Firman Jaya
Bakteri memerlukan Aw relatif tinggi untuk
pertumbuhan > 0,90
Khamir
memerlukan Aw minimal lebih rendah daripada bakteri ±0,88 KECUALI yang bersifat osmofilik
Kapang memerlukan Aw minimal paling
rendah < 0,80
Kebusukan makanan dapat dicegah dengan pengaturan Aw dibawah 0,70 – 0,75.
Salah
satu cara untuk menghambat pertumbuhan sel vegetatif mikroorganisme adalah dengan menurunkan aktivitas air, yaitu dengan cara PENGERINGAN, penambahan garam, gula,
Proses ini sebenarnya tidak bersifat letal
terhadap mikroorganisme, sehingga beberapa jenis mikroorganisme yang tahan keadaan kering dapat hidup dan tumbuh kembali jika keadaan memungkinkan.
Mekanisme ketahanan mikroorganisme pada keadaan Aw rendah Sel mikroorganisme dapat mengimbangi tekanan osmotik di luar sel dengan cara MEMPRODUKSI SENYAWA-SENYAWA TERTENTU yang dapat meningkatkan tekanan osmotik di dalam sel.
Dengan kenaikan komponen-komponen
SEL AKAN MENYERAP AIR KEMBALI dan tersebut
maka
dapat tumbuh berkembang biak.
CONTOH Bakteri lain yang mungkin memproduksi
asam glutamat, asam gama-amino butirat dan atau prolin, dan kemungkinan konsentrasi kalium dan glukosa intraseluler juga naik UNTUK MENGIMBANGI TEKANAN OSMOTIK DI LUAR SEL.
CONTOH Bacillus subtilis akan memproduksi asam
amino prolin jika Aw pertumbuhannya diturunkan dengan penambahan NaCl.
medium misalnya
CONTOH Beberapa khamir jika ditempatkan pada Aw
rendah akan MEMPRODUKSI ETANOL DAN GLISEROL di dalam selnya, dan kadang-kadang produksinya sedemikian tingginya sehingga mempengaruhi viabilitas sel.
TETAPI Sintetis komponen-komponen intraseluler tersebut MEMERLUKAN ENERGI TINGGI
Kecepatan pertumbuhan sel pada Aw rendah menjadi lambat karena sebagian energi digunakan untuk mensistesis komponen-komponen tersebut.
TETAPI Kemampuan sel terbatas sehingga pada Aw yang sangat rendah atau tekanan osmotik yang sangat tinggi
PERTUMBUHAN SEL AKAN BERHENTI
Setiap
perubahan suhu, kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh akan menurun sesuai dengan penurunan nilai Aw.
Mikroorgansime menunjukkan ketahanan
yang cukup besar terhadap penurunan Aw, namun pada SUHU DEKAT PERTUMBUHAN SECARA OPTIMUM.
Penurunan nilai Aw dibawah optimum dapat MENINGKATKAN TAHAP ADAPTASI (lag phase) dari pertumbuhan mikroorganisme, sehingga:
Menurunkan tingkat pertumbuhan Menurunkan besarnya populaso akhir
Sel mikroorganisme yang kehilangan air atau mengalami pengeringan tersebut
MENJADI LEBIH TAHAN PENGERINGAN
REAKSI PENCOKLATAN
ENZIMATIS
PENGARUH ENZIM POLIFENOL OXYDASE
NON ENZIMATIS
1. REAKSI MILLARD 2. KARAMELISASI
REAKIS PENCOKLATAN Pencoklatan
(browning) merupakan proses pembentukan PIGMEN BERWARNA KUNING YANG AKAN SEGERA BERUBAH MENJADI COKLAT GELAP.
Pembentukan
warna coklat ini dipicu oleh reaksi oksidasi yang dikatalisis oleh enzim fenol oksidase atau polifenol oksidase. Kedua enzim ini dapat mengkatalis oksidasi senyawa fenol menjadi quinon dan kemudian dipolimerasi menjadi pigmen melaniadin yang berwarna coklat.
REAKSI ENZIMATIS Biasanya terjadi pada pang yang tersusun atas
senyawa fenolik.
Pencoklatan
enzimatis terjadi karena adanya pengaruh enzim polifenol oxydase .
Pencoklatan enzimatis dapat terjadi karena adanya
jaringan yang terluka, misalnya pemotongan, penyikatan, dan perlakuan lain yang dapat mengakibatkan enzim kontak dengan substrat (senyawa fenolik).
EFEK REAKSI ENZIMATIS Pencoklatan Enzimatis pada makanan biasanya hal yang TIDAK diinginkan karena: merusak kualitas penampilan pangan,
NAMUN Pencoklatan enzimatis tidak terlalu mempengaruhi rasa dari bahan pangan tersebut.
Reaksi pencoklatan ini tidak melibatkan peran
ENZIM.
Dalam
beberapa hal pencoklatan dapat memperbaiki kenampakan dan citarasa pangan serta hasil olahannya
Reaksi Maillard yang tidak dikehendaki misalnya
misalnya pada PENGERINGAN SUSU DAN TELUR. Interaksi antara gugus karbonil dan amino dapat
merusak kualitas nutrisi protein dengan cara mengurangi jumlah lysine dan beberapa jenis asam amino lain dan membentuk zat yang menghambat atau bersifat antinutrisi. Gugus amino primer biasanya terdapat pada bahan awal
berupa asam amino
• Karamelisasi
merupakan proses pencoklatan non enzimatis yang disebabkan oleh PEMANASAN GULA YANG MELAMPAUI TITIK LEBURNYA,
• Misal pada suhu diatas 170
dan dihasilkan lelehan gula berwarna coklat.
• contohnya
0C
gula caramel sering digunakan dalam bahan pemberi cita rasa pada makanan.
PENCEGAHAN REAKSI ENZIMATIS Reaksi pencoklatan enzimatis membutuhkan tiga komponen, yaitu POLIFENOLASE AKTIF, OKSIGEN dan SUBTRAT YANG COCOK. Penghilangan salah satu di antara komponen tersebut akan melindungi terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis. 1. Pengurangan oksigen (O2) atau penggunaan
antioksidan, misalnya vitamin C ataupun senyawa sulfit. Antioksidan dapat mencegah oksidasi komponen-komponen fenolat menjadi quinon berwarna gelap.
PENCEGAHAN REAKSI ENZIMATIS Reaksi pencoklatan enzimatis membutuhkan tiga komponen, yaitu POLIFENOLASE AKTIF, OKSIGEN dan SUBTRAT YANG COCOK. Penghilangan salah satu di antara komponen tersebut akan melindungi terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis. 2. SULFIT dapat menghambat
enzim fenolase pada konsentrasi satu ppm secara langsung atau mereduksi hasil oksidasi quinon menjadi bentuk fenolat sebelumnya, sedangkan penggunaan vitamin C dapat mereduksi kembali quinon berwarna hasil oksidasi (o-quinon) menjadi senyawa fenolat (o-difenol) tak berwarna.
PENCEGAHAN REAKSI ENZIMATIS Reaksi pencoklatan enzimatis membutuhkan tiga komponen, yaitu POLIFENOLASE AKTIF, OKSIGEN dan SUBTRAT YANG COCOK. Penghilangan salah satu di antara komponen tersebut akan melindungi terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis. 3. PEMANASAN
untuk menginaktivasi enzimenzim. Enzim umumnya bereaksi optimum pada suhu 30-40 ºC. Pada suhu 45 ºC enzim mulai terdenaturasi dan pada suhu 60 ºC mengalami dekomposisi.
Perubahan
terhadap tekstur pada mengalami tekstur yang TERLALU disebabkan oleh reaksi pengeringan
daging KERAS
akan yang
tapi pertumbuhan mikroorganisme terhenti PENGERINGAN
YANG CEPAT DENGAN SUHU TINGGI akan membentuk tekstur yang baik daripada pengeringan dengan kecepatan sedang dan suhu rendah.
Mekanisme
dan perpindahan uap air dari tekstur makanan tergantung pada setiap karakteristik makanan tersebut dan kondisi pengeringan yang digunakan
Perlu
diperhatikan pula mengenai case hardening
Uap air yang diangkat oleh proses pengeringan
tidak dapat dikembalikan ketika rehidrasi (tidak bersifat reversibel)
dilakukan
Jika
sudah dilakukan pengeringan kehilangan tekanan osmosis
akan
Permeabilitas membran sel berubah
Telah terjadi koagulasi protein Terjadi volatil