Bambang Soenarko ; Endang Sri Mujiwati.
PENINGKATAN NILAI KEPEDULIAN SOSIAL MELALUI MODIFIKASI MODEL PEMBELAJARAN KONSIDERASI PADA MAHASISWA TINGKAT I PROGRAM STUDI PGSD FKIP UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI Bambang Soenarko, Endang Sri Mujiwati FKIP, Universitas Nusantara PGRI Kediri Email:
[email protected] Email:
[email protected]
Abstract: Today, human values ranging ignored, beaten by the thought / action hedonistic and pragmatic, which allows the moral decadence. This condition is necessary steps revamping definitely educational value with an appropriate learning model. Model considerations (Sensitivity consideration models) or models' sensitivity attention "as developed McPhail, a learning model affective that the first stage is called “In other People’s Shoes (if you are in the situation of others)”, with the main aim to develop" more attention "interest and feelings of others. This model is possible to touch the mind and feelings that cause a reaction and encouragement to commit an act of moral (emerging awareness of the sensitivity of attention, concern for others). The study aims to prove the hypothesis that "the use of a modified model of learning considerations gives a better effect on the value of social care in the first year students Program of Study PGSD, compared to the use of traditional learning model". Experimental techniques used to Pretest-posttest Control Group Design, treatment in the form of a modified learning model consideration. Treatment effects in the form of a character value social care, and the data were analyzed by using t-test comparisons. Based on the results of the analysis, obtained to of 14.597 with a significance level of 0.00 then concluded Ho is rejected. Then the hypothesis is proven that "The use of a modified model of learning considerations give better effect to the increase in the value of social concern to students, rather than the traditional learning model". keywords: Considerations, the value of social care 1. PENDAHULUAN Mencermati dinamika kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini, terasa terjadinya pergeseran nilai, yakni melunturnya nilai-nilai luhur bangsa khususnya nilai kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi. Moralitas bangsa terlebih di kalangan generasi muda dewasa ini, kian terasa sudah sampai pada tingkat yang cukup meresahkan, yang ditandai dengan banyaknya penyimpangan perilaku yang tergolong “amoral”, sebagaimana sering disuarakan dalam media masa baik cetak maupun elektronik. Nilai-nilai kemanusiaan seperti kebaikan, kebenaran, kejujuran, rendah hati, kepedulian, rela berkorban, keadilan, rasa “tepo-selira” yang sesungguhnya setiap kali muncul dalam nurani, sudah terabaikan, dan dikalahkan dengan pemikiran-pemikiran dan tindakan yang lebih berorientasi hedonistic dan pragmatis semakin menguat, yang pada gilirannya mengarah pada terjadinya dekadensi moral. Warsono (2008:10) menegaskan bahwa “nilai kemanusiaan, seakan semakin sulit ditemukan. Banyak orang yang tidak lagi peduli terhadap penderitaan orang lain, bahkan cenderung mengeksploitasi orang lain. Hati kita sudah tidak tersentuh lagi melihat kemiskinan dan penderitaan orang-orang di sekitar kita, yang jumlahnya semakin banyak”. Kondisi memprihatinkan ini, seperti diungkap-kan Somad (2006:1), diantaranya: (1) kalang-an generasi muda cenderung mudah ter-perovokasi oleh isue-isue yang tidak jelas; (2) kerawanan sosial seperti pencurian, pemer-kosaan, perkelahian, perampokan dan yang lainnya yang setiap hari semakin meningkat, dan para pelaku pada umumnya generasi muda; (3) pengaruh kemajuan ipteks melalui dunia informasi dan perkembangan zaman yang cepat begitu besar pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku para generasi muda yang cenderung mengancam pada keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) semakin deras; (4) Dunia sekarang ini penuh per-saingan, penuh tantangan dalam berbagai lapangan kehidupan, dan (5) dekadensi moral, terutama dalam etika pergaulan di kalangan generasi muda cenderung meningkat; seperti etika pergaulan dengan orang tua, sebaya baik yang sejenis maupun lawan jenis dan di bawahnya. Sementara Zuriah (2007:10) menegaskan bahwa “di era global yang berada EFEKTOR ISSN. 2355-956X ; 2355-7621 Efektor.unpkediri.ac.id
33
Jurnal Nomor 26 April Tahun 2015
Bambang Soenarko ; Endang Sri Mujiwati.
dalam dunia terbuka, ikatan nilai-nilai moral mulai melemah. Masyarakat mengalami multikrisis yang dimensional, dan krisis yang dirasakan sangat parah adalah krisis nilai-nilai moral”. Lebih lanjut ditegaskan bahwa pendidikan di seluruh dunia kini sedang mengkaji kembali perlunya pendidikan moral. Hal ini bukan hanya dirasakan oleh bangsa dan masyarakat Indonesia, tetapi juga oleh negara-negara maju. Bahkan di negara-negara industri dimana ikatan moral menjadi semakin longgar, masyarakatnya mulai merasakan perlunya revival pendidikan moral yang pada akhir-akhir ini mulai diterlantarkan”. Indikator terlantarnya pendidikan moral seperti tampak dalam pendidikan di Indonesia pada umum-nya, bahwa implementasi pendidikan nilai belum mendapatkan perhatian dan tempat yang proporsional dalam kurikulum sekolah, meskipun ada pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan (PKn). Namun perkembangan berikutnya, realita menunjuk-kan adanya pergeseran paradigma yang mengesampingkan masalah “pendidikan nilai/ pendidikan moral” dalam pendidikan formal, dengan membebankan penanaman nilai secara holistic melalui berbagai mata pelajaran yang lebih mengandalkan munculnya nurturant effect dibanding instructional effect. Kemerosotan moral tidak bisa sepenuhnya menjadi beban kesalahan pendidikan formal saja. Namun, secara formal mesti diakui bahwa PKn dan pendidikan Agama tetap merupakan instrumen utama pembentukan moralitas bangsa. Maka perbaikan moralitas bisa dimulai dari pembenahan dunia pendidikan, khususnya PKn sebagai intrumen formal yang mengemban pendidikan nilai. Hal ini penting, karena dalam kenyataan lapangan belum seperti yang diharapkan. Pada umumnya guru masih memiliki kecenderung-an menerapkan pola pembelajaran yang memposisikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar, para guru lebih akrab dengan pola-pola pembelajaran tradisional (pola lama), yang pada pokoknya dengan meng-informasikan materi, dilanjutkan dengan tanya jawab jika ada hal yang belum dipahami, diteruskan dengan pemberian tugas mengerja-kan soal latihan. Kedudukan peserta didik tidak lebih dari seorang pendengar setia dari ceramah guru, tampak pasif tanpa inisiatif karena adanya kecenderungan menunggu tugas-tugas apa yang kemudian akan diberikan guru. Sebagai akibat dari pola ini, utamanya adalah terjadinya kejenuhan selama PBM berlangsung, yang pada gilirannya terjadinya kegagalan yang ditandai dengan rendahnya hasil belajar, tidak berkembangnya potensi peserta didik, peserta didik hanya menguasai sekitar apa yang dijelaskan guru tanpa ada kemampuan untuk melakukan pengembangan lebih lanjut, dan peserta didik rata-rata tidak mempunyai kemampuan mengatasi masalah yang timbul dalam kehidupannya, terlebih adanya masalah sosial yang muncul di sekitarnya pun mereka tidak responsive sama sekali terhadap persoalan sosial yang ada, seperti peristiwa bencana alam, banjir, gunung meletus, konflik sosial yang muncul dikarenakan berbagai sebab, juga kecelakaan di darat juga di laut dan di udara yang kesemuanya menelan korban jiwa secara mengenaskan. Dalam hal ini peserta didik juga tidak mampu untuk berpikir apa, mengapa, bagaimana tentang munculnya suatu masalah sosial di sekitarnya, karena menurut pemahaman mereka sepertinya semua masalah sosial yang muncul berada di luar konteks yang dijelaskan para guru melalui PBM. Sehingga kecenderungan peserta didik pun hanya sebatas menunggu perintah, harus melakukan apa, dengan cara bagaimana. Bertolak dari latar belakang pemikiran diatas, maka dipandang perlu menggagas kembali khususnya pendidikan nilai melalui mata pelajaran PKn dalam upaya pembentukan moralitas, dengan melakukan uji coba cara-cara pembelajaran atau bahkan memodifikasi model pembelajaran yang memungkinkan mendukung keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan nilai. Selanjutnya, patut diduga bahwa model pembelajaran konsiderasi memberikan pengaruh lebih baik terhadap moralitas khususnya nilai karakter kepedulian social pada mahasiswa, dibanding model pembelajaran tradisional. Maka dalam konteks penelitian ini akan dicoba untuk menerapkan modifikasi model pembelajaran konsiderasi (consideration models), dengan membandingkannya dengan pembelajaran yang ada sekarang yakni model tradisional. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini muncul masalah pokok:“Apakah pengunaan modifikasi model pembelajaran konsiderasi memberikan pengaruh lebih baik terhadap moralitas khususnya nilai karakter kepedulian social pada mahasiswa tingkat I Program studi PGSD, dibanding penggunaan model pem-belajaran tradisional?”. Esensi penelitian ini adalah dalam rangka uji coba model pembelajaran, yakni modifikasi model pembelajaran konsiderasi dalam upaya membentuk moralitas khususnya nilai karakter kepedulian sosial, dan mem-bandingkannya dengan model pembelajaran Konvensional/ Tradisional. Dengan meng-angkat materi pembelajaran “Masalah Sosial” memang secara formal tidak tercover secara eksplisit dalam kurikulum, yang diasumsikan sebagai materi sisipan dalam kerangka pendidikan karakter/ atau pendidikan nilai untuk pembentukan moralitas khususnya nilai karakter kepedulian social. Sehingga dengan menghadapkan peserta EFEKTOR ISSN. 2355-956X ; 2355-7621 Efektor.unpkediri.ac.id
34
Jurnal Nomor 26 April Tahun 2015
Bambang Soenarko ; Endang Sri Mujiwati.
didik pada masalah sosial yang mengandung konsiderasi (yang sengaja disajikan dalam pembelajaran), maka secara psikologis pada diri peserta didik akan muncul emosi untuk mereaksi. Reaksi peserta didik adalah merupakan ekspresi kesadaran moralnya, yang akan mendorong memberikan tanggapan, mengajukan pendapat dan usulan tindakan yang seharusnya dilakukan sesuai dengan tingkat pemahaman dan penghayatannya akan nilai dan norma masyarakat. Bertolak dari masalah dan berbagai kajian di atas, maka tindakan penelitian ini bertujuan untuk : (1) Membuktikan modifikasi model pembelajaran konsiderasi lebih baik pengaruhnya dibanding dengan model pem-belajaran tradisional dalam mengembangkan nilai karakter kepedulian social; (2) Menye-derhanakan langkah-langkah model pem-belajaran konsiderasi agar para guru lebih mudah dalam menerapkannya, dalam pengembangan sikap (Afektif). Dengan demikian hasil temuan penelitian ini akan memberikan manfaat terutama bagi para guru, juga calon guru (mahasiswa PGSD) sebagai bahan masukan dalam mengembangkan alternative model pembelajaran khususnya dalam pengembangan Afeksi. 2. KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS a. Konsep Moralitas dan Nilai Karakter Kepedulian Sosial 1) Moralitas Dewey (dalam Budiningsih, 2004: 24) mengatakan bahwa ”moral sebagai hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai susila”. Dan Panuju (dalam Bachrum, 2009:1), menegaskan bahwa “moral sama dengan etika, atau kesusilaan yang diciptakan oleh akal, adat dan agama, yang memberikan norma tentang bagaimana kita harus hidup”. Sedangkan menurut Magnis-Suseno (dalam Budiningsih, 2004: 24-25) menegaskan bahwa “Moralitas sebagai sikap hati orang yang ter-ungkap dalam tindakan lahiriah. Oleh karenanya kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia”. Berdasarkan pandangan diatas, maka jelaslah bahwa moralitas terjadi apabila orang mengambil sikap yang baik dalam kaitannya dengan sesama, karena ia benar-benar sadar akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan karena ia mencari ke-untungan/ “pamrih”. Sebagaimana ditegaskan Trimo (2007:2) bahwa “dalam proses pendidikan nilai, anak didik perlu didorong untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral”. Perkembangan moral menurut pendekatan ini dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang lebih tinggi. Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal yang utama. Pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa untuk mendiskusi-kan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral. Durkheim (1990:4) menegaskan bahwa ”Tidak ada masyarakat tanpa moralitas. Akan tetapi, moralitas masyarakat terbelakang bukan milik kita”. Selanjutnya ditegas-kan bahwa unsur moralitas, yang antara lain meliputi: (1) Semangat disiplin, (2) Keterikatan dalam kelompok, (3) Otonomi. Bertindak secara moral tidak cukup hanya dengan menghormati disiplin dan merasa terikat pada kelompok, melainkan juga dituntut adanya kesadaran. Kesadaran memberi otonomi kepada tingkah laku sese-orang. Tindakan moral harus dalam artian bahwa tindakan itu harus diinginkan secara bebas, yakni diterima dengan suka rela. Dari ketiga unsur di atas dapat dipahami bahwa dalam kehidupan manusia yang bermoral pada dasarnya dituntut berperilaku otonom dalam arti ia bebas dengan penuh kesadaran dan sukarela serta tanggung jawab, dan dalam setiap perilakunya mencerminkan konsistensi (disiplin), karena dalam kaitan hidup dengan sesama perlu diwarnai kepedulian social sebagai wujud adanya kesadaran kolektif (rasa keterikatan dengan kelompok). 2) Nilai Karakter Kepedulian Sosial Nilai karakter kepedulian social pada dasarnya merupakan salah satu dari sekian banyak nilai kemanusiaan. Kata kemanusiaan menunjuk pada sifat-sifatnya, terdiri dari jasmani dan rohani dengan segala karakteristiknya, yang keduanya merupakan satu kesatuan. Ia dikaruniai sifat yang tertuju pada kepentingannya sendiri (sifat individual), dan sifat yang tertuju kepada kepentingan orang lain, masyarakat umum dan negara (sifat social). Kedua sifat ini saling berebut kuasa, oleh karenanya kedua sifat ini perlu dikendalikan dan dikembangkan secara serasi, agar tidak menimbulkan EFEKTOR ISSN. 2355-956X ; 2355-7621 Efektor.unpkediri.ac.id
35
Jurnal Nomor 26 April Tahun 2015
Bambang Soenarko ; Endang Sri Mujiwati.
penyimpangan perilaku. Kepedulian adalah perihal sangat peduli, sikap mengindahkan, sikap memperhatikan. Ketidak pedulian sama dengan mati rasa. Kepedulian sosial adalah minat atau ketertarikan untuk membantu orang lain. Apabila melihat orang-orang korban bencana atau menderita, secara langsung maupun di televisi, kemudian orang mengatakan “kasihan”, itu sesungguhnya belum menyentuh esensi kepedulian social apabila tidak diikuti dengan sebuah tindakan. Karena sesungguhnya peduli itu tidak hanya tahu tentang sesuatu yang salah atau benar, tapi ada kemauan melakukan gerakan sekecil apapun. Karakter kepedulian itu sesungguhnya merupa-kan kepekaan perhatian yang menim-bulkan sikap empati terhadap ke-susahan/ penderitaan orang lain, yang tidak hanya merasa kasihan tetapi ada kemauan melakukan gerakan sekecil apapun sebagai wujud ekspresi dalam 3 indikator antara lain : (1) Kemampuan dalam bersikap ikut merasakan penderitaan orang lain; (2) Kemampuan untuk bersikap mau memberikan pertolongan terhadap penderitaan orang lain; (3) Kemampuan kesadaran mahasiswa untuk bersikap rela ber-korban dalam memberikan pertolongan dalam bentuk apapun terhadap pen-deritaan orang lain. b. Konsep Pembelajaran Konsiderasi Pembelajaran Konsiderasi yang dikembangkan McPhail (dalam Sanjaya, 2007), menganggap bahwa pembentukan moral tidak sama dengan dengan pengem-bangan kognitif yang rasional. Pembelajar-an moral adalah pembentukan kepribadian bukan pengembangan intelektual. Oleh sebab itu model konsiderasi menekankan pada pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian. Tujuannya adalah agar peserta didik menjadi manusia yang memiliki kepedulian terhadap orang lain. Kebutuhan yang fundamental pada manusia adalah bergaul secara harmonis dengan orang lain, saling memberi dan menerima dengan penuh cinta dan kasih sayang. Model konsiderasi berasumsi bahwa perilaku moral bersifat “self reinforcing”, artinya memperlakukan orang lain dengan penuh perhatian itu pada dasarnya menyenangkan dan bermanfaat (Hersh, 1980 dalam Sutarno, 1991:27). Sebagaimana diungkapkan Sutarno (1991:24) yang mengutip pandangan Nasution (1989), bahwa model ini didasarkan pada kepercayaan bahwa : (1) Hidup untuk kepentigan orang lain merupakan pengalaman yang membebas-kan (yakni dari egoisme), (2) Hanya dengan memberikan “konsiderasi” kepada orang lain kita dapat mewujudkan diri kita sepenuhnya. Kebutuhan yang fundamental pada manusia ialah bergaul secara harmo-nis dengan sesama manusia, saling memberi dan menerima cinta kasih, “to love and to be loved”. Penggunaan model pembelajaran konsiderasi, yang lebih mengutamakan kepedulian terhadap orang lain mengindahkan perasaan orang lain dan tepo saliro atau dengan kata lain mengutamakan empati. c. Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang mengemban misi pembentukan moral sesuai dengan nilai dan kepribadian bangsa. Penanaman dan pembudayaan nilai yang bersumber dari nilai luhur Pancasila diharapkan dapat membentuk peserta didik berakhlak mulia, cerdas, demokratis, jujur, terampil, berani dan bertanggungjawab (good citizenship). Kemampuankemampuan sebagaimana diharapkan akan terbentuk pada diri peserta didik manakala peserta didik memahami, menghayati dan mengamal-kan nilai, norma, dan moral Pancasila, hingga terwujud kepribadian manusia Pancasilais. PKn bertujuan untuk: (1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarga-negaraan, (2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasya-rakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi, (3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masya-rakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaat-kan teknologi informasi dan komunikasi. PKn sebagai mata pelajaran yang kompleks, karena bukan hanya mengem-bangkan moral kognitif (cognitive moral development), tetapi juga sikap (afektif) dan prilaku (psikomotor). Dari kajian empiris, sebagaimana hasil temuan penelitian Sutarno (1991) yang mengungkapkan bahwa melalui pene-litiannya membuktikan bahwa model konsiderasi mempengaruhi sikap tenggang rasa pada diri siswa. Richard H. Hers (1980:59) dalam Sutarno (1991:31) menegaskan bahan program EFEKTOR ISSN. 2355-956X ; 2355-7621 Efektor.unpkediri.ac.id
36
Jurnal Nomor 26 April Tahun 2015
Bambang Soenarko ; Endang Sri Mujiwati.
pendidikan moral yang diajukan dalam implementasi pembelajaran model konsiderasi dari pengembangan McPhail terdiri atas tiga seksi dan tiap seksi terdiri atas beberapa unit. Seksi-seksi dan unit-unit tersebut adalah : 1) Seksi I : Andai kamu berada dalam situasi orang lain (in others people’s shoes), yang tebagi dalam 3 unit: Unit 1: Kepekaan (Sensitivity); Unit 2: Konsekuensi (Consequensces); Unit 3: Berbagai sudut pandang (Point of view) 2) Seksi II : Pengejawantahan aturan (Proving the rule), yang terbagi dalam 4 umit: Unit 1: Aturan dan individu (Rules and individuals); Unit 2: Apa yang kamu harapkan (What do you expect?); Unit 3: Kamu pikir siapa saya? (who do you think I am?); Unit 4: Untuk ke-pentingan siapa? (In whose interest?) 3) Seksi III : Apa yang kamu lakukan seandainya (What would you have done?) Situasi pada seksi I disusun sekitar masalah-masalah hubungan inter-personal yang dialami di rumah, di sekolah, atau dalam kehidupan ber-tetangga ; Seksi II terdiri dari konflik yang lebih luas yaitu berkaitan dengan kepentingan kelompok atau masalah otoritas; Seksi III bertujuan untuk memperluas perspektif moral siswa yang melampaui masyarakat sekitar dan mendorong kearah perkembangan yang lebih baik, lebih dalam dan lebih memberikan kerangka pertimbangan yang universal. Selanjutnya hasil temuan action research Kusumastuti (2005) bahwa melalui penggunaan model pembelajaran konsiderasi dapat meningkatkan sikap belas kasih dikalangan siswa. Pembe-lajaran model konsiderasi dari pengem-bangan model McPhail dalam Miller, (2002:190-190) dalam Kusumastuti (2005:11) menjelaskan bahwa imple-mentasi materi kepekaan ini bisa digunakan dalam bentuk: a) Menyajikan situasi kepada peserta didik, b) Meminta mereka agar menulis apa yang akan mereka lakukan dalam situasi tersebut, c) Meminta sukarelawan untuk menyajikan solusi-solusi mereka, d) Bermain peran tentang situasi yang disajikan, e) Membahas solusi-solusi yang disajikan dalam peran tersebut, f) Menyimpulkan dan menarik generalisasi dari situasi yang ada. Menurut Kusumastuti (2005), model konsiderasi (Sensitivity consideration model) atau model kepekaan pertim-bangan dalam buku aslinya dikenal sebagai “kepekaan perhatian”. Peter McPhail yang bekerja-sama dengan School Council Project dalam pendidikan moral di Inggris mengembangkan sejumlah materi pendidikan moral untuk memelihara kepekaan perasaan peserta didik terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain. Tahap pertama disebut In other People’s Shoes (di dalam sepatu-sepatu orang lain), dengan tujuan pokoknya mengembangkan “perhatian yang lebih” terhadap minat dan perasaan orang lain. Dan terakhir diungkapkan Djuwita (2006) tentang temuannya bahwa dampak instruksional yakni terbinanya aspek sosial, intelektual, dan emosional dan sikap empati, toleransi, dan tepo seliro. Mencermati implementasi pembe-lajaran konsiderasi, disamping langkah yang dijelaskan di atas dari peneliti terdahulu, masih ada lagi pandangan lain, diantaranya diungkapkan: 1. Sanjaya (2007), yang menegaskan implementasi model konsiderasi, guru dapat mengikuti tahapan pembelajaran seperti dibawah ini. a) Menghadapkan siswa pada suatu masalah yang mengandung konflik, yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ciptakan situasi “seandai-nya siswa ada dalam masalah tersebut”, b) Menyuruh siswa untuk menganalisis situasi masalah dengan melihat bukan hanya yang tampak, tetapi juga yang tersirat dalam permasalahan tersebut, misalnya perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain, c) Menyuruh siswa untuk melukiskan tanggapannya terhadap permasalahan yang dihadapi. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mene-laah perasaannya sendiri sebelum ia mendengar respon orang lain untuk dibandingkan, d) Mengajak siswa untuk menganalisis respon orang lain serta membuat kategori dari setiap respon yang diberikan siswa, e) Mendorong siswa untuk merumuskan akibat dan konsekuensi dari setiap tindakan yang disusulkan siswa. Dalam tahapan ini siswa diajak berpikir tentang segala kemungkinan yang akan timbul sehubungan dengan tindakannya. Guru perlu menjaga agar siswa dapat menjelaskan argumennya secara terbuka serta dapat saling menghargai pendapat orang lain. Diupayakan agar perbedaan pendapat tumbuh dengan baik sesuai dengan titik pandang yang berbeda, f) Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai sudut pandang (inter-disipliner) untuk menambah wawasan agar mereka dapat menimbang EFEKTOR ISSN. 2355-956X ; 2355-7621 Efektor.unpkediri.ac.id
37
Jurnal Nomor 26 April Tahun 2015
Bambang Soenarko ; Endang Sri Mujiwati.
sikap tertentu sesuai dengan nilai yang dimilikinya, g) Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri. Guru hendaknya tidak menilai benar atau salah atas pilihan siswa. Yang diperlu-kan adalah guru dapat membimbing mereka menentukan pilihan yang lebih matang sesuai dengan pertimbangan-nya sendiri 2. Somad (2008) menegaskan langkah-langkah pembelajaran konsiderasi: a) Menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konsiderasi, b) Meminta siswa menganalisis situasi untuk menemukan isyarat-isyarat yang tersembunyi berkenaan dengan perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain, c) Siswa menuliskan responsnya masing-masing, d) Siswa menganalisis respons siswa lain, e) Mengajak siswa melihat konsekuesi dari tiap tindakannya, f) Meminta siswa untuk menentukan pilihannya sendiri. Bertolak dari sejumlah pendapat sebagaimana dikutip di atas, tampaknya ada banyak persepsi yang melahirkan berbagai interpretasi dengan mengem-bangkan langkah pembelajaran konsi-derasi yang cukup bervariasi sebagai-mana kutipan diatas. Untuk itu menurut hemat peneliti perlu adanya suatu penyederhanaan dengan tetap berorientasi pada konsep McPhail sebagai pengem-bang “Consideration Theory”, yang menekankan pada tiga aspek “Andai kamu berada dalam situasi orang lain (in others people’s shoes”); “Pengeja-wantahan aturan (Proving the rule)”; “Apa yang kamu lakukan seandainya (What would you have done?)” Selanjutnya konteks penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mem-bangun/ membentuk moralitas, khusus-nya dalam upaya meningkatkan nilai karakter kepedulian sosial pada diri peserta didik, maka agar para guru di lapangan lebih mudah menerapkannya, peneliti mencoba untuk lebih menyederhanakan dalam implementasi pem-belajaran konsiderasi dengan langkah-langkah sebagai berikut. a. Sajian : Menghadapkan peserta didik pada situasi “in the people shoes” (andai aku dalam situasi orang lain), b. Respon : Memberikan kesempatan kepada peserta didik memberikan respon lisan atau pun tertulis, tentang pikiran dan perasaannya sehubungan dengan masalah tersebut, c. Analisis : Meminta peserta didik menganalisis dan mengajukan alternatif sikap dan tindakan yang hendak dilakukannya, sehubungan dengan masalah tersebut, d. Keputusan : Menegaskan konsekuensi dari ke-putusan yang dianbilnya dengan penuh tanggung jawab. Pembelajaran konsiderasi sebagaimana dalam konsep aslinya, yakni dengan membawa peserta didik masuk dan berhadapan dengan masalah sosial. Masalah sosial adalah situasi-situasi sosial yang mengandung konflik moral (peristiwa/ masalah sosial yang menimpa orang lain, artinya mengandung konsi-derasi) sehingga memungkinkan peserta didik terbawa dalam arus situasi yang mengharuskan dirinya melakukan pertim-bangan moral untuk mengambil keputusan moral. Reaksi peserta didik adalah merupakan ekspresi kesadaran moralnya yang konsisten, karena dihadapkan pada persoalan yang riil. Kondisi ini akan mendorong peserta didik memberikan tanggapan, mengajukan pendapat dan usulan tindakan yang seharusnya dilakukan sesuai dengan tingkat pemahaman dan penghayatannya akan nilai dan norma masyarakat, dan memberikan tanggapan atas usulan orang lain, serta mengantisipasi konsekuensi atas tindakan yang diusulkannya. Selanjutnya secara skematis akan tampak seperti berikut ini. RESPON : SAJIAN : Masalah yang mengandung konsiderasi “andai aku dalam situasi orang lain”
Peserta didik berdasarkan pikiran dan perasaannya, memberikan tanggapan (Tertulis/Lisan)
KEPUTUSAN :
ANALISIS :
Peserta didik memutuskan salah satu alternatif dan bertanggungjawab atas segala konsekuensinya
Peserta didik mengajukan alternatif Pemecahan masalah
EFEKTOR ISSN. 2355-956X ; 2355-7621 Efektor.unpkediri.ac.id
38
Jurnal Nomor 26 April Tahun 2015
Bambang Soenarko ; Endang Sri Mujiwati.
Gambar 2.1 : Skema langkah-langkah pembelajaran Konsiderasi (Modifikasi Peneliti) Bertolak dari permasalahan, kajian diatas, dapat dirumuskan hipotesis penelitianya, bahwa: “Pengunaan model pembelajaran konsiderasi memberikan pengaruh lebih baik terhadap moralitas khususnya nilai karakter kepedulian social pada mahasiswa tingkat I program studi PGSD, dibanding model pembelajaran tradisional” 3.
METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variable-variabel dalam pene-litian ini sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, masing-masing secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut. 1. Variabel Bebas : Dalam penelitian ini yang berkedudukan sebagai variabel bebas (variabel perlakuan atau treatment variable) yang berfungsi sebagai variabel pengaruh adalah “Modifikasi Model Pembelajaran Konsiderasi”. Secara operasional dapat didefinisikan sebagai suatu model strategi pembe-lajaran konsiderasi yang dimodifikasi (penyederhanaan), untuk melatih kepekaan perasaan dengan meng-hadapkan peserta didik pada masalah riil, untuk kemudian menanggapinya, menganalisis, untuk kemudian meng-ambil keputusan yang dipertanggung jawabkan, yang sengaja diterapkan dalam proses pembelajaran dalam rangka melatih kepekaan perasaan terhadap masalah social, sehingga meningkatkan nilai karakter (moralitas) peserta didik. 2. Variabel Terikat : Adapun yang berkedudukan sebagai variable terikat, dalam konteks penelitian ini aspek ”Nilai karakter kepedulian sosial”, yang didefinisi-kan operasional sebagai kepekaan peerasaan dan perhatian yang menimbulkan sikap empati terhadap kesusahan/ penderitaan orang lain, yang tidak hanya merasa kasihan tetapi ada kemauan melakukan gerakan sekecil apapun sebagai wujud ekspresi dalam 3 indikator antara lain : a) Kemampuan dalam bersikap ikut merasakan penderitaan orang lain, b) Kemampuan untuk bersikap mau memberikan pertolongan terhadap penderitaan orang lain, c) Kemampuan kesadaran mahasiswa untuk bersikap rela berkorban dalam memberikan pertolongan dalam bentuk apapun terhadap penderitaan orang lain. 3. Variabel Kontrol : Untuk menghindari bias pene-litian, maka sebagaimana cirri dari penelitian eksperimen adalah mela-kukan control variable. Adapun untuk mengkontrol variable adalah dengan cara menyamakan kondisi yang ada pada kedua kelompok, baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol, antara lain : a) Sasaran yang diteliti yakni khusus mahasiswa tingkat I (kelas paralel) prodi PGSD FKIP UNP Kediri, sehingga karakteristik subyek yang diteliti relative sama. b) Kondisi kelas parallel (kelas eksperimen dan kelas kontrol) baik secara kuantitatif maupun kualitatif relative sama B. Disain Penelitian Untuk dapat membuktikan kebenaran dugaan ada perbedaan pengaruh model pembelajaran konsi-derasi dibanding model pembelajaran tradisional terhadap moralitas maha-siswa sekolah dasar, maka dalam penelitian ini mencoba dilakukan dengan komparasi dari kedua model. Penelitian ini merupakan pene-litian eksperimen, dengan mengguna-kan desain eksperimen Pretest-postest Control Group Design, yaitu per-lakuan terhadap variable dependen akan diuji dengan cara membanding-kan keadaan variable dependen pada kelompok eksperimen setelah dikenai perlakuan dengan kelompok control yang tidak dikenai perlakuan (Azwar, 2004:118). KE KK
O1
X
O1 Awa l
-
EFEKTOR ISSN. 2355-956X ; 2355-7621 Efektor.unpkediri.ac.id
O2 Akh ir O2 Akh ir
39
Jurnal Nomor 26 April Tahun 2015
Bambang Soenarko ; Endang Sri Mujiwati.
Gambar 3.1 : Pretest-postest Control Group Design (Adopsi dari Azwar, 2004:118) C. Tempat dan Obyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Nusantara PGRI Kediri pada FKIP program studi PGSD TA. 2013-2014, yang menjadi sasaran penelitian adalah mahasiswa tingkat I, dengan pertimbangan mahasiswa tingkat I merupakan mahasiswa baru yang memiliki karakteristik yang masih kental dengan budaya dari siswa SLTA. D. Materi Pembelajaran dan Instrumen Penelitian 1. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran yang dikreasi dalam bentuk video clip (hasil kompilasi temuan perisiwa alam/ sosial) yang lebih berorientasi pada upaya untuk melatih kepekaan perasaan dan perhatian dengan menghadapkan peserta didik pada masalah riil yang representatif, hingga selanjutnya peserta didik lebih dapat menghayatinya secara mendalam, untuk kemudian menggerkan pikir, perasaan, dan tindakan. Untuk itulah maka realita masalah-masalah sosial yang mengandung konsiderasi dikemas dalam bentuk video klip (Kompilasi cuplikan peristiwa sosial/ bencana alam). 2. Instrumen Selanjutnya instrumen untuk menghimpun data dalam penelitian ini ditetapkan menggunakan Teknik Kuesioner, dengan pertimbangan jumlah subyek yang diteliti cukup besar. Selanjutnya indikator yang digunakan: 1) kemampuan untuk merasakan penderitaan orang lain; 2) kemauan untuk mengangkat orang lain dari penderitaan; 3) keiklasan untuk memberikan sebagian dari yang kita miliki. instrumen penelitian akan dikembangkan untuk masing-masing indikator sebanyak 30 item, hingga jumlah keseluruhannya sebanyak 90 item, yang masing-masing item akan disediakan option jawaban dengan bobot yang bertingkat dalam rentang 1-4. E. Uji Coba Instrumen Penelitian Uji coba instrumen, akan dikenakan pada sasaran di luar sampel di lembaga yang sama . Adapun uji coba instrumen ini antara lain meliputi: 1. Uji Validitas Uji validasi instrumen dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment. Item yang mempunyai korelasi positif di atas nilai r kritis tabel (0,361) menunjukkan bahwa item tersebut valid (Sugiyono, 1999:24). Jika r (korelasi), dengan item tersebut valid. Besarnya r tiap butir pertanyaan dapat dilihat dari SPSS pada kolom Corrected Items Correlation). Kriteria uji validitas secara singkat (rule of tumb) adalah 0,3. Jika Korelasi sudah lebih besar dari 0,3, pertanyaan yang dibuat dikatagorikan valid/shahih (Setiaji, 2004:61) 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas pengujiannya di-lakukan dengan uji Kesamaan Rasional dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson atau KR-21 (Sudjana, 1989:19), berikut ini. rxx
K x 2 X K X x 2 ( K
1)
Keterangan : rxx = Reliabilitas tes secara keseluruhan K = Jumlah butir soal dalam tes x2 = Variasi skor = Skor rata-rata (mean score) Variabel dapat dikatakan reliabel jika nilai r-hitung >0,6 F. Teknik Analisis Data EFEKTOR ISSN. 2355-956X ; 2355-7621 Efektor.unpkediri.ac.id
40
Jurnal Nomor 26 April Tahun 2015
Bambang Soenarko ; Endang Sri Mujiwati.
Mengingat data-data varibel yang bersifat numerical/ angka, maka teknik analisis data yang dimaksudkan untuk menguji hipo-tesis penelitian, akan digunakan teknik analisis “Teknik Analisis Komparasi”, dengan metode sta-tistika “t-tes”, yang operasi kom-putasi analisisnya dengan menggunakan jasa computer program SPSS. Adapun rumus manual sebagai berikut :
t M
2
M1
x 2 x 2
1
2
N N 1
(Sumber: Arikunto1992:264) Keterangan : t = Hasil analisis M1 = Mean kelompok eksperimen M 2 = Mean kelompok kontrol x 2 = Total deviasi kuadrat kelompok eksperimen 1 x 2
2
= Total deviasi kuadrat kelompok kontrol
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Tahapan penelitian telah dilakukan sesuai dengan rencana, khususnya sebagai-mana dituangkan secara metodologis (bab III), dapat dipaparkan berikut ini. A. Hasil Uji Coba Instrumen Instrumen penelitian yang berupa kuesioner, sebelum digunakan untuk menghimpun data, telah dilakukan uji coba untuk mengetahui keabsahannya. Langkah ini dilakukan agar instrumen penelitian dapat diketahui apakah cukup baik dan layak untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Kerlinger dalam Ibnu et all (2003: 73) menyatakan “Apabila seorang peneliti tidak mengetahui validitas instrumen yang di-gunakan, maka sedikit keyakinan yang dapat diberikan kepada data yang diperoleh dan kesimpulan yang diambil dari data tersebut”. Selain uji validitas, juga dilakukan uji normalitas dan homogenitas sebagai asumsi yang harus dipenuhi dalam melakukan analisis data menggunakan statistika parametrik. Uji coba instrumen dalam penelitian ini dilakukan terhadap 42 mahasiswa kesemuanya dari anggota populasi di luar sampel penelitian, untuk selanjutnya dilakukan analisis uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakakan jasa komputer program analisis statistik SPSS 17.0. dengan hasil sebagai berikut: 1. Analisis Uji Coba Instrumen a. Uji Validitas Uji validitas instrumen ini dilakukan dengan menghitung korelasi skor tiap item terhadap skor total sehingga diperoleh r hitung untuk tiap item. Pengujian validitas ini dilakukan dengan teknik Pearson Correlation. Selanjutnya untuk menetapkan valid tidaknya tiap item instrumen, nilai r-hitung alan dibandingkan dengan r kritis. Item yang mempunyai korelasi positif di atas nilai r kritis tabel (0,361) menunjukkan bahwa item tersebut valid (Sugiyono, 1999:24). Dari perhitungan inilah diputuskan dapat tidaknya item tersebut digunakan untuk mengambil data dalam penelitian - Jika r hitung ≥ r kritis (0,361), maka item tersebut dinyatakan signifikan, jadi dapat dinyatakan valid sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian. - Jika r hitung < r kritis (0,361), maka item tersebut dinyatakan tidak siginifikan, jadi tidak cukup valid sehingga harus drop, direvisi atau diganti. Berdasarkan ringkasan hasil analisis uji validitas, dari seluruh item sebagaimana dituangkan pada lampir-an 1 (sebanyak 90 item), dari hasil uji coba menunjukkan bahwa mayoritas valid. Secara kuantitatif dapat di-ketahui bahwa ada 18 item (20%) yang ternyata tidak valid dan harus dikeluarkan dari instrumen, sehingga instrumen yang digunakan dalam pengambilan data penelitian ini hanya 72 item. EFEKTOR ISSN. 2355-956X ; 2355-7621 Efektor.unpkediri.ac.id
41
Jurnal Nomor 26 April Tahun 2015
Bambang Soenarko ; Endang Sri Mujiwati.
b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas terhadap instru-men ini dilakukan uji Cronbach's Alpha, yang mana proses analisis uji reliabilitasnya. Adapun kriteria ke-putusan reliabilitas instrumen dengan mengikuti ketentuan berikut. - Jika harga r-hitung > r kritis (0,60) maka item tersebut dinyatakan signifikan, dan dapat dinyatakan reliabel sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian - Jika harga r-hitung < r kritis (0,60) maka item tersebut dinyatakan tidak siginifikan, dan dinyatakan tidak cukup reliabel sehingga harus direvisi atau diganti Selanjutnya ringkasan hasil analisis uji reliabilitas dapat di-laporkan sebagaimana tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1 : Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Scale: ALL VARIABLES Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .952 90 Berdasarkan ringkasan hasil analisis uji reliabilitas instrumen diatas diperoleh nilai Alpha sebesar 0,952 yang berarti jauh lebih besar dari 0,60. Dengan demikian simpulan hasil analisis dapat di-nyatakan bahwa keseluruhan item instrumen adalah reliabel, dengan demikian instrumen penelitian cukup layak untuk digunakan mengambil data dalam penelitian. 2. Uji Persyaratan Analisis Untuk kepentuk penerapan analisis dengan menggunakan t-Tes untuk sampel independen, harus memenuhi persyaratan atau meme-nuhi asumsi. Uji persyaratan analisis itu meliputi : a. Uji Normalitas Uji Normalitas terhadap data hasil penelitian ini dilakukan dengan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, yang mana proses analisis uji normalitas. Uji normalitas ini diperlukan sebagai persyaratan bagi teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis uji-t 2 sampel (Statistika Parametrik). Apa-bila data tidak normal, maka uji-t 2-sampel tidak tepat diterapkan. Hipotesis uji normalitas data sebagai berikut. Ho : Data menyebar normal H1 : Data tidak menyebar normal Hasil uji normalitas dengan menggunakan =0,05 Adapun ringkasan hasil uji normalitas dapat dikutip pada table berikut. Tabel 5.2 : Ringkasan Hasil Uji Normalitas NPar Tests Test Statisticsa Kepsos1 Most Extreme Differences
Absolute
.933
Positive
.000
Negative -.933 Kolmogorov-Smirnov Z 4.427 Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Grouping Variable: Kelompok1 EFEKTOR ISSN. 2355-956X ; 2355-7621 Efektor.unpkediri.ac.id
42
Jurnal Nomor 26 April Tahun 2015
Bambang Soenarko ; Endang Sri Mujiwati.
Bertolak dari hasil proses analisis uji normalitas menunjuk-kan bahwa harga asym. Sig (2tailed) diperoleh 0,000 berada dibawah 0,05 maka disimpulkan gagal menolak Ho, yang berarti bahwa keseluruhan data menyebar normal (berdistribusi normal). b. Uji Homogenitas Tabel 5.3 : Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Ke Equal variances p assumed so s Equal variances not assumed
Sig.
t
.176 .676 14.597
t-test for Equality of Means Sig. (2- Mean Std. Error df tailed) Difference Difference 88
.000 12.88889
.88301
14.597 87.809
.000 12.88889
.88301
Bertolak dari hasil proses analisis uji homogenitas meng-gunakan Levene's Test for Equality of Variances menunjuk-kan bahwa harga F diperoleh 0,176 dengan taraf signifikansi sebesar 0,676 yang kedudukannya berada diatas 0,05 maka hasil uji dapat disimpulkan gagal menolak Ho, yang berarti bahwa kondisi kedua sampel adalah Homogen. Selanjutnya dapat dipahami pula bahwa dengan terpenuhinya asumsi normalitas dan homogenitas data diatas, maka layak dianalisis dengan uji-t 2-sampel independen. 3. Analisis Deskriptif Penelitian ini dilaksanakan sejak awal bulan April. Data-data terhimpun sesuai dengan aspek amatan dalam adalah nilai karakter kepedulian social pada mahasiswa tingkat I Prodi PGSD FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri. Selanjutnya data-data peneliti-an dimaksud dapat dilaporkan sebagai berikut. a. Pelaksanaan Pembelajaran Konsiderasi Sebagaimana rencana yang digariskan dalam metode penelitian, bahwa pada kelompok (kelas Kontrol dan kelas Eksperimen) diberikan pembelajaran dengan materi yang sama, yakni tentang nilai kemanusiaan khususnya tentang nilai karakter kepedulian social). Namun model yang diterapkan berbeda. Pada kelas kontrol tetap menggunakan model yang ada sekarang yakni model tradisional/ konvensional, sedang kelas eksperimen merupakan kelas coba yang dikenakan model pem-belajaran konsiderasi. Dalam pembelajaran konsi-derasi, diterapkan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang ada, yakni : (1) Sajian: Menghadapkan siswa pada situasi “in the people shoes” (andai aku dalam situasi orang lain), (2) Respon: Memberikan kesempatan kepada peserta didik memberikan respon lisan atau pun tertulis, tentang pikiran dan perasaan-nya sehubungan dengan masalah tersebut, (3) Analisis: Meminta peserta didik menganalisis dan mengajukan alternatif sikap dan tindakan yang hendak dilakukannya, sehubungan dengan masalah tersebut, (4) Keputusan: Menegaskan konsekuensi dari keputusan yang dianbilnya dengan penuh tanggung jawab. Selanjutnya perlu dilaporkan bahwa sesuai dengan skenario pem-belajaran dan mengingat munculnya banyak ragam tanggapan mahasiswa terhadap suatu persoalan, maka hanya dapat dilakukan observasi kelas (evaluasi proses) dalam setiap kali proses pembelajaran terhadap respon, analisis dan keputusan yang diambil peserta didik. Dalam hal ini rata-rata mahasiswa menunjukkan respon yang positif, dan mampu melakukan analisis hingga mampu mengajukan alternatif pemecahan, dan mampu mengambil keputusan yang cukup bijak sesuai dengan nilai kemanusiaan EFEKTOR ISSN. 2355-956X ; 2355-7621 Efektor.unpkediri.ac.id
43
Jurnal Nomor 26 April Tahun 2015
Bambang Soenarko ; Endang Sri Mujiwati.
(nilai karakter kepedulian social). Artinya, sejalan dengan indikator nilai karakter kepedulian social, ternyata peserta didik tidak hanya mau merasakan penderitaan orang lain, tetapi juga muncul keinginan untuk meringankan penderitaan orang lain, serta menunjukkan kesediaannya untuk rela berkorban dalam bentuk apapun dalam meringankan penderitaan orang lain.
1)
b. Deskripsi Data Data-data penelitian ini terbagi dalam 2 kelompok, yakni (1) data tes awal dari kedua kelompok, (2) data tes akhir pada kelas IA dan kelas IB. Tes Awal Tabel 5.4 : Data Nilai Karakter Kepedulian Sosial pada Tes Awal KepSos * Kelp Crosstabulation 74.00 Kelp
5
3
8
75.00
2
2
4
1.00
2.00
Total
76.00
1
2
3
Kep 58.00 Sos 61.00
1
0
1
77.00
4
2
6
0
1
1
78.00
1
1
2
63.00
1
0
1
79.00
2
3
5
64.00
1
2
3
80.00
0
3
3
65.00
1
0
1
81.00
3
5
8
66.00
1
0
1
82.00
0
2
2
67.00
2
2
4
83.00
1
0
1
68.00
5
1
6
84.00
1
0
1
69.00
1
3
4
85.00
0
1
1
70.00
0
4
4
87.00
71.00
1
3
4
0 45
1 45
1 90
72.00
3
4
7
73.00
8
0
8
Total
Gambar 5.1 Kondisi Nilai Karakter Kepedulian Sosial pada Tes Awal (Pada Kedua Kelompok) Kondisi nilai karakter kepeduli-an social mahasiswa pada saat sebelum penelitian menunjukkan kondisi cukup baik seperti tampak pada tabel 4.6 dan gambar 5.1 yang mana kedua kelompok menunjukkan kecenderungan yang sama dan tampak adanya kesamaan/ kesetraan (homogen). EFEKTOR ISSN. 2355-956X ; 2355-7621 Efektor.unpkediri.ac.id
44
Jurnal Nomor 26 April Tahun 2015
Bambang Soenarko ; Endang Sri Mujiwati.
2)
Tes Akhir (kelompok eksperimen dan kelompok control (Kelas IA dan kelas IB) Tabel 5.5 : Data Nilai Karakter Kepedulian Sosial Kelompok
74.00
4
0
4
1.00
2.00
Total
75.00
3
2
5
Kepsos 58.00
0
1
1
76.00
3
0
3
60.00
0
1
1
78.00
8
1
9
61.00
0
1
1
79.00
4
0
4
62.00
0
2
2
80.00
8
0
8
63.00
0
7
7
81.00
1
0
1
65.00
0
2
2
82.00
3
0
3
66.00
0
6
6
83.00
1
0
1
67.00
0
6
6
84.00
1
0
1
68.00
0
5
5
85.00
1
0
1
69.00
0
6
6
86.00
1
0
1
71.00
0
1
1
87.00
4
0
4
72.00
0
4
4
89.00
73.00
1
0
1
2 45
0 45
2 90
Total
Gambar 5.2 Kondisi Nilai Karakter Kepedulian Sosial pada Tes Akhir Kondisi Nilai Karakter Kepedulian Sosial mahasiswa pada saat setelah perlakuan, menunjukkan kondisi cukup baik seperti tampak pada tabel 4.7 yang mana kedua kelompok jika diamati masing-masing memiliki kecenderungan nilai pada posisi yang berbeda, hal ini menunjukkan adanya perbedaan, hal ini diperjelas dengan gambar 4.2. 3) Hasil Analisis t-Tes Sebagaimana diatas telah dipapar-kan bahwa data-data hasil penelitian telah memenuhi asumsi analisis statistika para-metric, dengan uji uji-t 2-sampel inde-penden. Uji hipotesis dengan meng-gunakan =0,05sebagai berikut. H0 : μKK =μKE H1 : μKK μKE EFEKTOR ISSN. 2355-956X ; 2355-7621 Efektor.unpkediri.ac.id
45
Jurnal Nomor 26 April Tahun 2015
Bambang Soenarko ; Endang Sri Mujiwati.
Selanjutnya mengenai kutipan hasil analisis menggunakan SPSS versi 17.0, dapat dipaparkan berikut ini. Tabel 5.6 : Tabel Statistik Group Statistics Kelompok
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Kepsos 1.00
45
79.8444
4.28505
.63878
2.00
45
66.9556
4.08965
.60965
Tabel 5.7 : Hasil Analisis Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Ke Equal variances assumed ps os Equal variances not assumed
.176
t-test for Equality of Means
Sig.
t
.676 14.597
Mean Std. Error Sig. (2-tailed) Difference Difference
df 88
.000
12.88889
.88301
14.597 87.809
.000
12.88889
.88301
Bertolak dari hasil proses analisis data den uji-t 2 sampel independen, diperoleh harga t sebesar 14,597 dengan signifikansi 0,00 maka hasil uji dapat disimpulkan Ho ditolak, yang berarti bahwa kedua sampel berbeda secara signifikan. Output pada table di atas menunjukkan bahwa terdapat cukup bukti bahwa rerata Nilai Karakter Kepedulian Sosial mahasiswa pada kelompok eksperimen dibanding kelompok kontrol menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan. 5. KESIMPULAN Berkaitan dengan hasil analisis sebagaimana dipaparkan di atas, maka sebagai temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa “Pengunaan modifi-kasi model pembelajaran konsiderasi memberikan pengaruh lebih baik terhadap peningkatan nilai karakter kepedulian social pada mahasiswa, dibanding model pembelajaran tradisional”. Hal ini sejalan dengan teori sebagaimana dikaji di awal bahwa pembelajaran afektif perlu men-dapatkan perhatian dan pembenahan dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai. Pola pembelajaran yang cenderung tradisional harus berangsur bahkan segera ditekan seminim mungkin. Terlebih dikaitkan dengan implementasi kurikulum 2013 yang secara tegas mengembangkan 3 ranah, antara lain pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga ranah ini pada kurikulum-kurikulum sebelumnya tidak mendapatkan perhatian pengembangannya secara proporsioanal, dan bahkan ranah sikap sengaja diabaikan dan mengutamakan pengembangan ranah pengetahuan karena memiliki keterkaitan dengan tuntutan target untuk lolos ujian. Dengan temuan penelitian ini setidaknya dapat digunakan sebagai alternative acuan bagi para guru di lapangan untuk mengembangkan kompetensi sikap
EFEKTOR ISSN. 2355-956X ; 2355-7621 Efektor.unpkediri.ac.id
46
Jurnal Nomor 26 April Tahun 2015
Bambang Soenarko ; Endang Sri Mujiwati.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian (Suatu endekatan Praktis). Jakarta : Rineka Cipta. Azwar, Saifudin. 1996. Tes Prestasi, Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Edisi II, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Budiningsih, C. Asri. 2004. Pembelajaran Moral : Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Djuwita, Puspita. 2006. Penerapan Model Konsiderasi Pada Proses Belajar Mengajar PP-Kn Di SLTP Kota Bengkulu. FKIP Universitas Bengkulu. Dukheim, Emile. 1961. Moral Education. The Free Press of Glencoe, Inc. Terjemahan Lukas Ginting. 1990. dengan judul Pendidikan Moral. Jakarta : Penerbit Erlangga. Kusumastuti. 2005. Penggunaan Model Pembelajaran Konsiderasi Untuk Meningkatkan Sikap Belas Kasih Siswa Kelas I Pada Mata Pelajaran PP-Kn di SDN. Pakijangan II Kecamatan Wonorejo II Kabupaten Pasuruan Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi. FKIP Universitas Negeri Malang. Magnis, Frans Suseno. 1990. Etika Dasar (Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral). Yogyakarta : Kanisius. Santo John de. Dkk., 1995. Tahap-tahap Perkembangan Moral - Lawrence Kohlberg. Terjemahan. Yogyakarta : Ksnisius. Sanjaya, Wina. 2007. Model Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan. Jakarta : Kecana. Somad, Abdul. 2006. Pendidikan Nilai Sebagai Basic Pembinaan Nilai Generasi Muda. Artikel. Buletin Gerakan Indonesia Bersatu. Sutarno. 1991. Pengaruh Penerapan Model Konsiderasi Terhadap Sikap Tenggang Rasa. Tesis, FPs IKIP Bandung. Suyanto, Totok. dkk. 1998. Peranan metode dilema moral dalam pembentukan pertimbangan moral siswa. Jurnal Riset No. 09/Th.V/1998. Trimo. 2007. Pendidikan Penanaman Nilai Dalam Pendidikan. Artikel Dalam Pendidikan Network. Warsono. 2006. Membangun Moral Generasi Muda Melalui Gerakan Pramuka. Disampaikan dalam Musda Pramuka Provensi Jatim. Surabaya. _____. 2008. Manusia, Jati Diri Bangsa, dan Pancasila, suatu kajian filosofis (Pidato Pengukuhan Guru). 27 Mei 2008. Universitas Negeri Surabaya. Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan Futuristik. Jakarta. Bumi Aksara. Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
EFEKTOR ISSN. 2355-956X ; 2355-7621 Efektor.unpkediri.ac.id
47
Jurnal Nomor 26 April Tahun 2015