BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
Oleh: © 2013 CV Sagung Seto
PO.BOX 4661/ Jakarta 10001 Telp. (021) 8577251 Email:
[email protected] Anggota lKAPI Hak cipta dilindungi Undang-undang Dilarang menguntip, memperbanyak dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit Desain Cover: E. Daspian Penata isi: Bambang Hariyanto, Riefmanto ISB~: 978-602-8674-95-9
Sanksi Pelanggaran Undang-Undang 1.
Pasal 72
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Barangsiapa
dengan
sebagaimana
dimaksud
ayat (2) dipidana
sengaja
dengan
denda
paling
paling
lama 7 (tujuh)
sedikit
dan
tanpa
dalam
Pasal
2 ayat
pidana
penjara
Rp1.000.000,OO tahun dan/atau
hak
melakukan
(1) atau
Pasal
paling singkat
(satu juta denda
paling
perbuatan
49 ayat
(1) dan
1 (satu) bulan dan/atau
rupiah), banyak
atau pidana
penjara
Rp5.000.000.000,OO
(lima rniliar rupiah). 2.
Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan,
memamerkan,
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran sebagaimana
dimaksud
mengedarkan,
pad a ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,OO
ii
atau menjual
Hak Cipta atau Hak Terkait (lima ratus juta rupiah).
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
PRINSIP DASAR KEMOTERAPI Yudi Mulyana Hidayat Divisi Ginekologi Onkologi Departemen/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS dr Hasan Sadikin Bandung
PERANAN KEMOTERAPI DAlAM TERAPITUMOR Terapi kanker dewasa ini terutama terdiri atas operasi, radioterapi, dan terapi biologis serta beberapa metode lainnya. Terapi operasi dan radioterapi
dapat menjadi terapi kuratif kanker yang bersifat
lokal. Begitu timbul residif lokal, diseminasi dan metastasis jauh, operasi dan radioterapi
sering sulit mengendalikannya.
Terapi
biologis merupakan metode terapi sisternik yang sangat prospektif, namun pada saat ini efektivitasnnya
masih kurang sehingga belum
dapat , dipakai luas secara klinis. Berbeda dari terapi operasi dan radioterapi, kemoterapi adalah metode terapi sistemik terhadap kanker sistemik (misal leukimia, mieloma, limfoma, tumor trofoblas getasional dll) dan kanker dengan metastasis
klinis ataupun
subklinis. Pada kanker stadium lanjut
lokal, kemoterapi sering menjadi satu-satunya pilihan metode terapi efektif Walaupun kemo terapi modern timbul sejak diperkenalkannya nitrogen mustar pada perang dunia ke IIdan hingga kini baru berjalan 50 tahun, karena jenis obat antikanker
bertambah
dengan pesat,
hingga kini yang sudah dapat digunakan secara klinis mencapai 70 jenis lebih. Dibawah panduan sitobiologi dan sitokinetika
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS.& GYNECOLOGY
tumor,
------253
kemoterapi kombinasi telah luas dipakai. Sejak era 1970-an kemoterapi kanker telah beranjak dari sifat paliatif menuju terapi kuratif. Hingga saat ini kanker yang dapat disembuhkan kemoterapi meneapai 10jenis lebih, atau 5% dari seluruh pasien kanker, menduduki 10%dari angka kematian abikat kanker tiap taun, termasuk kanker derajat keganasan tinggi seperti kanker trofoblastik,
leukimia limfositik akut anak,
limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin, kanker sel terminal testes, kanker ovarium, nefroblastoma anak, rabdominosarkoma embrional, sarkoma Ewing, dan leukimia granulositik
akut dewasa. Sebagian kanker
lainnya, meskipun tidak dapat disembuhkan kemoterapi namun la survivalnya dapat diperpanjang.
Kanker jenis ini termasuk kanker
payudara, kanker prostat, neuroblastoma, kanker kepala leher, leher rahim, dll. Dalam 20 tahun terakhir telah diperkenalkan 'kemoterapi adjuvan', yang dapat mengendalikan
lesi subklinis, sisa lokal atau
yang lebih sering ditemukan adalah mikrometastasis yang mungkin terdapat, telah meningkatkan peluang survival pasea operasi kanker tertentu seperti, karsinoma mamae, osteosarkoma, karsinoma kolon, dll. Setelah 1980-an, dikembangkan lagi 'kemoterapi neoadjuvan' yang dilakukan pra-operasi
menambah peluang eksisi terhadap kanker
kepala leher, leher rahim, ovarium, osteosarkoma, kanker sel keeil paru stadium lanjut, memperbaiki prognosis mereka. Dengan terus bermuneulannya
obat anti kanker baru, peningkatatan teknik terapi
suportif dan pemanfaatan kemoterapi dosis tinggi, kemoterapi dalam
"
terapi kanker akan semakin berperan besar.
PENGGOLONGAN OBAT ANTITUMOR DAN MEKANISME KERJANYA Menurut asal obat, struktur kimia dan mekanisme kerjanya, obat antitumor dapat dibagi menjadi 7 golongan: A.
Alkilator
Obat alkilator memiliki gugus alkilator yang aktif, dalam kondisi fisiologis dapat membentuk gugus elektrofilik dari ion positifkarbon,
254 --------1
~ANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
untuk menyerang lokus kaya elektron dari makromolekul biologis. Akibatnya dengan berbagai gugus nukleofilik termasuk gugus yang secara biologi penting seperti gugus fosfat, amino, tiol, dan imidazol, dll membentuk ikatan kovalen. Efek sitotoksik zat alkilator terutama melalui pembentuka ikatan silang secara langsung dengan N7radikal basa guanin at au N3 adenin dari molekul DNA atau pembentukan ikatan silang antara molekul DNA dan protein, hingga struktur sel rusak dan sel mati. Mostar nitrogen (HN) adalah wakil dari alkilator berkemampuan
ganda, obat lain termasuk
siklofosfamid
(CTX),
ifosfamid (IFO), klorambusil (CB1348),melfalan, dll. Siklofosfamid adalah turunan dari mostar nitrogen, ia sendiri tidak aktif. Setelah masuk tubuh, barulah berefek sitotoksik setelah diproses enzin sistem oksidase sitokrom P-450 mikrosom hati. Obat lain seperti tiotepa (TSPA) dari golongan etillenimina,
mileran dari golongan
alkil sulfonat, dan golong an nitrosourea seperti karmustin (BCNU), lomustin (CCNU),semustin (Me-CCNU)juga tergolong alkilator. Nitrosourea bersifat larut lemak, mudah menembus sawar darah otak, sering dipakai untuk terapi tumor ganas sistem saraf pusat. Selain itu, antitumor golongan logam seperti cisplatin (PDD)berikatan silang dengan rantai ganda DNA efeknya menyerupai
alkilator.
Karboplatin sebagai obat anti tumor golongan platin generasi ke II sifat nefrotoksik
dan reaksi gastrointestinalnya
lebih renda.
Oksaliplatin adalah anti tumor golongan platin generasi ke III, efektif
terhadap kanker usus resistensi obat, juga bebas nefrotoksisitas. Dakarbazin (DTIC), prokarbazin
(PCZ), heksametimelamin
(HMM),
dll melalui pembentukan gugus metik aktifberefek alkilasi terhadap DNA.Temozolamin sejenis dengan DTICdapat melintasi sawar darah otak, efektif terhadap astrositoma anaplastik. B.
Antimetabolit
Obat golongan ini terutam dengan
mempengaruh
protein.
Metotreksat
mengusik metabolisme
sintesis
DNA, RNA dan makromolekul
(MTX) menghambat
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
asm nukleat
enzin dihidrofolat
-----,----255
reduktasi sehingga produksi tertrahidrofolat
terhambat,
akhirnya
menghambat sintesis DNA.Setelah pemberian dosis super besar MTX dalam 6-24jam diberikan pertolongan (rescue) leukovorin (CF),dapat membuat sel tumor, terutama sel tumor sistem saraf pusat terbasmi relatif besar sedangkan rudapaksa jaringan normal berkurang. Ini merupakan dasar terapi MTXdosis besar dan pertolongan leukovorin (HDMTX-CFR) merkaptopurin memutus
perubahan
menghambat
(6MP) dan tiguanin
hipoxantin
sintesis
(6TG) dapat
menjadi asam adenilat
asam nukleat.
berubah menjadi fluoro-deoksiuridin
Fluorourasil
hingga
dalam tubuh
(FduMP) yang menghambat
enzim timidilat sintase, memutus perubahan deoksiuridin menjadi timidin, mengusik biosintesis DNA. Belakangan ini ditemukan stabilisasi
dosis tinggi asam folinat berefek
dan memperpanjang
kompleks
yang dibentuk
dari
metobolit aktif SFU (FduMP), timidilat sintase dan asam metilentetrahidro-folat
(S,10-CH2-FH4), mekanisme
modulasi biokimia
demikian membuat efek sitotoksik SFUbertambah. Absorpsi oralSFU tidak teratur, kapsul UFT oral yang dahulu pernah dikembangkan mengandung
prekursor
SFU yang mudah diabsorpsi
FT-207) dan SFU dengan perbandingan terakhir dapat menghambat (DPD) sehingga
1:4 gramolvolume.
enzim dihdropirimidin
menghambat
(ftorafurm,
degradasi
disintesis xeloda (kapesitabin) merupakan
Yang
dehidrogenase
SFU. Belakangan
telah
obat prekursor S-FUDR
yang diaktifasi beberapa enzim fekuensial. Setelah pemberian xeloda per oral, didalam saluran gastrointestinal
dimetobolisme
hidroksi
asid esterase menjadi S-DFCR, lalu di hati dimetabolisme
sitidin
deaminase menjadi S-DFUR(deoksifluorouridin), lalu dalam jaringan tumor berubah menjadi S-FU oleh enzim timidilat fosforilasi. Mekanisme ini serupa dengan injeksi intrvena kontinu dosis keeil S-FU, dengan keunggulan
efek samping rendah efektifitas
tinggi. Hidroksiurea (HU) menghambat reduktase, menghambat
perubahan
aktifitas enzim nukleosida
asam sitidilat menjadi deoksi-
sitidilat, seeara selektif menghambat sintesis DNA.Sitarabin (Ara-C)
256------
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
menghambat berikatan
enzim DNA polimerase
menghambat
dalam DNA sehingga menghambat
sejenis, siklositidin
nukleosida
sintesis DNA. Obat
(Cycle-C) stabil terhadap
enzim deaminase,
berhasil mengatasi kekurangan karena didalam tubuh cepat terurao oleh deaminase. Difluoro-deoksisitidin senyawa
nukleosida,
deoksisitidin
(gemsitabin)
didalam
juga adalah golongan
sel telah
kinase (dck), teraktifkan
dikatalis
oleh enzim
menjadi senyawa trifosfat
GCBTP, kemudian masuk ke struktur DNA, mengusik polimerisasi DNA. Obat ini memiliki efek fosforilasi 6 kali lipat dari Ara-C dan tidak mudah mengalami degradasi deaminasi. Metobolit aktifnya dapat menumpuk hingga konsentrasi tinggi intrasel dan bertahan lama efektif terhadap berbagai jenis tumor padat. Obat sejenisnya, fludarabin
memiliki resistensi
tertentu
terhadap
efek deaminasi
dari enzim timidin deaminase, didalam sel mengaktifasi fosforilasi lalu menghambat
ribonukleotida
reduktase
dan enzim terkait
lain, menghambat
sintesis DNA dan RNA. Enzim L-asparaginase
menghrolisis asparagin menjadi asam aspartat dan amonia, sehingga sel tumor
kekurangan
asam aspartat
sintesis protein, terjadi hambatan
yang diperlukan
untuk
sintesis protein. Haringtonin
menghambat sintesis protein pada tahap insiasi, dan membuat ribosa nukleoprotein C.
terurai.
Golongan antibiotik
Aktinomisin pirarubisin
D (Act-D), daunorubisin, adriamisin (ADR),epirubisin, (THP), idarubisin, mitoksantron
(novantron)
dan obat
lain menyusup masuk ke pasangan basa didekat rantai gandan DNA, menimbulkan terpisahnya kedua rantai DNA,mengusik transkripsi DNAdan produksi mRNA. Adriamisin liposom (Doxil) menggunakan teknologi
lipososm fosfolitipit
2 lapis dari selubung
polietilen
gliserol (teknologi polimerisasi
mikrosfer
Stealth), menghindari
bocornya obat dan pengenalan oleh sistem imun, menjamin kadar adriamisin
dalam plasma rendah
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
stabil dalam jangka panjang
1-------257
mengurangi
kardiotoksisitas
meningkatkan
secara langsung menimbulkan mitomisin
efektifitas. Bleomisin
fragmentasi
(MMC) dan DNA membentuk
rantai tunggal DNA
ikatan silang keduanya
berefek sarna seperti alkilator. D.
Inhibitorprotein mikrotubuli
Alkaloid dari tumbuhan vinkristin
jenis Vinca, seperti
(VCR), vindesin
(VDS) maupun
vinblastin navelbin
(VLB),
terutama
berikatan dengan protein mikrotubul inti sel tumor, menghambat sintesis dan polimerisasi
mikrotubul,
sehingga mitosis berhenti
pada metafase, replikasi sel terganggu. Obat anti tumor baru, taksol, taksoter
dapat memacu dimerisasi miksotubul
depolimerisasinya
dan menghambat
sehingga langkah kunci pembentuka
spindel
pada mitosis terhambat. Efeknya kebalikan dari vinkristin tapi hasil akhirnya sarna yaitu mitosis sel tumor terhenti. E.
Inhibitortopoisomeras
Alkaloid dari Camptotheca terutama pertautan
acuminata,
berefek menghambat
irinotekan
dan topotekan
topoiso merase I, menghambat
kembali rantai ganda setelah saling berpisah
waktu
replikasi DNA, sehingga rantai ganda DNAterputus. Podofilotoksin sepertietoposid
(VP-16) dan teniposit (VM-26)berefekmenghambat
enzim topoisomerase II, juga menghambat replikasi dan sintesis DNA. F.
Golongan hormon
Hormon seperti estrogen, progesteron,
testosteron,
dll berikatan
dengan reseptor yang sesuai intrasel memacu pertumbuhan
tumor
tertentu yang bergantung pada hormon seperti karsinoma mamae, karsinoma prostat. Penyekat reseptor termasuk antiestrogen seperti tamoksifen, toremifen, dll dan anti androgen seperti flutamit masingmasing dapat berikatan
secara kompetitif
dengan reseptor yang
sesuai dalam sel tumor digunakan untuk terapi karsinoma payudara dan karsinoma prostat. Zat sejenis LH-RH,melalui stimulasi produksi
258------
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
FSH dan LH seeara umpan balik negatif akhirnya menyebabkan gagal fungsi ovarium, efeknya serupa dengan kastrasi ovarium nonoperatif, seeara klinis dapat digunakan untuk terapi karsinoma mamae dan karsinoma prostat. Sediaan jenis ini terutama adalah Zoladex, dan Lupron. Selain itu, inhibitor aromatase (aminoglutetimid, formestran, letrozol, arimidex, dll) terutama menghambat testoteron menjadi estradiol, menghambat
aromatisasi cincin A
sintesis hormon steroid
korteks adrenal, dapat dipakai untuk terapi karsinoma payudara pasea menopause. G. Golongan target molekular Perkembangan
pesat biologi molekuler
terhadap karsinogenesis, seeara
molekular
dikembangkan
membuat
invasi, diseminasi dan metastasis kanker
rnaju lagi selangkah.
obat yang tertuju
Belakangan
kinase
metaloproteinase membran
(TK), farnesil
kanker, misalnya
transverase
(FT), matriks
(MMP), dll. Pada antigen terkait
sel (seperti
ini telah
terget molekul yang menjadi
kunci dalam proses timbul dan berkembangnya enzim tirosin
pemahaman
diferensiasi
CD-20, CD-33, CD-52, CD117, dll), faktor
pertumbuhan
epidermal
(EDF) dan reseptornya
(EGFR), faktor
pertumbuhan
endotel vaskular (FEGF) dan reseptornya
(FEGFR).
Obat jenis ini sarna sekali berbeda dari sitostatika. Selain memiliki efek spesifik, tidak menimbulkan depresi sumsum tulang dan reaksi gastrointestinal
menonjol.
Obat tertuju target molekul yang sudah at au sedang dalam penggunaan klinis adalah: gleevee (Ima-tinib) dengan target BCR/ ABLuntuk terapi leukimia granulositik kronik, juga bisa untuk terapi tumor stromal gastrointestinal
(GIST)yang mengekspresikan
C-Kit
atau PDEGR;mabtera (Rituximab) untuk terapi limfoma sel B folikular yang mengekspresikan
CD20; transtuzumab
(Herceptin)
terapi karsinoma payudara yang overekspresikan
untuk
HER2; gefitinib
(Ires sa) dengan terget EGFRuntuk terapi karsinoma non sel keeil paru; C225 (Cetuximab, Erbitux) untuk terapi karsinoma usus dan
BAN DUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
------259
karsinoma kepala clan leher: erlotinib (Tarceva) yang menghambat aktivitas HERl EGFR-TK:clan befacizumab (Avastin) yang berikatan clan menetralisasi aktivitas VEGF.Dari obat-obat ini, aclayang berupa senyawa molekul kecil, aclayang antibocli monoklonal (meneangkup antibocli mozaik manusia-tikus,
antibocli antropogenisasi).
indikasi, efek buruk mereka berbeda-beda,
Target,
perlu clicermati benar
sewaktu menggunakannya.
EFEK rOKSIK OBAr ANTITUMOR Efek toksik kemoterapi tercliri atas efek toksik jangka penclek clan jangka panjang.
A.
Efektoksikjangka pendek
1.
Depresisumsum tulang
Depresi
sumsum
kemoterapi.
tulang
Kebanyakan
merupakan
hambatan
obat antitumor,
terbesar
keeuali hermon,
bleomisin, L-asparaginase, semuanya menimbulkan leukopenia, trombositopenia
clan anemia
clengan clerajat bervariasi.
Diantaranya obat golongan nitrosourea
(BCNU,CCNUclan Me-
CCNU) clan prokar bazin clapat menimbulkan
clepresi sumsum
tulang tertuncla selama 6-8 minggu. Depresi sumsum tulang yang parah clapat menyebabkan
timbulnya infeksi, septikemia clan
hemoragi visera. Olah karena itu, memperkuat terapi penunjang sisternik, kebersihan lingkungan, higiene oral clan perawatan yang baik clapat mengurangi timbulnya komplikasi. Penggunaan rasional faktor stimulasi koloni sel hemopoietik (G-CSFclan GMCSF) clapat meneegah clan mengatasi infeksi sekuncler akibat granulositopenia interleukin-ll
karena kemoterapi. Infus trornbosit, TPO clan
(n..n, Neumegs) clapat cligunakan untuk terapi
trombisitopenia
260------
karena kemoterapi.
BAN DUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
2.
Reaksi gastrointestinal
Banyak obat antitumor
sering menimbulkan
mual, muntah
dengan derajat bervariasi. Diantaranya dosis tinggi DDP, DTIC, HN2, Ara-C, CTX, BCNU menimbulkan hebat. Pemberian
penyekat
resptor
(S-HT 3), seperti ondansentron,
mual muntah
yang
S-hidroksitriptamin
granisentron,
3
tropisentron,
ramosentron, azasentron, dll. Dapat mencegah dan mengurangi kejadiaanya, mual, muntah. SFU, MTX, bleomisin, adriamisin dapat menimbulkan ulserasi mukosa mulut, selama kemoterapi harus meningkatkan
perawatan higiene oral. Obat sejenis SFU
dan CPT-11 kadang kala menimbulkan keseimbangan
diare serius, gangguan
air dan elektrolit yang terjadi harus dikoreksi
segera. Diare tertunda
akibat CPT-11 harus segera diterapi
dengan loperamid. 3.
Rudapaksa fungsi hati
Rudapaksa fungsi hati terutama
disebabkan oleh MTX, 6MP,
SFU, DTIC, VP-16, asparaginase,
dll. Peninggian bilirubin, ALK
mempengaruhi
ekskresi obat golongan
antrasiklin
(misal,
adriamisin) dan golongan vinka alkaloid. Berdasarkan tingkat keparahan rudapaksa fungsi hati perlu dilakukan penyesuaian dosis obat. Perlu perhatian
khusus, bahwa obat kemoterapi
menyebabkan infeksi virus hepatitis laten memburuk tiba-tiba menimbulkan nejrosis hati akut atau subakut (hepatitis berat). 4.
Rudapaksa fungsi ginjal
Dosis tinggi siklofosfamid,
ifosfamid
dapat menimbulkan
sistitis herogaik, penggunaan bersama merkaptoetan (mesna) dapat menghambat
pembentukan
sulfonat
metabolit aktifnya,
akrilaldehid, mencegah terjadinya sistitis hemoragik. Dosis tinggi MTXyang diekskresi lewat urin dapat menyumbat duktuli renalis hingga menimbulkan oliguri, urenia. Untuk rnenjamin keamanan
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
------261
harus dilakukan serentak hidrasi, alkalinisasi, pertolongan CF atau memantau konsentrasi MTXdarah. Cisplatinum secara langsung merusak parenkim ginjal, pemakaian dosis tinggi memerlukan hidrasi dan diuresis. Tumor masif yang peka kemoterapi seperti leukimia, limfoma, nefoblastoma anak, neuroblastoma, dll bila menjalani kemoterapi sel tumor akan lisis mati dalam jumlah besar, timbul asam urat dalam waktu singkat yang dapat menimbulkan nefropati asam urat. Tumor ganas ganas yang terdekstruksi cepat juga dapat menimbulkan rangkaian metabolisme seperti hiperurikemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia, ini disebut sindrom lisis akut tumor. Ini perlu dicermati dan ditangani secara benar. 5.
Kardiotoksisitas
Adriamisin, danurobisin, dapat menimbulkan efek kardiotoksik terutama efek kardiotoksik kumulatif. Dosis total adriamisin harus dikendalikan <550 mg/rn" bila dipakai tunggal, dan <4500 mg/m' bila dalam kemoterapi kombinasi. Pada pasien dengan EKGabnormal at au infusiensi jantung, perlu pemantauan jantung selama terapi. Epirubisin, pirarubisin, mitoksantron memiliki kardiotoksisitas yang lebih ringan. Obat lain lain seperti takson, herseptin juga berefek kardiotoksin. Penggunaan obat-obat tersebut sedapat mungkin tidak bersamaan dengan radioterapi daerah prekordial. 6.
Pulmotoksisitas
Pengguanaan jangka panjang bleomisin, busulfan (Myleran) dapat menimbulkan fibrosis kronis paru, secara klinis harus mengendalikan dosis totalnya. Obat baru dengan target molekular Iressa dapat menimbulkan pneumonitis interstisial, sebagian fatal, harus diwaspadai.
262------
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
7.
Neurotoksisitas
Vinkristin, cisplastin, oksaliplatin, taksol, dll dapat menimbulkan perineuritis.
Dosis tunggal
VCR (:52 mg) dan dosis total
Z
oksaliplatin (:5800mg/m ) harus ditaati benar. Untukmengurangi neurotoksisitas
oksaliplatin, sewaktu terapi hindari minum air
dingin dan mencuci tangan dengan air dingin, , 8.
Reaksi alergi
Bleomisin, asparaginase, taksol, taksotere, dll dapat menimbulkan mengigil, demam, syok anafilaktik, udem. Untuk mencegah dan mengurangi
reaksi dernikian,
dapat minum
indometasin.
sebelum memakai bleomisin Terhadap
asparaginase
perlu
pengujian reaksi alergi, sebelum memakai taksol perlu diberikan deksametason,
difenhidramin,
sirnetidin
(atau ranitidin).
Sebelum dan setelah terapi taksosere diberikan deksametason 3-5 had.
Selain itu, VM-26, Ara-c, gemsitabin
menimbulkan
juga dapat
reaksi serupa, dapat dilakukan tindakan yang
sesuai untuk mencegah dan mengatasinya. 9.
Lainnya
Obat sejenis adriamisin, taskol, VP-16, CTX,Act-D, 5-FU dll dapat menimbulkan biasanyadapat
alopesia, melanosis dengan derajat bervariasi, pulih spontan setelah obat dihentikan.
kontinu 5-FU, xeloda peroral dapat menimbulkan tangan-kaki (eritroderma
palmar-plantar),
Infus
sindroma
dengan manifestasi
telapak tangan dan kaki nyeri, bercak merah, bengkak, eksudasi, deskuamasi, ulserasi, dll harus segera mengontrol dosis obat. 10. Efek toksik lokal
Umumnya obat antikanker bersifat iritasi kuat, misal HNz' ADR, MMC, NVB, dll. sering menimbulkan
tromboflebitis
bervariasi
pada pasien yang berulang menerima obat sebaiknya melalui
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
-----~263
kateter yang dipasang ke vena sentral atau vena dalam. Bila terjadi ekstravasasi obat-obat itu keluarvena dan menimbulkan nekrosis jaringan lokal. Ektravasasi mostar nitrogen dapat segera diatasi dengan infiltrasi
lokal M/6 natrium
tiosulfat
untuk
mengurangi efek toksiknya. Ektravasasi obat lain harus segera diatasi dengan isolasi lokal memakai prokain 0,25%. B.
Efek Toksik Jangka Panjang
1.
Kar.rinogenUrl~ Beberapa obat antitumor
seperti HNz' prokarbazin,
melfalan,
dll beberapa bulan atau tahun setelah digunakan meningkatkan peluang terjadinya tumor primer kedua. 2.
Infertilitas
Umumnya obat antikanker dapat menekan fungsi spermatozoa dan ovarium hingga timbul penurunan masa pertumbuhan
harus menghindari
fertilitas. Anak dalam overterapi.
KINETlKA SIKLUS SEL Keseluruhan proses pertumbuhan
dan pembelahan sel hingga terjadi
proliferasi disebut sebagai siklus proliferasi sel atau diseingkat siklus sel. Secara konvensional siklus sel dipandang sebagai satu rangkaian berurutan
proses molekular
dan selular. Dalam proses tersebut,
materi genetik bereplikasi lalu melalui proses mitosis dibagi ke dua buah sel anak yang baru dihasilkan. Siklus sel dapat dibagi menjadi dua Ease utama yang sarna sekali berbeda secara morfologis maupun biokimiawi: 'fase M' (Ease mitosis, sel mitosis menghasilkan
dua
sel anak dengan sifat genetik identik dengan sel induk) dan fase
'Ease 5' (Ease sintesis DNA, didalam sel terjadi replikasi DNA hingga bertambah satu kali lipat). Kedua fase itu dipisah oleh Ease G (gap), fase G1 (pra Ease sintesis DNA) berada sebelum Ease S, didalam sel terjadi sintesis RNA dan protein, sebagai persiapan
264
-----------1
sintesis DNA
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
fase S, sedangkan fase G2 (pasca fase sintesis DNA)adalah persiapan berbagai protein dan perakitan strukturnya
yang diperlukan bagi
pembelahan sel. Siklus sel dikendalikan oleh serangkaian protein yang disebut siklin (eye/ins) disertai enzim kinase yang bergantung
pada siklin
(CDKs)dan inhibitor terhadap enzim kinase yang bergantung pada siklin (CDKIs). Kompleks siklin/CDK memicu proses siklus sel, khususnya dua pintu jaga (checkpoint) utama yaitu GJS dan G/M, sedangkan
CDKI sebaliknya
menyebabkan
kompleks siklin/CDK
nonaktif, meregulasi negatif urutan siklus sel. Semua protein tersebut adalah produk dari berbagai gen regulator siklus se, misalnya gen RB (retinobalstoma)
dan gen p53 adalah gen inhibitor penting yang
ikut meregulasi pintujaga GJS.
Cyclln
r
CDK
p16ink4 p15ink4b p18ink4c p19ink4d p27k1p1 p57kip2 p21 waf1/cip1
CDKls
Gambar 1. Berbagai kerja kemoterapi dalam siklus sel
]aringan
tumor tumbuh lebih cepat dari jaringan
normal bukan
karena waktu siklus sel tumor memendek, melainkan karena tidak BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
------265
stabilnya genetika sel tumor hingga regulasi siklus sel menjadi tak terkendali. Berbagai pene;itian atas tumor pada manusi menunjukkan sejumlah gen supresor tumor yang ikut dalam regulasi siklus sel seperti p53, RbI dan CDKN2A dll mengalami
mutsi at au delesi,
sedangkan sejumlah onkogen lain seperti CCND!,CDC25Bdan KIPI, dll overaktif atau overekspresi. Perubahan tersebut menyebabkan siklus sel tak terkendali, sel tumor berproliferasi cepat tanpa batas. Dari segi kinetika ditentukanoleh proliferasi
siklus sel tumor,
terus membelahnya
pertumbuhan
tumor
sel yang berada dalam siklus
sel. Sel lain yang berada diluar siklus proliferasi
mencangkup
sel
sel dalam fase statis (Go)' sel berdiferensiasi
dan
menua, sel tak berdaya proliferasi. jenis tumor berbeda seringkali menunjukkan
kinetika
siklus sel berbeda
dilihat dari beberapa parameter meliputi: fraksi pertumbuhan berploferasi
pula. Hal ini dapat
kinetika sel. Parameter
tersebut
(GF = growth fraction; proporsi
aktif dari total massa sel), waktu penggandaan
sel
(DT =
doubling time; waktu yang diperlukan volume tumor bertambah satu kali lipat), indeks pelabelan (LI = labeling index; proporsi sel fase S dengan inti terlabel oleh timidin-tritium sel) dll. pemeriksaan pertumbuhan
parameter
3H-TdR dari total jumlah
ini dapat memahami
kecepatan
tumor dan kepekaannya terhadap obat.
Obat kemoterapi
tertentu
seperti golongan
antimetabolit
terhadap sel dalam siklus proliferasi fase G1 S, Gz' dan M lebih peka dibandingkan sel dalam fase statis Go' Menurut perbedaan efek atas berbagai fase multiplikasi sel, obat kemoterapi dapat dibagi menjadi dua golongan: pertama adalah obat non-spesifik terhadap siklus sel (CCNSA),dapat membunuh sel fase istirahat maupun sel multiplikasi; yang lain adalah obat spesifik sel (CCSA)membunuh sel multiplikasi lebih banyak dibanding sel statis, yang terakhir ini dapat dibagi lagi menjadi spesifik fase tertentu dan non-spesifik fase tertentu. Untuk membunuh berbeda, menurut
lebih banyak sel kanker dalam fase siklus
teori kinetika sel, secara klinis sering dipakai
obat dengan mekanisme kerja berbeda dalam kemoterapi kombinasi
266------
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
atau secara sekuensial memakai obat yang tidak bergantung pada siklus sel dan obat yang bergantung pada siklus sel (kemoterapi sekuensial). Juga dapat dipakai obat tertentu (VCR) yang bekerja pada siklus tertentu (fase M), agar sebagian besar sel kanker dihambat pada fase M, setelah sel kanker secara bersamaan masuk ke fase S baru dipakai obat untuk fase siklus tersebut (misal, Ara-C) sehingga efek mematikan tumor menjadi lebih besar, ini disebut sebagai kemoterapi sikronisasi. Selain itu, karena obat nonspesifik siklus menunjukkan daya sitotoksik logaritmik terhadap sel kanker mengikuti aturan kinetika orde pertama, sering kali digunakan dosis tinggi satu kali mematikan sejumlah besar sel kanker, sehingga memicu sel fase Go memasuki siklus multiplikasi. Sel fase Go pada umumnya berbeda dalam fase statis yang tidak peka terhadap obat kemoterapi, menjadi sumber residifnya tumor.
PENGGUNAAN KUNIS KEMOTERAPI Sebelummelakukan kemoterapi, secara klinisharus dipertimbangkan hal-hal berikut: Tentukan tujuan terapi
Kemoterapi memiliki beberapa tujuan berbeda, yaitu kemoterapi kuratif, kemoterapi adjuvan,kemoterapi neoadjuvan, kemoterapi investigatif. 1)
Kemoterapi kuratif
Terhadap tumor sensitif yang kurabel, misalleukimia limfositik akut, limfoma malign a, kanker testes, karsinoma sel kecil paru, dd dapat dilakukan kemoterapi kuratif. Skipper melalui penelitian atas galur tumor L1210 dari leukimia mencit menemukan efek obat terhadap sel tumor mengikuti aturan 'kinetika orde pertama', yaitu dengan dosis tertentu obat antikanker dapat membunuh proporsi tertentu, bukan nilai konstan tertentu sel kanker. Kemoterapi BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
------267
---------
-----------------
kuratif harus memakai formula kemoterapi kombinasi yang terdiri atas obat dengan mekanisme kerja berbeda, efek toksik berbeda dan masing-masing efektifbila digunakan tersendiri, diberikan dengan banyak siklus, untuk setiap obat dalam formula tersebut diupayakan memakai dosis maksimum
yang dapat ditoleransi
interval sedapat mungkin diperpendek
tubuh, masa
agar tereapai pembasmian
total sel kanker dalam tubuh. Dewasa ini tidak sedikit kanker yang sudah memiliki beberapa formula kemoterapi kombinasi 'baku' yang terbukti dalam praktek berefek terapi menonjol. Misalnya untuk terapi penyakit Hodgkin dengan regimen MOPP (mostar nitrogen, vinkristin, prokarbazin, prednison) dan ABVD(adriamisin, bleomisin, vinblastin, prednison), terapi kanker sel keeil paru dengan regimen PE (cisplatin, etoposid) dan CAY(siklofosfamid, adrmisin, vinkristin) dll sedapat mungkin digunakan seeara klinis. 2)
Kemoterapi adjuvan
Kemoterapi
adjuvan adalah kemoterapi
yang dikerjakan
setelah
operasi radikal. Pada dasarnya ini adalah bagian dari operasi kuratif. Karena banyak tumor pada waktu pra-operasi sudah memiliki mikrometastasis di luar lingkup operasi, maka setelah lesi primer dieksisi, tumor tersisa akan tumbuh semakin pesat, kepekaan terhadap obat bertambah. Pada umumnya tumor bila volume semakin keeil, ratio pertumbuhan
sernakin tinggi, terhadap kemoterapi semakin peka.
Bila tumor mulai diterapi semakin dini, semakin sedikit muneul sel tahan obat. Oleh karena itu, terapi dini terhadap mikro-metastasis akan menyebabkan efentivitas meningkat, kemungkinan resistensi obat berkurang, peluang kesembuhan bertambah. Dewasa ini kanker payudara dengan lesi primer sekitar ~l em, pasea operasi memakai regimen CAF.Osteosarkoma pasea amputasi memakai regimen TIO, T12 dengan metotreksat dosis tinggi dan terapi resku (HDMTX-CFR). Pasien kanker kolon dengan metastasis ke kelenjar limfe regional setelah operasi reseksi memakai regimen fluorourasil
dan asam
folinat (CF / 5-FU) atau regimen,FOLFOX dan lainnya, merupakan eontoh keberhasilan kemoterapi adjuvan.
268------
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
---------------------------------------------=~~-
3)
Kemoterapi neonadjuvan
Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi yang dilakukan sebelum operasi atau radioterapi. Kanker terlokalisir tertentu hanya dengan operasi atau radioterapi sulit mencapai ketuntasan, jika berlebih dahulu kemoterapi 2-3 siklusdapat mengecilkan tumor, memperbaiki pasokan darah, berguna. bagi pelaksanaan operasi dan radioterapi selanjutnya. Pada waktu bersamaan dapat diamati respons tumor terhadap kemoterapi dan secara dini menterapi lesi metastatik subklinis yang mungkin terdapat. Karena kemoterapi adjuvan mungkin menghadapi resiko jika kemoterapi tidak efektif peluang operasi akan lenyap, maka harus memakai regimen kemoterapi dengan cukup bukti efektif untuk lesi stadium lanjut. Penelitian mutahir menunjukkan kemoterapi neoadjuvan meningkatkan peluang operatif untuk kanker kepala leher, kanker sel kecil paru, osteosarkoma, mengurangi pelaksanaan operasi yang membawa kecacatan pada kanker tertentu Oaring, kandung kemih, kanalis analis) memperbaiki kualitas hidup sebagian pasien. 4)
Kemoterapi paliatif
Kebanyakan kanker dewasa ini seperti kanker bukan sel kecil paru, kanker hati, lambung, pankreas, kolon, dll. hasil kemoterapi masih kurang memuaskan. Untuk kanker seperti itu dalam stadium lanjut kemoterapi masih bersifat paliatif, hanya dapat berfperan mengurangi gejala, memperpanjang waktu survival. Dalam hal in i dokter harus mempetimbangkan keuntungan dan kerugian yang dibawa kemoterapi pada diri pasien, menghindari kemoterapi yang terlalu kuat hingga kualitas hidup pasien menurun at au memperparah perkembangan penyakitnya. 5)
Kemoterapi investigatif
Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis dengan regimen kemoterapi baru atau obat baru yang sedang diteliti. Untuk menemukan obat atau regimen baru dengan efektivitas tinggi
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
f---------269
----
toksisitas rendah, penelitian memang diperlukan. Penelitian harus memiliki tujuan yangjelas, raneangan pengujian yang baik, metode observasi dan penilaian yang rinci, dan perlu seeara ketat mengikuti prinsip etika kedokteran. Kini sudah terdapat aturan baku kendali mutu, disebut 'good clinical practice' (GCP).
PENGGUNAAN OBAT SECARA RASIONAl Dalam keadaan biasa, kemoterapi sistemik menggunakan jalur intravena. Obat antimetabolit tertentu seperti 5-FU dengan pemberian berulang berkelanjutan jangka panjang intravena dapat dengan jelas menurunkan toksisitas sehingga kemungkinan pemakaian dosis lebih besar hingga efektivitas meningkat. Obat lain seperti etoposid (VP-16) dengan dosis keeil per oral hasilnya tidak kalah dibandingkan dosis lebih besar melalui drip intravena, dapat digunakan untuk kanker sel keeil dan limfoma stadium lanjut pada pasien lansia bertubuh lemah. Pasien dengan efusi malign a dapat diberikan obat intrakavital, yang sering dipakai adalah cispltin, karboplatin, mitomisin, mostar nitrogen, bleomisin, tiotepa, dll. untuk meningkatkan dosis obat dan pada waktu bersamaan mengurangi absurpsi obat intrakavital yang berakibat toksisitas sistemik, maka sewaktu menyuntikkan obat dosis tinggi intrakavital (misalDDP100-150mg/rrr'), seeara bersamaan diberikan drip intravena natrium tiosulfat (12 gr/rn") untuk detoksifikasi. Metode ini disebut kemoterapi dua jalur (two route chemotherapy). Adakalanya terhadap tumor terlokalisir untuk meningkatkan kadar obat setempat dapat dilakukan intervensi infus obat intra-arteri (kateterisasi), misalnya intervensi trans-arteri pada hepatoma, kanker kepala leher dikateter lewat arteri karotis eksterna, dll. obat yang dapat dipilih termasuk fluorourasil, epirubisin, adriamisin, cisplatin, mitomisin, dll. Selain itu untuk meneegah invasi sistem saraf pusat oleh leukimia limfosititik akut at au limfoma nonHodgkin, injeksi intradural metotreksat dan sitarabin merupakan metode yang efektif
270------
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
--
Perkuat
terapi penunjang,
aktif mencegah
dan mengatasi
komplikasi kemoterapi Hryniuk
dan Evin dkk, berpendapat
intensitas
dosis obat
merupakan faktor terpenting efektivitas obat. Peningkatan intensitas dosis selain meningkatkan efektivitas juga membawa efek toksik lebih besar, termasuk mual muntah hebat, demam, perdarahan, dll. terapi penunjang
sistemik, seperti kebersihan
lingkungan, higiene oral,
asuh perawatan yang baik dapat mengurangi kejadian komplikasi. Faktor stimulasi koloni sel hematopoietik (G-CSFdan GM-CSF)dapat mencegah dan mengatasi penurunan yang dapat menimbulkan
neutrofil akibat kemoterapi
infeksi sekunder. Penggunaan kombinasi
ruang beraliran udara laminar, cangkok sumsum tulang (BMT = Bone
Marrow transplantation) atau cangkok sistem sel darah tepi (PBPCT = peripheral blood progenitor cell transplantation) serta penggunaan sesuai berbagai faktor pembiak sel hematopoietik lain penunjang sistemik menjamin pelaksanaan super besar, meningkatkan
clan tinclakan
kemoterapi
angka survivalleukimia,
dosis
limfositik akut
refrakter dan limfoma non-Hodgkin serta efektivitas terapi tumor peka kemoterapi tertentu. Belakangan ini ditemukan penggunaan zat penyekat reseptor 5HT3 tertentu seperti ondansentron, granisetron, dll, dapat mencegah dan mengobati mual, muntah. Zat protektor radiasi nuklir amifostin berefek membersihkan radikal bebas oksigen sehingga dapat mengurangi secara jelas toksisitas sumsum tulang, ginjal, saraf, kardiotoksisitas sitoprotektor
akibat obat antikanker,
mengurangi nevrotoksisitas
dan menjadi
akibat cisplatin.
MENGATASI RESISTENSI DBAT Resistensi obat merupakan Penyebab
timbulnya
sebab utama kegagalan kemoterapi.
resistensi
obat bervariasi,
obat berbeda
memiliki mekanisme berbeda. Pada tahun 1979 Goldie dan Codman mengemukakan beranggapan
model matematik
tentang
sifat resistensi
obat,
semakin besar ukuran tumor, jumlah multiplikasi
semakin banyak, jumlah sel resisten obat juga semakin banyak, tapi BAN DUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
------271
tidak berkaitan dengan obat yang dipakai. Kernoterapi harus sedini mungkin digunakan, paling baik seeara bergantian
menggunakan
dua set regimen kernoterapi yang sarna efektif tetapi tidak rnemiliki sifat resistensi obat silang, misalnya untuk terapi penyakit Hodgkin rnemakai MOPPIABVD,untuk kanker sel keeil paru memakai PEl CAV seeara bergantian dapat mengurangi resistensi obat, meningkatkan efektivitas
terapi. Resistensi
obat lain yang menarik
perhatian
adalah resistensi obat berganda (multiple drug resistance, MDR). Sel kanker setelah kontak dengan satu jenis obat anti kanker, timbul sifat resistensi terhadap berbagai jenis obat antikanker lain dengan struktur yangjelas berbeda dan prinsip kerja berbeda. Sifat resistensi obat silang berganda ini sering terjadi pada berbagai bahan obat alami seperti antara golongan alkaloid tumbuhan Kemungkinan
ditimbulkan
oleh overekspresi
berganda (MDR1) yang menyebabkan
dan antibiotik,
gen resisten
bertambahnya
obat
glikoprotein
GP-170 membran sel kanker. Ini memicu bertambahnya
rembesan
obat antikanker keluar lewat membran sel. Pernah diternukan obat penyekat saluran kalsiurn seperti verapamil, kalmodulin
(trifluoferazin)
diltiazern, inhibitor
dan anti estrogen tamoksifen
dapat
merefersi sifat resistensi obat ini. Tapi saat ini penelitian tersebut belum diverifikasi seeara klinis. Kesimpulannya, sebagai salah satu metode terapi, kernoterapi kanker semakin luas dimanfaatkan. dan radioterapi,
Berkombinasi dengan operasi
telah menolong banyak pasien kanker termasuk
yang berada dalam stadium lanjut. Meskipun dernikian, pada saat ini masalah kernoterapi termasuk kurang banyaknya pilihan, timbulnya resistensi
obat dan toksisitas
perkembangannya.
dan lainnya
telah menghambat
Dengan terus bermuneulannya
obat antikanker
dengan efektivitas tinggi dan toksisitas rendah, penelitian mendalam terhadap supresor onkogen dan gen resistensi obat serta ekspresi molekularnya, bermuneulannya akan dapat menjadi
teknologi terapi baru, kemoterapi
armamentarium
kuat bagi umat manusia
mengalahkan kanker.
272-----
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
DAFTAR PUSTAKA 1.
Allen TM. Ligand-targeted therapeutics in anticancer therapy. Nat RevCancer,2002; 2: 750-63.
2.
Bakemeier RF,Qazi R. Basic concepts of cancer chemotherapy and principles of medical oncology. In: Rubin P,Williams JP (eds): Clinical Oncology. 8th ed. London: WB Saunders Co; 2002: 146-59.
3.
Casciato DA, Lowitz BB. Cancer chemotherapeutic
agents. Manual of clinical
oncology. Ed.4. philadelphia: Lippicott Williams & Wilkins Inc:48-95. 4.
Ciardiello F,Tortora G. A novel approach in the treatment-of
cancer tergeting the
epidermal growth factor receptor. Clin Cancer Res2001; 7:2958-70. 5.
Devita VT. Principles of cancer management: chemotherapy. In: Devita VT, Hellman S,Rosenberg SA(eds):Cancer: Principles and practice of oncology. 5th. Philadelphia: Lippincott; 1997: 333-48.
6.
Krakoff IH. Systemic treatment of cancer. CA Cancer J Clin 1996; 46:137.
7.
Stewart BW,Kleihues P.Mechanisms of tumor development. World Cancer Report. Lyon: IARCPress.2003: 83-125.
BANDUNG CONTROVERSIES AND CONSENSUS IN OBSTETRICS & GYNECOLOGY
1--------273