BahanOrasi llmiah
PEMBANGUNAN INDTJSTRIMANUFAKTUR SEBAGAI INDUSTRI BERBASIS IPTEK: MenjawabTantanganGtobalisasi DalamEra PJP-II
oleh : Prof. Dr. Ir. Rahardi Ramelan,MSc,
DOI(UllEfiTAS,l & Aq'S:P
ffiAPPIi-JAS Air rro. -, ' "..12.2:/.....
c;,.-.' ....!C.?e..!...
Disampaikan padaAcaraWisudaISTN 1997 15Desember 1997
makalah\waka\ istn-2.doc
Bahan Orasi Ilmiah
Bapak wakil Ketua Bappenaspada Acara Wisuda ISTN ]:ggT PEMBANGUNAN INDUSTRI MANUFAKTUR SEBAGAI INDUSTRI BERBASISIPTEK: Menjawab Tantangan Globalisasi Dalam Era plp-Il oleh: Prof. Dr. Ir. Rahardi Ramelary M.Sc.
Pertama-tama, marilah kita panjatkan syukur kehadlirat Illahi atas rahmat-Nya kepada kita semua sehinggakita dapat bertemu dan berkumpul pada hari berbahagia saat ini. Pada kesempatanini, saya ingin menyampaikan ucapan selamat kepada Saudara-saudarayang diwisuda pad.ahari ini, yang telah menyelesaikan pendidikarurya, untuk kemudian akan terjun ke dunia karya guna mengembangkan bekal ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah. Saya juga menyampaikan selamat dan terima kasih kepada orang tua mahasiswa, seperti juga keinginan pemerintah untuk terus meningkatkan investasi di bidang pengembangan sDM, yang telah dengan tekun turtrt serta membiayai putra-putranya untuk mengenyam pendidikan tirggr. Oleh Pimpinan ISTN, saya diminta untuk menyampaikan Orasi Ilmiah sebagaipengaatar rrnfuk lebih membuka visi dan wawasan Saudara-saudara dalam upaya kita mengisi dan berperan serta dalam pembangunan nasional.
makalah \w aka \ istn-2. doc
Untuk itu, iiinkanlah saya menyampaikan orasi ilmiah dengan tema mengenai "Pengembangan Industri ManuJaktur sebagai Industri Berbasis Iptek: Menjawab TantanganGlobalisasiDalarrrEra PJP-II".
I.
PENDAHULUAN Saat ini kita dalam perjalanan menyelesaikan tahap pembangunan lima
tahunan pertama (Repelita VI) dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PIP- II), dan sedang mempersiapkan rencanapembangunan berikutnya dalam Repelita VII. Untuk mewujudkan kehendak ralcyat memasuki PJP-II, seperti telah digariskan dalam GBHN 7993, sasaranyffig ingin dicapai selama 25 tahun ke depan diarahkan perwujudannya melalui t"i"h bidang pembangunan, dimana bidang ekonomi masih merupakan titik berat pembangunan seiring dengan kualitas SDM dengan sektor industri sebagai penggerak utama pembangunan bidang ekonomi. Selanjutrya, sasaran pembangunan bidang ekonomi diarahkan untuk terciptanya perekonomian yang mandiri dan andal sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan, berdasar pada demokrasi ekonomi yffig berlandaskan Pancasiladan Undang-Undang Dasar L945dengan peningkatan kemakmuran ralsyat yang makin merata, perhrmbuhan yang cukup ti.gg, dan stabilitas nasionul y*g mantap, bercirikan industri yang kuat dan maju, y{rg didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas,maiu, produktif,
dan profesional. Sasaran ini, dalam memasuki Repelita VIL
diupayakan rrntuk tetap dipertahankan dengan beberapapenajaman, agar kita lebih srap dalam menghadapi tantangan globalisasi yang makin lama makin terasada:rrpaknya.
makalnh\waka\istn-2,doc
Sela:rra PIP-[
pertumbuhan ekonomi nasional ditargetkan rata-tata
mencapai lebih dariT persen per tahun. Selamatiga tahun pelaksanaanRepelita VI, target perhrmbutran ini telah tercapar, yalori 7,5% pada tahun 1994;8,2)1, tahun 1995, dart 8,0% tahun 1996. Sementara untuk tahun 1997 dan 1998, dikhawatirkan perfurrrbuhan ekonomi sedikit menr.run sebagai akibat adanya gejolak moneter al*dr-aktdr ini. Namun demikian, rata-rata pertumbuhan selama Repelita VI diharapkan tetap mencapai T perserL agar tahap pembangunan ini bisa mmjadi awal yang baik dan sebagaibasis yffirg kokoh untuk menuju perekonomian yang lebih tangguh dan andal. Unhrk itu, Pemerintah terus berupaya dalam pencapaian target pertumbuhan tersebut -tentu seiring dengan upaya pemerataan dan menjaga stabilitas -- antara lain melalui berbagai langkah-langkah konkrit datam mendorong peningkatan pertumbuhan ekspor dan mengendalikan impor. Gejolak ekonomi intemasional yang menyebabkannilai tukar beberapa mata uang di Asia terdepresiasi tajam terhadap dolar Amerika dalam tiga bulan terakhir ini menandakan bahwa akibat pesatnya perkembangan globalisasi dan liberalisasi yang berpengaruh pada sistem perdagangan internasionaf
termasuk perdagangan mata uang, telah mendorong
mekanisme Pasaryang bersifat self-correcting terhadap perubahan-perubahan yang cepat, sehingga berpotensi memunculkan guncangan-guncanganyang dapat mengganggu stabilitas perekonomian nasional dan khususnya di negara-negara berkembang. Pertanyaarmya kini
regionaf adalah
fundamen aPa yang harus kita siapkan agar dalam menghadapi tantangan masa depan selama era PIP-[,
segala guncangan ekonorrri dapat
dikendalikan dan diatasi dengan baik. Kata kunci untuk menjawabnya
rnnlcalah\zunka\istn-2.doc
terletak pada bagaimana daya saing ekonomi ymrg andal dapat diwujudkan dengan dunia industri menjadi tulang punggungnya.
il.
INDUSTRI BERBASIS IPTEK: ANTISIPASI TERHADAP TANTANGAN GLOBALISASI Masa depan sarat akan kompetisi merupakan fenomena yang tidak
dapat kita hindari lagi. Makin tajamnya tingkat kompetisi menuntut setiap negara untuk memilih strategi yffirg tepat dalam mengatasi berbagai tantangan mauPun hambatan yang mungkin dihadapi. Keberhasilan suatu negara dalam memilih strategi sehingga mampu memen€ulgkan persaingan di pasar dunia kini menjad,i topik perdebatan yang menarik, tidak hanya di kalangan pemerintahan dan akademisi namun juga masyarakat seperti tercermin dari berita-berita di berbagai mass media. Kita melihat bagaim€ma negara industri baru di Asia dengan pesatnya telah berkembang, dengan ditopang oleh ketangguhan industrinya memiliki produk
yaurLg
daya saing yang kuat sehingga mampu bersaing dengan produkAmerika
dan Jepang. Transformasi
ekonominya
yang bergulir
melalui beberapa tahapan transisi tidak terlepas dari keberhasilan strategi industrialis asi y ffirg diterapkan. Pada kesempatan ini saya secara ringkas akan menguraikan beberapa strategi industrialisasi
yang menggambarkan tahapan-tahapan transisi lin-
tasan pembangunan ekono^i,
y*g
akhimya berdampak pada penguatan
daya saing industri. Tahapan transisi disini tidak semata-mata menggambarkan transformasi pembangun€u:l ekonomi di negara industri baru di Asia, namun lebih pada gambaran umum strategi yang banyak diterapkan di ne-
il Laknlnh \7il&ka\ istn-Z,doc
gara-negara berkembang lainnya untuk menuiu pada penguatan pertunrbuhan ekonomi dengan industri berbasis iptek sebagai akselatornya.
Transisi pertama yang dilalui dalam proses transformasi pembangunan ekonomi ad.alah melalui strategi substitusi impor. Pengembangan strategi ini dilandasi pada gagasan bahwa impor dapat digunakan sebagai basis bagi pengembangan industri-industri
dalam negeri. Dengan derrikian,
apabila in-
dustri dalam negeri telah berkembang maka diharapkan dapat menghemat penggunaan devisa karena perrrrintaan dala:rr negeri akan produk yang akan dikonsumsi sudah dapat dipenuhi sendiri. Strategi ini juga dimaksudkan agar dapat merangsang kegiatan ekonomi dunia usaha di dalam negeri. Dalam
mendukung strategi ini biasanya berbagai langkah proteksi ditempuh dengan cara pembatasan barang impor sehingga akan mengurangi jumlah barang lmpor. Dengan perrrdntaan di dalam negeri yeirrgmasih tetap besar, indusfri dalam negeri terdorong unhrk meningkatkan produksi barang yang terkena pembatasan impor tersebut sehingga dapat memenuhi kebuh-rhan sendiri akan berbagai barang industri. Melalui strategi ini, dunia usaha secara lambat laun di-
dorong rrnfuk mendapat "kemandirian" dalam bidang ekonomi, industri dan teknologi.t Pengalaman di banyak negara berkembang dalam menerapkan strategi ini memang
telah memunculkan
beberapa masalah. Pertama, kualitas barang
L Strategr dan kebijaksarraan substitusi impor ini sangat diminati oleh negara-negara berkembang terutama fi Amerika Latin, pada dekade 1960 dan 1970 mengrngat teori theory)pada saat itu merupakan paradigma yang mendr:minasi cara "ketergantur gan" (dependencia pandang perancang dan pengambil keputusan di negara berkembang. Di Amerika Latin pada tarhun1970 dikenal kebijaksanaanteknologi dan industri dari kelompok negara Pakta Andean yang sangat protektif urtuk tujuan melepaskandiri dari ketergantungandengan negara-negarakapitalis. Puncak dari keinginan berdikari di bidang iptek untuk industri dilakukan pada tahul "1979dengan pelaksanaan United Nation Conferenceon Scienceand Technologyfor Deoelopment(UNCSTD) yang diselenggarakan oleh PBB di New York. Namun seperti banyak diduga, pertemuan tersebut akhirnya hilang begitu saja, tanpa ada hasil-hasilnyayang signifikan.
makalah\ w aka\ ist n-2.doc
yang dihasilkan biasanyarendaL1karena sangatbergantung pada proteksi dan berorientasipada pasar dalam negeri. Kualitas barang yang dihasilkan sebagai barang substitusi impor sering kali jauh lebih rendah dari hasil produksi luar negeri, sehingga dengan kualitas barang rendah akan sulit untuk diekspor. biaya untuk prosesproduksi besar.Tidak sedikit memang btuyu Kedu"a, yang harus dikeluarkan untuk mendidik tenaga kerj+ membeli mesin, dan membeli bahan baku yffitg diperlukan. Jelasaktivitas ini membutuhkan basis modal yang cukup besar.Karenaketerbatasanmodal dalam tahap awal pembangunan industrinya harus mer€mgs€u:rg datangnya investasi dan tenaga kerja dari luar negeri. Hal ini memberikan biaya werheadyang cukup mempengaruhi biaya produksi sehinggamelemahkan daya saing produk industrinya. Ketiga,keterganfunganpada pasard"omestik.Berbagaipembatasanimpor dan pemberian subsidi pada industri dalam negeri biasanya mendorong industri tergantung pada perhrmbuhan pasar€u:r domestik, dan jika pasar€u:tdomestik lesu maka dengan sendirinya pertumbuhan sektor industri akan tersendatsendat,dan cenderungtid,akefisien(sociallyineficient\. Di [rdonesia implikasi strategi substitusi impor oleh para investor asing (perusahaanmultinasional maupun perusahaanpatungan) yang menanamkan modalirya di sektor industri cenderung dimanfaatkan untuk mempercleh fasilitas dan insentiP yang dikeluarkan Pemerintah selain perluasan pas.u bagi produk-produk mereka. Lrdustri-industri kita seolahhanya dijadikan perpanjangan
z Kecenderungan pemanfaatanstrategi substitusi impor untuk tujuan bisnis bagi negaranegara maju digambarkan cukup detil oleh Haggard (1990)dalam "Foreign Direct Investment and Dependency", PathwaysFrom thePniphery, pp.19'I-222.
n.nkaIah \ut akn\ istn-2. doc
tangan dari sistem pemasar€u:rdari negara mereka.3 Dengan demikian investasi asing banyak dialokasikan untuk industri perakitan.
Agar investasi asing tidak semata-matamenikmati pasar domestik, Pemerintah mengarahkan arus investasi tersebut pada pendekatart economies of scale. Dengan pendekatan ini diharapkan akan memberikan perluasan kerja sehingga masalah pengangguran dapat teratasi. Salah satu contoh yang bisa menggambarkan sittuasi ini adalah otomotif.a Pendekatan lairurya digr^nakan adalah melalui pendekatan kandungan lokal (local content).Sayangnya pendekatanlocal content ini belum berjalan efektif karena adanya kelemahan struktural
pada industri
daknva didukung
dan sistem pendidikan kita. Pendekatan ini hen-
oleh kelembagaan litbang yal.rg kuat serta SDM yang
tangguh. Namun hingga saat ini, banyak data menyebutkan bahwa aktivitas litbang masih diselenggarakan oleh pemerintah, dan orientasinya masih pada science-pushbelum kepada demand-diuen.
Seiring dengan pengembang€u:rstrategi substitusi impor, selanjubrya dikembangkan strategi promosi ekspor sebagai transisi berikutnya. Pengembangan strategi ini adalah untuk menanggapi kebuhrhan perluasan pasar bagi
produk-produk industri, dan biasanya juga untuk mengurangi kecenderungan membengkaknya defisit pada neraca pembayaran. Strategi promosi ekspor
3
Kondisi ini bisa terjadi mungkin bisa dijelaskan sebagai berikut. Produk barang jadi impor mengalnmi hambatan karena dikenakan tarif bea masuk yang tinggi maupun hambatan kuantitatif lainnya. Sementara impor masukan antara (intermediate inputs) yang diperlukan unruk perakitan tahap akhir barang jadi sering dibebaskan dari pembayaran tarif bea masuk atau dikenakan tarif yang sangat rendah. Dengan struktur tarif yang sedemikian rupa, maka nilai tambah domesbik yang dihasilkan industri perakitan tersebut dapat menikmati tingkat proteksi efektif yang tinggl sekali. Dengan demkiarl para investor asing cenderung mendirikan pabrik-pabrik untuk memanfaatkan struktur tarif ini. a Pendekatan ini dibelakang hari menjadi masalah tersendiri. Dengan banyaknya industri perakitan dari berbagai merek yang ada, menyebabkan indusbri otomotif kita tidak pemah berkembang menjadi besar karena selalu didikte oleh pihak prinsipal.Bahkan untul< ekspor pun kita tidak bisa memiliki bargaining position dengan negara prinsipal.
rnnknlnlt \u, aka\ i strt-2,doc
merupakan strategi industrialisasi rrntuk mendorong produksi barang dalarrr negeri yang nantinya akan diekspor. Strategi ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan membangrrn struktur industri yao,.rgkokoh dengan daya saing internasional yang kuat. Ada empat faktor yffig dapat menjelaskan bahwa strategi promosi ekspor dapat mendorong pertu:rrbuhan ekonoori y*g
lebih pesat dibanding strategi
substitusi impor, yaitu: (i) Adanya keterkaitan antara sektor primer dengan sektor skr,rnder, misa-lrrya agroindustri yang berkembang karena berorientasi pada bahan baku pertanian. Dengan adanya kaitan ini, maka permintaan sektor industri terhadap sektor pertanian akan meningkat, dan mencegah proses rrrbanisasi karena tenaga kerja di sektor pertanian tetap dapat dipertahankan; (ii) Skala ekonomi (economies of scale)dapat dicapai karena per:nintaan ekspor yang skalanya cukup besar sehingga dapat fiproduksi secaramanufaktur/masa!
(iii)
Meningkabrya persaingan atas prestasi perusahaan, karena kuatrrya persaingan pada pasar dunia. Dengan adanya persaingan, perusahaan-perusahaan baru terdorong untuk menyusun rencana investasi produksi dan pemasaran atas dasar pasar domestik dan pasar intemasional (ekspor). Dengan demikian pembangr-rnan pabrik diperhitungkan kenena dalarn menrikirkan
membangun
dengan skala ekonomi yartg efisien, oleh
pabrik
tersebut
pua
industriawan
sudah
untuk rnemasarkan sebagian dari produksi rrereka di pasaran
dnnia; dan (iv) Dorongan ya lg ditimbulkan oleh ketiga faktor tersebut akan memberikan ekses ymrg positif pada neraca pembayaran, sehingga dampak kekwangan devisa atas pertumbuhan ekonomi dapat diatasi.s
s
Satu segi positif yang penLing dari shategi promosi ekspor adalah bahwa persaingan fi pasaran ekspor rnenghcrruskzm para industriawan untuk menjajagr berbagai cara untuk menekem biaya produksi urereka sampai ke tingkat serendah-rendahny+ sehingga hasil produksi mereka dapat bersaing dalam fuerga (pice-cornpetitioe) di pasaran ekspor. Persaingan ketat di pasaran ekspor ini akan mengheruskan
mnkaIah\w akn\istn-2.doc
Setelahkedua tahapan transisi tersebut di atas dapat dilalul, yang terpenting adalah bagaimana pembangunan ekonomi dapat melalui transisi "terakl:rir" yffiLg paling menentukan. Pada transisi ini pembangunan industri sudah lebih menekankan pentingnya faktor ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Kebijaksanaan iptek sudah mulai memegang peranan yang cukup penting.6 Dalam menghadapi tantangan globaf
upaya-upaya untuk
mengembangkan keunggulan kompetitif global harus terus dikembangkan. Keunggulan kompetitif global berarti memiliki teknologi yang terbaik dan triaya proses produksi dan distribusi (desain, manuJaktur, penjualan, dan pelayanan) y*g
murah. Dengan kata lain, harga dan kualitas menjadi criti-
cal aspectdalam memen€rngkankompetisi globaf dan ini jelas harus didukung oLehbreaktrough dalam bidang teknologi melalui kegiatan litbang. Keberhasilan proses pembangunan ini dapat dilalui sesunggutrnyatidak terlepasbagaimana strategi promosi ekspor dapat diterapkan sehinggaproses alih teknologi dapat berlangsung. Dengan demikian, kita harus dapat menangkap sinyal-sinyal pada pasar akan perubahankeunggulan komparatif yang terjadi, sehingga sinyal tersebut dapat diantisipasi melalui pemilihan indusfriindustri tertentu unhrk memperkuat struktur industri.z
peua industriawem untu-k mengadakan pengendalian muLu (quality control) yang ketat pula, mengadakan modi[ikasi dalam desain bararrg sesuai dengan perubahan selera masyarakat dan kemajuan teknologi baru, dan memastikan pengadaan beremg sesuai dengan jadwal pengadaan yang telah ditetapkan. n Pada Repelita VI, pentingnya peranan iptek telah mulai dirasakan untuk diakomodasikan dalam suatu bidang tersendiri di dalam GBHN 1993. Perdebatan mengenai dilepaskarurya sektor ini ke dalam satu bidang tersendiri melalui perjuangan yang cukup panjang. 7 Pemilihan industri tertentu di Indonesia untuk mendorong penguasaan lptek yang dikategorikan unggulan sesungguhnya telah diwuludkan dtrlam pengembangan industri strategis yang dikelola oleh Badan Pengelola lndusbri Strategis (BPIS). lndustri strategis terdiri atas 10 BUMN ini, tampaknya masih menitikberatkan pada pengembangan indusbri-industri yang berteknologi tinggi. Sementara itu, untuk lebih dapat mengantisipasi perkembangan perdagangeur internasional yang makin luas, Departemen Perindustritrn dan Perdagangan pada Kabinet
m.akalnh \w akn\ istn-2.doc
Dari uraian di atas, mungkin timbul pertanyaan dalam diri kita; bagaimana kita membangun industri-industri nasional agar menuju industri yali,:rg berbasis iptek agar mampu menghadapi tantangan globalisasi di masa depan? Dan apa yang akan kita kembangkan untuk membangun industri berbasis iptek? Dalam hal
hal pertama yang harus kita sadari adalah iptek meru-
pakan asset industri yang sangat penting.8 Selanjutrya pada era globalisasi dan intemasionalisasi, upaya peningkatan daya saing suatu industri tidak terlepas dari kemampuan industri itu memarrfaatkan peranan keunggulan daya saing yang ada dalam negara. Michael E. Portere menyatakan bahwa terdapat 4 (empat) faktor dart2 (dua) kekuatan yang sangat menentukan keunggulan bersaing suatu negara, yaitu: (a) Tersedianya faktor produksi dan infrastruktw
(factor condition); (b) Keadaan perrrintaan dalam negeri (demand
condifion\; (c) industri penunjang (relatedand supporting condition); (d) struktur perusahaarr, persaingan, dan strategi bersaing (firm's, strategy, structure, and iaalry);
@) pengaruh perkembangarr/perubahan
(utamanya teknologi
dan ekonomi) (the role of change); dan, (f) peran pemerintah (the role of goaernment). Dalam kaitan ini, industri-industri
yang telah kita bangun dengarn
berbagai pilihan strateginya, dan dalam upaya percepatan alih pengembangan dan penguasaan teknologi, tidaklah kita bangun dalam kerangka yang
PembaurgunanVI ini mengembangkan strategi "market plus, by design", yang mengerah pada perrekananmodel targetedindustry yang dilakukan Jepang. * Buoyak pihak yang menganggap bahwa assetindustri adalah modal yang terteuramdalam benruk fasilitas produksl banguna4 tanah dan sebagainya.Semua itu adalah asset yang tangible dan disetaraker-n dengan uang, Definisi assetseperti ini adalah pengertian menurut akuntansi. Porter (1993).TheCompetitiaeAdoantageof Nation.
mnkalnlt \aukn \ istn- 2.doc
terpisah, dan dalam skenario perenciulaan pembangunan (interrupted scenqrio) tetapi industri-industri
yffig
terputus
itu telah dibangun secara berk-
esinambrrngan (continuos) sesuai dengan tantangan dan peluang dari tahapan pembangrrnan sejak Repelita I, dalam skenario yarrlg terpadu dan komprehensif.lo Untuk membangun industri itu, kita membangun infrastruktur
fisik
melalui investasi Pemerintah (sarana dan prasarana pembangunan seperti jal:art,
pelabuhan,
bartdara,
tenaga
listrik,
dan
lairurya);
dan
masyarakatf swasta juga melakukan investasi (seperti pabrik baru dan permesinan). Kita juga melakukan investasi untuk akumulasi human capital, baik dalam bentuk pembangunan SDM dengan kelembagaannya (seperti pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan, dan pelatihan tenaga kerja) marl pun pembangunan untuk mengembangkan kegiatan dan kelembaga:an iptek (seperti didirikannya
Lembaga Penelitian Non Departemen, universi-
tas, dll.). Disini jelas bahwa pembangunan industri berkaitan erat dan perlu didukung
dengan
kebijaksanaan
pengembangan
sumberdaya
manusia
(SDM) dan pengembangan iLnu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Peningkatan kemampuan dan penguasaan iptek diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri
yang menghasilkan
produk-produk
industri
yang
r0 Bagi negaraberkembang,tidak banyak pimpinannya yang konsistendalam upaya investasi human capital untuk membangun indusbri yang berbasis iptek. Kepemimpinan Presiden Suhirrto yang terus menerus tanpa hentinya menekankan investasi dalam bidang iptek dan SDM, yang diantaranya membangun kelembagaan iptek secara konsisten sejak Repelita II ketika Kemtor Menteri Negara Ristek didirikan, kemudian Puspiptek Serpong Dewan Riset Nasional (DRN), dan AIPI sarrtpai sekarang memberikan landasan yang kokoh untuk pembangunan industri berbasis iptek pada masa mendatang.
11
mnkalah \ usnka\ istrt-2. doc
berkualitas sehingga mampu menembus pasar internasional.li Disini kita bicara tent€u:rgkemampuan industri yang mampu memanfaatkan, menguasai, dan mengembangkan
teknologi
guna
menaikkan
kemampuan
ekspor
khususnya ekspor nonrrrigas (manufaktur). Jadi kita harapkan bahwa program-program penelitian dan pengembangan (R&D), terutama di bidang teknik produksi" mampu mendukung
sektor industri
khususnya industi'i
manufaktur dalam meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi secara nasional, yang diharapkan berkembang seiring dengan pemerataan pembangunan. Kemampuan iptek dalam industri merupaka-n hasil akumulasi yang cukup paniang dalam "lintasan" (trajectory) tertenbu. Dalam rangka meningkatkan daya saing pada tingkat dunia usaha diperlukan core business pada
dunia usaha yang bersangkutan. Berhasil tidaknya menghasilkan core business tersebut ditentukan oleh daya absorbsi sebagai upaya untuk mengembangkan usaha. Hal tersebut akan mendorong profesionalisme dan kompetensi dalam cabang usaha yang ditanganinya. Dengan demikian menjadi suatu keharusan bagi dunia usaha untuk mendekatkan diri dengan lembagalembaga penelitian sebagai bagian integral dari strategi usaha jangka panjang dalam membangun corebusiness-nya.l2 rr Korelasi antara antera Iptek dan daya saing dijelaskanoleh Irfan uI Haq (1995)::"... the intimate relationshipbettaeentechnologyand international competitiaeness by looking at the nature of technologyand technologicalchangeand the waysin which the lattu impingeson An economy'scapacityto bringing out the central role of 1rou. ... the role technologicalprogressplays in economicdeoelopment, producfiuitygrowth in the interactionof trade,Lechnology, and internationalcompetitiaeness. " 12 PT IPTN misalnya, berhasil membuat N-250 setelahmengawalinya dengan helikopter, NC212, dan CN-235. RencanapengembanganN-2130 pun tidak terlepas dari lintasan tersebut. Dalam uPaya tersebut, PT IPTN mendekatkan diri dengan lembaga-lembaga litbang di BPPT dan per[Juruan hingg di dalam negeri (ITB) dan luar negeri sebagai bagian dari strategi jangka panjangnya.Dengan deudkiaurprosestersebtrtdapat pula dipandangsebagaiprosesevolusi dalam pembentukan spesialisasi.Walau pun menjalin kerjasamadengan pihak luar, proses tersebut harus terkristahsasimenjadi keunggu.landi dalam pertrsahaanyan6;bersangkutan.
72
m nknlah\w aka\istn-2.doc
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam rangka memanfaaatkan iptek sebagai asset yarlg berharga. Pertama, menyed.iakaniklim yang subur guna mengakumulasikan iptek secarakonsisten.Prosesakumulasi tersebut terjadi pada umuumya bukan disebabkan oleh perubahan radikal tetapi iustru karena menumpuknya penyempumaan kecil (gradual improuenrent). yffig diperlukan sebagaititik Kedua, mengenali dimana letak corecompetence awal pemahaman ke arah mana usaha dikembangkan.ts bahwa
tetap merupakan instifusi ekonomi dengan
pro.fitmqxint.izinesebagaiciri utamanya. Dalam mencari keuntungan, industii tidak lepas dari mekanisme kompetisi antarmereka sendiri baik di dalam mau pun di luar negeri. Kompetisi tersebut terjadi baik dari mencari sumber suplai bahan baku baru, ancaman substitusi produk atau pelayanan, kompetisi untuk merebut pembeli, mau pun ancaman pendatang baru dalam arena Pasar. Y*g
terpenting adalah bagaimana kita memberikan dukungan bagi
peningkatan daya saing bagi industri nasional. Tentang intensitas dukungan ini, saya ingin mengingatkan akan konsep fundamental fisika dari Newton.
Bila kita ingin mengangkat suatu bend4 diperlukan grya minimum untuk mengangkahrya. Jika jumlah
gaya tersebut kurang dari minimum/
maka
benda tak terangkat. Dukungan yang dimaksudkan harus melebihi energi minimum tersebut. Selain itu, vektor gaya akan mempengaruhi arah dan kecepatan pergerakan selanjutnya. Saya menyimpulkan
13
bahwa "energi na-
Core comyeterce merupakan kesatuan kemeunpuan suatu industri baik ketrampilarg iptek, mauFun fasilitas. Diversifikasi yang baik selalu memanfaatkart core competence. Pabrik kapal misalnya, mungkin saja memproduksi rig Iatt, karena mempunyai kemampuan baik kebrampilan, iptek, mau pun fasilitas yang dapat dimtrnfaatkan. Diversi6kasi industri mobil ke perkebttnan misalnya, bukanlah berdasarkan core competence.
makal nh \ w aka \ istn- 2.d oc
sional" tidak lah mrrngkin dapat mengangkat semua industri. Ada industri yang harus dipercepat dan ditingkatkan daya saingnya. Untuk industri jenis ini, dukungan iptek melebihi minimum r equir ementharaslah diberikan. Keempat, memanfaatkan ideas y'ang berkembang di dunia internasional. Globalisasi juga mengakibatkan "Lalu lintas iptek" antar negara yffirg lebih lancar (dalam bentuk investasi, peralatan, informasi, dan SDM) dan dapat dimanfaatkan untuk pembangunan. Di sisi lain, banyak perusahaan memindahkan fasilitas produksinya ke negara lain untuk memenuhi pasar tertentu, bahkan mengekspomya ke negara mereka sendiri.r+ Yuog perlu kita pahami betul adalah apa motif perusahaan untuk membuat fasilitas produksi di negara lain. Motif tersebut didorong oleh tersedianya sumber daya alam (misatnya minyak bumi dal tembaga), adanya pasar potensial di negara tujuan atau di sekitarnya (contoh industri otomotif), peningkatan efisiensi misalrrya tenaga kerja yang lebih murah (pakaian), dan akuisisi asset strategis yang amat diperlukan perusahaan. Asset strategis dapat berupa
pengetahuan khusus (misalnya litbang atau informasi trend-
setter), bahan baku khusus (pabrik ban luar negeri membuka kebun karet di Indonesia) dan sebagainya. Dari segi iptek, efektivitas globalisasi tergantung dari kapasitas yang kita punyai. Semakin besar kapasitas SDM dan diduk*g
irrfrastruktur
yang memadai, semakin besar manfaat yffiLg akan kita
dapat. Dukungan kita untuk tetap memelihara motif mereka menempatkan
14 Vernon (7979).Vernon mengusulkan teori productcycle.Pada awalnya suatu produk dibuat untuk pasar dalarn negeri. Setelah ibu, produk mulai diekspor dan produksi meningkat. Dengan berkembangnya pasar ekspor, produksi di dalam negeri sudah tidak menguntungkan lagi dan fasilitas produksi fipinda-hkan ke negara yang iebih murah biaya produksinya. Akhirnya produk tersebut malah diekspor ke negara asal.
74
nmkalnlt\ w aka\ istn- 2.doc
fasilitas produksi perlu terus dipelihara. ldeasdari mereka tetap kita perlukan dalam pembangunan.
III. SISTEM MANUFAKTUR SEBAGAI GARDA TERDEPAN INDUSTRI EERBASIS IPTEK15 "]antung" dari industri adalah proses manuJaktur barang. Bagaimana barang dirancang, dart dibuat dengan mengerahkan segala sumber daya yang ada. Untuk proses yang sederhana,pembuatan paku misalnyO prosesnya tidak begitu sulit. Bandingkan dengan proses manufaktur pesawat terb*g
dan kilang LNG yang amat rumit. Kedua contoh ekstrim tersebut
punya kesamaan, yaitu aspek bahan baku, proses pembuatan, efisiensi proses, dan kualitas produk y*g
terangkai dalam satu sistem. Penyempw-
naeln sistem manufaktur merupakan langkah yang sangat mendasar dalam peningkatan daya saing industri nasional. Konsep sistem manujaktur sudah mengalami evolusi yang cukup mendasar. Secarasederhana,dulu masih terfokus pada pemenuhan kebutuhan, pembuatan, dan pemanfaatan. Dengan semakin berkembangnya proses pembuatan, maka dimasukkannya unsur desairu pengembarlgan, pemantauan Prosespembuatan, dan untuk produk diperlukan proses adaptasi oleh konsumen. Sistem manuJaktur semakin berkembang dengan dimasukkam unsur kualitas produk, keandalan sistem, keselamatandan sebagainya. Kerangka konsep sistem manufaktur sendiri dapat dirinci sebagai berikut. Elemen pokok yang pertama adalah kinerja sistem prosesyang di'' Bugtan III dikembangkan dari Rahardi Ramelan,"lndustri BerbasisIlmu Pengeterhuandan Teknoltrgi: Landasan Pembangunan Daya Saing Nasional di Masa Depeur" Pidato Pengukuhan Guru Besardi ITS, Surabaya,22Nopember1997.
15
m.nknlah\ut nka\ istn-2.doc
harapkan. Sebagaisistem prosesmaka optimasi sistem manufaktur mengarah pada peningkatan nilai dan menjaga kualitas proses dan produk dengan tetap menjaga tingkat keekonomisiul proses. Dengan demikian, tingkat keekonomisan sistem manufaktur juga terkait dengan konfigurasi sistem manufaktur yffirg ramping. Untuk 7tu, engineeringeconom.ics dimarrfaatkan guna menghitung keunggulan dan kerugian antara berbagai alternatif konfigurasi proses manufaktur dan kriteria produk ya :rg akan dihasilkan. Dengan demikian, pertimbangan tingkat keekonomisan selalu menjadi bagian dari operasionalisasiindustri manufaktur. Selanjutnya, kesinambungan kehidupan industri manuJaktur selalu terkait dengan kemampuannya untuk meluncurkan produk-produk baru. Untuk itu, desain produk, desain proses pembuatannya, dan deskripsi proses manuJaktur yang diperhrkan perlu dilaksanakan secara simultan. Dalam merancang produk baru, maka keterlibatan para rekayasawanmanufaktur menjadi suatu keharusan guna
mengurangi biaya penyesuaian
(adjustnrcnt)proses, memperpendek waktu desain dan meurufaktur, dan resiko perubahanproduk dan proses.16 Berikutnya, total qualityffittnagemenf (TQM). Konsepkualitas juga diturunkan dari pengertian sistim proses. Pada dasamya kualitas dibentuk pada setiap tahapan proses. Dengan demikiarU pembangr.rnan kualitas dilaksanakan pada seluruh tahapan proses manuJaktur secaramenyeluruh. Dalam konsep ini sangat diperlukan adanya penyempurna€u:rsecara terusmenerus (knizen)baik yang berasal dari penyempurnaan sistematik, misalnya
16 Sering disebut dengan istilah concurentatas simultaneousengineilng.Kadang disebut juga sebagairapid prototyplzg,khususnya bila dikaitkan format produk yang baru.
76
rnnka.Inh\zo aka\istn-2.doc
target penguremgan produk cacat, maupun penyempurnaan berulang (plando-check-act atau PDCA). Selain itu, tingkat kualitas juga ditentukan oleh fungsi yang diharapkan oleh konsumen. Kemudian fungsi-fungsi
tersebut
diterjemahkan dalam desain.tT Manufaktur
selalu berurusan dengan material dan alirarmya yang
merupakan elemen pokok kedua dalam kerangka sistem manufaktur. Kedatangam material harus tepat waktu, dalam jurnlah dan kualitas yang sesuai, dan segera menuju tahap berikutnya. Aliran material terlaga just in time (IIT), datang hanya pada saat diperlukan. Aliran material dijaga sejak pendefinisian kebufuhan material dan spesifikasinya bersama-sama pihak pemasok, serta penyusunan aliran bahan dan penjadwalannya yffirg ketat agar tidak terjadi material yffig mengangg:'r (idle). Dengan demikian, material mengalir secara kontinu, dan kerampiog*
inaentory sangat terjaga.
Aliran material tentunya tergantung pada kapasitas produksi dan tipe produk. Apabila tipe produk semakin beragam, maka komponen penyusunnya juga semakin banyak. Penjadwalan produksi berbagai produk yang berbeda menuntut adanya penjadwalan berbagai bahan baku yang tepat waktu dan kualitas. Untuk itu, perlu disusun perencanaan permintaan material (Material RequirententsPlanning atau MRP) yang untuk sistem yang rumit biasallya diperlukan bantuan komputer. Elemen pokok berikuhrya adalah perawatan. Konsep perawatan pada awalrrya berpola user - proaider, user adalah pemakai fasilitas yang apabila t7
Metoda ini dikenal dengan naral.aQuality Function Deployment (QFD) yang &populerkan oleh Toyota. Metoda ini dimulai dengan mendefinisikan secara sangat ketat kriteria apa yang sebenarnya diperlukan oleh konsumen. Kriteria tersebut kemudian dite4emahkan dalam desain prodtrk dengan mempertirnbangkan proses manufakturnya nanti. Dengam QFD, perubahan desain berrhasil dikurtrngi secara signifikan dan keinginan konsumen tertampung.
'17
umkaIalt \ waka\ istn-2.doc
terjadi kerusakan maka tim "perawat" akan datang membantu (proaider). Dengan berkembangnya teknologi dan manajemen manufaktur, maka konsep perawatan pun mengalami perubahan.
Kegagalan peralatan, Iamanya
waktu set up, adanya jeda antartahapan proses yang tidak diperlukan, kecacataa produk, dan berkurangnya kinerja merupak;rn sasaran utama dari perawatan, dan hal tersebut berarti dari sisi user. Unhtk itu, konsep perawatan semakin ditekankan pada pemberd ay aar. user dalart memanfaatkan f asilitas secara optimaf menjaga kinerjanya, dan sebagai garda terdepan dalam perawatan. Tim perawat semakin difokuskan untuk mengantisipasi agar pemarrfaatan fasilitas dapat bekerja optimum sesuai dengan masa keqa (life thne) yang direncanakan. Penanganan elemen-elemen pokok di atas memerlukan organisasi industri yang memadai. Organisasi industri semakin diarahkan untuk lebih mampu mengantisipasi keinginan konsumen dan menerjemahkan keinginan tersebut dalam produksi. Pola hirarki yang masih banyak digunakan oleh industri nasional lambat laun akan digantikan oleh sistem fungsional.l8 Selain itu, diperlukan
mekanisme untuk
lebih memahami keinginan kon-
surnen, dan merapatkan barisan dengan pihak pemasok guna menjamin bahan baku yang tepat waktu dan berkualitas. Organisasi industri modern juga se:rrakin dituntut untuk dapat merrrisahkan kerrrarrrpuan apa saja yffirg arrat diperlukan untuk kesinambungan usaha, dan kemampuan apa saja yang dapat didatangkan dari luar perusahaarr (o'utsourcing).Dalam hal ini, Compton (1988) menyatakan,
rB
Sebagai contolj kendali mutu.
dalam penerapan manajemen kualitas telah digunakan sistem gugus
18
rnnkalnh\ uraka\ istn-2.doc
They must learn the entire system as an interacting set of elements that can not be optinized in n narrow context. There is a corresponding need to abandon clmpartmentalizationin manufacturing and to breakdown the bnrriersbetweendesignand its realization... nrust giae way to new patterns entphasizingconrmunicationand team utork.le
Semua itu tetap kembali kepada manusia dan hubungannya dengan manusia lain dalam suatu sistem industri. Sistem industri sendiri terrs berinteraksi dengan masyarakat, negara, dan dunia intemasional. Interaksi tersebut diwarnai
oleh pemanfaatan, pengembangan, dan penguasailt
yang dimanfaatkan
untuk
mengembangkan industri
iptek
berbasis iptek yffig
berdaya saing tioggr, sebagai salah satu jalan untuk mewujudkan
industri-
alisasi pada era mendatang. Disinilah letaknya kita perlu memandang industrialisasi sebagai perubahan kebudayaan, bukan sebagai perubahan fisik semata-mata. Berbagai elemen di atas merupakeur pilar-pilar utama pembentukan daya saing industri
manuJaktur.
masalah besar dalam struktur cenderungan
untuk
Namun
menurut
sistem manufakfur
memanfaatkan
sistem yang
saya, ada beberapa
nasional. Pertama, kecanggih
dan kurang
memikirkan penyediaan SDM dengan kualitas yang sesuai. Kedua, kita masih kekurangan tenaga ahli di bidang sistem manufaktur. Pendidikan manufaktur masih perlu ditingkatkan baik jumlatr, mutu, mau pun kesepadanannya. Selain itu, iklim yang subur untuk tumbulrrya
entrepreneur juga di-
harapkan terus dikembangkan. Terkait dengan SDM adalah pembentukan jaringan untuk mengaitkan industri manufaktur dengan sektor-sektor terkait Suna meningkatkan backutardlinknge index. Compton (1988).
makalnh\w akn\ istn-2.doc
Ketiga, penerapan sistem manufaktur nasional masih belum menerapkan dengan sunguh-sungguh penyempurnaan kecil tetapi
kontinu. Dalam
aspek kualitas misalrrya, pola kerja industri manufaktur masih banyak yang mengandalkan pada kontrol kualitas di akhir proses. Masih belum banyak yang meneraPkan penyemplunaan
kecil tetapi kontinu di seluruh proses
guna menghasilkan barang berkualitas. Sebagai sistem, proses manufaktur terikat pada pemasaran, keuangan, manajemen, dan yang ingin saya tegaskan, merupakan bagian integral dari strategi demikian,
perusahaan
untuk
dapat
memenangkan
persaingan.
Dengan
keputusan tentang teknologi dan proses yang digunakan, ke-
mampucu:I SDM yang diperlukan, deskripsi produk, keterkaitan dengan pemasok, dan sistem distribusi yang efektif merupakan kerangka yang menentukan operasionalisasi sistem manufaktur dalam membangun daya saing. Dalam proses manufakturlah terletak pembangunan daya saing inductri yang paling utama. Selain itu, dalam kerangka sistem manuJaktur sangatlah dimungkinkan
untuk menerapkan nillion neut ideas. Dengan demikiary
penyemPurnaan kinerja sistem manufaktur
merupakan cata efektif untuk
mencapai industri berbasis iptek. TV. PENUTUP Momentum
globalisasi, yang ditandai dengan liberalisi perdagangan
dan investasi (tradea,ndinaestmentliberalization)yang saat ini tengah berlangsung merupakan peluang emas bagi bangsa-bangsa di dunia tak terkecuali Indonesia. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraiu:rrakyatnya, peluang ini harus dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya. Dengan adanya liberalisasi
perdagangan dan investasi yang terkait dan seiring dengan proses men-
20
TI makalnh\ w aka\ istn-2.doc
yatunya atau globalisasi dunia akibat kemajuan yar:.g sangat pesat di bidang teknologi, transportasi dan telekomunikasi; maka tantangan yang kita dihadapi akan semakin rumit bila kita tidak mempersiapkan diri terlebih dahulu. Pada dekade-dekade yar:rg akan datang, industri dan perekonomian Indonesia umumnya akan menghadapi persaiogun yang semakin tajam, baik dalam pasar regional dan global maupun dalam pasar domestik. Dalam memasuki era perdagangan bebas tersebut, kita harus terus berupaya untuk terus memanfaatkan peluang yang timbul dengan mencoba meningkatkan daya saingnya. Peningkatan daya saing dapat diwujudkan bila kita mau bersama-sama mendorong
pembangunan
industri
manufaktur
nekankan pentingnya peningkatan efisiensi dan produktivitas. efisiensi dan produktivitas
yang
me-
Peningkatan
dapat dihasilkan oleh berbagai faktor, seperti
peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguasaan teknologi, dan penguatan kelembagaan. V. UCAPAN TERIMA KASIH Pada bagian akhir penyampaian orasi ini, perkenankanlah saya untuk menyampaikan rasa hormat dan rasa terima kasih kepada pimpinan ISTN dan panitia yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyampaikan
sekedar sumbangan pikiran
wawasurn Adik-adik
dalam rangka lebih membuka
yang baru lulus agar lebih siap menentukan arah dan
gerak langkahnya menghadapi tantangan dunia karya di masa depan. Demikianlah, dan sekali lagi terima kasih.
27