Belajar Ilmu Sosial sambil Bermain Monopoli Nusantara UNAIR NEWS – Ada banyak cara menyenangkan untuk menambah ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah belajar sambil bermain secara kelompok. Selain agar tidak membosankan, materi pelajaran bisa lebih mudah dicerna sehingga bisa meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif seseorang. Hal inilah yang coba diterapkan oleh lima mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga. Mereka menawarkan cara belajar sambil bermain yang baru dalam mempelajari materi studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Metode baru itu mereka tuangkan dalam proposal program kreativitas mahasiswa bidang pengabdian masyarakat berjudul “MONTARA (Monopoli Nusantara): Permainan Edukatif Mengenal Kebudayaan Indonesia pada Siswa Kelas III di SDN Mulyorejo I Surabaya”. Proposal tersebut berhasil lolos pendanaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2016. Kelima mahasiswa yang tergabung dalam tim Montara adalah Faiza Dina Sari (FKM/2014), Febriana Dewi Safitri (FKM/2014), Rachmawati Maulidhina (FKM/2014), Rina Dwi Novita (FKM/2014), dan Nafijah Muliah (FKM/2013). “Kami ingin memberikan inovasi baru kepada guru-guru dalam memberikan pengetahuan dan pelajaran mengenai wawasan Nusantara dengan cara yang berbeda, menarik, kreatif, serta inovatif. Di samping itu, kebudayaan Indonesia saat ini semakin tenggelam karena masuknya kebudayaan Barat yang lebih diterima dan dijadikan panutan oleh masyarakat,” tutur Faiza selaku ketua tim Montara. Montara adalah sejenis mainan monopoli. Bedanya, kain alas Montara terbentang cukup besar dengan ukuran 2,5 m x 2,5 m. Montara memuat gambaran peta pulau-pulau di Indonesia lengkap
dengan perairan yang mengelilingi. Selain itu, Montara juga, memberikan pengetahuan tentang keanekaragaman budaya, hasil alam, kondisi geografis 34 provinsi yang didukung dengan media audiovisual. Montara dimainkan oleh enam kelompok, masing-masing terdiri dari enam anggota. Peralatan yang dibutuhkan untuk bermain Montara diantaranya bidak, dadu bersisi enam, kartu provinsi lengkap dengan harga beli, sewa, dan informasi tentang provinsi tersebut, uang-uangan, dan kartu ‘kesempatan’ dan ‘dana umum’. Setiap pemain dibekali uang sejumlah 5.000 poin. Permainan dimulai dari petak nomor urut satu. Pemain mengocok dadu secara bergiliran, dan yang memperoleh angka terbanyak diberi kesempatan untuk main terlebih dahulu. Pemain juga boleh membeli petak provinsi tergantung kemampuan uang. Bila suatu petak provinsi sudah ada yang memiliki, dan petak tersebut dihinggapi pemain lain, maka pemilik berhak memberikan pertanyaan seputar kekhasan provinsi tersebut. Apabila, pemain tak bisa menjawab, maka pemain akan mendapatkan denda sesuai aturan. Untuk memonitor efek permainan Montara, maka tim Montara UNAIR mengadakan kegiatan cerdas cermat Montara (CEMON). Dengan adanya CEMON, maka siswa menjadi terpicu untuk lebih giat belajar tentang pengetahuan umum dan wawasan Indonesia. Kehadiran tim Montara menuai respon positif dari wali kelas SDN Mulyorejo I Surabaya. “Kehadiran MONTARA sangat membantu para siswa kelas III di SDN Mulyorejo I Surabaya. Pengetahuan anak-anak mengenai wawasan Nusantara semakin bertambah. MONTARA juga telah menanamkan rasa cinta Tanah Air terutama cinta pada budaya indonesia. Saya senang sekali atas peningkatan yang terjadi pada anak didik saya. Terima kasih MONTARA,” tutur Astuti, Wali Kelas III A, SDN Mulyorejo I Surabaya.
Erni, Wali Kelas III B pada sekolah yang sama, juga memberikan respon positif terhadap Montara. Menurut Erni, media pembelajaran Montara cukup inovatif, kreatif, dan menyenangkan. “Selain saya yang senang, siswa siswi di sini juga senang atas kehadiran MONTARA. Semoga MONTARA sukses dalam mencerdaskan bangsa,” tutur Erni. Rencana selanjutnya, tim MONTARA akan melakukan pemantauan terhadap penggunaan media monopoli kepada SDN Mulyorejo I Surabaya. Faiza menambahkan, pihaknya juga berinisiatif untuk menjual produk Montara dalam bentuk mini. (*) Penulis: Defrina Sukma S
Mahasiswa UNAIR Berhasil Ciptakan Lapisan Telinga Tiruan UNAIR NEWS – Pendengaran merupakan salah satu panca indera yang berperan penting bagi manusia, khususnya dalam berkomunikasi. Bila organ pendengaran mengalami masalah, maka seorang manusia akan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari. Salah satu penyebabnya adalah jika Membran Timpani yang bekerja untuk menyalurkan getaran suara mengalami ruptur (robek),maka suara tidak akan didengar dengan maksimal. Data World Health Organization (WHO) mengenai angka gangguan pendengaran dan ketulian menunjukkan, pada tahun 2000 terdapat 250 juta atau 4,2% penduduk dunia telah menderita gangguan pendengaran dan kurang dari setengahnya terdapat di Asia Tenggara yang mana 4,6% nya dari Indonesia. Berdasarkan fakta
tersebut, lima mahasiswa jurusan Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga terdorong untuk menemukan paduan terbaik dalam pembuatan membran timpani artifisial (lapisan telinga tiruan). Kelima mahasiswa tersebut ialah Rara Setya Angtika (angkatan 2012), Ditya Hanif Kharisma (angkatan 2012), Brillyana Githanadi (angkatan 2012), Tarikh Omar Asyraf (2014) dan Adita Wardani Rahmania (2014) serta Dr. Prihartini Widiyanti,. Drg,. Mkes, selaku pembimbing kelompok tersebut. Mereka membuat sebuah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diberi judul “Sintesis Komposit Kolagen-Kitosan Dengan Penambahan Gliserol Sebagai Membran Timpani Artifisial Pada Kasus Ruptur Organ DalamTelinga”, program tersebut telah disetujui oleh Dirjen Dikti untuk diberikan pendanaan. Dalam prosesnya, kelompok PKM tersebut memadukan komposit kolagen-kitosan dengan menambahkan gliserol sebagai paduan membran timpani artifisial. Penggunaan bahan alami pada membran timpani artificial tersebut, karena dianggap memiliki sifat yang lebih baik dan biokompabilitas. “Karena kolagen merupakan struktur yang paling penting di lapisan bagian dalam dari membran timpani, hal tersebut dapat membantu regenerasi jaringan, termasuk sel-sel,” jelas Rara selaku Ketua Kelompok PKM tersebut.
Kelompok PKM-P TIMPANI melakukan diskusi didampingi oleh Dr. Prihartini Widiyanti,. Drg,. Mkes, selaku Dosen Pembimbing. (Foto: Dok. Tim) Lolos Uji Coba Untuk memenuhi sifat fisik dan mekanik dari sebuah gendang telinga, proses paduan membran timpani artificial ini melalui berbagai ragam uji coba. Diantaranya yaitu uji FTIR untuk menentukan kualitas sampel, uji kerapatan membran, uji modulus elastisitas guna menguji keelastisitasan sampel, uji MTT assay untuk mengetahui eksistensi sifat toksik dalam sampel, uji anti bakteri, serta uji koefisien serap suara. Rara mengatakan, bahwa sampel membran timpani artificial milik kelompoknya ini telah lolos uji coba dan dapat memenuhi standar fisik dan mekanik dari sebuah gendang telinga. “ Uji koefisien serap didapati bahwa sampel mampu menyerap suara seperti pada range frekuensi yang bisa didengar oleh manusia yaitu hingga 80 dB, yang artinya sampel mampu dan berpotensi sebagai membran timpani artifisial,” jelas nya.
“ Harapannya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan membran timpani artificial dalam bidang medis di masa yang akan datang,” pungkasnya.(*) Penulis : Bambang BES Editor : Dilan Salsabila
Kunjungi UNAIR, AIC Bahas Kerjasama Penelitian dan Ajang Research Summit UNAIR NEWS – Dalam rangka mengembangkan riset kolaborasi, UNAIR kembali menerima kunjungan dari The Australia Indonesia Centre (AIC). Badan yang mewadahi kerjasama riset antar perguruan tinggi di Australia dan Indonesia tersebut membahas kerja sama pada Senin, ( 13/6). Dalam kunjungannya, AIC yang diwakili oleh Prof. Richard Price selaku Direktur Penelitian AIC, dan Katrina Reid selaku AIC Research Officer, diterima oleh UNAIR melalui International Office and Partnership (IOP) dan perwakilan dari Fakultas di lingkungan UNAIR. Pertemuan yang dilaksanakan di ruang Sidang Pleno, Gedung Manajemen UNAIR tersebut membahas mengenai kerjasama antara empat Perguruan Tinggi (PT) di Australian dengan UNAIR. “PT Australia yang kerjasama itu ada empat PT, Monash University, Australia National University, The University of Melbourne dan The University of Sydney. Sedangkan di Indonesia ada tujuh PT, salah satunya ya UNAIR,” ujar Margaretha, S.Psi., P.G.Dip.Psych., M.Sc, selaku Deputi IOP UNAIR.
AIC memiliki empat bidang dalam tema riset kolaborasi, yaitu bidang energi, bidang infrastruktur, bidang kesehatan, dan bidang agrikultur. Dalam hal tersebut, AIC akan bekerjasama dengan perguruan tinggi yang memiliki keunggulan di bidang yang telah ditentukan. UNAIR menjadi salah satu universitas yang diajak kerjasama dengan AIC, pasalnya UNAIR memiliki keunggulan di bidang kesehatan. “Terdiri dari empat cluster (bidang,- red). UNAIR sebagai leader di cluster health,” ujar Margaretha. Dalam kesempatan tersebut, AIC menginginkan agar kerjasama dibidang riset dapat diperluas lagi, sehingga semakin banyak peneliti di UNAIR yang berminat untuk mengembangkan kerjasama riset dengan Collaborator di Australia, terutama dari empat Universitas ternama di Australia. “AIC ini sudah disepakati oleh Kemenristekdikti sebagai bentuk kerja sama yang unggul, artinya Kemenristekdikti akan menyediakan pendanaan jikalau terjadi kerja sama riset,” ungkap Margaretha. “Kalau semakin banyak peneliti UNAIR mau terlibat disini, itu akan memperluas kesempatan peneliti UNAIR untuk menggunakan dana Kemenristekditi untuk kolaborasi riset internasional,” imbuhnya. Meskipun demikian, Margaretha menjelaskan beberapa kendala yang ditemui saat sedang melakukan riset kolaborasi, salah satunya adalah perbedaan minat dari peneliti. Pasalnya selama ini seorang peneliti akan memiliki ide penelitian yang berbeda dengan yang lainnya. “Riset kolaborasi adalah hal yang diinginkan namun tidak mudah untuk dilaksanakan, karena itu butuh proses. Harus ada persamaan minat bagi peneliti, sama-sama dibidang kimia tapi dalam bidang apa, kan harus di matching kan istilahnya,” jelasnya. Selain membahas tentang riset kolaborasi AIC, pertemuan tersebut juga membahas event Research Summit, yaitu pertemuan
oleh berbagai peneliti dari Australia dan Indonesia. Margaretha menjelaskan, tujuan diadakannya Research Summit adalah agar peneliti di Indonesia dan Australia saling sharing informasi yang didapat terkait riset mereka selama ini. “Rencananya diadakan pada Surabaya,” tandasnya.
Bulan
Agustus
tahun
ini,
di
Margaretha berharap, para peneliti UNAIR dapat menggunakan kesempatan event perkumpulan para peneliti tersebut guna menampilkan karya penelitian mereka selama ini. “Paling tidak untuk memperkuat recognition global, jadi pengakuan dari internasional,” jelasnya. “Artinya research summit ini bisa dijadikan ajang bagi peneliti di UNAIR yang pernah bekerjasama dengan peneliti di Australia untuk menampilkan karyanya,” imbuhnya mengakhiri. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Nuri Hermawan
Mahasiswa UNAIR Ciptakan Pengganti Massa Tulang dari Ekstrak Daun Sirsak UNAIR NEWS – Mahasiswa S1 Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga berhasil membuat bahan pengganti massa tulang yang hilang karena pengangkatan massa tulang atau bahkan amputasi dalam operasi pada kasus penderita kanker tulang. Pengganti massa tulang tersebut dibuat dari ekstrak daun sirsak (annona muricata). Menurut
Andini
Isfandiary,
ketua
Tim
PKMPE
(Program
Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta), ia bersama empat temannya melakukan inovasi ini untuk mencari alternatif solusi atas problem yang ada, dimana hingga detik ini kanker masih menjadi salah satu penyakit yang berbahaya. Kanker tulang adalah salah satu jenis kanker yang menyerang bagian tulang manusia, dimana penyakit ini tidak dapat diketahui secara langsung, karena gejalanya yang hampir sama dengan nyeri. Penanganan yang terlalu dari penyakit ini berakibat fatal, yakni pengangkatan massa tulang bahkan amputasi. Berangkat dari permasalahan diatas, maka Andini Isfandiary, Imroatus Sholikhah, Rhisma Dwi Laksana, Yukiko Irliyani dan Ahmad Nurianto, para mahasiswa FST UNAIR itu berhasil membuat bahan pengganti massa tulang yang hilang untuk kasus penderita kanker tulang. Dibawah bimbingan dosen Djoni Izak Rudyardjo.,M.Si., mereka melaporkan PKM-PE ini dengan judul “Pemanfaatan Ekstraksi Daun Sirsak (annona muricata) sebagai Coating pada Biokomposit Nano Hidroksiapatit dan Magnesium Oksida (MgO) untuk Aplikasi Bone Filler pada Kasus Kanker Tulang (osteosarchoma).” Sehingga penelitian ini memperoleh pembiayaan dari Dirjen Dikti Kemenristekdikti dalam PKM 2016.
Inilah
bone
filler
itu.
Yang putih masih asli, sedang yang hijau adalah bone filler yang sudah dilapisi dengan ekstrak daun sirsak. (Foto: Tim PKM) Dijelaskan oleh Andini Isfandiary, selaku ketua Tim, sebenarnya tidak hanya untuk mengisi tulang yang hilang akibat kanker, namun sebagai pengganti tulang atau bone filler ini juga memiliki sifat anti-kanker, yang diharapkan mampu menghentikan pertumbuhan sel kanker. Sifat anti kanker ini didapat dari ekstrak daun sirsak, kemudian digunakan untuk melapisi bone filler tersebut. Andini menyebut bahwa penelitiannya ini mampu memberikan hasil yang cukup baik, dimana kandidat bone filler dengan ekstrak daun sirsak dapat membantu menyembuhkan pasien kanker tulang. ”Kami berlima ingin memberikan harapan dan senyuman kepada penderita kanker tulang, karena tidak ada yang mustahil di dunia ini. Jika tulang mereka harus diangkat karena terkena kanker, maka mudah-mudahan kami bisa membantu mereka dengan inovasi ini,”
tutur Andini.
Imroatus Sholikhah menambahkan, “Seluruh peneliti di Indonesia harus memiliki semangat juang yang tinggi, demi terciptanya Indonesia yang mandiri.” (*) Penulis : Santoso Editor : Bambang Bes
PPKK Gandeng Pertamina dan CIMB Gelar Workshop Persiapan Memasuki Dunia Kerja UNAIR NEWS – Jumlah penduduk yang semakin tinggi mengakibatkan tingkat persaingan antar individu untuk memperoleh pekerjaan semakin sulit dan semakin ketat. Hal itulah yang membuat Pusat Pembinaan Karir dan Kewirausahaan (PPKK) UNAIR bekerjasama dengan PT. Pertamina dan CIMB Niaga mengadakan workshop bertajuk “Mempersiapkan Diri Memasuki Dunia Kerja” di Aula Kahuripan, Sabtu (11/06). Dalam workshop tersebut dihadiri oleh perwakilan dari PT Pertamina Khurinnihayah selaku Vice President Finance PT Pertagas Niaga, Yungki Aditya, SE., MM., selaku Vice President Human Resource PT Bank CIMB Niaga, Dr. Elly Munadziroh, M.S., Drg., selaku ketua PPKK UNAIR, Dr. Epy Muhammad Luqman, M.Si., Drh. PAvet selaku sekretaris PPKK dan Dr. Hamidah., M.Si., selaku dosen Psikologi UNAIR. Materi pertama disampaikan oleh Khurinnihayah, alumnus FEB UNAIR tersebut memberikan tips kepada mahasiswa mengenai cara untuk meningkatkan keberanian agar bisa bersaing di dunia kerja. Selain menerapkan 5M (Mau, Modal, Merdeka, Maju dan Mapan), ia juga menekankan pentingnya menguatkan aspek fisik dam aspek rohan. Ia menambahkan bahwa, keberanian pun harus diperkuat dengan cara taat kepada orang tua, istiqomah dalam kebenaran, jujur, ikhlas, qonaah dan yang terpenting adalah selalu mensyukuri nikmat dari sang pencipta. Dalam paparannya ia juga menekankan, bahwa untuk menerapkan konsep 5M, perlu adanya perencanaan secara rinci dalam satu tahun bahkan hingga sepuluh tahun ke depan agar keinginan dan cita – cita yang sudah diimpikan dapat tercapai terutama untuk menjadi seorang yang profesional di perusahaan yang sudah
diidam-idamkan . “Buatlah Life Mapping agar fokus dalam meraih keinginan dan cita-cita kalian. Kalau sudah dibuat, pasang di dinding. Insya Allah akan terkabulkan,” tutur Khurinnihayah menjelaskan. Selanjutnya, materi mengenai cara sukses dalam menghadapi wawancara kerja disampaikan oleh Yungki Aditya, SE., MM. Dalam pemaparannya, Yungki menjelaskan bahwa kunci sukses dari wawancara kerja yaitu skill yang dimiliki, kesesuaian dengan pekerjaan yang diinginkan, dan juga kemampuan personal sangat memengaruhi dalam proses wawancara kerja. Yungki juga menambahkan bahwa proses interview layaknya seperti sebuah event jadi perlu banyak latihan sehingga rasa gugup dan ketidakpercayaan diri akan hilang ketika sudah berhadapan dengan interviewer. “Proses interview anggaplah seperti sebuah event besar yang akan anda kerjakan sehingga diperlukan banyak persiapan dan latihan untuk menampilkan sesuatu yang istimewa,” tambah Yungki. Materi selanjutnya disampaikan oleh Dr. Elly Munadziroh, M.S., Drg. Dihadapan peserta workshop ia berpesan bahwa mahasiswa harus memiliki mindset entrepreneur sehingga ide dan gagasan yang ditawarkan jauh lebih kreatif. Selain itu mahasiswa yang bermindset entrepreneur ini lebih berani dalam mengambil risiko dari tantangan yang dihadapinya dan tentunya lebih siap dalam menghadapi persaingan kerja. Bu Elly juga menuturkan pentingnya sebuah jaringan atau relationship dalam membantu seorang freshgraduate dalam mencari pekerjaan yang diinginkan dan tentunya akan sangat diperlukan ketika kita berada dalam kesulitan karena merekalah yang akan membantu kita. “Networking itu sangat diperlukan bagi mahasiswa seperti kalian terutama bagi mahasiswa tingkat akhir, untuk itu kalian
harus menjalin pertemanan dengan siapapun. Mungkin manfaatnya tidak bisa dirasakan hari ini tapi suatu saat nanti kita akan sangat membutuhkannya”, terang Elly mengakhiri. (*) Penulis : Pito Budi Prasetyo Editor : Nuri Hermawan
Tradisi Carok di Madura Alami Pergeseran Makna UNAIR NEWS – Benarkah “tradisi” carok pada masyarakat etnis Madura sekarang ini sudah mengalami pergeseran makna? Itulah faktanya yang ditemukan dalam penelitian Program Kreativitas Mahasiswa bidang Sosial Humaniora (Soshum) oleh lima mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR). Fadillah dan empat temannya yaitu Fadhli, Lidya, Wildan dan Amanda, menemukan beberapa data baru yang belum pernah ditemukan dalam penelitian carok sebelumnya. Seperti diketahui, mengutip Wikipedia, carok merupakan tradisi bertarung (berkelahi) yang disebabkan karena alasan tertentu yang berhubungan dengan harga diri kemudian diikuti antar kelompok dengan menggunakan senjata (biasanya celurit). Tetapi Tim PKMP-SH yang lebih menekankan pada pergeseran makna carok itu sendiri, menemukan bahwa carok yang dulunya terjadi hanya karena hal-hal serius seperti perebutan perempuan, merebut isteri orang, rebutan tanah warisan, dan lain-lain, sekarang mengalami pergeseran dimana hanya karena salah perkataan atau menerima hinaan yang sepele saja bisa terjadi carok.
PKMP-SH yang meneliti tentang carok ini merupakan salah satu PKM yang bergerak di bidang penelitian dan berhasil memperoleh dana dari DIKTI. PKMP-SH tentang carok ini mengambil tema yang sangat sensitif, tetapi juga menarik yaitu tentang tradisi carok yang ada di Madura, Jawa Timur. M Fadhillah membenarkan bahwa carok adalah tradisi pembelaan harga diri yang sudah menjadi budaya sangat melekat di daerah Madura, dimana disini jika ada seseorang yang merasa diinjakinjak harga dirinya ia akan menantang berkelahi orang yang menghinanya tersebut dengan menggunakan senjata celurit. Carok ini bisa terjadi karena beberapa hal seperti jika ada seseorang yang istrinya direbut oleh orang lain, maka seseorang tersebut tidak segan-segan untuk menantang berkelahi orang yang mengambil isterinya. ”Sebab di daerah Madura harga diri adalah nomor satu dan sangat dijunjung tinggi, tetapi kelompok PKM-SH disini memberikan sentuhan baru dari penelitian-penelitian carok yang sudah ada sebelumnya,” katanya. Karena itu tim PKMP-SH yang mengupas tentang carok ini, ingin memfokuskan pandangan orang-orang yang berada diluar Madura agar tidak memandang bahwa segala bentuk kekerasan yang dilakukan dengan menggunakan celurit di daerah Madura adalah tradisi carok dan juga ingin memperlihatkan data baru yang belum ada pada penelitian carok sebelumnya, misalnya tentang pergeseran-pergeseran tradisi carok pada sekarang ini yang sudah berubah dari tradisi carok pada awalnya. (*) Penulis : Bambang ES
Tingkatkan Internasionalisasi, UNAIR Gandeng Praktisi Tingkat Global UNAIR NEWS – Dalam rangka internasionalisasi pendidikan, kini Universitas Airlangga memiliki program baru untuk menarik para ahli skala global diberbagai bidang. Program baru bernama ‘UNAIR Attracting Global Talent’ (UNAIR AGT) diluncurkan pada tahun 2016 seiring dengan target UNAIR menuju kampus berkelas dunia. “Tahun 2019, UNAIR kan, ditarget sudah masuk ke WCU (world class university). Dalam rangka mencapai itu, ada beberapa kriteria. Ada satu kriteria yang persentasenya tidak besar, tapi cukup krusial, yaitu bagaimana mendatangkan orang luar ke sini baik sebagai pelajar atau visiting scholar. Nah, UNAIR AGT yang kedua ini menarik, yaitu profesor, peneliti, dan praktisi dari luar negeri agar bisa datang ke sini,” tutur Badri Munir Sukoco, Ph.D, Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan UNAIR. UNAIR AGT memiliki tiga skema program untuk menarik ahli skala global datang ke UNAIR, yakni Visiting Practitioner (praktisi tamu), Visiting Fellow (peneliti tamu), dan Foreign Thesis (mahasiswa yang sedang melakukan penelitian tesis atau disertasi). Pada skema praktisi tamu, UNAIR mengundang praktisi dari beragam latar belakang dan perspektif untuk berbicara di hadapan sivitas akademika. Tujuannya, praktisi ini dapat menyuguhkan data dan fenomena terkini terkait bidangnya, sehingga bisa memperkaya pemahaman teori yang didapat di kelas perkuliahan.
“Kita datangkan orang-orang NGO (Non-Government Organization), IMF (International Monetary Fund), World Bank, dan sebagainya untuk ngomong tentang topik-topik baru yang bisa dikerjasamakan. Ketika praktisioner share (berbagi) tentang topik, lalu dosen tertarik, akhirnya mereka bisa share ideas dan bisa nulis bareng,” tutur Ketua BPP UNAIR. Luaran yang ingin dicapai dari skema praktisi tamu ialah workshop dan seminar yang terdokumentasi dalam bentuk monografi. Monografi itu akan diterbitkan atas nama UNAIR. Praktisi tamu akan mendapatkan akomodasi dan honor yang layak. Pada skema peneliti tamu, UNAIR mengundang peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian dan menulis publikasi sesuai topik yang ditentukan UNAIR. Selain melakukan penelitian, peneliti juga wajib melakukan publikasi penelitian atas nama UNAIR dan terindeks Scopus. Tak hanya publikasi, peneliti juga harus mendiseminasikan hasil penelitian dalam forum akademik yang diselenggarakan UNAIR. Setiap peneliti akan mendapatkan dana riset sebesar Rp 40 juta, dan biaya hidup Rp 5 juta per bulan. “Kita ingin menambah visiting professor dan menambah publikasi. Cara yang paling gampang untuk menambah publikasi adalah dengan tandem antara visiting professor dan dosen UNAIR,” terang Badri. Dalam skema foreign thesis, UNAIR ingin menarik minat para Indonesianis yang sedang menyelesaikan laporan tesis maupun disertasi. Selama di UNAIR, pengerjaan penelitian mahasiswa tersebut akan berada dibawah bimbingan profesor (cosupervisor) di UNAIR. Dalam penulisan tesis dan disertasi, mahasiswa akan diberi dana riset sebesar Rp 40 juta, dan biaya hidup Rp 5 juta per bulan. “Yang jelas nanti, ketika mereka menulis disertasi, ada tulisannya funded by (didanai, -red) UNAIR. Mereka harus bekerjasama dengan dosen UNAIR. Ini untuk mengangkat atau
mengekspose nama
dosen UNAIR,” tutur Badri.
Di UNAIR, program AGT ini nantinya akan dinaungi oleh Koordinator Program Pendidikan Internasional (PPI), Direktorat Pendidikan UNAIR, Jani Purnawanty, S.H., S.S., LL.M. Kedepan, untuk mengembangkan program UNAIR AGT, ada beberapa langkah yang akan dilakukan PPI. Pertama, menentukan topik-topik penelitian maupun diskusi. Dalam menentukan topik, pihak universitas akan berkoordinasi dengan fakultas terkait bahasan yang diinginkan. Kedua, menambah jumlah praktisi, peneliti, dan mahasiswa yang melakukan penelitian. Jani berkata, saat ini pihaknya menargetkan sebanyak 5 praktisi tamu, 3 peneliti tamu, dan 3 mahasiswa yang sedang melakukan penelitian tesis dan disertasi. Jumlah ini diharapkan akan bertambah setiap tahunnya. Agenda berikutnya dalam program UNAIR AGT adalah kedatangan praktisi tamu dari International Maritime Organization pada bulan Juli nanti. Saat ini, pihak PPI juga gencar untuk menawarkan program UNAIR AGT ke beberapa organisasi internasional yang berkantor di Indonesia. Hal ini dilakukan sembari menunggu masukan dari pihak fakultas terkait dengan kebutuhan kuliah umum dari praktisi. Bagi para praktisi, peneliti, dan mahasiswa yang berminat bergabung dengan UNAIR AGT, pelamar bisa melengkapi formulir aplikasi http://pendidikan.unair.ac.id/agt/index.php/application, dan menghubungi PPI Direktorat Pendidikan UNAIR via surat elektronik
[email protected]. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
Mahasiswa UNAIR Kembangkan Skrup Tulang Anti Bakteri Berbasis Polimer dan Keramik UNAIR NEWS – Patah tulang merupakan cedera yang lazim dijumpai pada korban kecelakaan. Penanganan kasus ini adalah dengan dilakukannya fiksasi internal tulang menggunakan sekrup dan plat berbasis logam, yaitu platina dan stainstess steel. Namun, penggunaan kedua bahan ini bukanlah tanpa kendala. Kendala pertama, meskipun logam platina memiliki sifat mekanik yang baik, tetapi harganya relative mahal. Kedua, penggunaan stainless steel dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan korosi yang membahayakan tubuh. Selain itu, metode ini dirasa kurang efektif karena skrup dan plat yang digunakan harus diambil setelah tulang tersambung kembali. Pengambilan sekrup inilah yang kemudian menyisakan lubang pada tulang dan menimbulkan permasalahan baru. Setelah mempelajari dari persoalan diatas, lima mahasiswa Teknobiomedik, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga melakaukan upaya dan menawarkan alternatif solusi dalam penanganan kasus patah tulang dengan hasil penelitian eksakta yang didanai oleh DIKTI Kemenristek Dikti.
Salah seorang dari tim PKMP sedang meneliti di lab di FST. (Foto: Dok Tim) Penelitian berjudul “Biodegradable Bone Screw Anti Bakteri Berbasis Komposit Nano Hidroksiapatit Poly (1,8 Octadienol-CoCitrate)” itu dikerjakan oleh Imroatus (Teknobiomedik 2012), Andini (Teknobiomedik 2012), Nurul (Teknobiomedik 2014), Bagus (Teknobiomedik 2014), dan Rhisma (Teknobiomedik 2014) dengan dibawah bimbingan Dr. Prihartini Widiyanti, drg. M.Kes. Sekrup
tersebut
terbuat
dari
nano
hidroksiapatit
[Ca10(PO4)6(OH)2] dan POC [Poly (1,8-octanediol-co-citrate)]. Yang kedua, material ini dipilih sebagai kandidat biodegradable bone screw karena POC memiliki sifat nontoksik, biokompatibel, biodegradable, sintesisnya relative mudah, dan meningkatkan sifat mekanik. Sedangkan nano hidroksiapatit berfungsi sebagai filler karena kompatibel terhadap jaringan tulang. Kemudian kitosan sebagai coating yang bersifat antibakteri melalui kelompok amino bermuatan positif yang mengikat muatan negative membran bakteri. Hasil dari karakterisari sekrup tulang ini memiliki kekerasan 1482,68 MPa, sehingga sudah diatas kekerasan tulang manusia yakni 150-664 MPa dan kekuatan tekan sebesar 8,14 MPa sesuai
dengan kuat tekan tulang cancellous antara 2-12 MPa. Sedangkan dari uji anti bakteri, telah terbukti bahwa bahan kitosan sebagai coating ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus di sekitar luka. ”Keunggulan dari sekrup ini diantaranya: biodegradable karena setelah tulang terfiksasi, screw akan terdegradasi dalam sistem metabolisme tubuh, sehingga tidak perlu dilakukan pengambilan kembali,” tutur Imroatus, Ketua Tim PKM Penelitian Eksakta ini. “Semoga PKMPE (Proposal Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta) ini lolos hingga PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) ke-29 mendatang, di IPB,” kata Andini berharap. (*) Penulis : Binti Quratul Masrurah Editor : Bambang Bes