BAGIAN II BAHAN AJAR DASAR TERNAK UNGGAS SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) I
A.1.PokokBahasa
: Pendahuluan dan Keadaan Umum Peternakan Unggas
A.2.Pertemuan minggu ke : 1 dan 2 (4 jam) B. Sub Pokok Bahasan
:
1. Peranan unggas 2. Sejarah perunggasn di Indonesia 3. Terminologi dalam Dasar Ternak Unggas C. Tujuan: a. Menjelaskan peranan unggas dan contoh unggas serta hubungannya dengan lingkungan dan bidang pertanian. b. Mengetahui sejarah perunggasan di Indonesia dan peraturan-peraturan yang digunakan oleh pemerintah dalam mengelola peternakan unggas. c. Mengetahui dan mengerti terminology dasar ternak unggas. D. Uraian Bahasan: 1. Peranan Unggas Menurut definisi, unggas (poultry) adalah jenis ternak bersayap dari klas Aves, yang telah didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk barang (daging dan telur) dan jasa (pendapatan). Termasuk kelompok unggas adalah ayam (petelur dan pedaging), ayam kampung, itik, kalkun, burung puyuh, burung merpati dan angsa (unggas ini sekarang sudah diusahakan secara komersial), sementara itu burung mutiara, kasuari dan burung unta masih dijajaki kemungkinannya untuk diternakkan secara komersial. Ada beberapa unggas yang termasuk di dalam kelompok aneka ternak yaitu satwa unggas yang belum lazim dipelihara tetapi dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, contohnya adalah itik, itik manila, angsa , burung mutiara, merpati dan burung puyuh. Ilmu pengetahuan baik mengenai prinsip pemeliharaan secara teoritis ataupun praktis tentang unggas (poultry) serta yang menyangkut tentang
Universitas Gadjah Mada
produksi, reproduksi, genetik, teknologi hasil unggas dan pemasarannya dinamakan
ilmu
ternak
unggas
(poultry
science).
Bersamaan
dengan
berkembangnya poultry science maka berkembang pula beberapa usaha yang berkaitan erat dan saling mendukung dalam pengembangan temak unggas antara lain: 1.
Pabrik vaksin yang menggunakan telur fertil sebagai bahan dasarnya
2.
Pabrik farmasi dan komestika yang memanfaatkan putih dan Joining telur sebagai bahan utama kecantikan.
3.
Pabrik pakan ternak (feed mill) sebagai penunjang utama pakan unggas
4.
Pabrik obat-obatan untuk ternak.
5.
Pabrik SAPRONAK (Sarana Produksi Peternakan) antara lain kandang baterai,tempat pakan, tempat minum, tempat telur (egg tray), brooder, mesin tetas, alat-alat inseminasi buatan dll.
6.
Home industry yang memanfaatkan bulu imtuk shuttle cock, cakar ayam untuk membuat suvenir, kulit burung ostrich untuk jaket dll.
7.
Industri pasca panen misalnya ayam goreng, tepung telur dan sosis ayam serta telur asin
8.
Pertanian secara terpadu dengan peternakan karena memanfaatkan kotoran dan kompos sebagai pupuk kandang.
Hasil pokok dari unggas adalah daging dan telur, sementara hasil sampingan berupa bulu dan kotoran serta kesenangan (ornamental) sebagai hasil khusus. Kenaikan populasi ayam selama 5 tahun terakhir ini adalah 4,25%/tahun untuk ayam kampung dan 2,25%/tahun pada itik, sementara itu terjadi penumnan populasi pada ayam petelur dan pedaging rata-rata 7,82%-7,85%/tahun akibat krisis keuangan yang melanda Indonesia sejak tahun 1998. Penurunan paling tajam terjadi antara tahun 1998 yang mencapai hampir 78%, sehingga budidaya broiler tinggal 2,8 juta/minggu, demikian juga pembibitan menurun sehingga tinggal 2,6 juta Parent Stock/tahun (Prawirokusumo, 1999). Unggas memberikan kontribusi penyediaan daging secara nasional sebanyak 52,92% dari total 1.322,5 ribu ton. Dari angka ini temyata 48,2% berasal dari daging broiler, 45,43% dari ayam kampung dan sisanya dari daging ayam petelur dan itik. Peranan unggas pada lapangan pekerjaan mampu memberikan tenaga kerja lebih dari 480.000 rumah tangga peternakan ayam ras, 30.000 rumah tangga peternakan ayam
Universitas Gadjah Mada
petelur dan pedaging serta 285.000 rumah tangga peternakan itik (Ditjennak, 1999). Populasi unggas pada tahun 1999 sebanyak 266 juta ekor untuk ayam kampung, 41,967 juta ayam petelur, 418,941 juta ekor broiler dan 26,284 juta ekor itik dan memberikan produksi telur 545,8 juta ton (Ditjenak, 1999)
2. Sejarah Perunggasan di Indonesia Perkembangan perunggasan di Indonesia tidak terlepas dari pasang surut perubahan ekonomi yang melanda Indonesia. Sejarah perunggasan di Indonesia secara garis besar dibagi dalam 3 tahap yaitu: 1. Tahap perintisan (1953-1960) Pada saat itu telah diimport ayam jenis White Leghorn (WL), Rhode Island red (RIR), New Hamsphire (NHS) dan Australorp. Sebagai wadah untuk penggemar unggas import saat itu adalah Gabungan Penggemar Unggas Indonesia (GAPUSI). Aktivitas dari GAPUSI adalah melakukan persilangan diantara breed murni import atau dengan ayam lokal yang hasilnya hingga saat ini masih dirasakan yaitu bervariasinya ayam kampung di Indonesia. Pada saat itu breed murni import tersebut merupakan ayam untuk kesenangan (bahasa Jawa: klangenan) belaka belum difikirkan ke arah komersial. 2. Tahap pengembangan (1961-1970) Pameran ternak unggas nasional yang pertama dan import bibit ayam komersial (Final Stock) dilakukan pada tahun 1967, bersamaan dengan itu Direktorat Jendral Peternakan dan Kehewanan menyusun program Bimas Ayam untuk memasyarakatkan ayam ras kepada petani peternak dengan tujuan akhir meningkatkan konsumsi protein hewani asal ternak. Karena dirasa pada saat itu kualitas pangan terutama kebutuhan protein hewani asal ternak masih sangat rendah, sehingga ditargetkan konsumsi protein hewani asal ternak sebesar 5 g/kapita/hari. Sedangkan pada saat itu konsumsi protein hewani asal ternak baru mencapai 3,5 g/kapita/hari. 3. Tahap Pertumbuhan (1971-1980) Perhatian pemerintah terhadap perunggasan Indonesia mulai diperlihatkan dengan adanya petunjuk-petunjuk (breefmg) dari Presiden kepada peternak dan pengusaha ayam yang dilakukan pada tanggal 2 Maret 1971. Bersamaan dengan
Universitas Gadjah Mada
itu dilakukan Pameran Ternak Ayam di Istana Negara. Inilah peristiwa pertama kali bahwa ayam masuk ke Istana Nagara. Hasil dari Pameran Ternak Ayam kemudian ditindaklanjuti dengan sosialisasi peternakan ayam petelur kepada masyarakat petani peternak. Pada akhir 1971 dimulai Bimas ayam petelur di Kabupaten Bogor dan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Setelah tahun 1980 industri perunggasan dari hulu ke hilir di Indonesia berkembang secara pesat dan Bimas ayam broiler dilaksanakan tahun 1978 sebagai jawaban atas menurunnya populasi sapi dan kerbau di Indonesia sehingga daging ayam broiler mampu menggantikan daging sapi/kerbau, disamping itu permintaan daging ayam meningkat tajam selaras dengan meningkatnya penduduk dan pendapatannya. Sayang pada pertengahan tahun 1998 terjadilah krisis ekonomi di Indonesia sehingga pemilikan ayam di tingkat peternak menurun lebih dari 50%. Tidak
seperti
pada
peternakan
ruminansia,
unggas
mempunyai
karakteristik usaha peternakan yang berbeda yaitu: 1. Industri biologis yang peka terhadap lingkungan, artinya bahwa industri perunggasan harus memperhatikan lingkungan dimana peternakan tersebut berada. Jarak antara pemukiman dengan kandang peternakan ayam minimal 500 m agar tidak menimbulkan pencemaran udara, bau, air dan kotoran. 2. Industri padat teknologi, industri peternakan unggas berlainan dengan peternakan rakyat karena industri perunggasan penuh dengan teknologi menengah ke atas khususnya pada industri hulu yaitu pada breeding farm, karena pada pembibitan ini membutuhkan rekayasa genetik, penerapan hukum Mendel, matematika dan genetika populasi agar diperoleh ayam unggul. Demikian pula pada industri pasca panen membutuhkan infra srtuktur yang tinggi disertai modal yang banyak dan teknologi pasca panen yang memadai. 3. Industri padat modal, dalam usaha peternakan unggas maka peternak harus mempunyai modal yang memadai agar mampu bertahan terhadap fluktuasi harga pakan dan harga produksi yang lain. 4. Industri dengan prinsip efisiensi tinggi, agar mendapatkan hasil yang optimal maka peternak harus mampu berfikir terhadap efisiensi produksi, khususnya pada saat terjadi krisis keuangan dan krisis pakan serta saat terjadinya krisis bibit.
Universitas Gadjah Mada
Ada beberapa peraturan
pemerintah yang
ikut berperanan dalam
industri penmggasan di Indonesia tetapi yang terkenal antara lain: 1. KEPRES 50/1981 berisi ketentuan bahwa peternak ayam petelur yang mempunyai lebih dari 5.000 ekor secara bertahap harus mengurangi 20% setiap 6 bulan sehingga pada akhir tahun 1984 maksimal hanya tinggal 5.000 ekor. Sementara itu peternak ayam broiler yang memproduksi lebih dari 750 ekor/minggu harus dikurangi secara bertahap 10% sehingga maksimal peternak hanya diperbolehkan memelihara 750 ekor/minggu. 2. SK Mentan 362/1990 merupakan koreksi terhadap Kepres 50/1981 yang dianggap merugikan peternakan ayam, perkembangan
peternakan
ayam
sangat
karena pesat,
pada
saat
sehingga
tersebut peternak
diperbolehkan memelihara ayam petelur 10.000 ekor dan ayam broiler maksimal 15.000 ekor/siklus. Pola ini akhirnya direvisi oleh pemerintah karena banyak peternak padat modal yang mengembangkan peternakan ayam melebihi dari ketentuan dalam peraturan sehingga peternakan rakyat tidak mampu lagi berkompetisi. Oleh karena itu pemerintah mengumumkan Keputusan Presiden No. 22/1990 melalui Menteri Pertanian tentang pola pembinaan dan bimbingan dari pemerintah agar terjamin kesinambungan usaha sarana produksi, budidaya, pengolahan dan pemasaran dengan cara Pemerintah mengajak kalangan swasta untuk berperan dalam membantu peternakan rakyat dengan modal teknologi sehingga peternak mampu mengembangkan peternakan yang berorientasi pasar. Pola pelaksanaannya dilakukan dengan model KINAK PRA (Peternakan Rakyat Agribisnis), KINAK PIR (Peternakan Inti Rakyat) dan KINAK SUPER (Sentra Usaha Peternakan Eksport). 3. Pola P.I.R. (Peternakan Inti Rakyat) yaitu pengusaha sebagai inti menyediakan SAPRONAK dan menampung produksi, sementara itu peternak sebagai plasma wajib menjual produknya ke inti. Pola P.I.R. ini menimbulkan banyak opini, sebab akhirnya plasma selalu di bawah kontrol inti dan selalu ada pada pihak yang lemah. 4. Peraturan terbaru sebagai Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Usaha Peternakan Ayam Ras telah dituangkan padal Keputusan Menteri Pertanian Nomor
472/Kpts/TN.330/96
yang
mengatur
jumlah
pemilikan
untuk
peternakan rakyat 15.000 ekor ayam pedaging/siklus dan 45.000 ekor petelur,
Universitas Gadjah Mada
sedangkan untuk perusahaan peternakan ayam ras diperkenankan untuk memelihara 65.000 ekor ayam pedaging/siklus atau 45.000 ayam petelur. Bersamaan dengan itu diatur pula pola kemitraan dengan Perusahaan Inti Rakyat (PIR), pola pembinaan usaha budidaya, sarana produksi dan pasca panen serta permodalannya.
E. Pemahaman: 1. Apa yang saudara ketahui tentang unggas dan mengapa anda mempelajari dasar ternak unggas, apa manfaatnya dan bagaimana aplikasinya? 2. Bagaimana hubungan dan keterkaitan antara peternakan unggas dengan bidang usaha yang lain sebagai unsur pendukungnya? 3. Coba hitunglah berapa kenaikan rata-rata populasi unggas, produksi telur dan dagingnya (Saudara dapat menggunakan acuan Buku Statistik Peternakan terbitan terbaru yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Produksi Peternakan,
Gambar 1. Distribusi nenek moyang ayam piaraan (Stevens, 1991) Ayam piaraan yang ada sekarang berasal dari 4 spesies ayam liar (gambar2) yaitu: 1. Gallus gallus atau gallus bankiva atau gallus ferugenus dan ada pula yang meyebut The Red Jungle Fowl. Ayam ini tersebar di India Timur, Birma, Thailand, Laos, Vietnam, Semenanjung Malaka, Sumatra. 2. Gallus lafayettei atau The Ceylon Jungle Fowl yang terdapat di Ceylon 3. Gallus sonneratii atau The Gray Jungle Fowl yang terdapat di India bagian selatan. 4. Gallus varius atau The Java Jungle Fowl terdapat di Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Sulawesi Selatan.
Universitas Gadjah Mada
Gambar 2. Penyebaran spesies ayam di dunia (Crawford, 1995). Menurut Nishida dkk. (1985) bahwa Gallus gallus masih terbagi menjadi tiga sub spesies yaitu Gallus bankiva, Gallus spadiceus dan Gallus varius. Penyebaran ke empat sub spesies tersebut di Indonesia, Malaysia, Philippines dan Thailand (gambar 3)
Gambar 3. Penyebaran the red jungle fowl dan the green jungle fowl (Nishida, dkk., 1985)
Gallus varius dianggap sebagai nenek moyang ayam yang sekarang masih ada. Disamping itu Gallus varius mempunyai warna yang bagus sehingga keberadaannya lebih terkenal dibanding dengan gallus yang lain. Terdapat perbedaan Gallus varius dengan gallus yang lain: 1. Gallus varius berpial tunggal di tengah 2. Jengger (comb) halus dan tidak bergerigi 3. Bulu leher pendek seperti terpotong
Universitas Gadjah Mada
4. Bulu ekor 16 buah sementara itu bulu ekor dari gallus yang lain 14 buah 2. Monophylitic dan Poliphylitic Origin Terdapat dua teori yang cukup terkenal tentang asal usul ayam piaraan: A. Monophyletic Origin yang dikemukanakan oleh Darwin (1868) yaitu teori yang mengatakan bahwa asal usul ayam piaraan berasal dari satu spesies Gallus gallus. Teori ini didukung oleh kenyataan bahwa: 1. Keturunan dari hasil perkawinan antara Gallus gallus dengan ayam piaraan ternyata dapat memberikan fertilitas yang cukup tinggi. 2. Suara Gallus gallus hampir sama dengan suara ayam piaraan yang ada sekarang ini 3. Persilangan antara Gallus gallus dengan ayam piaraan memberikan keturunan dengan warna bulu merah dan hitam seperti pada Gallus gallus. 4. Ada ayam-ayam piaraan yang berbulu longgar dan kaki berbulu dari ayam-ayam Asia, tetapi nenek moyang ayam tersebut telah punah.
B. Pofyphyletic Origin. Teori ini dikemukakan oleh Ghigi (1922) yang menyatakan bahwa asal usul ayam piaraan berasal dari keturunan beberapa spesies ayam. Teori ini didukung alasan: 1. Persilangan antara ke empat spesies gallus dengan ayam piaraan menghasilkan telur fertil, kecuali keturunan betina dari persilangan ayam piaraan betina dengan Gallus varius jantan. 2. Nenek moyang ayam Asia yang kakinya berbulu dianggap hilang. 3. Adarrya persamaan bulu dari Gallus gallus jantan dengan Brown Leghorn jantan dan Black Breasted Red Game jantan. Gallus gallus betina hamper sama dengan Light Leghorn betina atau Black Breasted Red Game betina. Dari warna-warna ini akan memberikan warna buff, brown dan red sehingga memberikan beberapa warna bulu, antara lain: a.
Gallus Lafayetei mirip dengan Gallus gallus kecuali warna merah oranye dari Gallus Lafayetei jantan terdapat pada dada dan sekitarnya, sedangkan Gallus Lafayetei betina bulu sekundernya mempunyai garis warna hitam melingkari tubuhnya.
Suara Gallus
Lafayetei jantan berbeda dengan suara Gallus gallus jantan.
Universitas Gadjah Mada
b.
Gallus sonneratii mempunyai warna bulu yang berbeda dengan Gallus gallus dan Gallus Lafayetei dimana Gallus Sonneratii yang abu-abu tanah (putih) bercampur dengan warna kuning emas. c. Gallus varius berbeda dengan ketiga spesies lain yaitu pada yang jantan mempunyai warna hitam kehijauan dan coklat-hitam kehijauan pada betina, kecuali wama buff pada bagian bawah bulu.
Akibat dari persilangan tersebut timbullah perbedaan dan persamaan warna bulu pada ayam piaraan kita, bahkan muncul pula ayam leher gundul (Legund) dan Walik yang masing-masing membawa gen Na dan F yang terdapat pada kromosom autosomal (Horst, 1988., Horst dan Mathur, 1989). Dengan diketemukan gen dwarf (dw) oleh Hurt (1949) ayam piaraan tersebut dikembangkan di Amerika dan Eropa Barat untuk membentuk hybrid commercial
stock
dengan
program
breeding
berlandaskan
bioteknologi
konvensional yaitu segregesi gen menurut Mendel diikuti dengan seleksi menggunakan metode matematik dengan menanfaatkan pure breed dan non pure population yang akhirnya terbenruk ayam high stock production baik ayam petelur atau pedaging yang sangat terkenal saat ini. Keuntungan dari diketemukan gen dwarf (dw) terhadap perkembangan perunggasan adalah: 1. Terjadi penurunan berat badan sebanyak 25%, sehingga ayam menjadi lansing. 2. Konsumsi pakan menurun hingga 30% sebagai akibat dari penurunan berat badan. 3. Terjadi penurunan sedikit dari produksi telur, tetapi tidak berbeda nyata dengan ayam normal (DW). 4. Tidak terjadi modifikasi berat dan kualitas telur. 5. Konversi pakan menurun sampai 10% 6. Kaki lebih pendek sehingga lebih tahan terhadap temperatur tinggi, sehingga sangat cocok untuk ayam piaraan di negara-negara tropis. 7. Lebih tahan terhadap penyakit.
Universitas Gadjah Mada
3. Sistematika bangsa unggas Untuk lebih jelas dan dapat dipahami maka
sistematika unggas secara
umum diterangkan dalam kolom berikut ini: Tabel 1. Sistematika Bangsa Unggas Ordo Anseriformis
Famili Anatidae
Subfamili Anatinae
Tribus Anatini
Genus Anas
Cairinini
Cairina
Spesies Anas plathyrynchos (itik) Cairina Moschata (Entog)
Anserinae Anserini
Anser Anser anser (angsa) Cygnus
Galliformes
Phasianidae
Perdicinae
Meleagridinae
Meleagris Meleagris galopavo (kalkun)
Phasianinae
Gallus
Gallus domesticus*) (ayam)
Numida
Numida eleagris (ayam mutiara) Columba livia (merpati)
Numinidae
Columbiformes
Columbidae
Columbinae
Struthioniformes Struthionididae
*)Spesies Gallus : Gallus gallus Gallus lafayettei Gallus varius Gallus sonneratii
Universitas Gadjah Mada
Coturnicini Coturnix
Cygnus atratus (undan) Coturnix coturnix (puyuh)
Columba
Struthio amelus (burung unta)
Sistematika bangsa unggas atau sering disebut dengan taksonomi, yaitu ayam termasuk dalam kerajaan Animal Kingdom dengan Phylum: Chordata dan Sub Phylum adalah Craniata (Vertebratd) serta Kelas Aves (Avis=bumng). Secara umum bangsa unggas piaraan memiliki 4 ordo yaitu Anseriformes, Galliformes, Columbiformes dan Struthioniformes. Anserifor- mes mempunyai famili antara lain Anatidae, subfamili Anatinae dan Anserinae. Anatinae menurunkan genus Anas dan Cairina yang masing-masing menurunkan spesies itik (Anas plathyrynchos) dan entok (Cairina Moschata), sementara itu Anserinae menurunkan angsa dan undan. Ayam (Gallus domesticus), kalkun (Meleagris galopavo dan puyuh (Coturnic coturnix) merupakan spesies-spesies keturunan dari ordo Galiformes dengan genus Gallus, Meleagris dan Coturnix, sedangkan itik mutiara (Numida meleagris) merupakan genus Numida dari famili Numinidae. Ordo Columbiformes menurunkan genus Columba dan spesies Columba livia (merpati) dan burung unta (Struthiocamelus) merupakan spesies keturunan dari ordo Strathioformes.
D. Pemahaman: 1. Terangkan bagaimana penyebaran ayam di dunia ini? 2. Sebutkan ada berapa spesies ayam dan dimana saja penyebarannya? 3. Apa yang membedakan antara gallus varius dengan gallus yang lain? 4. Apa yang saudara ketahui dengan monophyletic dan plyphyletic origin, ada yang membedakan keduanya? 5. Alasan apa yang saudara kemukakan apabila benar ayam piaraan ini berasal dari perkawinan beberapa spesies ayam di dunia? 6. Apa keuntungan dengan diketemukan gen dwarf pada ayam? 7. Buatlah sistematika perbedaan sub familia antara ayam dengan itik, angsa dan kalkun!
Universitas Gadjah Mada