BAB I PENDAHULUAN
1.1 Asal Masalah PT SK KERIS di dalam menghadapi ketatnya persaingan bisnis Polyester dan PETRESIN melakukan banyak strategi, baik dalam bidang Finance, Marketing, Produksi, Human Resource. Khusus dalam bidang produksi di mana Utility sebagai salah satu bagian dari Divisi Produksi yang berfungsi menyediakan listrik, Udara, Air, Nitrogen (N2), Chilled Water, Pure Water, Steam dan juga mengoperasikan WWT(Waste Water Treatment) yang mana didalam melakukan fungsinya ini membutuhkan minyak dalam hal ini minyak diesel (IDO) sebagai bahan bakar untuk menghasilkan listrik yang nantinya akan di distribusikan ke proses, juga melakukan beberapa langkah strategi. Dari beberapa langkah strategi itu satu diantaranya adalah pendiversifikasian sumber energi dari sebelumnya menggunakan hanya minyak diesel (IDO), sejak 28 Oktober 2005 berubah menggunakan gas. Ada beberapa alasan yang membuat PT SK KERIS mengambil langkah strategis tersebut, tapi secara umum di bagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
1.1.1 Faktor Eksternal Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dari tahun ke tahun selalu menghantui kalangan dunia usaha, khususnya perusahaan yang tingkat ketergantungnya sangat tinggi kepada bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan ini dipengaruhi kenaikan harga Oil di dunia yang terus naik, kalau pada tahun 2001 harga masih dibawah US$30/barrel maka pada tahun 2004 akhir sudah mencapai US$65/ barel atau meningkat lebih dari 200% seperti yang tertera dalam Gambar 1.1
1
Harga (US$/Barel)
Tahun
Gambar 1.1 Grafik Harga Crude Oil US$/barel (oil-price.net, 2007).
Pada awalnya banyak perusahaan yang melakukan investasi di Indonesia salah satu alasannya adalah murahnya harga BBM, hal ini dimungkinkan akibat adanya kebijaksanaan pemerintah yang memberikan subsidi terhadap harga jual BBM. Pemerintah sejak awal orde baru, pada awal dekade tujuh puluhan, memberikan subsidi dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang mana pada saat tersebut daya beli masyarakat sangat rendah, investasi dari luar negeri juga hampir tidak ada, ditambah dengan keuntungan akibat kenaikan harga minyak dunia akibat krisis Timur Tengah, namun seiring dengan kenaikan harga bahan bakar minyak, Indonesia yang dulunya dikenal sebagai negara pengekspor minyak, kini telah berubah menjadi negara pengimpor minyak, hal ini disebabkan meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak seperti tertera pada Tabel 1.1 Konsumsi BBM (Hasyim, 2005: 18).
2
Tabel 1.1 Konsumsi BBM (Dalam % Volume) Tahun
Jenis BBM
1973
Avgas Avtur Super-98/ Pertamax Premium Minyak Tanah Minyak Solar Minyak Diesel Minyak Bakar
0.2 2.2 0.6 20.5 40.9 20.5 5.5 10.2
1979 0.1 2.2 0.5 17.1 36.4 27.9 5.6 10.2
1982/1983 0.1 2.3 0.2 15.7 33.4 30.0 5.9 12.9
2004 0.0 3.7 0.9 25.2 18.2 41.3 1.7 9.0
Akibat konsumsi khususnya minyak solar, minyak diesel (IDO) dan minyak bakar (MFO) terus meningkat, maka subsidi terus bertambah sehingga membebani APBN setiap tahun. Sementara pemakai terbesar ketiga jenis ini adalah kalangan industri. Melihat situasi ekonomi dan politik akhirnya pemerintah membuat beberapa strategi sebagai jalan keluar, dua diantaranya adalah: 1. Melalui UU 20/2001 tentang minyak dan gas, pemerintah akan mencabut subsidi
BBM
yang
pelaksanaannya
dilakukan
secara
bertahap
(tempointeraktif.com, 2004). 2. Pemerintah
akan
mendorong pendiversifikasian
sumber
energi
atau
pengembangan energi alternatif lainnya seperti gas, batu bara, Biofuel, dan lain sebagainya.
Dalam hal pencabutan subsidi, untuk kalangan industri dilakukan sesudah UU 20/2001 disahkan oleh DPR dimana sebelumnya subsidi diberikan 75% dari harga pasar, pada 1 April 2001 diturunkan menjadi 50% harga pasar, pada tanggal 17 Januari 2002 subsidi 25% dari harga pasar, akhirnya pada tanggal 1 Oktober 2005 harga disesuaikan dengan harga pasar atau tanpa subsidi (pertamina.com, 2007). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.2 Grafik Perkembangan harga BBM Pertamina (1965 ~ 2007).
3
Harga (Rp/L)
Solar
IDO
MFO
2007
2006
2005
2003
2002
1998
1994
1986
1982
1975
1970
1965
6,500 6,000 5,500 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0
Tahun
Gambar 1.2 Grafik Perkembangan harga BBM Pertamina (1965~2007)
Pada waktu melakukan studi diversifikasi sumber-sumber energi, ada beberapa syarat yang harus di teliti diantaranya ketersediaan sumber energi tersebut di Indonesia sehingga ketergantungan terhadap pemasok dapat dikurangi, stabilitas supplai, mutu, harga, pengaruh terhadap lingkungan. Berbicara mengenai ketersediaan sumber energi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.2 Kandungan Sumber Energi Nasional (Hasyim, 2005: 31)
Tabel 1.2 Kandungan Sumber Energi Nasional Jenis Energi Fosil Minyak Gas Batubara
Sumber Daya 86.9 milliar barel 384.7 TSCF 57 milliar ton
Cadangan (Proven/possible) 9 milliar barel 182 TSCF 19.3 milliar ton
Produksi (pertahun) 500 juta barel 3.0 TSCF 130 milliar ton
Rasio Cad./prod.(tanpa eksplorasi) tahun 18 61 147
4
1.1.2 Faktor Internal PT. SK KERIS dalam operasinya menggunakan pembangkit listrik sendiri dengan alasan bahwa pada saat didirikan, jaringan PLN tidak ada dan harga BBM dalam hal ini minyak diesel (IDO) masih murah dan ditambah lagi dengan kondisi PLN yang sering padam (berdasarkan data dari PT SK Fiber di Kawasan Industri Surya Lestari, Karawang yang menggunakan listrik dari PLN, rata rata dalam satu bulan 1.5 kali padam), sementara jenis industri PT SK KERIS adalah Polymer dan Polyester yang membutuhkan panas yang stabil. Panas ini dihasilkan oleh Boiler yang juga menggunakan minyak diesel (IDO) sebagai bahan bakar dimana penggerak untuk Fan, Control System sebagai pendukungnya
dibangkitkan oleh energi listrik. Listrik juga digunakan untuk
menggerakkan mesin-mesin utama dan auxilary serta untuk penerangan di kantor. Untuk hal ini semua, maka PT SK KERIS menginvestasikan dananya untuk mendirikan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang sejak didirikan tahun 1992 sampai dengan 2004 mempunyai 7 unit pembangkit dengan kapasitas terpasang 35 MW dengan rincian seperti Tabel 1.3 Status Diesel Engine (D/G) PT SK KERIS (Utility ,PT SK KERIS, 2007)
Tabel 1.3 Status Diesel Engine (D/G) PT SK KERIS Equipment Maker D/G # 1 NIIGATA D/G # 2 NIIGATA D/G # 3 NIIGATA D/G # 4 NIIGATA D/G # 5 NIIGATA D/G # 6 NIIGATA D/G # 7 NIIGATA Total Kapasitas Terpasang
Type 12V32CLX 12V32CLX 12V32CLX 12V32CLX 18V32CLX 18V32CLX 18V32CLX
Capacity 4.100 kW 4.100 kW 4.100 kW 4.100 kW 6.200 kW 6.200 kW 6.200 kW 35.000 kW
Fuel IDO IDO IDO IDO IDO IDO IDO
Start Up 28.09.1992 23.10.1992 12.11.1992 03.12.1992 27.11.1995 12.12.1995 27.06.1996
PT SK KERIS sebagai pengguna BBM yang cukup besar mengalami masalah yang sama dengan industri lainnya yaitu peningkatan biaya akibat dari kenaikan dan pencabutan subsidi tersebut diatas. Berdasarkan data PT SK KERIS terlihat bahwa konsumsi minyak diesel (IDO) rata-rata satiap hari adalah 125,000 liter dengan rincian 100,000 liter untuk
5
Utility Plant sebagai bahan bakar pembangkit listrik dan 25,000 liter digunakan oleh Polymer Plant sebagai bahan bakar Boiler.
Dengan konsumsi rata-rata 125,000 liter setiap hari, sedang pengeluaran atau biaya meningkat terus dimana untuk tahun 2002 total konsumsi 56,578,554 liter, dengan biaya US$7,436,497, sedang tahun 2005 total konsumsi 43,668,301 liter, biaya US$11,938,192 terlihat bahwa dengan konsumsi menurun 22.8%, sementara pengeluaran meningkat sebesar 60.5%, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.4 Status Konsumsi dan Biaya Minyak Diesel (IDO) PT SK KERIS, 2002~2005 dan Gambar 1.3 Grafik Konsumsi dan Biaya Minyak Diesel (IDO) PT SK KERIS, 2002~2005 (MIS, Take-out, PT SK KERIS, 2007).
Tabel 1.4 Status Konsumsi dan Biaya Minyak Diesel (IDO) PT SK KERIS, 2002~2005
Item Konsumsi (liter) Biaya (US$)
2002 56,578,554 7,436,497
2003 52,929,870 9,326,703
Tahun 2004 52,720,710 8,840,229
2005 43,668,301 11,938,192
2006 16,162,277 13,670,870
Konsumsi (L) 60,000,000
50,000,000 40,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000,000 0 2002
2003
2004 Biaya (US$)
Konsumsi (liter)
2005
2006 Biaya (US$)
Gambar 1.3 Konsumsi dan Biaya Minyak Diesel (IDO) PT SK KERIS, 2002~2005
6
Bila kita melihat bagaimana pengaruh kenaikan minyak diesel (IDO) terhadap harga listrik PT SK KERIS yang akhirnya mempengaruhi biaya produksi yang dalam hal ini penulis mengambil sample untuk proses PET-RESIN dapat dilihat pada Gambar 1.4 Harga Listrik (electricity cost), biaya produksi SD Chip dan PET Chip tahun 2002~2007, serta Tabel 1.5 Harga Listrik (electricity cost), Biaya Produksi SD Chip dan PET Chip tahun 2002~2007 (Finance Data, PT SK KERIS,2007 yang diolah)
Biaya (US$/MT) 1,200
35.00
1,000
30.00 25.00
800
20.00 600 15.00 400
10.00
200
5.00
-
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun
Biaya produksi PET (US$/MT)
Biaya produksi Chip (SD) (US$/MT)
PET Electricity Cost (US$/MT)
Chip (SD) Electricity Cost (US$/MT)
Gambar 1.4 Harga Listrik (electricity cost), Biaya Produksi SD Chip dan PET Chip Tahun 2002~2007 Tabel 1.5 Harga Listrik (electricity cost), Biaya Produksi SD Chip dan PET Chip Tahun 2002~2007 PET Year
Chip (SD)
Biaya Produksi (US$/MT)
Electricity Cost (US$/MT )
Biaya Produksi (US$/MT)
Electricity Cost (US$/MT )
2002
495
12.17
483
6.40
2003
636
21.65
614
10.87
2004
944
14.90
935
7.71
2005
1,018
25.71
995
13.23
2006
1,090
28.77
1,069
16.79
2007
1,127
29.97
1,094
17.25
7
Juga apabila kita melihat kutipan pidato dari CEO PT SK KERIS yang disampaikan pada tanggal 02 januari 2003 sebagai pidato awal tahun: ”Kenaikan harga bahan baku, PTA dan EG saat ini akan semakin tinggi. Kenaikan tersebut juga diikuti dengan kenaikan harga IDO, sehingga kenaikan harga tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi struktur keuangan kita di tahun ini. Terhitung mulai bulan januari 2003, pemerintah telah mengumumkan kenaikan harga listrik, BBM dan lain lainnya. Sehingga di tahun 2003, kita tidak dapat lagi berharap banyak adanya faktor keberuntungan dari lingkungan eksternal kita. Saat ini yang harus segera kita lakukan adalah melakukan perencanaan agar kita dapat tetap bertahan hidup. Dan itu harus kita lakukan dengan segala upaya”. (Cha, Sung Jin, Pidato
Awal Tahun, 02 Januari 2003: 2)
Dari kutipan isi pidato tersebut, dapat dilihat bagaimana kondisi PT SK KERIS dalam hubungannya dengan kenaikan harga BBM, yang mana kenaikan tersebut memberi akibat langsung kepada struktur keuangan karena bahan baku PTA (Therepthalat Acid), EG (Ethylene Glycol) adalah turunan dari minyak bumi dan juga IDO (Industrial Diesel Oil) atau minyak diesel merupakan bahan bakar pembangkit listrik seperti telah dibahas sebelumnya.
1.2 Sejarah Perusahaan PT SK KERIS berdiri pada tanggal 28 Maret 1991 adalah perusahaan patungan antara SK Group dari Korea dan Batik Keris Group dari Indonesia beralamat Desa Cihuni, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang 15820, Propinsi Banten, Telepon (021)537111, Fax (021)5378811, dengan komposisi saham SK Group 92.5% (terdiri dari SK Chemicals 62.5%, SK Network 15%, SK Engineering and Constraction 15%) kemudian Batik Keris Group 7.5%. PT SK KERIS adalah produsen terkemuka di Indonesia dalam bidang Polyester Filamen Yarn dan PET-RESIN, sejak berdiri pada tahun 1991 melakukan ekspansi secara bertahap yang diberi kode ISP (Indonesia Sunkyong Project) yang dapat dilihat pada Tabel 1.6 Company History (Welcome To SK KERIS, 2007: 7)
8
Tabel 1.6 Company History Tanggal
Aktivitas
Keterangan
28 May1991
Peletakan batu pertama
30 April 1993
ISP-I
FY 70 T/D
31 Januari 1994
ISP-II
FY 20 T/D
07 Agustus 1994
ISP-III
CP-1:180 T/D
20 Desember 1995
ISP-IV
FY 90 T/D
22 September 1996
ISP-V
CP-2:245 T/D, SSP:240T/D
31 Desember 1997
ISP-VI
FY 35 T/D
19 Agustus 2003
Modifikasi (DT DW)
01 Desember 2003
Akusisi PT KOHAP
Menjadi SK Fiber
Dari semua projek tersebut diatas, total investasi yang telah ditanamkan berjumlah US$250 Juta. Jumlah Total Karyawan 917 Orang dengan perincian karyawan Korea 6 Orang, karyawan reguler 553 Orang dan karyawan outsourcing 358 Orang.
1.3 Bidang Usaha 1.3.1 Bisnis Utama PT SK KERIS mempunyai bisnis utama yaitu : 1. Polyester Filament Yarn (PFY) yaitu bisnis pembuatan benang polyester yang dalam produk akhirnya dikategorikan atas dua jenis yaitu : a. Reguler, yaitu benang-benang yang umum digunakan dan biasanya hampir semua produser membuatnya misalnya SD (Semi Dull), SB (Super Bright). Harga jual jenis ini adalah biasa. b. Special, yaitu benang-benang yang hanya dibuat oleh SK KERIS dan sekarang 40% dari total pruduk adalah type ini. Harga jualnya di atas benang reguler akan tetapi biaya produksinya juga lebih tinggi. Jenis benang ini diantaranya Spilt Yarn, BSY, SDC, FINE, ISD, TIY, KIS, MSY, RENOVA, SBF, JUNE, INNOV.
9
Untuk kedua produk ini PT SK KERIS mengekspor sekitar 30% dan sisanya digunakan untuk konsumsi dalam negeri. 2. PET-RESIN Yaitu pembuatan bahan baku untuk pembuatan Bottle yang nanti digunakan untuk botol minuman seperti Coca Cola, Aqua, Vita Zone dan lain sebagainya. Jenis-jenis produknya adalah BL-8050, BLJ, yang mana semuanya diproduksi dari Plant CP-1 dan dilanjutkan dengan proses di SSP, hasilnya diekspor 50% dan digunakan dalam negeri 50%. Untuk jenis SD yang nantinya digunakan sebagai bahan baku proses Filament Yarn digunakan Plant CP-2.
1.3.2 Bisnis Pendukung PT SK KERIS didalam menjalankan bisnisnya, selain bisnis utama yaitu Polyester Filament Yarn dan PET-RESIN juga mempunyai bisnis pendukung yaitu SCB (Special Chemical Busines) yaitu bisnis bahan-bahan kimia (sebagai Agent) yang dihasilkan oleh SK Chemicals, Korea. Adapun bahan kimia yang diperdagangkan adalah SKY BIO yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam proses pengolahan air, proses pembuatan kertas yang berfungsi untuk melarutkan korosi dan bakteri yang menyebabkan polusi air dan lingkungan. SKY TOP berfungsi untuk membersihkan air pada Cooling Tower. SKY POWER yang berfungsi membantu mengurangi effect korosi pada Boiler.
1.4 Unit Analisis 1.4.1 Identifikasi Masalah Sesuai dengan asal masalah yang telah dibahas sebelumnya diatas, maka penulis telah mengidentifikasi permasalahan, yaitu : 1. Apakah strategi yang dilakukan oleh PT SK KERIS menghadapi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui mendiversifikasi sumber energi dari minyak diesel (IDO) menjadi gas sudah tepat. 2. Bagaimana pengaruhnya terhadap biaya produksi khususnya produk PETRESIN.
10
1.4.2 Alasan Pemilihan Masalah Seperti telah disebutkan pada identifikasi masalah, proyek akhir ini adalah evaluasi terhadap kebijakan PT SK KERIS di dalam menghadapi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui diversifikasi sumber energi dari minyak diesel (IDO) menjadi gas sudah tepat dan pengaruhnya terhadap biaya produksi khususnya produk PET RESIN dengan alasan investasi yang dilakukan untuk tahun 2005 mencapai US$5,000,000. Adanya competitor memilih sumber energi lain seperti batubara oleh PT TIFICO, PT ITS, PT INDO RAMA sehingga dirasa perlu oleh penulis yang ikut langsung proyek ini dari mulai perencanaan, pemilihan teknologi, konstruksi, operasi, untuk mengevaluasi keputusan ini.
1.4.3 Pembatasan Masalah Dikarenakan keterbatasan waktu, sementara aktivitas kegiatan ini mencakup beberapa bagian didalam Divisi Produksi PT SK KERIS seperti Utility dan PET Team maka cakupan dari tulisan ini dibatasi oleh penulis hanya pada Utility Team dengan memilih pembangkit listrik sebagi studi kasus.
1.4.4 Posisi Permasalahan yang Dipecahkan Posisi permasalahan yang dipecahkan dapat dilihat pada Gambar 1.5
Perencanaan Produksi
Penyediaan bahan bakar
Operasi & Pemeliharaan
Penggunaan di Proses Produksi
Posisi permasalahan Harga terus naik
Mencari alternatif energi
Gambar 1.5 Posisi Permasalahan yang Dipecahkan
11
1.5 Isu Bisnis Didalam proses penyediaan bahan bakar minyak (BBM) dalam hal ini ada beberapa isu yang menjadi masalah antara lain 1. Harganya setiap bulan berubah dan cenderung naik. 2. Perlunya mencari sumber alternatif baru.
12