BAB V KONSEP PERANCANGAN Setelah melakukan pengamatan dan analisa pada bab sebelumnya, maka bangunan gereja St. Monika BSD memerlukan suatu peremajaan pada bagian interior berupa pengembangan komposisi ruang dalam dan citra ruang yang sesuai dengan nuansa kekinian. Berdasarkan masalah-masalah yang sudah ditemukan serta aturan-aturan yang berasal dari General Instruction of the Roman Missal (GIRM), maka telah ditentukan sebuah konsep yang dapat mencakup pemecahan masalah dan sesuai dengan aturan GIRM. Konsep utama dari proyek ini adalah ‘Pancaran Murni’ (Pure Imanation).
Nama ‘Pancaran Murni’ didapat dari peristiwa Pentakosta di mana para murid Yesus mendapat kekuatan yang berasal dari pancaran Roh Kudus yang berbentuk lidah api. Dari peristiwa itu, para murid dapat berkata dengan berbagai 48
bahasa dan mulai menyebarkan ajaran Kristus kepada orang lain yang beranekaragam. Hal tersebut mirip dengan karakter umat di Gereja St. Monika BSD yang heterogen tetapi tetap bersatu melalui ajaran Kristus. Dalam konsep tersebut, terdapat beberapa unsur untuk menjawab permasalahan dan perlambangan di dalam Gereja Katolik, unsur-unsur tersebut antara lain:
Pancaran Pancaran (dari kata dasar ‘pancar’) memiki dua buah objek di dalamnya. Yang pertama adalah pusat dari pancaran dan yang kedua adalah objek yang keluar dari pusat. ‘Pancaran’ ini akan digunakan dalam menyusun komposisi ruang dalam gereja St. Monika ini dengan panti imam sebagai pusat dari ruang-ruang yang ada di gereja St. Monika.
Berkelanjutan Berkelanjutan merupakan sebuah sifat yang akan digunakan di dalam perancangan desain interior gereja St. Monika. Sifat berkelanjutan ini akan diaplikasikan
pada konsep
alur (sirkulasi),
penghawaan, dan
juga
pencahayaan. Hal ini bertujuan untuk menunjukan karya Gereja yang terusmenerus, citra keabadian Gereja, dan kasih Tuhan yang tiada henti.
Tegas Tegas merupakan unsur yang akan digunakan dalam perancangan desain interior. Penggunaan unsur tegas akan terdapat dari elemen interior
49
yang berupa bentuk geometri seperti persegi dan lingkaran. Tidak ada bentuk organik yang akan digunakan di dalam interior gereja ini. 5.1. Kebutuhan Ruang Menurut permasalahan yang telah dijelaskan, maka ruangan di dalam gereja ini dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yakni ruang eksisting dan ruang tambahan. Ruang eksisting adalah ruang yang sudah ada di gedung eksisting, sedangkan ruang tambahan adalah ruangan yang perlu ditambahkan ke gedung gereja. Ruang tambahan diperlukan untuk menjawab permasalahan Gereja untuk menampung umat yang bertambah dan beragam. Ruanganruangan dalam gereja ini dirancang juga untuk mengakomodasi umat-umat yang memiliki keterbatasan fisik seperti:
Tersedia area untuk pengguna kursi roda dan pendamping pada area umat
Tersedia ruang pengakuan dosa khusus pengguna kursi roda dan orang tua
Sirkulasi gereja yang dapat digunakan seluruh umat
ZONA
RUANG Ruang Umat
PUBLIK
Devosi Jalan Salib Tempat Duduk Tambahan
50
Paduan Suara SEMI PUBLIK Pengakuan Dosa Panti Imam PRIVAT
Sakristi
5.2. Zoning dan Gruping
Keuntungan:
Semi-publik berada di antara area privat dan publik
Area publik dapat diakses dari tujuh sisi bangunan
Area privat cukup terpisah dari area publik
51
Badan gereja / tempat umat dapat diakses dari tujuh sisi
Paduan suara berada di antara tempat umat dan panti imam
Sakristi dekat dengan panti imam
5.3. Konsep Pencahayaan Menggunakan pencahayaan alami sebagai simbolisasi ‘pancaran cahaya yang menembus kegelapan’ dan menimbulkan sifat transenden pada beberapa bagian gereja. Pada bagian panti imam, cahaya alami masuk melalui kaca patri yang menggambarkan perjalan Yesus di dunia pada bagian atas panti imam. Selain itu, penggunaan cahaya alami juga untuk menimbulkan suasana datangnya Tuhan di tengah-tengah umat melalui cahaya yang masuk melalui bukaan yang berada di terngah langit-langit gereja. Selain dua lokasi itu, ruang pengakuan dosa juga akan memiliki celah untuk masuknya pencahayaan alami. Celah memiliki lebar 20cm dengan tujuan menerangi ruangan dan menimbulkan kesan cahaya yang menembus kegelapan. Pada
52
celah tersebut terdapat sistem pencahayaan buatan yang digunakan pada saat malam hari. Pencahayaan buatan lebih diarahkan untuk mendukung faktor fungsi seperti untuk menerangi seluruh ruangan. Hal ini dikarenakan kurangnya cahaya alami yang dapat digunakan sebagai penerang ruangan secara umum meskipun pada siang hari. Pencahayaan buatan utama dalam gereja ini berasal dari floating ceiling yang berbentuk tiga buah lingkaran. Tiga buah lingkaran tersebut dihubungkan ke langit-langit dengan tali traction dan adjuster. Selain itu terdapat juga terdapat kerangka pencahayaan yang berguna untuk menerangi jalur tengah menuju panti imam. Pencahayaan ini dirangkai dari amartur lampu LED dengan berpangkal pada kolom eksisting. Selain kedua jenis pencahayan tersebut, terdapat pencahayan dekoratif untuk mendukung suasana transenden di panti imam. Pencahayaan ini terdapat pada dinding panti imam dengan pola pencahayaan vertikal. 5.4. Konsep Penghawaan Karena bentuk bangunan eksisting gereja yang memiliki banyak bukaan, maka seluruh sistem penghawaan dalam gereja St. Monika ini seluruhnya akan
menggunakan
sistem
penghawaan
alami.
Untuk
mendukung
penghawaan alami, cara sirkulasi silang akan digunakan sebagai sistem utama untuk menyejukan ruangan di dalam bangunan gereja. Untuk mendukung sirkulasi silang, maka pintu pada ketujuh sisi gereja menggunakan sistem pintu teralis lipat; hal ini bertujuan agar pintu dapat dibuka selebar mungkin tetapi dapat ditutup rapat pada saat gereja tidak digunakan. Dampak yang
53
dihasilkan adalah udara dapat bergerak masuk ke dalam ruangan tetapi tetap memiliki faktor keamanan yang baik. Selain itu, akan disediakan bukaan pada bagian atas bangunan yang digunakan untuk udara panas bergerak keluar. Pada ruang pengakuan dosa yang ‘tertutup’, sistem penghawaan tetap menggunakan penghawaaan alami seluruhnya. Sistem penghawaan pada ruangan ini menggunakan dua buah lubang ventilasi yang terdapat di bagian bawah dinding luar, dan bagian atas pintu masuk yang berada di dalam. 5.5. Citra Ruang Berdasarkan konsep yang telah dibuat yaitu “Pancaran Murni”, maka citra yang ingin ditampilkan di dalam interior gereja St. Monika adalah sebuah komposisi yang memiliki sebuah pusat dan memiliki pancaran di sekitar pusat tersebut. Menurut General Instruction of the Roman Missal (GIRM), area yang harus menjadi pusat dari sebuah gereja Katolik adalah area panti imam. Untuk mendapatkan citra yang diinginkan, maka terdapat dua pembagian utama area, yakni area khusus imam dan area umat. Area khusus imam adalah panti imam. Area ini merupakan pusat dari seluruh kegiatan ekaristi dan harus dirancang berbeda daripada ruangan lain di gereja. Oleh karena itu, panti imam akan memiliki citra sebagai pusat dari sebuah pancaran murni yang sesuai dengan konsep. Untuk mendukung tujuan itu, maka panti imam memiliki warna yang lebih cerah daripada area umat. Hal ini bertujuan untuk menjadikan panti imam sebagai point of interest dari interior gereja Sedangkan pada area umat, citra yang ditampilkan adalah hasil dari pancaran ya. Hasil dari sebuah pancaran yang memiliki sifat setara di semua
54
sisi dan simetris. Tujuannya adalah agar umat yang berada di dalam merasakan sifat kesetaraan antar umat dan tidak membedakan latar belakang satu sama lain. Oleh karena itu, area umat akan memiliki citra yang lebih sederhana daripada panti imam. Tetapi dari kesederhanaan area umat akan mengangkat citra dari panti imam. 5.6. Konsep Alur (Flow) Dalam perancangan desain interior gereja St. Monika ini, alur sirkulasi terbagi menjadi tiga buah konsep utama, yakni:
Berkelanjutan Merupakan konsep alur yang berada di bagian sisi gereja. alur ini merupakan alur pertama yang dilalui oleh pengguna ketika memasuki bangunan gereja ini. Bentuk dasar dari alur ini adalah melingkar mengitari sisi gereja. Salah satu fungsi utama dari alur ini adalah untuk mengakomodasi kegiatan Jalan Salib yang memerlukan alur ‘perjalanan’. Lebar dari jalur sirkulasi ini dirancang untuk dapat dilewati 2-3 orang sejajar untuk mengakomodasi barisan pada ibadat Jalan Salib.
Mengalir Selain alur yang berada di sisi gereja, terdapat pula alur yang berada di tengah gereja. Alur ini berupakan alur penghubung antara alur primer. Selain itu juga alur ini sangat penting bagi kelancaran sirkulasi umat pada saat perayaan ekaristi. Lebar untuk jalur sirkulasi ini dirancang agar dapat dilewati maksimal 2 orang secara sejajar.
55
Berpusat Seluruh alur di atas akan berpusat ke area Panti Imam. Hal ini untuk mendukung fokus umat kepada tabernakel di Panti Imam pada saat umat memasuki gereja. Selain menyusun berdasarkan kegiatan, alur dalam gereja St. Monika ini
juga akan disusun berdasarkan faktor fungsi akustik dan sudut pandang. Susunan alur harus dapat mendukung area mana saja yang memerlukan suara yang jelas dan area mana yang harus sunyi (contoh: ruang pengakuan dosa). Selain itu, alur juga harus dapat membantu dalam komunikasi (pandangan dan suara) antara imam dan umat. Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka alur sirkulasi dan tempat duduk akan disusun bersifat radial dengan Panti Imam sebagai pusatnya. Secara umum, bentuk radial memiliki penyebaran akustik yang lebih baik daripada bentuk lainnya dan memiliki sudut pandang baik dari segala sisi untuk menghadap ke pusat. Sirkulasi keluar masuk gereja tetap mempertahankan akses melalui ketujuh sisi gereja. Pintu gereja tetap mempertahankan bentuk pintu teralis tetapi mengganti material dengan yang baru. Bentuk pintu tersebut tetap dipertahankan karena dapat mendukung sirkulasi alami ketika pintu tertutup pada beberapa sisi atau tertutup seluruhnya tetapi tetap memiliki tingkat keamanan yang cukup ketika gereja tidak digunakan
56
5.7. Konsep Bentuk Konsep bentuk yang diaplikasikan di dalam gereja St. Monika adalah bentuk-bentuk bentuk geometri yang tegas seperti garis lurus lurus dan lingkaran dengan komposisi yang simetris. Hal ini bertujuan untuk menunjuk menunjukkan keagungan dan kebesaran sebuah ‘rumah Tuhan’ di bumi. Selain itu, bentuk bentuk-bentuk geometris juga bertujuan untuk meleburkan latar belakang umat Gereja St. Monika yang sangat sangat heterogen menjadi sesuatu yang netral yang tetap menyatu dalam Gereja.
Gambar 5.1 http://www.bc.edu/bc_org/avp/cas/fnart/Corbu/ronchamp6.jpg Penggunaan bentuk-bentuk bentuk bentuk geometris pada interior kapel Ronchamp, Perancis
5.8. Konsep Material Material yang akan digunakan di dalam gereja St. Monika adalah material yang sesuai dengan General Instrution of the Roman Missal (GIRM). Dalam GIRM, material untuk mebel dalam gereja adalah material yang ‘berharga’ dan tidak berkesan ‘murahan’. Maksudnya adalah material yang digunakan harus dapat bertahan lama dan memancarkan keagungan keagungan dari sebuah gereja
57
Katolik dan memancarkan sifat transenden di Panti Imam dan imanen di ruang untuk umat. Oleh karena itu, pada Panti Imam,
material yang
digunakan adalah kayu Jati solid oven (seluruh mebel) dengan tujuan material dapat bertahan lama dan tetap terlihat tidak murahan. Sedangkan pada area umat, material yang digunakan dapat menunjukan sifat yang sederhana tetapi dapat bertahan lama dari segi kualitas maupun bentuk. Pada area umat ini, kursi umat menggunakan material kayu Jati solid oven dengan ketebalan yang beragam, mulai dari 25mm sampai 45mm. Pemilihan material yang digunakan juga dapat mendukung faktor fungsional seperti akustik ruang. Pada bagian Panti Imam dan paduan suara, material yang digunakan dapat membantu penyebaran suara; serta pada tempat duduk umat, material dapat membantu mendistribusikan suara secara merata dan juga dapat mengurangi bising. 5.9. Konsep Mebel Untuk mebel yang digunakan dalam gereja ini adalah mebel yang dapat bertahan lama dari segi material maupun bentuk. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan kerusakan dan memperlihatkan keabadian dari sebuah gereja Katolik. Bentuk mebel pada Panti Imam akan mengikuti konsep bentuk yang sudah dijabarkan; yakni bentuk-bentuk geometris yang dapat meancarkan sifat transenden dari Tuhan. Sedangkan pada mebel di ruang lainnya, akan tetap menggunakan bentuk geometris tetapi lebih memancarkan sifat imanen Tuhan. Untuk mendukung sifat imanentransenden tersebut, maka dibuat pergerakan bentuk mebel dari area umat ke
58
Panti Imam. Pada area umat, mebel akan memiliki bentuk geometri bersudut, tetapi pada Panti Imam mebel akan ‘kehilangan’ sudut sebagai perlambangan sifat keabadian Tuhan. 5.10. Konsep Akustik Pengaturan sistem akustik dalam gereja St. Monika terbagi menjadi beberapa bagian. Gereja akan menggunakan material dan bentuk yang mendukung akustik. Pada bagian Panti Imam dan paduan suara, akan menggunakan material dan bentuk yang dapat menguatkan suara yang mengarah kepada umat. Sedangkan pada bagian umat akan menggunakan material yang dapat mengurangi bising dan bentuk yang dapat menyebarkan suara yang merata kepada seluruh pengguna di dalam gereja. Akustik dalam gereja St. Monika akan menggunakan alat bantu akustik seperti pengeras suara di delapan sudut ruangan dengan tujuan seluruh umat di dalam gereja mendapat kualitas suara yang sama. Penggunaan pengeras suara ini karena fungsi gereja yang bersifat multi-fungsi (visual, musik dan lisan). Tetapi letak dan bentuk pengeras suara akan menyatu dengan suasana interior gereja dan tidak terlalu terlihat oleh pengguna. Hal ini bertujuan untuk memenuhi aturan tentang interior gereja Katolik yang mengharuskan seluruh bentuk yang tidak sesuai dengan suasana interior gereja agar dapat disamarkan ataupun dihilangkan. Selain itu, pada langit-langit gereja dipasang langit-langit ‘mengambang’ yang mengambil bentuk dasar kubah untuk mengurangi gaung (echo) yang
59
timbul. Hal ini dilakukan karena langit-langit eksisting gereja yang bersifat terbuka (expose ceiling) kurang mendukung pemantulan suara secara optimal.
60