BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS
Latar Belakang Sejarah
Teori Modernisasi klasik maupun kontemporer melihat permasalahan pembangunan lebih banyak dari sudut kepentingan Amerika dan negara maju lainnya
Sebaliknya teori dependensi menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara dunia ketiga
Teori dependensi menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya, dan intelektual dari negara maju
Teori dependensi pertama kali muncul di Amerika Latin, respon atas kegagalan program yang dijalankan oleh komisi ekonomi PBB untuk Amerika Latin (ECLA) pada awal tahun 1960-an
Pada masa awal tahun 1960-an berbagai masalah ekonomi yang mendasar, seperti pengangguran, inflasi, devaluasi, penurunan nilai tukar perdagangan melanda negara-negara di Amerika Latin
Munculnya gerakan perlawanan rakyat dan diganti oleh pemerintah otoriter dengan dukungan militer
Disamping itu kekecewaan para ilmuan yang selama ini mempunyai harapan terhadap ECLA dan akhirnya menjadi hilang
Terjadinya krisis teori marxis ortodoks di Amerika Latin yang memiliki Pandangan bahwa sebelum melampaui revolusi sosialis proletar harus Melalui tahap revolusi industri borjuis
Bercermin dari negara RRC dan Kuba bahwa negara dunia ketiga tidak harus selalu mengikuti tahap tersebut tetapi bisa langsung menuju pada tahap revolusi sosialis
Pemikiran seperti ini pada akhir tahun 1960-an menyebar dengan cepat ke belahan Amerika Utara.
Secara historis, teori dependensi yang lahir tahun 1960-an sebagai paradigma baru untuk memberikan jawaban atas kegagalan program Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin (KEPBBAL), krisis teori marxis ortodoks dan menurunnya kepercayaan terhadap teori modernisasi di Amerika Serikat
Kontribusi Pemikiran Ahli
“Manifesto KEPBBAL” yang diketuai oleh Raul Prebisch memberi kritikan tentang konsep pembagian kerja internasional (International Division of Labour)
Pembagian kerja secara internasional melihat Amerika Latin akan lebih banyak memperoleh keuntungan jika ia lebih memfokuskan pada upaya memproduksi bahan pangan dan bahan mentah yang diperlukan oleh negara-negara industri
Sedangkan negara-negara industri menyediakan keperluan barang-barang industri yang dibutuhkan Amerika Latin termasuk negara pinggiran lainnya
Menurut Prebisch, skema ini penyebab utama munculnya masalah-masalah pembangunan di Amerika Latin Ketergantungan pada ekspor pangan dan bahan mentah menyebabkan merosotnya nilai tukar perdagangan Amerika Latin dan sangat mempengaruhi akumulasi modal di dalam negeri
Mengatasi persoalan yang muncul di Amerika Latin tersebut, Prebisch menyarankan beberapa hal sebagai berikut Pertama, pembagian kerja secara internasional harus dihentikan, Amerika Latin melakukan pembangunan industri untuk menjamin kebutuhan dalam negeri, disamping tetap menjaga (paling tidak untuk sementara) kemampuan ekspor bahan pangan dan bahan mentahnya
Kedua, mempercepat industrialisasi dengan memproduksi sendiri Kebutuhan barang-barang dalam negeri untuk mengurangi atau menghilangkan penyediaan devisa negara yang selama ini dipergunakan untuk membayar impor barang-barang
Ketiga, melindungi industri dalam negeri dari persaingan bebas barang-barang luar negeri dengan cara menetapkan tarif tinggi terhadap barang-barang impor. Setelah kemampuan bersaing industri dalam negeri meningkat maka proteksi dihilangkan
Keempat, mempertahankan produksi ekspor bahan mentah dan Hasilnya digunakan untuk membeli barang modal dalam Mempercepat program industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi
Program KEPBBAL dari awal tidak direspon dengan baik oleh pemerintah Amerika Latin. Hal inilah yang menyebabkan KEPBBAL tidak mampu menjalankan beberapa program lainnya, termasuk program pembagian tanah kembali (land Reform)
Implikasi lainnya dari program KEPBBAL adalah daya beli hanya terjadi pada kelas sosial tertentu dan pasar domestik tidak mengalami perluasan setelah kebutuhan dalam negeri tersedia, defisit neraca pembayaran antara barang ekspor dan impor
Kegagalan inilah yang melahirkan teori dependensi
Teori Neo-Marxisme juga memberi kontribusi dalam perumusan Teori dependensi
Keberhasilan revolusi Cina dan Kuba melahirkan generasi baru pemikiran-pemikiran marxisme baru
Menurut Foster-Caster terdapat perbedaan Neo-Marxisme dengan Marxisme Ortodoks sebagai berikut Kajian
Neo-Marxisme
Marxisme Ortodoks
Imperialisme
Dilihat dari sudut pandang negara pinggiran lebih memperhatikan akibat imperialisme
Dilihat dari sudut pandang negara-negara utama
Tahap Revolusi
Negara Dunia Ketiga bisa langsung ke tahap sosialis
Revolusi borjuis harus terjadi dahulu sebelum revolusi sosialis
Pelaku Revolusi
Para petani di perdesaan dan dilakukan dengan perang gerilya oleh tentara rakyat
Kaum proletar industri perkotaan
Andre Gunder Frank : Pembangunan dan Keterbelakangan
Frank mengkritik teori modernisasi Teori ini mengesampingkan konteks sejarah lahir dan berkembangnya negara dunia ketiga
Negara Dunia Ketiga tidak perlu mengikuti arah pembangunan negaranegara barat, karena negara-negara barat tidak pernah mengalami kolonialisme Feodalisme dan tradisionalisme bukan yang menyebabkan negara dunia ketiga terbelakang, karena banyak negara dunia ketiga, seperti Cina dan India yang merupakan negara maju sebelum mereka terkena imperialisme dan kolonialisme Karena kolonialisme dan imperialisme terjadilah pembalikan sejarah dari perkembangan negara “maju” di dunia ketiga dan memaksa untuk mengikuti arah perkembangan keterbelakangan ekonomi
Keterbelakangan Negara Dunia Ketiga bukan bersifat alami, melainkan ciptaan dari sejarah kolonial yang panjang
Mekanisme ketergantungan dan keterbelakangan NDK dijelaskan menggunakan model satelit-metropolis
Negara Barat
Negara Dunia Ketiga
Metropolis
Satelit
Hubungan Regional / Lokal
Hubungan Transnasional
Ibu Kota Negara
Propinsi
Metropolis
Satelit
Propinsi
Kab/Kota
Metropolis
Satelit
Kota
Desa
Metropolis
Satelit
Hubungan satelit-metropolis dibangun dalam rangka mengambil surplus ekonomi daerah satelit, seperti bahan mentah, bahan tambang, barang dagangan dll
Kemajuan di Metropolis negara barat secara simultan juga mewujudkan terjadinya keterbelakangan di kota-kota satelit Negara Dunia Ketiga
Model satelit-metropolis melahirkan beberapa asumsi pembangunan di Dunia Ketiga
Pembangunan yang terjadi di metropolis nasional dan kota-kota yang lebih kecil akan dibatasi status kesatelitanya (tidak otonom) Negara satelit akan mengalami pembangunan ekonomi yang pesat apabila hubungan dan keterkaitan dengan metropolis barat rendah Proses inkorporasi kembali negara dunia ketiga ke dalam sistem hubungan kapitalis internasional menyebabkan negara-negara satelit dieksploitasi kembali kedalam hubungan global Daerah-daerah paling terbelakang dan paling feodal sekarang ini adalah daerah-daerah yang mempunyai keterkaitan sangat kuat dengan metropolis dimasa lampau
Dos Santos : Struktur Ketergantungan
Hubungan antara negara dominan (dominant countries) dengan negara Yang tergantung (dependent countries) merupakan hubungan yang tidak sederajat karena pembangunan dinegara dominan dibebankan pada negara dependent
Hal ini dilakukan melalui pasar monopolistik dalam perdagangan internasional, hubungan utang piutang dan ekspor modal dalam bentuk perdagangan modal, mengalirnya surplus ekonomi negara dependent ke negara dominant
Ada tiga bentuk situasi ketergantungan antara dominant countries dengan dependent countries
Ketergantungan Kolonial Dimana negara dominan melakukan tindakan monopoli pemilikan tanah, pertambangan, tenaga kerja, hasil bumi. Pada situasi ini terjadi hubungan ketergantungan yang bersifat eksploitatif
Ketergantungan Industri Keuangan Setelah abad ke 19, ekonomi negara dependen berorientasi pada keperluan konsumsi dan pasar negara-negara dominan (Negara Eropa)
Ketergantungan Teknologi Industri Bentuk hubungan ini lahir setelah perang dunia kedua ketika pembangunan industri mulai terjadi pada berbagai negara terbelakang
Bentuk ketergantungan tersebut menyebabkan negara dunia ketiga berupaya membangun industri
Pertama, pembangunan industri bergantung pada kemampuan sektor ekspor. Dari sektor ekspor NDK memperoleh devisa yang bisa dipakai untuk membeli barang-barang modal (mesin industri) Dengan demikian NDK berusaha menguasai sektor ekspor tradisional dan secara tidak langsung dipaksa mempertahankan hubungan dengan negara dominan
Kedua, dalam jangka waktu tertentu ketergantungan pada devisa dari hasil industri mengalami fluktuasi neraca pembayaran internasional yang mengarah pada defisit keuangan.
Defisit keuangan terjadi karena :
Rendahnya harga pasar produk-produk bahan mentah dan tinggi nya harga produk industri, sedangkan negara maju (dominant) berusaha menemukan bahan mentah sintetis sebagai pengganti produk primer Banyaknya biaya yang harus dikeluarkan oleh NDK, seperti royalti, biaya bantuan teknis. Satu milyar yang masuk dan yang harus dikeluarkan 2.5 milyar Bantuan dan utang yang dipinjam NDK adalah untuk menutupi defisit akibat yang dua hal di atas.
Ketiga, NDK memberikan fasilitas dan kemudahan investasi asing untuk memperoleh teknologi dan menyediakan kawasan industri oleh Pemerintah. Hal ini disebabkan negara maju memasukan penyertaan Modal dalam proyek investasi di NDK
Akibat ketergantungan teknologi industri di NDK adalah :
Semakin nyata ketimpangan pembangunan pada tingkat internasional kemudian beralih pada tingkat regional dan nasional Terjadi perbedaan tajam berbagai tingkat upah domestik antar kelas sosial, dimana pendapatan kelas semakin meningkat dan kelas proletar semakin rendah karena adanya tindakan eksploitasi Kecilnya lowongan pekerjaan pada sektor industri padat modal menimbulkan kemampuan daya beli masyarakat NDK rendah
Keterbelakangan yang ada pada NDK karena tindakan pengawasan yang ketat dan monopoli modal asing dan pembiayaan pembangunan dengan modal asing dan penggunaan teknologi maju yang padat modal
Asumsi dasar penganut aliran dependensi, yaitu :
Keadaan ketergantungan sebagai suatu gejala yang sangat umum dan berlaku diseluruh NDK Ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh faktor luar Permasalahan ketergantungan sebagai masalah ekonomi akibat surplus ekonomi NDK mengalir ke negara maju Situasi ketergantungan merupakan bagian yang tak terpisah dari proses polarisasi regional ekonomi global Keadaan ketergantungan sebagai suatu hal yang bertolak belakang dengan pembangunan
Implikasi teori dependensi dalam pembangunan
Pembangunan tidak tepat diartikan sebagai proses industrialisasi. Pembangunan lebih tepat diartikan sebagai peningkatan standar hidup bagi setiap penduduk di NDK. Dengan kata lain pembangunan merupakan program untuk memenuhi penduduk perdesaan, para pencari kerja, membantu orang yang berada pada kelas sosial rendah
Setiap program pembangunan yang hanya menguntungkan sebagian kecil masyarakat dan membebani mayoritas masyarakat tidaklah dapat dikatakan program pembangunan
Reformulasi pembangunan memerlukan sikap politik tertentu Sejak masa kolonial posisi ekonomi dan politik negara pinggiran telah Berubah secara struktural sesuai dengan kepentingan negara maju, Yang menimbulkan situasi ketergantungan dan keterbelakangan negara pinggiran
Salah satu sikap politik adalah agar negara pinggiran memotong hubungan dengan negara sentral. Sebagai gantinya negara pinggiran harus menganut model pembangunan “berdiri dikaki sendiri” (a self-reliance model) yang bersifat otonom dan bebas dari ketergantungan. Jika terjadi hubungan negara pinggiran tidak boleh didominasi oleh negara sentral
Para penguasa, pemilik modal besar, petani kaya dan tuan tanah, Pemimpin agama, pemimpin informal, para elit yang mendapat Keuntungan dari ketergantungan selama ini mungkin tidak setuju Dengan memutus ketergantungan maka revolusi sosialis diperlukan Untuk mengakhiri kekuasaan elit-elit di atas. Dengan kata lain Penjungkirbalikan struktur ekonomi, politik dan sosial serta melakukan Mobilisasi kekuatan domestik
KelemahanTeori Dependensi Klasik Teori dependensi menuduh ajaran teori modernisasi hanya sekedar pola pikir yang memberikan pembenaran ilmiah dari ideologi negara-negara barat untuk mengeksploitasi NDK Teori modernisasi membalas kritikan tersebut, bahwa teori dependensi hanya merupakan alat propoganda politik dari ideologi revolusi marxisme. Teori ini bukan merupakan karya ilmiah, melainkan sebuah pamflet politik Kajian teori dependensi hanya merupakan karya yang menggunakan pendekatan deduktif, sekedar penyesuaian data dengan tesis-tesis yang sudah diajukan. Teori ini tidak mampu mengangkat faktor-faktor keunikan sejarah masing-masing negara yang menjadi faktor penjelas arah pembangunan yang khas di NDK