BANGKITAN DEBU JATUH DAN TOTAL PARTIKEL TERSUSPENSI AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS
AGE BATURIMBA
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Bangkitan Debu Jatuh dan Total Partikel Tersuspensi Akibat Pengaruh Lalu Lintas adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Age Baturimba NIM F44100005
ABSTRAK AGE BATURIMBA. Bangkitan Debu Jatuh dan Total Partikel Tersuspensi Akibat Pengaruh Lalu Lintas. Dibimbing oleh ARIEF SABDO YUWONO. Peningkatan penggunaan kendaraan menyumbangkan peningkatan konsentrasi debu jatuh (DF) dan partikel tersuspensi (TSP). Tujuan penelitian iniadalah mengukur bangkitan DF dan TSP akibat jumlah kendaraan (JK) serta menganalisis korelasinya. Penelitian ini dilakukan pada empat jalan yaitu Jalan Raya Ciomas, Dramaga, Sindang Barang dan RE Abdullah. Penelitian dilakukan dengan mengoperasikan dustfall canister selama 24 jam. High volume air sampler dioperasikan selama 60 menit bersamaan dengan penghitungan JK. Bangkitan DF di empat lokasi uji bernilai kurang dari 1 ton/km2.bulan. Rentang bangkitan TSP Jalan Raya Ciomas, Dramaga, Sindang Barang, dan RE Abdullah berturut-turut 57-243, 37-86, 37-177, 60-117µg/Nm3. Nilai signifikan (α) antara bangkitan DF dan JK golongan I pagi sebesar 0.037, golongan II pagi sebesar 0.002, golongan III pagi sebesar 0.031, golongan III malam hari sebesar 0.001 dan golongan VI b sebesar 0.009. Nilai signifikan bangkitan TSP dan golongan III malam hari sebesar 0.002, total golongan III sebesar 0.001, golongan VI a sebesar 0.04 dan golongan VI b sebesar 0.019. Kata kunci: debu jatuh, kendaraan bermotor, korelasi, lalu lintas, partikel tersuspensi.
ABSTRACT AGE BATURIMBA. Dustfall and Total Suspended Particulate Generation Due to Traffic Effect. Supervised by ARIEF SABDO YUWONO. The increasing vehicle usage contributes to the rise of dustfall (DF) and suspended particles (TSP) concentration. The purpose of this study was to measure the generation of DF and TSP due to the number of vehicles (JK) and to analyze their correlation. This study was conducted on four roads,namely Ciomas, Dramaga,Sindang Barang and RE Abdullah roads. The study was conducted by installing dustfall canister for 24 hours.High volume air sampler was operated for 60 minutes simultaneously with traffic counting. The DF generation at four sampling points were less than 1 ton/km2.month. The range of TSP generation on Ciomas, Dramaga, Sindang Barang, and RE Abdullah were 57-243, 37-86, 37-177, 60-117 μg/Nm3 respectively. The significant value (α) between DF generation and JK type I in the morning was 0.037, type II in the morning was 0.002, type III in the morning was 0.031, type III was 0.001 in the night and type VI b was 0.009 The significant value between TSP generation and type III in the night was 0.002, type III total was 0.001, type VI a was 0.04 and type VI b was 0.019. Keywords: dustfall, correlation, suspended particulate, traffic, vehicles.
BANGKITAN DEBU JATUH DAN TOTAL PARTIKEL TERSUSPENSI AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS
AGE BATURIMBA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi Nama NIM
: Bangkitan Debu Jatuh dan Total Partikel Tersuspensi Akibat Pengaruh Lalu Lintas : Age Baturimba : F44100005
Disetujui oleh
Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, MSc NIP. 19660321 199003 1 012
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agrro Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kesehatan dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Bangkitaan Debu Jatuh dan Total Partikel Tersuspensi Akibat Lalu Lintas. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, kedua orang tua, Suhaeni dan Son Wasmar serta kakak-kakak dan adikyang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi. Di samping itu penulis menyampaikan ucapan kepada pihak-pihak di bawah ini: 1. Keluarga Irawan, Kantor Balai Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) Bogor, Kantor Polsek Dramaga, dan Masjid Besar Gunung Batu yang telah memberikan izin untuk mengambil contoh uji penelitian. 2. Ibu Ety Herwati, Dipl.Kim yang telah membantu dalam kegiatan di laboratorium, serta Bapak Heri yang selalu membukakan pintu laboratorium ketika akan dipakai. 3. Rengganis Risky Arinda dan Abi Abdhillah Yasinda yang telah menemani selama satu tahun sebagai Presidium PSM IPB Agria Swara 2012-2013. 4. Teman-teman PSM IPB Agria Swara, Koran Kampus, Chingu dan Paguyuban Mahasiswa Bandung (Pamaung) yang telah menemani perjalanan dan memberikan pembelajaran pendewasaan diri dari awal masuk hingga sekarang. 5. Teman-teman satu bimbingan Aci, Agit, Depe, Didi, Dipta yang bersama-sama berjuang demi gelar yang sama. 6. Lia, Tami, Helena, Rara, Nisa, Ihsan, Yoni, Panji, Tama dan seluruh teman-teman SIL 47 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa, bantuan dan motivasinya. Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Namun, penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014 Age Baturimba
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian Teknik Pengukuran Pengukuran Bangkitan Debu Jatuh Pengukuran Bangkitan Total Partikel Tersuspensi Penghitungan Jumlah Kendaraan yang Berlalu Lintas Prosedur Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Bangkitan Debu Jatuh dan Partikel Tersuspensi di Lapangan Korelasi antara Bangkitan Debu Jatuh dan Jumlah Kendaraan Korelasi antara Bangkitan Partikel Tersuspensi dan Jumlah Kendaraan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
viii viii viii 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 5 5 5 7 7 7 7 8 12 17 17 17 18 21 27
DAFTAR TABEL 1 Klasifikasi kendaraan bermotor (Bina Marga 2007;Hermawan 2009) 2 Bangkitan debu jatuh dan TSP pada lokasi uji
7 8
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Diagram alir penelitian Metode pengukuran konsentrasi debu jatuh Metode pengukuran konsentrasi partikel tersuspensi Korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan harian Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II, III Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II, III pagi hari Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II, III siang hari Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II, III malam hari Korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan golongan VI a serta golongan VI b Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah total kendaraan Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi harian dan jumlah kendaraan harian Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan I, II dan III Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan I, II dan III pada pagi hari Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan I, II dan III pada siang hari Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan I, II dan III pada malam hari Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan VI a serta VI b
4 5 6 9 9 10 11 11 12 12 13 14 14 15 16 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 Gambaran kondisi lokasi uji 2 Jumlah Kendaraan 3 Data Lingkungan di Lapangan
21 22 24
PENDAHULUAN Latar Belakang Udara merupakan salah satu komponen penting untuk kelangsungan hidup manusia. Manusia membutuhkan udara bersih dalam kehidupannya. Kebutuhan manusia akan udara bersih melebihi dari kebutuhan manusia terhadap air maupun makanan. Rata-rata kebutuhan udara orang dewasa setiap harinya adalah 15 kg, sementara kebutuhan untuk air dan makanan masing – masing sebesar 2.5 kg/hari dan 1.5 kg/hari (Naddafi et al. 2006). Menurut Duh et al. (2008), pencemaran udara dapat diemisikan dalam bentuk partikel atau gas yang dibuang secara langsung maupun melalui reaksi ionion organik atau inorganik (proses sekunder). Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan atau gas yang masuk ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya (Wardhana 2004). Pencemaran udara yang telah menyebar ke lingkungan sekitar termasuk pada ruas jalanan umum sangat mengganggu bahkan membahayakan kesehatan manusia. Pencemaran udara yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama akan menimbulkan penyakit saluran pernapasan. Debu jatuh dan partikulat merupakan beberapa penyebab terjadinya penyakit saluran pernapasan. Debu jatuh merupakan partikel dengan ukuran di atas 500 µm dan memiliki kemampuan menetap setelah penghentian sementara di udara (Gorham 2002), namun dengan kecepatan angin tertentu dapat mengakibatkan terangkatnya fraksi-fraksi halus debu jatuh (Hai et al. 2007; Zhou 2010). Berdasarkan hal tersebut, debu jatuh dapat berdampak secara lokal maupun global terhadap ekosistem (McTanish dan Strong 2007). Partikel dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu total partikel tersuspensi dan debu yang mengambang (floating dust). Total partikel tersuspensi merupakan partikel dengan diameter kurang dari 100 µm sedangkan floating dust merupakan partikel yang berukuran kurang dari 10 µm (Hai et al. 2007). Pencemaran udara dapat disebabkan oleh aktivitas manusia dan salah satunya melalui aktivitas penggunaan kendaraan bermotor. Kota Bogor memiliki tingkat mobilitas masyarakat yang cukup tinggi sehingga berpotensi menimbulkan permasalahan transportasi dari tahun ke tahun (Arief et al. 2012). Jumlah kendaraan bermotor yang cenderung meningkat, merupakan indikator semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap sarana transportasi yang memadai sejalan dengan mobilitas penduduk yang semakin tinggi. Kendaraan bermotor merupakan salah satu sarana angkutan / transportasi darat yang dapat meningkatkan kecepatan arus lalu lintas orang maupun barang antar daerah. Semakin banyak kendaraan bermotor dioperasikan, akan semakin meningkat kadar pencemaran debu jatuh dan partikulat yang ada di udara (Dubey et al. 2013). Atas dasar tersebut, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh pendugaan bangkitan debu jatuh dan partikulat yang dihasilkan akibat pengaruh lalu lintas.
2 Perumusan Masalah Penelitian ini dilakukan untuk mengukur bangkitan debu jatuh dan total partikel tersuspensi akibat pengaruh lalu lintas. Ide penelitian muncul karena tingkat pemakaian kendaraan bermotor di Kota Bogor cukup tinggi. Semakin meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor mengakibatkan tingginya pencemaran di udara. Oleh karena itu dalam penelitian ini permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Kuantitas bangkitan debu jatuh dan total partikel tersuspensi pada lokasi uji. 2. Korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan yang berlalu lintas pada lokasi uji. 3. Korelasi antara bangkitan total partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan yang berlalu lintas pada lokasi uji.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengukur bangkitan debu jatuh dan total partikel tersuspensi pada lokasi uji 2. Menganalisis korelasi antara bangkitan debu jatuh dan kepadatan lalu lintas 3. Menganalisis korelasi antara bangkitan total partikel tersuspensi dan kepadatan lalu lintas
Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Memberikan informasi mengenai besarnya pengaruh kepadatan lalu lintas terhadap bangkitan debu jatuh dan partikulat yang terbentuk. 2. Dapat digunakan sebagai masukan kepada pemerintah Kabupaten dan Kota Bogor serta pihak terkait lainnya dalam memantau dan menangani kondisi lingkungan akibat pencemaran debu jatuh dan total partikel tersuspensi, sehingga memenuhi baku mutu Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian dilakukan di Bogor, Jawa Barat dengan mengambil beberapa ruas jalan dan kepadatan lalu lintas yang berbeda. 2. Penelitian ini hanya membahas tentang kepadatan lalu lintas terhadap bangkitan debu jatuh dan total partikel tersuspensi yang terbentuk.
3
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2014. Pengukuran dilakukan pada empat (4) ruas jalan di Kabupaten dan KotaBogor, yaitu: 1. Jalan Raya Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. 2. Jalan Raya Dramaga, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. 3. Jalan Raya Sindang Barang, Kelurahan Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. 4. Jalan RE Abdullah, Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan: 1. Dustfall canister [Model AS-2014-1] 2. High Volume Air Sampler [Staplex TFIA-2] 3. Digital Anemometer, Termometer dan Humiditymeter [Lutron Am4201] 4. Aplikasi SyPressure Barometer 5. Neraca Analitik [OHAUS; Aventuror Pro] 6. Cawan Petri [Ø=80 mm] 7. Wadah Plastik [Ø=100mm] 8. Kertas Saring 10µ [Whatmann #41] 9. Kertas Saring TSP [TFAGF 41] 10. Universal Oven UNB 400 [Memmert] 11. Pinset [Renz] 12. Pencatat Waktu [Stedman] 13. Counter [Besco] 14. Air Destilasi 15. Kabel Penghubung Listrik [Broco] 16. Program perhitungan (spreadsheet) debu jatuh [© Arief Sabdo Yuwono 2012]
Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode gravimetri sesuai dengan SNI 134703-1988 mengenai Penentuan Kadar Debu di Udara dengan Penangkap Debu Jatuh (Dust Fall Collector) dan SNI 19-7119.3-2005 mengenai Cara Uji Partikel Tersuspensi Total Menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan Metode Gravimetri. Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
4 Ide Penelitian
Studi Literatur
Perumusan Masalah
Pengambilan Data
Mengukur bangkitan debu jatuh secara langsung di lapangan
Mengukur bangkitan total partikel tersuspensi langsung di lapangan
Menghitung jumlah kendaraan secara langsung di lapangan
Data
Pengolahan dan Analisis Data
Menganalisis korelasi antara bangkitan debu jatuh dengan jumlah kendaraan setempat
Menganalisis korelasi antara bangkitan total partikel tersuspensi dengan jumlah kendaraan setempat
Simpulan dan Saran Gambar 1 Diagram alir penelitian
5 Teknik Pengukuran Pengukuran Bangkitan Debu Jatuh Langkah-langkah pengukuran konsentrasi debu jatuh di lapangan adalah sebagai berikut: 1. Penentuan lokasi pengukuran 2. Pengoperasian dustfall canister dekat jalan pada lokasi pengukuran selama 24 jam 3. Frekuensi pengulangan dilakukan selama 3 kali 4. Teknik pengukuran (Gambar 2)
Kertas saring dioven selama 2 jam
Kertas saring dimasukkan ke dalam desikator selama 2 jam
Berat kertas saring awal ditimbang (W1)
Kertas saring diambil dari dustfall canister
Dustfall canister dioperasikan di lokasi
Kertas saring dimasukkan pada dustfall canister
Kertas saring dimasukkan kembali ke oven dan desikator masing-masing selama 2 jam
Berat kertas saring akhir ditimbang (W2), sehingga selisih W1 dan W2 adalah dustfall yang terbentuk (W)
Bangkitan dustfall dihitung menggunakan persamaan 1
Gambar 2 Metode pengukuran konsentrasi debu jatuh (1) Keterangan:
W = berat dustfall (ton) A = luas permukaan bejana (km2) C = bangkitan debu jatuh (ton/km2.bulan) T = waktu pengukuran (bulan)
Pengukuran Bangkitan Total Partikel Tersuspensi Langkah-langkah pengukuran konsentrasi tersuspensi di lapangan adalah sebagai berikut: 1. Penentuan lokasi pengukuran 2. Pengambilan contoh uji dilakukan dengan pola pagi, siang dan malam hari masing-masing selama 60 menit 3. Frekuensi pengulangan dilakukan selama 3 kali dalam 1 lokasi 4. Teknik Pengukuran (Gambar 3)
6 Kertas saring dioven selama 2 jam
Kertas saring dimasukkan ke dalam desikator selama 2 jam
HVAS dioperasikan selama 60 menit dengan diatur laju alir 1.2 m3/menit
Selama HVAS dioperasikan, dilakukan pengukuran suhu dan tekanan udara
Kertas saring diambil dari HVAS lalu dimasukkan kembali ke oven dan desikator masing-masing selama 2 jam
Berat kertas saring akhir ditimbang (W2), sehingga selisih W1 dan W2 adalah total partikel tersuspensi yang terbentuk (W)
Berat kertas saring awal ditimbang (W1)
Kertas saring dimasukkan pada High Volume Air Sampler (HVAS)
Menghitung koreksi laju aliran dengan persamaan 2, volum udara yang diambil dengan persamaan 3 dan konsentrasi partikel tersuspensi dengan persamaan 4
Gambar 3 Metode pengukuran konsentrasi partikel tersuspensi
(2) Keterangan:
Qs Qo Ts To Ps Po
= laju alir terkoreksi (m3/menit) = laju alir uji (m3/menit) = temperatur standar, 298 K = temperatur absolut, (297 + tempeatur lapang) = tekanan udara standar, 760 mmHg = tekanan udara lapang (mmHg)
(3) V = volume udara yang diambil (m3) Qs1, s2, s3 = laju alir ke-1, ke-2 dan ke-3 pada pengukuran (m3/menit) t = durasi pengambilan contoh uji (menit)
Keterangan:
(
Keterangan:
)
C W1 W2 V
(4) = konsentrasi massa partikel tersuspensi (µg/Nm3) = berat kertas saring awal (gram) = berat kertas saring akhir (gram) = volume contoh uji udara (m3)
7 Penghitungan Jumlah Kendaraan yang Berlalu Lintas Langkah-langkah perhitungan jumlah kendaraan yang berlalu lintas di lapangan adalah sebagai berikut: 1. Penentuan lokasi penghitungan 2. Penghitungan jumlah kendaraan dilakukan bersamaan dengan pengambilan contoh uji partikel tersuspensi di lapangan 3. Penghitungan dilakukan selama 60 menit 4. Klasifikasi kendaraan bermotor (Tabel 1) Tabel 1 Klasifikasi kendaraan bermotor (Bina Marga 2007;Hermawan 2009) Golongan I II III IV Va Vb VI a VI b VII a VII b VII c
Jenis Kendaraan Sepeda motor dengan 2 atau 3 roda Sedan dan jeep Opelet, pick-up terbuka, combi Pick-up box dan mikro truk Bus kecil Bus besar Truk 2 sumbu 4 roda Truk 2 sumbu 6 roda Truk 3 sumbu Truk gandengan Truk semi trailer dan trailer
Prosedur Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam hal ini adalah data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis hingga didapatkan pendugaan variasi bangkitan debu jatuh dan TSP terhadap kepadatan lalu lintas di lokasi uji. Analisis yang digunakan merupakan analisis statistik regresi linear sederhana dengan bantuan program microsoft excel dan teknik analisis Pearson menggunakan program statistical package for the social sciences (SPSS).
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Bangkitan Debu Jatuh dan Partikel Tersuspensi di Lapangan Secara keseluruhan bangkitan debu jatuh di lokasi uji berada di bawah baku mutu menurut PP No. 41 Tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran Udara. Bangkitan debu jatuh di empat lokasi sebesar kurang dari 1 ton/km2.bulan. Bangkitan partikel tersuspensi pada lokasi uji secara umum berada di bawah baku mutu menurut PP No. 41 Tahun 1999 kecuali pada pengukuran Sabtu malam di Jalan Raya Ciomas (243 µg/Nm3). Hal ini disebabkan terjadi kemacetan pada saat pengukuran di lokasi.Bangkitan debu jatuh dan partikel tersuspensi dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti aktivitas lalu lintas, kegiatan industri dan pembangunan, gedung dan pepohonan serta faktor meteorologi lokal. Awan et al.
8 (2011) mengatakan bahwa bangkitan debu dan partikulat yang tinggi berbanding lurus dengan aktivitas lalu lintas dan industri. Hasil lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Bangkitan debu jatuh dan TSP pada lokasi uji Lokasi
Hari/Tanggal Sabtu, 8 Maret 2014
Jalan Raya Ciomas
Minggu, 9 Maret 2014 Senin, 10 Maret 2014 Sabtu, 29 Maret 2014
Jalan Raya Dramaga
Minggu, 30 Maret 2014 Senin, 31 Maret 2014 Sabtu, 5 April 2014
Jalan Sindang Barang
Minggu, 6 April 2014 Senin, 7 April 2014 Sabtu, 12 April 2014
Jalan RE Abdullah
Minggu, 13 April 2014 Senin, 14 April 2014
Waktu Pengambilan (WIB) 08.24-09.24 13.05-14.05 19.01-20.01 08.28-09.28 13.01-14.01 19.02-20.02 08.25-09.25 13.00-14.00 19.02-20.02 08.20-09.20 13.07-14.07 19.05-20.05 08.21-09.21 13.03-14.03 19.10-20.10 08.19-09.19 13.03-14.03 19.04-20.04 08.24-09.24 13.04-14.04 19.12-20.12 08.18-09.18 13.00-14.00 19.14-20.14 08.22-09.22 13.02-14.02 19.07-20.07 08.24-09.24 13.04-14.04 19.12-20.12 08.18-09.18 13.00-14.00 19.14-20.14 08.22-09.22 13.02-14.02 19.07-20.07
Debu Jatuh (ton/km2.bulan) 0.1 - 0.12
0.11 - 0.14 0.12 – 0.13
0.04 - 0.05
0.03 - 0.04
0.03 - 0.04 0.05 – 0.06
0.07 - 0.09
0.06 - 0.07 0.06 – 0.07
0.05 - 0.06
0.05 - 0.06
TSP (µg/Nm3) 95 65 243 189 97 198 159 57 180 84 38 53 84 47 67 63 37 86 177 66 66 77 37 76 98 71 41 87 60 109 102 71 112 105 71 117
Korelasi antara Bangkitan Debu Jatuh dan Jumlah Kendaraan Menurut Irianto (2010) terdapat 3 hubungan kekuatan regresi yaitu korelasi
9 positif (R-Sq +1 atau mendekati +1), korelasi negatif (R-Sq -1 atau mendekati -1) dan tidak berkorelasi (R-Sq 0 atau mendekati 0). Sugiyono (2011) mengatakan bahwa korelasi Pearson menggunakan nilai α untuk melihat hubungan antara dua variabel. Apabila nilai α kurang dari 0.05, maka terdapat korelasi antara keduanya. Gambar 4 menunjukkan hubungan antara bangkitan debu jatuh dengan jumlah kendaraan harian pada lokasi uji.
Gambar 4 Korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan harian Kendaraan bermotor akan mengemisikan substansi pencemar ke atmosfer baik secara langsung maupun tidak langsung. Emisi kendaraan bermotor secara langsung berasal dari pembakaran mesin yang keluar melalui knalpot dan pemakaian alat mekanik untuk rem. Emisi secara tidak langsung berasal dari reaksi sekunder gas baik organik maupun inorganik (Handler et al. 2008). Nilai RSq yang didapatkan sebesar 0.124. Hal ini menunjukkan bahwa debu jatuh hanya dipengaruhi oleh jumlah kendaraan bermotor sebesar 0.124. Nilai signifikan (α) yang didapatkan 0.127. Nilai tersebut menunjukkan tidak ada korelasi diantara keduanya. Uji korelasi lainnya dilakukan antara bangkitan debu jatuh dengan jumlah kendaraan golongan I, II dan III. Uji korelasi tersaji pada Gambar 5.
Gambar 5 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II, III
10 Gambar 5 menunjukkan R-Sq antara bangkitan debu jatuh danjumlah kendaraan golongan I, II dan III berturut-turut 0.079, 0.06 dan 0.285. Hasil tersebut membuktikan bahwa sebaran data kurang baik. Nilai α yang didapatkan untuk golongan I, II dan III berturut-turut sebesar 0.176, 0.233 dan 0.053. Ketiga nilai tersebut masih di atas 0.05 sehingga menunjukkan tidak adanya korelasi. Kendaraan bermotor menggunakan bensin, solar dan bahan bakar lainnya agar dapat beroperasi. Pembakaran yang terjadi pada akhirnya keluar melalui knalpot. Menurut Sierra-Vargas dan Teran (2012), debu dan partikulat akan terlepas ke atmosfer ketika terjadi pembakaran bahan bakar tersebut. Namun, debu dan partikulat dapat dihilangkan dengan adanya pengendapan secara gravitasi (deposisi kering), maupun dengan penghapusan melalui curah hujan (deposisi basah) (Mahowald et al. 2005). Berdasarkan pernyataan tersebut, korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan dipengaruhi oleh curah hujan.
Gambar 6 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II, III pagi hari Nilai R-Sq pada Gambar 6 untuk tiga variasi berturut-turut sebesar 0.283, 0.344 dan 0.305. Hal itu membuktikan hubungan antara dua hal tersebut kurang baik. Nilai α untuk gologan I, II dan III berturut-turut sebesar 0.037, 0.022 dan 0.031. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan golongan I, II dan III pada pagi hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara bangkitan debu dan partikulat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dubey et al. (2013), semakin banyak kendaraan yang beroperasi di ruas jalan, akan semakin tinggi tingkat bangkitan debu dan partikulat di sekitar ruas jalan tersebut. Uji korelasi antara bangkitan dan jumlah kendaraan golongan I,II dan III siang hari disajikan pada Gambar 7 di bawah ini.
11
Gambar 7 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II, III siang hari Gambar 7 memperlihatkan bahwa R-Sq di atas sebesar 10-6, 0.095, 0.019. Nilai tersebut menunjukkan hubungan antara dua hal yang diuji kurang baik. Nilai α pada pengukuran siang hari untuk jumlah kendaraan golongan I, II dan III berturut-turut sebesar 0.499, 0.164 dan 0.331. Nilai tersebut masih berada di atas 0.05, sehingga korelasi diantara dua hal tersebut tidak ada. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kecepatan angin di atas 1 m/detik akan membentuk bangkitan yang cukup rendah. Hal ini dikarenakan udara di sekitar tersirkulasi dengan baik. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Naddafi et al. (2006) yang menyatakan bahwa kecepatan angin mempengaruhi hasil pengukuran debu jatuh jatuh di lapangan sebesar 66.9%. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kecepatan angin berpengaruh terhadap korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan. Uji korelasi selanjutnya dilakukan pada pengukuran malam hari. Uji korelasi tersaji pada Gambar 8.
Gambar 8 Korelasi antara bangkitan debu dan jumlah kendaraan golongan I, II, III malam hari R-Sq Gambar 8 berturut-turut sebesar 0.023, 0.038 dan 0.611. Nilai tersebut mengindikasi korelasi model antara keduanya kurang baik. Nilai α untuk Gambar
12 8 beruturut-turut sebesar 0.318, 0.270 dan 0.001. Nilai tersebut menunjukkan hanya terdapat korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan golongan III.
Gambar 9 Korelasi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan golongan VI a serta golongan VI b Gambar di atas menunjukkan bahwa nilai R-Sq untuk golongan VI a dan golongan VI b berturut-turut sebesar 0.129 dan 0.439. Berdasarkan program SPSS, nilai signifikan yang diperoleh untuk golongan VI a dan VI b masing-masing sebesar 0.125 dan 0.009. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara debu jatuh dan jumlah kendaraan golongan VI b. Korelasi yang sedikit membuktikan bahwa terdapat faktor lain yang menyebabkan bangkitan debu jatuh. Semakin tinggi tingkat kendaraan yang berlalu lintas tidak mutlak debu dan partikulat yang terbentuk semakin tinggi. Hal itu dikarenakan terdapat faktor lainnya yang perlu diperhatikan (Alias et al. 2007). Menurut Akpinar et al. (2009), tingkat pencemaran udara termasuk debu dan partikulat pada suatu daerah tertentu berkorelasi dengan kombinasi dari berbagai faktor meteorologi lokal. Korelasi antara Bangkitan Partikel Tersuspensi dan Jumlah Kendaraan Uji korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi (TSP) dan jumlah kendaraan dilakukan dengan 14 variasi korelasi.Korelasi pertama dilakukan antara bangkitan partikel tersuspensi dengan jumlah kendaraan setiap pengambilan contoh uji (pagi-siang-malam).
Gambar 10 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah total kendaraan
13 Nilai R-Sq pada uji korelasi di atas sebesar 0.021. Nilai tersebut menunjukkan bahwa bangkitan partikel tersuspensi hanya dipengaruhi oleh kendaraan sebesar 0.021. Nilai α yang didapatkan sebesar 0.199. Nilai α yang masih melebihi 0.05 membuktikan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara keduanya. Kecepatan angin pada Sabtu siang di Jalan Raya Ciomas sebesar 1.6 m/detik dan menimbulkan bangkitan TSP sebesar 65 µg/Nm3. Kecepatan angin pada Minggu siang di Jalan Raya Ciomas sebesar 0.73 m/detik dan menimbulkan bangkitan TSP sebesar 97 µg/Nm3. Alias et al. (2007) mengatakan bahwa kecepatan angin akan mempengaruhi jumlah bangkitan debu dan partikulat yang terbentuk. Semakin besar kecepatan angin pada lokasi uji, akan menimbulkan bangkitan yang rendah karena debu dan partikulat tersirkulasi dengan baik. Pengujian lainnya dilakukan antara bangkitan partikel tersuspensi harian dan jumlah total kendaraan harian. Uji tersebut tersaji pada Gambar 11.
Gambar 11 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi harian dan jumlah kendaraan harian Gambar 11 menunjukkan bahwa R-Sq bernilai 0.082, sehingga membuktikan kurang baiknya korelasi model antara dua hal tersebut. Nilai α yang didapatkan dari model tersebut adalah sebesar 0.180. Alias et al. (2007) mengatakan bahwa bangkitan debu dan partikulat dipengaruhi oleh waktu pengukuran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, secara umum bangkitan terendah terjadi pada siang hari dan bangkitan tertinggi terjadi pada malam hari. Pada pengukuran Sabtu siang di Jalan RE Abdullah diperoleh TSP sebesar 60 µg/Nm3 dengan suhu sebesar 28.37°C dan kelembapan sebesar 72.93%. Pengukuran Sabtu malam di Jalan RE Abdullah diperoleh TSP sebesar 109 µg/Nm3 dengan suhu sebesar 26.13°C dan kelembapan sebesar 85.30%. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Alias et al. (2007), bahwa bangkitan debu dan partikulat sangat dipengaruhi oleh temperatur dan kelembapan setempat. Semakin tinggi temperatur, akan semakin rendah kelembapan sehingga bangkitan debu dan partikulat akan rendah juga. Pengujian korelasi juga dilakukan antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan I, II, II (Gambar 12).
14
Gambar 12 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan I, II dan III Nilai R-Sq golongan I, golongan II dan golongan III sebesar 0.003, 0.007 dan 0.253. Nilai α untuk Gambar 11 berturut-turut sebesar 0.365, 0.314 dan 0.001. Korelasi terjadi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan III. Dubey et al. (2013) mengatakan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi korelasi antara bangkitan partikulat dan jumlah kendaraan bermotor. Faktor-faktor tersebut diantaranya konstruksi dari ruas jalan yang diamati, kegiatan antropogenik di sekitar lokasi uji dan lain-lain. Uji korelasi kembali dilakukan dengan menguji antara bangkitan partikel tersuspensi setiap waktu pengukuran dengan jumlah kendaraan golongan I, II dan III setiap waktu penghitungan.Uji korelasi pada pagi hari disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan I, II dan III pada pagi hari Nilai R-Sq terhadap golongan I sebesar 0.078, golongan II sebesar 0.157 dan III sebesar 0.061. Nilai tersebut masih jauh dari 1, sehingga menunjukkan
15 korelasi model diantara variabel yang diuji kurang baik. Nilai α untuk pengujian di atas berturut-turut sebesar 0.186, 0.1 dan 0.221. Nilai tersebut masih berada di atas 0.05, sehingga menunjukkan bahwa korelasi diantaranya tidak ada. Saha dan Padhy (2011) mengatakan bahwa musim kemarau akan membuat bangkitan debu dan partikulat semakin tinggi dibandingkan dengan musim penghujan. Hujan yang turun akan mempengaruhi terbentuknya bangkitan debu dan partikulat. Pada saat musim penghujan atau hujan berlangsung, debu dan partikulat yang terbentuk akan sedikit dibandingkan pada saat musim kemarau atau kondisi kering (Alias at al. 2007). Hal ini terlihat dari bangkitan TSP pada Sabtu malam Jalan Raya Dramaga sebesar 53 µg/Nm3, sedangkan pada Senin malam Jalan Raya Dramaga sebesar 86 µg/Nm3. Hasil Sabtu malam lebih kecil dibandingkan Senin malam dikarenakan terjadi hujan satu jam sebelum pengukuran. Gambar 14 menyajikan korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan I, II dan III pada siang hari.
Gambar 14 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan I, II dan III pada siang hari Gambar di atas menunjukkan kurang baiknya korelasi model diantara variabel yang diuji.Hal tersebut terlihat dari nilai R-Sq golongan I (0.096), II (0.035) dan III (0.009) tidak mendekati atau mencapai +1. Nilai α yang dihasilkan dari uji korelasi di atas masing-masing sebesar 0.162, 0.389 dan 0.277. Hasil tersebut menunjukkan tidak ada korelasi diantara keduanya. Hasil penelitian yang dilakukan, Jalan Raya Dramaga memiliki pepohonan yang cukup banyak dibandingkan dengan Jalan Raya Ciomas. Hal ini terlihat dari rentang TSP Jalan Raya Dramaga (37-86 µg/Nm3) lebih rendah dibandingkan Jalan Raya Ciomas (57-243 µg/Nm3). Faktor tutupan lahan pada lokasi uji mempengaruhi debu dan partikulat yang terbentuk (Shang et al. 2012). Menurut Niu et al. (2004), tutupan vegetasi akan meningkatkan ambang batas kecepatan angin yang mempengaruhi terbentuknya debu jatuh dan partikulat. Daerah dengan curah hujan dan cakupan tutupan vegetasi rendah menghasilkan debu dan partikulat yang tinggi. Selain itu faktor kelembapan, temperatur dan kecepatan angin setempat patut untuk dijadikan bahan pertimbangan terhadap korelasi yang dilakukan (Yoshioka et al. 2005). Uji korelasi pada malam hari ditunjukkan pada Gambar 15.
16
Gambar 15 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan I, II dan III pada malam hari R-Sq golongan I (0.014), golongan II (0.013) dan golongan III (0.592) tidak mendekati atau mencapai 1, sehingga hubungan keduanya tidak tergambarkan dengan baik. Nilai α dari teknik korelasi Pearson untuk gambar di atas didapatkan masing-masing sebesar 0.353, 0.361 dan 0.002. Hasil tersebut menunjukkan korelasi hanya terdapat diantara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan III.
Gambar 16 Korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan golongan VI a serta VI b Nilai R-Sq untuk golongan VI a dan VI b berturut-turut 0.087 dan 0.120, sedangkan untuk nilai signifikan yang diperoleh masing-masing sebesar 0.04 dan 0.019. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara bangkitan partikel tersuspensi dan jumlah kendaraan untuk golongan VI a dan VI b. Sedikitnya korelasi yang terjadi antara variasi-variasi yang diuji menunjukkan bahwa semakin tinggi kendaraan yang berlalu lintas tidak mutlak berbanding lurus dengan bangkitan partikel tersuspensi yang terbentuk. Dubey et al. (2013) menyatakan bahwa kecepatan kendaraan berlalu lintas juga mempengaruhi bangkitan debu maupun partikel tersuspensi yang terbentuk. Semakin cepat kendaraan berlalu lintas, maka bangkitan cenderung lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh emisi kendaraan akan tersirkulasi dengan baik di udara dengan bebas. Faktor topografi dan meteorologi lokal perlu menjadi pertimbangan terhadap bangkitan debu dan partikulat. Selain itu, debu maupun partikulat akan signifikan terbentuk apabila terdapat aktivitas perkotaan (Balakrishna et al. 2010), aktivitas industri dan lokasi konstruksi (Pandey et al. 2008).
17
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bangkitan debu jatuh pada Jalan Raya Ciomas, Jalan Raya Dramaga, Jalan Raya Sindang Barang dan Jalan RE Abdullah kurang dari 1 ton/km2.bulan. Bangkitan total partikel tersuspensi diJalan Raya Ciomas, Dramaga, Sindang Barang dan RE Abdullah berturut-turut 57-243, 37-86, 37-177 dan 60-117 µg/Nm3. 2. Korelasi terjadi antara bangkitan debu jatuh dan jumlah kendaraan golongan I pagi hari sebesar 0.037, golongan II pagi hari sebesar 0.022, golongan III pagi hari sebesar 0.031, golongan III malam hari sebesar 0.001 serta golongan VI b sebesar 0.009. 3. Korelasi terjadi antara bangkitan partikel tersuspensi dan total jumlah kendaraan sebesar 0.001, golongan III malam hari sebesar 0.002, golongan VI a sebesar 0.04 dan golongan VI b sebesar 0.019.
Saran Saran yang dapat diberikan antara lain: 1. Perlu dilakukan analisis mengenai pengaruh kecepatan kendaraan terhadap bangkitan debu jatuh dan total partikel tersuspensi. 2. Perlu dilakukan pengukuran ulangan pada lokasi uji agar didapatkan hasil yang lebih akurat. 3. Perlu dilakukan penelitian terhadap ruas jalan lain mengenai analisis korelasi antara bangkitan debu jatuh maupun total partikel tersuspensi dengan jumlah kendaraan. 4. Diperlukan analisis lanjutan mengenai faktor-faktor antropogenik, meteorologi dan jenis pembentuk jalan setempat yang mempengaruhi korelasi mengenai penelitian ini.
18
DAFTAR PUSTAKA Akpinar EA, Akpinar S, Oztop HF. 2009. Statistical analysis of meteorological factors and air pollution at winter months in Elazig, Turkey.Journal of Urban and Environmental Engineering. 3(1): 7-16. Alias M, Hamzah Z, Kenn LS. 2007. PM10 and total suspended particulates (TSP) measurements in various power stations. The Malaysian Journal of Analytical Sciences. 11 (1): 255-261. Arief B, Riyanto B, Basuki KH. 2012. Kajian model dinamik perubahan pemanfaatan lahan terhadap transportasi Kota Bogor [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Awan MA, Ahmed SH, Aslam MR, Qazi IA. 2011. Determination of total suspended particulate matter and heavy metals in ambient air of four cities of Pakistan. Iranica Journal of Energy and Environment. 2 (2): 128-132. Balakrishna G, Pervez S, Bisht DS. 2010. Chemical mass balance estimation of arsenic in atmospheric dustfall out in an urban residential area, Raipur, Central India. Atmos. Chem. Phys. 11: 5141–5151. Dubey VK, Singh D, Singh N. 2013. Chemical studies of traffic generated dust and its impact on human health with associated problems in Singrauli District of Madhya Pradesh, India. Current World Environment. 8 (3): 455-461. Duh JD, Shandas V, Chang H, George LA. 2008. Rates of urbanisation and the resiliency of air and water quality. Science Total Environment. 400: 238-256. Gorham R. 2002. Air Pollution From Ground Transportation; An assessment of Causes, Strategies and Tactics, and Proposed Actions For The International Community, United Nations. Hai C, Yuan C, Liu G, Li X, Zhang F, Zhang X. 2007. Research on the component of dustfall in Hohhot in comparison with surface soil components in different lands of inner Mongolia Plateau. Water, Air, and Solid Pollution. 190: 27-34. Handler M, Puls C, Zbiral J, Marr I, Puxbaum H, Limbeck A. 2008. Size and compostion of particulate emissions from motor vehicles in the KaisermühlenTunnel, Vienna. Atmospheric Environment. 42: 2173-2186. Hermawan R. 2009. Kaji ulang penentuan tarif dan sistem penggolongan kendaraan jalan tol di Indonesia.Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa SipilInstitut Teknologi Bandung.16: 2. Irianto A. 2010. Statitistik: Konsep Dasar, Aplikasi, dan Pengembangannya. Jakarta (ID): Kencana. Mahowald NM, Baker R, Bergametti G, Brooks N, Duce RA, Jickells TD, Kubilay N, Prospero JM, Tegen I. 2005. Atmospheric global dust cycle and iron inputs to the ocean.Global Biogeochemical Cycles. 19(4): GB4025. McTainish G, Strong C. 2007. The role of aeolian dust in ecosystems. Geomorphology. 89: 39-54. Naddafi K, Nabizadeh R, Soltanianzadeh R, Ehrampoosh MH. 2006. Evaluation of dust fall in the air of Yazd. Iran.J.Environ.Health.Sci.Eng. 3 (3): 161-168. Niu RY, Zhou ZJ, Liu YW, Yan YQ. 2004. Causes of abnormal decreasing of dusty weather in China during the spring of 2003. Climatic and Environmental Research. 9 (1): 24-33.
19 Pandey S, Tripathi B, Mishra V. 2008. Dust deposition in a sub-tropical opencast coalmine area, India. Journal Environment Manage. 86: 132–138. Pemerintah Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran. Jakarta (ID): Sekretariat Negara. Saha DC, Padhy PK. 2011. Effects of stone crushing industry on Shorea robusta and Madhuca indica foliage in Lalpahari forest. Atmospheric Pollution Research. 2: 463-476. Shang Z, Cheng L, Yu Q, He L, Lu Z. 2012. Changing characteristics on dust strom in Jiangsu. Open Journal of Air Pollution. 1:67-73. Sierra-Vargas MP, Teran LM. 2012. Air pollution: Impact and prevention. Respirology. 17(7):1031-1038. SNI 13-4703-1988 mengenai Penentuan Kadar Debu di Udara dengan Penangkap Debu Jatuh (Dust Fall Collector). SNI 19-7119.3-2005 mengenai Cara Uji Partikel Tersuspensi Total Menggunakan Peralatan High Volume Sampler (HVAS) dengan Metode Gravimetri. Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung (ID): Alfabeta. Wardhana WA. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta (ID): Andi. Yoshioka M, Mahowald N, Dufresne JL, Luo C. 2005. Simulation of absorbing aerosol indices for African dust. Journal of Geophysical Research. 110: 1-22. Zhou XL. 2010. Discussion on someterms used for sand dust weather in the national standard. Scientia Meteorologica Sinica. 30 (2): 234-23.
21
LAMPIRAN Lampiran 1 Gambaran kondisi lokasi uji Lokasi
Jalan Raya Ciomas, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor
Jalan Raya Dramaga, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor
Jalan Raya Sindang Barang, Kelurahan Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor
Jalan RE Abdullah, Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor
Gambar
22
Lampiran 2 Jumlah Kendaraan
Lokasi
Hari/Tanggal
Sabtu, 8 Maret 2014
Jalan Raya Ciomas
Gol VIIb
Gol VIIc
17
0
0
0
22
12
0
0
0
5053
0
2
8
0
0
0
4698
Gol I
08.24-09.24
2250
421
225
11
0
1
20
13.05-14.05
4071
550
383
14
0
1
19.01-20.01
3449
989
246
4
0
Gol II
Gol III
Gol IV
Gol Va
Gol Vb
Gol VIa
Gol VIb
08.28-09.28
2236
508
492
3
1
0
11
9
0
0
0
3260
Minggu, 9 Maret 2014 13.01-14.01
2759
581
925
3
2
0
11
5
0
0
0
4286
19.02-20.02
3120
560
209
1
1
0
4
3
0
0
0
3898
08.25-09.25
2246
364
463
7
0
0
24
7
0
0
0
3111
13.00-14.00
3058
802
900
21
0
0
37
23
0
0
0
4841
19.02-20.02
3213
364
390
2
0
0
3
9
0
0
0
3981
08.20-09.20
3893
843
750
18
5
9
97
61
4
1
0
5681
13.07-14.07
4585
533
819
26
11
4
150
3
3
1
0
6135
19.05-20.05
4112
1668
711
3
6
3
40
12
0
1
0
6556
08.21-09.21
7032
702
489
3
8
2
33
42
1
1
0
8313
13.03-14.03
4623
615
538
3
14
4
18
47
4
0
0
5866
19.10-20.10
4991
897
542
5
6
5
10
20
1
1
0
6478
08.19-09.19
3535
519
613
8
4
3
56
61
1
2
0
4802
13.03-14.03
2701
482
692
14
6
6
24
83
3
1
0
4012
19.04-20.04
4665
651
533
2
3
3
17
35
4
1
0
5914
Senin, 10 Maret 2014
Sabtu, 29 Maret 2014
Jalan Raya Dramaga
Gol VIIa
Jumlah Total Kendaraan (Unit/Jam) 2945
Jumlah Kendaraan (Unit/Jam)
Waktu Pengambilan (WIB)
Minggu, 30 Maret 2014
Senin, 31 Maret 2014
2
Lampiran 2 (Lanjutan)
Gol VIIa
Gol VIIb
Gol VIIc
19
0
0
0
Jumlah Total Kendaraan (Unit/Jam) 3616
32
1
0
0
3641
12
3
1
0
0
2729
11
12
1
0
0
2924
0
12
9
0
0
0
3041
3
0
8
6
0
0
0
2864
4
1
0
17
14
0
0
0
3462
580
7
4
1
21
37
1
0
0
3056
328
461
3
1
2
5
16
0
0
0
2284
2343
451
507
12
3
1
19
26
0
0
0
3362
13.05-14.05
1889
679
724
9
3
2
15
13
1
0
0
3335
19.01-20.01
2591
471
559
4
0
1
2
5
0
0
0
3633
Minggu, 13 April 2014 08.11-09.11
1701
498
796
4
4
3
25
19
0
0
0
3050
13.07-14.07
1945
599
642
5
2
1
14
18
0
0
0
3226
19.02-20.02
1586
785
713
2
1
0
4
7
0
0
0
3098
08.13-09.13
2561
617
647
5
3
1
17
28
0
0
0
3879
13.01-14.01
2011
410
530
6
2
1
4
15
0
0
0
2979
19.01-20.01
1897
389
479
2
0
0
9
11
0
0
0
2787
Gol I
08.24-09.24
2530
430
586
12
2
5
32
13.04-14.04
2156
662
750
8
6
1
25
19.12-20.12
1714
442
538
7
3
9
08.18-09.18
1629
476
792
3
0
0
Minggu, 6 April 2014 13.00-14.00
1871
605
541
2
1
19.14-20.14
1374
867
603
3
08.22-09.22
2262
580
584
13.02-14.02
2051
354
19.07-20.07
1468
08.15-09.15
Lokasi
Hari/Tanggal
Sabtu, 5 April 2014
Jalan Sindang Barang
Jumlah Kendaraan (Unit/Jam)
Waktu Pengambilan (WIB)
Senin, 7 April 2014 Sabtu, 12 April 2014
Jalan RE Abdullah Senin, 14 April 2014
Gol II
Gol III
Gol IV
Gol Va
Gol Vb
Gol VIa
Gol VIb
23
3 24
Lampiran 3 Data Lingkungan di Lapangan Lokasi
Hari/Tanggal
Sabtu, 8 Maret 2014
Jalan Raya Ciomas
Minggu. 9 Maret 2014
Senin. 10 Maret 2014
Sabtu. 29 Maret 2014
Jalan Raya Dramaga
Minggu. 30 Maret 2014
Senin. 31 Maret 2014
Waktu Pengambilan (WIB) 08.24-09.24
Suhu (°C)
Kelembapan (%)
Kecepatan Angin (m/detik)
28.00
80.50
0.70
Cerah
13.05-14.05
25.37
76.50
1.60
Mendung. Berangin. Paska Hujan
19.01-20.01
27.13
83.30
0.37
Paska Hujan. Terjadi kemacetan sesaat
08.28-09.28
26.57
85.00
0.97
Mendung. Berangin
13.01-14.01
30.03
72.27
0.73
Cerah
19.02-20.02
27.53
82.30
0.57
Cerah
08.25-09.25
25.83
84.00
0.43
Mendung Berawan
13.00-14.00
28.13
74.20
0.53
Berawan. Paska Hujan
19.02-20.02
26.27
84.67
0.73
Berawan
08.20-09.20
31.07
70.37
0.33
Cerah
13.07-14.07
33.90
57.17
0.50
Cerah
19.05-20.05
27.80
82.67
1.03
Paska Hujan. Berawan
08.21-09.21
29.23
72.43
0.27
Terjadi Kemacetan sesaat
13.03-14.03
35.13
61.00
1.13
Berangin
19.10-20.10
29.63
78.07
0.07
Cerah
08.19-09.19
31.47
68.63
0.90
Cerah
13.03-14.03
34.17
57.23
0.97
Cerah
19.04-20.04
27.33
83.03
0.67
Cerah
Kondisi Lapangan
4
Lampiran 3 (Lanjutan) Lokasi
Hari/Tanggal
Sabtu. 5 April 2014
Jalan Sindang Barang
Minggu. 6 April 2014
Senin. 7 April 2014
Sabtu. 12 April 2014
Jalan RE Abdullah
Minggu. 13 April 2014
Senin. 14 April 2014
Waktu Pengambilan (WIB) 08.24-09.24
Suhu (°C)
Kelembapan (%)
Kecepatan Angin (m/detik)
30.13
72.87
0.70
Cerah
13.04-14.04
33.33
60.63
0.47
Cerah Berawan
19.12-20.12
27.30
82.13
0.60
Paska Hujan. Berawan
08.18-09.18
29.47
75.83
0.23
Cerah
13.00-14.00
36.63
59.07
0.87
Cerah
19.14-20.14
27.27
77.37
1.10
Berangin. Paska Hujan
08.22-09.22
29.67
71.20
0.27
Cerah
13.02-14.02
35.23
58.27
0.83
Cerah
19.07-20.07
28.33
80.70
0.23
Cerah
08.24-09.24
27.00
82.17
0.57
Cerah
13.04-14.04
28.37
76.03
1.50
Mendung Berangin
19.12-20.12
26.13
84.97
0.60
Cerah
08.18-09.18
26.17
84.67
0.90
Cerah
13.00-14.00
29.80
72.93
0.63
Cerah
19.14-20.14
27.20
85.30
0.83
Cerah
08.22-09.22
25.63
82.63
0.53
Mendung Berawan
13.02-14.02
28.07
72.80
0.50
Cerah
19.07-20.07
25.83
84.27
1.10
Cerah
Kondisi Lapangan
25
27
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Palembang pada tanggal 12 Juni 1992 dari pasangan Son Wasmar dan Suhaeni. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Adik dari Devi Asmienso dan Lego Raspanda serta kakak dari Serunai. Penulis meraih prestasi sebagai siswa teladan dan berakhlakul karimah SMP Al Ma’soem pada tahun 2004-2007. Prestasi yang sama didapatkan juga oleh penulis di SMA Al Ma’soem pada tahun 2007-2010. Penulis juga pernah meraih juara II (2007) dan juara III (2010) lomba merancang majalah dinding dalam ajang Multi Event Sains, Sport and Art (MESSA) Al Ma’soem tingkat Jawa Barat. Pada tahun 2010 juga, penulis meraih juara II lomba cepat tepat Fisika Himpunan Mahasiswa Fisika Universitas Islam Negeri Bandung, menjadi finalis Olimpiade Ekonomi tingkat Kabupaten Sumedang dan meraih juara II lomba karya tulis dengan tema “Subtitusi Beras sebagai Pangan Pokok Masyarakat Indonesia” Himpunan Mahasiswa Agroindustri Universitas Padjajaran. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis pernah menjadi asisten praktikum Ilmu Ukur Wilayah (2012), Polusi Tanah dan Air Tanah (2012), Teknik Pengelolaan KualitasUdara (2013) dan asisten praktikum Bahan Konstruksi (2013) Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Penulis pernah berpraktik lapangan di PT Garudafood Putra Putri Jaya Rancaekek sebagai staf Safety, Health and Environment (SHE) pada tahun 2013. Penulis sangat aktif mengikuti kepanitiaan dan berbagai organisasi kemahasiswaan. Beberapa diantaranya, penulis menjadi staf artistik Koran Kampus IPB (2010-2012), Sekretaris Divisi Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL) (2011-2012), staf Divisi Kominfo HIMATESIL (2012-2013) dan pernah menjabat sebagai Presidium Paduan Suara Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Agria Swara (PSM IPB Agria Swara) (2012-2013).