BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
Oleh: © 20 l3 CV Sagung Seto
PO.BOX 4661/ Jakarta 10001 Telp. (021) 8577251 Email:
[email protected] Anggota lKAPI Hak cipta dilindungi Undang-undang Dilarang menguntip, memperbanyak dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit Desain Cover: E. Daspian Penata isi: Bambang Hariyanto, Riefmanto ISB~:978-602-8674-95-9
Sanksi Pelanggaran Undang-Undang 1.
Pasal 72
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Barangsiapa
dengan
sebagaimana
dimaksud
ayat (2) dipidana denda
paling
sengaja
dengan
sedikit
paling lama 7 (tujuh)
dan
tanpa
dalam
Pasal
pidana
penjara
Rp1.000.000,OO tahun dan/atau
2 ayat
hak
me.lakukan
(1) atau
Pasal
paling singkat
(satu juta denda
paling
perbuatan
49 ayat (1) dan
1 (satu) bulan dan/atau
rupiah), banyak
atau
pidana
penjara
Rp5.000.000.000,OO
(lima miliar rupiah). 2.
Barangsiapa
dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran sebagaimana
dimaksud
mengedarkan,
atau menjual
Hak Cipta atau Hak Terkait
pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,OO (lima ratus juta rupiah).
ii
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
PERDARAHAN PERIMENOPAUSE, PERlUKAH BIOPSI ENDOMETRIUM Yudi Mulyana Hidayat
Divisi Ginekologi Onkologi Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS dr Hasan Sadikin Bandung
PENDAHULUAN Perimenopause
adalah suatu fase normal hidup seorang wanita.
Perimenopause didefinisikan sebagai periode dimana fungsi ovarium mulai menurun dan bila telah jatuh pada menopause ditandai dengan berhentinya
menstruasi setelah kurang lebih satu tahun. Walaupun
menopause ataupun perimenopasue kisaran usia terjadinya
diantara
dapat terjadi kapan saja, tetapi 45 sampai 55 tahun,
rata-rata
menopause terjadi pada usia 51 tahun. Produksi hormon estrogen pada wanita menurun beberapa tahun sebelum menopause,
periode ini yang dikatakan perimenopasue,
periode ini ditandai dengan timbulnya gejala-gejala seperti menstrual irregularities, hot flashes, kulit kering, penurunan libido, nyeri sendi,
mood swings, insomnia dll. Gejala ini bisa terjadi beberapa bulan bahkan tahun pasca menopause perubahan-perubahan lebih 2 tahun.
sebelum terjadinya
tersebut
adaptasi
secara spontan, rata-rata
Gejala yang serius harus diperhatikan pervagina pada wanita perimenopause.
terhadap kurang
adalah perdarahan
Perdarahan
dapat berasal
dari berbagai bagian dari sistem reproduksi. Pendarahan dari vagina dapat terjadi karena ketika menurunnya
sekresi estrogen, vagina
mengering (lubrikasi berkurang) dan atrofi. Ini adalah penyebab paling
140------
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
umum dari perdarahan
dari saluran reproduksi yang lebih rendah.
Lesi dan laserasi pada vulva juga dapat berdarah. Kadang-kadang perdarahan terjadi setelah berhubungan. Pendarahan uterus
perimenopause
disfungsi
yang serius selain perdarahan
(PUD) dari sistem
reproduksi
*
dapat disebabkan oleh beberapa hal: , Terapi Hormon pengganti
*
Kanker endometrium
* *
Polip Endometrium
*
Lesi infeksi pada serviks
*
Kanker korpus uteri
*
Kanker ovarium
yang perlu
diperhatikan
Kanker serviks
Sekitar 5-10% dari perdarahan kanker endometrium
atau prekursornya
pertumbuhan
abnormal
membicarakan
tentang
menopause
perimenopause
hiperplasia uterus akibat
sel-sel endometrium. perdarahan
disebabkan Sehingga jika
perimenopasue
at au pasca
tidak akan terlepas dengan satu keadaan hiperplasia
endometrium. Hiperplasia
adalah respon normal endometrium
terhadap
stimulasi estrogen. Meskipun pendekatan klasik menyatakan bahwa ada kesinambungan
dari hiperplasia jinak ke hiperplasia
atipikal
dan akhirnya karsinoma endometrium, pendapat ini sekarang telah ditentang. Stimulasi
endometrium
tidak
lagi dianggap
hal yang
bertanggungjawab sepenuhnya yang menyebabkan atipia dan kanker endometrium,
yang lebih penting adalah adanya mutasi monoclonal
dan diperlukan tambahan stimulasi estrogenic awal untuk membuat atipia / focal intraepithelial neoplasia (EIN), yang progresif, dengan kerusakan genetik tambahan akan menjadi karsinoma.
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
------141
Sistem Klasifikasi Hyperplasia WHO 1994
Simple hyperplasia
Revised Classification
Simple hyperplasia
New Classification
Hyperplasia
Tabell.
COmplex atypical hyperplasia atypical hyperplasia
Complex hyperplasia
Endometriallntraepithelial Neoplasia (EIN)
Sistem Klasifikasi Hiperplasia.
Kriteria Pengambilan Keputusan untuk Pengobatan 1.
Usia pasien dan fertility sparing desire ./
Hiperplasia endometrium
adalah respon normal terhadap
stimulasi estrogen ./
Wanita yang sangat muda
./
20 tahun - awal ao tahunan (50 tahun tidak ada kekhawatiran
terhadap masalah kesuburan) ./
Pertimbangan
mengenai kemungkinan
kehidupan
sosial
mas a depan 2.
Status Menopause ./
Masalah klinis adalah untuk menentukan penyebab aktivitas estrogen yang tinggi
./
Contohnya:
HRT, tamoxifen,
antihipertensi,
estrogen
secreting tumor 3.
Body Mass Index (BMI) ./
BMI yang meningkat
menyebabkan
kelebihan
sekresi
estrogen pada semua umur ./
Kegemukan
menyebabkan
kelebihan
sekresi estrogen
dengan konversi peripheral dari androgen ke estrogen oleh enzim aromatase ./
Sindroma Ovarium Polikistik
./
Obesitas pada wanita menopause meningkatnya
142
adalah alas an utama
sirkulasi estrogen.
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
BA I
4.
Diagnosis Histologi ./
Simple hiperplasia dan Complex hiperplasia (sesuai dengan klasifikasi baru) dapat diobati secara hormonal.
./
Sitologi atipik/EIN diobati dengan cara histerktomi, kecuali pada nullipara dapat diobati secara hormonal
./
Tingkat
respon
atypical
lebih rendah
dibandingkan
hiperplasia jinak 5.
Risiko Keganasan ./
Hal ini penting bagi ginekologist untuk mengevaluasi risiko keganasan setiap hyperplasia dan terapinya
./
25 tahun
follow up jangka
panjang,
simple/complex
hiperplasia sangat rendah terjadinya keganasan, sedangkan pada yang atipia 23% - 50%.
MODAUTAS TERAPI Ada dua modalitas
pengobatan
dasar yaitu secara hormonal
(progestins) dan operasi (histerektomi). Ablasi Endometrium dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan
untuk hiperplasia jinak,
resisten terhadap progestin untuk hiperplasia jinak atau hiperplasia berulang. Pertimbangan dalam Terapi Progestin Sebagian besar pasien yang awalnya dikelola dengan progestin akan ~ kambuh setelah penghentian
pemberian progestin (30-33%) dalam
waktu rata-rata 20 bulan . ./
Kemungkinan kambuh, bukan sebagai hiperplasia tetapi sebagai karsinoma invasif.
Follow-Up ./
Terapi
hormonal
endometrium
disarankan
untuk
2-4 minggu setelah
melakukan
pemberian
biopsi
hormon,
setelah withdrawal bleeding. BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
------143
atau
./
Pada outpatient
biopsi
endometrium
pada interval
3-6 bulan,
harus dilakukan
apabila tidak mungkin
maka
disarankan 2-3 tahun harus dianggap perlu,
Endometrial biopsy or D&C in symptomatic patients
MPA 40-100 mg/d or for 10-14 d/month, for 3-6 m NP400 mg/d
MPA 10-20 mg/d orfor 10-14 d/month, for 3-6 m NP200mg/d
OCsor Pregnancy attempt
MPA 40-100 mg/d Or for 10-14 d/rnont, for 3-6m NP400mg/d Repeat endometrial biopsy
Gambar
1.Manajemen Mengharapkan
Hiperplasia
Endometrium
Pada Pasien Muda
yang
Masih
Fertilitas
144------
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
Endometrial biopsy or D&C in symptomatic patients
Atypical hyperplasia
MPA 10-20 mg/d or for 10-14 d/month, for 3-6 m NP200mg/d
Hysterectomy
Persistent hyperplasia
Regression to normal
Try LNG-IUD for 6months MPA 40-100 mg/d Or for 10-14 dim, for 3 m NP400mg/d
Persistent hyperplasia
Regression to normal
Gambar
2.Manajemen
Hiperplasia
Tidak Mengharapkan
Endometrium
pada Wanita Usia Muda yang Sudah
Fertilitas
BAN DUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
------145
Endometrial biopsy or D&C in symptomatic patients
Atypical hyperplasia
MPA 10-20 mg/d or In Continous regimen Megesterol acetate 160 mg/d
Hysterectomy
Repeatendometrial biopsy at 6 mo
Persistent hyperplasia
Megesterol acetate 160 mg/d in continuous regimen
Or LNG-IUD Gambar 3. Manajemen
Hiperplasia
146------
Endometrium
pada Pasien Perimenopause
BAN DUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
Endometrialbiopsyor D&Cin symptomaticpatients
Megesterolacetate160mg/d in continuousregimenor LNG-IUD
1---,.-----__
~-V Persistenthyperplasia
HIGHRISK Atypicalhyperplasia or Carcinoma Orfor 2 years LNG-IUD
I
Megesterolacetate 320 mg/d
Gambar 4. Manajemen
Hiperplasia
Endometrium
pada Pasien Geriatri
KESIMPULAN Perdarahan pervaginam pada wanita perimenopause harus diketahui penyebab utamanya, apakah hanyan gangguann hormonal semata (PUD) atau ada kelainan organik terutama prekursor kanker endometrium (Hiperplasia endometrium), jadi sangat diperlukan biopsi endometrium untuk lebih rasional dalkam penatalaksanaan selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA 1.
Vorgias G, Fotiou S. TreatmentofEndometrial Oncology. Turkey: Gunes Publishing.
2.
Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson Endometrial
Hyperplasia
Hyperplasia in TextbookofGynaecological
2011. LM, Hoffman
in Williams gynecology.
BL, Bradshaw
KD, Cunningham
China: The McGraw-Hili
FG.
Companies.
2008. 3.
Hacker NF, Friedlander Lippincott
M. Uterine Cancer in Gynecologic
Wiliiams&Wilkins.
Oncology.
Philadelphia:
2010.
BAN DUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
!--------147