Dam bsl Persilangan ( Sungc Putih )
Damba Sunge Putik mempakan dornba t i p bulu yang dihasilkan dari Ff%i h g a n antara tiga bangst yaitu St, Craix, hb8das, dm bkaf Sumatem dengan
kornposisi dm& 50% lob1 Smatera, 25% St Croix, dan 25% Barbados. Persilangan hi dilakukan oIeh Sub Balai Penelitiaxl Temak Sunge Putib, Galang, Sumatefa Uwa, hkerja m a dengan Srnatf Ruminant Collaborative Research S u p p o ~Program (SRCI~SPZData t e h s damba Sunge Putilx adalzih b o b t lahir anak 2,45 kg, jumlah an&
%kcfahim 1,58 elcur, mortalitas mpi umw sapih 7%, taju pertumbuhan 101,50
& h i , dan bobot badan mur 3 bulan 13, I4 kg f Submdriyo ef ul., 1996). Damba Sunge Putih mempunyai kberapa keunggulan dibandingkan dengan dotnk 1okaI Sumaterw a n m lain kmdaptasi den@
baik pada lingkungan trupik
ba.uuh seperti Indonesia dm lebih resisten terhadap parasit internal, persentase bobot karkas lebifi tinggi, produk-tivitasnya Iebih tinggi, d m area wulnya lebih rendah rG,tmby er ul., f 995). Dom ba Lob1 Sumatera.
Domba lob1 Sumatera tergalong bangs dornba ekox tipis dengin
tip
wol kasar. Domba ini merupahn darnba asli yang tersebar luas di sefuruh wilayah
Indonesia dm dikenal sebagai domba lokal dengan ciri badan kecil, warna wul b r n g a m rnulai dari wama putih sampi h i m , dan menunjukkan sikfus birahi
seplinjang tahun. Subandrt'yo et al. ($995)melaporkan bobt badan pertama kawin
domba foical Sumatera adalak 22,22 * 1,50 kgIjumlah anak sekelahimn X,SQ, b b t Iahir 1$8 kg, hbt sapih umur 3 bulm 8,67 kg, bbt badan dew= 25 - 30 kg, dan laju prturnbuhan sebesar 8 1,50 dekorlhari. Iniguez
. lokd Sumatera & a s &
ei al. ( 199 1)
menyaakan dornba
-,
domba yang lambat laju pertumbuhannya serb mmpunyai
ulruran badan &wasa yang keciL Dengan prbaikan pahn dipat meningkatkan jumlah anak sekelahiran dari 1,50 menjadi 1,132 ekor. Potensi LSm bah Perkebunan sebagai Pakan Domba Kelapa Sawit
Penanaman kelapa sawit: (Elmis gueneensis JACK) sedang d i k e m b g k n di Indonesia, dengan peningkatan Iuasan yang pesat: dari 120.000 hektar tahun 1969 rnenjadi 2.633399 helctar pada tabm 1993 (Statistik Perkebunwn Indonesia, 1998). Kompnen, komposisi dan estimasi produlcsi irelapa sawit disajikan pa& Tabef I. Tabel 1. Komponen, komposisi tandm buah sawit, dan estimasi produbi dan libah
Komponen
Komposisi
I"/.> Tandan buah segar Ampas tandan Berandolan bmh Serat p m a n buab Minyak sawit Minyak sawit mumi Lumpur minyak sawit Inti sawit Minyak inti sawit BmgkiI inti sawit Cangkmg biji Kotoran dm air Sumber : Aritunang (1 986)
100,OO 47,OO 49,OO 12,QO
Estimasi prduksi ( ton/hebr/tahun ) Sawit mu& 12,OO 5,90
Sawit dewasa 27,OO 12,OQ
13,fO 3,30 6,90
5,OO 4,50
6,20 1 ,SO 3,10 2,50 0,60 0,60
2,20
0,JO
2,30 7,50
Q,30
0,60 0,60 2,20 1,OO
25,W 20,OO
4,OO
1,OO 0,40
5,50 1,40 1,20
Produksi tandan buah segar kelapa sawit per helctar pr t a b seksar 12,CiO 27,OQ ton. T'anaman ketapa sawit rnenghasilkan 3 jenis limbah utama yang dapat
digunahn sebagai bahan palcan tern& yaitu daun krelap sawit, Iumpur minyak sawit, dm bungkil inti sawit, Limbah ini cukup melimpah sepanjang Wun, namun
pnggumnnya sebagai
ransum domba b l w n maksinaal sarnpai sekarang
(Aritonang, 1986).
Dari 2.633.899 k k t a kebun kelap sawit dihasilkan tandm buah segar
sebesar 39,SO juta Eon per tahun dan akan dihasilkan limbah pabrik pengalahan sawit kmpa Iumpur sawit s e b r t,98 juta tun dm bun@ inti sawit sebesar 0,91 juta todfahun. Di samping limbah pabn'k ini &hasilkan limbah dam kelapa sawit sebsrtr 32,70 juta tadtahun. Komposisi zat nutrien dam kelap sawit, lwnpur minyak sawit,
dm bungkil inti sawitdisajikrtn padaTabel. 2. Tabel 2. Karnposisi nutrien cfaun sawit, lumpur sawit, dan bungk.11inti sawit
Nutrien Bahn kering (%) Protein b a r (%) Lemak b a r (%I Serat kasar (76)
Daun sawit 9J,41a
13,30a
Lumpur sawit 94,OO' 13,2fia 1 3,wa I6,OO" 13 ,9ub
BungIriX inti sawit 91,l la
15,40a 4,47" ?,?la 32,55* I 0,50a Abu (%) 14,43b 5,1gb TDN (%) 56,QO 79,OO 8 1,OO Sumber : a. Laboratorium Nutrisi Jur.Peternah FP USU Medan (2000) b. Laboratorium llmu Makanan Ternak IPB Bogor (2000)
Daun Irelapa sawit menrpakrsn limb& padat yang k e ~ ~ n n ycdup a melimpah di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Dilihat dari bndungan protein
b
r daun kelap sawit wbmding dengan mutu hijauan (Prayitno dan Darmoku,
1994). Daun kelapa sawit &pat dipmses, diawetkan, &n dimanipulasi &lam bentwk
yang dapt diterima ternak ntmimsia. Hail peneiitian terakhir melaporkan bahwa
daun kelapa sawit &pat diproses ddam bent& pellet dan diawetkm dafam bentuk s i l w ( Jafar dan Hassan, 1990). Penggmm daun kelapa sawit alah dicakfran p a
tern& sapi pdaging dm perah $an &pat dikrikan seksar 30 srunpeli 4 P , sedmgkm pa& domba setmar 20 sampai 30% &ri pkamya (Hkssan dan Ushio, 1990).
Lumpw minyak sawit: adalah farutan buangan yang dihasifkan =lama proses ekstraksi m h y a k Bahan ini rnerupakan emulsi yang rnengmdung sekitar 2QOh padatan, O,5O - 1% sisa minyak, dan air sekicar 78-79%. Lurnpur minyak sawit &pat
digunakan d a l m pkm damba seksar 25-30% @even&,
1977) dan Sianipar ef al.
(1995) m e l a p r h M w a pnggunaan Iumpur sawit pada dumh &pat
rnencapai
sebesar 30%. Bunglcil inti sawit adaiah limbah ikutan proses ekstraksi inti sawit. Bahan ini &pat diproleh dengan
proses hmia atau dengan cara mekanik. Wafaupun
kandungan pruteinnya agak tin@ tetapi karma kandungan serat kwarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang sesuai untuk tern& rnonoghk dm
lebih swing dikrikan kegada t e d ruminansia terutama sapi perah, L3evendra (1977) melaporkan bsthwa bunl3fciI inti sawit &pat diberikan s e k a r 30% d a m
m s u m domba. Batubara et al. (1993) melaporkan bahwa bungiril inti sawit &pat d i m a n sehsar 4P?&lam konsemt dumba yang ditarnbith dengan 2Ph molases. Aritonang (1986) melaporh bahwa pmberian konsentrstt yang mengandurxg s e w bush sawit, lumpur sawit, bungkil inti sawit, rnolases, urea &in
mineral memberikm pertambahan bbot badan sapi seksar 0,47 k@ari. Bila
dihitung secara kebutuhan bGlfran kering domba sebesar 3,50% dari bbot badan marata 25 kg maka limbah sawit &pat
meny&i&m @an
unt& 23,M juta ekar dornba
gtiap tahunnya.
Kulit Buah Kakao
Kakao menrpkan tamman prkebunan yang pnanamannya krkembmg
dmgm cepal Sampai bhun 1998 kak;so yang telah cfi~atlamdi wilayrth Indonesia seluas 668.919 hek-tar dengan produksi buah %gar 1.792.702 ton (Statistik Perkebunan Indonesia, 1998). Fa& pengolahan buah kako diperoleh beberap
macam limbah yaitu kdit buah k k m dan kulit biji kakao. Kulit buah hkao rnenrpabn limbah tedxsar dari tanaman kakao yang meliputi 75% dari bwh sega.
Dari produlrsi bush segar sebsar 3.792.702 ton dipexoleh b d m kering sbesar 212.435,lQton.. Komposisizatnutrienbwh kakaodisajikanpadaTak1 3.
Tabel 3. Komposisi nutrien kulit buah kaho
protein&&
(%)
5,16"
Lemak kasar (%) 1,42a Seratkasar (%) 33,1 Ua Abu 9,89" TDN (Oh) 53,QQ Sumber : a. hboratorium Nutrisi Jur. Beternakan FP-USU (2000) b. Labotarium Ilmu MaIranan Temk IPB Bagox (2UUO) Kuiit buah kakrta merupQk;an limbah bahan pkm kmrat dengan kandungan protein rendah, oleh karena itu lebih tepat digmakan sebagai sumber energi bagi
temak ruminansia (Sutibo, 1997). Kulit buah kkao ciapat dibrikm pda domba
Ikvendra (1977) melaporkan bahwa kuf it buafi irakwo dapat dikrikan pada dornlra s e h 30 - 40% &lam ransum b a d yang diberi tetes tebu.
'I'etes Tebu ...
Luas taxlaman tebu yang teIah dimarni di Indonesia sampai tahun 1998 addah
seluas 407,502 heirtar (Statistik Perkebm Indonesia, 19981 Dafi produksi tebu ini
akan diperoleh limbah eefes tebu seksar 570.502,80 ton setiap tahun. T&s tebu addah cairan kental limb& pernumian @a, yang menrpakan sisa
nixa ymg $elah mengalami proses ~statisasi,Tetes tebu sekgai Iirnhh industri mengmdung 50 - 60% @la, sejurni*
asam amino, dan mined. Tetes tebu
menin@a&m daya guna ransum. Tetes tebu &pat memperbaiki aroma dm
I3&m kering
i'rutein kasar Lemak k a w Serat k w Abu
1'DN
("/.) (*/.>
(w (%I ("/.I (%I
Tern kbu dapt dibrurtakan dalarn ransum domba yang krbasis limbah
t 06,00 g/ekor (Batubara et ab, 1993). Dalam pabn tambahan kerbau &gat
digmaIran M e s tebu sebesar 7,5U% (Elieser ~ ral t.,1992). Sistem Pencerumran pada Terna k Rumlnansis
Penmmm adalah r q k a i a n proses pembatrstn fisik dan kimia yang dialami
pakan daXam sitfuran alat pncernaan. Proses pencemaan temak ruminansia Iebih icampfeirs dibmdingkm ternak lainnya. Sutardi (1980) menyatakan pencemaan pada
temk ruminansia terjadi swam m e b k oleh rnul~t, fernentatif oleh mikruba
rumen, dan hidrolitik oleh enzirn induk senang. Ciri utama t e d ruminansia adalah pnttnya terdiri atas empat bagian yaikr
retihlm, m e n , omasurn, dm abomasum. Dalam stub fisiologi pencemaan temak mminansia, mmen dan retikdum swing dipandang sebagai organ hnggal yang disebut retihforrtunen, Pcncemn fernentatif di dalam retikolu-men sangat
intensif dan &lam kapasitas sangat besar. Penceman ini terletak sebelum usus halus. Posisi ini sangat menguntungkan, karena pakm dapt d i u M dan disajibn &lam b n t u k produk fermentasi ymg mudah diserap, temak menjadi mmpu menggmakan
pakan SeraE &lam jumlah yang febih besar.
Pada pencemaan ruminansia krdapat suatu proses memamah biak. P&n
bersemt yang dimakan untuk sementara waktu ditahan di nrmen. Pada saat Ern& b e r k t i h t pakan
~
e dikernbdikan n ke mulut (regurgitasi) untuk dikwzyah
kembali (redeglubsi). Selanjutnya dicema fagi oleh enzirn mihob rumen rnenjdi VFA, COa dm CH4, Aktivitas pngunyahan dm nrminasi dalm mdut mernbantu
degradasi pakan swam mekanis. Aktivitas ini juga merangsang sekresi saliva dari
mulut, Saliva menrpakm sumkr cairan buffer utarna untuk
stabilitas ekosistem
m e n . Fungsi saliva adalah sehgai cairan buffer, lubrikm, penghematan air,
hornemtatis Na, dm memperkecif kemungkinan terjadinya kembung (bloat). Sebagai
buffer, cairn saliva agak alkalis dengm pH 8,20 (Sutardi, 1977). Ukmn m e n dan retikdum sangat besw meliputi 70
-
75% dari organ
pricemaan. R&ikul~.nunendihuni bmwm-macam rnikroba. Dari segi pncernaan palran, paam retikulo-nrmen memberi sumbangan 40 - 70% krhadap kecemaan bahm or@ k @can. Karma itu m e n dm retihiurn meru@an b a g h pnting dari
arm pencematan mrninansia, Rumen dihuni krbzagai jenis mikroorganisrne araaerob yaitu M r i , protozoa, fungi, dm virus. Untuk pert~unbuhannyarnikruba mmen
membutubh suhu sekitar 39 - 4 1°cdan pH 5,50 - 7,00(Lloyd et a/.,1978).Bakteri dan protoma sudatx lama dipefajari dan diungkap prannya
&lam fementasi di daiam
rumen (Steward, 1991). Akhir-akhix ini studi tentang mikmba rumen rnuiai m e m p e h t i h peranan fungi seprti NeocuZ~irnas~icfrontuIis, Sphaeromonas communis. Peman fungi m e n ddam pencernaan pakan cukup berafti ierutma pada temk yang mengkogsurnsi pakan berhdstr serat hsar tinggi.
Kehadim fungi dalam ntrnen kmanfaztt kgi k e c e w f&i &an.
serat &lam
Fungi &pat memkntuk kofoni pada jaringan lignoselulosa pkan, Dengan
wra ini fungi dimggap sebagai plopor daIam aktivitas selulolitik d d m rumen. Ilthizoid fungi &pat twnbub jauh menembus dinding sel serat farmwin, sehingga
~nenciptakan&ses bagi bdcteri rumen dan enzim selulasenya mtuk mencema sera1 t Fonty, l99Q).
Bakteri nrmen menrpakan r n i h b a mmen yang banyak jenis d m macam
substratnya. Populasinya tinggi yaitu lo9-10" cacahan sel /ml isi m e n . Berdasarkan
substrat yang digmakart maka bakteri digofongkan sebagai bakteri pencema pati (Bacteroides amyk;ihilw), gula (L.acfobaciNusruminus), selulow (Rwninococcus
albus), hemiselufosa (Butyrivibricr Jibr&oIvem), dan bakteri p e n g p a prod&
sekutlder ( p e n m a ldctat), Sekifar 38% Wteri m e n mempunyai aktivitas proteoiitik ( S t e m , 1991 ). Popufasi protozoa dalam m e n lebih sedikit d i h d i n g bak;teri ymg berkisar
lo5 - lo6 cacahan seVmt isi m e n . Produk fernenmi protozoa adaiah asam asetat,
butirat, f a k t , COl dan I&. Protoma Iebih menyukai substrat yang fernentabel seperti gula dan pati. Karbhidrat fernentabel dalam mmen dengan cepat: dixrang
oleh protozoa, Proses ini ada rnanfaatnya yaitu rnernperlambat kooversi karbohidrat menjadi asam laktat oleh bakteri nrmen, sehingga pnunrmn pH yang drastis &pat
d i h i n w (Erwmto, 1995). Perturn buhan Mikroba Rumen
Perhimbuhan mikraba mmen y m g optimal mernbutuhkan asam amino dan
mineral. flntuk menddung psokan nutrien ymg cukup bagi pemmbufian mikraba m e n , maka dilakukan beberapa supiementasi ke dalam ransum.
Hidrolisat Bulu Ayam
Bdu ayam merupakan has11 sampingan ayam buras
dari rumah potong be-.
tern& ayam
petelur, pedagifing, dan
Populasi ayam di Indonesia shun 1999
sebesar 726,lU juta ekor (Statistik P e t e m h , 1999). Berat bulu &yam4% dari berat
tubuh total. lhri populasi 726,lQjuta ekor dengan bobt badan rata-rata 1,2 kg maka
akan diperaieh tepung bulu #yam sebesar 34.853 tan. Pada konteks ini hidmiisat buiu ayam disuplementasi ke dafm ransum sebagai sumkr asam amino rantai - ..
cattang. Tepung bulu ayam ymg d i g u n h n telah dihidrulisis dengan HCf 9% dan
prneraman %lama 9 hari. %bpib a h pdan t e d , buiu ayam terlebih dahdu dibuat tepung. Kandungan protein bulu ayam cukup tin@, 'lebih tlnggi dari bandungan protein tepung ikan, Kebmahan @pugbulu ayam sebagai W a n @:an ternak x n tm lain m y a keratin (protein yang tergulong fibroixs ) yang sulit dicema
dan ketemahan fain adalah ren-ya
kandungan beberap asam amino wensiaf yaitu
metionin dan triptofan, namun kaxrdwgan teusin, isoteusin, dan valin cukup ti@ yang secara Wmt-tunrt adalah 4,88,3,12, dan 4,44%. Komposisi nutien hidrotisat
bulu ayam disajihn pa& Tabel 5.
Tabel 5 . Komposisi nutrien hidrof isat bulu &yam
Protein h a r Lemak kaar Serat kasar Abu
(%)
(%I (*/.I (%I
U m m er ul. (1975) menyatakan bahwa bakteri pencema setubsa seprti Racrerotdes serccinogenes dnn Ruminococcers a1bus untuk sintesis protein tubuhnya
m m b u ~ asam ~ n lemak rsrntai cabang (branch chin fqacid) sebagai prekusor.
lemk ini diperoleh dari deaminase dan dekartwhilase asam amino rantai cabang
(branch chain amino acid) dalam rumen. b s i i penelitian Sutardi (1976)
m e n g g u d m asam amino beradio i m p
I4c sebagai
pernut memperlihatkan
inkorporasi kerangfca karbon dari valin, leusin, dan isoleusin Ice d a b protein
mihoba ntmen krtwut- turut 31, 29 c%an 25%. hi membuktikm M w a kerangka
b
n kmhg sangat diprlukan untuk pertumb-
rnihoba m e n . Mardiati
( t 999) melaporkan M w a level supfernenmi asam amino mtai cabang terbaik pa&
ransum y m g tersusun dari serabut sawit 50%, de&k gandm 25%, bbungkil kelapa 23,50%, hpur 0,50Ph,vita mined 0,50%, m 0,25% dm p
terhadap femmtabilitas dan kecemaan in
vito
m dapux 0,25%
adatah vafin Q,IO%, leusin 0,20%,
dan isoleusin 0,10%. Asam Iemak rantai cabang dalam rumen sebagim b e ~ br e m l dari fermentas1
(perornbakan) protein pakan. Karena i tu meskipun b&eri
selulol iti k mampu
menggmkan amonia sebagai sumber N utama, tetapi protein selalu Iebih ungguI
dibandingkm dengan urea dalarn mernacu kecernaan serat. Selajn itu mikruba ymg mengalami lisis dalam rumen d m menyumbang p l asam lemak rantai c a b g &lam m e n . ApabiIa p o k a n dwi 2 sumbex ini kumg maka diprhkan
suplementasi sumber asam lmak rantwi cabang wtuk perturnbuhan rnikroh. PenamMan asam lemak rantai cabang &pat
memacu pningkittan kmmaan
dinding sel limbah yang brml dari & m a n , pnggunaan N sekaligus meninghthn sintesis protein mikroba . P e n g a d suplementasi asam femak bermbang terhadstp
kewman dinding seX disajilran pada Tabel 6.
Asam lemak mntai cabang 'j-an pa suplementasi .. n-vwlemt
f~t)valerat j 94 bbvtirat
2- metilbutirat Cutqpuran isoacid
'
'
fCecemm
qjqdjng sei (94) 17,10 15,SO 25,40 25,40
26,60 26,40
v@br: Gorosito etal. (1985).
Konsentmsi amonia Protein XI (rngAiter) rnikrob&m@iter) 17?,80 185,80
148,UO
146,190 169,90 134,na 177,fO
I62,IQ IS;~,.BO 149,50 f 53,20
13Q,4Q f ?
'
w ~ ~ ubma l m kemngka karbon bercabmg menguntungkan baberi selu1oIitik, dan
dcr~ganmeningkatnya pnggmaan N &an meningkakan sintesis protein mikruba (14 w e 1 dsln Sniffer, 1984). Kekhasilan rnemacu pencemaan fraksi serat pakan amat
p r k i ~ i sangat l tinggi. Pada Tabel
6 tersebut di atas nyata bahwa supIementasi rantai
kurlwn lurus n-valerat tidak memkrikan efek yang berarti. T i p pubah ini
tnihroh. Mir el al. (1986) menyatah b&wa pnarnbahn BCAA dan BCFA
~~tcrtin&tkan kewrnaan bahan kering in vitro cfan j e t m i barley dan alfalfa.
~~lunjutnyaMir d m Mir (1988) menyatakan bahwa stqlementasi isohtim
tl~cuingbtbnkecemaan brthan kering, NDF, ADF, jerami' barley, dm wheat g m s 11,1,t:
h{iitsral Esensial
Hubungan antar mineral esensial s e c m antagonis mau@ sinergis disajikan ,
~ ~ t ~Gamtrar ltl 1.
-
Lebih k m g 4% Bari hbuh domba texdiri atas mineral. Pads tubuh temak dijurnpai sebqak 3 1 j m i s m i n e d yang dapat didcur, m un h y a 15 jenis mineral
yang tergolong esensirtl urrtuk domba. Dari 15 jenis m i n d itu digulongkm ke d a b mined maho (Ca, K, Mg,Na, CI, P, dm S), mineral mikro (Zn,Cu,Fe, dm Mn)
dan mineral Ian*
(I, Mo, Co,dm Se) (Ditaga, 1986; NRC, 2985; NRC, 1970).
Mineral &pat berintefaksi satu sama lain. Interaksi &rja& swam antagonis dm
sinergis. Konsep sinergis dan antagonis antara mineral dewan nutrisi lain belum
banyak diungkap dan diketahui. Namun demikian a& dugan h h w a sinergis hampir selalu berjalan dua arah dan %ling rnenyakong, sedmgkan antagonis dapat &qadi satu acah atau dua amh dm saline:menekan (Georgievskii, 1982).
Kebuhlhan domba &an mineral esensial dipenpruk aleh beberap&f a b r yaitu jenis dm tin@$ produksi,
bangsa, proses adapsi, tingkat konsumsi, umw,
intenthi antar mineral, mineral dengan protein, dan mineral d e n p Iemak
( P h a s i , 1999). Kebutuhm mineral domba disaji kan pa& Tabel 7. Batubam (1 988) menyatakan bahw temk di h r a h tropik membrrtuhhn
mineral yang Iebih tinggi &lam pkamya dibandingkan dengan yang diplihara di d a d subtropik. Domb yang rnendapatkan pakan dari hijauan yang kekruxangan
mineral airan rnenckrita gejotla-gejafa pnyakit kehrxgm mineral (Nugruho, f 986). Bebrapa hasil pnelitian yang difakukan pa&
industri dumba di seturuh dunia
menunjukkan bahwrt kekurrtngan atau keracunm m i n e d makro, rnikro dm langka
m e n d a n pxodubi wul, prhmbahan babt badan, dm menmnggu h g s i reproduksi domba. Apabifa kekurangm atau keracwan ini sud&
sampai pacfa
tingkat yang serius &pat menyebabkm kmatian pada domba ( S h m i q 1995).
Tabel 7. Kebutuhan mineral esensial domba Nutrien
Kebutuhan
Level maksimum
Mineral. Makro (%BK) Kalsium (Ca) Fosfor (P) Kalium (K) (Cl) Klor Sulfur (S) Magnesium (Mg) Natrium (Na) Mineral Mikro (ppm) Seng (Zn) Besi (Fe) Tembaga (Cu) Mangan (Mn) Mineral Langka (ppm) Iodium (I) Kobalt (Co) Molibdenum (Mo) Selenium (Se) Sumber : NRC (1970) dan NRC
30 - 40 30 - 50 7 - 11 20 - 40 0,lO - 0,80 0,lO - 0,20 0,50 0,lO - 0,20
50 10 10 2
(1985)
Siagian et al. (1997) menyatakan bahwa mineral makro, mikro, dan langka perlu diperhatikan karena kekurangan unsur ini akan menurunkan produksi yang dapat dicapai. Churdh (1979) merangkum beberapa hasil penelitian in vitro yang menunjukkan bahwa penambahan elemen tunggal beberapa mineral mikro dan langka seperti Fe, Mn, Zn, Cu, Co, dan Mo dengan dosis sedikit di atas standar normal tetapi di bawah ambang toksik dapat mengoptimalkan metabolisme mikrobial dalam rurnen seperti aktivitas selulolitik dan produksi total VFA.
Fungsi Fisiaiogi dan Gejala Kekurangan Mineral Esensial pada Damba
Minemi rnempdm sebagian k b l dari ransum dm termas& nuksi e w i a l
bad domba. Tubuh tersusun atas tPekapa unsur minerat, t a p 1 hanya 15 mineral ..
yang esensial b q i domba yaitu 7 mineral m&o, 4 mineral m i h dan 4 mineral
langka @ilqa, 1986). KaIsium (Ca) Kafsium mempah mineral paling bmyak dijurnpai dalam hbuh temak ;
* 2% dari bbot Wan. Hampir 99% Ca terdapat pa& sangat penting ~
tutang dm gigi. Ca dm P
~ terutamay&lam pernkntukan a tufaner, d
m gigi. Rasia antam
kalsium : fosfor addah antam I :1 dan 2: 1 (McaOnafd at al., 1995). Fungsi utama Ca adatah untuk pernbentukm tulanghcermgka dan gigi, di anping itu Ca juga t ~ l i b a t d a h pngttturan keseimlrangan stsam
trasa, pemeabilitas mernbran, dan produksi
susu. Kehadiran Ca di &lam jaringm sangat: esensiai
aktivitas sejumlab sistem
emim yang bertanggwg jawab am kontraksi atot, dm pembekuw~ldarah (konversi protrombin rnenjadi trombin). Gejala kekurangan Ca pada domba adalah produksi
susu menunmq riketsia, osteomalasia, osteoprosis, dm milkfiver (NRC, 1985). Fosfur (P) Fosfor memegang perm fisiologis yang sangat penling &lam mbuh tern&. Xaampir 80% P tub& terdetpat pada tutmg dan gigi. Selain kdmgsi sebagai
penpsun jaringan rz~ngka, fusfur bergem penting &lam metabolism kartbohiht, femak, protein, &n
a s p k absorbsi dan
vitamin. Minemf P rnerupakan
kornponen fasfaiipid ymg mempeftgamhi prmeabifitas . sel, kompnen mielin pembungkus urat saraf, transfer energi dalam sel melibatkan K P ,memegang peran
pnting dafam sistem buffer darah, mengaktifkan bebrapa vitamin B,dan mertlpakan
bagan dari makri genet& DNA dm RNA (McDowell, 1992).
GejaIa kekurangm P adalah riketsia, omomafasia, osteoprosis, nafsu rnakan kuun, menunjukkm gejala pica,
prtumbuhan terfambat, produksi susu menurn, dm
reproduksi tidak baik (Nugoha, 2986) Magnesiwn (Mg) Magnesium mempaJEan mineral ke 4 terbanyak yang dijumpai daf am hJbuh
t d , sebagai kumpanen pembentuk tulang,
*
O,O4% dari total k m t kering tub&
terdiri atas Mg,Era-kira 60 - 70% Mg tub& terdapt pada tulang ( NRC, 1985 ). Selain pembentuk tulang, Mg krperm &lam sistem enzim, syaraf, metabolisme irarbafiidcat, dan sintesis protein (Cuthbertson, f 969). Gejaia irekwangn Mg adalah Magpzesium retony dm Hypomagn~rerniafetmy ( M c h d d at d.,1995).
b f i u m (K) Kalium mmpakan mineral irr: 3 tehanyak yang dijumpai dalam tubufi tern&, 0,30% berat kering tubuh tennak, yang terdiri atas ion K' dsn sebagian besar
minerd ini kmda &lam cairan intras~:IuIer,Kaiium hrsama ion Na, CI, dm
bikabmt &perm cfabm pengaturan tekanan asrnose dafam cairan tubuh. K brsma dengan Na krfwgsi &lam metabolisme karbXrirSrat, hususnya dalam pngambilm @&usa oieh sel. Kalium krsama Na dan CI membmtu p g a t u r a n
kese:ihtrangan air &lam tubuh ternak, KaIium juga k p e r a n &am
sintesis protein,
meng&ifkan sejjumllah enzim, pada sistem syaraf, dan otut (Thamson, 1972; Wilson
dan Brigstocke, 198 f ).
Gejala kekumngan K adaf ah kelmahan atot-atat, kelumpuhan, jantung k r d e k r k h g tejdi pembsaran jmtung, dan akhirnya jantung &pat krhenti hrdenyut (cardiac arrest ) (Thornson, 1972).
Natrium dm Khlorin (NaCI =@ram)
Natrium temtama terdapat sehgai katian a i m n jrrringan ekstraseluler,
sedangkan Cl dijumpai dalam sel dm pada cairan tub& temk. Kation %+ k m a
-
sama &ngn anion C1 - impran menjaga keseimbangan asam h a,memefihrtra
tekanan osmose* mengatur p m s u k a n zat mairaRan Ilf: d a m set, mengatur h d a r
cairan Wuh, M n g s i dalam aktivitas syaraf dan mot, talibat &lam pngangkutan
asam amino secara &if, cfan pqgmbilm @&us
aleh sel (Cuthbemn, 1969).
Gejala kehrangan NaCI add& nafsu makm hifang, efisiensi penggunaan palran rendah, produksi susu merosat, kandisi badamya rnenjadi lemah, prkunbuhan
terhambat. Pa& dumba defisiensi NaCt &pat menimbufkan gejaia "pica" yaitu
men@@
kayu dan menjilat-jifat tanah. Gejala akhir m e n g g i ,
hilang
keseimbangan, tmah, denyut jantung tidak teratw:dan akhirnya mati (NRC,1985).
Sulfur f S) Tubuh domba mengandung
J:
0,15% S, y,ang terdapat dalam sernua XI.
Sebagian bmar S terdapat &lam h t u k orpnik, tenrtama dialam protein yang
kornponen asam aminanya mengadung sulfur. Funpi S ymg utama adatah untuk sintesis asam amineyaq mengandung S (sistin, sistein, dan metionin), cfan vitamin B (biotin dart tiamin). -5utf3ar juga terlibat &lam beberap fungsi tubd yaitu
metabofisme protein, pembk&ih d h , fungi endofin, dan keseimhngan asam
basa cairn intra dan ekstra seluler. Hanya sedikit S terdapat dalam bentuk anorganik
yaitu padta ktrondroitin sulfbt yaitu sebagai pen@ tulang rawan (Whmger dm
Matrone, 1970;Johnson, X 983). GejjJa kekumngan S hampir sama dengan kekurangan protein yaitu nafsu m&an
hilmg, -balun
bbt M a n menurun, efisiensi @an
rendah, prduksi wol
m e n u , s~ilivasiyang berlebihan, &n woofhulu rontok (Wfianger dan Matrone, 1970).
Seng (Zn)
Tubuh domba rnengandung mineraf Zn
&
3 rng % dan d i t e m u h di ddam
Wisp jaringan tub& temak, dan bmy& dijumpai dalam jaringan epidermis seperti
kulit, rambut &n wool. Zn merupak-stn komponen &if enzirn karbonik anhidme yang tefutama dijumpi padst sef darah rnerah. Zn m e r u m aktivator bebempa
sistem enzim. Zn txIibat &lam repfilrasi, differemiasi sel, sistern kekebab, dan keseimhgan elekt~ofit. Fmgsi fisiolugis lain Zn addah d d m prwhksi, pnyirnpanan dan sekresi kberapa hornon (McDonald ef cal., 1995). Gejala kekurmgarx Zn adafah pertumbuha~lkrganggu, hilang mfsu mdm,
parakeratasis, dan perturnbuhm tulmg ti&k
normal. Pi&
domba jantan
petkernbangan testes terhambat dan sprmatom cacat, sedan@= pada domba ktina semua fase mproduksi dapat terganggu (Nugroho, 1986). Tembaga (Cu)
Mineral Cu, mempakm kumponen genting m k pernben-
sel &rah
mer& terdapt dalam plasma darah. Funpi Cu adalah wtuk pemkntuk:an sel darah merah, beqxran dalam siskm koenzim, fungi jantung, p i p e n m i dari rambuthulu,
penyerapan Fe di dalam usus, mobilisasi Fe dari jaringan tempat penyimpanannya,
dm sistem reproduksi. Gejala kekurangitn Cu pa&
damba adatah anemia,
osteoprosis, tidak fail, pigmentmi pada woolltrulu kurang , woolhulu lurus, dan wmlhulu k m g elastis (D'Meflo, 20W).
Besi (Fe)
Tubuh hanya mengmdungA 0,0#% Fe, a h t-pi
mineral ini memegang
~ n a penting n sebagai pusat proses irehidupsan. h b i h k m g 90% Fe da1m tub& krikat pasfa patein. Protein yang terpnting adaIah kmoglobin fiat: m
a merah
darah). Fungsi Fe adalah sebagai kumponen z i t wama me& dmrah, Eungsi Fe yang
terpen ting '&dam hemoglobin adalah unt& pengikatan dan tmsportasi U2 ke sel dan
di sini Q2 d i l e p k a n dan mengikat CQ2. Oksigen kcmudim d i s i m p &lam ikatan dmgm mioglobin di d a b sel. Fe beqxran dalam pernapasan
dan ddam reafcsi-
reaksi biokimia terutama ymg berhubwgan dengan enzirn rantai transport dektran (sitokrom) (Chuthbertson, 1 969). Gejala kekurangan Fe pada domba rneiiputi
perturnbuhan t e r b b a t , faju
pernapasan rneningkat, daya t&an tub& terhadap p y a k i t m e n m , mortalitas tinggi, cfan anemia (NRC, 1985).
Man@
Mineral Mn paling banyak dijumpai padrt hati dm tutang. Mn dibutuhlran untuk p m b e n t u h kerangka tut ang, perkembangan kerangka tulang, perkembangan otot, prtumbufian, dztn reproduksi. M g a n j u g bdungsi dalm metabolisme
intermedier &lam peng&ivan beberapa enzim (aktivator enzirn), Gcjala kckurangm
Mn pada durnba adalah pembentukan tulang tidak normal, pembuabn tidak baik,
dan pertumbuhan teqpggu (Whitehead, 2UUU). lodiurn (I) Ka&x I dalm tubuh sangat: rendah. Pada temak dewasa adaiah
* 0,6 mgkg
-
berat badan dm tmampir semua I (70 80%) terdapat &lam kelnnjar tiroid. ldiwn beperan d a h sintesis ~ 2 hornon yaitu triiodotironin &n tetraiadotiranin (firohin) Kedua hornan ini diproduksi di kelenjar tiroid Hornon-honnon timid dapaf
mempercept xeaksi di dalwm organ dm jaringm tubah, meningbtkan laju metabalisme basal, rnmprmpat prtumbuhan, 8an meningkatkan konsumsi oksigen dari slur& ox@srme @RC, 1985)
Gejala kekurangan I pada anak domba adalah lehemya membesar (gondak), f&ir lemah, dan tak berambudwool. Pada domba dewasa defisiensi fadium menufunkan produksi wool, susy tingkat pmbuafxan, kegugurarr ,pnurunaxl fungsi otak, dan martaiitas tinggi (D'Mella, 2000). Mulibdenurn (Mo)
Minemi Ma merupnlran kamponen dari 3 metalloenzim yaitu xunthine oxiduse, aldehydede oxiduse dan sulphyre oxiduse. Pa& mamatia seperti domba Mo
terlibat dalitm rn&t>oIisme purin, pirimidin, pteridin d m aldehida dan juga &tam
oksidasi sulfite. Xmthine oxiduse
dm aldehyde oxiduse terlibat dalam rantai
transport elebon dalm seI dan sitokrom C ikut dilibatkan. Sebagai komponen xanihine oxikse, fnaica Mo ikut bexperan &lam r a k s i enzirn dengan sitakrom C dan juga mernfasilitasi reduhi
sitokrom C oleh aldehyde oxiduse. S#te
oxidme
rnengoksicfasi sulfite rnenjadi sulfat dan &hima dikeltlartcan rnebfui urin
(Georgievskii, 1980). Gejala kekurangztn kla adalak prtumbuhan tergnggu, wool beserabut, anemia, gangptl pada tulanl;, dan tiW f d 1 @RC, 1 985). Cobatt (Ca)
.
,.
Fungsi Co yang utama adaXah sbagai komponen vitamin I3 12, pemtbentuk sel
propionat sebagai bafian baku
~~~ g1ukosa di ddm tub&, dm Co juga
berperan daim proses triokimisi sebagai kumponen senyam organik yang lain
(Maynard, 1978). Gejala irekmmgan Co M a h nafsu makatl kilang, Imah, kurus, rambut kusam, anemia, praciuksi susu rendah, dan kegagalan &lam reproduksi
(filman dan Hamilton, 1952; PruaMrasi, 1999). Selenium (Se) Selenium berhubungm erat denpn vitamin E, kedua nuwien irii melindungi
membran dari kermakan &bat obidasi, Vitamin E adalah antiobidm larut lemak di &lam membran (selaput) dan Se bdungsi
sebagai kompmen glututhione
peroxidare (GSH- Px) yaikr suatu emim ymg &pat m e m k peroksida sehlurn
peroksida ini clapat menyerang selaput sel, xhingga sdaput sel terlindungi dan'
kenrsdm oksidasi (MchweXf, 1992). Vitamin E dan Se krperan dafam kekebalan, m e m ~ tumbuh g kernbang, prodhi wool pada d o m h $an rnelindungi domba dari keracuw logam-logam berat (Dilaga, 1992 ; McDonald et ui,,1995). Gejala
kekurangan Se addah prturnbuhan terhambat, whire muscle diseuse, domba tick&
untuk mengatur kondisi ddm tubuhnya secara homeustortis. Pengaturn ini ,.
menrpakan i n k p i antara susunan syaraf pusat, hornon, d m sistem angkutan
antara lain tergantung pada fungsi mineral (Annenkov, 19821, Di Indonesia pxoduksi domh secara mum dibatasi oleh kekurangan, ketidakmiaft., dan m q k i n juga oleh kmctman mineral tet-rentu. Penemuan-penemuan s e b n g ini Iebih banyak rnementingkan pemkrian mineral @a temak. Kompsisi mineral W a n pakan
pnelitkw disajikm pada Tabel 8. Tabel 8. Kumposisi mineral m&m, rniho, dan langka dnri trurgkif sawit, fumpur sawit, dam sawit, ku'lit bu& Mas, fetes bbu, dan hidrulisat bulu ayam
-
Ca P
K
f%) (94) (%)
Na
(96)
C1
S
Mg
(%) % %
sawit 0,100 0,220
sawit Q,230 0,200
sawit 0,87 0,lI
0,580
0,150
0,090
0,070 0,030 0,060
0,50 .0,15
0,MO
0,020 0,210 50,400 173,000 45,120 390,040
0,050 11,110
Zn(ppm) 30,000 Fe (ppm) 3,900 Cu (ppm) 140,000 Mn (ppm) 0,008 O,f 10 X (ppm) au c.0 ( P P ~ ) ttu 4,550 Mo ( P P ~ ) ttu 0,002 Se (ppm) ttu Keterangan : ttu ti& terukur I
U,02 O,Q2 0,30 29,W 562,UU 3I,71 f 40,00 0,006 ttu 6,820 flu
kakao 0,400 0,090 1,060 0,320 0,040 0,020 0,230 61,000 434,000 13,540
tebu 0,690
0,070 0,970 0,070 0,160 0,200 0,550
26,000 400,000 25,000
buXu ayam 0,020 0,040 0,110 0,140 0,010 0,700 0,030 50,OUO 2 f 7,000 2,560 10,420
6,500 0,002 nu
71,000 0,008 O,QO I
5,680
2 2,500
0,002 1 1,360
#u
ttu
#u
0,004
Pencernaan dan Meta bolisme Karbohidrott dahm Rumen
%bean hsar w a n ternair nunimsia terdirx' atas kompleks polimer seperti selulosa, hemiwiufosa, pati, pektin, dm protein. Bentuk ymg begitu komp1eks
menyebabkan pakan tern& rurninatlsiet merniliki nilai kelmtan yang rendah. Di sisi
lain, mekanisme tmsport nutrim oleh bsakteri rumen hanya rnampu men~pangkut nutrien-nutrien yang terlanrt. dan b o b t moleku1nya kecil (Hespell dan Bryant, f 98 1). Dari itu, maka proses pmanfaatan p d m di &lam rumen lebih dahulu diawafi denen kerja enzim ekstmeluler yaryg merumbak kumpfeb palimer menjadi trentuk;
rnonomemya atau senyawa berbobt molekul kecil. Enzim ehtraseluler hkerja pada pemubaan parbkel @can, sekingga luas pernuban partikt4 &an
yang tehuh
rnerupakan faictor yang sangat penting. Berdasarkan ha1 di atas, &pat dipahmi bahwa sifat fisik dan kimia bahan
pak;an sangat erat kaitannya dengan aspek pomi degradasi paIran di datam men. Sifat fisik pakm meliputi k m b a a n , daya serap air dan kelarutan. Sifat 5sik &an
ini emt kaitamya dengan aspek degradasi palran (Sutardi, 1994). Sifat kimia trahsKl pakstn mefiputi komposisi kimia nutrien, kapasitas tukar kation, dm kapasitas pe~Yang@.
Laju prtumbuhm rnikroba &lam m e n sangat te;antung pada ketersediaan karbohidrat. Karbohidrat mempakan komponen ubma m u m tern& m i m s i a , yang jumlahnya mencap& 60 - 75% dnri total bahan keing ransum (Sutardi, 1979). Komponen p y u s u n brbuhidrat h p a kompIeks plimer seperti seluiosa, hemiselutasa, pati, pebin, fnrktusa, dm s h s . Karbhidrzbt merupakan sumbr
energi utama untuk prtumbuhan rnikroba mmen dm tern& induk semang.
Kabhidrat pakan &pat dikelornpkkan ke am karbukdwat struktural (fraksi serat) dan karbahidrat nonstruXrtura1 (Wiyang mudah tersedia). Sddosa
dm hemiselulosa tergolong ke dalam karbhidmt stmkmal yang memp&an kompown utarna dari dinding sei -an
(Czerkawski, 1986). %lutosa %ring
hrikatan dengan lignin ymg disebut tignoselulasa dan sulit dieem oleh rnikroba m e n . Penpaannya &lam ransum tern& ruminansia memerlukan pengolahan awal, yang lujuannya untuk merontokkan ikam lijyoselulasa yang sulit: dicema sehingga Iebitt mudah dirombak oleh mikruba m e n .
Selulosa brmasuk kelampok potisalrarida, mempunyai krat mofekul tinggi bemtai furus yang banyak terdapat unit I - 4 B gfukosa dan biasanya terdapat dalam
kntuk kstaX (Baldwin dan Aflison, $9831, sedanghn hemiseidosa terdiri aats rantai
lurus silosa, arabinosa,asam uronat, dm gaIakEosa (Print dm Clarke, 1980). Temak. nrminansia &pat m e m h t b n wlulosa dan herniseIuIosa berkat adanya mikmba m e n yang b e p a n melakukan fermmtasi, sehingga sefulosadm hemiselulasa dapat dimma dan hasilnya diserap oleh usus halus. K e c e m n Irarbohidrat stmktufnl
Iebih rend& ditranding nons-ra1.
Kecernaan selulosa dm hernisefufosa
dipengaruhi oleh suplai nuhien lain seperti nitrogen dan asam lemak berantai cabzrng yang dibutubn oleh bakteri ~ItrfoXiti k untuk prtumbuhannya (Czerkawski, 1986).
Pencemaan karbohidmt &lam nunen sangat kompteb. Kamponen kdohidrat ymg kompleks mengaiami dua t&ap pencemaan yaitu pencernaan oXeh enzirn eksimeluter An enzim intraseIuler miirroba m e n . Pada pencemaan tdmp I, karbohidmt yang mas& akan difementasi oleh cnzim
ekstraseluler dm
menghssilkan monomer benrpa oligosakarida, disahida, dan gufa sederhanrt. Padn
pncernqn tatrap 11, hasif fermenbsi taRap I difementasi lebih fanjut oleh enzim
intraselufer dan rnemkntuk pimat meldui lintasan Embden-Meyerhoft dm pentma fusfat (Bddwin d m Allison, 1983; France dan Siddons, 1993). Pinrvat rnerupakm prod& intermedier yang xgera sfimetabotis menjadi prod&
akhir bempa asam Iemak b n & i pendek yang *ring disebut VFA yaitu sasam asetat, propionat, butirat, sejumfah kecil asam valerat, dm asrun l e d kritntai cabmg yaitu
isobutirat, isovalemt, dm 2rneti tbutirat.Tiga asam lemak tedbir ini mempakan has3 btabolisme protein. PenibaXlan asam
pimvat menjadi VFA rnelalui beberap
lintasan. Oksidasi asam pimvat menjadi asam asmr d m butirat terjadi mahlui asetiICoA. UnW pembtuk:masam propionat a& dua lintman yaitu lintman suksinat d m lintasan lakeat atau akrilat (Ciambar 2) (France dm Siddans, 1993).
Proses fermentasi k a r b h i h t dalm rumen menghatsillan energi datarn h t u I r VFA sehsar 80% dan 20% sisanya merupakan energi ymg terbuang dalam benhik
produk gas COz, C&, d m energi dalam bent& ATP (France dm Siddons, 1993).
Energi &lam bent& ATP h y a 6,20% dari total energi yang hilang d m rniboba
m e n m e n ~ ~ untuk y akebutuhan hidup pkok &n pertwnbhan. E h y a energi dalm bentuk ATP yang digunakan aIeh rnikroba untuk prtumbuhannya, sedan*
VFA menrpaXcan prod& sampingan alctivitas mikroba m e n CIjveIpwd,
1991). Mikroba m e n mmpxodutrsi VFA
bukan hanya untuk k e p t i n g m y a
sendiri tetrtpi j u g sebagai "electron sink" &lam menjaga potensial redoks dafam rumen agar ktap Iayak bagi peftumbuhan mikroba m e n (Sufardi, 1995). Gas hasil fementasi k m p COz, kidrogen, &in metan dikeluarkan &ri m e n
melatui proses enrktasi- (Sutatdi, 1979; Orskov dm Ryle ,1990). Stoikiametfi reaksi
fementasi kahhidrat menjadi tiga produk utama dalm rumen &pat disederkanaictsn
sebagai berikut (Orskov dan R yle, 1990).
Gambar 2. Skema lintasan u ~ m afermentmi karbahid menjadi asam lemafc atsiri &lam rumen (France dan Siddons, 1993).
Dari stoikiometri rairsi di atas &pat disimpulkan M w a proses sintesis asam asetat
dm asam butirat: rnenghasilkan gas hidrogen. Sebaliknya sintesis propionat
menggunakm gas hidrogen. Gas N2dan COz m e n r p h prekursor um5t sintesis gas metan yang sesurrgguhnya tidak bermanfaat untuk kehidupan t e d induk sernang. Proses fermentasi &lam rumen yang mengarah ke sintesis propionat let7ih
menguntungkm dibandingbn dengan asetat d m butimt, karenzl produksi C& dapat ditekan dan akan meningkath efisiensi penggm~anenergi p a b .
Jumlah kompnen utama VFA yang tehntuk ddam m e n sangat bewariasi
dan dipngamhi olfi fahor @an seperti kampasisi ransum temkma rasio antara hijauan dan Ironsentrat>bent& fisik pkan, t i n h t konsumsi, frekuensi p m k r i a n phm, dan tip f m n t a s i . Menurut Forks dan France (1993) konsentrasi tok1 VFA
dalsun cairn m e n berkisar 70 - 130 m.M. Nisbafx asam metat, btltirat, dan propionat
ranswn rnenixrgkat maka konsentmsi aseat &an
turun dan propionat naik, namuxa
proporsi asetat hampir seldu lebih tinggi (McDonald et ual., 1995). Asetat, butirat,
d m propianat merupkan sumber energi u&ma temak
nrminstnsia, rnemputlyai fungsi penting dalam metablisme zat makanan. Errsminger
et a!. (1990) menyatairan bahwa sumbangan energ yang berasal dari VFA ini dapat
mencapai 60 - 80% c h i kebutuhan tern& minaxlsia. Sehgian ksar dari VFA
diserap langwng dari retikulu-rumen dan masuk kt dalam aliran darah, 20% mas& . ,.
kc omasurn dm atwmasum kernudian diseap di bagim m e n ini (France dm
badan keton yang nantinya &lam jstringan tub& digumkm sebagai swnber energi untuk sintesis lemak t h h . Asiam propiand setelah masuk ke dalam predaran darah
dishpan di hati sebagai g1ikogen hati dan sebagim lagi menjadi atfa gliserolfosfat
sumber en@,
di &lam tub& disimpan sebagai glikugen otat (France dan
Siddons,1993; McDonaId et ad., I995). Oleh sebab itu propionat disebut a s m yang bersifat glukogenik karma dam dikatablispe menjadi gtukosa atau sebagti s u m h
djpkai sebagai konslanta yang dipp&n
-
NGR (Asetat +- Butirat
t- Valerat)/
sebagaai
nnonglukogqjk rasio
(Propionat d- Valerat).
Nilai NGR ini erat hubungamya dengm produksi gas metan. Makin tin& nilai NGR
maka proddcsi metan makin be=, Di daiam m e n VFA disemp meldui epitel dan
menjadi sumber energi utama bagi temak nuninmsia. Sebagian mikraba yang a&
menpisunti pencemaan erzzimatis dm penyerapran. Untuk mendukung proses
p m n m Pergerakan dan kontmksi tersebut membantu proses pngadukan digeta dan .. inohlasi partikel pakan, nrminasi, dan pergerakan digest# ke abomasum.
Proses pencemaan dan metablime protein daIm m e n disajikan pa&
PROTEIN PAKAN
OLIGOPEPTIDA
PROTEIN
TUBUH
Gambar 3. Proses degradasi protein sfatam m e n (Sutardi, 1977).
Kebutuhan protein tern& nrmiraansia benumber drnri protein pakan dan nonprotein nitrogen (WPN). Protein pakan di &lam m e n mengalami hidrolisis oleh
enzim proteolitik rnenjadi peptitfa dm asam amino. Selanjutnya asam amino mengalami k-atablismedm menghailk-an NH3,VFA dm C02(Sutardi, 1976).
Pada temak nrmimnsia tidak smua pratein p g mas& ke nrmen didegradasi
afeh mikroba. Sebagirtn protein Iofos dari degadasi dan txersama protein mifuoba rnengalir ke ahmasum terns ke usus Wus kemudian dicerna oleh enzim yang dihasilkan induk semang d m diseap di bagian usus id (Nolan, 1993). Dari ilustrasi di atas terlihat bafiwa sumkr protein bagi ternak ruminansia
be&
dari protein paIran yang 1010s dari degdasi dalam rumen d m dari protein
mikroba. Usaha untuk rneningkarkan praduksi tern& melalui perbaikan nutnsi protein &pat difalnrkan dengm jalan meningkath pemkrian protein pakan yang
tahan terhsadap degradasi &jam m e n dan memaksimalkan sintesis protein rnikroba sehingga pasokan. asam amino untuk: diserap di usus halus menjadi lebih banyak (Sutardi, 1979).
Proses proteolisis aleh rnikroba m e n menwifkan geptida &n asam amino yang &pat digunakan langsung oleh sbagian mikroba rumen untuk pertumbuhannya
(Wallace and Co-, 1988) t e m a oXeh Bacferoddes ruminocaZu ymg merupakan
baheri, yang mempunyai sistem transpot asam amino ke dafam tubuhnya. Russel dan Sniffer f 1984) menyatak:an hhwa Rc~cterozdesruminocctlu dapat. rnenggunakan 40% peptida ddam rumen sedan*
Butyriyibrio fibrosoIven~ kumg daxn' 10% untuk
pertwnbufiannya. Narnun demikian se@an
ksar peptida dm asam amino yang
akan mengalami deaminasi &lam m e n menjadi NE13 jugs merup-
surnkr N
utarna hgi pertumhhm mikraba.
fool monia di datm mmen tidak hanya diwdiakm oleh proses degradasi protein pakan saja. Hampir 30% nitrogen dalam palran tern& rtuninansia terdapat
&lam bmtuk: senyaw organik derhana seprti amida, mina dan senyawa anorganik %perti nimt (McDonafd er al,, 1995; Preston dan Leng, 1987), Pa& pakan bemutu rendaXr yang kandungan proteimya rendah, penamtrafxan urea sering
dilakukan. Semua senyawa ini disebut EaPN cfan &lam m e n &an mengalami degradasi dengan c e p t rnenghasilkan amania. Amonia yang terbentuk krsama dengan asam ar@k
dfa keto &an mmbentuk asam amino baru wtuk: sintesis
protein mikmba. Bila kwepntan degradasi melebihi kemptan sintesis protein m i h o b maka terjadi akumulasi NW3 dalam m e n . Amonia yang berlebih &lam numen a h disemp aleh dinding nunen kemudian mzrsrrk: ke &lam aliran damh
dibawa ke hati untuk diubah rnenjadi urea. Urea yang terbenluk mas& ke aliran d m h , sebagian dif11trwiofeh ginjal dan diketuarbn melalui urin dan sebgian Zagi rnasuk ke m
n melalui dinding rumen d m saliva yang kemudian menjadi sumkr N
kembali bag sintesis protein mikroba (Ti Ilman et al., 1986; Nolan, 1993).
K d m amonia &lam nrmen mempakan petunjuk; antara proses degradasi d m sintesis protein aleh rnikmba rumen. dika pairan rendah &dungan proteimya atau bhan tmhadap degadasi maka konsentmsi amonia &lam m e n rendah dm
akibatnya pturnhhan m i b o b nunen h n terhambat d m menyebabican t m n y a
k e c e m p a h (McDonald et ul., 1988). Amonia rnenrpakan sumber N utama unh& sintesis protein mikroba. f-lampir 82% jenis rnikroba m e n @at menggumkan
amonia sebagai sumkr N untuk sintesis protein tubuhnya, Konsentrasi monk dafam
m e n mjpt pnting diperhatikan. Sitter dan Sfyter f 1974) menyahkan b&wa produksi protein rnikroba rnencapa£laju maksimum p d a konsentmi amonia 5 rngh * .
ymg setara dengan 3,74 mM. Leng (1 991) melaparkan bahwa konsentrasi amonia yang jauh X&ih ti@,
yaitu 20 mg0?atslu setma dengart 1.429 mM pada sapi dapat
mengoptirnalkan kansumsi pakan serat ymg kecemm dm profeinnya rendah.
Penggunaan NPN ddam m u m tern& minansia a h kbih bermanfaat pada ranswn yang kandungm pruteinnya rendah dm cuXcup tersedia energi (Satkr dan
Romer, 1976). Hal ini terjadi disehbkan inkowmi W arnania menjadi protein
mikroba sangat krgantung pada ke&rsadiann kzubhidrat yang siap pkai sebagai sumber energi dan kemgka karbon f Churh dan Pond, t 988). Mikroba m e n memberikan sumbangan protein yang eukup banyak untuk
kebutuhan kmztk nrrnimnsia. Menurut Sniffen dm Robinson (1987) mikroba m e n mensuphi 40 - SO% protein untuk mencukupi kebutuhan asam amino bagi temak
rurninansia. Hasir review Clark et al. (1992) menunjukkm bahwa sekitar 595% hi nitrogen bukan amonia yang masuk ke duodenum sapi perah berasal dari protein
mikroba rumen Dari itu usaha untuk rnengoptimalh sintesis'protein m i b o b pertu menjadi prhatim &lam memenuhi kebutuhan asam amino bagi knak minansia. Degmdasi protein pakan dafam mmen mempakan multi proses yang meliputi tin@
kelarutan, kdrolisis enzim ekstraseluler, deaminasi, dm famanya @an
&lam
nrmen (Russel and Sniffer, 1984 ; Nolan, 1993). Degradttsi protein @an &lam
mmen jugt dipngaruhi oteh jenis p a h . P h n ntrnput segar yang mengandung protein tinggi dan karbhidrat mud& taut, dapt meningkatkan prtumbuhan
mikroba prokolitik dan aktivitas degradasi dalam nunen 9 kaIi febih k s a r bila
dibmdingIran dengan @an
yang rendah proteinnya w r t i hay (Nolan, 1993).
Bgmdasi protein dan deaminasi asam amino berlangsung terns walaupun
sudnh terjadi pnimbunan amonia yang c u h p besar (Sutardi, 1976). Proses depdasi
protein ini tidak &pat dimggap sebagai suatu pr&s p g mengunmglran aha merugikan, karma di satu sisi
degadasi protein d i b p k a n wtuk memenuhi
kebutuhan amonia dan pptida bagi pertumbuhan mikroba nrmen, sedangbn di sisi fain protein bermutu tinggi diharapkan tidak banyak mengalami depdasi &lam mmen sehingga &pat menpmbmgkan asam amino bagi induk:semang.
Untuk memprkail de-i
terhadap pratein di didam m e n &pat
dilakulm bebrapa cam antam lain watering (rnempercepat laju pergerakan dm protein), salting (ternak akan haus sehingga banyak minum dm sebagian protein
terbawa dari rumen), cooking (protein mengpmpaf sehingga daya Xanrtnya twun), grinding dan pe6Ieting (rnenambah rate of passage), penambahan balm kimia
(formaldehyde, tannic acid), dan encapsulation (Subrdi, 1977).