1
BAHAN AJAR I TENSION HEADACHE
Nama Mata Kuliah/Bobot SKS
: Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS
Standar Kompetensi
: area kompetensi 5: landasan ilmiah kedokteran
Kompetensi Dasar
: menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri
Indikator
:menegakkan diagnosis dan melakukan penatalaksanaan
awal
sebelum
dirujuk sebagai kasus emergensi Level Kompetensi
: 4A
Alokasi Waktu
: 1 x 50 menit
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
:
Mampu melakukan diagnosis dan
tatalaksana pada tension
headache 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
:
a. Mampu menyebutkan patogenesis terjadinya tension headache b. Mampu melakukan penapisan / penegakan diagnosis tension headache c. Mampu melakukan managemen / terapi awal d. Mampu melakukan promosi kesehatan dan pencegahan tension headache
Isi materi ;
2
BAB I PENDAHULUAN Nama
lainnya:
tension
headache,
muscle
contraction
headache, phychomyogenic headache, stress headache, ordinary headache, essential headache, idiopathic headache, psycogenic headache,
merupakan
bentuk
nyeri
kepala
yang
banyak
ditemukan dan paling peka terhadap analgesik. Walaupun demikian menurut pengalaman, penderita dengan gejala nyeri kepala ini tidak jarang ke dokter spesialis saraf. Hal ini biasanya disebabkan oleh nyeri kepala tadi telah berubah, dari episodik menjadi kronis dimana nyeri kepala tidak lagi jelas hubungannya dengan stres.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Klasifikasi Tension Headache
2.1.1. Tension Type Headache episodik yang infrequent a. Tension
Type
Headache
episodik
yang
infrequent
berhubungan dengan nyeri tekan perikranial. b. Tension Type Headache episodik yang infrequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial. 2.1.2.
Tension Type Headache episodik yang frequent a. Tension Type
Headache
episodik
yang frequent
berhubungan dengan nyeri tekan perikranial. b. Tension Type Headache episodik yang frequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial. 2.1.3.
Tension Type Headache kronik a. Tension Type Headache kronik berhubungan dengan nyeri tekan perikranial b. Tension Type Headache kronik tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial.
2.1.4.
Probable Tension Type Headache a. Probable Tension Type Headache episodik yang infrequent b. Probable Tension Type Headache episodik yang frequent c. Probable Tension Type Headache kronik
2.2.
Patogenesis Dahulu
disebabkan
diyakini oleh
bahwa
kontraksi
nyeri
kepala
otot-otot
tegang
perikranial
otot yang
berkepanjangan. Keyakinan tersebut didukung oleh bukti-bukti
4
penelitian yang menemukan adanya hubungan antara nyeri kepala dengan ketegangan otot-otot perikranial. Disamping itu banyak cara terapi yang ditunjukan ke arah ketegangan otot-otot perikranial, misalnya latihan relaksasi dan frontal atau neck electromyogram feed back cukup berhasil untuk menyembuhkan nyeri kepala tegang otot. Akhir-akhir ini, ketegangan otot sebagai faktor penyebab tunggal
munculnya
nyeri
kepala
tipe
tegang
otot
mulai
disangsikan. 2.3.
Gambaran Klinik Nyeri kepala tegang otot dirasakan bilateral. Intensitasnya
dari ringan sampai sedang. Rasa nyeri yang dirasakan antara lain seperti diikat, seperti ditindih barang berat, atau kadangkadang berwujud perasaan tidak enak dikepala. Nyeri kepala ini dapat berlangsung hanya 30 menit akan tetapi dapat pula terus menerus sampai 7 hari dengan intensitas bervariasi yang biasanya ringan pada waktu bangun tidur, makin lama makin berat dan membaik lagi sewaktu mau tidur. Pemeriksaan neurologik tidak menunjukkan adanya kelainan. 2.4.
Diagnosis Sesuai
dengan
kriteria
The
Internasional
Headache
Society, maka diagnosis nyeri kepala tegang otot episodik dapat ditegakkan apabila: 1. Minimal ada 10 kali serangan nyeri kepala 2. Tidak ada nausea dan vomitus 3. Tidak ditemukan adanya fonofobia dan fotofobia, dan kalaupun ada hanya salah satu.
5
4. Dikatakan nyeri kepala tegang otot yang berhubungan dengan
gangguan
otot
perikranial
(dahulu
disebut
muscle contraction headache), bila ditemukan adanya ketegangan otot perikranial dengan cara palpasi atau dengan pemeriksaan EMG. Sementara itu apabila tidak berhubungan dengan gangguan otot perikranial , yang dahulu
dikenal
sebagai
idiopathic
headache,
psychogenic headache. 5. Apabila bentuk di atas ditemukan akan tetapi serangan nyeri kepala terjadi paling sedikit 15 hari tiap bulannya dan telah berlangsung lebih dari 6 bulan, serta mungkin pula diiringi dengan salah satu dari gejala berikut : nausea, fotofobia, akan tetapi tidak disertai vomitus maka diagnosisnya adalah nyeri kepala tegang otot kronik. Bentuk seperti tadi, apabila ditemukan adanya ketegangan otot maka disebut sebagai nyeri kepala tegang
kronik
yang
tidak
berhubungan
dengan
gangguan otot perikranial. 6. Tipe yang lain yaitu semua bentuk nyeri kepala yang mirip dengan gejala sebagaimana diuraikan diatas, tetapi tidak memenuhi syarat untuk diagnosis salah satu nyeri kepala tegang otot dan juga tidak memenuhi kriteria untuk nyeri kepala migrein tanpa aura. 2.5.
Tatalaksana a. Karena mungkin
bersifat zat-zat
jangka yang
panjang, adiktif
benzodiazepin dan analgetik opiat.
hindari
misalnya
sedapat golongan
6
b. Anti
depresan.
(paracetamol
Meskipun
dll).
Dan
analgetik
anti
inflamasi
non non
narkotik steroid
bermanfaat mengurangi nyeri kepala namun sebagian nyeri kepala tipe tegang memerlukan tambahan obat antidepressan atau anti cemas. Obat anti depresan efektif
juga
disebabkan
oleh
efek
analgetiknya.
Antidepressan trisiklik seperti amitriptilin dan doksepin dapat diberikan bila nyeri kepala disertai gangguan pola tidur karena efek sedatifnya. Golongan trisiklik yang non sedatif antara lain nortriptilin. c. Anti cemas. Dapat diberikan diazepam 5-30 mg/hari. Alprazolam 0,25-0,50 mg. alprazolam memiliki anti cemas dan anti depresi. d. Relaksasi, hipnosis, biofeedback, meditasi dan teknik relaksasi lain dapat mengurangi berat ringan dan frekuensi serangan. e. Psikoterapi bermanfaat pada kasus dengan ansietas atau depresi berat. f. Fisioterapi masase dan kompressi hangat. g. Tindakan lain seperti injeksi trigger point dengan 0,250,50 ml lidokain 1% dicampur deksametason dalam volume
yang
dapat
membantu
mempercepat
penyembuhan nyeri kepala tipe tegang pada kasuskasus tertentu.
7
BAB III KESIMPULAN