahunan yang hanya berisi laporan keuangan pada era 1960-1970, berkembang menjadi laporan tahunan yang juga menyertakan Environmental Report pada era 1980-1990. Era 2000-2010 perusahaan mulai menyertakan Sustainability Report dan Corporate Social Responsibility Reports di dalam laporan keuangan. Permasalahan baru yang timbul adalah terlalu banyaknya kuantitas informasi nonfinansial dan kompleksitas informasi yang diungkapkan dalam suatu laporan (de Villiers et al., 2014; KPMG dan FERF, 2011). Hal tersebut menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan secara komprehensif. Hal lain yang menjadi perhatian stakeholders adalah dampak aktivitas perusahaan terhadap lingkungan sosial dan lingkungan alam. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, baik secara langsung ataupun tidak langsung, akan menimbulkan dampak ke lingkungan alam dan lingkungan sosial di sekitarnya. Perusahaan perlu menjadikan isu lingkungan tersebut sebagai salah satu perhatian utama perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengukur seberapa besar dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan tersebut. Dengan mengukur hal tersebut, maka perusahaan secara tidak langsung telah memberikan perhatian kepada dampak yang ditimbulkan oleh seluruh aktivitasnya.
2
Memasuki abad ke-21, isu lingkungan seperti krisis energi dan krisis sumber daya alam semakin menjadi perhatian masyarakat luas. Fenomena tersebut berbanding lurus dengan semakin tingginya permintaan stakeholders kepada perusahaan untuk mengungkapkan kinerjanya dari sisi lingkungan. Stakeholders mengharapkan perusahaan untuk tidak hanya melaporkan informasi performa finansial saja, tetapi juga performa yang terkait dengan lingkungan alam dan lingkungan sosial. Dampaknya, jumlah perusahaan yang merilis Corporate Social and Environmental Responsibility Report (CSER) semakin meningkat setiap tahunnya. Tahun 1999, sebanyak 39% dari 250 perusahaan yang tergabung dalam Global Fortune 250 melaporkan aktivitasnya dari sisi finansial, lingkungan alam, dan lingkungan sosial. Jumlah tersebut meningkat mencapai 80% pada tahun 2008 (KPMG, 2008). Pada tahun 2009, Bloomberg mulai menambahkan data mengenai performa perusahaan dari sisi ekonomi, lingkungan sosial, dan lingkungan alam di dalam database-nya yang dapat diunduh oleh publik (Eccles dan Saltzman, 2011). Meskipun demikian, model pelaporan tahunan yang menyertakan CSER hanya menyajikan informasi yang bersifat retrospektif dan tidak mengungkapkan mengenai target dan risiko yang akan dihadapi di masa depan (Jensen dan Berg, 2011). Selain itu, Sustainability Report juga masih belum mampu menyajikan informasi historis dan mengungkapkan strategi perusahaan secara komprehensif (Vormedal dan Ruud, 2009). Untuk menyikapi isu tersebut, pada akhir tahun 2010, model baru dari pelaporan tahunan mulai dikembangkan. Pengembangan model baru tersebut dirancang dan didukung oleh berbagai pihak, mulai dari akademisi, pemerintah,
3
kantor akuntan publik, organisasi nonprofit, hingga pihak perusahaan sendiri. Model baru ini dianggap dapat mengungkapkan informasi kinerja perusahaan dari sisi ekonomi, lingkungan alam, dan lingkungan sosial dalam bentuk finansial serta nonfinansial secara terpadu. Seluruh isi laporan dalam model tersebut dapat saling berartikulasi. Model pelaporan ini dikenal sebagai integrated reporting. Integrated reporting merupakan model pelaporan yang dibuat dengan tujuan untuk menyajikan informasi secara ringkas mengenai bagaimana strategi, tata kelola, kinerja, dan prospek perusahaan mampu mendukung proses penciptaan nilai jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang kepada lingkungan eksternal (International Integrated Reporting Council, 2013). Elemen-elemen dalam
laporan
tersebut
saling
berartikulasi
sehingga
memudahkan
pembaca/penggunanya untuk membaca dan memperoleh informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Integrated report juga tidak hanya menyediakan informasi historis saja, tetapi juga informasi yang berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menjaga keberlanjutannya di masa depan (HolderWebb et al., 2009). Integrated reporting merupakan suatu fenomena baru dalam dunia bisnis, sehingga masih belum terlalu banyak penelitian dan literatur yang membahas mengenai integrated reporting. Hingga saat ini, penelitian mengenai integrated reporting cukup banyak dilakukan dalam bentuk studi kasus terhadap satu perusahaan. Beberapa contohnya antara lain adalah penelitian Dumitru et al. (2013), Lewis (2010), serta Dey dan Burns (2010) yang secara berurutan membahas mengenai penerapan integrated reporting di Indra, British Petroleum, dan Novo
4
Nordisk. Beberapa penelitian lain mencoba membandingkan isu-isu dalam akuntansi dengan integrated reporting (de Villiers et al., 2014). Contohnya antara lain adalah penelitian Eccles et al. (2012) tentang perlunya penjaminan kualitas informasi terhadap integrated report, penelitian Owen (2013) tentang implikasi integrated reporting terhadap kurikulum pendidikan akuntansi, dan penelitian Jensen dan Berg (2011) yang membandingkan integrated reporting dengan sustainability reporting tradisional. Dengan menggunakan integrated report, perusahaan dapat mengungkapkan bagaimana proses penciptaan nilai kepada para stakeholders dilakukan. Salah satu bagian dari stakeholders yang memberikan perhatian lebih kepada nilai perusahaan adalah investor dan pemegang saham. Cheng et al. (2014) menyatakan bahwa integrated report mampu mengungkapkan proses penciptaan nilai perusahaan secara jelas melalui kombinasi informasi finansial dan nonfinansial kepada pasar modal. Seberapa besar integrated reporting mampu mempengaruhi kinerja perusahaan di pasar modal merupakan salah satu peluang penelitian terhadap integrated reporting (Cheng et al., 2014; de Villiers et al., 2014). Eccles dan Krzus (2010) menuliskan bahwa integrated reporting dapat meningkatkan pemahaman stakeholders terhadap perusahaan. Melalui integrated reporting, stakeholders dapat mengetahui
dan
memahami
bahwa
perusahaan
memerlukan
sejumlah
dana/investasi dalam jangka pendek untuk dapat menghasilkan laba dan mampu sustain dalam jangka panjang. Survei yang dilakukan oleh PricewaterhouseCoopers (2014) terhadap 85 investor profesional dari berbagai negara mengungkapkan
5
bahwa 2/3 responden percaya bahwa kualitas pelaporan perusahaan mampu mempengaruhi cost of capital secara langsung. Pengaruh integrated reporting terhadap cost of equity capital merupakan suatu topik yang perlu diteliti dan diuji secara empiris untuk mendorong perkembangan integrated reporting secara global. Namun hingga saat ini, penulis belum menemukan penelitian yang meneliti secara langsung mengenai pengaruh penerapan integrated reporting terhadap cost of equity capital. Hal tersebut menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini, yaitu untuk menemukan bukti empiris pengaruh penerapan integrated reporting terhadap cost of equity capital. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana investor merespon informasi yang diungkapkan dalam integrated reporting dan apakah integrated reporting mampu memberikan manfaat kepada perusahaan dalam bentuk cost of equity capital yang lebih rendah.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka pertanyaan
penelitian ini adalah “Apakah penerapan integrated reporting berpengaruh negatif terhadap cost of equity capital?”.
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah penerapan integrated
reporting dapat memberikan manfaat kepada perusahaan dalam bentuk penurunan cost of equity capital.
6
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:
1.
Dari aspek akademis, mampu menambah pengetahuan di bidang akuntansi, khususnya tentang integrated reporting dan pengaruhnya terhadap cost of equity capital.
2.
Mendorong pihak manajemen perusahaan untuk lebih peduli terhadap elemen sosial dan elemen lingkungan dalam menjalankan aktivitas perusahaan, dan bersedia mengungkapkan informasi tersebut beserta informasi finansial secara komprehensif melalui integrated reporting.
3.
Memberikan gambaran kepada shareholders dan stakeholders secara keseluruhan mengenai kepedulian perusahaan untuk mengungkapkan informasi proses penciptaan nilai melalui aspek finansial, sosial, dan lingkungan.
1.5
Sistematika Penulisan Penelitian ini akan ditulis dalam sistematika sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan.
7
Bab II
Kajian Pustaka Bab ini membahas beberapa teori yang mendasari penelitian, antara lain
evolusi
pelaporan keuangan,
pengertian
integrated reporting dan prinsip-prinsip integrated reporting framework, serta cost of equity capital. Selain itu, di dalam bab ini juga dibahas mengenai perumusan hipotesis penelitian. Bab III
Metode Penelitian Bab ini memuat penjelasan tentang variabel-variabel penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan alat analisis yang digunakan.
Bab IV
Analisis Data dan Pembahasan Bab ini berisi uraian tentang penelitian dan hasil penelitian yang sudah dilakukan serta intrepretasinya terhadap rumusan masalah.
Bab V
Penutup Bab ini memuat kesimpulan dari hasil analisis serta saran untuk penelitian selanjutnya.
8