IDENTIFKASI SIFAT-SIFAT MORFOLOGI DAN MOLEKULER BEBERAPA [SOLAT Phytophthuru palmivoru
Pendahuluan
SeIain P. pulmivoru, juga dijumpai beberapa spesies Plrylophfhoru yang dapat
menyebabkan penyakit pada kakao seperti P. megukurya (Afrika Barat), P. capsici (Brazil, negara-negm Amerika Latin lainnya, Kamerun), P. citrophthoru (Brazi I), Pheveue (Malaysia) dm
P. megaspermu (Venezuela) yang mengalubatkan berbagai
tingkat kerugian (Erwin dan Ribeiro 1996).
Di samping terdapat spesies
Plrytophthorcr yang berbeda, juga dijumpai keragarnan genetik yang nyata pada P. palmivora, yang merupakan patogen pada lebih dari 150 spesies tanaman diantaranya tanaman kakao, kelapa, durian, karet, nangka, pepaya, jeruk, anggrek, lada, vanili &n manggis (Drenth, 200 1 ). Oleh karena itu identifikasi spesies dengan mempelajari
sifat-sifat morfologi dan molukuler menjadi sangat penting untuk dilakukan. Identifikasi spesies melaiui studi morfologi cendawan meliputi sifat-sifat aseksual ( t i p koloni, pembengkakan hfa, produksi dan diameter klamidospora,
percabangan sporangiofor, bentuk
dan ukuran sporangia, caducity, panjang pedisel
dan papila) dan seksual (ukuran anteridia, ukuran oogonia, ukuran oospora) sudah
umum dilakukan, sedangkan si fat-sifat rnolekuler belurn banyak dilakukan. Ident ifikasi spesies secara morfologi merni I iki kelemahan karena dapat d i p e n g a d oleh Iingkungan, sebal i knya identifi kasi secara molekuler akin menghasilkan infomasi genetik dengm ketepatan yang lebih akurat dan relatif Iebih cepat, dan
hasilnya tidak dipengaruhi oleh lingkungan.
42
DNA ribosorn (rDNA) adalah daerah penyandi genom untuk komponen RNA
ribosom.
Sekuen
DNA ribosom dapat digunakan sebagai alat penting untuk
rekonstruksi hubungan kekerabatan, karena setiap unit DNA ribosom terdiri dari gen untuk 18S, 5,8S dan 28s DNA ribosom. Gen-gen ini dipisahkan oleh spclcers yaitu ETS (External Trunscribed Spacer), IGS (Inter-Genic Spacer) dm ITS (Internal Trmcribed Spacer) (Schlotterer 1 998).
Daerah ITS rDNA Phytophthoru dapat diarnplifikasi menggmakan PCR
dengan primer ITS 5 dan ITS 4 atau ITS 1 dm ITS 4. HasiI arnplifikasi berupa pita tunggal berukuran lebih kurang 900 bp untuk P. pdmivora, 862 bp untuk P. capsici dan 94 1 bp untuk P. fiuguriae. Cendawan lain khas spesies tumbuhan menghasilkan pit. bendcuran 600 bp dengan primer ini. Hasil PCR setelah didigesti dengan enzim
restriksi menghasilkan pita-pita DNA y ang spesifik spesies, sehingga analisis ini clapat
digunakan untuk identifikasi species (Darmono clan Purwantara 200 1; Chowdappa el al. 2003). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi species />hyrophthora
yang menyerang tanaman kakao di Indonesia.
mpotesis yang diajukan &lam
penelitian ini adalah penyebab penyakit busuk buah pada tanaman kakao di Indonesia disebabkan oleh beberapa species Plytophlhr~ru. Hipotesis ini berdasarkan pada
penelitian clan pustaka sebel urnnya yang mengatakan bahwa penyebab penyalut busuk
buah pada tanaman kakao di Indonesia adalah P. paimivora
(Purwantara 1987;
Sudarmadji dan Pawimsoemardjo 1990; Sernangun 2000), tetapi beberapa species lain juga dilaporkan sebagai patogen bus& buah di luar negeri (Erwin dm Ribeiro 1996).
43
Bahao dan Metode Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikroba dan Labratori urn Bioiogi
Molekuler dan Immunologi, Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Bogor, dari bulan Mei 2002 sampai April 2003. Bahan-bahan yang digunakan diantaranya isolat P. palmivora a d enam provinsi (Tabel 51, media PDA, sejumlah bahan-bahan yang
diperlukan untuk ekstrasi DNA dan identifikasi molekuier menggunakan ITS. Metode Isolasi. Patogen diisolasi dari buah atau batang kakao sakit dengan cara bagian jaringan buah atau batzing kakao sakit ditanamkan pada buah kakao sehat
yang sebelumnya telah dibersihkan menggunakan air yang mengalir dm sterilisasi
pemukaan buah dengan alkohol 70 persen, kemudian dibungkus dengan kertas dan
diinkubasi pada suhu ruang. Setelah inkubasi selarna tiga hari, patogen diisolasi dari bush kakao sakit dengan cara penanaman jaringan yang diarnbil antara perbatasan jaringan buah sehat dan sakit pa&
media PDA.
Sampe1 tanah yang diduga
rnengandung patogen di baiting dengan buah kakao sehat dan selanjutnya dikerjakan dengan cara seperti dijelaskan di atas.
Metode identifikasi Morfologi dam MoIekuler. Beberapa s~fatmorfologi yang dipelajari meliputi tipe koloni, pembengkakan hifa, produksi dan diameter
klamidospora, percabangan sprangiofor, bentuk dm ukuran sporangia, caducity, panjang pedisel dan papila. Identifikasi berdssarkan pada kriteria morfologi yang
dikemukakan Waterhouse ( I 974% 1974b), Holliday ( 19801, Erwin d m Ribeiro ( 1996),
Dxenth dan Sendall (2001). Untuk keperluan ini, isolat ditumbuhkan pada media PDA, dan pengarnstan di Iakukan dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi
dengan rnikrometer okuler dan mikrometer obyektif, mikroskop 01ympus BX5 1 yang dilengkapi kamera, dm
kamera Ricoh A50 yang dilengkapi lensa close-up.
Pengukuran dimensi sporanga dilakukan pada 60 sporangia yang dipilih secara acak
untuk masing-masing isolat. Identifikasi berdasarkan sifat molekuler diawali dengan perbanyakan miselium, yang diperoieh dengan membiakkan potongan-potongan hi fa yang ditumbuhkan pads media PDB &lam tabung Erlenmeyer sebanyak 100 ml. Setelah
diinkubasikan pada suhu r u n g di atas shaker dengan kecepatan 125 rpm selama 7 hari, miselia disaring dengan menggunakan saringan teh yang telah disterilisasi dengan otoklaf terlebih dahulu,
kemudlan dicuci dengan PBS (Phosphate BGer
Saline) sebanyak tiga kaf i untuk rnenghllangkan karbohidrat dari medium cair yang
tertinggal atau melekat pada miselia. Miselia &tern-
dalam cawan Petri yang
berisi kertas saring steril agar cairan yang tersisa pada miseIia &pat terserap oleh kertas saring. Miselia yang didapat selanjutnya digunakan untuk ekstrasi DNA.
Ekstraksi DNA cendawan patogen dilaldan menun~tmetode Orozco-Castillo et al. (1994) yang dimodifikasi khususnya penambahan PVPP (Polyvinyl Po!y
Pyrrol idm) pada waktu penggerusan ke dalam lumpmg porsel i n dan merkaptoetanol
ke dalarn bufer ekstraksi (Toruan-Mathius
el
a/. 1997).
Tahapan kej a meliputi
pemecahan dinding sel miselium, dilanjutkan pemisahan DNA dari komponen senyawa lain seprti protein dan senyawa orgamk lainnya melalui tahapan sebagai
beri kut:
Tabel 5 Daftar isolat P.palmivora asal enam provinsi di Indonesia
No.
Kode Isolat
Bahan IsoIasi
Asal Isolat
Desa Sungai Tahuang Kec.Secanggang Kab. Langkat Prov. Sumatera Utara 2 SU-4 Desa Sayumsabah Kec. Sibolangit Kab. Deli Serdang Prov. Sumatera Utara 3 LP-B Desa Negeri Sakti Kec. Gedong Tataan Kab. Lampung Selatan Prov. Lampung 4 LP-T Desa Negeri Sakti Kec. Gedong Tataan Kab. Lampung Selatan Prov. Lampung 5 JB-B 1-CIO Kebun BPBP Ciomas, Bogor Prov. Jabar 6 JB-T-CIO Kebun BPBP Ciomas, Bogor Prov. Jabar 7 JB-B LS2 Kebun Layungsari PT.Intergreen Estate, Cianjur Prov. Jabar 8 JB-BLS4 Kebun Layungsari PTJntergreen Estate, Cianjur Prov, Jabar 9 JB-BLS6 Kebun Lay ungsari PT.Intergreen Estate, Cianjur Prov. Jabar I0 JB-RAP Kebun Rajamandala PTPN VII1 Prov. Jabar 11 JB-BAP Kebun Bunisari PTPN VIII Prov. Jabar 12 JT-R Kebun Renteng PTPN VII Jember Prov. Jatim 13 JT-CP Kebun Puslit Kopi & Kakao Jember Prov. Jatim 14 JT-GC7 Kebun Puslit Kopi & Kakao Jernber Prov. Jatim 15 SS-I3 1 Bonepute, Kotip Palopo Prov. Sulsel 16 SS-B2 bonepute, Kotip Palopo Prov. Sulsel 17 ST-6 Desa Tasahea Kec. Tirawta Kab. Kolaka Prov. Sultra 18 ST-8 Desa Ujung Kec. Lilirian Kab. Soppeng Prov. Sultra 19 ST-9 Desa Dangia Kec. Ladongi Kab. Kolaka Prov. Sultra 20 ST- I 0 Desa Gunung Jaya Kec. Ladongi Kab. Kolaka Prov. Sultra Buah dari satu pohon. 1
SU-3
Buah
Buah Buah
Buah Tanah ~uah*'
Buah Buhh
Buah Buh Buah Buah suah Buah Buah Kanker
batas Buah
.'
Sampel miseliurn sebanyak 0,3 g digerus pada mortar dingin dengan Nz cair dan 0,l g antioksidan
PVPP. Bubuk putih (powder) yang didapa~dimasukkan ke
dafarn tabung eppendorf ukuran 2 ml, ditambah
bufer ekstraksi 1 ml dan
merkaptoetanol I 0 pl, dikocok kuat dan divorteks, dan dipanaskan ddam penangas air (65°C) selarna 30 menit dengan sesekali dikocok. Selanjutnya ditambahkan campuran
kloroform : isoamil dkohol (24:l) sebanyak 750 ml, disetimbangkan dan disentrifuse pada I 1.000 rpm selama 10 menit. Cairan jernih (supemtan) yang ada di bagan atas diarnbil dengan hat i-hati supaya endapan tidak terbawa, dipindahkan ke dalam tabung
Eppendorf yang baru, clan disetimbangkan dengan menambah bufer ekstraksi. (penambahan kloroform : isoamil alkohol (24:l) sebanyak 750 ml dilakukan dua kaIi). Kemudian ditambahkan isopropanol dingin 1 ml dm digoyang halus sampai tampak endapan DNA dan disimpan di dalam freezer -20°C
selama 30 menit.
Larutan disetirnbangkan dengan menambah isopropanol dingin clan disentrifuse pada 1 1.000 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan pellet DNA. PelIet dicuci dengan
alkohol dingin 70 % sebanyak 500 PI. Tabung Eppendorf dikeringkan pada posisi
terbali k di atas kertas serap seIama lebi h kurang 1 5 menit. Pel let yang didapat selanjutnya dilarutkan dengan larutan TE dan disimpan pada jreezer -2U°C sebagai stok DNA,untuk dipakai dalam analisis menggunakan teknik ITS, RAPD dan AFLP.
Penetapan konsentrasi DNA dilakukan dengan cara membandingkan dengan h
DNA dengan konsentrasi 536 pdrnl.
Selanjutnya DNA diencerkan untuk
mendapatkan working solution 25 n&1.
Ampli fikasi DNA dilakukan dengan
rnenggunakan primer spesifik ITS 4 dan ITS 5 pada reaksi PCR yang meliputi tahapan
denaturasi cetakan DNA, annealing primer dan polimerasi. Tahapan ini berulang
beberapa kali sehingga dicapai hasil amplifikasi yang tinggi. d m ITS 5 disajikan pa& Tabel 6 .
Sekuen primer ITS 4
Tabel 6 Sekuen primer ITS4 dan ITS 5 Pustaka
No.
Nama primer
Sekuen oligonukleotida (5'--3')
1.
ITS 4
TCCTCCGCTTATTGATATGC
White et ul.(1990)
2.
ITS 5
GGAAGTAAAAGTCGTAACAAGG
White er al. ( 1 990)
Campuran reaksi PCR yang terdiri atas berbagai kornponen untuk analisis ITS dapat dilihat pada Tabel 7. Campuran reaksi tersebut dimasukkan ke &lam tabung Eppendorf steril ukuran 0,5 m1, dihomogenkan, dan ditambah 20 pl mineral
oil. PCR diIakukan pada Thennocycler ~m~litron@1 dengan program tahap denaturasi 94°C selarna 1 menit tahap anneuling 42°C seiama 1 menit dan tahap externion 72OC selama 2 menit kemudian ditambah 72°C selama 4 menit. Reaksi PCR
berlangsung berulanghli sebanyak 35 siklus.
Untuk mengetahui keberhasilan
amplifihsi DNA, hasil PCR dielektroforesis pada gel agarose 2%, dengan tegangan 50 V,selarna 1 jam. Gel kemudian difoto pada transiluminator W.
Sarnpel hasil PCR kemudian didigesti dengan enzim restnksi Alu I dan Msp I
pada 37°C selarna 1 jam, serta iruq I pada suhu 65°C selama 1 jam. Hasil digesti selanjutnya dielektroforesis pada gel agarose 2%, 50 V, selama 1 jam, kemudian difoto pa& transiluminator UV.
Tabel 7 Campuran reaksi PCR mtuk analisis ITS Komponen
Reaksi 1 x (PI)
Buffer lox
5
Primer ITS 4 ( 1 0 p rnol/pl)
1
Primer ITS 5 ( 1 0 p mol/yl)
1
Taq polimerase (5U/p1)
0,4
DNA template (25 nglpl)
4
Jumlah
50
Sifat-Sifat Morfologi Isoht-Isolat P.palmiwra
Sebanyak 20 isolat yang diisolasi dari buah dan batang kakao sakit serta dari tanah di sekitar pertanaman kakao, koloni cendawm penyebab penyakrt busuk buah pada tanaman W o yang berasal dari beberapa lokasi daerah penghasil kakao di Indonesia, yaitu Sumatera Utara (Sumut), Lampung, Jawa Barat (Jabar), Jawa Timur (Jatim), Sulawesi Selatan (Sulsel), dm Sulawesi Tenggara (Sultra), yang dipelajari
ddarn penelitian ini, mempunyai sifat yang
sama walaupun
disubkulturkan krkali-
kali, yaitu tumbuh lambat pada PDA, berbentuk bulat dengan pinggiran tidak rata, seperti kapas, berwarna putih, jika dipotong-potong menggunakan skalpel term agak
kenyal (Gambar 4).
Siikt1Sif~t Molekuler ~
Bfeksi dihkukm den=
~9.p u k bhm
f
txga i i m p w DNA 20 isoh
p w p den-
Ppimer ITS 41bn rSS 5 rner@gmabmm&PGR, kemudian di&lrErofo&
@gel
W s e 2 %. AmpMkasi DNA 20 h i a t pmgen nmgldlkati pi?a DNA tunggai
berukurm lehih h m g 900 bp (Gslmba 5). Ag I didapt pita-pita ymg b w d a m
SekIah dg&i d-
m i
* 500, I60 dan - 155 bp9 - diingm enzim restriksi -
Mp I di dqat pitst-pita yang b e m h m .SOQdan400 bp, dm c k m en&n ~ @skr&si
T q 1 di dapat pita-pim b e n h m k 300,280,150 dan LDB bp (Gmbqr 6).
Tabei 8 Karakteristik aseksual dua pduh isolat P.palmivora Klamidospora Sporangia Pembeng Produksi 0 (pm) Cabang Cadu Panjang kakan c) Sporangiofor ~ o u s ~ pedisel ) hi fab) (pm) + 28-40 Simple + 4-6
No.
lsolata'
I.
SU-3
3.
LP-B
+I-
4.
LP-T
-
5.
JB-BLS2
6.
JB-BLS4
7. JB-BLS6
+ +
28-38
S&
34-38
sda
+ +
+-
28-38
S&
i-
+/-
-t
25-38
sda
-
2 8-3 8
sda
28-38
sda
+
21-38
sda
34-40
sda
28-40
sda
23-38
sda
/-
+ + + + + + +
+ +
2 8-3 8
sda
+ + + + +
8.
JB-B-Cio
9.
JB-T-Cio
10.
JB-BAP
11.
JB-RAP
12.
JT-GC7
13.
JT-CP
14.
JT-R
-
+
28-38
sda
t
15.
SS-B1
+/-
+
2 1-40
sda
+
16.
SS-B2
-t
1 9-34
sda
i
17.
ST-6
-
+
23-47
sda
i-
18.
ST-8
+/-
+
25-38
sda
+
19.
ST-9
+/-
4-
1 9-40
sda
+
20.
ST-10
+I-
+
34-47
sda
+
t
"'Kode isolat lihat Tabel 5 .
" - Tidak ada pembengkakan hifa; +/- adahidak ada pembengkakan hi fa
"I + "+
Klamidospora di produksi Sporangia caducous.
Tabel 9 Bentuk, ukuran dan papila sporangia dua puIuh isolat P.palmivora
I.
SU-3
OVO;GI0
44-57
34-40
57x42
LIB rasio 1,3-I,4
2.
SU-4
Ova; GI0
40-66
34-47
57x40
1,2-1,4
P
3.
LP-B
OVO;Glo
3 8-76
2842
59x38
1,4-1,8
P
4.
LP-T
Ovo; Glo
38-76
2140
57x38
1,8-1,9
P
5.
3B-BLS2
OVO;Glo
38-57
28-38
57x38
1,4-1,s
6.
JB-BLS4
Ova; Glo
38-66
34-38
59x38
1,2-1,7
7.
JB-BLS6
Ova; Glo
38-57
34-38
57x38
1,4-I,5
P P P
10.
JB-BAP
Ova; Glo
45-63
34-38
61x34
1,4-1,7
P
11.
JB-RAP
Ova; Glo
40-66
25-38
61x38
1,6-1,7
P
12.
JT-GC7
Ova; G10;Obp
38-66
28-38
57x34
1,4-1,7
P
13.
JT-CP
OVO;Glo
40-59
25-34
57x32
1,6-I,7
P
14.
JT-R
Ova; Glo
38-66
28-38
61x38
1,4-1,7
P
15.
SS-B 1
OVO;G10;Obp
42-57
28-40
57x38
1,4-1,5
16.
SS-B2
40-53
28-34
53x34
1,4-1,6
P P
18.
ST-8
O ~ QG10;Obp ;
34-76
21-40
59x38
1,6-1,9
19.
ST-9
OVO;Glo
38-57
21-38
57x34
1,5-1,8
P P
20.
ST-10
OVO;GI0
38-66
19-38
7x38
I,7-2,O
P
No.
lsolata)
&ntukb'
O ~ O
Lebar (B) Rerata (L) (urn) (ym) (vm) Panjang
Kode isolat lihat Tabel 5 . b' Ovo = Ovoid; Glo = Globose; Obp = Obpyrifom; Ellip = Elf ipsoid "'P = Papila. ")
Papila c)
P
Gambar 5 Pita DNA tunggal (f900) bp hasil amplifikasi DNA dua puluh isolat P. pulnzivuru dengan primer ITS 4 dan ITS 5 . (M) Marker, (1) isolat SSB2, (2) JB-BLS6, ( 3 ) JT-CP, (4) ST-10, ( 5 ) ST-8, ( 6 ) JT-R, (7) JB-TCIO, (8) JB-BI.-CIO, (9) ST-9, (10) ST-6, ( I 1) SU-4, (12) SU-3, (13) JBBLS2, (14) JB-BLS4, (1 5 ) SS-B 1, (16) JB-BAP, ( 1 7) LP-8, ( 1 8) LP-T, (19) JT-GC7, dan (20) isolat JB-RAP. Detuil isolat lihat Tabel 5 .
Gambar 6 Pita-pita berukuran f 500, 160, 155 bp hasil restriksi dengan enzirn AIu I (atas); pita-pita berukuran 500 dan 400 bp hasiI restriksi dengan enzirn ~WspI (tengah); pita-pita berukuran f 300, 280, 150, dan 100 bp hasil restriksi dengan enzirn I'uy I (bawah); M = marker; 1-20 adalah nomor isolat P. pulmrvoru seperti pa& Gambar 5.
+
Pem bahasan Tipe koloni dua puluh isolat P. paImivora pada media PDA sama yaitu
berbentuk bulat dengan pinggiran (Garnbar 4).
tidak rata seperti kapas dan benvarna putih.
Menurut P m t a r a (1987) koloni P. palmivora benvama putih,
tumbuh sangat baik pada media CMA clan LBA, dengan sporangia lebih banyak
diproduksi pada media LBA, tetapi tumbuh lebih lambat dengan sporangia yang
dihasilkan lebih sedikit pada media PDA dan VJA. Hendrawati (1997) mefaporkan bahwa koloni beberapa isolat P. pu/mivora asal kakao yang dipelajarinya berbentuk bulat dengan pinwran tidak rata, berwarna putih, dengan hifa tampak lurus, jika
dipotong menggunakan skal pel akan terasa kenyal sehingga agak menyulitkan ketika
&an disubkulturkan pada media kaldu kentang. Variasi di antara dua puluh isolat yang dipelajari sangat sedikit, terutama tejadi pada bentuk hi fa dan diameter kiamidospora, sedangkan semua isolat memproduksi klamidospora berkntuk bulat, terminal dan beberapa interkalar, dengan
cabang sporangiofor simple sympodial, caducous dengan pedisel berukuran 4 4 pm.
Pedisel dengan ukuran tersebut di katagorikan sebagai pedisel yang pendek (Waterhouse 1974 a).
Pada umumnya sporangia berbentuk ovoid atau buah per, dengan satu papila yang jelas, banyak juga yang berbentuk globose dan ada juga beberapa isolat yang
mempunyai bentuk obpyrifonn clan ellipsoid, dengan A m sporangia 53-61 x 32-42
pm. Menumt Semangun (2000), sporangia P. paimivora penyebab busuk buah kakao
54
berbentuk buah pir, dengan ukuran 3060 x 20-53 pm.
Sporangiofor cendawan
patogenik P. pa~mivoratumbuh syrnpodiaf , dengan sporangianya berbentuk ovoid, ellipsoid atau obpyrifom, mempunyai papila, I/b rasio 1,6-2,0, dengan ukuran
sporangia 35-60 x 2040
pm. Variasi ukuran in; diantaranya disebabkan oleh
perbedaan kondsi m d u m , inang, umur biakan, kelembaban dan cahaya (Waterhouse 1974a; Holliday 1980; Erwin dan Ribeiro 1996; Drenth dan Sendall 200 1).
Hasil amplifikasi DNA dua puluh isolat dengan primer ITS 4 clan ITS 5 didapat pita tunggal berukuran sekitar 900 bp. Kernudian dilanjutkan digesti h g m e n DNA ini dengan enzim restriksi Alu I, Msp I dm Taq I sehingga dihasilkan fragmen-
fragmen berukuran sekitar 500, 160, 155 bp untuk Aiu'I; 500,400 bp untuk Msp I; dm 300, 280, 150, 100 bp untuk 7uq I. Sifat-sifat molekuler tersebut rnerupakan sifat-
sifat yang dimiliki oleh cendawan patogen P. pulm~vora (Darmono dm Purwantara 200 1 ;Punvantara dan Darmono 2002).
Berdasarkan siht-sifat morfolog dan molek~der di atas maka dapat diidentifi kasi bahwa dua puluh isolat tersebut adalah P. pulmivora sebagai penyebab penyakit busuk buah dan kanker batang kakao di Indonesia. HasiI ini mendukung
laporan Sudarmadji dan Pawirosoemardjo
( 1 990) bahwa penyakit utarna pada
tanaman kakao di Indonesia dewasa ini adaiah busuk buah, kanker batang dan hawar daun yang dlsebabkan oleh P. pa~mrvora(Butler) Butler (MFI).
Kesimpulan
Dm puluh isolat yang dikumpulkan clan sentra produksi kakao di Indonesia menunjukkan sifat-sifat mofologi yang relatif sama yaitu turnbuh larnbat pada media PDA, koloni berbentuk bulat dengan pinggiran tidak me&,
berwarna putih, sepert!
kapas, dm apabila diptong-potong menggmakan skalpel terasa agak kenyal.
Sporangia kebany&an berbentuk buah per (ovoid), caduceus, pedisel pendek, l/b rasio
1,6-2,Odan kIamidospora berbentuk globose terminal dan beberapa interkalar. Arnpli fikasi DNA dua puluh isolat yang dipelajari d a r n penelitian ini dengan primer ITS 4 dan ITS 5 rnenghasilkan pita tunggal berukuran ,+ 900 bp, dan setelah
digesti dengan enzim restriksi Alu I didapat pita-pita yang berukuran f 500, I60 dan 155 bp, dengan enzim restriksi Msp 1 didapat pita-pita yang berukuran f 500 dan 400
bp, dengan enzim resb"ik~iTaq I didapat pita-pita berukuran f 300, 280, 1 50 dan 100 bp yang merupakan karakteristik molekuler spesies P. plmivora
Berdasarkan si fat-si fat morfblogi dan molekuler di atas maka terbukti bahwa isolat-isolat tersebut sernuanya
adalah isolat P. palmrvora, bukan spesies
I'hylophfhoru lain sebagai penyebab penyakit busuk buah dan kanker batang kakao di
Indonesia.