Badri Munir Sukoco Raih Penghargaan Alumnus Berprestasi di Taiwan UNAIR NEWS – Satu lagi sivitas akademika Universitas Airlangga yang berhasil meraih prestasi di luar negeri. Dia adalah Badri Munir Sukoco, Ph.D., yang mendapatkan predikat alumnus berprestasi Fakultas Manajemen, National Cheng Kung University (NCKU), Taiwan. Penghargaan itu diserahkan bertepatan dengan Dies Natalis NCKU ke-85 yang jatuh tepat sehari setelah ulang tahun UNAIR, yakni Jumat (11/11). Penghargaan bernama Outstanding Young Alumni Award (OYAA) diserahkan kepada 85 alumnus NCKU. Dari 85 penerima penghargaan tersebut, hanya dua alumnus asing yang menerima penghargaan tersebut. Dari Filipina dan Indonesia. Dari jumlah itu, 13 di antaranya berasal dari Fakultas Manajemen NCKU. Mereka berasal dari kalangan ABC. Yakni, academics, business, dan consultant. Sebelas orang merupakan lulusan berpaspor Taiwan, sedangkan dua lainnya, termasuk Badri, adalah lulusan non-Taiwan. Seluruhnya bekerja di berbagai perusahaan multinasional, digital start up, dan perguruan tinggi. Komite Seleksi Penghargaan NCKU Taiwan menetapkan satu kriteria utama dalam memilih alumni berprestasi. Kriteria tersebut adalah alumnus yang berusia di bawah 50 tahun dan memiliki prestasi yang membanggakan. “Mereka melihat dari konsistensi. Kebetulan NCKU adalah research-based university sehingga mereka melihat konsistensi saya dalam melakukan publikasi penelitian. Karena saya bergerak di bidang pendidikan, maka mereka melihat rekam jejak pelaksanaan kuliah saya kepada mahasiswa. Beberapa kali pernah mendapat penghargaan. Begitu pula dengan publikasi dan
pengabdian masyarakat,” tutur Badri yang juga Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) UNAIR. Secara pribadi, Badri menganggap bahwa prestasi tersebut merupakan wujud apresiasi perguruan tinggi terhadap alumninya. Ia bahkan menganggap penghargaan ini merupakan batu lompatan sekaligus dorongan untuk mencapai target-target selanjutnya. Salah satunya, melakukan publikasi penelitian lebih banyak lagi. “Saya merasa ini belum optimal. Dosen-dosen di sana penelitiannya harus terpublikasi di jurnal top ten. Ini yang saya masih belum bisa,” ujarnya. Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, merasa bangga atas prestasi yang dicapai Ketua BPP UNAIR. “Pak Badri itu dosen yang pekerja keras. Karena itulah, kami mempercayainya untuk menjadi Ketua BPP,” terang Prof. Nasih. “Saya berharap, di UNAIR bermunculan akademisi yang juga pekerja keras seperti Pak Badri,” imbuhnya. Di bidang pendidikan, Badri pernah terpilih sebagai dosen berprestasi I tingkat UNAIR pada tahun 2010 dan 2015. Bahkan, pada tahun 2015, pakar manajemen branding itu menjadi finalis dosen berprestasi tingkat nasional. Di bidang penelitian, sampai tahun 2016, Badri telah memiliki 34 artikel yang dipublikasikan pada jurnal bereputasi. Sebanyak 12 artikel di antaranya terindeks pada Thompson Reuters ISI dengan h-indeks sebesar 6 dan sitasi sebanyak 191 kali. Pada Google Scholar, Badri memiliki h-indeks 11 dan penelitiannya tersitasi sebanyak 751 kali. Sedangkan, di bidang pengabdian masyarakat, dosen kelahiran Lumajang juga aktif dalam kegiatan pengembangan institusi, yakni sebagai Ketua BPP serta anggota Majelis Wali Amanat UNAIR, dan anggota tim percepatan peringkat World Class University Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. (*)
Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Rio F. Rachman
Penelitian di Dua Negara, Tri Widiandani Lulus Terbaik S-3 Fak Farmasi UNAIR UNAIR NEWS – Perjuangan Tri Widiandani bolak-balik antara Jogjakarta-Surabaya membuahkan hasil membanggakan. Perempuan tiga orang anak ini berhasil meraih predikat wisudawan terbaik S-3 Fakultas Farmasi UNAIR. Sekaligus ia dinobatkan wisudawan terbaik dengan IPK sempurna: 4.00. Bahkan penuturannya, ia menjalani penelitian disertasinya ini di empat tempat di dua Negara. “Riset ini saya kerjakan di dua negara yakni Indonesia dan Jepang, tepatnya di UNAIR, UGM , Nara Institute Of Science and Technologi (NAIST), dan Hiroshima University,” ujarnya. Perempuan yang akrab disapa Dian itu mengaku, tidak mudah menjalani riset ini, karena harus membagi waktu antara mengajar, berkuliah, dan keluarga. Dian memulai sebagai tenaga pendidik sejak 2005, hingga saat ini ia tercatat sebagai dosen di UNAIR. Tahun 2004 hingga 2013 ia pernah menjadi APA dan PSA Apotek Rumaisha Surabaya. Perempuan yang juga sebagai pembina Yayasan Binar Indonesia ini mengangkat topik disertasi mengenai modifikasi struktur 13 senyawa turunan yang berjudul “Modifikasi Struktur N(Alikarbamotionil)benzamida dan Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas Sitotoksinya Pada Sel Kanker Payudara MCF-7/HER-2”. Ia memilih topik itu karena kanker payudara menjadi salah satu
penyebab kematian terbesar bagi kaum wanita di seluruh dunia. “Hal ini dibuktikan dengan 30% kejadian itu disebabkan oleh ekspresi berlebih protein HER-2 dengan prognosis yang tidak baik,” terangnya. Setelah lulus Doktor? Perempuan kelahiran Samarinda lebih memilih untuk menjalankan aktivitasnya lebih baik lagi, sebagai tenaga pendidik dan bagian dari keluarga dengan suami dan tiga anaknya. “Saya sudah berhutang kepada keluarga, karena sering saya tinggal untuk penelitian di dalam dan luar negeri, sehingga saya harus lebih banyak menyisihkan waktu untuk keluarga dan sebagai dosen,” ungkapnya. Dian juga berpesan kepada mahasiswa dalam menyelesaikan penelitian atau tugas kuliah, untuk terus berusaha secara konsisten, jaga semangat, diupayakan setiap hari ada progress, dan melakukan hal yang menyenangkan ketika jenuh. “Yang terpenting doa dan restu keluarga,” imbuhnya. (*) Penulis: Akhmad Janni Editor: Nuri Hermawan, Bes.
Resep Ayuni dan Noer, Wisudawan Terbaik S2 dan S3 FKM, Raih IPK Sempurna UNAIR NEWS – Bisa menjalani berbagai kegiatan dalam waktu yang bersamaan atau multitasking, diakui memang tidaklah mudah. Tetapi bagi Putri Ayuni Alayyannur, SKM., M.KKK toh bisa menjalaninya. Hal itu dibuktikan ketika menjalani perkuliahannya di jenjang Magister pada program studi S2
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNAIR. Pada saat bersamaan Ayuni, ya harus kuliah, ya bekerja, ya berorganisasi dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan Noer Saudah, wisudawan terbaik S3 FKM, rajin meneliti dan publikasi jurnal. Itulah resep mereka meraih IPK sempurna: 4,00.
Putri Ayuni Alayyannur. (Foto: Istimewa) Ketatnya jadwal kegiatan tak lantas membuat prestasi Putri keteter. Ia justru termotivasi dan akhirnya berhasil meraih predikat sebagai wisudawan terbaik jenjang S-2 di fakultasnya dalam wisuda Maret 2016 dengan IPK sempurna: yaitu 4,00. Apa saja kiat-kiatnya hingga bisa multitasking sebaik itu? Kata Putri, ia hanya berusaha untuk melaksanakan segala urusan itu dengan disiplin dan bertanggungjawab. Di tahun pertama dan kedua perkuliahannya, ia masih “nyambi” bekerja sebagai staf penjaminan mutu di SMA Khadijah Surabaya. Pada waktu bersamaan, Putri juga mempunyai ikatan kerja dengan tim FKM UNAIR – Dinkes Provinsi Jatim– Centre Disease Control – dan UNICEF untuk program keterjangkauan imunisasi di Jawa Timur. ”Ketika saya harus menjalani itu semua, belum lagi ditambah dengan tugas-tugas kuliah, mengharuskan saya bisa membagi waktu dan menentukan prioritas untuk bisa menyelesaikan
seluruh tugas dengan hasil yang baik,” kata Putri, satusatunya penerima beasiswa Bakrie Graduate Fellowship tahun 2015/2016 di FKM UNAIR. Setelah masa studinya selesai, ia pun ingin bisa menjadi guru atau dosen. Karena itulah penulis buku “Annahwu Wasshorof” ini berencana mengaplikasikan ilmunya dan bergabung pada lembaga konsultan K-3. ”Saya berharap agar masalah K-3 dapat diaplikasikan di berbagai lembaga secara benar dan sesuai dengan peraturannya yang berlaku,” tutur perempuan kelahiran Kota Pahlawan Surabaya ini. RAIH IPK SEMPURNA BERKAT RAJIN MENULIS JURNAL
Noer Saudah. (Foto: Istimewa) Sementara Dr. Noer Saudah, S.KM., M.KKK semasa kuliah aktif melakukan penelitian dan publikasi jurnal, baik tingkat nasional dan internasional. Ia juga aktif melaksanakan pengabdian masyarakat, misalnya khitanan massal dan donor darah di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mojokerto. Karena itu, tidaklah heran jika akhirnya perempuan asli Mojokerto ini meraih prestasi sebagai wisudawan terbaik jenjang Doktor (S3) pada prodi Ilmu Kesehatan FKM Universitas Airlangga dalam wisuda Maret 2016, dengan IPK sempurna: 4,00.
Ditanya tentang kiat-kiatnya menjadi wisudawan terbaik, Dr Noer Saudah mengatakan bahwa dirinya hanya berusaha untuk sedapat mungkin tidak absen dalam setiap perkuliahan di UNAIR. Selain itu juga aktif berdiskusi dengan dosen baik saat di kelas maupun di luar kelas. “Ego perlu dikesampingkan agar kita dapat menerima masukan dari promotor maupun ko-promotor. Yang terakhir, saya selalu berusaha membuka laptop untuk mengerjakan disertasi, meskipun hanya dalam waktu setengah jam,” kata Noer. Disinggung tentang hasil pengamatannya selama ini, ia jelaskan bahwa kelahiran bayi prematur merupakan penyebab utama kematian bayi yang baru lahir. Karena itu, sang jabang bayi itu perlu memperoleh perawatan intensif, baik pada saat di rumah maupun di rumah sakit. Sedangkan ibu merupakan pemeran utama dalam memberikan perawatan terhadap bayinya, karena itu sang ibu perlu menyerap pengetahuan dari perawat bagaimana merawat bayi premature itu. “Sayangnya, kondisi yang terjadi tidak demikian,” kata Noer Saudah. Selama perawatan di rumah sakit, keikutsertaan ibu bayi dalam perawatan bayinya masih sebatas pada pemberian ASI dan menggendong bayi. Padahal peran orang tua yang kurang selama masa perawatan bayi prematur di rumah sakit justru akan menyebabkan ketidakmandirian dalam merawat bayinya setelah pulang dari rumah sakit. “Akibatnya apa, bayi prematur bisa mengalami gangguan tumbuhkembang selama hidupnya. Untuk itu sang ibu perlu belajar dari pengalaman konkret dan bereksperimen secara aktif dalam merawat bayi yang lahir prematur,” demikian Dr Noer Saudah. (*) Penulis: BINTI Q. MASRUROH dan DEFRINA SUKMA SATITI. Editor : BAMBANG BES
Berawal dari Takut Ikan, Aisyah Afrianti Malah Lulus Terbaik FPK UNAIR UNAIR NEWS – Salah satu pengalaman menyenangkan yang dijalani Aisyah Afrianti adalah memegang ikan saat praktikum. Gadis asal Surabaya ini menyandang gelar wisudawan terbaik S-1 Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, periode September 2017 ini, mengaku takut dengan hewan. Termasuk ikan. Namun, ketakutan itu berhasil sirna ketika peraih IPK 3,76 ini menjadi mahasiswa S-1 Budidaya Perairan. Mau tak mau, ia berusaha meyakinkan dan memberanikan diri untuk memegang ikan. “Pengalaman paling menyenangkan waktu saya praktikum dan harus pegang ikan. Saya takut dengan hewan. Jadi, pertama kali pegang, ya, takut. Geli rasanya tapi senang juga karena akhirnya saya berani. Meskipun agak merasa geli di tangan,” kenang Aisyah seraya tertawa. Dalam penelitian skripsinya, Aisyah melakukan riset soal pencemaran rumput laut di lepas pantai Sumenep. Jenis pencemar logam berat yang ditimbulkan akibat aktivitas eksplorasi minyak dan gas antara lain timbal, merkuri, dan kadmium. “Agar rumput laut tidak tercemar memang harus membedakan lokasi untuk budidaya rumput laut dan kegiatan lain yang berpotensi sebagai pencemar. Paling tidak, harus mempertimbangkan jarak bila memang lokasi dilakukan di wilayah yang sama seperti di Sumenep,” imbuh perempuan kelahiran 24 April 1995. Menurut Aisyah, rumput laut merupakan komoditas ekspor yang bernilai ekonomis tinggi. Rumput laut banyak dimanfaatkan
untuk bahan makanan yang dikonsumsi. “Itulah mengapa diperlukan penelitian terhadap tingkat pencemaran terhadap rumput laut mengingat laut di Indonesia banyak yang tercemar,” tutur Aisyah. Ditanya soal kiat-kiatnya dalam belajar, Aisyah mengaku dirinya berusaha belajar dengan serius ketika perkuliahan berlangsung. Selebihnya, ia tinggal mengulang materi kuliah saat tiba masa-masa ujian semester. Usai diwisuda, perempuan setinggi 155 sentimeter ini rencananya akan melanjutkan studi sesuai bidang yang ditekuninya di Jepang. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor: Binti Q Masruroh, bes
Puteri Indonesia Jawa Timur Tertarik Jadi Dosen UNAIR NEWS – Puteri Indonesia Jawa Timur (Jatim) tahun 2017 Fatma Ayu Husnasari mengaku tertarik menjadi dosen bila ditawari untuk mengajar di almamater kuliah Fakultas Hukum, Universitas Airlangga. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Fatma, sapaan akrabnya, usai dikukuhkan menjadi mahasiswa baru jenjang pascasarjana, Kamis (10/8), bersama 1.450 mahasiswa baru lainnya. “Bisa. Saya juga kepikiran untuk jadi dosen. Sebenarnya sudah ada tawaran jadi dosen, tapi bukan di UNAIR. Saya merasa terlalu cinta UNAIR sehingga kalau ada tawaran jadi dosen di UNAIR saya akan tertarik di sini,” ujar Fatma seraya tertawa. Fatma melanjutkan studi S-2 di FH UNAIR setelah melepas
statusnya sebagai mahasiswa S-1 dari fakultas yang sama pada tanggal 17 Maret tahun 2017 lalu. Hasratnya untuk menempuh pendidikan begitu besar. Bagi Fatma, melanjutkan studi merupakan sebuah kebutuhan untuk menambah wawasan dan meningkatkan kapasitas keilmuan. Terlebih ia kini masih menyandang predikat sebagai Puteri Indonesia Jatim 2017. “Sebagai Puteri Indonesia, selain kita dituntut untuk fisiknya harus bagus, maka juga dituntut untuk jadi orang yang pintar, untuk nambah wawasan dan ilmu kita. Sehingga, ketika ada kesempatan untuk sekolah lagi, mengapa tidak,” terang Fatma. Gadis bertubuh jenjang tersebut ingin meneruskan studinya pada peminatan yang sama dengan yang ditempuhnya pada saat kuliah S-1 dulu, yakni Hukum Bisnis. Peminatan ini juga selaras dengan keinginan presenter magang Metro TV untuk menjadi pengampu bidang hukum di suatu badan usaha. Rencananya, saat kuliah S-2 nanti, Fatma juga ingin mengikuti konferensi internasional dan publikasi riset tentang keilmuan yang ia dalami. “Boleh. Jika ada kesempatan untuk mengikuti riset, penelitian baik dari UNAIR maupun yang saya lakukan sendiri, saya tertarik untuk mengikuti,” ungkap perempuan kelahiran Blitar itu. Kuliah jenjang master juga menuntut kemampuan Fatma untuk multitasking. Ia harus bisa membagi tanggung jawab baik di bidang pekerjaan maupun pendidikan agar keduanya berjalan optimal. Belum lagi kegiatannya sebagai Puteri Indonesia Jatim 2017 yang mengharuskannya untuk hadir di berbagai acara. “Saya harus siap dengan tanggung jawab. Saya sudah memilih dan kita harus menampilkan yang terbaik untuk tanggungjawab yang sudah kita pilih,” kata Fatma. Ia lantas berharap agar studi masternya di FH UNAIR berjalan lancar, lulus tepat waktu, dan mendapatkan hasil yang terbaik. Fatma juga berpesan agar kawan-kawannya di organisasi Puteri
Indonesia tak pernah melupakan pentingnya pendidikan. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh
Adelia Yulma, Senang Berorganisasi Jadi Wisudawan Terbaik S-1 FEB UNAIR UNAIR NEWS – Adelia Yulma Budiarto, alumnus prodi S-1 Akuntansi menjadi wisudawan terbaik Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) pada wisuda periode Juli 2017. Perempuan kelahiran 1997 ini berhasil menyelesaikan studi dalam waktu 3 tahun 8 bulan dengan IPK sebesar 3.99. Della, sapaan karibnya, mengaku bahwa menjadi mahasiswa tidak melulu berkecimpung dengan dunia perkuliahan saja, namun juga harus diselingi dengan berbagai kegiatan lain. Selama menjadi mahasiswa, Della aktif mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Akuntansi dan Airlangga Model United Nations Club. Selain itu, ia juga aktif di Paguyuban Guk dan Yuk Sidoarjo. Hal inilah yang mengasah bakat gadis kelahiran Surabaya ini. Kepada UNAIR NEWS, Gadis yang pernah mengikuti program akselerasi di tingkat SMP dan SMA ini menceritakan suka dukanya saat mengerjakan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan. Saat memprogram skripsi, Della masih sibuk dengan berbagai kegiatan dan kompetisi. Hal ini membuatr dirinya harus mengerjakan penelitian skripsi sembari mengikuti lomba, fortum, magang, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. “Pada tiga bulan terakhir saat mengerjakan skripsi, saya
sedang menjalankan program magang di British Petroleum, Jakarta. Sehingga untuk bimbingan, saya cukup kesulitan, ditambah lagi urusan birikrasi kampus sebelum sidang,” ungkap gadis yang memiliki hobi berenang dan menari ini. Saat ini, Della sudah diterima untuk bekerja di salah satu Big Four Accounting Firm. Meski demikian, ia memiliki keinginan untuk melanjutkan studi S-2 nanti. “Salah satu tantangan buat diri saya sendiri selama kuliah adalah untuk menyeimbangkan segala kegiatan dengan nilai akademik. Alhamdulillah, saya bisa balance,” tambah gadis yang pernah menjadi Best Speaker of ICAEW Regional Business Challenge in Kuala Lumpur Malaysia tahun2016. “Tidak ada keberhasilan yang datang dengan mudah, serta tidak ada usaha yang akan mengkhianati hasil. Sehingga ketika sudah percaya akan mimpi dan rencanamu, maka usaha dan ikhtiar dengan sungguh-sungguh,” ucap Adelia memberi semangat adik kelasnya. (*) Penulis : Ainul Fitriyah Editor: Binti Q. Masruroh
Nekad Ngampus di Hari Jelang Persalinan, Jadi Wisudawan Terbaik UNAIR NEWS – Boleh dibilang, Nikmatus Sa’adah adalah sosok perempuan yang gigih memperjuangkan cita-citanya. Demi menyelesaikan pendidikan S-2, wanita kelahiran Agustus 1990 ini rela menjalani perkuliahan sambil menikmati proses
kehamilan yang penuh drama. Namun begitu, dia mampu menjadi wisudawan terbaik S-2 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dengan perolehan IPK 3.73. Momen pertama kuliah sekaligus menjadi momen pertama hamil muda. Baginya ini pengalaman yang berkesan selama dua tahun menempuh pendidikan S-2 Ilmu Kedokteran Dasar (IKD) di FK UNAIR. “Awal masuk kuliah sudah merasakan gejala trimester awal kehamilan, seperti gampang pusing dan mengantuk. Beruntung, dosen dan teman-teman begitu pengertian dengan kondisi saya,” ungkapnya. Bahkan, memasuki usia kehamilan yang semakin besar, tak jarang Nikma sering merasakan kram perut atau kontraksi palsu saat kuliah sedang berlangsung. “Hal ini seringkali membuat teman-teman sekelas jadi panik. Mereka khawatir saya melahirkan di kelas dan mendadak jadi pasien mereka,” kelakarnya. Nikma akhirnya melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Muhammad Ahnaf Al Fatih pada pertengahan semester dua. Namun karena tugas dan kewajiban sebagai mahasiswa yang tidak dapat ditinggalkan, sepuluh hari setelah melahirkan ia kembali ngampus mengikuti kuliah dan ujian akhir semester. Perjuangannya sebagai ibu tidak berhenti sampai disitu. Nikma bertekad menyempurnakan perannya dengan memberikan ASI eksklusif 6 bulan. Kepentingan ASI dan kuliah adalah prioritas baginya. Dan perjuangan untuk mempertahankan keduanya pun akhirnya berbuah manis. Selain masih dapat memberikan ASI untuk sang buah hati hingga usia ke 14 bulan ini, Nikma juga berhasil menyelesaikan pendidikan S2 dengan baik. “Motivasi terbesar saya untuk segera menyelesaikan studi adalah agar saya bisa mengurus sendiri anak saya tanpa merepotkan orang tua lagi. Dan ketika luang, saya bisa lebih
banyak menemani anak bermain, mengamati setiap momen tumbuh kembangnya,” ungkap dosen pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata, Kediri ini. (*) Penulis : Sefya Hayu Editor : Binti Q. Masruroh
Sembuh dari Kanker, Rahma ’Berhadiah’ Lulus Terbaik S-2 FEB UNAIR NEWS – Rahma Nuryanti,S.Si., MA., tidak henti-hentinya mengungkapkan rasa syukur kepada Allah yang Maha Kuasa. Pasalnya, dalam perjalanan menempuh studi magister di UNAIR, wisudawan kelahiran Surabaya 14 Maret 1985 ini harus menjalani perawatan kemoterapi di Graha Amerta RSUD Dr. Soetomo karena kanker yang dideritanya. Tidak ada yang bisa mengalahkan kehendak-NYA, karena itu ia terus berusaha dan rajin kontrol. Tahun 2015 Rahma dinyatakan sembuh, bahkan di semester III itu juga dinyatakan hamil. “Pada masa kehamilan saya mengalami hyperemesis, namun saya bersyukur karena bisa menyelesaikan semester III dengan IPK yang baik pula. Kemudian pada masa kehamilan 8-9 bulan saya menyusun proposal tesis, supaya bisa menyelesaikan studi sesuai waktu yang kami jadwalkan,” jelasnya. Meski sempat divonis kanker, ia tak lantas berdiam diri. Selama kuliah ia aktif menyibukkan diri dengan menjalani tugas di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur. Bungsu dari dua bersaudara ini juga memiliki tips dan trik untuk
merampungkan kuliahnya dengan baik. Mulai dari mengatur waktu dan memanfaatkan fasilitas kampus dengan maksimal. ”Jangan pernah membuang waktu dengan percuma,” pesannya. Perihal karya ilmiah, perempuan hobi membaca ini selalu mengutamakan orisinalitas dan keunikan ide. Itulah yang menjadi salah satu alasan tesisnya yang berjudul “Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern: Aspek Formal dan Aspek Informal (Studi Kasus BPS Provinsi Jawa Timur)” yang bisa menunjang menyabet gelar wisudawan terbaik dengan IPK 3.90. Alasan Rahma memilih judul tersebut dilandasi kondisi di lapangan yang masih sedikit sektor publik dalam penyelenggaraan sistem pengendalian intern. “Penelitian ini saya ambil mengenai sistem pengendalian intern di sektor publik, karena masih sedikit dan hanya membahas mengenai aspek pengendalian formal saja. Tetapi belum menyentuh mengenai peranan manusia sebagai individu yang memiliki peranan penting dalam pelaksanaan SPI,” demikian Rahma. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Faridah Hariani
Novita, Putri Tukul Arwana Ingin Belajar tentang Masyarakat di UNAIR UNAIR NEWS – Berbekal nama besar sang ayah yang menjadi tokoh publik, mestinya bisa membuat Novita Eka Afriana memiliki kesempatan yang besar untuk melenggang ke industri hiburan. Namun tidak bagi putri sulung Tukul Riyanto atau yang lebih
dikenal dengan nama Tukul Arwana ini. Vita, sapaan karib Novita Eka Afriana, berhasil diterima melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), di Universitas Airlangga. Vita mengambil program studi S-1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Gadis yang baru merayakan ulang tahun ke-17 ini mengaku, tidak ada campur tangan ayah dalam proses pendaftarannya di UNAIR. Ia berhasil diterima melalui jalur SNMPTN dengan nilai ratarata rapor yang ia raih selama belajar di bangku SMA. “Enggak ada campur tangan ayah. Mereka semua (keluarga, -red) support, sih. Walau sebenarnya mereka mau aku di Jakarta,” ujar Vita berkisah tentang dukungan keluarga terhadap studinya. Nampaknya, keinginan Vita untuk melanjutkan studi dan memperluas jejaring pertemanan begitu besar. Ia akhirnya memilih UNAIR sebagai tempat untuk melanjutkan studi. “Aku bilang ke keluarga kalau ini kesempatan yang bagus untuk aku punya pengalaman dan mencari pertemanan yang luas bukan hanya di Jakarta,” tambah lulusan SMAN 6 Jakarta. Dalam memilih jalan hidup, Tukul nampaknya membebaskan keinginan putri sulungnya itu. Ia memberikan fasilitas yang dibutuhkan putrinya dalam hal belajar serta pengembangan diri. “Ayah dukung aku untuk selalu belajar. Jadi aku ikut les bimbel (bimbingan belajar) di luar, dan dia dukung banget aku ambil Sosiologi. Katanya, dengan studi di Sosiologi, aku bisa belajar tentang masyarakat dan kebudayaan secara luas,” papar gadis yang memiliki hobi travelling (berwisata) dan boxing (tinju) ini. Meskipun mengantongi nama Tukul yang populer di industri hiburan, Vita mengaku saat ini belum memiliki keinginan untuk mengikuti jejak sang ayah. Ia tertarik untuk tekun belajar
melalui program studi Sosiologi. “Aku nggak begitu tertarik sih untuk terjun ke dunia entertainment. Aku pengin beda sama ayah. Mungkin suatu saat nanti mungkin saja,” ujar perempuan kelahiran 21 Agustus 1999. Saat ini, sambil menunggu jalannya perkuliahan, Vita masih menghabiskan waktu di Jakarta. Ia juga tertarik untuk memperdalam kemampuan Bahasa Inggris dengan mengikuti kursus. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S
Totalitas Ni Kadek Dwi Kristiani ’Berbuah’ Prestasi Wisudawan Terbaik UNAIR NEWS – Ni Kadek Dwi Kristiani, membuktikan totalitasnya selama kuliah di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Pengalaman akademiknya diwarnai aktivitas yang menyenangkan dan penuh prestasi. Puncaknya, perempuan kelahiran Denpasar 22 tahun silam ini menyandang gelar sebagai wisudawan terbaik S-1 pada wisuda September 2017 ini. ”Saya nggak pernah nyangka kalau terbaik. Intinya, harus ada keyakinan bisa terjadi, bahkan hal yang awalnya karena keajaiban itu pasti ada,” tutur
akhirnya jadi lulusan dalam diri bahwa apapun tak mungkin sekali pun, Kadek, sapaan akrabnya.
Di awal kuliah, ia bertekad secara total untuk serius. Lalu sering mengikuti berbagai kegiatan tingkat fakultas hingga
level internasional. Duta Fakultas Keperawatan tahun 2016 ini pernah iseng mengirimkan abstrak ke The 2nd Asian Congress in Nursing Education di Taiwan tahun 2016. Tak disangka, abstraknya lolos dan mereka mengikuti konferensi di National Cheng Kung University di Taiwan. Selain konferensi, pengalaman atmosfer internasional lain yang pernah Kadek dapatkan adalah pertukaran mahasiswa ke Universitas Naresuan di Thailand tahun 2016. Pasca konferensi, ia kembali mengikuti dua lomba karya tulis ilmiah, dan keduanya berhasil meraih juara II di kompetisi berbeda. Apa motivasinya untuk terus berprestasi? “Aku ingat banget, dulu akhir semester IV masih nggak pede (percaya diri) waktu diumumkan jadi peringkat pertama paralel. Aku ngerasa itu titik balik dan motivasiku muncul untuk terus berprestasi membanggakan orang tua, keluarga, dan almamater,” cerita anggota UKM Hindu Dharma UNAIR itu. Pada penelitian skripsinya, ia membahas kejadian pneumonia yang menjangkiti anak-anak. Kadek mengatakan, semakin baik pengetahuan tentang pencegahan pneumonia yang dimiliki ibu, semakin baik pula perilaku pencegahan pneumonia yang dilakukan oleh ibu terhadap anaknya. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor: Binti Q. Masruroh