Bahas Solusi Pro dan Kontra Kebijakan Pengampunan Pajak UNAIR NEWS – Setelah sukses dengan acara Gelar Inovasi Guru Besar bertema “Stem Cell: Harapan untuk Kehidupan yang Lebih Baik”, Universitas Airlangga kembali mengadakan acara serupa dengan tema berbeda. Kali ini, tema yang akan diangkat adalah mengenai isu pengampunan pajak atau tax amnesty. Acara yang akan diselenggarakan pada Selasa depan (27/9) tersebut, menghadirkan tiga guru besar UNAIR yang berkompeten yang dalam bidangnya, ialah Guru Besar FEB UNAIR Prof. Tjiptohadi Sawarjuwono, M.Ec., Ph.D, Guru Besar FISIP UNAIR Prof. Kacung Marijan, MA., Ph.D, dan Guru Besar FH UNAIR Prof. Dr. Tatiek Sri Djatmiati, M.S., acara akan dimoderatori oleh Dr. Sarwirini, S.H., M.S. Seperti yang pernah dituturkan Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) Universitas Airlangga Badri Munir Sukoco, Ph.D, acara gelar inovasi guru besar ini diselenggarakan untuk menunjukkan kepedulian para pakar UNAIR atas permasalahan di masyarakat. Sehingga harapannya, guru besar UNAIR dapat memberikan sumbangsih pemikiran mereka atas permasalahan yang sedang perkembang di masyarakat. Seminar dengan tajuk “Tax Amnesty: Antara Harapan dan Kenyataan” ini mengundang pimpinan UNAIR, mahasiswa dan dosen fakultas ekonomi se-Surabaya, kepala dinas di lingkungan Jawa Timur, pengusaha, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Cabang Surabaya, dan tokoh masyarakat yang memiliki kepentingan dengan ekonomi dan pajak. Tax Amnesty atau pengampunan pajak memang sedang ramai diperbincangkan oleh masyarakat saat ini, utamanya ekonom. Pasalnya, UU Pengampunan Pajak yang diajukan pemerintah sudah disahkan DPR dan berlaku sejak 1 Juli 2016 melalui UU 11/2016.
Sehingga, tema Tax Amnesty relevan untuk dibicarakan sebab menyangkut sosialisasi pembayaran pajak oleh masyarakat. Seperti yang sudah diketahui, kebijakan Tax Amnesty atau pengampunan pajak dikeluarkan dengan tujuan untuk “menyehatkan” kondisi kas negara. Namun dalam perjalanannya, muncul sejumlah perspektif bernuansa pro dan kontra. Bagi pihak yang pro, kebijakan tersebut memang bisa menyehatkan kondisi kas negara, namun bagi yang kontra, ada asumsi kalau langkah eksekutif itu hanya memberi keuntungan pada pengusahapengusaha besar. Untuk itu, Sekretaris Pusat Informasi dan Humas UNAIR mengatakan, tema Tax Amnesty sangat relevan didiskusikan oleh pakar UNAIR dan masyarakat yang berkaitan langsung. “UNAIR sebagai intitusi pendidikan yang lebih netral, memiliki pakar-pakar yang akan memberi tanggapan terkait pro kontra pengampunan pajak. UNAIR ingin memberikan kontribusi bagi carut marut pro kontra tax amnesty,” ujar Bimo. Menyikapi hal tersebut, Universitas Airlangga turut ambil andil untuk mengupas baik-buruk dari kebijakan Tax Amnesty. Sekaligus, memberi solusi konkret bagi pemerintah terkait apa saja yang mesti dilakukan agar kebijakan ini tidak salah sasaran, apalagi berdampak negatif. Yang mesti diperhatikan pula, isu stratregis ini tidak hanya berkisar di satu bidang. Melainkan, melingkupi banyak aspek mulai ekonomi, sosial, politik, dan hukum. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan
Memperkuat Penelitian
Data
Kinerja
UNAIR NEWS – Pada pertengahan Agustus lalu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI merilis peringkat daftar perguruan tinggi berdasarkan kinerja penelitian. Dalam daftar tersebut, Universitas Airlangga berada pada posisi ke-6 dari 25 seluruh perguruan tinggi yang berada pada klaster mandiri. Posisi itu meningkat dibandingkan kinerja penelitian tahun 2014. Pada tahun 2014, UNAIR menduduki peringkat ke-11 dari 14 perguruan tinggi pada klaster mandiri. Hal itu disampaikan oleh Ketua Lembaga Penelitian dan Inovasi UNAIR Prof. Hery Purnobasuki, M.Si., Ph.D., ketika diwawancarai reporter UNAIR NEWS. Terkait dengan peningkatan itu, Prof. Hery mengatakan bahwa ia dan timnya telah mengumpulkan berbagai penelitian yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. Penelitian yang terdata dalam kinerja penelitian tahun ini mencapai lebih dari 720 publikasi. Publikasi yang dimaksud adalah penelitian yang dipublikasikan pada jurnal terakreditasi nasional, dan jurnal bereputasi internasional. Menurut Prof. Hery, untuk meningkatkan publikasi penelitian, maka perlu dibangun sistem input data yang terintegrasi di lingkungan fakultas maupun universitas. Maksudnya, diperlukan input data penelitian oleh peneliti yang bisa diakses oleh fakultas maupun universitas. Sehingga, data publikasi penelitian bisa dilaporkan sepenuhnya kepada Dikti. “Penguatan data kinerja penelitian harus diiringi dengan sistem input yang dibangun dari fakultas, misalnya di-update lewat cybercampus. Jadi, kami yang di rektorat tinggal melihat sistemnya. Berapa jumlah publikasi, dan siapa saja yang sudah publikasi tahun ini,” terangnya.
Klaster mandiri merupakan tingkatan tertinggi dalam berbagai klaster penelitian yang ditentukan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Selain mandiri, ada pula klaster binaan, madya, dan utama. Indikator lainnya yang dinilai dalam kinerja data penelitian adalah hibah Ditlitabmas (Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat), hibah non-Ditlitabmas, hak kekayaan intelektual, pemakalah forum ilmiah, kontrak kerja, penyelenggaraan forum ilmiah, dosen perguruan tinggi, peneliti asing, unit fasilitas penunjang, staf pendukung, dan unit bisnis hasil riset.(*) Penulis: Defrina Sukma S Editor : Dilan Salsabila
Pelantikan Dokter Spesialis I dan II Dihelat Bersama UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) kembali melantik lulusan program studi Pendidikan Dokter Spesialis I, dan Spesialis II periode ke-118, Rabu pagi (21/9). Sebanyak 66 lulusan itu terdiri dari 58 orang lulusan Spesialis I, dan 8 orang lulusan Spesialis II. Acara yang dihelat di Aula Fakultas Kedokteran (FK) tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor II Dr. Muhammad Madyan, S.E., M.Si., M.Fin, Dekan FK Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U (K), Direktur Rumah Sakit UNAIR Prof. Dr. Nasronudin, dr., Sp.PDKPTI, dan perwakilan dari RSUD Dr. Soetomo dr. Tri Wahyu Martanto. Jumlah lulusan spesialis FK UNAIR sejak tahun 2002 hingga
September 2016 mencapai 2.760. Sedangkan dari lulusan spesialis satu yang dilantik, jumlah lulusan prodi Obstetri dan Ginekologi, serta Kardiologi dan Kedokteran Vaskular masing-masing sebanyak 7 orang. Keduanya merupakan yang terbanyak dibandingkan prodi yang lain. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Soetojo memberikan wejangan kepada lulusan spesialis, agar mampu mengabdi kepada negara dengan ikhlas. Pasalnya, banyak daerah-daerah tertinggal di Indonesia yang masih membutuhkan tenaga dokter. “Di Papua sana, empat puskesmas, dokternya hanya satu. Jadi masih banyak daerah yang membutuhkan jasa dokter,” ucapnya. “Jangan hanya kumpul di kota-kota besar saja,” imbuh Prof. Soetojo. Menambahkan pernyataan Prof. Soetojo, Wakil Rektor II mengingatkan kepada lulusan spesialis agar terus bersyukur dan menjalankan amanah dengan baik. Pasalnya, banyak calon mahasiswa yang mendaftarkan diri ke prodi pendidikan dokter spesialis UNAIR, namun tidak diterima. “Buktikan bahwa Anda adalah lulusan kedokteran UNAIR dengan kinerja yang berkualitas, hal tersebut juga sebagai bentuk persiapan untuk menghadapi MEA,” ujarnya. Jumlah meningkat Terkait pelantikan tersebut, untuk pertama kalinya pelantikan Spesialis-I dan Spesialis-II dihelat secara bersama-sama. Ketua Komite Koordinasi Pendidikan Dr. Tarmono, dr., Sp.U(K) mengungkapkan, jumlah lulusan prodi jenjang Spesialis-II dari waktu ke waktu meningkat. “Sekarang, program studi itu sudah banyak yang buka program spesialis dua. Maka dari itu, lulusan sekarang ini sudah banyak. Kalau dulu kan masih sedikit, masing-masing dilantik sendiri-sendiri. Sekarang program spesialis dua sudah dikoordinir oleh universitas, jadi lebih teratur,” terangnya.
Dokter Tarmono yakin, bahwa jumlah lulusan Spesialis-II akan terus meningkat. Pasalnya, tiap-tiap program studi akan berusaha untuk membuka program Spesialis-II. “Kalau ke depan jumlah lulusan memungkinkan, maka akan digabung (dengan Spesialis-I). Kalau bahkan lebih banyak lagi, bisa jadi dibikin acara pelantikan Spesialis-II sendiri,” pungkasnya. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S
Mahasiswa FH UNAIR Ikuti Simposium Internasional di Hong Kong UNAIR NEWS – Reza Septa Yuwono, mahasiswa S-1 Fakultas Hukum Universitas Airlangga patut berbangga menjadi salah satu bagian dari satria Airlangga yang turut mendorong pengakuan UNAIR di mata Internasional. Hal ini ia tunjukkan pada kegiatan simposium internasional yang bertempat di Universitas Hong Kong. Acara yang berlangsung sejak 8-10 September lalu, diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) se-Asia dan Oseania. “Simposium ini merupakan inisiatif dari PPI kawasan Asia Oseania untuk mengumpulkan mahasiswa Indonesia dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik. Tujuannya, untuk berdialog mengenai topik kemaritiman, dan diharapkan dapat memberi pencerahan kepada dunia maritim Indonesia kedepan,” ujar Reza yang pernah mengikuti pertukaran mahasiswa di Sias International University, Tiongkok, pada 2014-2015 silam.
Acara yang mengangkat tajuk “Ketahanan dan Pemberdayaan Kemaritiman Indonesia Menuju Poros Kekuatan Maritim Dunia” dengan tuan rumah PPI Tiongkok ini, menghadirkan pembicara yang beragam, baik dari Indonesia maupun macanegara, terlebih mereka yang pakar dalam bidang maritim dan yang berhubungan dengan kemaritiman. Diantaranya ahli hukum maritim Indonesia, pakar bidang pariwisata dan lingkungan. Selama tiga hari di Hong Kong, Reza mengikuti beragam rangkaian acara meliputi diskusi panel, presentasi paper, Gala Dinner dan networking session, hingga study excursion. Forum ini dihadiri oleh ratusan peserta yang berasal dari hampir semua PPI negara di kawasan Asia Oseania, seperti PPI Jepang, PPI Tiongkok, PPI Korea Selatan, PPI Taiwan, PPI Thailand, PPI Filipina, PPI Malaysia, PPI Singapura, PPI Selandia Baru, PPI Australia, PPI India, PPI Bangladesh, dan yg terbaru adalah PPI Sri Lanka. Mahasiswa yang akrab disapa Reza tersebut merasa bangga dapat mengikuti forum skala internasional tersebut. Sebab, selain meningkatkan reputasi UNAIR, melalui forum tersebut bertambah pula pengalaman dan jejaring internasional yang ia miliki. “Melalui forum tersebut saya juga bertemu para ketua dan wakil PPI negara dari seluruh Asia Oseania, yang secara otomatis menambah referensi pertemanan dan koneksi itu sendiri. Saya juga jadi mengenl para stakeholder KBRI Beijing serta KJRI Hong Kong dan Macau,” paparnya. Reza juga menambahkan, meskipun para peserta kebanyakan adalah pemegang paspor Indonesia, namun para pelajar Indonesia tersebut keseluruhan adalah para penerima beasiswa yang sedang bersekolah tingkat Master. Kebanyakan dari mereka adalah kandidat doktor di universitas terkemuka dari wilayah Asia dan Oseania. Melalui keikutsertaan dirinya dalam simposium tersebut, Reza berpesan kepada sivitas akademika UNAIR khususnya mahasiswa
agar turut serta dalam mengikuti kegiatan skala internasional. “Saran saya kepada seluruh Ksatria Airlangga yang ingin mengikuti kegiatan serupa (International Conference and Symposium) untuk lebih mempersiapkan papernya lebih perfect lagi, meningkatkan kemampuan komunikasi dan public speaking, supaya dapat mengharumkan nama UNAIR dan Indonesia di kancah Internasional,” terang Reza yang pernah menjabat sebagai vice President dan Sekretaris PPI Tiongkok cabang Zhengzhou. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan
UNICEF: Program GELIAT UNAIR Begitu Menjanjikan Masa Depan UNAIR NEWS – Sejak pertengahan tahun 2015, Universitas Airlangga memiliki program pengabdian masyarakat di bidang kesehatan. Adalah program Gerakan Ibu Hamil dan Anak Sehat (GELIAT) yang melibatkan sivitas akademika, baik mahasiswa, karyawan, alumni, dan dosen, untuk mendampingi ibu hamil di enam puskesmas di Surabaya. Program itu pun masih berlanjut hingga sekarang. Keberadaan komunitas itu akhirnya mengundang kedatangan Chief Communication, Resource Mobilization and Partnerships United Nations for Children Fund (UNICEF) Indonesia Michael Klaus, dan perwakilan UNICEF Surabaya. Delegasi UNICEF itu tertarik untuk mengetahui kerja sama yang telah dilakukan dengan UNAIR, seperti GELIAT. Kedatangan perwakilan UNICEF disambut baik oleh Ketua Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Masyarakat
(LP4M) UNAIR Prof. Jusuf Irianto, ketua sekaligus pendiri GELIAT UNAIR Dr. Nyoman Anita Damayanti, drg., dan perwakilan fakultas. Klaus mengatakan, kegiatan GELIAT cukup menarik baginya karena keterlibatan mahasiswa untuk mengentaskan permasalahan kesehatan anak yang begitu kompleks, khususnya di Surabaya. “Kedatangan kami di sini adalah untuk bertemu dengan mitra universitas yang telah memiliki kerja sama, khususnya di bidang kesehatan ibu dan anak. Kami berdiskusi tentang detail kerja sama, dan apa saja potensi yang bisa dikembangkan. Kami ingin mengetahui bagaimana keterlibatan mahasiswa dalam mendukung program GELIAT, sebab permasalahan ibu hamil masih begitu kompleks, seperti komplikasi penyakit, hingga kematian,” tutur Klaus ketika diwawancarai usai pertemuan. Keterlibatan mahasiswa yang dimaksud adalah mahasiswa aktif dari jenjang sarjana hingga doktoral untuk melakukan pendampingan kepada ibu hamil sampai masa nifas berakhir. Pendampingan itu dilakukan dalam bentuk komunikasi melalui telepon, pesan pendek, dan berkunjung langsung ke rumah ibu hamil bersama kader. Klaus menambahkan, bahwa program GELIAT begitu menjanjikan di masa depan. Hal ini dikarenakan program ini membantu mengurangi kematian ibu dan anak. Ke depan, ia berharap, UNAIR bisa melibatkan lebih banyak mahasiswa, dan ibu hamil dalam program GELIAT. Ia juga memberi masukan agar UNAIR memanfaatkan teknologi digital dalam membantu pendampingan mahasiswa terhadap ibu hamil. Klaus mencontohkan program imunisasi di Jakarta. Ibu hamil dan anak usia wajib imunisasi, di Jakarta diberi pengingat melalui kiriman pesan singkat ke nomor telepon seluler yang bisa dihubungi. Para ibu diingatkan untuk membawa anak ke fasilitas kesehatan sehingga anak bisa mendapatkan imunisasi sesuai jadwal.
“Saya berharap agar UNAIR bisa melibatkan lebih banyak mahasiswa dalam program ini, dan memanfaatkan teknologi digital agar seluruh informasi bisa disampaikan secara tepat kepada ibu hamil,” pesan Klaus. Klaus yang merupakan kepala bagian komunikasi dan kemitraan UNICEF Indonesia itu juga mengatakan, ke depan pihaknya akan kembali berkunjung ke UNAIR untuk berdiskusi dan memperluas bidang kerja sama. Sementara itu, pendiri GELIAT Nyoman mengatakan, bahwa sampai saat ini program GELIAT masih terus berkembang. Kegiatan GELIAT bahkan diikutsertakan dalam program Kuliah Kerja Nyata – Belajar Bersama Masyarakat (KKN-BBM) Tematik di Surabaya. Secara reguler, komunikasi 119 mahasiswa pendamping GELIAT dengan para bidan dan kader puskesmas diwadahi dalam forum sebuah aplikasi pesan instan agar pertukaran informasi menjadi lebih mudah. Untuk memudahkan pemantauan kegiatan pendampingan terhadap 165 ibu hamil, mahasiswa pendamping dibekali dengan logbook yang rutin dikumpulkan kepada tim GELIAT. Sedangkan, dalam pertemuan rutin ibu hamil, mahasiswa dibekali dengan buku kesehatan ibu dan anak. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor
: Nuri Hermawan
Membahas Diskursus HAM di Indonesia
Pembela
UNAIR NEWS – Pusat Kajian Hak Asasi Manusia Fakultas Hukum Universitas Airlangga kembali menggelar diskusi publik. Kini, topik yang diangkat dan dibahas dalam diskusi publik bertajuk
“Scholars and Activists at Risk: Research on Human Rights Defenders in Indonesia”, Rabu (14/9) di Gedung C Pusat Studi FH. Dalam kesempatan ini, sebanyak lima pembicara berbagi pandangan mengenai pembela HAM di Indonesia. Kelima pembicara itu adalah Dr. Alice M. Nah (Center for Applied Human Right, Universitas York, UK), Dr. Herlambang P. Wiratraman (Center for Human Right Law Studies FH UNAIR), Andy Irfan (KontraS Surabaya), Abd. Wachid Habibullah, M.H (Lembaga Bantuan Hukum Surabaya), dan Dwi Rahayu, M.A. (Serikat Pengajar HAM Indonesia). Alice mengawali acara dengan memaparkan aktivitas risetnya mengenai HAM di Indonesia dan Malaysia. Ia bercerita, aktivis, pengajar, dan peneliti HAM cenderung mendapat perlakuan kurang baik di masyarakat. Contohnya, peristiwa pengajar UIN ArRaniry Aceh Rosnida Sari yang membawa mahasiswanya ke Gereja dengan tujuan pembelajaran, namun disalahartikan oleh pihak setempat. Herlambang memaparkan secara spesifik mengenai kebebasan akademik terkait berbicara, beropini dan berpendapat kritis di perguruan tinggi. Ia menilai, beberapa sekolah dan perguruan tinggi masih tunduk pada pemilik modal. Sehingga, kampus tidaklah berbeda seperti sebuah industri akademik yang diperjualbelikan. “Proses liberalisasi kampus secara tidak langsung membawa perguruan tinggi pada sistem korporatisme yang rapi,” ujar Herlambang. “Permasalahan yang dihadapi mahasiswa hukum juga kesulitan dalam mengeksaminasi suatu kasus,” imbuh Herlambang. Di Indonesia sendiri, publik masih belum menyadari peran yang dimainkan para pembela HAM. Hal itu diakui oleh pembicara asal KontraS Surabaya. “Masih banyak masyarakat yang tidak tahu menahu mengenai pentingnya peran pembela HAM,” kata Andy. Dalam diskusi ini juga disinggung berbagai macam pelanggaran
HAM seperti kasus Munir, Salim Kancil, Rosnida Sari, dan masih banyak lagi. (*) Penulis : M. Ahalla Tsauro Editor: Defrina Sukma S.
Tim Basket UNAIR Raih Posisi Runner Up di Pertalite Cup 2016 UNAIR NEWS – Unit Kagiatan Mahasiswa Basket Universitas Airlangga kembali menorehkan prestasi. Kali ini mereka berhasil merebut posisi Runner Up pada Turnamen Pertalite Cup 2016 Surabaya Series. Kompetisi tersebut digelar pada 15 – 18 September 2016, bertempat di Gedung Olah Raga (GOR) Kertajaya, Surabaya. Turnamen diikuti oleh semua perguruan tinggi di Surabaya. Tim Basket Putra UNAIR mendelegasikan dua tim secara bersamaan. Pemain tersebut sebagian besar merupakan mahasiswa baru yang baru tergabung dalam UKM Basket. “Kita lebih banyak mengikutsertakan mahasiswa baru dalam turnamen ini. Kita mau ngasih pengalaman dan jam terbang ke adik-adik baru,” ujar Rizvanda, Ketua UKM Basket UNAIR. Rizvanda mengatakan, persiapan yang dilakukan untuk turnamen tersebut hanya dua minggu saja. Namun begitu, secara fisik maupun mental tim UKM Basket UNAIR siap dalam kompetisi tersebut. Sayangnya, tim basket UNAIR B harus tergeser di perempat final ketika melawan Universitas Pelita Harapan (UPH) dengan skor tipis, 63 – 64.
“Tim yang satunya sudah kalah di perempat final. Tapi tim A bisa lanjut sampai final, melawan Universitas Surabaya (UBAYA),” tambah Rizvanda. Di babak final melawan UBAYA, tim basket UNAIR A mampu mendapatkan skor 44. Meskipun hanya meraih posisi kedua, namun kebanggan atas prestasi yang ditorehkan terpancar di ekspresi para pemain. Melalui prestasi yang telah diraih ini, diharapkan dapat menambah motivasi kepada mahasiswa baru untuk terus berjuang membawa nama almamater di kancah kompetisi basket, baik nasional maupun internasional. “Harapan kami semoga prestasi basket UNAIR tidak hanya mendominasi di tingkat Jawa Timur saja, tapi bisa mendominasi sampai tingkat nasional,” kata Rizvanda. (*) Penulis : Faridah Hariani Editor : Binti Q. Masruroh
Tax Amnesty Membawa Dampak Masyarakat
Diharapkan Positif di
UNAIR NEWS – Sekitar dua ratus hadirin yang berasal dari berbagai latar belakang, memadati aula Kahuripan, Kantor Manajemen, Kampus C Universitas Airlangga Sabtu pagi (17/9). Mereka terdiri dari konsultan pajak, wajib pajak, akuntan, auditor, konsultan keuangan, dosen, dan mahasiswa. Orang-orang tersebut datang dengan antusias untuk menghadiri seminar bertajuk “Arah Kebijakan Perpajakan Pasca Tax Amnesty”. Acara yang digelar atas kerjasama UNAIR, Direktorat
Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Pajak (IAI-KAPj), dan BRI itu menghadirkan dua narasumber berkompeten. Mereka adalah Prof. Dr. Poltak Maruli John Liberty Hutagaol, MAc., Mec(Hons)., AK., CA selaku Direktur Perpajakan Internasional Ditjen Pajak Kemenkeu dan Ketua IAI-KPAj Pusat, dan DR Rudi Purwono SE., MSE selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR. Datang pula menjadi keynote speaker Kepala Kanwil DJP Jatim I Kemenkeu Estu Budiarto SE., MBA., Ak. Seminar dimoderatori Dr Ardianto SE., MSi., Ak., CA., CMA Direktur Keuangan UNAIR dan Wakil Kabid 3 IAI Wilayah Jatim, dan Dr Elia Mustikasari ., MSi., Ak., CA., CMA., BPK., BAK Ketua Laboratorium Pengkajian dan Pengembangan Akuntansi Perpajakan dan Sistem Informasi (LPPAPSI) FEB UNAIR, dan Wakil Ketua IAI-KAPj Pusat. Pada kesempatan itu, Prof John menjelaskan, melalui program Tax Amnesty pemerintah berupaya membuat perbaikan di aspek perekonomian. Harapannya, kedisiplinan wajib pajak akan tergerak ke arah lebih baik. “Ini
merupakan
langkah
konkret
dari
pemerintah
kepada
masyarakat agar Indonesia lebih siap dan mantap memasuki program pembangunan skala besar yang akan dituju,” kata dia. Di lain pihak, Dr Rudi menjelaskan bahwa kondisi perekonomian di Indonesia saat ini penuh ketidakpastian. Imbasnya, lembaga keuangan dunia selalu membuat proyeksi dan cepat dikoreksi. Untuk membuatnya lebih efektif, efisien, dan baik, perlu peran serta semua elemen. “Ekonomi berjalan lebih cepat jika swasta berperan. Namun harus diiringi oleh pemerintah, agar tidak timpang,” cetusnya. Pada prinsipnya, seminar Tax Amnesty itu menambah wawasan dan pengetahuan hadirin tentang seluk-beluk kebijakan yang digadang-gadang eksekutif bakal “menyehatkan” kas negara tersebut. Isu ini dikupas dari beragam perspektif secara menyeluruh.
Direktur Keuangan Dr Ardianto yang diwawancara UNAIR News berharap, seminar ini dapat memberikan gambaran dampak Tax Amnesty, juga menunjukkan arah dan kebijakan pemerintah pasca program tersebut. Sehingga, dunia usaha dan seluruh masyarakat dapat memahami tujuan dan filosofinya. “Dalam seminar tersebut juga dipaparkan kajian makro ekonomi untuk memberikan gambaran tentang apa pentingnya Tax Amnesty,” kata dia. Seperti diketahui, UU Pengampunan Pajak yang diajukan pemerintah sudah disahkan DPR dan berlaku sejak 1 Juli 2016 melalui UU 11/2016. Sehubungan dengan hal ini, perlu dilakukan sosialisasi terkait pemahaman teknis di masyarakat. Yang paling penting, pasca kebijakan ini dipastikan akan ada langkah konkret lain dari pemerintah. Termasuk, ketegasan di bidang hukum dalam lingkup perpajakan. Tujuan Tax Amnesty sendiri adalah membawa wajib pajak yang selama ini belum patuh dan objek pajak yang belum dilaporkan ke dalam sistem administrasi pajak. Dengan demikian, kontrol pemerintah akan lebih maksimal. Optimalisasi pemasukan negara dari sektor pajak pun dapat bergerak dengan maksimal. (*) Penulis: Rio F. Rachman Editor
: Binti Q. Masruroh