ALTERNATIF STRATEGI PENINGKATAN MUTU SEKOLAH BERDASARKAN ANALISIS SWOT DI SDN 1 NGADIREJO KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG R. Suharti
[email protected] Bambang S Sulasmono
[email protected]
ABSTRACT This research is a development research. It means that the reaserch is used to produce a particular product and to test the effectiveness of the product itself. However, this research is limited only produces a planning strategy of quality development of SDN 1 Ngadirejo. The objectives of this research are; (1) To know the efforts that have been done by SDN 1 Ngadirejo in order to improve the school quality. (2) To know strengths, weakness, opportunities and threats which become the factors in improving the quality of SDN 1 Ngadirejo. (3) To formulate the alternative strategy that needs to be done to maintain and improve the quality of SDN 1 Ngadirejo. The collecting data were conducted by interviews, observation and research documentations. Those data obtain about efforts that have been done by SDN1 Ngadirejo in order to improve the school quality. FGD method is also used in supporting SWOT instrument analysis to identify the internal and external factors in order to know the strengths, the weakness, the opportunities, and the threats owed by the school. The result of input and output SWOT analysis aspects in improving the school quality stated SDN 1 Ngadirejo in quadrant 1 SO which supports an aggressive strategy to support the school development. Thus, the planning strategy is made using the power of internal school environment in order to get advantages of the opportunities from the external school environment. The strategic planning which is made consists of input, process and output aspects. They are developing educational facilities, empowering teachers to use information technology in teaching and learning process, and building a positive image through the output result. Based on the result of the research, the school is suggested to implement the strategic planning which has been prepared jointly by all the stakeholders of the school. Keywords: School quality, SWOT analysis, Strategic plan.
Pendahuluan Upaya
peningkatan
mutu
merupakan
agenda
setiap
institusi
pendidikan. Mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang baik, memenuhi syarat, dan segala komponen yang harus terdapat dalam pendidikan. Komponen-komponen itu adalah masukan (input), proses, keluaran (output), tenaga kependidikan, sarana prasarana, serta biaya.
Menurut Syaodih (dalam Mulyasa 2006), proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia (administrator, guru, konselor, dan tata usaha) yang bermutu dan professional; sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media, sumber belajar yang memadai; biaya yang mencukupi; manajemen dan strategi yang tepat, serta lingkungan yang mendukung. Jika semua komponen itu berfungsi optimal akan tercipta sekolah yang memiliki
lulusan
mempunyai
yang
kemampuan
unggul
mutunya,
yaitu
dan
keterampilan
peserta
sesuai
didik
dengan
yang
tuntutan
masyarakat. Banyak ahli yang mengemukakan tentang definisi mutu. Sallis (2006), misalnya menyatakan bahwa mutu adalah sebuah filosofis dan metodologis yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan eksternal yang berlebihan. Sedang menurut Danim (2007), mutu mengandung makna derajat keunggulan sesuatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang dan jasa. Sedangkan dalam dunia pendidikan barang dan jasa itu bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan. Di sisi lain Sumayang (2003) menyatakan bahwa quality (mutu) adalah tingkat dimana rancangan spesifikasi sebuah produk barang atau jasa sesuai dengan fungsi dan penggunaan, di samping itu quality adalah tingkat dimana sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan rancangan spesifikasinya. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa mutu (quality) adalah derajad keunggulan suatu barang atau jasa, yang ditunjukkan oleh tingkat dimana rancangan spesifikasi produk atau jasa sesuai dengan fungsi dan penggunaannya. Mutu berfungsi sebagai acuan filosofis dan metodologis yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan eksternal yang berlebihan. Dalam rangka menjamin kelangsungan hidupnya setiap lembaga lazimnya memiliki dan sekaligus menjalankan strategi peningkatan mutu. Strategi
adalah
alat
untuk
mencapai
tujuan.
Dessel
(2008)
mengatakan bahwa strategi adalah rencana jangka panjang organisasi berkenaan dengan bagaimana organisasi itu menyelaraskan kekuatan dan kelemahan internalnya dengan peluang dan ancaman eksternal untuk mempertahankan
keunggulan
kompetitif.
Strategi
yang
tepat
dapat
mengantarkan organisasi atau lembaga pendidikan pada keberhasilan mencapai tujuannya dan tetap memiliki keunggulan kompetitif. Sedangkan
menurut James & Edward (dalam Umar 2002) strategi adalah rencana yang dilakukan oleh para manajer puncak dan menengah untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih luas. Berdasarkan ke dua pendapat tersebut maka dalam penerapan strategi di sekolah, kepala sekolah melalui koordinasi dengan guru-guru, perlu membuat rencana strategis yang akan dijalankan bersama demi mencapai tujuan sekolah. Untuk
mendapatkan
strategi
yang
tepat,
lembaga
pendidikan
memerlukan pengenalan dan penguasaan terhadap berbagai informasi lingkungan strategisnya. Lingkungan strategis lembaga pendi-dikan itu akan selalu berubah dan mempengaruhi eksistensinya. Karena itu lembaga pendidikan perlu melakukan analisis yang cermat terhadap lingkungan strategisnya. Analisis ini dimaksudkan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan internal lembaga serta mema-hami peluang dan ancaman eksternalnya, sehingga lembaga dapat melakukan antisipasi terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi. Sallis (2006) mengemukakan salah satu alat yang dapat digunakan dalam perencanaan strategi peningkatan mutu sekolah adalah analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman). SWOT adalah perangkat umum yang didesain sebagai alat analisis, yang selanjutnya analisis itu disebut dengan analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan sebagai
langkah
awal
untuk
proses
pembuatan
keputusan
dan
perencanaan strategis (Wulaningrum et al., 2006). Analisis SWOT itu adalah komparasi dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (Snell dan Bohlander, 2007). Kerangka pikir yang mendasari analisis SWOT ini adalah mengoptimalkan kekuatan (Strengths), dan peluang (Opportunities), serta meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) yang sedang dialami organisasi atau lembaga. Analisis terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang sedang dialami oleh lembaga itu disebut
dengan
analisis
situasi
atau
lingkungan
(Rangkuti,
2006).
Komparasi dari hasil analisis lingkungan internal dan eksternal ini akan menghasilkan alternatif-alternatif strategi yang sesuai yang dimiliki oleh lembaga. Analisis SWOT memberikan informasi kepada pengambil keputusan sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan dan tindakan (Sagala, 2007). Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Snell dan Bohlander (2007) bahwa analisis SWOT membantu pengambil keputusan untuk
menyimpulkan fakta-fakta penting, dan prediksi-prediksi atau proyeksiproyeksi yang diperoleh dari analisis faktor internal dan eksternal. Selanjutnya,
kesimpulan
tersebut
dijadikan
sebagai
dasar
untuk
merumuskan dan menyusun strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, mengatasi ancaman, dan mengurangi atau meminimalkan kelemahan internal. Selain empat komponen dasar ini, terdapat asumsi dasar dari model ini adalah korelasi yang berpasangan antara S dan W serta O dan T. Korelasi berpasangan ini terjadi karena diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan yang ada di sekolah selalu ada kelemahan yang bersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka untuk sekolah selalu ada ancam-an yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan Strength (S), harus memiliki satu pasangan Weaknesses (W) dan setiap satu rumusan Opportunity (O) harus memiliki satu pasangan Threats (T) (David, 1996). Berbeda dengan pendapat para pakar di atas, masyarakat umumnya menilai mutu sekolah dari beberapa kriteria saja yaitu prestasi nilai UN dan prosentase kelulusan. Hal tersebut mendorong setiap sekolah untuk menyusun strategi peningkatkan mutu
utamanya agar sekolah dapat
meraih prestasi bagus dalam Ujian Nasional. Kondisi semacam itu juga terjadi di SDN 1 Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Sekolah ini merupakan salah satu lembaga pendidikan milik pemerintah yang berdiri 1 Januari 1951. SDN 1 Ngadirejo berada pada lokasi yang strategis karena berada di pusat persimpangan 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Candiroto, Kecamatan Wonoboyo, Kecamatan Jumo, dan Kecamatan Parakan. Animo masyarakat menyekolahkan putra-putrinya ke SDN 1 Ngadirejo cukup besar. SDN 1 Ngadirejo merupakan SD favorit di Kecamatan Ngadirejo karena di samping merupakan SD inti yang letaknya sangat strategis juga mempunyai prestasi yang bagus dibandingkan SD di sekitarnya. Namun antara tahun pelajaran 2004/2005 s.d 2007/2008 prestasi Ujian Nasional (UN) kalah dengan sekolah yang lain. Meskipun prosentase lulusan selalu 100% namun belum bisa menduduki posisi terbaik
di
tingkat
menurun sekali
kecamatan.
Bahkan
tahun
pelajaran
2007/2008
menjadi ranking 5 kecamatan. Termasuk juga keadaan
jumlah siswa selama 4 tahun tersebut tidak ada perkembangan yang berarti.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis ingin meneliti mengenai alternatif strategi mempertahankan dan meningkatkan mutu di SDN 1 Ngadirejo. Metode Penelitian Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah desain penelitian pengembangan.
Sugiyono
(2011)
menyatakan
bahwa
penelitian
pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Tetapi dalam penelitian ini dibatasi sampai menghasilkan produk saja yaitu sampai menghasilkan rencana strategi peningkatan mutu SDN1 Ngadirejo. Penelitian ini menggunakan dua macam data, yaitu data primer dan data
sekunder.
Data
primer
diperoleh
dan
dikumpulkan
melalui
wawancara, dan Focus Group Discussion (FGD), secara langsung dari sumber pertama, yaitu subjek penelitian atau orang kunci (key informant) yang dianggap kompeten untuk memberikan informasi. Subjek penelitian atau informan kunci dalam penelitian ini terdiri dari kepala sekolah, guru, siswa, dan komite sekolah. Adapun data sekunder diperoleh dari data yang sudah diolah atau disajikan oleh pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari berbagai macam dokumen tertulis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti antara lain berupa kurikulum, profil sekolah, program kerja sekolah, data guru, data siswa, nilai UN, prestasi akademik dan non akademik, daftar inventaris, dan buku jaringan kerjasama. Semua data yang diperoleh dalam penelitian ini diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk mengecek keabsahan dan kebenaran atau validitas internal data yang diperoleh saat FGD, peneliti menguji validitas dan reliabilitasnya berdasarkan kredibilitas (kepercayaan). Peneliti melakukan pengujian kredibilitas dengan tiga cara yaitu teknik perpanjang-an pengamatan,
triangulasi,
dan
pemeriksaan
sejawat,
melalui
diskusi
maupun analisis informasi yang berbeda. Hasil Penelitian Pembahasan Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek Input Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal untuk aspek input di SDN 1 Ngadirejo diperoleh hasil skor akhir IFAS (kekuatan – kelemahan) adalah 1,41 sedangkan skor akhir EFAS (peluang – ancaman) adalah 1,14. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa strategi berada di
kuadran SO (strength – opportunity) yang mendukung strategi agresif, menggunakan kekuatan dari lingkungan internal sekolah dan meraih peluang yang ada pada lingkungan eksternal untuk meningkatkan mutu sekolah khususnya pada aspek input (Umar, 2002). Tabel 4.14 Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Input IFAS Kategori Kekuatan (S) Kelemahan (W) Total (S-W)
EFAS Total Skor 4,01 2,6 1,41
Kategori Peluang (O) Ancaman (T) Total (O-T)
Total Skor 4,14 3 1,14
Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal aspek input SDN 1 Ngadirejo maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal aspek input (kekuatan – kelemahan) adalah 1,41. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan dari faktor kelemahan sehingga dengan kekuatan minat dan motivasi belajar siswa yang tinggi, jumlah buku ajar untuk guru dan siswa yang cukup, serta dana operasional sekolah yang mencukupi dan kerja sama guru yang bagus serta 89% guru berpendidikan S1 dapat mengatasi kelemahan dalam menangani tingkat kemampuan siswa yang beragam, fasilitas sekolah yang kurang dan jumlah guru PNS yang kurang. Sedangkan kepemimpinan kepala sekolah yang relevan, program sekolah yang jelas dapat mengatasi kelemahan dalam pengelolaan sekolah. Skor akhir lingkungan eksternal aspek input (peluang – ancaman) adalah 1,14. Ini menunjukkan bahwa faktor peluang masih lebih dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa posisi SDN 1 Ngadirejo berada pada titik (1,41; 1,14) berarti ada pada kuadran SO (strength – opportunities) hal ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena sekolah memiliki kekuatan dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif dengan menggunakan kekuatan yang ada pada sekolah untuk memanfaatkan peluang dari luar. Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu sekolah untuk aspek input di SDN 1 Ngadirejo adalah: (1) Mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan; (2) Mengembangkan lingkungan sekolah menuju komunitas belajar melalui program 7K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan,
Kerindangan, Keamanan, Keamanan, dan Kekeluargaan); (3) Memberdayakan guru dalam pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kinerja; (4) Mengembangkan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana belajar; (5) Membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan potensi siswa; (6) Dibentuk Tim Evaluasi program sekolah. 2. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek Proses Setelah
mengidentifikasi
berbagai
faktor
kekuatan,
kelemahan,
peluang, dan ancaman untuk aspek proses kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan untuk total skor akhir adalah sebagai berikut: Tabel 4.15 Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Proses IFAS Kategori Kekuatan (S) Kelemahan (W) Total (S-W)
EFAS Total Skor
Kategori
Total Skor
Peluang
4,03
3,53
(O) Ancaman
2,25
1,97
(T)
1,78
Total (O-T)
1,56
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal (IFAS) dan lingkungan eksternal (EFAS) untuk aspek proses di SDN 1 Ngadirejo diperoleh hasil skor akhir IFAS aspek proses (kekuatan – kelemahan) adalah 1,78. Sedangkan skor akhir EFAS aspek proses (peluang – ancaman) adalah 1,56. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa strategi berada di kuadran SO (strength – opportunity) yang mendukung strategi agresif, memanfaatkan kekuatan yang ada untuk menangkap peluang yang ada dari luar. Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal aspek proses SDN 1 Ngadirejo maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal aspek proses (kekuatan – kelemahan) adalah 1,78. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan dari faktor kelemahan sehingga sekolah bisa memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi kelemahan yang muncul. Sedangkan skor akhir lingkungan eksternal aspek proses (peluang – ancaman) adalah 1,56. Angka ini menunjukkan bahwa peluang SDN 1 Ngadirejo lebih besar daripada ancaman yang ada. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa posisi SDN 1 Ngadirejo berada pada titik (1,78; 1,56) yaitu
berada
pada
kuadran
SO
(strength
–
opportunities)
yang
mengindikasikan perlu dilakukannya strategi agresif, memfokuskan upaya menggunakan
kekuatan
memanfaatkan peluang.
internal
SDN
1
Ngadirejo
untuk
dapat
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut, maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu sekolah untuk aspek proses di SDN 1 Ngadirejo adalah: (1) Memberdayakan guru untuk menggunakan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar; (2) Mengintensifkan kegiatan keagamaan untuk membentuk siswa yang iman dan taqwa; (3) Meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar
sekolah
untuk
mendukung
kegiatan
ekstra
kurikuler;
(4
Mengintensifkan kegiatan supervisi dan monitoring oleh kepala sekolah); (5) Mengefektifkan kegiatan KKG untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui guru dalam PBM. 3. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek Output Setelah
mengidentifikasi
berbagai
faktor
kekuatan,
kelemahan,
peluang, dan ancaman untuk faktor output kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan untuk total skor akhir adalah sebagai berikut: Tabel 4.16 Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Output IFAS Kategori Kekuatan (S) Kelemahan (W) Total (S-W)
EFAS Total Skor 4,3 1,9 2,4
Kategori Peluang (O) Ancaman (T) Total (O-T)
Total Skor 3,88 2,2 1,68
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal (IFAS) dan lingkungan eksternal (EFAS) untuk aspek output di SDN 1 Ngadirejo diperoleh hasil skor akhir IFAS aspek output (kekuatan – kelemahan) adalah 2,4. Sedangkan skor akhir EFAS aspek output (peluang – ancaman) adalah 1, 68. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa strategi berada di kuadran SO (strength – opportunity) yang mendukung strategi agresif, memanfaatkan peluang yang ada dari luar untuk mengatasi ancaman yang muncul dari lingkungan eksternal sekolah pada aspek output. Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal aspek output di SDN 1 Ngadirejo maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal aspek output (kekuatan – kelemahan) adalah 2,4. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan dari faktor kelemahan sehingga sekolah bisa memanfaatkan kekuatan
yang
dimiliki
untuk
mengatasi
kelemahan
yang
terjadi.
Sedangkan skor akhir lingkungan eksternal aspek output (peluang –
ancaman) adalah 1,68. Ini menunjukkan bahwa faktor peluang lebih dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa posisi SDN 1 Ngadirejo berada pada titik (2,4; 1,68) berarti pada posisi atau kuadran SO (strength – opportunities) yang mengindikasikan perlu diterapkan strategi agresif yaitu menggunakan kekuatan yang ada pada sekolah untuk menangkap peluang dari luar. Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut, maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu sekolah untuk aspek output di SDN 1 Ngadirejo adalah: (1) Membangun image positif sekolah melalui output yang dihasilkan; (2) Meningkatkan prestasi siswa dalam bidang akademik maupun non akademik; (3) Meningkatkan pelaksanaan pendidikan karakter; (4) Meningkatkan pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup sesuai yang tertuang dalam kurikulum; (5) Membentuk jaringan alumni untuk diberdayakan dalam kegiatan sekolah. 4.3.5 Rencana Strategis Aspek Input Berdasarkan
hasil
analisis
SWOT
untuk
IFAS
dan
EFAS
menghasilkan strategi di kuadran SO (strength – opportunities), yaitu strategi agresif yang mendukung pertumbuhan. Strategi ini menggunakan kekuatan internal sekolah untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar sekolah (Robbin & Coulter, 2009). Berikut ini adalah rencana strategis yang dibuat sebagai upaya peningkatan mutu untuk input di SDN 1 Ngadirejo. Renstra pertama, mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan. Dengan adanya kepedulian orang tua dan komite yang bagus terhadap pendidikan
merupakan
peluang
bagi
sekolah
untuk
bersama-sama
membuat program pengembangan sarana prasarana yang sekarang masih banyak kekurangan. Disamping itu pendekatan dengan dinas pendidikan sangat diperlukan agar usulan bantuan baik berupa bangunan maupun sarana
pendidikan
bisa
diwujudkan.
Sekolah
juga
bisa
melakukan
terobosan-terobosan dengan mengajukan proposal kemanapun yang kirakira ada peluang untuk memberi bantuan. Hal tersebut sangat diperlukan untuk melengkapi sarana prasarana seperti ruang kelas, ruang pimpinan, ruang laboratorium, mushola, aula/ruang serba guna, dan perangkat teknologi
informatika.
Kalau
sarana
prasarana
pendidikan
sudah
memenuhi maka diharapkan mutu pendidikan di SDN 1 Ngadirejo akan lebih meningkat lagi.
Renstra
kedua,
mengembangkan
lingkungan
sekolah
menuju
komunitas belajar melalui program 7K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan, dan Kekeluargaan). Pengembangan komunitas belajar di SDN 1 Ngadirejo bisa dimulai dengan menata lingkungan fisik melalui program 7K, sehingga nyaman dan kondusif untuk belajar. Bersamaan dengan itu, kebiasaan belajar ditumbuhkan melalui kegiatan gemar membaca. Guru dapat menugasi siswa untuk membaca buku yang relevan dengan topik/materi pelajaran yang dibahas, bisa ditugaskan secara individual atau kelompok yang penting membiasakan anak membaca. Pola tersebut mampu mendorong tumbuhnya komunitas belajar di sekolah. Renstra ketiga, memberdayakan guru dalam pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kinerja. Sekolah dengan jumlah siswa banyak secara otomatis bantuan operasional dari pemerintah juga banyak. Dana tersebut sebagian bisa dimanfaatkan untuk memberdayakan guru dalam pelatihanpelatihan yang dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru sehingga pada gilirannya diharapkan para guru dapat memperoleh keunggulan kompetitif dan dapat memberikan pelayanan yang sebaikbaiknya. Dengan kata lain, mereka dapat bekerja secara lebih produktif dan mampu meningkatkan kualitas kinerjanya Renstra keempat, mengembangkan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana belajar. Sekolah perlu memfasilitasi siswa dengan sarana belajar berbasis TIK agar siswa dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dan sebagai sarana belajar sehingga bisa meningkatkan prestasinya di sekolah.
Dengan kemajuan teknologi siswa bisa mencari
materi-materi pelajaran yang diperlukan melalui internet sehingga wawasan anak semakin luas. Renstra
kelima,
membentuk
klub-klub
prestasi
untuk
mengembangkan potensi siswa. Dengan adanya siswa yang banyak dengan kemampuan yang beragam serta minat dan motivasi belajar siswa yang tinggi, maka sekolah perlu mengembangkan potensi siswa secara maksimal sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat siswa masing-masing. Sekolah perlu membentuk klub-klub prestasi sehingga siswa yang mempunyai bakat atau kemampuan yang lebih baik dalam bidang akademik, olah raga maupun
seni dapat dikembangkan kemampuannya melalui klub-klub
prestasi tersebut seperti klub bahasa dan sastra, klub sains, klub sepak bola, klub basket, klub seni dan lain-lain. Klub ini dikembangkan dibawah
bimbingan seorang guru ataupun pelatih yang mempunyai kemampuan di bidang tersebut. Renstra keenam, dibentuk Tim Evaluasi program sekolah. Meskipun program sudah berjalan tetapi sekolah perlu membentuk tim evaluasi program yang tugasnya
secara periodik mengevaluasi program sekolah
untuk mengetahui prosentase ketercapaian program, apa target yang diharapkan, sejauh mana hasil yang sudah dicapai, kesenjangannya apa, dan pemecahannya bagaimana. Hasil dari evaluasi program tersebut bisa dijadikan dasar penyusunan program yang akan datang agar menjadi lebih baik. 4.3.6 Rencana Strategis Aspek Proses Berdasarkan
hasil
analisis
SWOT
untuk
IFAS
dan
EFAS
menghasilkan strategi di kuadran SO (strength – opportunities), yaitu strategi agresif yang mendukung pertumbuhan. Strategi ini menggunakan kekuatan internal sekolah untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar sekolah (Robbin & Coulter, 2009). Berikut ini adalah rencana strategis yang dibuat sebagai upaya peningkatan mutu untuk input di SDN 1 Ngadirejo. Renstra pertama,
memberdayakan
guru
untuk
menggunakan
teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Dengan bantuan media informasi guru dapat melakukan pembelajaran yang kreatif dan menarik sehingga tidak hanya meningkatkan minat belajar siswa tetapi juga meningkatkan kualitas guru dalam tugas mengajar. Selain itu melalui media internet guru dapat mencari materi-materi sebagai tambahan dalam menyiapkan bahan ajar bagi siswa. Renstra
kedua,
mengintensifkan
kegiatan
keagamaan
untuk
membentuk siswa yang iman dan taqwa. Sesuai dengan visi misi sekolah untuk membentuk kepribadian siswa yang iman dan taqwa maka guru harus memantapkan penghayatan dan pengamalan hidup beragama siswa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Selain itu guru juga harus menanamkam nilai-nilai Aqidah dan budi pekerti luhur dengan maksimal. Kegiatan keagamaan tersebut secara rinci sudah dijabarkan dalam kurikulum,
sehingga kalau semuanya dilaksanakan sesuai yang
tertuang dalam kurikulum maka hasilnya akan maksimal. Renstra ketiga, meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar sekolah untuk mendukung kegiatan ekstra kurikuler . meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar sekolah untuk mendukung kegiatan ekstrakurikuler. Sekolah perlu mengalokasikan
dana untuk kegiatan ekstrakurikuler termasuk untuk honor pelatih dari luar sekolah. Hal tersebut sangat penting untuk memaksimalkan potensi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler. Renstra keempat, mengintensifkan kegiatan supervisi dan monitoring oleh kepala sekolah. Dengan melaksanakan supervisi dan monitoring secara intensif maka kepala sekolah dapat memberikan bantuan teknis dan bimbingan
kepada
meningkatkan
guru
kualitas
dan
staf
kinerjanya,
agar dalam
personal
tersebut
melaksanakan
mampu
tugas
dan
melaksanakan proses belajar mengajar Renstra kelima, mengefektifkan kegiatan KKG untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui guru dalam PBM. Masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas beragam bentuk dan modelnya. Penanganan terhadap setiap persoalan untuk mencari jalan keluar antara guru yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Guru senior kadang memiliki lebih banyak teknik dan cara-cara dalam mengatasi persoalan terlebih lagi persoalan belajar mengajar. Untuk itulah guru-guru baru atau guru lain yang memiliki persoalan yang menurutnya sulit bisa dipecahkan melalui KKG dengan cara berdiskusi dan berbagi pengalaman dengan guru lainnya. 4.3.7 Rencana Strategis Aspek Output Berdasarkan
hasil
analisis
SWOT
untuk
IFAS
dan
EFAS
menghasilkan strategi di kuadran SO (strength – opportunities), yaitu strategi agresif yang mendukung pertumbuhan. Strategi ini menggunakan kekuatan internal sekolah untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar sekolah (Robbin & Coulter, 2009). Berikut ini adalah rencana strategis yang dibuat sebagai upaya peningkatan mutu untuk input di SDN 1 Ngadirejo. Renstra pertama, membangun image positif sekolah melalui output yang dihasilkan. Output adalah hasil akhir dari suatu proses yang dilakukan sekolah. Oleh karena itu output yang dihasilkan diharapkan dapat memenuhi kriteria seperti yang diharapkan masyarakat antara lain lulusan tidak hanya berprestasi dalam bidang akademik tetapi juga maksimal dalam bidang non akademik (ekstrakurikuler), lulusan menjadi generasi yang cerdas, agamis dan siap menghadapi tantangan masa depan. Renstra kedua, meningkatkan prestasi siswa dalam bidang akademik maupun non akademik. Untuk mencapai hal tersebut maka segala kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan secara maksimal sesuai kurikulum.
Guru harus mau bekerja keras dalam memberikan layanan kepada siswa baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Renstra ketiga, meningkatkan pelaksanaan pendidikan karakter. Pendidikan
karakter sangat
penting
karena
akan
menjadi
dasar
dalam pembentukan karakter siswa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu, menghormati dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang
mampu
mewujudkan
kesuksesan.
Pendidikan
karakter pada intinya bertujuan membentuk pribadi siswa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,
berkembang
dinamis,
berorientasi
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Renstra keempat, meningkatkan pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup
sesuai
yang
tertuang
dalam
kurikulum.
Dengan
pendidikan
kecakapan hidup siswa akan mendapat bekal kecakapan dalam hal keberanian menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya. Pendidikan kecakapan hidup di SDN 1 Ngadirejo difokuskan pada teknologi informatika, berarti secara bertahap harus dilengkapi fasilitasnya. Dengan bekal kecakapan hidup tersebut, diharapkan para lulusan akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang sudah memanfaatkan
kemajuan
teknologi,
dapat
memecahkan
problema
kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka yang suatu saat tidak melanjutkan pendidikannya sampai jenjang tertingg Renstra kelima, membentuk jaringan alumni untuk diberdayakan dalam kegiatan sekolah. Alumni merupakan aset penting yang harus dirangkul
dan
dikembangkan
oleh
sekolah.
Salah
satu
indikator
keberhasilan proses pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan alumni dalam menjalankan peran mereka di jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun berbagai bidang pekerjaan yang mereka jalani secara profesional sesuai minat dan kemampuan. Alumni memiliki posisi strategis karena meskipun mereka tidak lagi merupakan bagian aktif dalam proses pendidikan di sekolah, namun pengalaman mereka selama menjadi siswa dan ikatan batin serta rasa memiliki mereka yang kuat terhadap sekolah dapat menghasilkan dan menawarkan berbagai konsep, ide, pemikiran,
masukan dan kritik membangun untuk sekolah. Jadi jaringan alumni merupakan satu wadah yang perlu ditumbuhkembangkan peran dan fungsinya serta didukung keberadaannya. Melalui pengorganisasian alumni secara profesional, berbagai macam peluang dan kesempatan akan dapat terkomunikasikan dengan baik. Simpulan dana Saran Hasil analisis SWOT dari aspek input, proses, dan output untuk meningkatkan mutu sekolah menyatakan posisi SDN 1 Ngadirejo berada pada kuadran SO, yang mendukung strategi agresif untuk mendukung pertumbuhan sekolah maka dibuat rencana strategis yang menggunakan kekuatan dari lingkungan internal sekolah untuk dapat memanfaatkan peluang dari lingkungan eksternal sekolah. Rencana strategis yang dibuat untuk peningkatan mutu aspek input adalah:
(1)
Mengembangkan
sarana
dan
prasarana
pendidikan;
(2)
Mengembangkan lingkungan sekolah menuju komunitas belajar melalui program 7K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kerindang-an, Keamanan, Keamanan, dan Kekeluargaan); (3) Memberdayakan guru dalam pelatihanpelatihan yang dapat meningkatkan kinerja;
(4) Mengembangkan fasilitas
sekolah berbasis TIK sebagai sarana belajar; (5) Membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan potensi siswa; (6) Dibentuk Tim Evaluasi program sekolah. Sedangkan rencana strategis yang dibuat untuk meningkatkan mutu aspek proses adalah: (1) Memberdayakan guru untuk menggunakan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar;
(2) Mengintensifkan
kegiatan keagamaan untuk membentuk siswa yang iman dan taqwa; (3) Meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar sekolah untuk mendu-kung kegiatan ekstra kurikuler; (4) Mengintensifkan kegiatan supervisi dan monitoring oleh kepala seko-ah); (5) Mengefektifkan kegiatan KKG untuk meme-cahkan masalah-masalah yang ditemui guru dalam PBM. Untuk meningkatkan mutu aspek output rencana strategis yang dibuat adalah: (1) Membangun image positif sekolah melalui output yang dihasilkan; (2) Meningkatkan prestasi siswa dalam bidang aka-demik maupun
non
akademik;
(3)
Meningkatkan
pelaksanaan
pendi-dikan
karakter; (4) Meningkatkan pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup sesuai yang tertuang dalam kurikulum; (5) Membentuk jaringan alumni untuk diberdayakan dalam kegiatan sekolah.
Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan sebagai berikut: 1. Dalam upaya meningkatkan mutu sekolah baik aspek input, proses, maupun output maka sekolah disarankan menggunakan alternatif strategi yang sudah disusun berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman; 2. Kepala sekolah perlu bertanggung jawab
memimpin pelaksanaan
strategi yang sudah disusun dan memastikan bahwa renstra dapat dilaksanakan dengan kualitas yang baik; 3. Guru dan staf perlu komitmen bersama untuk berpartisipasi aktif dalam memaksimalkan pelak-sanaan renstra yang sudah disusun agar sekolah dapat menghasilkan output yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA Arcaro, S, Jerome, 2006. Pendidikan Berbasis Mutu, Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta. Baharun, H. 2006. Manajemen Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pondok Pesantren (Studi di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo). Tesis, konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam, Program Pascasarjana, Universitas Islam Negeri. Basrowi dan Suwandi, 2008. Memahami Penelitian Kuali-tatif, Jakarta: Rineka Cipta. Danim, S. 2007. Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara. Dedi, C. 2004. “Strategi Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Tulungagung”, Tesis, Salatiga: PPs. MMP. Delliyanti, Supramono, 2009. Program Peningkatan Mutu Sekolah Studi pada SD Laboratorium Kristen Satya Wacana Salatiga, Tesis. Dessel, G. 2008. Human Resource Management. 11th edition, New Jersey: Person Prentice Hall. Djauzak, A. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di sekolah Dasar, Jakarta: Depdikbud. Hadi, Sutrisno, 2004. Metodologi Research Jilid 2, Edisi II, Yogyakarta: Andi. Hamalik, O. 1990. Evaluasi Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hardjosoedarmo, S. 2004. Bacaan Terpilih tentang Total Quality Manajement, Edisi kedua, Cetakan pertama, Yogyakarta: Andi. Maswir,2009. Prestasi Sekolah dilihat dari Output. Jurnal Pendidikan. Munirul, 2008. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di MTs.N Babat Lamongan, Tesis. Mulyasa, 2006. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mustakim, 2008. Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan, Bandung: CV Alfabeta. Nurhasan, 1994. Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia, Kurikulum Untuk Abad 21, Indikator Cara Pengukuran dan Faktor-Faktor Yang Mem-pengaruhi Mutu Pendidikan, Jakarta: PT. sindo Ramli, 2010. Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Islam di MA Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan, Jurnal Pendidikan, diunduh 20/04/ 2013 Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Remiasa, Marcus, (2008) Perencanaan Strategi Pemasaran untuk Mencip-takan Sustainable Competitive Advantage (Kasus pada Program Studi Manajemen Perhotelan UK Petra di Surabaya, Jurnal Ekonomi, diunduh 12/04/2013 Robbins, S. & Coulter M. (2009). Manajemen, Jakarta: PT Erlangga. Rochaety Ety dkk., 2005. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Cetakan ke-2, Bandung: Alfabeta. Sallis, E. 2006. Total Quality Management In Education, Jogjakarta: IRCiSoD Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Scheerens, J. 2003. Peningkatan Mutu Sekolah. Wacana Ilmu dan Pendi-dikan, Jakarta. Sihombing, U. 2000. Pendidikan Luar Sekolah, Manajernen Strategi, Konsep, Kiat dan Pelaksanaan, Penerbit: P.D. Mahkota, Jakatta. Snell, S., Bohlander, G. 2007. Human Resource Manajement. International student editon, Mason, USA: The Thomson Corporation. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta. ________, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta Sukmadinata, Nana, S. 2005. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sumayang, L. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi, Jakarta: Salemba Empat. Tjiptono, Fandi & Diana, Anastasia, 2033. Total Quality Management, Yogyakarta: Andi. Tjokromidjojo, B, (2000). Manajemen Pembangunan, Jakarta: PT Toko Gunung Agung. Umar, Husein, (2002). Strategic management in action: konsep, teori, dan teknik menganalisa manajemen strategis, Jakarta: Gramedia.
Usman, M.U. 2002. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Cintra Umbara. Wulanningrum, Supramono, dan Loekmono, J.T.L. 2006. Studi Alternatif Peningkatan Kualitas Manajemen Pendidikan Melalui Pendekatan TQM di SD Kristen Tritunggal Semarang. Desiderata: Jurnal Pendidikan PPs UKSW dan LP3KS dan LP3KS, 7(1): 38-57 Yin, Robert K., 1994, Case Study Research Design and Method. 2nd edition International Education and Profesional Publisher, London. Zamroni, 2007. Meningkatkan Mutu Sekolah, Jakarta: PSAP Muhammadiyah.