BAGIAN 1: KONSEP DASAR PENGINDERAAN JAUH
[ Halaman ini sengaja dikosongkan ]
Hal |2
BAB 1 KONSEP PENGINDERAAN JAUH 1.1 Definisi Penginderaan Jauh Definisi tentang Penginderaan Jauh (PJ) atau remote sensing (RS) banyak dijumpai di literatur. Remote berarti dari jauh. Sensing artinya mengukur. Jadi remote sensing artinya mengukur dari jauh atau mengukur tanpa menyentuh obyek yang diukur. Salah satu definisi diberikan oleh (Ritchie dan Rango, 1996) sebagai berikut:” Penginderaan jauh (PJ) atau remote
sensing (RS) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, luasan, atau tentang fenomena melalui analisa data yang diperoleh dari sensor. Dalam hal ini, sensor tidak berhubungan langsung dengan obyek atau benda yang menjadi target”. Beberapa definisi lain tentang penginderaan jauh (remote sensing) diberikan sebagai berikut:
Remote sensing is the acquisition of physical data of an object without touch or contact (Lintz & Simonett, 1976, p.1).
Remote sensing is the observation of a target by a device separated from it by some distance (Barrett & Curtis, 1976, p.71).
The term ”remote sensing” in its broadest sense merely means “reconnaissance at a distance” (Colwell, 1966, p.71).
Remote sensing is the science of deriving information about an object from measurement made at a distance from an object, i.e without actually coming in contact with it. The quantity most frequently measured in present-day remote sensing systems is electromagnetic energy emanating from objects of interest, and although there are possibilities (e.g., seismic waves, sonic waves, and gravitational force), our attention … is focused upon systems which measure electromagnetic energy (Landgrebe, in Swain & Davis, 1978, p.1).
1.2 Platform Penginderaan Jauh Pemilihan tentang jenis paltform mana yang akan dipakai untuk aplikasi penginderaan jauh juga sangat penting. Platform yang dapat digunakan meliputi: sensor darat (ground-based
measurement), pesawat udara atau satelit. Satelit dan pesawat udara mengoleksi mayoritas data untuk pementaan yang digunakan di dalam GIS. Sensor yang dapat dipasang pada platform semacam ini mencakup: kamera berbasis film, kamera digital, LIDAR (light-detection and ranging), scaner multispectral dan hiperspectral. Peralatan kamera tersebut juga dapat dipasang pada platform di atas permukaan tanah: mobil van, truk, traktor dan tank. H a l |3
1.2.1 Platform di atas permukaan tanah Truk dengan sensor yang dinaikkan dari atasnya (Gambar 2.1) dapat digunakan untuk percobaan dalam rangka pengembangan sensor baru, investigasi interaksi antara sensor dengan obyek dan pengembangan algoritma. Sistem ini memungkinkan kita untuk menganalisa lebih dekat apa sebenarnya yang dilihat oleh sensor.
Gambar 1.1 Ground – based paltform (CCRS Tutorial)
Contoh lain adalah dengan mempergunakan model pesawat (aero-modeling) yang dilengkapi balon, sistem penggerak (motor) dan sistem kendali (remote control), GPS dan foto digital. Sistem ini dihubungkan dengan komputer dan perangkat lunak SIG (misalnya, Arcview). Sistem ini mampu untuk menghasilkan foto-udara dan pengukuran karakteristik permukaan tanah dengan resolusi yang cukup tinggi.
1.2.2 Platform Pesawat udara Pesawat udara merupakan platform penginderaan juah yang fleksibel. Pesawat dapat digunakan dimana saja dan kapan saja kita membutuhkannya tanpa terhalang oleh cuaca. Pesawat udara dapat dijalankan menunggu kondisi cuaca baik, sementara satelit yang sudah terprogram pada orbitnya tidak dapat fleksibel seperti pesawat. Kita juga dapat memotret wilayah yang lebih luas dengan menggunakan beberapa pesawat secara parallel, sehingga pemotretan untuk wilayah yang luas dapat dilakukan sekaligus pada waktu yang sama. Pesawat yang digunakan untuk penginderaan jauh bervariasi ukurannya, dari yang pesawat yang kecil, lambat dan terbang rendah, hingga pesawat berbaling-baling ganda, kecepatan tinggi
Hal |4
dan dapat terbang di atas 10.000m. Pesawat tanpa awak (Unmanned Platform /UAVs) menjadi
trend dan digunakan pada penginderaan jauh pada bidang militer. Pesawat udara dapat juga digunakan untuk aplikasi perantara sebelum instrumentasi lebih lanjut dan validasi algoritma. Pesawat udara juga merupakan alat yang baik untuk daerah dengan cakupan yang sempit dan aplikasi non-repetitif. Misalnya untuk misi pemetaan foto udara
(Fotogrammetry) (Gambar 1.2).
Gambar 1.2 Platform menggunakan pesawat udara (Cessna Conquest) yang dilengkapi dengan instrumen untuk RS (sumber: GEOG 883: Remote Sensing for Geospatial Intelligence Professional (https://www.eeducation.psu.edu/geog883kls)
Pada penginderaan jauh menggunakan platform pesawat udara, sensor dipasang pada pesawat dan dapat diset untuk digunakan pada pemotretan vertikal maupun oblique view. Dibanding satelit, platform pesawat udara memungkinkan kita untuk melakukan pemotretan dengan ketelitian yang sangat halus (20 cm atau lebih halus lagi).
Foto-udara dengan ketelitian tinggi menunjukan petutupan tiap pohon pada suatu wilayah
Foto udara dengan ketelitian tinggi untuk memotret wilayah pemukiman
Gambar 1.3 Foto-udara hasil pemotretan dengan platform pesawat H a l |5
Kelemahan platform pesawat udara adalah biaya pe km2 pemotretan yang relative lebih mahal.
Pesawat
udara
sering
digunakan
untuk
pemotretan
sesaat,
sementara
satelit
memungkinkan kita melakukan pemotretan permukaan bumi secara kontinyu sepanjang waktu. Beberapa jenis sensor yang dapat dipasang pada pesawat udara misalnya: videography, Analog
aerial photography, Digital Photography, Synthetic Aperture Radar (SAR). Photography digital memungkinkan kita untuk melakukan pemotretan dan analisa secara cepat. Pesawat ulang-alik (Gambar 1.4) merupakan platform yang sering digunakan untuk uji coba konsep dan instrumen baru.
Gambar 1.4 Pesawat ulang-alik(sumber: CCRS Tutorial)
Salah satu contohnya adalah The Shuttle Imaging Radar (SIR-C). SIR-C melakukan 1994 eksperimen dengan dua frekuensi Synthetic Aperture Radar (SAR) untuk mengukur beberapa karakteristik permukaan bumi, termasuk lapisan Es dan kadar lengas tanah.
1.2.3 Platform Satelit Pada penginderaan juah menggunakan satelit, sensor dipasang pada satelit (spacecraft) yang mengitari orbit bumi. Saat ini banyak sistem remote sensing satelit yang menyediakan berbagai macam citra untuk berbagai keperluan. RS menggunakan satelit memiliki keunggulan, antara lain:
Mencakup wilayah yang luas,
Frekuensi dan pengulangan yang memadai pada wilayah yang dipotret,
Pengukuran secara kuantitatif fitur di permukaan bumi menggunakan sensor yang secara radiometric telah dikalibrasi,
Analiasa dan pengolahan data dapat dilakukan semi-otomatis,
Biaya per km2 luasan yang dipotret relative lebih murah.
Satelit (Gambar 1.5) adalah platform yang ideal untuk penginderaan jauh karena dapat menyediakan informasi permukaan bumi secara global
jika jenis orbitnya adalah polar atau
mampu menyediakan informasi secara kontinyu jika orbitnya geo-stasionair. Satelit dengan orbit
polar biasanya bekerja pada ketinggian yang relatif rendah dari orbit bumi (ratusan km) dan Hal |6
menghasilkan resolusi Citra yang lebih tinggi. Beberapa ilsutrasi satelit dan namanya diberikan dalam Gambar (1.5).
IKONOS 2
TERRA
ERS 1, 2
OrbView 2 (SeaStar)
EROS A1
NOAA 12, 14, 16 Gambar 1.5 Contoh satelit
SPOT 1, 2, 4
RADARSAT 1
ALOS-DAICHI
Contohnya adalah satelit NOAA-AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer), Satelit SPOT (Systeme probatoire d’Observation de la Terre) dan seri US Landsat(Land Satelit) dan TM
(Thematic Mapper). Satelit dengan orbit geostasionaire mengorbit dengan perputaran bumi, sehingga dapat mengamati titik yang sama secara kontinyu, tetapi dari ketinggian yang lebih mencapai 36.000km. Satelit geostasioner banyak dipakai untuk pengamatan meteorologi dan menghasilkan data kontinyu tetapi dengan resolusi spasial yang lebih kasar. Ada juga satelit yang tidak geostasioner maupun polar. Pada jenis ini, jalur orbitnya ditentukan dan dipilih untuk keperluan scientific tertentu. Misalnya ‘The Tropical Rainfall Mapping Mission (TRMM) adalah salah satu contohnya. Satelit ini berorbit pada +35 sampai –35 derajat di atas dan di bawah garis katulistiwa untuk memperbaiki frekuensi sampling pengamatan hujan tropis (Schultz, 2001).
H a l |7
1.3 Proses Penginderaan Jauh Lebih detailnya, proses yang terjadi melibatkan interaksi antara radiasi sinar matahari dan obyek yang menjadi target di permukaan bumi. Skema pada Gambar (1.6) mengilustrasikan 7 langkah untuk menghasilkan informasi dengan sistem penginderaan jauh.
Gambar 1.6 Komponen utama dari sistem remote sensing satelit (CCRSTutorial).
1.
Sumber energi (A): sumber energi matahari dibutuhkan untuk mendapatkan energi elektromagnetik yang dipancarkan ke obyek di bumi.
2.
Radiasi dan atmosfer (B): ketika energi terpancar dari sumber ke target akan terjadi kontak atau berinteraksi dengan atmosfir bumi, interaksi ini membutuhkan waktu dalam hitungan detik supaya energi sampai ke obyek.
3.
Interaksi dengan target (C): sekali energi matahari sampai ke target, energi tersebut akan berinteraksi. Interaksi tersebut tergantung pada karakteristik target dan radiasi.
4.
Penyimpanan energi oleh sensor (D): setelah energi direfleksikan (scattered) oleh, diteruskan (transmitted) dari
atau
obyek, dibutuhkan suatu sensor (remote – artinya tidak
berhubungan langsung dengan obyeknya) untuk mengumpulkan dan menyimpan radiasi elektromagnetik. 5.
Transmisi, penerimaan dan pengolahan (E): energi yang diterima oleh sensor kemudian diteruskan, umumnya dalam bentuk elektronik, ke stasiun penerima di bumi, dimana data kemudian diolah dan dirubah menjadi image satelit (baik dalam bentuk hardcopy dan/atau digital).
Hal |8
6.
Interpretasi dan analisa (F): image yang telah diolah kemudian diinterpretasikan, secara visual dan/atau secara digital atau secara elektronik, untuk mendapatkan informasi tentang obyek yang terdeteksi.
7.
Aplikasi (G): langkah terakhir dari proses remote-sensing adalah ketika kita mencoba mengaplikasikan informasi yang didapat dari citra satelit berkaitan dengan obyek yang ada di permukaan bumi. Aplikasi pada berbagai bidang kehidupan dengan tujuan untuk lebih memahami obyek tersebut dan hasilnya mungkin berupa informasi baru yang bermanfaat untuk menyelesaikan masalah keseharian kita.
1.4 Transmisi Data Citra berupa foto udara akan diperoleh setelah suatu misi penerbangan atau pemotretan berakhir dan pesawat mendarat. Data tersebut selanjutnya dapat diolah dan diinterpratasikan sesuai dengan kebutuhan. Pada proses penginderaan jauh menggunakan satelit tidak demikian proses-nya. Data dari satelit perlu ditansmisikan ke permukaan bumi secara elektronik, karena satelit tersebut tetap berada di orbitnya (di luar angkasa) selama periode operasionalnya. Ada tiga cara untuk mentranmisikan data satelit ke permukaan bumi: (1) Data langsung ditansmiskan ke bumi, jika stasiun Penerima (Ground Receiving Station
/GRS) berada satu-garis-pandang (line of sight) dengan satelit tersebut (Gambar 1.7, bagian A).
Gambar 1.7 Transmisi data
Gambar 1.8 Kombinasi GRS
(1) Jika tidak satu-garis-pandang, maka data tersebut dapat disimpan sementara di dalam satelit (Gambar 1.7 bagian B) untuk ditranmisikan pada waktu berikutnya. (2) Data tersebut dapat juga ditransmisikan secara tidak langsung ke GRS melalui peralatan perantara (relay system) yang dikenal sebagai TDRSS atau Tracking and Data Relay H a l |9
Satellite System (Gambar 1.7 bagian C). TDRSS terdiri dari suatu seri satelit komunikasi yang berorbit singkron dengan bumi (jenis Geosynchronous orbit). Data ditransmisikan dari satu satelit ke lainnya sampai mencapai GRS yang dimaksud. Sebagai contoh di Canada, CCRS (Canadian Center for Remote Sensing) mengoperasikan dua stasiun penerima di bumi, satu diletakkan di kota Gatineau, Québec (GSS) dan satu lagi di kota Prince Albert, Saskatchewan (PASS) (Gambar 1.8). Kombinasi GRS seperti tersebut di atas dapat diterapkan di bagian lain di permukaan bumi untuk mencakup seluruh permukaan bumi dan memungkinkan transmisi data dari waktu ke waktu secara real time.
1.5 Pengolahan Data Ketika sensor memindai (scanning) permukaan bumi, sensor menghasilkan arus listrik yang intensitasnya tergantung pada nilai kecerahan (brightness value) dari permukaan yang disinari. Jika sensor mendeteksi beberapa spectral band maka arus listrik yang berbeda juga dihasilkan. Tiap arus listrik yang dihasilkan, pada hakekatnya merupakan sinyal yang bervariasi secara kontinyu dan harus dibagi ke dalam satuan yang diskret untuk menghasilkan sinyal digital. Proses konversi dari sinyal analog ke digital dilakukan pada satelit atau on-board (Gambar 1.9).
Gambar 1.9 Proses pengolahan data remote sensing (adaptasi dari: Jensen, 2007).
Data yang diterima oleh GRS umumnya dalam format digital yang masih kasar (raw digital
format). Data tersebut selanjutnya diolah untuk mengoreksi kesalahan (distorsi): sistematik, geometris, dan atmosfer. Selanjutnya, data tersebut ditranslasi menjadi citra (image) ke dalam format standard. Dari GRS, kemudian citra didistribusikan ke seluruh pengguna di bumi melalui distributor citra satelit. Pengguna akan menginterpretasikan data sesuai dengan keperluannya H a l | 10
untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam berbasgai bidang. Integrasi data pendukung
(atribut) dilakukan oleh para pemakai citra satelit dalam rangkan menginterpretasikan citra tersebut. Citra satelit ditulis (disimpan) dalam berbagai media seperti: tape, disk atau CD/DVD. Data yang diterima selanjutnya diarsipkan oleh sebanyak mungkin stasiun penerima (GRS), dan dikelola oleh instansi pemerintah atau perusahaan swasta yang bertanggung jawab untuk mengarsipkan data yang ke luar dari sensor. Beberapa sensor menyediakan citra yang dapat diperoleh secara cepat (quick-turnaround), dipotret terus langsung didistribusikan ke pengguna,
bagi mereka yang menginginkan data
secepatnya. Hal ini memebutuhkan sistem pengolahan citra yang mendekati real-time, untuk menyediakan data dalam format hardcopy atau softcopy (digital) yang selanjutnya dapat di kirim dalam waktu jam-jam an ke end user. Salah satu contoh aplikasi dari proses pengolahan yang cepat ini misalnya: penyediaan citra satelit untuk mendukung sistem navigasi kapal di daerah kutub. Sebagaimana kita kethui di kutub banyak terdapat es yang mencair, seringkali kapal-kapal terperangkap dalam kumpulan es kutub yang mencair dan kesulitan menentukan arah. Proses penyediaan citra dan komunikasi yang cepat dapat membantu nahkoda kapal dalam menentukan jalur pelayaran yang tepat berdasarkan informasi yang ada pada citra terkini (near real time). Prinsip yang sama, dipakai oleh fotoudara untuk menyediakan citra dengan gelombang thermal infrared, yang selanjutnya dipakai oleh pemadam kebakaran hutan untuk menentukan strategy pemadaman api atau jalur evakuasi yang tepat. Citra dengan ketelita kasar juga digunakan untuk menyediakan preview (Quick-look) sebelum transkasi pembelian citra. Meskipun dengan resolusi yang lebih kasara, ketersediaan quick-look dapat memberikan gambaran kualitas citra yang akan dibeli, misalnya: apakah wilayah yang dikaji sudah terkover semua di dalam satu atau beberap scene yang akan dibeli, dan banyak sedikitnya awan yang masuk ke dalam scene yang akan dibeli.
1.6 Manfaat dan keterbatasan 1.6.1 Manfaat Perlu dicatat bahwa karakteristik data Penginderaan Jauh (RS) adalah berbeda dengan data konvensional. Dibanding dengan data konvensional, data penginderaan jauh mempunyai banyak kelebihan, tetapi ada juga kekurangannya. Salah satu kekurangannya adalah bahwa data-data tersebut tidak diukur secara langsung. Data yang diperoleh adalah hasil interpretasi spektrum gelombang elektromagnetik.
Oleh karenanya, untuk mengaplikasikan RS ke dalam suatu
permasalahan pada bidang tertentu, data tersebut harus ditransformasikan ke bentuk informasi H a l |11
yang relafan. Hal ini membutuhkan, pengembangan dan aplikasi lebih lanjut tentang metodologi dan algoritma yang tepat. Penginderaan jauh menggunakan pengukuran spektrum gelombang elektromaknetik untuk menangkap dan/atau menginterpretasikan karakteristik bentang alam (landscape), atau pada beberapa kasus memang mengukur variabel yang merupakan bagian dari suatu fenomena yang kita pelajari. Photo udara adalah contoh aplikasi PJ yang bekerja pada gelombang sinar tampak (visible wave-length) dan sudah dikenal banyak orang. Meskipun demikian, aplikasi RS modern lebih berkecimpung pada sistem satelit dan aplikasinya untuk berbagai keperluan. Sekarang ini, penggunaan beberapa sensor yang berbeda mampu menghasilkan informasi tunggal tentang karakteristik permukaan bumi kita. Misalnya, pengukuran refleksi radiasi matahari dapat memberikan informasi tentang albedo. Sensor suhu dapat digunakan untuk mengukur suhu di permukaan tanah dan sensor gelombang mikro dapat digunakan untuk mengukur sifat-sifat listrik (dielektric properties) dan akhirnya kadar lengas tanah dan kadar air dalam lapisan es dapat juga terukur dengan data satelit. Saat ini, PJ dan perkembangannya dapat menghasilkan teknik – teknik pengukuran baru yang dapat diterapkan untuk berbagai keperluan dalam berbagai bidang. Menurut Schultz (2000), ada 4 (empat) karakteristik data PJ yang membuatnya potensial dan sangat bermanfaat, khususnya untuk hidrologi dan pengelolaan sumber daya air. Pengukuran status dari suatu sistem (measuring system state). PJ dengan sinar infra-merah
thermal dan gelombang mikro, karena responnya yang spesifik terhadap karakteristik permukaan bumi sangat penting untuk hidrologi. Misalnya, untuk pengukuran suhu permukaan, kadar lengas tanah dan kandungan air di dalam lapisan es, teknik ini dapat mengukur secara langsung status variabel tersebut di permukaan bumi. Konsekuensinya, adanya data - data tersebut membutuhkan model-model baru untuk mengekploitasi dan mengintegrasikannya. Data luasan vs data titik. Penggunaan data dalam bentuk luasan memungkinkan kita untuk mendeskripsikan
variabilitas
spasial
suatu
parameter
atau
variabel
hidrologi
dan
megintegrasikannya ke dalam model. Agregasi (agregation) pixel menjadi satuan luas yang lebih besar atau desagregasi (desagregation) ke satuan luas yang lebih kecil memungkinkan kita untuk memformulasikan hukum-hukum perubahan skala baru yang pada gilirannya dapat menjawab pertanyaan mendasar dalam hidrologi. Data rentang waktu.
Data PJ dari satelit dapat menghasilkan satu seri data spesifik untuk
aplikasi hidrologi. Frekuensi aktual dari pengukuran satelit dapat secara kontinyu dalam ukuran menit sampai 2 minggu sekali atau lebih, tergantung pada jenis sensor yang digunakan dan jenis orbit yang digunakan oleh satelit. Metode ini berguna untuk mengurangi biaya monitoring dan pengambilan data untuk daerah yang sangat luas. Dinamika fenomena hidrologi juga dapat diikuti dengan mempergunakan data satelit untuk daerah yang sama, pada waktu yang berbeda. H a l | 12
Pembaharuan data. Pembaharuan data juga lebih mudah untuk dilakukan. Sebagai contoh, pengukuran kadar lengas tanah pada waktu yang berbeda dapat menyediakan informasi tentang sifat fisik dan karakteristik hidrolik tanah. Pada kenyataannya, data kadar lengas tanah dalam bentuk luasan lebih bermanfaat ketimbang data yang sama yang diperoleh dari pengukuran kadar lengas tanah konvensional (dengan oven atau metode lain yang dihasilkan dari pengukuran laboratorium). Asimilasi data. Data - data baru, dapat diproduksi dengan cara kombinasi data dari berbagai panjang gelombang, polarisasi, sudut pandang dan sensor. Asimilasi data juga dapat dilakukan dengan mengkombinasikan data satelit dengan data spasial lainnya (misalnya peta tanah) atau data titik dari SIG. Radar iklim adalah salah satu contoh data RS hasil kombinasi antara karakteristik spasial dan temporal. Radar iklim menghasilkan gambar yang kontinyu tentang perubahan fenomena hujan terhadap skala ruang-waktu yang tercakup dalam jangkauan radar. Keunggulan lain dari teknik remote sensing, dikemukakan oleh Jensen, (2007), sebagai berikut: 1.
Pengukuran dengan remote sensing tidak merusak objek yang diamati, karena yang diukur hanyalah respon spektral dari objek/fenomena yang diamati.
2.
Sistem RS dibuat untuk secara sistematis dalam pengambilan data, misalnya dengan frame kamera atau satelit dengan ukuran 9 x 9 inci atau lebih tergantung dari IFOV (Instantaneous
field of View) yang sampai di permukaan tanah. Teknik ini memungkinkan kita untuk mengurangi bias karena pengukuran yang biasanya terjadi dengan teknik pengukuran in-situ. 3. Teknik RS juga berbeda dengan Surveying (kartografi) atau GIS, karena baik GIS maupun Surveying memperoleh dan mengolah data dari sumber lain. Sementara RS, dapat menyediakan informasi yang fundamental dan baru. RS dapat menghasilkan, informasi biofisik yang fundamental, termasuk koordinat (x,y), elevasi (z), biomassa, temperatur, dan kadar lengas. Dalam hal ini, RS seperti surveying, menyediakan data/informasi dasar yang dibutuhkan oleh ilmu lain. Lebih dari surveying, teknik RS dapat dilakukan untuk wilayah yang sangat luas, dalam waktu yang cepat dan secara sistematis (hal ini tidak dapat dilakukan hanya dengan surveying). 4.
Pada kenyataannya, informasi yang diperoelh melalui teknik RS telah membuka wawasan baru bagi kita dalam menjelaskan berbagai fenomena alam (misalnya: estimasi ketersediaan air, eutropication studies, non-point source pollution) dan proses budaya (misalnya: konversi penggunaan lahan, estimasi kebutuhan air, estimasi populasi) (Walsh et al., 1999; Stow et al., 2003; Nemani et al., 2003; Karaska et al., 2004). Contoh lain misalnya, ditemukannya konsep DEM (Digital Elevation Model) dan tersedianya DEM Global secara gratis (misalnya ASTER DEM) sangat membantu hidrolog untuk memodelkan proses hidrologi (Clarke, 2001) dan
H a l |13
pengelola sumberdaya air dan ilmuwan pada berbagai disiplin ilmu yang memanfaatkan teknologi tersebut.
1.6.2 Keterbatasan Teknik RS juga punya keterbatasan, sebagaimana dikemukakan oleh Jensen (2007), sebagai berikut: 1.
“Remote sensing science has limitations. Perhaps the greatest limitation is that it is often
oversold. Remote sensing is not panacea that will provide all the information needed to conduct physical, biological, or social science research”. Teknik RS pada hakekatnya hanya menyediakan informasi: spasial, spectral dan temporal, yang kita berharap dapat lebih efisien dan ekonomis dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari kita. 2.
Tergantung dari permasalahan yang akan kita selesaikan. Selanjutnya, kita memilih the most
appropriate RS system untuk inventarisasi data, menentukan resolusi sensor yang tepat, mengkalibrasi, menentukan kapan waktu pengambilan data dan seterusnya proses RS dijalankan.
Selama proses tersebut dilakukan oleh manusia tidak dipungkiri ada “human
error” dalam siklus tersebut. 3.
RS aktif, yang mengemisikan energi elektromagnetik sendiri (seperti; LIDAR, RADAR, SONAR) dapat mengganggu dan mempengaruhi fenomena yang diamati. Dibutuhkan studi lanjut tentang sejauh mana pengaruh negatif dari sistem aktif tersebut.
4.
Instrument RS mungkin menjadi kurang terkalibrasi yang mengakibatkan data RS yang dihasilkan juga kurang tepat.
5.
Data RS masih tergolong mahal, sehingga perlu dipertimbangkan secara rasional anatara “benefit” yang didapat dan “cost” yang harus dikeluarkan.
1.7 Ringkasan Ada banyak definisi tentang penginderaan jauh. Kata kuncinya adalah mengukur tanpa menyentuh target yang diukur. Platform untuk aplikasi penginderan jauh, mencakup: (1) ground based platform (mobil, van, truk, traktor), (2) pesawat udara, (3) satelit. Platform (1) umumnya dipakai untuk kalibrasi dan validasi sensor baru. Platform pesawat udara lebih fleksibel, tetapi biaya operasional mahal. Platform satelit lebih banyak tersedia, dapat mencakup wilayah yang luas dan biaya operasional murah. Proses penginderaan jauh meliputi tujuh langkah pokok, yaitu: (1) sumber energy memanckan radiasi, (2) radiasi kontak dengan atmosfer bumi, (3) radiasi dari sumber berinteraksi dengan target dan dapat dipantulkan, diteruskan sebagian atau semuanya, dan diserap oleh target, (4) H a l | 14
penyimpanan energy oleh sensor, (5) transmisi, penerimaan dan pengolahan data RS, (6) interpretasi dan analisa, (7) aplikasi data RS untuk berbagai keperluan. Transmisi data RS dapat dilakukan secara langsung, atau melalui sistem relay. Dibanding data konvensional, maka data RS memiliki banyak kelebihan dan juga keterbatasan.
1.8 Pertanyaan & Umpan Balik 1.8.1 Bagian A 1.
Tulis ulang salah satu definisi dari Penginderaan Jauh atau remote sensing ! Apa perbedan pengukuran remote sensing dengan pengukuran konvensional ?
2.
Sebutkan (10) nama satelit untuk penginderaan jauh yang saudara kenal ? dan tuliskan spesifikasi-nya ?
1.8.2 Bagian B 1.
Mungkinkah kita melakukan pengukuran penginderaan jauh menggunakan layang-layang? Jelaskan bagaimana proses nya dan contoh aplikasi pada bidang terkait dengan keteknikan pertanian.
H a l |15