BELAJAR NILAI TEMPAT DENGAN RUMAH BILANGAN
Oleh: Talisadika Maifa (
[email protected])
International Master Program on Mathematics Education 2012
BELAJAR NILAI TEMPAT DENGAN RUMAH BILANGAN Talisadika Maifa A. Pendahuluan. Materi nilai tempat merupakan materi dasar yang harus dikuasai oleh siswa sekolah dasar. Pada tingkat kelas 2, salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa adalah menentukan nilai tempat ratusan, puluhan, dan satuan, dimana sebelumnya pada kelas 1 siswa telah dapat menentukan nilai tempat puluhan dan satuan. Penguasaan tentang nilai tempat merupakan pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa untuk dapat mengikuti materi pembelajaran selanjutnya yaitu penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.
Masalah yang sering dijumpai pada siswa kelas 2 sekolah dasar adalah seringkali siswa salah mengucapkan atau menuliskan sebuah bilangan. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan akan konsep materi nilai tempat. Ada beberapa faktor mengapa siswa kurang dapat memahami konsep nilai tempat dengan baik, salah satunya adalah cara mengajar guru. Guru cenderung mengajarkan siswa dengan langsung memberi informasi. Contohnya, untuk menentukan nilai tempat angka – angka pada bilangan 134, siswa langsung diberitahu bahwa angka 4 menempati nilai satuan, angka 3 menempati nilai puluhan dan angka 1 menempati nilai ratusan. Hal ini mengakibatkan siswa langsung berhadapan dengan angka – angka yang masih asing baginya tanpa diberikan pemahaman konsep terlebih dahulu ataupun penggunaan media yang bisa menolong siswa mudah memahami materi nilai tempat. Jika hal ini terjadi maka dapat dipastikan bahwa siswa yang belum memahami benar tentang nilai tempat akan sulit mengikuti pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.
Berdasarkan masalah diatas maka kegiatan pembelajaran yang akan diterapkan untuk materi nilai tempat di kelas II Madrasah Ibtidayah Negeri 2 palembang menggunakan
pendekatan PMRI ( Pendidikan Realistik matematika Indonesia ) dimana salah satu dari lima karakteristik PMRI adalah the use of context yaitu menggunakan masalah kontekstual ( de Lange dalam Zulkardi, 2005: 14 ). Penggunaan masalah kontekstual sendiri memanfaatkan realita yang dapat ditemukan siswa dalam kehidupan di sekitarnya sehingga memudahkannya dalam memahami materi yang diajarkan serta mengajarkan siswa untuk melihat dan menemukan matematika dalam kehidupan nyata. Konteks dalam desain pembelajaran ini adalah pembelian kacang merah di pasar tradisional. Penggunaan konteks ini disertai dengan penggunaan media pembelajaran yang dirancang oleh desainer dan guru.
Desain pembelajaran ini bertujuan untuk menanamkan konsep nilai tempat dengan hal yang mudah dipahami siswa yaitu penggunaan konteks pembelian kacang merah dan media pembelajaran sebagai sarana yang langsung digunakan siswa.
B. Desain Research 1. Preliminary Design. Sebelum merancang desain pembelajaran, desainer melakukan observasi terhadap proses pembelajaran di kelas. Dari observasi tersebut desainer menemukan beberapa fakta diantaranya, siswa cenderung aktif dan terlihat memiliki kerjasama yang baik dengan guru meskipun sering kali siswa tidak memberi perhatian kepada apa yang dilakukan oleh guru di depan kelas karena situasi kelas yang sedikit gaduh. Namun dengan beberapa cara, guru dapat sesekali mengatasi kegaduhan yang ada. Hal lain yang ditemukan adalah mengenai penguasaan materi sebelumnya oleh siswa. Masih ada siswa yang salah ketika diminta untuk menyebutkan nama bilangan. Contohnya bilangan 125, siswa menyebutkannya seratus dua lima. Tidak hanya itu, ada juga siswa yang masih salah dalam penulisan bilangan yang terdiri dari tiga angka. Contohnya ketika disebutkan bilangan 103 dan siswa diminta untuk menuliskan pada lembar jawaban mereka, ada siswa yang menuliskannya 130. Oleh karena itu, desainer mencoba mendesain pembelajaran yang dapat memberi pemahaman konsep yang tepat kepada siswa tentang nilai tempat serta memotivasi siswa secara keseluruhan untuk belajar matematika.
Berdasarkan hasil diskusi dengan rekan tim dan guru, maka ditetapkan bahwa pembelajaran yang akan diajarkan selanjutnya adalah nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan di kelas II. Desain pembelajaran yang dirancang menggunakan konteks pembelian kacang merah dan juga menggunakan media atau alat bantu yang diberi nama Rumah Bilangan yang dibuat oleh desainer dan tim.
Rumah bilangan yang dimaksud adalah kotak yang dibuat dari kardus yang dilapisi kertas berwarna. Terdapat tiga rumah bilangan dengan tiga warna berbeda, biru untuk rumah ratusan, merah muda untuk rumah puluhan dan kuning untuk rumah satuan. Setiap rumah bilangan terdiri dari Sembilan kamar. Ini mengartikan bahwa untuk satuan bilangan terbesarnya adalah 9, puluhan bilangan terbesarnya adalah 90 dan ratusan bilangan terbesarnya adalah 900.
Gambar 1. Rumah Bilangan
Rumah – rumah bilangan ini nantinya akan diisi setiap kamarnya dengan kantong – kantong kacang merah sebagai analogi dari satu satuan, satu puluhan dan satu ratusan. Kantong – kantong kacang ini diberi nama, kantong satu untuk satu satuan ( berisi satu biji kacang merah ), kantong sepuluh untuk satu puluhan ( berisi sepuluh biji kacang merah ) dan kantong seratus untuk satu ratusan ( berisi seratus biji kacang merah ).
Gambar 2. Kantong Kacang Merah ( Kantong satu, Kantong sepuluh, Kantong Seratus )
Dengan tiga rumah bilangan yang ada setiap angka pada sebuah bilangan akan dinyatakan nilai tempatnya. Contoh, bilangan 234. Diharapkan siswa akan menempatkan empat kantong berisi satu biji kacang merah masing – masing di tiap kamar pada rumah satuan dan terlihat bahwa angka 4 ini nilai tempatnya adalah satuan dan nilainya adalah 4. Kemudian 3 kantong berisi sepuluh biji kacang merah ditempatkan masing – masing di tiap kamar rumah puluhan, dimana menyatakan angka 3 nilai tempatnya adalah puluhan dan nilainya adalah 30. Dan terakhir, siswa menempatkan dua kantong berisi seratus biji kacang merah di tiap kamar ratusan. Ini menyatakan bahwa angka 2 menempati nilai ratusan dan nilainya adalah 200. Jadi, nilai dari angka pada bilangan dilihat dari banyaknya biji kacang merah yang terdapat dalam rumah bilangan.
Rumah - rumah bilangan dan kantong – kantong kacang merah akan dibagikan kepada tiap kelompok yang telah dibentuk terlebih dahulu. Tiap kelompok mendapatkan tiga rumah bilangan ( rumah ratusan, puluhan, dan satuan ), 9 kantong satu, 9 kantong sepuluh dan 5 kantong seratus. Pembagian kelompok ini dilakukan agar siswa dapat bekerjasama dalam menggunakan media rumah bilangan untuk memahami konsep nilai tempat dan juga untuk menyelesaiakan soal – soal yang diberikan dalam bentuk Lembar Kegiatan Siswa ( LKS ).
2. Teaching Experiment Pembelajaran ini dilaksanakan di kelas II Madrasah Ibtidayah Negeri 2 Palembang pada tanggal 1 November 2012 selama dua jam pelajaran untuk satu kali pertemuan dengan guru pengajar Ibu R. A. Mustika Hariyanti, S. Pd. Siswa yang terlibat pada pertemuan ini adalah 35 siswa. Berikut langkah – langkah dalam pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan : 1. Memberikan masalah kontekstual. Sebagai apersepsi guru menyampaikan cerita tentang pembelian kacang merah di pasar – pasar tradisional Palembang. “ Doraemon, Nobita dan Sisuka akan membuat es kacang merah, maka merekapun membeli kacang mera di tiga pasar yang berbeda di Palembang. Doraemon membelinya di pasar 16, Nobita membelinya di pasar Cinde dan Sisuka membelinya di pasar Pakjo. Doraemon membeli kacang merah dengan harga Rp.300, Nobita membelinya dengan harga Rp.275, dan Sisuka membelinya dengan harga Rp. 400 “ 2. Guru membagikan media pembelajaran yaitu rumah bilangan dan kantong kacang merah serta LKS kepada tiap kelompok. 3. Berdasarkan cerita yang disampaikan guru sebelumnya, siswa mengerjakan LKS dengan bantuan media rumah bilangan disertai tuntunan Guru dan tim desainer. 4. Guru dan siswa membahas soal di LKS bersama – sama. 5. Siswa diberi tugas individu 6. Guru mengajak siswa menyimpulkan tentang materi yang telah dipelajari. 7. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa. Berikut hasil observasi pada pembelajaran yang terjadi di kelas IIA Madrasah Ibtidayah Negeri 2 Palembang. Guru menyampaikan apersepsi tentang cerita pembelian kacang merah dengan sangat baik, sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif dimana siswa antusias dalam menjawab pertanyan – pertanyaan yang berkaitan dengan cerita yang disampaikan oleh guru. Yang menarik adalah guru memberikan hadiah sebuah bintang kepada siswa yang
memberikan jawaban yang benar, hal ini membuat siswa semangat dan mereka merasa dihargai jawabannya.
Gambar 3. Keantusiasan siswa saat menjawab pertanyaan guru. Selanjutnya guru dan tim membagikan rumah bilangan, kantong kacang merah dan LKS kepada tiap kelompok dan Siswa terlihat sangat tertarik dengan media tersebut. Terjadi sedikit kegaduhan saat pembagian LKS karena setiap siswa ingin mengisi LKS secara individu, sehingga mereka saling memperebutkan LKS yang diberikan. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa dengan metode belajar diskusi kelompok. Berikutnya, dengan membacakan soal - soal di LKS guru menuntun siswa untuk mengisi setiap pertanyaan yang ada dalam LKS. Siswa dapat dengan mudah menjawab beberapa soal awal ( soal nomor 1 dan 2 )
Gambar 4. Lembar kegiatan Siswa Pada soal nomor 3 yaitu menyatakan bilangan 275 dengan media rumah bilangan , siswa diminta untuk mencoba menjawab dengan cara mereka sendiri dengan bantuan media rumah bilangan. Adapun tahap yang dilakukan siswa : 1. Mencoba dalam kelompok untuk menyatakan bilangan 275 dalam rumah – rumah bilangan. Ada kelompok yang langsung benar menjawabnya dan ada kelompok yang butuh tuntunan tim atau guru.
Gambar 5. Siswa berusaha menjawab soal nomor 3
Gambar 6. Siswa berhasil menemukan jawaban untuk soal nomor 3
2. Setelah dapat menyatakan dalam rumah bilangan siswa mengisi LKS yang ada. Urutan pekerjaan siswa dalam LKS adalah : a. Berapa kantong seratus / sepuluh / satu yang diletakkan pada setiap rumah bilangannya. b. Diperoleh angka berapa pada bilangan yang menempati rumah ratusan / puluhan / satuan c. Diperoleh nilai dari tiap angka tersebut.
Gambar 7. Siswa mengerjakan soal – soal pada LKS
Gambar 8. Contoh Lembar Kegiatan Siswa yang telah diisi
3. Setelah mendapatkan jawabannya siswa menuliskan jawaban di papan tulis dan di diskusikan bersama
Gambar 9. Siswa menuliskan jawaban hasil diskusi di papan tulis Selanjutnya , siswa mengerjakan secara kelompok soal – soal yang terdapat dalam LKS. Terlihat bahwa beberapa siswa dalam setiap kelompok mampu menjawab soal – soal tersebut dengan menggunakan media Rumah Bilangan, sedangkan beberapa siswa lainnya hanya mengikuti apa yang sedang berlangsung dalam kegiatan kelompok tanpa berpartisipasi dengan maksimal. Untuk beberapa kali guru dan tim harus membantu siswa di tiap kelompok untuk mengisi soal – soal yang ada, hal ini bukan karena mereka tidak tahu jawabannya namun karena mereka tidak memahami kalimat soal yang terdapat di LKS. Ini terlihat saat guru dan tim menuntun lagi dengan kalimat pertanyaan yang sederhana, mereka mampu menjawab soal – soal tersebut dengan benar.
Gambar 10. Contoh Lembar Kegiatan Siswa yang telah diisi
Kegiatan pembelajaran berakhir dengan diberikannya tugas individu di kelas sebagai pekerjaan rumah siswa yang akan dikumpulkan keesokan harinya.
Gambar 11. Lembar Tugas Individu
3. Retrospective Analysis Dari hasil refleksi, desainer dan guru beranggapan bahwa : 1. Siswa sudah memahami konsep nilai tempat bilangan sampai dengan 500. Hal ini terlihat dari siswa mampu menggunakan media pembelajaran yaitu rumah bilangan dan kantong kacang merah, sekalipun terdapat satu atau dua orang dalam kelompok belum begitu memahami karena kurang aktif saat diskusi kelompok berlangsung. 2. Keantusiasan siswa sangat tinggi ketika dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan PMRI karena siswa tertarik dengan konteks, media ataupun LKS yang
diberikan sehingga menyebabkan kegaduhan di kelas yang membuat guru dan tim kewalahan dalam menangani siswa. 3. Banyak bagian yang harus diperbaiki dalam LKS. Dalam hal ini penggunaan kalimat dan banyaknya soal. Kalimat yang digunakan dalam LKS tidak mudah untuk dimengerti siswa sehingga mengakibatkan mereka tidak antusias untuk mengerjakan soal – soal yang ada, dan ini juga mengakibatkan guru dan tim harus menuntun lagi siswa untuk memahami soal. Sedangkan tentang banyaknya soal, soal yang diberi jumlahnya tidak disesuaikan dengan waktu pembelajaran, sehingga soal individu yang harusnya dikerjakan di kelas tidak dapat dilaksanakan. Hal ini juga mungkin akibat dari banyaknya waktu terbuang untuk tim dan guru menjelaskan lagi kalimat soal di tiap kelompok.
C. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang pembelajaran pada materi
nilai
tempat sampai dengan bilangan 500 menggunakan pendekatan PMRI, dalam hal ini penggunaaan konteks pembelian kacang merah dengan media rumah bilangan dan kantong kacang merah, disimpukan sebagai berikut: 1. Pembelajaran untuk materi nilai tempat sampai dengan bilangan 500 dengan menggunakan desain pembelajaran berdasarkan konteks yang sesuai dengan pengetahuan siswa serta penggunaan media pembelajaran yang mudah digunakan siswa dpat memotivasi siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran matematika dan dengan sendirinya mereka mengerti tentang konsep nilai tempat. 2. Desain pembelajaran memberi kesempatan pada desainer dan guru berperan optimal dalam mengamati cara bekerja dan tingkat pemahaman siswa secara langsung.
Berikut adalah iceberg dari aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran nilai tempat ini.
Nilai Tempat dari
Pemahaman formal tentang nilai tempat
2, 7 dan 5 pada Bilangan 275
Membuat kotak nilai tempat
Kegiatan menentukan nilai tempat dengan rumah bilangan dan kantong kacang merah
Cerita tentang pembelian Kacang merah untuk membuat es kacang merah Gambar 12. Iceberg